Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gerakan arthrokinematika adalah gerakan yang terjadi diantara dua
permukaan tulang didalam sendi, dimana tipe gerakan dipengaruhi oleh
bentuk permukaan sendi ovoid dan sellar. Pada ovoid sendi, salah satu
permukaan tulang adalah konveks dan permukaan lawanannya adalah konkaf
atau sebaliknya. Pada sellar joint, satu permukaan tulang memiliki bentuk
konkaf dan konveks, dan permukaan lawanannya berbentuk konveks dan
konkaf. Tipe gerakan arthrokinematika adalah roll, slide, dan spin.

B. Tujuan
Untuk mengetahui gerakan – gerakan apa saja yang terdapat Shoulder
Complex

A. LATAR BELAKANG

Otot merupakan jaringan aktif, karena otot mampu secara aktif

mengembangkan ketegangan atau berkontraksi. Karena otot adalah jaringan aktif,

maka otot memiliki fungsi yang penting untuk mempertahankan postur tubuh,

menggerakkan segmen tubuh & meredam terjadinya shock.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian shoulder kompleks

2. Untuk mengetahui otot-otot apa saja yang ada di shoulder kompleks

1
BAB II

PEMBAHASAN

ARTHROKINEMATIKA SHOULDER KOMPLEKS


Shoulder kompleks merupakan sendi yang paling kompleks pada tubuh
manusia karena memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Yang terdiri atas 3 sendi
synovial yaitu sternoclavicular joint, acromioclavicular joint dan glenohumeral joint
(shoulder joint) dan 2 sendi non-sinovial yaitu suprahumeral joint (coracoclavicular
joint) dan scapulothoracic joint.

 GLENOHUMERAL JOINT
Glenohumeral joint dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas
glenoidalis yang dangkal. Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket
joint, tetapi merupakan sendi yg paling bebas pada tubuh manusia. Caput humeri
yang berbentuk hampir setengah bo-la memiliki area permukaan 3 – 4 kali lebih
besar daripada fossa glenoidalis scapula yang dangkal se-hingga memungkinkan
terjadinya mobilitas yg ting-gi pada shoulder. Fossa glenoidalis diperlebar oleh
sebuah bibir/la-brum fibrokartilago yang mengelilingi tepi fossa  disebut
dengan “labrum glenoidalis”, labrum ini dapat membantu menambah stabilitas
glenohume-ral joint. Kapsul artikularisnya kendor dan jika lengan ter-gantung ke
bawah akan membentuk kantong kecil pada permukaan medial, yang disebut
“recessus axillaris”. Bagian atas kapsul diperkuat oleh lig. coracohume-ral dan
bagian anterior kapsul diperkuat oleh 3 se-rabut lig. glenohumeral yang lemah
(lig. glenohu-meral superior, middle & inferior).
 Glenohumeral joint dibentuk oleh caput humeri yang bersendi dengan cavitas
glenoidalis yang dangkal.

 Glenohumeral joint termasuk sendi ball and socket joint, tetapi merupakan
sendi yg paling bebas pada tubuh manusia.

 Caput humeri yang berbentuk hampir setengah bo-la memiliki area


permukaan 3 – 4 kali lebih besar daripada fossa glenoidalis scapula yang

2
dangkal sehingga memungkinkan terjadinya mobilitas yg tinggi pada
shoulder.

 Fossa glenoidalis diperlebar oleh sebuah bibir/la-brum fibrokartilago yang


mengelilingi tepi fossa à disebut dengan “labrum glenoidalis”, labrum ini
dapat membantu menambah stabilitas glenohume-ral joint.

 Kapsul artikularisnya kendor dan jika lengan tergantung ke bawah akan


membentuk kantong kecil pada permukaan medial, yang disebut “recessus
axillaris”.

 Bagian atas kapsul diperkuat oleh lig. coracohume-ral dan bagian anterior
kapsul diperkuat oleh 3 se-rabut lig. glenohumeral yang lemah (lig. glenohu-
meral superior, middle & inferior).

 Ada 4 tendon otot yang memperkuat kapsul sendi yaitu subscapularis,


supraspinatus, infraspinatus & teres minor à dikenal dengan “rotator cuff
muscle” à juga dibantu oleh tendon caput longum biceps brachii.

 Rotator cuff muscle memberikan kontribusi terha-dap gerakan rotasi humerus,


dan keempat tendon-nya membentuk collagenous cuff disekitar sendi shoulder
à membungkus shoulder pada sisi poste-rior, superior dan anterior.

 Ketegangan dari rotator cuff muscle dapat menarik caput humerus kearah
fossa glenoidalis sehingga memberikan kontribusi yg signifikan terhadap
stabi-litas sendi.

 Glenohumeral joint merupakan sendi yang paling mobile karena


menghasilkan gerakan dengan 3 DKG (fleksi – ekstensi, abduksi – adduksi,
exorotasi – endorotasi) dan sirkumduksi.

 Pada gerakan fleksi – ekstensi terjadi gerak arthro-kinematika yaitu spin,


gerakan abduksi – adduksi terjadi gerak arthrokinematika yaitu caudal –
cranial slide, gerakan exorotasi – endorotasi terja-di gerak arthrokinematika
yaitu ventral – dorsal slide.

3
 ACROMIOCLAVICULAR JOINT
Acromioclavicular joint dibentuk oleh processus acromion scapula yang
bersendi dengan ujung distal clavicula. Sendi ini termasuk irregular joint atau
plane joint, dimana permukaan sendi pada acromion berbentuk konkaf dan pada
ujung distal clavicula berbentuk konveks  permukaan sendinya hampir rata.
Kapsul artikularisnya diperkuat oleh lig. acromiocla-vicularis pada bagian
superior. Pada bagian belakang sendi diperkuat oleh aponeurosis otot upper
trapezius dan deltoid. Ujung distal clavicula distabilisasi oleh lig. Coraco-
clavicularis yang terdiri atas 2 serabut ligamen yaitu lig. trapezoideum dan lig.
conoideum . Acromioclavicular joint memberikan kontribusi pada gerakan elevasi
– depresi, protraksi – retraksi dan abduksi elevasi lengan. Pada saat gerakan
elevasi – depresi processus acromion akan slide kearah cranial – caudal,
sedangkan saat gerakan protraksi – retraksi akan slide kearah ventral – dorsal.

 Acromioclavicular joint dibentuk oleh processus acromion scapula yang


bersendi dengan ujung dis-tal clavicula.

 Sendi ini termasuk irregular joint atau plane joint, dimana permukaan sendi
pada acromion berbentuk konkaf dan pada ujung distal clavicula berbentuk
konveks à permukaan sendinya hampir rata.

 Kapsul artikularisnya diperkuat oleh lig. acromiocla-vicularis pada bagian


superior

 Pada bagian belakang sendi diperkuat oleh aponeu-rosis otot upper trapezius
dan deltoid.

 Ujung distal clavicula distabilisasi oleh lig. Coraco-clavicularis yang terdiri


atas 2 serabut ligamen yaitu lig. trapezoideum dan lig. conoideum

 Acromioclavicular joint memberikan kontribusi pada gerakan elevasi –


depresi, protraksi – retraksi dan abduksi elevasi lengan.

4
 Pada saat gerakan elevasi – depresi processus acromion akan slide kearah
cranial – caudal, se-dangkan saat gerakan protraksi – retraksi akan slide
kearah ventral – dorsal.

 STERNOCLAVIKULAR JOINT
Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal dari clavicula yang
bersendi dengan incisura clavicular dari sternum dan cartilago costa I. Sendi ini
merupakan modifikasi ball and socket joint atau saddle joint yang memiliki 2
cavitas sendi atau 2 cavum articularis. Sendi ini memiliki diskus artikular
fibrokartilago yang dapat memperbaiki kesesuaian kedua permukaan tulang yang
bersendi & berperan sebagai shock absorber. Kapsul articularisnya tebal dan
kendor, diperkuat oleh lig. sternoclavicular anterior dan posterior. Ujung
proksimal dari clavicula juga berhubungan dengan costa I melalui lig.
costoclavicular dan kedua ujung proksimal clavicula saling berhubungan oleh
adanya lig. interclavicularis. Sternoclavicular joint berperan besar dalam gerakan
shoulder girdle dan secara keseluruhan  berperan dalam gerakan protraksi –
retraksi, elevasi – depresi, abduksi elevasi lengan/shoulder. Pada gerakan
protraksi – retraksi terjadi gerak arthrokinematika yaitu ventral slide – dorsal

5
slide, sedangkan gerakan elevasi – depresi terjadi gerak arthrokinematika yaitu
caudal slide – cranial slide.
 Sternoclavicular joint dibentuk oleh ujung proksimal dari clavicula yang
bersendi dgn clavicular notch dari sternum dan cartilago costa I.
 Sendi ini merupakan modifikasi ball and socket joint atau saddle joint yang
memiliki 2 cavitas sendi atau 2 cavum articularis.
 Sendi ini memiliki diskus artikular fibrokartilago yang dapat memperbaiki
kesesuaian kedua permukaan tulang yang bersendi & berperan sebagai shock
absorber.
 Kapsul articularisnya tebal dan kendor, diperkuat oleh lig. sternoclavicular
anterior dan posterior.
 Ujung proksimal dari clavicula juga berhubungan dengan costa I melalui lig.
costoclavicular dan ke-dua ujung proksimal clavicula saling berhubungan oleh
adanya lig. interclavicularis.
 Sternoclavicular joint berperan besar dalam gerak-an shoulder girdle dan
secara keseluruhan à ber-peran dalam gerakan protraksi – retraksi, elevasi –
depresi, abduksi elevasi lengan/shoulder.
 Pada gerakan protraksi – retraksi terjadi gerak ar-throkinematika yaitu ventral
slide – dorsal slide, se-dangkan gerakan elevasi – depresi terjadi gerak ar-
throkinematika yaitu caudal slide – cranial slide.

6
 SCAPULATRHORACIC ARTICULATIO
 Scapulathoracic joint merupakan pertemuan antara scapula dgn dinding
thorax, yg dibatasi oleh otot subscapularis & serratus anterior.
 Scapulothoracic joint dipertahankan oleh 3 otot trapezius, rhomboid major et
minor, serratus ante-rior & levator scapula.
 Otot-otot yang melekat pada scapula melakukan 2 fungsi yaitu :
 Fungsi pertama, otot-otot tersebut berkontraksi un-tuk menstabilisasi regio
shoulder à contoh : ketika kopor/tas diangkat dari lantai maka otot levator
scapula, trapezius & rhomboid berkontraksi untuk menyanggah scapula yang
pada gilirannya semua shoulder melalui ACJ.
 Fungsi kedua, otot-otot scapula dapat memfasilitasi gerakan-gerakan upper
extremitas melalui posisi yang tepat dari glenohumeral joint.
 Contoh : selama lemparan overhand à otot rhom-boid berkontraksi untuk
menggerakkan seluruh shoulder kearah posterior pada saat humerus hori-
zontal abduksi dan exorotasi selama fase persiapan melempar.
 Kemudian, pada saat lengan dan tangan bergerak ke depan untuk melakukan
lemparan, maka kete-gangan otot rhomboid dilepaskan untuk memberi-kan
gerakan ke depan dari shoulder joint.

 SUPRAHUMERAL JOINT
 Suprahumeral joint terdiri atas coracoclavicular joint dan coracoacromialis
joint, merupakan sindes-mosis.

 Coracoclavicularis joint dibentuk oleh processus co-racoideus scapula dan


permukaan inferior clavicula yang diikat oleh lig. coracoclavicularis

 Coracoacromialis joint dibentuk oleh processus co-racoideus scapula dan


processus acromion scapula yang diikat oleh lig. coracoacromialis

 Struktur jaringan yang berada pada suprahumeral joint adalah bursa


subacromialis/subdeltoidea, ten-don supraspinatus & tendon caput longum
biceps.

7
 SHOULDER GIRDLE (GELANG BAHU)
Gelang bahu yaitu persendian yang menghubungkan lengan dengan badan.
Pergelangan ini mempunyai mangkok sendi yang tidak sempurna oleh karena
bagian belakangnya terbuka. Gelang bahu terdiri atas tulang selangka yang
melengkung berupa huruf S, dan tulang belikat yaitu sebuah tulang ceper
berbentuk segi tiga. Gelang bahu berhubungan dengan rangka batang badan hanya
pada satu tempat saja. Ujung sebelah tengah tulang selangka dihubungkan dengan
pinggir atas tulang dada oleh sendi dada-selangka. Ujung sebelah luar tulang
selangka berhubungan dengan dengan sebuah taju tulang belikat (ujung bahu)
dengan perantaraan sendi akromioklavikula.

 SCAPULOHUMERAL RHYTME

 Scapulohumeral rhythm hanya terjadi pada gerakan abduksi – elevasi dan


fleksi – elevasi à terjadi ge-rak proporsional antara humerus & scapula.

 Ada 3 fase gerak abduksi :

 Fase I 0 – 60o/90o

 Fase II 60/90 – 120o/150o

 Fase III 120/150 – 180o

 Setiap fase terjadi gerak proporsional antara hume-rus & scapula à perlu
memperhatikan analisis ge-rak pada setiap fase.

 Fase I (0o – 60/90o) :

 Pada abduksi 30o terjadi gerak humerus sebesar 30o se-mentara scapula
tetap dalam posisinya.

 Pada abduksi 30 – 60o terjadi gerak proporsional antara humerus &


scapula dengan rasio 2 : 1.

8
 Pada awal fase ini, otot deltoid dan supraspinatus beker-ja utama
membentuk kopel pada level shoulder joint.

 Pada 60 – 90o abduksi bursa subdeltoidea tergelincir ma-suk ke ruang


suprahumeral joint.

 Fase II (60/90o – 120/150o) :

 Pada abduksi 90o terjadi “locked” karena tuberculum ma-jus


berbenturan dgn margo superior glenoidalis à untuk menghindari
locked maka terjadi lateral rotasi dari hume-rus guna memindahkan
tuberculum majus kearah dorsal.

 Lanjutan fase II

 Pada fase ini masih terjadi gerak proporsional antara hu-merus dan
scapula dengan rasio 2 : 1.

 Pada fase ini, terjadi kontribusi gerakan SC joint & AC joint berupa
rotasi aksial.

 Pada fase ini, otot trapezius & serratus anterior bekerja membentuk
kopel pada level scapulothoracic joint, diban-tu oleh otot deltoid &
supraspinatus.

 Fase III (120/150o – 180o)

 Pada fase ini gerak proporsional antara humerus & sca-pula masih
tetap berlanjut.

 Pada fase ini terjadi gerakan intervertebral joint C6 – Th4 dan costa 1
– 4 à intervertebral joint C6 – Th4 mengala-mi rotasi ipsilateral dan
lateral fleksi kontralateral, costa 1 – 4 mengalami winging dan rotasi

 Lanjutan fase III :

 Gerakan intervertebral joint mulai terjadi pada awal 150o dan


dihasilkan oleh otot-otot spinal (erector spine) sisi kontralateral.

 Jika kedua lengan dalam posisi abduksi – elevasi penuh (paralel


vertikal) maka terjadi peningkatan lordosis lum-bal oleh aksi otot-otot
spinal (erector spine).

 Pada fase ini, semua otot abduktor berkontraksi.

9
PENGHAMBAT GERAK

 Penghambat gerak dapat berasal dari ketegangan/ penguluran jaringan otot,


kapsul-ligamen, dan ben-turan antara tulang.

 Pada gerakan abduksi terjadi ketegangan lig. gle-nohumeral serabut middle


dan inferior serta kapsul sendi bagian inferior, dan pada abduksi-elevasi penuh
terjadi penguluran otot latissimus dorsi & pectoralis mayor. à endfeel normal
: elastis end-feel.

 Pada gerakan adduksi penuh terjadi ketegangan lig. glenohumeral superior


dan lig. coracohumeral serta kapsul sendi superior. à endfeel normal : elastis
endfeel

 Pada gerakan fleksi terjadi ketegangan lig. coraco-humeral terutama serabut


posterior, dan pada flek-si-elevasi penuh terjadi penguluran otot latis. dorsi.

 Pada gerakan ekstensi terjadi ketegangan lig. cora-cohumeral terutama serabut


anterior à endfeel normal : elastis hard endfeel.

 Pada gerakan eksorotasi terjadi ketegangan 3 sera-but lig. glenohumeral dan


kaspul sendi bagian an-terior à endfeel normal : elastis endfeel.

 Pada gerakan endorotasi terjadi ketegangan kapsul sendi posterior dan pada
endorotasi penuh terjadi penguluran tendon supraspinatus, infraspinatus &
teres minor à endfeel normal : elastis endfeel.

10
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Shoulder kompleks merupakan sendi yang paling kompleks pada


tubuh manusia karena memiliki 5 sendi yang saling terpisah. Yang terdiri atas 3 sendi
synovial yaitu sternoclavicular joint, acromioclavicular joint dan glenohumeral joint
(shoulder joint) dan 2 sendi non-sinovial yaitu suprahumeral joint (coracoclavicular
joint) dan scapulothoracic joint.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://www.ejbjs.org/cgi

12

Anda mungkin juga menyukai