Makalah Jurnal Ketosidosis
Makalah Jurnal Ketosidosis
Ketoasidosis
Disusun oleh:
Pertama – tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberkahi kami sehingga makalah jurnal ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah jurnal ini dan berbagai sumber yang telah kami gunakan sebagai data dan fakta pada
makalah ini.
Makalah jurnal ini memuat tentang “Ketoasedosis” untuk memenuhi tugas Mata kuliah
Keperawatan Kritis. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan makalah jurnal ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal
dapat kami analisa dengan sempurna dalam makalah jurnal ini. Kami melakukannya semaksimal
mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan
kemampuan. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi kita
semua. Terimakasih.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada diabetesmellitus
dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang masih cukuptinggi. Ketoasidosis
diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka dengan diabetes melitustipe 1 dan tipe 2. Tetapi
lebih sering pada diabetes melitus tipe 1.
Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif disirkulasi yangterkait
dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dangrowth
hormone. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan penyebab utama morbiditas danmortalitas
pada anak dengna diabetes melitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas terutama berhubungan dengan
edema serebri yang terjadi sekitar 57%-87% ' %& dari seluruh kematianakibat KAD.
B. Tujuan.
TINJAUAN PUSTAKA
A.Defenisi.
Ketoasidosis diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan tingginya
kadar keton di dalam tubuh. Salah satu tanda khas dari kondisi ini adalah munculnya bau mulut
yang beraroma buah. Jika tidak segera ditangani, ketoasidosis diabetik dapat berakibat fatal.
Ketoasidosis diabetik lebih sering terjadi pada penderita diabetes tipe 1. Kondisi ini sering
kali terjadi secara mendadak (akut), bahkan hanya dalam waktu 24 jam.
etoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan disertaigangguan
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini terkadang disebut ”akselerasi puasa”
dan merupakan gangguan metabolisme yang paling serius padadiabetes ketergantungan insulin.
Gejala ketoasidosis diabetik bisa memburuk dalam waktu yang cepat. Saat penderita diabetes
mengalami asidosis akibat penumpukan keton, akan muncul sejumlah keluhan berikut:
Frekuensi buang air kecil meningkat
Rasa sangat haus yang tidak hilang walaupun sudah minum
Napas berbau seperti buah-buahan atau pembersih kuteks (aseton)
Tubuh terasa lemas dan lelah
Otot terasa nyeri atau kaku
Mual dan muntah
Sakit kepala
Sakit perut
Sesak napas
Dehidrasi
Linglung
Penurunan kesadaran hingga pingsan
C.Penyebab.
Gula atau glukosa merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Untuk masuk ke dalam sel-sel
tubuh dan diolah menjadi energi, glukosa memerlukan bantuan dari insulin. Namun, pada
penderita diabetes melitus, insulin di dalam tubuhnya mengalami gangguan sehingga tidak dapat
menjalankan fungsinya.
Penderita diabetes melitus akan mengalami kekurangan insulin, atau insulin yang diproduksi
tidak bekerja dengan normal (resistensi insulin). Hal ini menyebabkan glukosa di dalam darah
menumpuk dan tidak bisa digunakan dan diolah menjadi energi.
Untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan energi, sel-sel tubuh akhirnya mengolah lemak
menjadi energi. Salah satu zat sisa hasil pengolahan lemak adalah zat yang bersifat asam, yaitu
keton. Jika terus berlanjut, keton akan makin menumpuk di dalam tubuh. Akibatnya, kadar asam
dalam darah akan menjadi tinggi (asidosis).
D. Penatalaksanaan Medis.
natriumnya tidak terlalu rendah. infuse dengan kecepatan sedang hingga tinggi (200 hingga
500 ml/jam) dapat dilanjutkan untuk beberapa jam berikutnya.
2. Kehilangan elektrolit.
TUJUAN PENELITIAN :
Jurnal 1.
Untuk mengontrol cairan intravena berkontribusi pada cedera ini telah diperdebatkan selama
beberapa dekade.
Jurnal 2.
Jurnal 3.
Untu pemantauan dan pengontrolan insulin dan cairan yang di perlukan oleh tubuh pasien
agar tidak tidak kekurangan atau malah menjadi kelebihan.
METODE PENELITIAN:
Jurnal 1.
Kami melakukan 13-pusat, acak, percobaan terkontrol yang meneliti efek dari tingkat
administrasi dan kandungan natrium klorida dari cairan intravena pada hasil neurologis pada
anak-anak dengan ketoasidosis diabetikum. Anak-anak secara acak ditugaskan ke salah satu
dari empat kelompok perlakuan dalam desain faktorial 2-oleh-2 (kandungan natrium klorida
0,9% atau 0,45% dan kecepatan pemberian yang cepat atau lambat).
Jurnal 2.
Untuk uji klinis prospektif terkontrol acak pada 50 anak/remaja dengan ketoasidosis diabetik
ringan/sedang, kriteria diagnostik untuk ketoasidosis meliputi: kadar glukosa darah >250
mg/dl, ketonuria>++, pH vena <7,3 dan/ atau bikarbonat <15 mEq/l.
Jurnal 3.
HASIL PENELITIAN:
Jurnal 1.
Sebanyak 1389 episode ketoasidosis diabetikum dilaporkan pada 1.255 anak. Skor Skala
Koma Glasgow menurun menjadi kurang dari 14 dalam 48 episode (3,5%), dan cedera otak
yang tampak secara klinis terjadi pada 12 episode (0,9%).
Jurnal 2.
Dari 50 anak (usia 2-17 tahun), 56% (28) adalah perempuan, dan 48% (24) menderita
diabetes tipe I. Kelompok intervensi dan kontrol memiliki temuan klinis/laboratorium dasar
yang serupa. Usia rata-rata (tahun) adalah 8,6 ± 0,8 untuk intervensi dan 8,86 ± 0,7 untuk
kelompok kontrol (p = 0,4) dengan 64% mengalami ketoasidosis diabetik sedang.
Jurnal 3.
Empat puluh lima laporan kasus individu dan delapan belas artikel seri kasus dimasukkan.
India menyumbang bagian terbesar dari laporan dengan 37,7% dan 38,8% dari kasus individu
dan seri kasus, masing-masing. Mortalitas berkisar dari 0% sampai 100% dalam seri kasus.
Kematian keseluruhan dalam kasus individu adalah 46,3%, dan 64,2% kematian dilaporkan
pada pasien dengan diabetes ketoasidosis. Pembengkakan wajah (53,3%), sakit kepala
(44,4%), kehilangan penglihatan (35,5%) dan oftalmoplegia (35,5%) adalah gejala klinis
yang paling sering dilaporkan. Pada semua pasien kecuali 4 (91,1%), CM dirawat dengan
pembedahan; namun, dalam banyak kasus (42%), meskipun dilakukan pembedahan,
kematian tetap terjadi. Amfoterisin B deoksikolat (AMB) dan AMB berbasis lipid (LAMB)
digunakan sebagai pengobatan lini pertama untuk semua pasien; namun, posaconazole,
echinocandins, terapi oksigen hiperbarik (HBOT) dan deferasirox digunakan dalam
kombinasi untuk sejumlah pasien. Posaconazole telah terbukti memiliki efek terapeutik yang
positif; namun, posaconazole, LAMB dan HBOT tidak umum digunakan di negara-negara
berpenghasilan rendah dan memiliki masalah kesehatan.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan.