Makalah - Jazirah Arab
Makalah - Jazirah Arab
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
Disusun oleh :
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
merupakan tugas kelompok dan disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Sejarah Peradaban
Islam yang diampu oleh Bp. Ashief El-Qorny, M.Hum. Program S1 Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Sains Al-Qur'an (UNSIQ) Wonosobo
Jawa Tengah Tahun Ajaran 2021/2022.
Makalah ini dapat tercapai berkat dorongan dan perhatian berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bp. Ashief El-Qorny, M.Hum. selaku dosen Mata Kuliah Sejarah Peradaban
Islam.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan, semangat serta doa-doa yang
senantiasa Beliau dipanjatkan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu saya harapkan demi peningkatan kualitas
di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua
pihak yang mendukungnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam terbagi
menjadi dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah dimulai
dengan diangkatnya beliau menjadi Nabi dan Rasul. Sedangkan periode Madinah dimulai
sejak Hijrahnya Rasulullah dan kaum muslimin ke Madinah setelah lebih kurang 13 tahun
berdakwah di Mekkah.
Penulis dalam hal ini, Insya Allah akan membahas secara ringkas dan terbatas
mengenai Sejarah Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
di Mekkah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah ini, yakni:
1. Arab Pra-Islam
2. Periode Mekkah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah tentang Arab Pra-Islam
2. Untuk mengetahui tata sosial masyarakat jahiliyah serta perjuangan Nabi Muhammad
pada periode Mekkah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arab Pra-Islam
a. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab kuno yang sudah punah dan tidak mungkin
melacak rincian yang cukup tentang sejarah mereka, seperti ‘Ad, Tsamud, Thasm,
Judais, Imlaq (bangsa Raksasa) dan lain-lainnya.
b. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ya’rib bin
Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah.
c. Arab Musta’rabah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan
Ismail, yang disebut pula Arab Adnaniyah.1
2. Para pemimpin dan pemuka kabilah atau suku, yang memiliki kekuasaan dan
hak-hak istimewa sama seperti kekuasaan para raja, mayoritas mereka
1
Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad saw. dari Kelahiran
Hingga Detik-Detik Terakhir, (Terjemahan dari judul asli: ar-Rahiq al-Makhtum), Jakarta: Darul Haq, 2012,
Cet. XIV hal. 2-3.
2
Ali Hasan al-Karbuthli (Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, Padang: IAIN-IB Press, 2001,
hal 17.
5
memiliki independensi penuh. Namun boleh jadi sebagian mereka
bersubordinasi dengan raja bermahkota.3
3
Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan: M. Abdul Ghaffar dan Abdurrahim Mu’thi, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5), Bogor:
Pustaka Imam Syafi’I, 2003, Cet. I, hal. 73.
6
perdagangan dan peternakan. Maka terkenallah beberapa kota di Hijaz sebagai pusat
perdagangan, seperti Makkah, Madinah, Yaman, dan lain-lain.4
Qatadah, as-Suddi, Malik Dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid berkata:
“Melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-
dekatnya’, yaitu agar mereka memberikan syafa’at kepada kami dan mendekatkan
kedudukan kami kepada-Nya.” Untuk itu dulu pada masa jahiliyah mereka
mengucapkan talbiyah mereka di waktu haji ; “Aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada
4
Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, Padang: IAIN-IB Press, 2001, hal 20.
5
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos, 1997, Cet. I, hal. 8.
7
sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang Engkau miliki, Engkau memilikinya sedang ia
tidak memiliki. Syubhat inilah yang dipegang teguh oleh kaum musyrikin sejak masa
lalu dan masa berikutnya.”6
VI. Kesenian
Sekitar kota Mekkah banyak terdapat pasar-pasar kesenian. Pasarpasar
tersebut dijadikan pusat keramaian bagi penyair-penyair Arab. Di antaranya yang
terkenal yaitu ‘Ukaz dan Zul Majaz. Di sini penyairpenyair membacakan syair-
syairnya dan biasanya dipertandingkan di antara mereka. Bagi yang terbaik mendapat
mu’alaqat sebagai tanda penghargaan. Mu’alaqat semacam piagam berisikan syair
sang juara yang ditulis dengan tinta emas dan digantungkan di dinding Ka’bah.7
B. Periode Mekkah
6
Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan: M. Abdul Ghaffar dan Abdurrahim Mu’thi, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7), Bogor:
Pustaka Imam Syafi’i, 2003, Cet. I, hal. 87.
7 Maidir Harun dan Firdaus, Op. Cit. hal 22.
Afdhalu ash-Sholatu wa as-Salam, Beirut: Dar al-Fikr, 2008, Cet. I, hal 36.
10 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera AntarNusa, 1993, Cet. XVI, hal. 49.
8
menamaimu Muhammad. Kelahiran ini diiringi dengan kesucian dan kemenangan
bagi Rumah Suci, semoga berkah selalu baginya!”11
Beliau lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya Abdullah meninggal dunia
ketika Muhammad masih dalam kandungan ibunya Aminah. Muhammad kemudian
diserahkan kepada ibu pengasuh Halimah Sa’diyah, yang sebelumnya disusui oleh
budak perempuan Abu Jahal yaitu Tsuwaibah.12 Selama itu beliau saw. banyak
membawa keberkahan terhadap keluarga Halimah as-Sa’diyah. Lebih kurang empat
sampai lima tahun beliau tinggal di perkampungan kabilah Bani Sa’ad, hingga
terjadinya peristiwa dibelahnya dada beliau. Dalam peristiwa tersebut Jibril membelah
jantungnya dan mengeluarkan segumpal darah yang merupakan bagian setan,
sehingga bila tetap ada niscaya ia dapat memperdayai Muhammad. Kemudian jantubg
tersebut dicuci denga air zamzam dan dikembalikan ke tempatnya semula. Setelah
itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia
enam tahun, dia menjadi yatim piatu.
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syria
(Syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam
perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria, ia bertemu dengan seorang pendeta
Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada
Muhammad sesuai dengan petunjuk ceritacerita Kristen. Sebagian sumber
menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh
memasuki daerah Syria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi mengetahui tanda-
tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya.
11
Tahia al-Ismail, Tarikh Muhammad saw. Teladan Perilaku Ummat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996,
Cet. I, hal 12.
12 Tahia al-Ismail, Op. Cit. hal. 13.
9
Pada usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria membawa
barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama menjanda, Khadijah
yang kemudian menjadi istrinya. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan
Khadijah 40 tahun.
a. Perjuangan Dakwah
Secara umum, pada periode Mekkah, kebijakan dakwah yang dilakukan
Nabi Muhammad adalah dengan menonjolkan kepemimpinannya, bukan
kenabiannya. Implikasinya, dakwah dengan strategi politik yang memunculkan
aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial
13Philip K. Hitti, History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present, Jakarta:PT Serambi Ilmu
Semesta, 2010, Cet. II, hal. 141.
10
(egalitarisme) lebih tepat dibandingkan dengan aspek kenabiannya dengan
melaksanakan tabligh.14
14
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik
dan Budaya Ummat Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004, hal. 14.
15 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Op. Cit., hal 93.
11
pernah tahu dari dirimu selain kejujuran.” Beliau berkata, “Sesungguhnya aku
adalah pemberi peringatan kepada kalian akan azab yang amat pedih.” Abu
Lahab menanggapi, “Celakalah engkau sepanjang hari! Apakah hanya untuk ini
engkau kumpulkan kami?”
tangan Abu Lahab” (Q.S. Al-Lahab: 1). Yakni benar-benar merugi lagi gagal,
amal perbuatan dan usahanya pun tersesat.16
Rasulullah melakukan dakwah Islam secara terang-terangan di tempat-
tempat berkumpul dan bertemunya kaum musyrikin. Beliau membacakan
Kitabullah dan menyampaikan ajakan yang selalu disampaikan oleh para rasul
terdahulu kepada kaum mereka, “Wahai kaumku! Sembalah Allah. Kalian tidak
memiliki Tuhan selainNya”. Dan beliau juga memamerkan praktik ibadahnya
kepada Allah, melakukannya di halaman Ka’bah pada siang hari dan disaksikan
oleh khalayak ramai. Dakwah yang beliau lakukan tersebut mendapat sambutan
baik dari mereka sehingga banyak di antara mereka yang masuk ke dalam agama
Islam.
Manakala musim haji telah datang yang dilakukan Rasulullah adalah
membututi jama’ah-jama’ah yang datang hingga sampai ke tempat-tempat
mereka, di pasar ‘Ukazh, Majinnah, dan Dzul Majaz. Beliau mengajak mereka
untuk menyembah Allah, sedangkan Abu Lahab selalu membututi dan memotong
setiap ajakan beliau dengan berbalik mengatakan kepada mereka “Jangan kalian
patuhi dia karena dia adalah seorang pembawa agama baru lagi pendusta”. Dan
kenyataannya, justru dari musim itulah perihal Rasulullah menjadi pusat perhatian
delegasi Arab dan namanya menjadi buah bibir orang di seantero negeri Arab.
16
Abdullah bin Muhammad al-Sheikh, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, Bogor:Pustaka Imam Syafi’I,
2003, hal. 568.
12
lembih hingga menjadi syahid. Di antara kaum muslimin yang sangat berat
siksaannya adalah Bilal, dia adalah seorang budak Habsyi yang digambarkan oleh
Rasulullah sebagai buah pertama dari kaum Habsyi.
Selain itu, yang juga menerima siksaan yang berat ialah Khabbab bin al-
Arut. Siksa yang menimpa kaum muslimin ketika itu tidak hanya dirasakan oleh
kaum laki-laki, juga kaum perempuan. Alkisah Labinah, seorang budak
perempuan kepunyaan Bani Mu’min yaitu Hay Bani ‘Addi bin Ka’b) masuk
Islam, kemudian Labinah dibeli oleh Abu Bakar as-Shiddiq dan
memerdekakannya.17
Pada awal tahun 615 M18 kaum muslimin hijrah ke Habsyi. Penganiayaan
dan intimidasi orang-orang Quraisy merupakan ujian yang hebat bagi Nabi
Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Salah satu langkah antisipatif
penyelamatan, Nabi Muhammad telah memerintahkan untuk berhijrah ke
Habasyah/Habsyi (Ketika itu Rasulullah menyaksikan para sahabatnya
menderita karena siksaan orang-orang musyrik Makkah, berkatalah beliau
kepada mereka: “Kalian lebih baik hijrah ke tanah Habsyi, karena di sana
rajanya terkenal adil dan bijaksana, tidak seorang pun ada yang teraniaya.
Negeri Habsyi adalah negeri yang aman. Berangkatlah ke sana sampai Allah
memberi jalan keluar dari penderitaan yang menimpa kalian selama ini.) yang
waktu itu dipimpin oleh Najasyi, seorang yang beragama Nasrani.19
Rombongan ini terdiri dari 12 orang laki-laki dan empat orang wanita,
dikepalai oleh Utsman bin Affan.20
17
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009, Cet. III, hal. 137.
18
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian kesatu & dua, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1999), hal. 36.
19
Ajid Thohir, Op. Cit. hal. 14.
20
Shafiyurrahman, Op. Cit. hal. 122
13
melakukan penyiksaan terhadap kaum muslimin. Oleh karena itu, Rasulullah
kembali memerintahkan kaum muslimin untuk kembali ke Habasyah (Habsyi).
Rombongan yang kedua ini terdiri dari 83 laki-laki dan 18 atau 19
perempuan.21
2) Hijrah ke Tha’if
c. Isra’ Mi’raj
Isra’ yaitu Rasulullah diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsho yaitu Baitul Maqdis setelah menyebarkan Islam di Mekkah kepada
orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilahnya.23 Mi’raj yaitu perjalanan
Rasulullah dari Baitul Maqdis naik ke langit ke tujuh.24
Malam itu Beliau dimi’rajkan dari Baitul Maqdis menuju langit dunia.
Di sana beliau melihat Adam, bapak manusia. Kemudian beliau dimi’rajkan
ke langit kedua, di sana beliau melihat Nabi Yahya alaihissalam dan Isa
alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ketiga, di sana beliau
melihat nabi Yusuf alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit
keempat, di sana beliau melihat Nabi Idris alaihissalam. Kemudian beliau
dimi’rajkan ke langit kelima, di sana beliau melihat Nabi Harun alaihissalam.
Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit keenam, di sana beliau melihat Nabi
Musa alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ketujuh, di sana
21
Op. Cit., hal. 125
22 Op. Cit., hal. 178
23 Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah, al-Juz’ ats-Tsanyi, (Beirut: Dar al-Kitab al Araby, 1990) Cet. III, hal.
47.
24 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal. 143
14
beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim alaihissalam. Kemudian beliau naik ke
Sidratul Muntaha, lalu al-Bait al-Ma’mur dinaikkan untuknya. Kemudian
beliau dimi’rajkan lagi menuju Allah yang Maha Agung lagi Mahaperkasa.
Kemudian Dia mewahyukan kepada hamba-Nya mewajibkan 50 waktu shalat.
Kemudian Beliau kembali hingga melewati Nabi Musa alaihissalam. Musa
lalu bertanya kepada beliau;
d. Bai’at al-‘Aqabah
Pada musim haji sesudah perang Bu’ats, berangkatlah serombongan
orang-orang Khazraj menuju Makkah untuk berhaji. Sesampainya di Makkah
mereka ditemui Rasulullah di ‘Aqabah dan pada saat itu pula mereka
mendengar dakwah beliau lalu menerimanya. Ketika tiba musim haji tahun
berikutnya, datanglah ke Makkah dua belas orang penduduk Yatsrib untuk
menemui Rasulullah di ‘Aqabah. Kemudian pada malam harinya mereka
melakukan bai’at tanda setia kepada beliau yang disebut dengan Bai’at an-
Nisa’ atau Bai’at al-Aqabah al-Ula.26
Pada tahun 622 M terjadi sumpah setia kedua (Bai’at al‘Aqabah al-
Tsaniyah) yang berisikan pernyataan bahwa mereka tidak hanya menerima
Muhammad sebagai nabi dan menjauhi perbuatan dosa, akan tetapi juga
sanggup berperang membela Tuhan dan rasulNya.27 Selain itu, mereka
mengharapkan Nabi Muhammad hijrah ke Yatsrib, karena mereka sangat
membutuhkan seseorang yang akan menjadi pemimpin mereka dan
25
Shafiyurrahman, Op. Cit., hal. 197-198
26
Hasan Ibrahim Hasan, Op. Cit., hal. 175-176
27 Maidir Harun dan Firdaus, Op. Cit., hal. 28
15
menyelesaikan sengketa antara suku Aus dan suku Khazraj yang telah terjadi
bertahun-tahun.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keadaan masyarakat Mekkah sebelum munculnya cahaya Islam sangat jauh dari
kemanusiawian. Misalnya, membunuh bayi perempuan, merendahkan kaum
perempuan, maraknya perjudian, bermain perempuan, khamar, dan lain sebagainya.
2. Masa kecil sampai masa remaja Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merupakan
teladan yang baik bagi manusi. Kehidupan yang penuh kemandirian dan ketekunan
sudah selayaknya jadi figur bagi pemudapemuda Islam.
17
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah bin Muhammad al-Sheikh, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, Bogor: Pustaka
Imam Syafi’I, 2003.
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Ummat Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2004.
Ali Hasan al-Karbuthli (Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, Padang: IAIN-
IB Press, 2001.
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos, 1997, Cet. I.
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009, Cet. III.
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2009, Cet. III.
Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah, al-Juz’ ats-Tsanyi, (Beirut: Dar al-Kitab al Araby,
1990) Cet. III.
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian kesatu & dua, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1999).
M. Abdul Ghaffar dan Abdurrahim Mu’thi, Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan: Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 5), Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003, Cet. I.
M. Abdul Ghaffar dan Abdurrahim Mu’thi, Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan: Tafsir Ibnu
Katsir Jilid 7), Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2003, Cet. I.
Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, Padang: IAIN-IB Press, 2001.
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera AntarNusa, 1993,
Cet. XVI.
Philip K. Hitti, History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present, Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta, 2010, Cet. II.
18
19