Anda di halaman 1dari 8

BAB III

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA


DAN DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sejarah Lahirnya Pancasila


Pancasila telah lahir bersamaan dengan adanya atau lahirnya Bangsa Indonesia. Sejak dulu bangsa kita
telah mencerminkan penjiwaan atas sila-sila Pancasila, sebelum tumbuhnya kerajaan besar di bumi Nusantara,
seperti kerajaan Sriwijaya di Sumatra pada abad VII-XII dan kerajaan Majapahit di Jawa Timur dalam abad XII-
XVI, seperti adanya kepercayaan manusia terhadap kekuatan gaib, baik berupa pemujaan terhadap roh-roh halus
yang bercirikan animisme dan dinamisme, maupun kehidupan manusia Indonesia yang penuh toleransi dan suasana
damai, tolong-menolong/gotong royong, bermusyawarah bagi terwujudnya kondisi kehidupan yang aman, tenteram
sejahtera, dan sebagainya.
Istilah Pancasila telah dikenal sejak dulu, yaitu digunakan sebagai acuan moral/etika dalam kehidupan
banga Indonesia sehari-hari. Misal, dari karya-karya pujuangga besar Indonesia semasa berdirinya kerajaan
MAjapahiy yang dilukiskan dalam tulisan Empu Prapanca tentang Negara Kertagama, dan Empu Tantular dalam
bukunya Sutasoma. Dalam buku Sutasoma terdapat istilah Pancasila Krama mempunyai arti
Lima Dasar TIngkah Laku atau Perintah Kesusilaan yang lima, yang meliputi :
1. Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa)
2. Tidak boleh mencuri (asteya)
3. Tidak boleh berjiwa dengki (indriya nigraha)
4. Tidak boleh berbohong (amrsawada)
5. Tidak boleh mabuk minum-minuman keras (dama)
Selain itu dalam Kitab Sutasoma terdapat semboyan BhinnekaTunggal Ika Tan
Hana Dharma Mangrua yang mengandung arti meskipun agama itu kelihatannya
berbeda bentuk atau sifatnya namun pada hakikatnya satu juga, yang kemudian menjadi
motto lambing Negara kita, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Hal tersebut mencerminkan
keluhuran budaya bangsa Indonesia pada saat itu, yang dipersepsikan dari adanya
toleransi kehidupan umat beragama antara pemeluk agama Budha dan agama Hindu.
Secara harfiah Pancasila terdiri dari dua kata, yaitu Panca yang berarti Lima, dan Sila berarti Dasar.
Jadi Pancasila mempunyai makna Lima Dasar. Istilah “sila” diartikan juga sebagai aturan yang melatarbelakangi
perilaku seseorang atau bangsa; kelakuan atau perbuatan yang menurut adab (sopan santun);akhlak dan moral.
Setelah tenggelam dalam proses penjajahan yang berkepanjangan, istilah Pancasila diangkat lagi oleh
Bung Karno dalam uraian pidatonya tanggal 1 Juni 1945 di muka sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritzu Zyumbi Tyoosakai sebagai bahan dalam merumuskan Dasar
Negara Indonesia Merdeka, sehingga sering timbul anggapan bahwa tanggal 1 Juni dipandang sebagai lahirnya
Pancasila.

A. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Pengertian Bangsa

1 . Menurut Ernest Renan, seorang guru besar dan pujangga yang termasyur dari Perancis, dalam
pidatonya yang diucapkan di Universitas Sorbonne (Paris) tanggal 11 Maret 1882 berjudul “Qu’est ce
qu’une nation” (apakah bangsa itu), menurutnya bangsa itu adalah soal perasaan, soal kehendak
(tekad) semata-mata untuk tetap hidup bersama (le desir de vivre ensemble) yang timbul antara
segolongan besar manusia yang nasibnya sama dalam masa yang lampau, terutama dalam penderitaan-
penderitaan bersama. Jadi bangsa ialah segerombolan manusia yang mau bersatu, dan merasa dirinya
bersatu. Sedangkan Otto Bauer mengartikanbangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena
persatuan nasib.
2 . Menurut Bung Karno, bangsa adalah manusia yang menyatu dengan tanah airnya.
3 . Menurut Mohammad Hatta, bangsa ditentukan oleh keinsyafan sebagai suatu persekutuan yang
tersusun jadi satu, yaitu keinsafan yang terbit karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan.
Keinsafan ini bertambah besar oleh karena sama seperuntungan, malang yang sama diderita, mujur
yang sama didapat, oleh karena jasa bersama, kesengsaraan bersama, pendeknya oleh karena
peringatan kepada riwayat bersama yang tertanam didalam hati dan otak.
Pengertian Pandangan Hidup

Pandangan hidup berkenaan dengan sikap manusia didalam memandang diri dan lingkungannya. Sikap
manusia ini dibentuk oleh adanya kekuatan yang bersemayam pada diri manusia, yakni iman, cipta, rasa dan karsa,
yang membentuk pandangan hidup perorangan yang kemudian beradaptasi dengan pandangan hidup perorangan
lainnya menjadi pandangan hidup kelompok. Hubungan antara kehidupan kelompok yang satu dengan kelompok
lainnya melahirkan suatu pandangan hidup bangsa.
Menurut Subandi Al Marsudi penulis buku Pancasila dan UUD’45 dalam Paradigma Reformasi,
Pandangan Hidup dapat didefinisikan sebagai segenap prinsip dasar yang dipegang teguh oelh suatu bangsa guna
memecahkan berbagai persoalan kehidupan yang dihadapinya.
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
• Pancasila disebut sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, karena nilai-nilai yang terkandung dalam
sila-silanya tersebut dari waktu ke waktu dan secara tetap telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan Bangsa Indonesia.
• Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, digunakan sebagai petunjuk hidup sehari- hari, dan digunakan
sebagai penunjuk arah semua kegiatan didalam segala bidang. Tidak boleh bertentangan dengan norma-norma
kehidupan, baik norma agama, norma kesusilaan, norma sopan santun maupun norma hukum yang berlaku.
• Pandangan hidup bangsa dapat digunakan untuk mencapai hidup yang kokoh, guna mengetahui dengan
jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapai, karena tanpa memiliki pandangan hidup, suatu bangsa akan terus
berombang-ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri maupun persoalan-
persoalan besar umat manusia dalam pergaulan masyrakat bangsa-bangsa di dunia. Dengan pandangan hidup yang
jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman dalam memecahkan masalah-masalah politik, ekonomi,
social dan budaya yang timbul dalam gerak kehidupan masyarakat yang makin maju, serta didalam membangun
dirinya.

Definisi atau batasan tentang pandangan hidup suatu bangsa ini pernah kita dapati dalam buku pengantar
pemahaman atas latar belakang Ketetapan No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan
Pancasila atau Ekaprasetia Pancakarsa.
• Berdasarkan hasil Sidang Istimewa MPR-RI bulan November 1998 Ketetapan No. II/MPR/1978 tersebut di
atas telah dinyatakan dicabut dengan Ketetapan MPR-RI No. XVIII/MPR/1998. Dari segi kedudukannya, Pancasila
mempunyai kedudukan yang tinggi, yakni sebagai cita-cita dan Pandangan Hidup Bangsa dan Negara RI, sedangkan
dilihat dari segi fungsinya Pancasila mempunyai fungsi utama sebagai Dasar Negara RI.

Istilah-istilah lain sebagai sinonim dari pengertian pandangan hidup dikenal dengan sebutan: way of life,
Weltanschauung, wereldbeschouwing, wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pegangan hidup, pedoman
hidup dan petunjuk hidup.

B. Pancasila Sebagai Dasar Negara R I

Pancasila dalam pengertian ini sering disebut sebagai dasar Falsafah Negara,
Philosofische Gronddslag dari Negara, Ideologi Negara, Staatsidee. Pancasila sebagai Dasar Negara RI berarti
Pancasila dijadikan dasar dalam mengatur penyelenggaraan pemerintahan Negara. Rumusan Pancasila sebagai dasar
Negara RI tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 aline keempat.

Pancasila sebagai tempat menuangkan aturan-aturan dasar/pokok yang tertulis yang kemudian dijabarkan lagi
kedalam berbagai Ketetapan MPR, dan aturan yang tidak tertulis terpelihara dalam konvensi atau kebiasaan
ketatanegaraan. Pancasila punyai sifat kengikat, keharusan, imperative artinya norma-norma hukum yang tidak
boleh dikesampingkan namun dilanggar, sedangkan pelanggaran atasnya dapat berakibat hukum dikenakannya suatu
sanksi Meskipun sekarang dalam suasana reformasi dan demokrasi dimana ornag bebas mengeluarkan pendapatnya
dan menyampaikan pikiran dan pandangan-pandanganya, namun tidak boleh memberikan penafsiran terhadap
Pancasila menurut anggapannya sendiri-sendiri. Dimana kasus ini pernah terjadi karena adanya penyimpangan
terhadap Pancasila yaitu, kasus DN Aidit tokoh PKI yang berideologikan komunis.

Pancasila selain sebagai alat pemersatu juga sebagai Jiwa Bangsa Indonesia, Pancasila sebagai Kepribadian
Bangsa Indonesia, Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia ketika mnedirikan Negara, Pancasila
sebagai Cita-cita dan Tujuan Bangsa Indonesia, dan Pancasila sebagai Falsafah Hidup dan Ideologi Bangsa
Indonesia, dsb.

Dari aspek hukum ketatanegaraan Indonesia, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, seperti
yang dinyatakan dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Pancasila: Sumber dari segala sumber hukum),
juncto Ketetapan MPR-RI No. V/MPR/1973 dan No. IX/mpr/1978 Sumber dari tertib hukum RI adalah pegangan
hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari rakyat
Negara yang bersangkutan. Sumber dari tertib hukum RI adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum
serta cita-cita moral yang meliputi suasana kejiwaan dan watak dari rakyat Indonesia, ialah cita-cita mengenai
kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan social, perdamaian nasional dan mondial,
cita-cita politik mengenai sifat, bentuk, dan tujuan Negara, cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan
keagamaan sebagai pengejawantahan daripada Budi Nurani Manusia. Dan semua ini dimurnikan dan dipadatkan
oleh PPKI atas nama RI menjadi Dasar Negara RI, yakni Pancasila.

Pancasila, sebagai sumber dari segala sumber hukum, melahirkan empat buah sumber hukum lain, yaitu:
(1) Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, (2) Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, (3) UUD 1945, (4) SP 11
Maret 1966 Ketetapan No. XX/MPRS/1966, memuat tata urutan peraturan perundangan RI sebagai

berikut:
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Peraturan pelaksana lainnya: Peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.
Naskah Pancasila
Bab I Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam bab ini dibahas tentang sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama Pancasila. Dalam
pendahuluan dibabahas tentang pernyataan bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang bertuhan           

Pengertian Setelah itu dibahas tentang apa pengertian-pengertian dari kata-kata yang menyusun kalimat
dalam sila pertama Pancasila. Sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang akan lebih menjelaskan lagi tentang
apa yang terkandung dari kata-kata dalam kalimat sila pertama . 

Sikap dan Nilai-nilai Luhur Yang terkandung

Selanjutnya dibahas tentang beberapa sikap yang kandung nilai-nilai luhur Pancasila. Setiap sikap disertai contoh
sikap yang mencerminkannya, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, lingkungan masyarakat dan keluarga.
Adapun sikap luhur itu antara lain

1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha

2. Hormat dan menghormati antara pemeluk Agama yang berbeda

3. Taat beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa

4. Menerapkan sikap toleransi beragama.  

Bab II Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

Dalam bab ini dibahas tentang sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam sila kedua Pancasila. Dalam
pendahuluan dibabahas tentang pernyataan manusia itu pemikirin bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa menyandang dua aspek yakni, aspek individualitas (pribadi) dan aspek sosialitas (masyarakat).           

Pengertian Setelah itu dibahas tentang apa pengertian dari kata-kata yang menyusun kalimat dalam sila
kedua Pancasila. Sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang akan lebih menjelaskan lagi tentang apa yang
terkandung dari kata-kata dalam kalimat sila kedua.

Sikap dan Nilai-nilai Luhur Yang terkandung Selanjutnya dibahas tentang beberapa sikap yang
kandung nilai-nilai luhur Pancasila. Setiap sikap disertai contoh sikap yang mencerminkannya, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, lingkungan masyarakat dan keluarga. Adapun sikap luhur itu antara lain

1. Mengakui persamaan derajat

2. Bersikap setia kepada negara dan menjungjung tinggi Kesetiakawanan Sosial

3. Sikap Ikhlas dan Jujur

4. Sikap Bekerjasama dengan dunia Intenasional

5 Menghormati Hak Asasi Manusia 

Bab III Sila Ketiga Persatuan Indonesia

Dalam bab ini dibahas tentang sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam sila ketiga Pancasila. Dalam
pendahuluan dibabahas tentang Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam
proses yang dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses yang
tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang
lama  Pengertian Setelah itu dibahas tentang apa pengertian dari kata-kata yang menyusun kalimat dalam sila ketiga
Pancasila. Sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang akan lebih menjelaskan lagi tentang apa yang
terkandung dari kata-kata dalam kalimat sila ketiga  

Sikap dan Nilai-nilai Luhur Yang terkandung Selanjutnya dibahas tentang beberapa sikap yang kandung nilai-
nilai luhur Pancasila. Setiap sikap disertai contoh sikap yang mencerminkannya, dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, lingkungan masyarakat dan keluarga. Adapun sikap luhur itu antara lain
1 Mengembangkan rasa Nasionalisme

2. Bersikap Patriotisme

3. Mengembangkan semangat kekeluargaan.

4. Menghindari penonjolan sara dan lain-lain

5 Membela Negara demi keutuhan bangsa  

Bab IV Sila Ke empat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan

Dalam bab ini dibahas tentang sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam sila keempat Pancasila. Dalam
pendahuluan dibabahas tentang Negara Indonesia yang menganut sistem kerakyatan dalam pemerintahan,
maksudnya kedaulatan tertinggi  di dalam negara dipegang oleh rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh badan
perwakilan rakyat. Teknik yang ditempuh badan perwakilan dalam tugasnya adalah bermusyawarah mufakat. Para
anggota badan perwakilan mengembangkan sikap jujur, rasional beritikad baik dan bertanggungjawab. Pengertian
Setelah itu dibahas tentang apa pengertian dari kata-kata yang menyusun kalimat dalam sila keempat Pancasila.
Sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang akan lebih menjelaskan lagi tentang apa yang terkandung dari
kata-kata dalam kalimat sila keempat.

Sikap dan Nilai-nilai Luhur Yang terkandung Selanjutnya dibahas tentang beberapa sikap yang kandung nilai-
nilai luhur Pancasila. Setiap sikap disertai contoh sikap yang mencerminkannya, dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, lingkungan masyarakat dan keluarga. Adapun sikap luhur itu antara lain

1. Gemar melakukan gotong royong


2 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan bersama
3. Mengembangkan semangat kekeluargaan.  

Bab V Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam bab ini dibahas tentang sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima Pancasila. Dalam
pendahuluan dibabahas tentang Hal ini bisa dipahami karena keadilan merupakan salah satu kebutuhan hidup
manusia. Masalah-masalah yang berkaitan dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
oleh manusia ataupun masalah-masalah yang berkaitan dengan apa yang akan diperoleh manusia akibat tindakan-
tindakan yang dilakukannya dalam mencukupi kebutuhan hidupnya senantiasa bersinggungan dengan masalah
keadilan. Keadilan sosial yang dimaksud harus didasarkan pada empat sila sebelumnya. Pengertian Setelah itu
dibahas tentang apa pengertian dari kata-kata yang menyusun kalimat dalam sila kelima Pancasila. Sehingga
menghasilkan sebuah kesimpulan yang akan lebih menjelaskan lagi tentang apa yang terkandung dari kata-kata
dalam kalimat sila kelima

Sikap dan Nilai-nilai Luhur Yang terkandung Selanjutnya dibahas tentang beberapa sikap yang
kandung nilai-nilai luhur Pancasila. Setiap sikap disertai contoh sikap yang mencerminkannya, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, lingkungan masyarakat dan keluarga. Adapun sikap luhur itu antara lain

1 Bersikap adil
2 Melaksanakan hak dan kewajiban dengan seimbang sebagai warga negara
3.  Menolong sesama.
4. Bersikap Ramah dan menghargai oarng lain
5. Bersikap Terpuji Dalam Berbagai Lingkungan Lampiran

Dalam lampiran disertai UUD 1945 yang merupakan hasil dari amandemen yang telah dilakukan MPR RI.
Pentingnya UUD 1945 hasil amandemen dalam buku ini kerena UUD 1945 dengan Pancasila adalah sebuah
kesatauan yang tidak dapat dipisahkan. Banyak pembahasan dan pengamalan Pancasila yang berdasarkan atau diatur
dalam UUD 1945 sehingga perlu disertakan dalam buku ini sebagai rujukan dari pembahasan buku ini.    

 Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara Zonder
Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ia ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan
merumuskan gambar lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia
Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia
teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M. A. Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM
Ngabehi Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk
dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

  
Tahap I lambang negara RI

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku �Bung Hatta Menjawab� untuk melaksanakan Keputusan
Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik,
yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR
adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan
menampakkan pengaruh Jepang. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II),
Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan
rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah
pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan �Bhinneka Tunggal Ika�.

Tahap II lambang negara RI


Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan
Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari
Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan
dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan
aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali � Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila.
Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai
perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya �Sekitar Pancasila� terbitan Departemen Hankam, Pusat
Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya
dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih �gundul� dan
��tidak berjambul�� seperti bentuk sekarang ini.
Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang
anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama
kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950.

Tahap III lambang negara RI

Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila
yang �gundul� menjadi �berjambul� dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula
menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20
Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang
kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk akhir
rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Tahap IV lambang negara RI


Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang
negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya
diserahkan kepada H. Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada
disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal
Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah, Pontianak.
Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan berkas dokumen
proses perancangan lambang negara, disebutkan �ide perisai Pancasila� muncul saat Sultan Hamid II sedang
merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara
mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila
divisualisasikan dalam lambang negara.

Anda mungkin juga menyukai