Bab I Gastroenteritis
Bab I Gastroenteritis
PENDAHULUAN
1
dapat diserap secara sempurna oleh tubuh sehingga mengakibatkan tekanan pada
usus meninggi, dan usus yang berisi kebanyakan akan merangsang untuk mengeluarkan
feses lalu terjadi gastroenteritis.
Tindakan yang harus dilakukan pada pasien dengan gangguan kekurangan volume
cairan adalah dengan mengamati turgor kulit secara berkala untuk mengetahui tingkat
dehidrasi, pemberian makan yang berserat. Aspek yang paling penting adalah menjaga
keseimbangan cairan, untuk dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan cara
rehidrasi oral (larutan oralit) satu sendok teh setiap 1-2 menit, yang harus dilakukan pada
semua pasien, kecuali pada pasien dehidrasi berat yang memerlukan hidrasi intravena.
Status hidrasi harus dipantau setiap 2-3 jam dengan memperhatikan tanda-tanda vital,
pernafasan dan urin, serta penyesuaian infus jika diperlukan. Jumlah cairan yang akan
diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar( Lukman Zulkifli Amin, 2015).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menetapkan dan mengembangkan pola piker secara ilmiah ke dalam proses
asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam mencegah
masalah pada pasien dengan diagnose gastroenteritis atau diare.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan tentang definisi gastroenteritis
2. Menjelaskan tentang etiologi gastroenteritis
3. Menjelaskan tentang Manifestasi Klinis gastroenteritis
4. Menjelaskan tentang Klasifikasi gastroenteritis
5. Menjelaskan tentang Pemeriksaan Penunjang gastroenteritis
6. Menjelaskan tentang komplikasi gastroenteritis
7. Menjelaskan tentang penatalaksanaan gastroenteritis
8. Menjelaskan tentang patofisiologi gastroenteritis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Gastroentritis
2.1.1 Definisi
Menurut WHO, Gastroenteristis akut diartikan sebagai kondisi individu
mengalami mencret atau mengeluarkan tinja cair lebih dari tiga kali dalam sehari
atau bahkan lebih(WHO, 2013).
Gastroenteristis dikibatkan oleh banyak faktor, diantaranya karena kurang
memadainya kesehatan suatu lingkungan, gizi yang kurang baik. Selain itu,
gastroenteristis bisa terjadi karena makanan yang kurang ataupun makanan yang
diolah dengan cara yang tidak higienis dan terkontaminasi bakteri penyebab
gastroenteritis. (purwaningdyah, 2015).
2.1.2 Etiologi
1) Faktor infeksi
a) Infeksi enteral: dapat terjadi karena infeksi virus Escherichia coli (E.coli),
salmonella enterica, campylobacter, shigella; Infeksi parasite: cacing ( ascaris,
trichuris, oxyuris, strongylodes); protozoa (entamoba histolytica, giardia lambia,
tri chomonas nominis); jamur (candidia albicans).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi ini disebabkan karena penyakit lain seperti: otitis
media akut (OMA), transilitis atau tonsilofaringitis, bronkopneumonia.
2) Faktor Malabsorbsi
a) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa);
dan monosakarida (intoleransi glukosa, fraktosa, galaktosa).
b) Malabsorbsi karena lemak
c) Malabsorbsi karena protein: factor makanan (makanan yang sudah basi,
beracun, alergi pada makanan); faktor psikologis (rasa takut dan cemas);
faktor imunodeficyensi; faktor obat- obatan, antibiotic; faktor penyakit yang
lainnya.
2.1.3 Manifestasi Klinis
1) Tanda
a) Turgor kulit berkurang
b) BB menurun
c) Mukosa mulut kering
d) Nadi yang cepat
e) Detak jantung kencang
3
f) Tekanan darah menurun
g) Kesadaran yang menurun
h) Muka pucat dan nafasnya cepat
i) BAB lebih dari 4x
j) Suhu tubuh meningkat
2) Gejala
a) Nafsu makan menurun
b) Lemas
c) Kekurangan cairan
d) Gelisah
e) Oliguria
f) Anuria
g) Sering merasa haus
2.1.4 Klasifikasi
Gastroenteristis dibagi menjadi dua macam:
1) Gastroenteristis akut
Gastroenteristis ialah gastroenteritis yang terjadi secara dadakan, dan terjadi
selama kurang dari seminggu pada orang yang sebelumnya sehat.
2) Gastroenteristis kronik
Gastroenteristis kronik ialah gastroenteristis yang terjadi lebih dari seminggu,
bisa terjadi lebih dari dua minggu atau lebih. Gastroenteristis kronik di bagi
menjadi dua macam:
a) Gastroenteristis osmotic
Feses mengandung Na’ tidak banyak. Biasanya terjadi karena
makanan tidak diserap, kekurangan kalori dan protein.
b) Gastroenteristis sekretorik
Gastroenteristis yang tidak dapat hilang meskipun sudah puasa.
Gastroenteritis sekerotik sulit terjadi dan bisa terjadi karena memang
kelainan dari bawaan dari bayi. Frekuensi buang air besar lebih dari lima kali
per dua puluh empat jam. Fesesnya cair, dan jumlahnya banyak. Fesesnya
mengandung Na’ banyak.
4
sehari.
b) Mikroskopis: natrium didalam feses normalnya 56-105 mEq/l.
2) Kandungan PH dengan kandungan gula didalam feses dengan kertas
lakmus dan labed klining test dapat dikatakan terjadi intoleransi gula
a) PH yang normal <6
b) Gula tinja, jika hasilnya normal tidak akan terdapat kadar gula didalam
tinja.
3) Pemeriksaan ketidak seimbangan asam dan basa didalam darah, ltepatnya
dilakukan dengan menggunaakan pemeriksaan gas darah. Bila terjadi
alkaliosis metabolic ataupun asidosis respiratory maka kandungan CO2
banyak sekali daripada kandungan O2, dan bila terjadi asidosis metabolic
alkalosis respiratory akan memiliki kandungan CO2 lebih sedikit
dibandingkan dengan O2.
4) Pemeriksaan kandungan urine dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
a) Urin normalnya 20sampai 40 mg/dl. Jika menunjukkan adanya kadar
urine peningkatan, berarti terjadi dehidrasi.
b) Kreatinin normalnya 0,5 sampai 1,5 mg/dl. Jika terjadi peningkatan kadar
kreatinin berarti terjadi penurunan pada fungsi dari organ ginjal.
5) Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah lengkap meliputi
pemeriksaan elektroda serum, kreatinin. Haemoglobin, dan haematocrit.
6) Duodenum intubation. Berguna untuk mengetahui jumlah kuman yang ada
pada gastroenteritis. Penyebab yang biasa dijumpai bukanlah mikroba yang
berjenis tunggal shigela, crypto sporodium dan E. colienterogregatif dan lain-
lain. Hasil dari pemeriksaan duodenum intubation berupa positif tiga yang
menunjukkan adanya tiga kuman atau bakteri yang dapat menyebabkan
gastroenteristis.
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi gastroenteritis menurut Suryadi (2016) adalah sebagai berikut:
1) Kekurangan volume cairan (ringan, sedang, dan berat)
2) Cardic dysrhythimias akibat hypokalemia dan hipokalsemia
3) Demam
4) Asidosis metabolik
5) Hipokalemia ( ditandai dengan kelemahan otot, bradikardi, perubahan elektro
kardiogram)
6) Hipokalsemia
5
7) Intoleransi laktosa
8) Kejang
9) Mutah
2.1.7 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan Gastroenteristis adalah:
Pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi, berikan minum melalui oral satu gelas setelah
defekasi atau diberi cairan oralit satu sendok the setiap satu atau dua
menit
b) Dehidrasi ringan, satu jam pertama 25 sampai 50ml/kgbb diberikan
melalui melalui oral; selanjutnya 125 ml/kgbb diberikan melalui melalui
oral.
c) Dehidrasi sedang, satu jam pertama 50 sampai 100 ml/kgbb diberikan
secara melalui oral; selanjutnya 125 ml/kgbb diberikan secara melalui
oral.
d) Dehidrasi berat,, satu jam pertama 100 sampai 200ml/kgbb, diberikan
melalui oral; selanjutnya 125ml/kgbb diberikan secara oral.
2.1.8 Patofisiologi
Menurut Rizal (2018) patofisiologi dari gastroenteritis adalah meningkatnya
motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal yang diakibatkan oleh
gangguan absorbsi dan ekskresi cairan yang berlebihan, sehingga mengakibatkan
dehidrasi dan dapat terjadi asidosis metabolik. Diare dapat terjadi karena transport
aktif akibat rangsangan racun dari bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus,
sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekrsi cairan.
Mikroorganisme yang masuk dapat merusak mukosa sel intestinal sehingga
mengurangi fungsi permukaan intestinal. Perubahan pada mukosa intestinal akan
menyebabkan peradangan dan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengarbsorbsi cairan dan bahan-bahan makanan. Sehingga dapat
menyebabkan keluarnya feses yang berlebihan..
6
2.1.9 Pathway GEA
GASTROENTERITIS AKUT
(DIARE)
anoreksia
Kemerahan dehidrasi Suhu tubuh
Nyeri akut meningkat
dan gatal
Ketidakseimbangan
Resiko Kekurangan nutrisi kurang dari
kerusakan volume hipertermia kebutuhan tubuh
integritas kulit cairan
7
2.1.10 Masalah Keperawatan
1) Kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit
pada tubuh.
2) Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorbsi.
8
hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari
(diare kronis).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
9
1) Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari
anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh
Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika
orang tua terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu
tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri
anak.
2) Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan,
bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
a) berdiri dengan satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun
b) hitungan (GK)
c) Meniru membuat garis lurus (GH)
d) Menyatakan keingina sedikitnya dengan dua kata (BBK)
e) Melepas pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan
mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran
menurun.
Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada
anak umur 1 tahun lebih
Mata : cekung, kering, sangat cekung
Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit
atau kelihatan bisa minum
Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena
asidosis metabolic (kontraksi otot pernafasan)
Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi
menurun pada diare sedang.
Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 detik, kemerahan pada daerah perianal.
10
Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200- 400 ml/
24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami
stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan
kemudian menerima.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon
individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan yang aktual
atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya,
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi,
mencegahdan merubah status kesehatan pasien (Herdman dkk, 2013).
Menurut (Herdman & Kamitsuru, 2018) (Wilkinson, 2017)
diagnosa keperawatan pada pasien dengan Gastroenteritis(diare)
yaitu sebagai berikut:
1) Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.
Sedangkan menurut NANDA (2018) yaitu Defisien Volume Cairan.
2) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan intake makanan
4) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
ekskresi/BAB sering.
11
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang
telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana anda mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Budiono & Pertami, 2015).
Tabel 2.2 Rencana asuhan keperawatan
12
e. Evaporasi 6. Keluhan haus Hitung kebutuhan cairan
7. Frekuensi nadi Berikan posisi modified
Gejala dan Tanda Mayor : 8. Tekanan darah Trendelenburg
Objektif : 9. Tekanan nadi Berikan asupan cairan oral
a. Frekuensi nadi 10. Intake cairan
meningkat
11. Suhu tubuh
b. Nadi teraba lemah
c. Tekanan
darah menurun
d. Tekanan nadi
menyempit
e. Turgor kulit menurun
f. Membran
mukosa kering
g. Volume urin menurun
h. Hematokrit meningkat
13
Gejala dan Tanda Minor : Edukasi
Subjektif Anjurkan memperbanyak
a. Merasa lemah asupan cairan oral
b. Mengeluh haus Anjurkan menghindari
Objektif perubahan posisi
a. Pengisian mendadak
vena menurun Kolaborasi
b. Status mental berubah Kolaborasi pemberian cairan IV
c. Suhu tubuh meningkat isotonis (misal, NaCl, RL)
d. Konsemtrasi urin Kolaborasi pemberian cairan IV
meningkat hipotonis (misal, glukusa 2,5%,
e. Berat badan tiba-tiba NaCl 0,4%)
menurun Kolaborasi pemberian
Kondisi Klinis Terkait : cairan koloid (misal,
1. Penyakit Addison albumin, Plasmanate)
2. Trauma / perdarahan Kolaborasi pemberian darah
14
3. Luka bakar
4. AIDS
5. Penyakit Crohn
6. Muntah
7. Diare
8. Kolitis ulseratif
9. Hipoalbuminemia
Sumber : Tim Pokja
15
2.1.1 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan klien. Implementasi merupakan tahap ke empat dari
proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana
keperawatan (Deden, 2012).
Fokus utama dari komponen implementasi adalah pemberian
asuhan keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan
multifokal. Implementasi perencanaan berupa penyelesaian tindakan
yang diperlukan untuk memenuhi kriteria hasil seperti yang
digambarkan dalam rencana tindakan. Tindakan dapat dilaksanakan
oleh perawat, klien, anggota keluarga, anggota tim kesehatan lain atau
kombinasi dari yang disebutkan diatas.
Dalam implementasi keperawatan memerlukan beberapa
pertimbangan, antara lain:
1 Individualitas klien, dengan mengomunikasikan makna dasar
dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan.
2 Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang
dimiliki, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural,
pengertian terhadap penyakit dan intervensi.
3 Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi.
4 Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi
lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan.
5 Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
6 Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang
dilakukan kepada klien (Deden, 2012)
Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan
(Kozier et al, 2012) adalah sebagai berikut :
Pedoman Implementasi
17
selama tindakan tersebut.
4. Dokumentasi tindakan dan respon klien dicantumkan dalam
catatan perawatan kesehatan dan rencana asuhan.
Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan
terdiri atas deskripsi tindakan yang diimplementasikan juga
dicatat disertai alasan. Dokumentasi rencan asuhan untuk
meningkatkan kesinambungan asuhan dan untuk
perkembangan klien guna mencapai kriteria hasil.
Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif dinilai dan
dianalisis, apakah berkembang ke arah perbaikan atau
kemunduran.Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana
masalah yang ada dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah
baru yang menimbulkan diagnosa keperawatan baru.
P : Planning atau perencanaan
18
keperawatan yang telah diberikan.
Di dalam pencatatan evaluasi, terdapat langkah-langkah penting yang
harus dilakukan :
a) Pengumpulan data dan pembentukan pernyataan kesimpulan.
b) Kepekaan terhadap kemampuan klien untuk mencapai tujuan yang di
tetapkan.
c) Kesadaran faktor lingkungan, sosial, dan dukungan keluarga.
d) Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.
19
Evaluasi pasien dengan gastroenteritis adalah:
1. Keadaan umum anak
2. Frekuensi, volume serta keenceran defekasi
3. Masukan dan haluaran (rehidrasi cairan)
4. Integritas kulit (daerah yang kontak dengan popok) yang baik dapat
dipertahankan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit gastroenteritis adalah suatu peradangan pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dan atau tanpa di sertai muntah, di sebabkan oleh bakteri atau
virus. Kuman penyebab diare biasanya disebarkan melalui jalan fekal ke oral.
Penyebaran ini mungkin melalui air atau makanan yang tercemar tinja atau secara
langsung kontak antara tinja dengan penderita. Gastroenteritis atau diare ini bisa
menyebabkan beberapa komplikasi, yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik, kejang,
bakterimia, mal nutrisi, hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa
usus.
3.2 Saran
20
Dalam upaya meningkatkan kualitas perawatan pada klien gastroenteritis perlu di
tingkatkan tentang keperawatan pada klien tersebut sehingga asuhan keperawatan
dapat lebih efektif secara komprehensif meliputi bio-psiko-sosial-spitritual pada klien
melalui pendekatan proses keperawatan mencakup di dalamnya pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative yang di landasi oleh ilmu dan kiat keperawatan
professional yang sesuai dengan nilai moral etika profesi keperawatan sehingga di
masa yang akan datang dapat mengantisipasi dan menjawab tantangan-tantangan
serta perubahan sosial yang menitikbertakan pada pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan individu, keluarga, masyarakat serta lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah. (2018). asuhan keperawatan GEA. Jurnal Keperawatan Anak, 100(intervensi
keperawatan).
Bagus. (2020). bab 3 penelitian. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut, 100(mereduksi
data), 62.
Bagus. (2020). bab 3 penelitian keperawatan. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut,
100(pengambilan data), 60.
Belfield, C., Cribb, J., Hood, A., & Joyce, R. (2014). Living standards, poverty and inequality
in the UK: 2014. IFS Report.
Cahyono. (2016). subject penelitian. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut,
80(perencanaan keperawatan), 3.
Darmawan. (2012). asuhan keperawatan GEA. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut,
70(diagnosis GEA), 3.
Depkes, R. I. (2016). Peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 72 tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta.
Dharma. (2013). asuhan keperawatan gea. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut,
21
120(pemeriksaan fisik), 20.
Harmoko. (2016). asuhan keperawatan. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut,
70(evaluasi keperawatan), 49.
Hidayat, A. A. (2010). Metodologi penelitian kebidanan dan teknik analisis data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hutahacan. (2010). asuhan keperawatan gastroenteritis. Journal of Health, Education and
Literacy, 80(implementasi keperawatan).
Indah. (2017). asuhan keperawatan gea. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, 80(metabolisme tubuh).
Kemenkes, Ri. (2011). Situasi diare di Indonesia. Buletin Jendela Data Dan Informasi
Kesehatan, 2(2), 1–6.
Kumala, mattaqin dan. (2011). journal gastroenteritis. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis
Akut, 100(definisi), 21.
Mardiana, yeni. (2019). No Title. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut, 50(cairan dan
elektrolit), 21.
Muhammad Iqbal. (2018). KARYA TULIS ILMIAH. Asuhan Keperawatan Gastroenteritis
Akut, 100(pengertian GEA), 20. Retrieved from
GASTROENTERITIS/MOCHAMAD IQBAL P, BAB II.pdf
22