Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengembangan kurikulum PAI
Disusun oleh:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
merupakan tugas kelompok dan disusun untuk memenuhi mata kuliah Pengembangan
Kurikulum PAI yang diampu oleh Bapak Rifqi Aulia Rahman, M.Pd.I program S1
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Sains Al-Qur’an
(UNSIQ) Jawa Tengah Tahun 2022.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan perhatian dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulus
tulusnya kepada:
1. Bapak Rifqi Aulia Rohman, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Kurikulum PAI.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan, semangat.
3. Rekan mahasiswa dan semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun selalu penulis nantikan demi
peningkatan kualitas pada masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Prota, Promes diganti PROSEM (Program Semester), Silabus diganti ATP (Alur
Tujuan Pembelajaran), KI diganti CP (Capaian Pembelajaran), RPP diganti MODUL AJAR,
KD diganti TP (Tujuan Pembelajaran), KKM diganti KKTP (Kriteria Ketercapaian Tujuan
Pembelajaran), IPK diganti IKTP (Indikator Ketercapaian Tujuan Pembelajaran), PH diganti
SUMATIF, PTS diganti STS (Sumatif Tengah Semester), PAS diganti SAS (Sumatif Akhir
Semester), Indikator soal diganti dengan Indikator Asesmen, Penilaian Teman Sejawat
diganti FORMATIF.
Pendidikan Agama Islam diarahkan untuk menyiapkan peserta didik agar mantap
secara spiritual, berakhlak mulia, dan memiliki pemahaman akan dasar-dasar agama Islam
serta cara penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dalam wadah NKRI.
Secara umum, Mapel PAI harus mengarahkan peserta didik kepada: kecenderungan
kepada kebaikan (al-ḥanīfiyyah).
Diskusi-interaktif
Capaian Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti mencakup 5 elemen keilmuan yang
meliputi:
1. Al-Qur’an-Hadis
Capaian Pembelajaran PAI pada kurikulum merdeka di elemen Al-
Qur’an dan Hadits sebagai berikut:
PAI dan Budi Pekerti menekankan kemampuan baca dan tulis Al-
Qur’an dan hadis dengan baik dan benar. Ia juga mengantar peserta didik
dalam memahami makna secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan
kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. PAI dan Budi Pekerti juga
menekankan cinta dan penghargaan tinggi kepada Al-Qur’an dan Hadis Nabi
sebagai pedoman hidup utama seorang muslim.
2. Akidah
Capaian Pembelajaran PAI pada kurikulum merdeka di elemen Akidah
sebagai berikut: Berkaitan dengan prinsip kepercayaan yang akan
mengantarkan peserta didik dalam mengenal Allah, para malaikat, kitab-kitab
Allah, para Nabi dan Rasul, serta memahami konsep tentang hari akhir serta
qadā’ dan qadr. Keimanan inilah yang kemudian menjadi landasan dalam
melakukan amal saleh, berakhlak mulia dan taat hukum
3. Akhlak
Capaian Pembelajaran PAI pada kurikulum merdeka di elemen Akhlak
sebagai berikut: Merupakan perilaku yang menjadi buah dari ilmu dan
keimanan. Akhlak akan menjadi mahkota yang mewarnai keseluruhan elemen
dalam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Ilmu akhlak mengantarkan
peserta didik dalam memahami pentingnya akhlak mulia pribadi dan akhlak
sosial, dan dalam membedakan antara perilaku baik (maḥmūdah) dan tercela
(mażmūmah). Dengan memahami perbedaan ini, peserta didik bias menyadari
pentingnya menjauhkan diri dari perilaku tercela dan mendisiplinkan diri
dengan perilaku mulia dalam kehidupan sehari-hari baik dalam konteks
pribadi maupun sosialnya.
Pesertadidik juga akan memahami pentingnya melatih (riyāḍah),
disiplin (tahżīb) dan upaya sungguh-sungguh dalam mengendalikan diri
(mujāhadah). Dengan akhlak, peserta didik menyadari bahwa landasan dari
perilakunya, baik untuk Tuhan, dirinya sendiri, sesame manusia dan alam
sekitarnya adalah cinta (maḥabbah).
Pendidikan Akhlak juga mengarahkan mereka untuk menghormati dan
menghargai sesame manusia sehingga tidak ada kebencian atau prasangka
buruk atas perbedaan agama atau ras yang ada.
Elemen akhlak ini harus menjadi mahkota yang masuk pada semua
topic bahasan pada mapel PAI dan Budi Pekerti, akhlak harus menghiasai
keseluruhan konten dan menjadi buah dari pelajaran PAI dan Budi Pekerti .
4. Fikih
Capaian Pembelajaran PAI pada kurikulum merdeka di elemen Fikih
sebagai berikut: Merupakan interpretasi atas syariat. Fikih merupakan aturan
hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dewasa (mukallaf) yang
mencakup ritual atau hubungan dengan Allah SWT. (‘ubudiyyah) dan kegiatan
yang berhubungan dengan sesame manusia dan (mu‘āmalah). Fikih mengulas
berbagai pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan dan ketentuan hokum
dalam Islam serta implementasinya dalam ibadah dan mu‘āmalah.
5. Sejarah Peradaban Islam.
Capaian Pembelajaran PAI pada kurikulum merdeka di elemen Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) sebagai berikut: Menguraikan catatan perkembangan
perjalanan hidup manusia dalam membangun peradaban dari masa ke masa.
Pembelajaran Sejarah Peradaban Islam (SPI) menekankan pada kemampuan
mengambil hikmah dari sejarah masa lalu, menganalisa pelbagai macam
peristiwa dan menyerap berbagai kebijaksanaan yang telah dipaparkan oleh
para generasi terdahulu. Dengan refleksi atas kisah-kisah sejarah tersebut,
peserta didik mempunyai pijakan historis dalam menghadapi permasalahan
dan menghindari dari terulangnya kesalahan untuk masa sekarang maupun
masa depan. Aspek ini akan menjadi keteladanaan (‘ibrah) dan menjadi
inspirasi generasi penerus bangsa dalam menyikap dan menyelesaikan
fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain dalam
rangka membangun peradaban di zamannya.1
B. Pengembangan Materi Pembelajaran PAI Kurikulum MBKM
1. Pengertian Materi
Materi adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan
siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan
sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh
dan terpadu. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau
instruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.2
Materi adalah isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses
belajar mengajar. Melalui bahan ajar ini siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran.
Dengan perkataan lain tujuan yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan
ajar. Bahan ajar pada hakikatnya adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang
diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakannya.3
Materi secara umum pada dasarnya merupakan segala bahan (baik itu informasi,
alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan
tujuan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Contohnya; buku
pelajaran, modul, handout, LKS, model atau maket, bahan ajar audio dan bahan ajar
interaktif.5
1
Mengkaji Capaian Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka, Kurka, diakses dari kurikulummerdeka.com, yang
diakses pada Minggu, 13 November 2022 pukul 07.13
2
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 173
3
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009 ), hlm. 67
4
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif; Menciptakan Metode Pembelajaran yang
Menarik dan Menyenangkan, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), hlm. 17
5
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik: Tinjauan Teorotis dan Praktik, (Jakarta: Kencana
Prenadamedia group, 2014), hlm. 138
Melalui materi akan mendorong keterlibatan siswa secara aktif dan
menyenangkan, yakni tidak semata-mata mendorong siswa untuk mengetahui (learning to
know), tetapi juga untuk melakukan (learning to do), untuk menjadi (learning to be), dan
untuk hidup bersama (learning to live together) serta holistis dan authentic, dengan tujuan
sekaligus untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.6
Fungsi Materi
Berdasarkan pihak-pihak yang menggunakan bahan ajar, fungsi bahan ajar dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu fungsi bagi guru dan siswa. Fungsi materi bagi
guru:
Siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau teman siswa yang lain
Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja ia kehendaki
Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing
Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri
Membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri
Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran7
Analisis kebutuhan materi adalah suatu proses awal yang dilakukan untuk
menyusun bahan ajar. Didalamnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu analisis terhadap
kurikulum, analisis sumber belajar, dan pemilihan serta penentuan jenis bahan ajar.
1. Analisis Kurikulum
6
Ibid, hlm. 139.
7
Ibid, hlm. 139-140
Analisis kurikulum adalah suatu langkah awal dalam proses analisis
kebutuhan bahan ajar yang ditujukan guna menentukan kompetensi-kompetensi mana
saja yang membutuhkan bahan ajar. Hal ini akan membantu guru dalam
merencanakan dan mempersiapkan kegiatan pembelajaran yang lebih matang dengan
persiapan bahan-bahan ajar yang lengkap dan tepat.
Hal ini adalah suatu aktivitas yang didesain oleh guru supaya dilakukan oleh
siswa, agar mereka menguasai kompetensi yang telah ditentukan melalui kegiatan
pembelajaran yang diselenggarakan. Pengalaman belajar harus disusun secara jelas
dan operasional sehingga langsung bisa dipraktikkan dalam kegiatan pembelajaran.
f. Analisis sumber belajar
PBM dapat diartikan hubungan antara pihak pengajar (guru) dan pihak yang di
ajar (siswa), sehingga terjadi suasana di mana pihak siswa aktif belajar dan pihak guru
aktif mengajar.9 Dengan demikian PBM ini merupakan proses interaksi antara guru
dengan murid atau peserta didik pada saat pengajaran.
Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai interaksi antara siswa dan
guru untuk mencapai tujuan. Dengan definisi di atas, dapat dipahami bahwa
terjadinya perilaku belajar siswa dan perilaku mengajar guru tidak terjadi dari satu
arah, tetapi terjadi secara timbal balik, dimana kedua belah pihak secara aktif
bertindak dan beroperasi dalam kerangka tersebut, menggunakan metode dan
kerangka kerja dan memikirkan apa yang perlu dipahami dan disepakati. Tujuan
8
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 139
9
Iskandar W. dan J. Mandalika, Kumpulan dan Pikiran-pikiran dalam Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1982),
hlm. 37.
interaksi belajar siswa dan pengajaran seorang guru adalah sebagai tempat
bertemunya dan menghubungkan serta mengarahkan kegiatan kedua belah pihak.
Dalam proses interaksi, ada unsur memberi dan menerima baik dari pihak guru /
peserta didik, agar terjadi interaksi belajar mengajar yang baik, ada beberapa faktor yang
harus dipenuhi, sedangkan hal-hal yang dapat dikemukakan sebagai dasar-dasar
terjadinya interaksi belajar mengajar yang baik ada beberapa faktor yang harus dipenuhi.
Sedangkan hal-hal yang dapat dikemukakan sebagai dasar-dasar terjadinya interaksi
belajar mengajar adalah :
Proses belajar mengajar (PBM) meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari
perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. 11
Dalam proses belajar mengajar (PBM), dapat dilihat bahwa perubahan perilaku dan
kepribadian siswa sangat diharapkan. Guru dapat dikatakan berhasil apabila harapan
terjadi perubahan perilaku dan kepribadian siswa. Demikian pula siswa dapat dikatakan
telah berhasil belajar apabila mengalami perubahan mengikuti proses pembelajaran yang
diharapkan oleh guru.
Menurut Ralph Tayler evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana
tujuan pendidikan dapat dicapai. Sedangkan Cronbach, Stufflebeam dan Alkin
mengartikan evaluasi dengan menyediakan informasi untuk membuat keputusan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Malcolm dan Provus mendefinisikan evaluasi sebagai
10
Roestiyah, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 37.
11
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka. Cipta, 2009)
perbedaan apa yang ada dengan standar untuk mengetahui apakah ada selisih. Ada juga
yang mengemukakan bahwa evaluasi adalah penelitian yang sistematik atau yang teratur
tentang manfaat atau guna beberapa obyek.12
Melihat dari uraian di atas maka dapat diketahui adanya perbedaan pendapat
diantara para ahli tentang definisi dari evaluasi. Namun demikian secara garis besar masih
ada titik temunya. Berkaitan dengan evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama
islam maka yang dimaksudkan adalah ingin mengetahui, memahami dan menggunakan
hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Adapun tujuan dan fungsi hasil-hasil evaluasi pada dasarnya dapat digolongkan
menjadi empat kategori:
1. Untuk memberikan umpan balik (feedback) kepada guru sebagai dasar untuk
memperbaiki proses belajar mengajar.
3. Untuk menempatkan murid dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai
dengan tingkat kemampuan (karakteristik) lainnya yang dimiliki murid.
4. Untuk mengenal latar belakang (psikologi, fisik, dan lingkungan) murid yang
mengalami kesulitan-kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai
dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.13
12
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 3.
13
H. Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,
2008), hlm. 31-32.
b. Langkah persiapan khusus yaitu langkah yang harus dilaksanakan pada saat
akan melakukan suatu langkah penilaian tertentu misalnya membuat alat
penilaian dan menetapkan cara pencatatannya.
2. Langkah verifikasi program/rencana yang telah dibuat. Pada langkah ini guru
mengklasifikasikan rencana yang disusun menjadi dua katagori yaitu rencana
yang baik/memadai dan rencana yang kurang baik. Untuk menilai ini diperlukan
berbagai pertimbangan berdasarkan akal sehat dan cara berpikir logis.
Disamping itu obyektivitas penilaian juga perlu ditekankan dalam menilai
rencana.
14
Muhaimin, at-al, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Karya Abdi Tama, tt), hlm. 229-234.
Selama ini evaluasi yang dilakukan dirasa kurang efektif, hal ini dikarenakan
kegiatan evaluasi kadang-kadang hanya sampai pada domain kognitif saja, dan itupun
masih terbatas pada sejauh mana siswa mampu mengingat atau menghafal sejumlah
materi yang telah disampaikan oleh guru. Sedangkan pada domain afektif dan
psikomotorik masih jauh dari proses evaluasi. Dari uraian diatas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa selama ini proses belajar mengajar hanya mengedepankan
pemberian/penumpukan materi dan informasi saja. Inilah yang kemudian dikenal
dengan model bank education atau pendidikan gaya bank.15
15
Udin S winataputra,at-al, Belajar dan Pembelajaran, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan
Universitas Terbuka, 1994), hlm. 170.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Materi adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau
instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan
siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan
sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh
dan terpadu. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru atau
instruktor untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai interaksi antara siswa dan guru
untuk mencapai tujuan. Dengan definisi di atas, dapat dipahami bahwa terjadinya
perilaku belajar siswa dan perilaku mengajar guru tidak terjadi dari satu arah, tetapi
terjadi secara timbal balik, dimana kedua belah pihak secara aktif bertindak dan
beroperasi dalam kerangka tersebut, menggunakan metode dan kerangka kerja dan
memikirkan apa yang perlu dipahami dan disepakati.
Menurut Ralph Tayler evaluasi adalah proses yang menentukan sejauh mana
tujuan pendidikan dapat dicapai. Sedangkan Cronbach, Stufflebeam dan Alkin
mengartikan evaluasi dengan menyediakan informasi untuk membuat keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011)
Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif; Menciptakan Metode
Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan, (Jogjakarta: Diva Press, 2011)
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik: Tinjauan Teorotis dan Praktik,
(Jakarta: Kencana Prenadamedia group, 2014)
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000)
H. Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, (Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra, 2008)
Iskandar W. dan J. Mandalika, Kumpulan dan Pikiran-pikiran dalam Pendidikan, (Jakarta:
Rajawali, 1982)
Mengkaji Capaian Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka, Kurka, diakses dari
kurikulummerdeka.com, yang diakses pada Minggu, 13 November 2022 pukul 07.13
Muhaimin, at-al, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Karya Abdi Tama, tt)
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007)
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2009 )
Roestiyah, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994)
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka. Cipta, 2009)
Udin S winataputra,at-al, Belajar dan Pembelajaran, (Dirjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1994)