Anda di halaman 1dari 46

RANGKUMAN ASP UNTUK UTS

PERTEMUAN 1
Pengertian dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik

Kajian tentang organisasi sektor publik biasanya mulai dilakukan dan sisi manajemen. Dalam
pengembangannya, kajian tersebut telah memasuki wilayah karakter frase “Sektor Publik”. Pemahaman
sektor publik lebih ditempatkan pada suatu wilayah di luar pemerintahan ditambah dengan wilayah
pemerintahan itu sendiri.

Peristilahan “hutang sektor publik” dan “perrnintaan pinjaman sektor publik” menjadi mated yang
menarik dan kajian politik dan ekonomi. Dari sisi kebijakan publik, sektor publik lebih dipahami sebagai
kenaikan pajak, birokrasi yang berlebihan, pemerintahan yang besar, dan nasionalisasi versus privatisasi.
Dalam arti luas, frase ‘sektor publik’ diartikan sebagai metode manajemen negara.

Sedangkan dalam arti sempit, sektor publik diinterpretasikan sebagai pungutan oleh negara. Dalam
perkembangannya, berbagai perspektif mulai bermunculan dan intervensi disiplin ilmu mulai terasa.
Akibatnya, definisi frase sektor publik mulai diartikan dan berbagai disiplin ilmu yang umumnya berbeda
satu dengan yang lain (Kaufman, dkk,1986).

Perbedaan sudut pandang politik, administrasi publik, sosiologi, hukum, ekonomi, dan akuntansi telah
mengakibatkan pengembangan ilmu manajemen sektor publik. intervensi multidisplin telah membawa
berbagai metodologi baru ke kajian manajemen sektor publik, seperti gender, politik ekonomi, ekuitas,
akuntabilitas, hak asasi, dan entitas/organisasi.

Selain itu, dalam praktiknya definisi organisasi sektor publik di Indonesia adalah organisasi yang
menggunakan dana masyarakat, seperti:
a. Organisasi Pemerintah Pusat.
b. Organisasi Pemerintah Daerah.
c. Organisasi Parpol dan LSM.’
d. Organisasi Yayasan.
e. Organisasi Pendidikan dan Kesehatan: PMI, puskesmas, rumah sakit, dan sekolah
f. Organisasi Tempat Peribadatan: masjid, gereja, vihara, kuil.

Pengertian Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi Sektor Publik adalah mekanisme dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan
dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departmen di bawahnya,
pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial maupun pada proyek-proyek kerjasama
sektor publik dan swasta (Bastian, 2001).

Akuntansi sektor publik berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan transaksi yang terjadi di instansi
pemerintah pusat maupun daerah. Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan
perlakuan akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks dibandingkan
sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya disebabkan keluasan jenis dan bentuk
organisasi yang berada di dalamnya, tetapi juga kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi lembaga-
lembaga publik tersebut.

Tujuan akuntansi sektor publik, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien dan ekonomis atas
suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi.

2.      Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan pelaksanaan


tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program dan penggunaan sumber daya yang
menjadi wewenangnya, dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik
atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik.

Terdapat 3 bagian dalam Akuntansi Sektor Publik, yaitu :

1.      Akuntansi Manajemen Sektor Publik

Peran utama akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik adalah memberikan informasi
akuntansi yang relevan dan handal kepada manajer untuk melaksanakan fungsi perencanaan dan
pengendalian manajemen. Fungsi perencanaan meliputi perencanaan strategik, pemberian informasi
biaya, penilaian investasi, dan penganggaran, sedangkan fungsi pengendalian meliputi pengukuran
kinerja. Informasi yang diberikan meliputi biaya investasi yang dibutuhkan serta identifikasinya,
penilaian investasi dengan memperhitungkan biaya dengan manfaat yang diperoleh (cost-benefit
analysis), dan penilaian efektivitas biaya (cost-effectiveness analysis), serta jumlah anggaran yang
dibutuhkan.

2. Akuntansi Keuangan Sektor Publik

Akuntansi keuangan sektor publik terkait dengan tujuan dihasilkannya laporan keuangan eksternal.
Tujuan penyajian laporan keuangan adalah memberikan informasi yang digunakan dalam pengambilan
keputusan, bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan, dan evaluasi kinerja manajerial dan
organisasional (IFAC, 2000; GASB, 1999).
Beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh sektor publik adalah akuntansi anggaran,
akuntansi komitmen, akuntansi dana, akuntansi kas, dan akuntansi accrual. Pada dasarnya kelima teknik
tersebut tidak bersifat mutually exclusive. Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tersebut
tidak menolak penggunaan teknik yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat menggunakan
teknik akuntansi yang berbeda-beda, maupun menggunakan kelima teknik tersebut secara bersama-
sama (Jones and Pendlebury, 2000).
Laporan Keuangan yang dihasilkan organisasi publik, sebagai bentuk akuntabilitas publik, seharusnya
mengambarkan kondisi yang komprehensif tentang kegiatan operasional, posisi keuangan, arus kas, dan
penjelasan (disclosure) atas pos-pos yang ada di dalam laporan keuangan tersebut. Laporan Keuangan
memerlukan perangkat yang berupa standar akuntansi pemerintahan dan sistem akuntansi yang
menggunakan sistem pencatatan berpasangan.
3. Auditing Sektor Publik

Selama ini sektor publik/pemerintah tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme,
inefisiensi dan sumber pemborosan negara, padahal sektor publik merupakan lembaga yang
menjalankan roda pemerintahan yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu,
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi
dengan adanya pemerintahan yang bersih.
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik mempertahankan
kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit
terhadap organisasi sektor publik tersebut.
Kemampuan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) dari sektor publik pemerintah sangat tergantung
pada kualitas audit sektor publik. Tanpa kualitas audit yang baik, maka akan timbul permasalahan,
seperti munculnya kecurangan, korupsi, kolusi dan berbagai ketidakberesan di pemerintahan. Kualitas
audit sektor publik dipengaruhi oleh kapabilitas teknikal auditor serta independensi auditor baik secara
pribadi maupun kelembagaan. Untuk meningkatkan sikap independensi auditor sektor publik, maka
kedudukan auditor sektor publik harus terbebas dari pengaruh dan campur tangan serta terpisah dari
pemerintah, baik secara pribadi maupun kelembagaan.

Pemberian otonomi daerah berarti pemberian kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk
mengelola dan memanfaatkan sumber daya daerah secara optimal. Agar tidak terjadi penyimpangan
dan penyelewengan, pemberian wewenang dan keleluasaan harus diikuti dengan pengawasan dan
pengendalian yang kuat, serta pemeriksaan yang efektif.
Pengawasan dilakukan oleh pihak luar eksekutif (dalam hal ini DPRD dan masyarakat); pengendalian,
yang berupa pengendalian internal dan pengendalian manajemen, berada di bawah kendali eksekutif
(pemerintah daerah) dan dilakukan untuk memastikan strategi dijalankan dengan baik sehingga tujuan
tercapai; sedangkan pemeriksaan (audit) dilakukan oleh badan yang memiliki kompetensi dan
independensi untuk mengukur apakah kinerja eksekutif sudah sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan (Mardiasmo, 2001).

Penguatan fungsi pengawasan dapat dilakukan melalui optimalisasi peran DPRD sebagai kekuatan
penyeimbang antara eksekutif dengan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan
melalui LSM serta organisasi sosial kemasyarakatan di daerah. Perlu dipahami oleh anggota DPRD bahwa
pengawasan terhadap eksekutif adalah pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah
digariskan, bukan pemeriksaan (audit). Pemeriksaan tetap harus dilakukan oleh badan atau lembaga
yang memiliki otoritas dan keahlian profesional, seperti BPK, BPKP, atau Kantor Akuntan Publik (KAP)
yang selama ini menjalankan fungsinya lebih pada sektor swasta sehingga fungsinya pada sektor publik
perlu ditingkatkan.
Terdapat beberapa kelemahan dalam melakukan audit pemerintah di Indonesia. Kelemahan pertama
bersifat inherent, yaitu tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar mengukur
kinerja pemerintah. Sedangkan kelemahan kedua bersifat struktural, yaitu masalah kelembagaan audit
Pemerintah Pusat dan Daerah yang overlapping satu dengan lainnya, sehingga pelaksanaan pengauditan
tidak efisien dan tidak efektif.
Audit terhadap pertanggungjawaban pengelolaan keuangan seharusnya tidak terbatas pada audit
kepatuhan, tetapi juga audit keuangan (agar dapat memberikan pendapat atas kewajaran Laporan
Keuangan) dan diperluas lagi dengan audit kinerja.

Penerapan dan Perkembangan Akuntansi Sektor Publik

Salah satu bentuk penerapan teknik akuntansi sektor publik adalah di organisasi BUMN. Di tahun 1959
pemerintahan orde lama mulai melakukan kebijakan-kebijakan berupa nasionalisasi perusahaan asing
yang ditransformasi menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tetapi karena tidak dikelola oleh
manajer profesional dan terlalu banyaknya ‘politisasi’ atau campur tangan pemerintah, mengakibatkan
perusahaan tersebut hanya dijadikan ‘sapi perah’ oleh para birokrat. Sehingga sejarah kehadirannya
tidak memperlihatkan hasil yang baik dan tidak menggembirakan.
Kondisi ini terus berlangsung pada masa orde baru. Lebih bertolak belakang lagi pada saat
dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang fungsi dari BUMN. Dengan
memperhatikan beberapa fungsi tersebut, konsekuensi yang harus ditanggung oleh BUMN sebagai
perusahaan publik adalah menonjolkan keberadaannya sebagai agent of development daripada sebagai
business entity. Terlepas dari itu semua, bahwa keberadaan praktik akuntansi sektor publik di Indonesia
dengan status hukum yang jelas telah ada sejak beberapa tahun bergulir dari pemerintahan yang sah.
PERTEMUAN 2
KOMPARASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN AKUNTANSI BISNIS
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN AKUNTANSI

a.     Sektor Publik versus Sektor Bisnis ( Swasta )

Istilah kelompok swasta dan publik bermula dari sejarah manusia primitif yang mulai hidup berkelompok
dan terjadi perubahan sedemikian rupa hingga menjadi sekelompok manusia yang mulai memiliki
pemikiran, sosial, dan organisasi. Dimana masyarakat tersebut sejak dahulu memenuhi kebutuhan hidup
dari segala hal yang ada di alam, yang kemudian hari seiring perkembangan waktu ketersediaan sumber
daya yang ada di alam semakin sedikit dan membuat perselisihan antar kelompok sehingga membentuk
kelompok yang dikemudian hari memiliki sifat swasta dan publik.

b.     Perlunya akuntansi sekotr publik dipelajari tersendiri

Akuntansi sekotr publik dapat diinterprestasikan sebagai bidang akuntasi yang secara khusus membahas
penggunaan akuntansi dalam kegiatan organisasi sektor publik. Secara luas, organisasi sektor publik
meliputi lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah,
BUMN dan BUMD, partai politik, LSM, yayasan, dan lembaga non profit lainnya. Akuntansi sektor publik
itu sendiri perlu dipelajari secara tersendiri karena sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan
akan terselesaikannya permasalahan negara ini.

TUJUAN KOMPARASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK VERSUS AKUNTANSI SEKTOR BISNIS (SWASTA)

            Akuntansi sektor publik di Indonesia jauh tertinggal dibandingkan dengan akuntansi bisnis
(swasta). Di sisi lain, karakteristik sektor publik sangat berbeda dengan sektor swasta, sehingga
akuntansi yang diterapkan pada kedua sektor tersebut juga berbeda dan mempunyai keunikan sendiri.
Perbedaan karakter dan mekanisme pengelolaan di masing-masing organisasi harus diperdalam lagi agar
kinerja masing-masing sektor menjadi maksimal dalam mencapai tujuannya. Maksimalisasi kinerja
organisasi sektor publik inilah yang menjadi tujuan dari komparasi akuntansi sektor publik inilah yang
menjadi tujuan dari komparasi akuntansi sektor publik dan organisasi bisnis (swasta).

ASUMSI-ASUMSI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN SEKTOR BISNIS(SWASTA)

1.      Perbedaan motif keuntungan antara akuntansi  sector public dan akuntansi


swasta.   Akuntansi  sector public hanya memenuhi kebutuhan public tanpa motif mencari keuntungan
sedangkan akuntansi swasta pasti akan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya

2.      dampak yang diharapkan dari pemberian materi akuntansi sector public.

3.      Area sector public dan peran pemerintah sebagai organisasi sector public terbesar.

4.      Keunikan karakter akuntansi sector public.


AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK VERSUS SEKTOR BISNIS (SWASTA)

Perbedaan Akuntansi Sektor Publik dengan Akuntansi Sektor Bisnis (swasta)

            Secara konseptual, perbedaan kedua jenis organisasi ini terletak pada tujuan yang akan dicapai.
Pada tahap perencanaan, organisasi sector swasta menitikberatkan keuntungan usaha semaksimal
mungkin. Sementara organisasi sector publik lebih mengutamakan kesejahteraan masyarakat.

Akuntansi Sektor Publik yang Tertinggal dari Akuntansi Bisnis

            Akuntansi Sektor Publik di Indonesia sangat jauh tertinggal jika diandingkan dengan Akuntansi
Sektor Swasta. Pernyataan ini bukan hanya untuk merendah atau santun, tetapi ketertinggalan ini
adalah rill. Pembuktiannya sangatlah mudah, yakni:

a)      Pemerintah Indonesia belum memiliki semua infrastruktur akuntansi keuangan yang dibutuhan.

b)      Standar Audit Pemerintahan pada tahun 1990-an baru ada dua buah, yaitu satu yang dikeluarkan
oleh Badan Pemerintah Keuangan Republik Indonesia dan di pihak lain, BPKP sebagai Aparat Pengawas
Internal Pemerintah juga mengeluarkan Standar Audit.

c)      Pada organisasi public selain pemerintah ada standar akuntansi keuangan (SAK) No.45 tentang
standar akuntansi untuk entitas nirlaba.

Akuntansi atas Utang atau Kewajiban Organisasi Publik

            Kelemahan akuntansi keuangan pemerintah di masa lalu harus dipecahkan melalui mekanisme
hukum yang memberdayakan warga masyarakat. Pembagian tugas yang jelas akan menunjukkan unit
yang bertanggung jawab atas perhitungan “utang pemerintah” dan strategi pelunasannya.

            Dalam hal ini, berbagai pertanyaan berikut harus dijawab:

a.       Malukah pemerintah mengetahui utangnya?

b.      Belum siapkah pemerintah memasuki transparansi keuangan?

c.       Apakah akuntansi yang baik hanya diperuntukan bagi Pemerintah Daerah dengan mewajibkan
penyusunan Nota Perhitungan Anggaran Daerah, Perhitungan Daerah, Neraca, dan Laporan Arus Kas?

d.      Bagaimana laporan keuangan pemerintah pusat dan berbagai agensi pemerintah yang mengelola
aset negara disusun secara terpisah?

Ekonomi, Efisiensi, dan Efektivitas

Efisiensia

            Suatu organisasi dianggap semakin efisien apabila rasio efisiensi cenderung  diatas satu. Semakin
besar angkanya, semakin tinggi tinggkat efiseinsinya. Secara absolut, rasio ini tidak menujukkan posisi
keuangan dan kinerja organisai. Karena itu, efiseinsi dapat dikembangkan dengan empat cara, yaitu:

1.      Dengan menaikkan output untuk input yang sama.


2.      Dengan menaikkan output lebih besar dibadingkan proporsi peningkatan input.

3.      Dengan menurunkan input untuk output yang sama.

4.      Dengan menurunkan input lebih besar dibandingkan proporsi penurunan output.

Input, sebagai penyebut, lebih sering di pertimbangkan sebagai factor pengubah kebijakan organisasi
sektor publik

Efektivitas

Efektivitas menunjukkan kesuksesan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan . Jika suatu organisasi
ingin membangun sebuah rumah sakit dengan 250 tempat tidur. 4 unit operasi, sebuah unit kecelakaan
dan darurat, serta unit pasien luar dan sebuah target tersebut tercapai, maka mekanisme kerja organisai
itu di anggap sudah efektif. Dalam rangka mencapai tujuan itu, organisai sector publik sering kali tidak
memperhatikan biaya yang di keluarkan. Hal seperti itu bisa terjadi, apabila efisiensi biaya bukan
merupakan salah satu dari indikator hasil

Ekonomi

Indikator ekonomi merupakan indikator tentang penggunaan input.ada 3 indikatot kinerja organisai
sector publik bisa di rinci sebagai berikut: ekonomi mengenain input, efisiensi tentang input dan output,
serta efektifvitas yang berhubungan dengan output.

Indikator efisiensi mencakup baik input maupun output. Ini bearti optimalisasi tujuan atau pencapaian
tujuan dengan biaya serendah mungkin. Penerapan indikator efisiensi di sektor publik akan membuka
kemungkinan kerja sama dengan pihak swasta. Namun,ada 2 kesulitan benchmark penerapan ukuran
kinerja sector swasta ke sektor publik, yaitu:

1)      Jika output di ukur dalam ukuran uang, kwalitas rasio tergantung pada kwalitas output. Sedangkan
pengukuran yang ada mencakup perkiraan kwalitatif konsumen. Kegagalan pasar merupakan suatu
masalah khusus dalam pelayanan sektor publik

2)      Jika output  tidak bisa diukur dalam nilai uang, rasio efisiensi diperhitungkan dengan unit fisik. Di
sini permasalahan dasarnya adalah kondisi pengukuran fisik tidak bisa diterima diterima dalam standar
internasional.

Luasnya pengukuran efisiensi dalam artian pencarian nilai menunjukkan suatu residu. Penekanan pada
‘inefisiensi’ dan memelihara atau memperbaiki kualitas dianggap sebagai motif focus pengukuran tren
kualitas biaya. Sebagian besar tujuan dapat diukur sementara sebagian lainnya tidak dapat diukur.
Setiap jenis ‘kualitas’ biaya telah diteliti sesuai standar profesionalisme asosiasi dan/atau profesi. Hal
yang dipertimbangkan adalah perluasan penggunaan kebijakan kunatitas atau kualitas. Dengan kata lain,
kualitas merupakan suatu residu di mana mekanisme formal telah dilakukan secara numerik.

Kultur Organisasi Sektor Publik dan Sektor Bisnis (Swasta)

            Organisasi sector publik bertujuan memenuhi kesejahteraan masyarakat, sedangkan tujuan


organisasi sector swasta adalah mencari keuntungan. Dalam organisasi publik semua
karyawan/pegawai/ pengurus/relawan bekerja untuk mencapai satu tujuan yakni pemenuhan
pelayanan publik. Persaingan inilah yang menghantarkan kinerja swasta cenderung lebih cepat
berkembang ketimbang sector publik. Karena itu, di antara organisasi bisnis akan selalu memberikan
yang terbaik bagi pasar (masyarakat). Kultur ini belum begitu familiar dalam organisasi publik, sehingga
peningkatan mutu pelayanan atau produknya belum terjadi secara signifikan.

Dasar Hukum Akuntansi Sektor Publik dari Sektor Bisnis (Swasta)

Dasar hukum akuntansi sector publik adalah:

1)      Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005.

2)      Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), standar akuntansi keuangan yang lengkap dan
komprehensif merupakan dambaan semua pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan.

3)      Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), keberadaan standar pemeriksaan merupakan hal
yang sangat penting karena standar ini menjadi patokan dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan.

Dasar hukum akuntansi sector bisnis (swasta) adalah:

1)      Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), standar akuntansi keuangan merupakan pedoman
yang harus diacu dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan.

2)      Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), merupakan kodifikasi dari berbagai pernyataan standar
teknik dan aturan etika.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM SEKTOR PUBLIK DAN SEKTOR BISNIS (SWASTA)

            Dalam sector public pengambilan keputusan dilakukan melalui mekanisme formal dan telah
ditetapkan dengan keputusan organisasi. Agak berbeda dengan organisasi public, organisasi bisnis
(swasta) juga mengambil keputusan secara musyawarah mufakat, meskipun ada keputusan yang diambil
secara individual (pemeilik usaha).  Pengambilan keputusan melalui musyawarah dilakukan antar pemilik
saham, dan para pimpinan atau pihak manajemen organisasi bisni (swasta)

Pengambilan keputusan

Sector public Sector bisnis (swasta)

Mekanisme formal dan telah ditetapkan dengan Mekanisme formal dan telah ditetapkan dengan
keputusan organisasi. keputusan organisasi atau tidak formal.

Segala keputusan dilakukan melalui musyawarah Mengambil keputusan secara musyawarah


mufakat antara pimpinan/ pengurus dan anggota mufakat atau dapat juga diputuskan secara
atau perwakilan anggotanya. individual (pemilik usaha).
Tabel pengambilan keputusan dalam sector public dan sector bisnis

PERENCANAAN DALAM SEKTOR PUBLIK DAN SEKTOR BISNIS (SWASTA)

            Untuk mencapai suatu tujuan dalam setiap organisasi sector public maupun swasta diperlukan
suatu perencanaan yang terdiri dari:

1.      Proses perencanaan: strategi yang digunakan untuk memilih atau memodifikasi aktivitas

2.      Proses pengendalian: penetapan perencanaan dalam suatu system menjamin bahwa proses
perencanaan dapat dilakukan.

Perencanaan dapat dikatogorikan berdasarkan dimensi waktu, sehingga dapat dibagi menjadi:

1.      Perencanaan jangka panjang yang biasanya berjangka waktu 5 tahun atau lebih.

2.      Perencanaan jangka menengah yang biasanya 1 hingga 5 tahun kedepan

3.      Perencanaan jangka pendek yang biasanya hingga 1 tahun kedepan.

Disisi lain akuntansi manajemen menyediakan informasi untuk pembuatan rencana sementara.
Penyediaan informasi pada tahap perencanaan dapat dilakukan dengan cara:

a.       Penilaian investasi

Suatu tindakan yang dilakukan oleh manajemen untuk menyediakan informasi tentang kemampuan
organisasi dalam mengevaluasi pengembalian modal dan kemampuan aset.

b.      Perencanaan dan penganggaran keuangan

1.      Perencanaan keuangan

Tujuan mendasar perencanaan keuanganan adalah untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran
dasar organisasi sector public serta untuk memenuhi permintaan pelayanan yang ditetapkan pada saat
perencanaan awal.

2.      Anggaran modal

Anggaran modal berisi rincian dan prakiraan penerimaan dari penjualan aset serta pembayaran
pengambilalihan aset baru untuk perencanaan jangka menengah

c.       Anggaran pendaptan

Anggaran penerimaan tahunan merupakan salah satu dokumen perencanaan yang paling penting dalam
suatu organisasi sector public. Anggaran pendapatan memuat rencana pendapatan yang akan diperoleh
organisasi dalam satu tahun anggaran untuk membiayai kegiatan organisasi.

d.      Model keuangan
Dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang perencanaan selalu dipengaruhi oleh
banyak variable yang terkait. Salah satucara yang dapat membantu menghitung/menaksir masing-
masing variabel adalah dengan menggunakan model keuangan. Manfaat dari model keuangan ini adalah
untuk melihat prediksi situasi sesungguhnya yang akan terjadi pada masa yang akan dating.

e.       Target perencanaan dan pengangguran

Target adalah seperangkat sasaran dalam bentuk kuantitatif yang harus dicapai oleh pihak manajemen
pada waktu tertentu di masa yang akan datang, seperti :

-          Target output

-          Target kinerja (efisiensi, kualitas, pelayanan, kinerja keuangan)

Jadi, aktivitas perencanaan dapat dikelompokan ke dalam dua bagian yaitu:

1.      Jenis perencanaan yang perlu diperlukan untuk mentapkan seluruh tujuan organisasi, yaitu :
perencanaan sasaran dan tujuan dasar.

2.      Jenis perencanaan yang diperlukan untuk menerapkan aktivitas dalam pencapaian sasaran dan
tujuan dasar (perencanaan operasional)

Berikut ini adalah tahap pokok dari perencanaan dan pengendalian:

1.      Perencanaan sasaran dan tujuan dasar.

2.      Perencanaan operasional.

3.      Penganggaran.

4.      Pengukuran dan pengendalian.

5.      Pelaporan, analisis, dan umpan balik.

Proses perencanaan di organisasi sector public, seperti organisasi pemerintahan, dilakukan dengan
menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan dalam system perencanaan
pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah disusun oleh pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten atau daerah kota sesuai kewenangannya yang dilaksanakan oleh unit
(badan) perencanaan pembangunan daerah.

Contohnya adalah sebagai berikut:

1.      Rencana pembangunan jangka panjang daerah (RPJP daerah) untuk jangka waktu 20 tahun yang
ditetapkan dengan perda.
2.      Rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJM daerah) untuk jangka waktu 5 tahun yang
ditetapkan dengan perda.

3.      Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM daerah untuk
jangka waktu 1 tahun dengan mengacu pada rencana kerja pemerintah pusat.

Perencanaan

Sector public Sector bisnis (swasta)

Disusun oleh bagian perencanaan organisasi, staf, Disusun oleh para pegawai serta manajer yang
atau pengelola organisasi. ada dalam organisasi tersebut.

Disahkan dengan regulasi public. Disahkan dengan aturan perusahaan atau


keputusan pemilik/pengelola perusahaan.

Hasil yang ingin dicapai adalah kesejahteraan Hasil yang ingin dicapai adalah meraup
public. profit/laba yang tinggi, serta peningkatan
kekayaan dan pertumbuhan organisasi.

Dalam organisasi swasta, proses perencanaan dilakukan oleh para pegawai serta manajer yang ada
dalam organisasi tersebut secara garis besar. Proses perencanaan di organisasi swasta tidak jauh
berbeda dengan organisasi sector public. Pada intinya, terkait dengan penetapan visi, misi, dan tujuan
yang ingin dicapai, dijalankan strategi untuk meraihnya serta sistem perencanaan untuk mengendalikan
pelaksanaan rencana tersebut. Perbedaannya terlihat pada hasil yang ingin dicapai dari proses
perencanaan itu. Organisasi swasta ingin mencapai profit/laba yang tinggi serta peningkatan kekayaan
dan pertumbuhan organisasi, sementara organisasi sector public lebih mengutamakan pentingya
layanan kepada public/masyarakat.

PENGANGGARAN DALAM SEKTOR PUBLIK DAN SEKTOR BISNIS (SWASTA)

Di dalam organisasi sektor publik, seperti organisasi pemerintahan, penyusunan anggaran dilakukan
bersama masyarakat dalam perencanaan program.  Penurunan program publik dalam anggaran akan
dipublikasikan untik dikritisi dan didiskusikan oleh masyarakat. Dan akhirnya disahkan oleh wakil
masyarakat di DPR, DPD, atau DPRD. Dalam organisasi swasta, penyusunan anggaran dilakukan oleh
para pegawai dan manajer perusahaan yang berwenang dengan persetujuan pemilik perusahaan.

Penganggaran

Sektor public Sektor bisnis (swasta)

Penyusunan anggaran dilakukan bersama Penyusunan anggaran dilakukan begian


keuangan, pengelola perusahaan, atau pemilik
masyarakat dalam perencanaan program. usaha.

Dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan Tidak dipublikasikan.


oleh masyarakat.

Disahkan oleh wakil masyarakat di DPR/D Disahka oleh pengelola perusahaan atau pemilik
legislatif dewan pengurus. usaha.

REALISASI ANGGARAN DALAM SEKOTR PUBLIK DAN SEKTOR BISNIS

Dalam organisasi sektor publik maupun organisasi sektor bisnis (swasta), isu utama pada proses realisasi
anggaran adalah kualitas. Hal ini akan menjadi persaingan antar output organisasi. Dalam sektor publik
kualitas dicapai untuk mencapai tujuan pelayanannya kepada publik. Sedangkan pada organisasi swasta,
kualitas dicapai dalam rangka mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari produknya.

Realisasi anggaran

Sektor publik Sektor bisnis (swasta)

Kualitas untuk memenuhi tujuan pelayana Kualitas untuk mendapatkan keuntungan yang
organisasi. lebih besar.

Partisipasi kensumen (masyarakat) selama proses Partisipasi konsumen setelah mendapatkan


realisasi anggaran. output (produk).

PENGADAAN BARANG DAN JASA DALAM SEKTOR PUBLIK DAN SEKTOR BISNIS (SWASTA)

Barang publik adalah barang kolektif yang harus dikuasai oleh negara atau pemerintah.

Sifat barang ini tidak ekslusif dan diperuntukan bagi kepentingan seluruh warga dalam skala luas.
Sementara itu barang swasta adalah barang yang spesifik yang dimiliki oleh swasta dan bersifat ekslusif
serta hanya dapat dinikmati oleh orang yang mampu membelinya. Karena harga yang disesuaikan
dengan harga pasar serta keinginan sang penjual.

Pada dasarnya alokasi barang dan jasa dalam masyarakat dapat dilakukan melalui dua mekanisme yaitu :

·         mekanisme pasar (market mechanism)

·         mekanisme birokrasi ( bureaucratic mechanism)

pengadaan barang dan jasa  adalah usaha yang diperlukan oleh organisasi sektor publik yang meliputi :
·         pengadaan barang

·         jasa pemborong

·         jasa konsultasi, dan

·         jasa lainnya

perbedaan pengadaan barang dan jasa di sektor publik dan swasta terletak pada tunjuannya. Pada
organisasi sektor publik, pengadaan barang dan jasa diperuntukkan bagi kepentingan seluruh warga
dalam skala luas, sedangkan swasta diperuntukkan bagi kepentingan internal organisasi.

Pengadaan barang dan jasa

Sektor publik Sektor bisnis (swasta)

Barang publik dalah barang kolektif yang harus Barang swasta adalah barang spesifik yang
dikuasai oleh negara atau pemerintah dimiliki oleh swasta

Sifatnya tidak ekslusif Sifatnya ekslusif

Pada umumnya barang dan jasa diperuntukkan Barang dan jasa hanya bisa dinikmati oleh
bagi kepentingan seluruh masyarakat dalam skala mereka yang mampu membelinya.
luas.

Tujuan pwngadaan barang dan jasa publik adalah Tujuan pengadaan barang dan jasa adalah
dipertunjukkan bagi kepentingan seluruh warga diperuntukkan bagi kepentingan internal
dalam skala luas. organisasi.

PELAPORAN DALAM SEKTOR PUBLIK DAN SEKTOR BISNIS (SWASTA)

Asumsi UU No.17/2003 membawa akuntabilitas hasil sebagai catatan yang dipertanggungjawabkan.oleh


karena itu,model pelaporan keuangan sebagai bagian dari laporan pertanggungjawaban mulai dirancang
dan diterapkan sebagaimana yang diterapkan di Amerika Serikat,Kanada,serta Selandia Baru.

            Pada bulan juni 1999,Amerika Serikat melalui Governmental  Accounting Standards Board(GASB)


mengeluarkan GASB statement  No.34 “Basic Financial Statement and Management’s Discussion and
Analysis for State and local Government,”dimana model pelaporan keuangan diterapkan untuk
pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
            Bentuk dan penyusunan laporan keuangan dapat dipengaruhi oleh berbagai factor,seperti sifat
lembaga sector public,system pemerintahan suatu Negara,mekanisme pengelolaan keuangan , dan
system anggaran Negara.

Menurut Likierman dan Taylor ada beberapa perbedaan antara laporan keuangan sector public dan
laporan keuangan sector swasta yaitu:

1.      Laporan keuangan organisasi sector public seperti unit pemerintah sangat dipengaruhi  oleh proses
keuangan dan politik.

2.      Laporan keuangan sector swasta sangat terikat oleh aturan dan criteria kecurangan.

3.      Pertanggungjawaban laporan organisasi sector public seperti unit pemerintah adalah kepada
DPR/D dan masyarakat luas,sementara yayasan dan LSM kepada donor,dewan pengampu,serta
masyarakat luas.

4.      Kriteria pertanggungjawaban laporan keuangan sector swasta ditentukan para pemegang saham
dan kreditur.

5.      Laporan organisasi sector public harus ditujukan sebagai pengembangan akuntabilitas public.

6.      Laporan keuangan sector  swasta hanya diungkap pada tingkat organisasi secara keseluruhan.

7.      Laporan organisasi sector public seperti unit  pemerintahan dan pemerintahan secara keseluruhan
dijadikan sebagai dasar analisis atas prospek  pemerintahan,sementara di  LSM dan yayasan dijadikan
sebagai dasar analisis atas prospek organisasi.

8.      Laporan unit pemerintah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan(BPK) dan laporan keuangan
sector  swasta diperiksa oleh auditor independen.

Sementara  itu,berbagai persamaan akuntansi sector public dan akuntansi swasta juga dapat disebutkan
sebagai berikut:

1.      Kriteria  validitas dan reliabilitas dokumen  sumber.

2.      Pelaporan keuangan lebih ditentukan oleh fungsi akuntabilitas public.

3.      Siklus akuntansi dapat diperbandingkan.

4.      Standar akuntansi keuangan yang ditetapkan organisasi independen.

5.      Laporan keuangan pemerintahan dan organisasi swasta bisa diakui sebagai dasar hukum.

AUDIT DALAM SEKTOR PUBLIK DAN SEKTOR BISNIS (SWASTA)

Audit sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis (swasta). Audit sektor publik dilakukan
pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba seperti sektor pemerintahan daerah (pemda),
BUMN, BUMD, dan instansi lain yang berkaitan dengan pengelolaan aset kekayaan negara, partai politik,
yayasan, lembaga swadaya masyarakat, serta organisasi sosial lainnya. Sementara itu, audit sektor bisnis
dilakukan pada perusahaan milik swasta yang bersifat mencari laba. Audit sektor publik dan audit sektor
bisnis (swasta) sama-sama terdiri dari dari Audit Keuangan (Financial Audit ),Audit Kinerja (Performance
Audit), dan Audit untuk Tujuan Khusus (Special Audit). Pada bagian selanjutnya, akan dibahas mengenai
jenis-jenis audit sektor publik

Realisasi Anggaran

Sektor Publik Sektor Bisnis (Swasta)

Organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba Perusahaan milik swasta yang bersifat mencari
seperti sector pemerintahan daerah (Pemda), laba.
BUMN, BUMD dan instansi lain yang berkaitan
dengan pengelolaan aset perusahaan negara,
partai politik, yasasan, LSM, dan organisasi social
lainnya.

PERTANGGUNGJAWABAN DALAM SEKTOR PUBLIK DAN SEKTOR BISNIS (SWASTA)

Pertanggungjawaban

Sektor publik Sektor bisnis (swasta)

Pertanggungjawaban merupakan upaya Pertanggungjawaban merupakan upaya


konkret dalam mewujudkan akuntabilitas konkret dalam mewujudkan akuntabilitas
dan transparansi di lingkungan organisasi dan transparansi di lingkungan organisasi
sektor publik. bisnis (swasta).

Pertanggungjawaban dilakukan kepada Pertanggungjawaban dilakukan


masyarakat, konstituen, dan dewan kepadastakeholders dan pemegang saham
pengampu di LSM atau yayasan. oleh pengelola organisasi bisnis (swasta).
PERTEMUAN 3
Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor Publik
Standar akuntansi merupakan pedoman umum atau prinsip-prinsip yang mengatur
perlakukan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan kepada para
pengguna laporan keuangan, sedangkan prosedur akuntansi merupakan praktek khusus yang
digunakan untuk mengimplementasikan standar. Untuk memastikan diikutinya prosedur yang
telah ditetapkan, sistem akuntansi sektor publik harus dilengkapi dengan sistem pengendalian
intern atas penerimaan dan pengeluaran dana publik.
Penetapan standar akuntansi sangat diperlukan untuk memberikan jaminan dalam aspek
konsistensi pelaporan keuangan. Tidak adanya standar akuntansi yang memadai akan
menimbulkan implikasi negatif berupa rendahnya reliabilitas dan objektivitas informasi yang
disajikan, inkonsistensi dalam pelaporan keuangan serta menyulitkan pengauditan.
Akuntansi sector publik memiliki standar yang sedikit berbeda dengan akuntansi biasa.
Karena, akuntansi biasa belum mencakup pertanggungjawaban kepada masyarakat yang ada di
sektor publik. Ikatan Akuntansi Indonesia sebenarnya telah memasukan standar untuk organisasi
nirlaba di Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Standar ini tercantum pada PSAK
nomor 45 tentang organisasi nirlaba. Namun, standar ini belum mengakomodasi praktik-praktik
lembaga pemerintahan ataupun organisasi nirlaba yang dimilikinya. Karna itu, pemerintah
mencoba menyusun suatu standar yang disebut dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
Standar akuntansi sektor publik juga telah diatur secara internasional. Organisasi yang
merancang standar ini adalah International Federation of Accountants-IFAC (Federasi Auntan
Internasional). Mereka membuat suatu standar akuntansi sector publik yang disebut Internation
Public Sector Accounting Standards-IPSAS ( Standar Internasional Akuntansi Sektor Publik ).
Standar ini menjadi pedoman bagi perancangan standar akuntansi pemerintahan di setiap Negara
di dunia.
Proses penetapan dan pelaksanaan standar akuntansi sektor publik merupakan masalah
yang serius bagi praktek akuntansi, profesi akuntan, dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Pembuatan suatu standar mungkin dapat bermanfat bagi suatu pihak, namun dapat juga
merugkan bagi pihak lain. Penentuan mekanisme yang terbaik dalam menetapkan keseragaman
standar akuntansi merupakan faktor penting agar standar akuntansi dapat diterima pihak-pihak
yang berkepentingan dan bermanfaat bagi pengembangan akuntansi sektor publik itu sendiri.
1.      Menurut Mardiasmo (Mardiasmo, 2004) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam
penetapan standar akuntansi, antara lain:
2.      Standar memberikan pedoman tentang informasi yang harus disajikan dalam laporan posisi
keuangan, kinerja, dan aktivitas sebuah organisasi bagi seluruh pengguna informasi.
3.      Standar memberikan petunjuk dan aturan tindakan bagi auditor yang memungkinkan pengujian
secara hati-hati dan independen saat menggunakan keahlian dan integritasnya dalam mengaudit
laporan suatu organisasi serta saat membuktikan kewajaran.
4.      Standar memberikan petunjuk tentang data yang perlu disajikan yang berkaitan dengan berbagai
variabel yang patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi, perencanaan serta
regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan sosial 1ainnya
5.      Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang berkepentingan
dalam disiplin ilmu akuntansi.
Perkembangan Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor Publik
Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra Reformasi
Peraturan dan karakter pengelolaan keuangan daerah  yang ada pada masa Era pra
Reformasi dapat dirincikan sebagai berikut  :
1.      UU 5/1975 tentang  Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah
2.      PP 6/1975 tentang  Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD. Indikator kinerja Pemda,yaitu meliputi :
         Perbandingan anggaran dan realisasi
         Perbandingan standar dan realisasi
         Target prosentase fisik proyek
3.      Kepmendagri No.900-099 tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah. Dalam
sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi diperkenalkan double entry bookkeeping.
4.      Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2/1994 tentang  Pelaksanaan APBD.
5.      UU 18/1997 tentang  Pajak dan Retribusi Daerah.
6.      Kepmendagri 3/1999 tentang  Bentuk dan susunan Perhitungan APBD. Bentuk laporan
perhitungan APBD :
         Perhitungan APBD
         Nota Perhitungan
         Perhitungan Kas dan Pencocokan sisa Kas dan sisa Perhitungan (PP/1975)
Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Tujuan dari regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi adalah untuk mengelola
keuangan negara/daerah menuju tata kelola yang baik Bentuk Reformasi yang ada meliputi :
1.      Penataan peraturan perundang-undangan;
2.      Penataan kelembagaan;
3.      Penataan sistem pengelolaan keuangan negara/daerah; dan
4.      Pengembangan sumber daya manusia di bidang keuangan
Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi
Kebutuhan atas standar akuntansu sektor publik terus berkembang akibat kedinamisan
regulasi pemerintah. Kedinamisan ini ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah dan
reformasi keuangan.
Otonomi daerah berlaku akibat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah. UU ini menjelaskan bahwa pemerintah melaksanakan otonomi daerah dalam
rangka penyelenggaraan urusan pemeirntah yang lebih efisien, efektif, dan bertanggun jawab.
UU ini mulai berlaku sejak tahun 2001.
Lalu, pemerintah merasa UU Nomor 22 Tahun 1999 tidak lagi sesuai dengan
perkembangan yang ada. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan UU baru, yaitu :
1.      Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
2.      Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimabangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-undang di atas menjadikan pedoman pelaksanaan otonomi daerah lebih jelas dan
terperinci, khusunya tentang pengelolaan keuangan daerah dan pertanggungjawaban.
Perubahan undang-undang tersebut merupakan salah satu hal yang signifikan dalam
perkembangan otonomi daerah. Perubahan itu sendiri dilandasi oleh beberapa hal, antara lain :
1.      Adanya semangan desentralisasi yang menekankan pada upaya efektivitas dan efisiensi
pengelolaan sumber daya daerah.
2.      Adanya semangat tata kelola yang baik (good governance).
3.      Adanya konsekuensi berupa penyerahan urusan dan pendanaan ( money follows function ) yang
mengatur hak dan kewajiban daerah terkait dengan keuangan daerah.
4.      Perlunya penyelarasan dengan paket Undang-undang (UU) Keuangan Negara, yaitu UU Nomor
17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendeharaan
negara, UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara, serta UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Peraturan perundangan terus bergerak dinamis khususnya Peraturan Pemerintahan (PP)
sebagai turunan berbagai undang-undang di atas, antara lain :
1.      PP Nomor 23 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
2.      PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
3.      PP Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.
4.      PP Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
5.      PP Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
6.      PP Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
7.      PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengeloalaan Keuangan Daerah.
8.      PP Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan
Minimal.
9.      PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah 
PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai pengganti PP 24 tahun
2005
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah sebagai
pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti dengan aturan-
aturan pelaksanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk pemerintah pusat maupun
Peraturan Menteri Dalam Negeri untuk pemerintah daerah. Ada yang berbeda antara PP 71 tahun
2010 ini dengan PP-PP lain. Dalam PP 71 tahun 2010 terdapat 2 buah lampiran. Lampiran I
merupakan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual yang akan dilaksanakan selambat-
lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II merupakan Standar Akuntansi Pemerintah
berbasis Kas Menuju Akrual yang hanya berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak
tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan
pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri),
sedangkan Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk
menerapkan SAP Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II merupakan lampiran yang
memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa perubahan sedikit pun.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan 
untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan,  baik para pengguna
maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.
Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan
sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
Secara definisi, sistem akuntansi akrual adalah suatu metode pencatatan transaksi atau
peristiwa dan pengakuan biaya (beban) berdasarkan periode terjadinya peristiwa atau transaksi
tersebut. Sedangkan menurut metode single entry atau cash basis pencatatan dan pengakuan
peristiwa dilakukan saat pembayaran dilakukan.
Dalam sistem akrual, pencatatan biaya depresiasi suatu aset dibebankan ke periode waktu
selama suatu aset tersebut digunakan berdasarkan biaya harga pembelian aset. Sedangkan
menurut sistem akuntansi berbasis kas, biaya pengadaan aset tersebut dibebankan ke periode saat
dilakukan pembayaran atas harga aset.

Isu tentang pentingnya timing dalam pengakuan / recognition suatu transaksi atau
peristiwa ekonomi merupakan hal yang sangat penting dalam lingkungan sstem akrual, sehingga
lebih membantu dalam meningkatan akuntabilitas pengambilan keputusan. Angka-angka
akuntansi berdasarkan sistem akrual dianggap lebih informatif, membawa implikasi yang
signifikan untuk pimpinan daerah dalam mengalokasikan sumber daya yang dimiliki.
PERTEMUAN 4
PENGERTIAN PERENCANAAN: PERENCANAAN PUBLIK SEBAGAI FUNGSI MANAJEMEN PUBLIK
Nah, pada kesempatan kali ini Ahli Artikel akan memberikan artikel yang menjelaskan
tentang Pengertian Perencanaan: Perencanaan Publik Sebagai Fungsi Manajemen Publik, silahkan
baca sampai habis penjelasannya di bawah ini.

Pengertian Perencanaan: Perencanaan Publik Sebagai Fungsi Manajemen Publik


Jika berbicara mengenai perencanaan, kita pasti akan kebingungan melihat banyaknya
variasi pengertian perencanaan tersebut. Hal ini, disebabkan karena pada kehidupan sehari-hari
seringkali kita temukan banyak menggunakan kata perencanaan dalam ungkapan sehari-harinya. 
Seseorang yang tidak merencanakan sebelum melakukan sesuatu dianggap tidak sistematis. Seseorang
yang membuat perencanaan berarti memiliki sejumlah langkah ke depan di dalam pikirannya, pikiran
tersebut dipastikan akan menuju ke suatu arah hasil tujuan tertentu.

Selain itu, perencanaan dapat diartikan sebagai penentuan tindakan untuk waktu yang akan datang, dan
apabila dalam perencanaan itu kita perlukan metode yang lebih mendetail, maka kita dapat
menguraikannya dengan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang akan datang pada waktunya. Jadi
dapat disimpulkan bahwa perencanaan bukan hanya memandang ke depan tetapi juga terjun pada
momentumnya, dan apabila diperlukan kita juga turut terlibat dalam menangani
proses perencanaantersebut sampai selesai.

Diluar dari pengertian perencanaan diatas, F.E Kast dan Jim Resenzweig memberikan pendapat


mengenai pengertian perencanaan, yaitu perencanaan adalah suatu kegiatan yang terintegrasi, yang
bertujuan untuk memaksimalkan efektivitas keseluruhan usaha, sebagai suatu sistem sesuai dengan
tujuan organisasi yang bersangkutan. Fungsi perencanaan antara lain untuk menetapkan arah dan
strategi serta titik awal kegiatan supaya dapat membimbing dan memperoleh ukuran yang dipergunakan
dalam pengawasan agar dapat mencegah terjadinya pemborosan waktu dan faktor-faktor produksi
lainnya.

Menurut George R. Terry pengertian perencanaanadalah suatu kegiatan memilih dan menghubungkan


fakta dan membuat serta menggunakan perkiraan mengenai masa yang akan datang dengan cara
menggambarkan dan merumuskan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.

Menurut F.X Soedjadi, MPA pengertian perencanaan adalah suatu proses kegiatan pemikiran, dugaan


dan penentuan prioritas yang harus dilakukan dengan cara rasional sebelum melaksanakan tindakan
dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Selain dari itu perencanaan juga merupakan
kegiatan-kegiatan rohaniah sebelum melakukan tindakan jasmaniah. Jadi amat sangat diperlukan dalam
rangka mengarahkan tujuan dan sasaran organisasi maupun tujuan suatu program pembangunan,
sebab-sebab darinya dipaparkan pula tentang kebutuhan penggunaan tenaga kerja, biaya, waktu,
peralatan, dan sumber-sumber lainnya.

Lebih lanjut lagi, Prof. Prajudi membuat langkah-langkah dalam menetapkan perencanaan yang baik,


yaitu:
1.    Identifikasi masalah
2.    Analisis situasi
3.    Merumuskan yang hendak dicapai
4.    Menyususn garis besar semacam proposal
5.    Membicarakan proposal yang telah disusun
6.    Menetapkan komponen
7.    Penentuan tanggungjawab masing-masing komponen
8.    Menentukan outline
9.    Mengadakan kontrak antar unit
10.    Pengumpulan data terkait
11.    Pengolahan data
12.    Penyimpulan data
13.    Pendiskusian rencana sesuai data
14.    Penyusunan naskah final
15.    Evaluasi naskah rencana
16.    Persetujuan naskah rencana
17.    Penjabaran untuk pelaksanaan.

Sedangkan Prof. Komaruddin membagi aktivitas perencanaan antara lain sebagai berikut:


1.    Meramalkan proyeksi yang akan datang
2.    Menetapkan sasaran serta mengkondisikannya
3.    Menyusun program dengan urutan kegiatan
4.    Menyusun kronologis jadwal kegiatan
5.    Menyusun anggaran dan alokasi sumber daya
6.    Mengembangkan prosedur dalam standar
7.    Menetapkan dan menginterpretasi kebijaksanaan.

Perencanaan publik atau Public Planning berarti pembuatan penetapan melalui proses pengambilan


keputusan mengenai kegiatan publik dan akan dilaksanakan untuk jangka waktu tertentu di masa depan
secara terarah sesuai tujuan yang ditetapkan bersama. Karena perencanaan publik tersebut bersifat
kegiatan masyarakat umum secara keseluruhan, dipimpin oleh pemerintah dalam arti luas
sebagai administrator publik. Sebagai contoh di Republik Indonesia, rencana tersebut ditetapkan
jangka panjang dan jangka pendeknya dengan skala lima tahun, oleh lembaga konstitusional (parlemen
dan utusan daerah, serta golongan), sedangkan pada tingkat daerah dirumuskan oleh lembaga legislatif
daerah atas usul dan kerja sama dengan pihak eksekutif.

PERTEMUAN 5
PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK
September 12, 2012

A.    KONSEP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK 

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapaiselama periode waktu
tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda
untuk mempersiapkan suatu anggaran. Dalamorganisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu
proses politik. Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup
untuk publik,sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik
untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.Penganggaran sektor publik terkait dengan proses
penentuan jumlah alokasi danauntuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses
penganggaranorganisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategictelah
selesai dilakukan. Anggaran merupakan managerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya
tujuan organisasi.Aspek-aspek yang harus tercakup dalam anggaran sektor publik meliputi :

 Aspek perencanaan;
 Aspek pengendalian; dan
 Aspek akuntabilitas publik.Penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan,serta pelaporan dan akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus 
(oversight body).

 B.     PENGERTIAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK 

Anggaran publik adalah rencana kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatandan belanja dalam satuan
moneter.Secara singkat dapat dinyatakan bahwa anggaran publik merupakan suaturencana finansial
yang menyatakan :

Berapa biaya atas rencana-rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja);

Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanairencana tersebut
(pendapatan).

C.    PENTINGNYA ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran sektor publik dibuat untuk membantu menentukan tingkat kebutuhanmasyarakat, seperti
listrik, air bersih, kualitas kesehatan, pendidikan, dan sebagainyaagar terjamin secara layak. Anggaran
merupakan blue print keberadaan sebuah negaradan merupakan arahan di masa yang akan datang.

Anggaran dan Kebijakan Fiskal Pemerintah

Kebijakan fiskal adalah usaha yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi keadaanekonomi
melalui sistem pengeluaran atau sistem perpajakan untuk mencapai tujuantertentu. Alat utama
kebijakan fiskal adalah anggaran. Angaran sektor publik harus dapatmemenuhi kriteria berikut :

Merefleksikan perubahan prioritas kebutuhan dan keinginan masyarakat

Menentukan penerimaan dan pengeluaran departemen-departemen pemerintah, pemerintah propinsi


atau pemerintah daerah.Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu:
Anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunansosial-ekonomi,
menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualititas hidupmasyarakat.

Anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yangtak terbatas dan terus
berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas.Anggaran diperlukan karena adanya masalah
keterbatasan sumber daya ( Scarcity of resources), pilihan (choice), dantrade offs.

Anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.
Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrument pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-
lembaga publik yang ada.

D.    FUNGSI ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:

(1)   Sebagai alat perencanaan,

(2)   alat pengendalian,

(3)   alat kebijakan fiskal,

(4)   alat politik,

(5)   alat koordinasi dan komunikasi,

(6)   alat penilaian kinerja,

(7)   alat motivasi,

(8)   alat menciptakan ruang publik.

1. Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)


Anggaran sektor publik dibuat untuk merencakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh
pemerintah, berupa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja
pemerintah tersebut.Anggaran sebagai alat perencanaan digunakan untuk:
 merumuskan tujuan serta sasaran kebijakan agar sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan,
 merencanakan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi
sertamerencanakan alternatif sumber pembiayaannya,
 mengalokasikan dana pada berbagai program dan kegiatan yang telah disusun,
 menentukan indikator kinerja dan tingkat pencapian strategi.
2. Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)
Sebagai alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan dapat dipertanggungjawabkan kepada
publik.Anggaran sebagai instrumen pengendalian digunakan untuk menghindari adanya
overspending, underspending dan salah sasaran (misappropriation) dalam pengalokasian
anggaran dalam bidang lain yang bukan merupakan prioritas.Pengendalian anggaran public
dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu:
 Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan;
 Menghitung selisih anggaran (favourable dan unfavourable variances
 Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan (controllable) dan tak dapatdikendalikan
(uncontrollable) atas suatu varians;
 Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya.
3. Anggaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan untuk menstabilkanekonomi dan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Anggaran dapat digunakan untuk mendorong,
memfasilitasi, dan mengkoordinasikan kegiatan ekonomi masyarakatsehingga dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)
Pada sektor publik, anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmeneksekutif
dan kesepakatan legislative atas penggunaan dana publik untuk kepentingantertentu. Oleh
karena itu pembuatan anggaran publik membutuhkan political skill,coalition building, keahlian
bernegosiasi, dan pemahaman tentang prinsip manajemenkeuangan publik oleh para manajer
publik.
5. Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi (Coordination and Communication Tool)
Anggaran publik merupakan alat koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik
yang disusun dengan baik mampu mendeteksi inkonsistensi suatu unir kerja dan juga berfungsi
sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif.
6. Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance Measurement Tool)
Anggaran merupakan wujud komitmen dari budget holder (eksekutif ) kepada
pemberiwewenang (legislatif)
Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian targetanggaran dan efisiensi pelaksanaan
anggaran.
7. Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)
Agar dapat memotivasi pegawai, anggaran hendaknya bersifal challenging but attainableatau
demanding but achieveable.
Maksudnya adalah target anggaran hendaknya janganterlalu tinggi hingga tidak dapat dipenuhi,
namun juga jangan terlalu rendah hinggaterlalu mudah dicapai.
8. Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik (Public Share)
Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi dan berbagai organisasi kemasyarakatan harusterlibat dalam
proses penganggaran publik.
Kelompok masyarakat yang terorganisir akanmencoba mempengaruhi anggaran pemerintah,
kelompok lain yang kurang terorganisir akan mempercayakan aspirasinya melaluiproses politik
yang ada.

E.     JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

 Anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu :


 Anggaran operasional,
 Anggaran modal
 Anggaran Operasional (operation/recurrent budget)

Anggaran Operasional diguanakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalammenjalankan


pemerintahan. Misalnya adalah belanja rutin (recurrent expenditure) yaitu pengeluaran yang
manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapatmenambah aset atau kekayaan bagi
pemerintah.Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran operasional antara lain

Belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan Pemeliharaan. Anggaran Modal
(capital/investment budget)

Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan atas aktivatetap seperti
gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Pada dasarnya pemerintah tidak mempunyai
uang yang dimiliki sendiri, sebab seluruhnya adalah milik  publik.

F.     PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

a) Prinsip-prinsip anggaran sektor publik meliputi:


b) Otorisasi oleh legislatif Anggaran publik harus mendapat otorisasi dari legislatif terlebih dulu
sebelumeksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
c) Komprehensif Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Oleh karena itu, adanya dana non-budgetair pada dasarnya adalah menyalahi prinsipanggaran
yang bersifat komprehensif.c.
d) Keutuhan anggaran Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana
umum (general fund)
e) Nondicretionary Apropriation. Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan
secara ekonomis,efisien, dan efektif.
f) Periodik Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, dapat bersifat tahunan maupun
multi-tahunan
g) Akurat Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi (hidden
reserve) yang dapat dijadikan sebagai pemborosan dan inefisiensi anggaran sertadapat
mengakibatkan munculnya underestimate pendapatan dan overestimate pengeluaran.
h) Jelasanggaran hendaknya sederhana, dapat dipahami masyarakat, dan tidak membingungkan
i) Diketahui publik anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

G.    PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Proses penyusunan anggaran mempunyai 4 tujuan yaitu :

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasiantarbagian dalam


lingkungan pemerintahan.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik
melalui proses pemrioritasan.
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR/DPRDdan
masyarakat luas.

Faktor dominan yang terdapat dalam proses penganggaran adalah :

o Tujuan dan target yang hendak dicapai


o Ketersediaan sumber daya (faktor-faktor produksi yang dimiliki pemerintah)
o Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dan target.
Faktor-faktor lain yang memengaruhi anggaran, seperti: munculnya peraturan pemerintah yang baru,
fluktuasi pasar, perubahan sosial dan politik, bencana alam,dan sebagainya.

Pengelolaan keuangan publik melibatkan beberapa aspek, yaitu aspek penganggaran,aspek akuntansi,
aspek pengendalian, dan aspek auditing.

H.    PRINSIP-PRINSIP POKOK DALAM SIKLUS ANGGARAN

Richard Musgrave seperti yang dikutip Coe (1989) mengidentifikasikan tiga pertimbangan mengapa
pemerintah perlu ³terlibat´ dalam ³bisnis´ pengadaan barang dan jasa bagi masyarakat.

Ketiga pertimbangan tersebut meliputi stabilitas ekonomi,redistribusi pendapatan, dan alokasi sumber
daya.Lemahnya perencanaan anggaran memungkinkan munculnya underfinancing atau

overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran. Siklusanggaran
meliputi empat tahap yang terdiri atas:

1. Tahap persiapan anggaran (preparation);


2. Tahap ratifikasi (approval/ratification)
3. Tahap implementasi (implementation)
4. Tahap pelaporan dan evaluasi (reporting and evaluation)
5. Tahap Persiapan Anggaran (Budget Preparation)

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang
tersedia. Yang perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiran pengeluaran, terlebih dahulu
harus dilakukan penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Dalam persoalan estimasi, yang perlu
mendapat perhatian adalah terdapatnyafaktor “uncertainty” (tingkat ketidakpastian)yang cukup tinggi.
Oleh sebab itu, manajer keuangan public harus memahami betul dalam menentukan besarnya suatu
mata anggaran.

Besarnya mata anggaran pada suatu anggaran yang menggunakan “line-item budgeting´ akan berbeda
pada “input-output budgeting”, “program budgeting” atau “zero based budgeting”.

Di Indonesia, proses perencanaan APBD dengan paradigma baru menekankan pada pendekatan bottom-
up planning dengan tetap mengacu pada arah kebijakan pembangunan pemerintah pusat. Arahan
kebijakan pembangunan pembangunan pemerintah pusat tertuang dalam dokumen perencanaan
berupa GBHN, Program Pembangunan Nasional (PROPE NAS), Rencana Strategis (RESENTRA), dan
RencanaPembangunan Tahunan (REPETA). Sinkronisasi perencanaan pembangunan yang digariskan oleh
pemerintah pusatdengan perencanaan pembangunan daerah sejak spesifik diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 105 dan 108 Tahun 2000. Pada pemerintah pusat, perencanaan pembangunan dimulai
dari peyusunan PROPENAS yang merupakan operasionalisasi GBHN. PROPERNAS tersebut kemudian
dijabarkan dalam bentuk RESENTRA.Berdasarkan PROPER NAS dan RESENRA serta analisis fiscal dan
makro ekonomi,kemudian dibuat persiapan APBN dan REPETA.Sementara itu, di tingkat daerah (propinsi
dan kabupaten/kota) berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 108 Tahun 2000 pemerintah
daerah disyaratkanuntuk membuat dokumen perencanaan daerah yang terdiri atas PROPEDA(REN
STRADA). Dokumen  perencanaan daerah tersebut diupayakan tidak menyimpang dari PROPENAS dan
RENSTRA yang dibuat pemerintah pusat. Dalam PROPEDA dimungkinkan adanya penekanan prioritas
program pembangunan yang berbeda dari satu daerah dengan daerah yang lain sesuai kebutuhan
masing-masing daerah. PROPEDA (RENSTRADA) dibuat oleh pemerintah daerah bersama dengan DPRD
dalam kerangka waktu lima tahun yang kemudian dijabarkan  pelaksanaannya  dalam  kerangka
tahunan. Penjabaran rencana  strategis  jangka panjang dalam REPETADA tersebutdilengkapi dengan:

Pertimbangan-pertimbangan yang berasal dari hasil evaluasi kinerja pemerintahdaerah pada periode
sebelumnya.

Masukan-masukan dan aspirasi masyarakat.

Pengkajian kondisi yang saat ini terjadi, sehingga bisa diketahui kekuatan,kelemahan, peluang dan
tantangan yang sedang dan akan dihadapi.

Tahap Ratifikasi Anggaran

Tahap berikutnya adalah budget ratification. Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik
yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki “managerial skill”
namun juga harus mempunyai “ political skill” salesmanship´dan ‘coalition building’ yang memadai.
Integritas dan kesiapan mentalyang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini.

Tahap Pelaksanaan Anggran

(Budget Implementation)Sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen sangat


diperlukan untuk mendukung pelaksanaan anggaran. Manajer keuangan public dalam hal ini
bertanggung jawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai dan handal untuk
perencanaandan pengendalian anggran yang telah disepakati, dan bahkan dapat diandalkan untuk tahap
penyusuanan anggaran periode berikutnya.

Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran

Tahap terakhir dari siklus anggaran adalah pelaporan dan evaluasi anggaran. Tahap persiapan, ratifikasi,
dan implementasi anggaran terkait dengan aspek operasionalanggaran, sedangkan tahap pelaporan dan
evaluasi terkait dengan aspek akuntanbilitas. Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem
akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting
and evaluation tidak akan menemui banyak masalah.

IKHTISAR

Penganggaran sektor publik merupakan proses yang sangat vital bagi organisasisektor publik. Anggaran
publik penting sebab anggaran membantu menentukan tingkatkebutuhan masyarakat. Anggaran
merupakan instrumen kebijakan fiskal pemerintahuntuk mempengaruhi keadaan ekonomi melalui
kebijakan pengeluaran dan perpajakan.Dengan anggaran, pemerintah dapat mengalokasikan sumber
daya yang langka untuk menggerakan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan,
danmeningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dan yang penting lagi, anggaran merupakansarana untuk
menunjukan akuntanbilitas pemerintah terhadap publik.Anggaran publik terdiri dari anggaran
operasional dan anggaran modal. Anggaranoperasional adalah pengeluaran yang dilakukan secara rutin
dan tidak menambahkekayaan serta manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran. Sedangkan
anggaran modal (aset) manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran dan menambah kekayaan.

JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK


A.    PERKEMBANGAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi instrumenkebijakan multifungsi
yang digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.

Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi dan besarnya anggaran yang secaralangsung
merefleksikan arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan.Anggaran sebagai alat
perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuanmoneter sekaligus dapat digunakan sebagai
alat pengendalian.Sistem perencanaan anggaran publik berkembang sesuai dinamika
perkembanganmanajemen sektor publik dan tuntutan yang muncul di masyarakat. Pada
dasarnyaterdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sektor 
publik. Secara garis besar ada dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan mendasar.

Anggaran tradisional atau anggaran konvensional

New public management

B.     ANGGARAN TRADISIONAL

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di negara berkembang dewasa ini.
Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini yaitu:

1. Cara penyusunan anggaran didasarkan atas pendekatan incrementalism


2. Struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item

Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah:

1. Cenderung sentralistis
2. Bersifat spesifikasi
3. Tahunan
4. Mengggunakan prinsip anggaran bruto
5. Incrementalism

Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incrementalism yaitu hanya
menambah/mengurangi jumlah rupiah pada item anggaran yang ada sebelumnyadengan menggunakan
data tahun sebelumnya sebagai dasar menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa
dilakukan kajian yang mendalam.

Masalah utama anggaran tradisional adalah berkaitan dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep
value for money.

Konsep ekonomi, efesiensi dan efektivitassering tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan
anggaran tradisional. Denganketiadaan perhatian pada konsep value for money ini, sering kali pada akhir
tahunanggaran terjadi kelebihan anggaran yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan padaaktivitas-
aktivitas yang sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan.Anggaran tradisional cenderung
menggunakan konsep historic cost of service

Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item, program, atau kegiatan
akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meski itemtersebut sudah tidak dibutuhkan.
Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah nominalrupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi,
jumlah penduduk, dan lainnya.

Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang didasarkan atas dasar sifat
(nature) dari penerimaan dan pengeluaran.

Metode line-item budget tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riilitem tertentu
sudah tidak relevan lagi untuk digunakan dalam periode sekarang.Penyusunan anggaran dengan
menggunakan struktur line-item dilandasi alasanadanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan
untuk mengontrol pengeluaran.

Berdasarkan hal tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar sifat penerimaan dan pengeluaran,
seperti misalnya pendapatan dari pemerintah atasan, pendapatan dari pajak,atau pengeluaran untuk
gaji, pengeluaran untuk belanja barang, dan sebagainya, bukan berdasar pada tujuan yang ingin dicapai
dengan pengeluaran yang dilakukan.

Kelemahan Anggaran Tradisional

 Beberapa kelemahan anggaran tradisional antara lain:


 Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan denganrencana
pembangunan jangka panjang.
 Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernahditeliti secara
menyeluruh efektivitasnya.
 Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkananggaran tradisional
tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakandan pilihan sumberdaya, atau
memonitor kinerja.
 Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secarakeseluruhan sulit
dicapai.
 Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi.
 Anggaran tradisional bersifat tahunan
 Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai menyebabkan
lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya adalah munculnya budget padding atau
budgetary slack.
 Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme pengendalian
untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran dan manipulasi
anggaran.
 Aliran informasi (sistem informasi financial yang tdak memadai yang menjadi dasar mekanisme
pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.

C.    ANGGARAN PUBLIK DENGAN PENDEKATAN NPM

Era New Publik Management

New Public Management berfokus pada manajemen sector public yang berorientasi padakinerja, bukan
berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma
New Publik Management tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah diantaranya
adalah tuntutanuntuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya, dan kompetensi tender. Salah satu
model pemerintah di era New Publik Management adalah model pemerintahyang diajukan oleh Osbone
dan Gaebler (1992) yang tertuang dalam pandangannya yangdikenal dengan konsep “reinventing
government”. Perspektif baru pemerintah menurutOborne dan Gaebler tersebut adalah :

 Pemerintah katalis Pemerintah sebagai pemberi arahan dan berfokus pada pemberian
pengarahan bukan produksi pelayanan public.
 Pemerintah milik masyarakat Pemerintah memberikan wewenang kepada masyarakat,
memberdayakanmasyarakat daripada melayani.
 Pemerintah yang kompetitif  Menyuntikan semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan
public.Kompetisia dalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus
meningkatkankualitas pelayanan.
 Pemerintah yang digerakan oleh misi
 Mengubah organisasi yang digerakan oleh peraturan menjadi organisasi yangdigerakan oleh
misi. Pemerintah digerakan oleh misi bukan peraturan. Pemerintah yang berorientasi hasil
Pemerintah yang berorientasi hasil berusaha mengubah bentuk penghargaan daninsentif, yaitu
membiayai hasil dan bukan masukan.
 Pemerintah berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan
birokrasi.Pemerintah tradisional seringkali salah dalam mengidentifikasikan
pelanggannya.Penerimaan pajak memang dari masyarakat dan dunia usaha, tetapi
pemanfaatannyaharus disetujui oleh DPR/DPRD. Akibatnya, pemerintah seringkali menganggap
bahwaDPR/DPRD dan semua pejabat yang ikut dalam pembahasan anggaran adalah
pelanggannya padahal pelanggan yang sebenarnya adalah masyarakat.Pemerintah wirausaha
tidak akan seperti itu. Ia akan mengidentifikasikan pelangganyang sesungguhnya.
 Maka, tidak berarti bahwa pemerintah tidak bertanggungjawab padadewan legislatif, tetapi
sebaliknya, ia menciptakan sistem pertanggungjawaban ganda : kepada legislatif dan
masyarakat. Dengan cara seperti itu, maka pemerintah tidak akanarogan tetapi terus menerus
akan berupaya untuk lebih memuaskan masyarakat.
 Pemerintah wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan.Pemerintah daerah wirausaha dapat mengembangkan beberapa pusat
pendapatan, misalnya: BPS dan Bappeda, yang dapat menjual informasi tentang daerahnya
kepada pusat-pusat penelitian;BUMN, BUMD; pemberian hak guna yang menarik kepada para
pengusaha dan masyarakat; penyertaan modal; dll.
 Pemerintah antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati.Pemerintah tradisional yang
birokratis memusatkan diri pada produksi pelayanan publik untuk memecahkan masalah
publik.Pemerintah birokratis cenderung bersifat reaktif: seperti suatu satuan pemadam
kebakaran, apabila tidak ada kebakaran maka tidak akan ada upaya pemecahan.Pemerintah
wirausaha bersifat proaktif. Ia tidak hanya mencoba untuk mencegah masalah, tapi juga
berupaya keras untuk mengantisipasi masa depan. Ia menggunakan perencanaan strategis
untuk menciptakan visi.
 Pemerintah desentralisasi : dari hierarki menuju partisipatif dan tim kerja.Limapuluh tahun yang
lalu, pemerintahan yang sentralis dan hierarkis sangat diperlukankarena pengambilan keputusan
harus dari pusat. Pada saat itu, sistem tersebut masihsangat cocok karena teknologi informasi
masih sangat primitif, komunikasi antar  berbagai lokasi masih lamban, dan aparatur pemerintah
masih relatif belum terdidik. Tapisekarang, perkembangan teknologi sudah sangat maju,
kebutuhan masyarakat dan bisnissudah semakin kompleks, staf pemerintah sudah
berpendidikan tinggi, maka pengambilan keputusan harus digeser ke tangan masyarakat,
asosiasi, pelanggan, danlembaga swadaya masyarakat.
 Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar: mengadakan perubahanmekanisme pasar
( sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme administratif (sistem prosedur dan pemaksaan)
Ada dua cara alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme
administratif.Pemerintah tradisional menggunakan mekanisme administratif, sedangkan
pemerintahwirausaha menggunakan mekanisme pasar. Pemerintah tradisional menggunakan
perintah dan pengendalian, mengeluarkan prosedur dan definisi baku dan
kemudianmemerintahkan orang untuk melaksanakannya. Pemerintah wirausaha tidak
memerintahdan mengawasi tapi mengembangkan dan menggunakan sistem insentif agar orang
tidak melakukan kegiatan yang merugikan masyarakat.

Perbandingan Anggaran Tradisional dengan Anggaran Berbasis Pendekatan NPM

ANGGARAN TRADISIONAL NEW PUBLIC MANAGEMENT

Senralis Desentralis & devolved management

Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output, danoutcome


(value for money)

Tidak terkait dengan perencanaan jangka panjang Utuh dan komprehensif dengan perencanaan
jangka panjang

Line-item da incrementalism Berdasarkan sasaran kinerja

Batasan departemen yang kaku (rigid department) Lintas departeman (crossdepartment)

Menggunakan aturan klasik:vote accounting Zero-basebudgeting, planning programming


budgeting system

Prinsip anggaran bruto Sistematik dan Rasional

Bersifat Tahunan Bottom-up budgeting

Spesifik
D.    PERUBAHAN PENDEKATAN ANGGARAN

Dengan munculnya era New Public Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan
pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran sector  publik. Seiring dengan
perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik pengnggaransector publik, misalnya teknik anggaran
kinerja ( performance budgeting ), zero based budgeting (ZBB), dan planning, programming, and
budgeting system (PPBS). Pendekatan baru nin memiliki karakteristik:

 Komprehensif/komparatif
 Terintegrasi dan lintas departemen
 Proses pengambilan keputusan yang rasional
 Berjangka panjang
 Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
 Analisis total cost dan benefit  (termasuk opportunitycost)
 Berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input
 Adanya pengawasan kinerja

E.     ANGGARAN KINERJA

Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapatdalam anggaran
tradisional, khususnya yang disebabkan oleh ketiadaan tolok ukur yang bisa digunakan untuk mengukur
kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja
sangat menekankan pada konsep value for money dan pengawasan kinerja output. Pendekatan ini juga
mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang
sistematik dan rasional dalam proses pengambilan keputusan. Pendekatan ini cenderung menolak
pandangan anggaran tradisional yang menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur tangan,
pemerintah akan menyalah gunakan kedudukan mereka dan cenderung boros.

Menurut pendekatan anggaran kinerja,dominasi pemerintah dapat diawasi dan dikendalikan melalui
penerapaninternal cost awareness, audit keuangan danaudit kinerja, serta evaluasi kinerja
eksternal.Dengan kata lain, pemerintah dipaksa bertindak berdasarkan cost minded, harus efisien,
memakai dana secara ekonomis, dan dituntut mampu mencapai tujuan yang ditetapkan.

F.     ZERO BASED BUDGETING (ZBB)

Konsep ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada pada system anggarantradisional.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep ini dapat menghilangkan incrementalism dan line-
item karena anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero-base).Proses Implementasi ZBB Terdiri dari 3
tahap, yaitu:

Identifikasi unit-unit keputusanStruktur organisasi pada dasarnya terdiri dari pusat-pusat


pertanggungjawaban.Setiap pusat pertanggungjawaban merupakan unit pembuat keputusan yang
salahsatu fungsinya adalah untuk menyiapkan anggaran. ZBB merupakan systemanggaran yang berbasis
pusat pertanggungjawaban sebagai dasar perencanan dan pengendalian anggaran.

Penentuan paket-paket keputusanTahap selanjutnya adalah menyiapkan dokumen yang berisi tujuan
unit keputusandan tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dokumeninilah yang
disebut paket keputusan. Paket keputusan merupakan gambarankomprehensif mengenai bagian dari
aktivitas organisasi atau fungsi yang dapatdievaluasi secara individual. Ada 2 jenis paket keputusan :

1. Paket keputusan mutually-exclusive Merupakan paket keputusan yang memiliki fungsi yang
sama
2. Paket keputusan incremental Merefleksikan level usaha berbeda dalam melakukan kegiatan
tertentu.

Meranking dan mengevaluasi paket keputusanTahap berikutnya adalah meranking semua paket
berdasarkan manfaatnyaterhadap organisasi. Tahap ini merupakan jemnbatan menuju proses
alokasisumber daya di antara berbagai kegiatan yang beberapa diantaranya sudah adadan yang lainnya
baru sama sekali.

Keunggulan ZBB :

1. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya secara lebih
efisien
2. ZBB berfokus pada value for money
3. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektifan biaya
4. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer
5. Meningktkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunananggaran.
6. Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan mendorongorganisasi untuk
selalu menguji alternatif aktivitas dan pola perilaku biaya sertatingkat pengeluaran.

Kelemahan ZBB :

1. Prosesnya memakan waktu, terlalu teoritis dan tidak praktis, membutuhkan biayayang besar,
serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk karena pembuatan paket keputusan.
2. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
3. Implementasi ZBB membutuhakan teknologi yang maju
4. Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah proses meranking dan mereview  paket keputusan.
Mereview ribuan paket keputusan merupakan pekerjaan yangmelelahkan dan membosankan,
sehingga dapat mempengaruhi keputusan.
5. Untuk melakukan perankingan paket keputusan dibutuhkan staf yang memilikikeahlian yang
mungkin tidak dimiliki organisasi. Selain itu dalam perankinganmuncul pertimbangan subjektif/
mungkin terdapat tekanan politik sehingga tidak objektif lagi.
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusanharus dalam
anggaran
7. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi

G.    PLANNING, PROGAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS)

PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori system yang berorientasi pada output
dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasisumberdaya berdasarkan analisis ekonomi. PPBS
adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu menajemen pemerintah dalam
membuat keputusanalokasi sumber daya secara lebih baik.Hal tersebut disebabkan sumber daya
yangdimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara tuntutan masyarakat tidak terbatas.Proses
Implementasi PPBS
Langkah implementasinya meliputi:

1) Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas.
2) Mengidentifikasikan program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan.
3) Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit dari masing-masing
program.
4) Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil.
5) Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui

Karakteristik PPBS :

 Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program) untuk mencapai tujuan.


 Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan dating karena PPBS
berorientasi pada masa depan.
 Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi.
 Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai program, yang meliputi:identifikasi tujuan,
identifikasi secara sistematik alternatif program untuk mencapai tujuan, estimasi biaya total dari
masing-masing alternatif program, danestimasi manfat yang ingin diperoleh dari masing-masing
alternatif program

Kelebihan PPBS :

a. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen puncak kemanajemen


menengah.
b. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja
c. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya dalam perencanaan program.
d. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi, dankerja sama antar
departemen.
e. Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan pencapaiantujuan
organisasi
f. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi sumber daya secara
optimal.

Kelemahan PPBS

a. PPBS membutuhkan system informasi yang canggih, ketersediaan data, adanyasystem


pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
b. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS membutuhkanteknologi yang
canggih
c. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
d. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulanmanusia yang
kompleks
e. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaanstatistic terkadang
kurang tajam untuk mengukur efektivitas program. Statistik hanya tepat untuk mengukur
beberapa program saja.
f. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis sehingga menyulitkan dalammelakukan alokasi
biaya.
Masalah utama penggunaan ZBB dan PPBS.

 Bounded rationality, keterbatasan dalam menganalisis semua alternatif untuk melakukan


aktivitas.
 Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif, terutama untuk mengukur output.
 Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa depan, perubahan politik, dan
ekonomi.
 Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang sangat berat.
 Kesulitan dalam menentukan tujuan dan perankingan program terutama ketikaterdapat
pertentangan kepentingan.
 Seringkali tidak memungkinkan untuk melakukan perubahan program secaracepat dan tepat.
 Terdapat hambatan birokrasi dan perlawanan politik yang besar untuk berubah.
PERTEMUAN 6
PERFORMANCE-BASED BUDGET SYSTEM
(Sistem Penganggaran Berbasis Kinerja)
1. Definisi dan Tujuan Penganggaran Berbasis Kinerja 
Seiring dengan semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap transparansi
penganggaran belanja publik, maka diperkenalkanlah sistem penganggaran yang
berbasis kinerja ( Performance Based Budgeting) sebagai pengganti sistem
penganggaran lama dengan sistem Line Item Budgeting. Dalam sistem Line Item
Budgeting penekanan utama adalah terhadap input, di mana perubahan terletak pada
jumlah anggaran yang meningkat dibanding tahun sebelumnya dengan kurang
menekankan pada output yang hendak dicapai dan kurang mempertimbangkan prioritas
dan kebijakan yang ditetapkan secara nasional. 
Secara teori, prinsip anggaran berbasis kinerja adalah anggaran yang menghubungkan
anggaran negara (pengeluaran negara) dengan hasil yang diinginkan (output dan
outcome) sehingga setiap rupiah yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan
kemanfaatannya. Performance based budgeting dirancang untuk menciptakan efisiensi,
efektivitas dan akuntabilitas dalam pemanfaatan anggaran belanja publik dengan output
dan outcome yang jelas sesuai dengan prioritas nasional sehingga semua anggaran
yang dikeluarkan dapat dipertangungjawabkan secara transparan kepada masyarakat
luas. Penerapan penganggaran berdasarkan kinerja juga akan meningkatkan kualitas
pelayanan publik, dan memperkuat dampak dari peningkatan pelayanan kepada publik.
Untuk mencapai semua tujuan tersebut, kementerian negara/lembaga diberikan
keleluasaan yang lebih besar (let’s the manager manage) untuk mengelola program
dan kegiatan didukung dengan adanya tingkat kepastian yang lebih tinggi atas
pembiayaan untuk program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Performance Based Budgeting memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan
keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan
keluaran tersebut sehingga prinsip-prinsip transparansi, efisiensi, efektivitas dan
akuntabilitas dapat dicapai. Kunci pokok untuk memahami Performance Based
Budgeting adalah pada kata “Performance atau Kinerja”. Untuk mendukung sistem
penganggaran berbasis kinerja yang menetapkan kinerja sebagai tujuan utamanya
maka diperlukan alat ukur kinerja yang jelas dan transparan berupa indikator kinerja
(performance indicators). Selain indikator kinerja juga diperlukan adanya sasaran
(targets) yang jelas agar kinerja dapat diukur dan diperbandingkan sehingga
selanjutnya dapat dinilai efisiensi dan efektivitas dari pekerjaan yang dilaksanakan serta
dana yang telah dikeluarkan untuk mencapai output/kinerja yang telah ditetapkan. 
Penganggaran berbasis kinerja adalah penyusunan anggaran dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk
efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Dalam penganggaran berbasis
kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap
program dan jenis kegiatan” (mengacu pada Pasal 7 ayat (2) PP No.21/2004 tentang
penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga). 
Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen
untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan
keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari
keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada
setiap unit kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program,
diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada
anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu
atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk
mencapai sasaran dan tujuan, serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun
sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana
kerja tahunan yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran
tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja. 
Menurut Segal dan Summers, penganggaran kinerja adalah sistem penganggaran yang
terdiri dari 3 unsur penting yaitu hasil, strategi dan output/aktivitas untuk mencapai
tujuan/hasil akhir. 
John Mikesell menyatakan bahwa anggaran berbasis kinerja pada dasarnya adalah
berhubungan dengan input atau biaya untuk kegiatan program serta tujuan. 
Philip Joyce menyatakan bahwa penganggaran berbasis kinerja itu adalah hubungan
yang erat dari input ke output atau hubungan antara sumber daya dengan hasil untuk
tujuan penganggaran" (Joyce, 1999, p. 598). 
Demikian pula, Charles Dawson menjelaskan pengukuran kinerja dan penganggaran
"sebagai istilah umum yang diterapkan sebagai upaya sistemik untuk menilai aktivitas
pemerintah dan meningkatkan akuntabilitas untuk kemajuan dalam mencapai
tujuan/hasil. (Dawson, 1995, p.1). . 
Sebuah laporan 1994 yang diterbitkan oleh Konferensi Nasional Legislatif Nasional
Amerika menyebutkan bahwa Penganggaran berbasis kinerja itu menggunakan
pernyataan misi, tujuan dan sasaran untuk menjelaskan mengapa uang tersebut
dibelanjakan. Ini adalah cara untuk mengalokasikan sumber daya untuk mencapai
tujuan tertentu berdasarkan pada tujuan program dan hasil yang diukur. 
Tujuan Anggaran berbasis kinerja adalah : 
- Untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari penggunaan sumber daya (input)
yang terbatas. 
- terwujudnya sasaran yang telah ditetapkan, 
- dicapainya hasil yang optimal dari setiap investasi yang dilakukan guna meningkatkan
kualitas pelayanan publik, 
- tercapainya efisiensi serta peningkatan produktivitas di dalam pengelolaan
sumberdaya dan peningkatan kualitas produk serta jasa untuk mewujudkan
kesinambungan pembangunan dan kemandirian nasional. 
- mendukung alokasi anggaran terhadap prioritas program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan. 

2. Prinsip-Prinsip dan Komponen Pokok Anggaran Berbasis Kinerja 

Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan pada konsep value
for money (ekonomis, efisiensi dan efektivitas) dan prinsip good corporate governance,
termasuk adanya pertanggungjawaban para pengambil keputusan atas penggunaan
uang yang dianggarkan untuk mencapai tujuan, sasaran, dan indikator yang telah
ditetapkan. 
Pencapaian value for money sering digambarkan dalam bentuk tiga E, yaitu: 
1. Ekonomis, yaitu meminimalkan biaya sumber daya untuk suatu kegiatan
(mengerjakan sesuatu dengan biaya rendah); 
2. Efisien, yaitu melaksanakan tugas dengan usaha yang optimal (melakukan sesuatu
dengan benar); 
3. Efektif, yaitu sejauh mana sasaran dicapai (melakukan hal yang benar). 
Sedangkan Prinsip good corporate governance dapat dijelaskan sebagai berikut: 
a. Participation, yakni adanya partisipasi dari semua pihak, masyarakat luas termasuk
adanya jaminan kebebasan berserikat dan berekspresi dalam proses penganggaran
termasuk adanya pengawasan terhadap belanja publik oleh masyarakat luas. 
b. Rule of law, dalam kaitan dengan sistem penganggaran prinsip ini merupakan pusat
dari proses penyusunan anggaran. APBN ditetapkan dengan Undang-Undang begitu
juga aturan-aturan pelaksanaan semua harus mengacu pada Undang-undang. 
c. Transparency, prinsip ini berlaku di berbagai fungsi dan tanggung jawab pengelolaan
keuangan pemerintah, termasuk dalam proses perencanaan, kebijakan keuangan,
pencatatan, audit keuangan dan pelibatan masyarakat dalam kegiatan pengelolaan
keuangan. 
d. Responsiveness, sistem penganggaran harus mampu menampung semua
kebutuhan publik dalam waktu yang masuk akal. 
e. Consensus orientation, penganggaran harus mengakomodir segala kepentingan
yang ada pada masyarakat luas atau juga dikenal dengan istilah anggaran partisipatif.
Penganggaran partisipatif didasarkan pada pemikiran partisipasi masyarakat yang
intensif dalam proses pengambilan keputusan anggaran. 
f. Equity and inclusiveness, kesamaan dan pengikutsertaan jika diterapkan dalam
sistem penganggaran maka semua keputusan dalam bidang keuangan dibuat demi
kepentingan seluruh masyarakat bukan hanya sebagian golongan. Sehingga seluruh
masyarakat merasakan bagian dari kebijakan penganggaran dan tidak merasa seolah-
olah anggaran yang dibuat oleh pemerintah hanyalah untuk kepentingan pemerintah. 
g. Effectiveness and efficiency, anggaran berbasis kinerja merupakan cerminan kedua
prinsip tersebut. Efektivitas adalah melakukan hal yang benar dan efisiensi adalah
melakukan sesuatu dengan benar. Keputusan anggaran harus memilih hal-hal yang
benar untuk dibiayai oleh dana masyarakat dan mengelola pengeluaran dana-dana dan
sumber daya tersebut untuk memastikan bahwa hal tersebut dilaksanakan dengan
benar. 
h. Accountability, akuntabilitas merupakan inti dari proses anggaran. Akuntabilitas
membuat peabat yang mendapat tugas melaksanakan dan mempertangggungjawabkan
anggaran harus dapat mengungkapkan bagaimana dana masyarakat akan digunakan.
Audit program dan keuangan akan dapat menentukan apakah pejabat bersangkutan
akuntabel dalam pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. 
Adapun komponen-komponen pokok anggaran berbasis kinerja terdiri atas 5 yaitu: 
a. Satuan Kerja 
b. Kegiatan 
c. Keluaran/output 
d. Standar Biaya 
e. Belanja 

3. Siklus Penganggaran Berbasis Kinerja 


- Penetapan Program 
- Penetapan Kegiatan/sub.kegiatan 
- Penetapan Sasaran: output dan outcome 
- Penetapan jenis dan besaran input 
- Menghitung anggaran dengan standar biaya 
- Pelaksanaan kegiatan dan belanja 
- Pertanggung jawaban 
- Perhitungan/evaluasi kinerja 

4. Keuntungan dan Kelemahan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja 

Penerapan anggaran berbasis kinerja akan memberikan manfaat (keuntungan) dalam


pelaksanaan pengelolaan keuangan dalam rangka penyelenggaraan tugas
kepemerintahan, sebagai berikut: 
a. Anggaran Berbasis Kinerja memungkinkan pengalokasian sumber daya yang
terbatas untuk membiayai kegiatan prioritas pemerintah sehingga tujuan pemerintah
dapat tercapai dengan efisien dan efektif. Dengan melihat anggaran yang telah disusun
dengan berdasarkan prinsip-prinsip berbasis kinerja akan dengan mudah diketahui
program-program yang diprioritaskan dan memudahkan penerapannya dengan melihat
jumlah alokasi anggaran pada masing-masing program. 
b. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja adalah hal penting untuk menuju pelaksanaan
kegiatan pemerintah yang transparan. Dengan anggaran yang jelas, dan juga output
yang jelas, serta adanya hubungan yang jelas antara pengeluaran dan output yang
hendak dicapai maka akan tercipta transparansi. Karena dengan adanya kejelasan
hubungan semua pihak terkait dan juga masyarakat dengan mudah akan turut
mengawasi kinerja pemerintah. 
c. Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja mengubah fokus pengeluaran pemerintah
keluar dari sistem line item menuju pendanaan program pemerintah dengan tujuan
khusus terkait dengan kebijakan prioritas pemerintah. Dengan penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja maka setiap departemen dipaksa untuk fokus pada tujuan pokok yang
hendak dicapai dengan keberadaan departemen yang bersangkutan. Selanjutnya
penganggaran yang dialokasikan untuk masing-masing departemen akan dikaitkan
dengan tujuan yang hendak dicapai. 
d. Organisasi pembuat kebijakan seperti kabinet dan parlemen, berada pada posisi
yang lebih baik untuk menentukan prioritas kegiatan pemerintah yang rasional ketika
pendekatan Anggaran Berbasis Kinerja. Parlemen dan lembaga perencana serta
departemen keuangan akan lebih mudah untuk menetapkan kebijakan, menentukan
alokasi anggaran untuk masing-masing departemen karena adanya kejelasan dalam
prioritas pembangunan, output yang hendak dicapai dan jumlah penganggaran yang
diusulkan dan dialokasikan oleh masing-masing departemen. 
e. Meskipun terdapat perubahan kebijakan yang terbatas dalam jangka menengah,
kementerian tetap bisa lebih fokus kepada prioritas untuk mencapai tujuan departemen
meskipun hanya dengan sumber daya yang terbatas. Dengan penetapan prioritas
pekerjaan yang telah ditetapkan, pimpinan akan tetap fokus untuk mencapai tujuan
departemen yang dipimpin tidak perlu terganggu oleh keterbatasan sumber daya. 
f. Anggaran memungkinkan untuk peningkatan efisiensi administrasi. Dengan adanya
fokus anggaran pada output dan outcome maka diharapkan tercipta efisiensi dan
efektivitas dalam pelaksanaan pekerjaan. Hal ini sangat jauh berbeda apabila
dibandingkan dengan ketika fokus penganggaran tertuju pada input. 

Sedangkan kelemahannya adalah: 


a. Hanya sedikit dari pemerintah pusat dan daerah yang memiliki staf anggaran atau
akuntansi yang memiliki kemampuan memadai untuk mengidentifikasi unit pengukuran
dan melaksanakan analisis biaya. 
b. Banyak jasa dan aktivitas pemerintahan telah secara khusus dibuat dengan dasar
anggaran yang dikeluarkan (cash basis). 
c. Kadang kala, aktivitas langsung diukur biayanya secara detail dan dilakukan
pengukuran secara detail lainnya tanpa adanya pertimbangan memadai yang diberikan
pada perlu atau tidaknya aktivitas itu sendiri. 
PERTEMUAN 7
TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi oleh sector publik ::

1) Akuntansi Anggaran

2) Akuntansi Komitmen

3) Akuntansi Dana

4) Akuntansi Kas

5) Akuntansi Akrual

Akuntansi kas, akuntansi akrual, dan akuntansi komitemen berbeda satu dengan lainnya karena adanya
perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam hal pengakuan pendapatan, pada dasarnya
terdapat dua langkah yang mempengaruhi pencatatan, yaitu pada saat barang dikirim dan faktur
dikeluarkan, dan pada saat barang dikirim dan faktur dibayar.

1.      Akuntansi Anggaran

Teknik akuntansi anggaran merupakan teknik akuntansi yang menyajikan jumlah yang dianggarkan
dengan jumlah actual dan dicatat secara berpasangan (double entry). Akuntansi anggaran merupakan
praktik akuntansi yang banyak digunakan organisasi sector publik, khususnya pemerintahan, yang
mencatat dan menyajikan akun operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggarannya.
Jumlah belanja yang dianggarkan dikreditkan terhadap akun yang sesuai kemudian apabila belanja
tersebut direalisasikan, maka akun tersebut didebit kembali. Saldo yang ada dengan demikian
menunjukkan jumlah anggaran yang belum dibelanjakan. Teknik akuntansi anggaran dapat
membandingkan secara sistematik dan kontinu jumlah anggaran dan realisasi anggaran. Tujuan utama
teknik ini adalah untuk menekankan peran anggaran dalam siklus perencanaan, pengendalian dan
akuntabilitas.

Alasan yang melatarbelakangi teknik akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran dan realisasi harus
selalu dibandingkan sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi apabila terdapat varians (selisih). Namun
akuntansi anggaran lebih menekankan pada bemtuk dari akun-akun keuangan bukan isi (content) dari
akun itu sendiri.

Salah satu kelemahan teknik akuntansi anggaran adalah bahwa teknik ini sangat kompleks. Akan lebih
mudah dan lebih komprhensif apabila akun – akun yang ada menunjukkan pendapatan dan biaya
dianggarkan.
2.      Akuntansi Komitmen

Akuntansi Komitmen adalah system akuntansi yang mengakui transaksi dan mencatatnya pada saat
order dikelurkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada saat faktur diterima dan mengakui
pendapatan pada saat faktur dikeliurkan. Akuntansi komitmen dapat digunakan bersama – sama dengan
akuntansi kas atau akuntansi akrual. Akuntansi komitmen terkadang hanya menjadi subsistem dari
system akuntansi utama yang dipakai organisasi. Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika
organisasi melakukan transaksi tersebut. Hal ini berarti transaksi tidak diakui ketika kas telah dibayarkan
atau diterima, tidak juga ketika faktur diterima atau dikeluarkan, akan tetapi pada waktu yang lebih
awal, yaitu ketika order dikeluarkan atau diterima.

Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran. Agar manajer dapat
mengendalikan anggaran, ia perlu mengetahui berapa besar anggaran yang telah dilaksanakan atau
dikeluarkan jika dihitung berdasarkan order yang telah dikeluarkan. Dengan menerima akun atas faktur
yang diterima atau dibayarkan, ia dapat dengan mudah menghabiskan anggaran (overcommit). Tentu
saja manajer yang teliti akan tahu bahwa akun – akun tidak memasukkan order yang dikeluarkan yang
mana faktur belum diterima dan oleh karena itu ia membuat catatan sendiri agar ia tidak melakukan
pemborosan anggaran (over commit the budget).

Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima yang terkait dengan
pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan. Meskipun akuntansi komitmen dapat
memperbaiki pengendalian terhadap anggaran, namun terdapat masalah dalam pengadopsian system
tersebut ke dalam akun – akun keuangan. Akun yang dicatat hanya didukung oleh order yang
dikeluarkan. Pada umunya tidak ada kewajiban hokum (legal liability) untuk patuh terhadap order yang
terjadi dan order tersebut dapat dengan mudah dibatalkan.

3.      Akuntansi Dana (Fund Accounting)

3.1 Pengertian Akuntansi Dana

Pada organisasi sector publik masalah utama yang dihadapi adalah pencarian sumber dana dan alokasi
dana. Penggunaan dana dan peran anggaran sangat penting dalam organisasi sector publik. Dalam tahap
awal perkembangan akuntansi dana, pengertian “dana” dimaknai sebagai dana kas (cash fund). Tiap –
tiap dana tersebut harus ditempatkan pada laci (cash drawer) secara terpisah; beberapa tagihan harus
diambilkan dari satu laci dan tagihan lainnya diambil dari laci lainnya. Namun saat ini “ dana” dimaknai
sebagai entitas anggaran dan entitas akuntansi yang terpisah, termasuk sumber daya nonkas dan utang
diperhitungkan didalamnya.

Teori akuntansi dana pada awalnya dikembangkan oleh Vatter (1947) untuk tujuan organisasi bisnis.
Pada waktu itu ia melihat bahwa antara perusahaan pribadi dengan perusahaan badan memiliki
beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut adalah, pertama perusahaan perorangan (milik pribadi)
kurang menguntungkan bila dibandingkan dengan perusahaan yang dimiliki publik (perseroan terbatas).
Kedua, adanya kesalahan dalam memahami makna entitas. Berdasarkan kedua hal tersebut Vatter
berpendapat bahwa reporting unit harus diperlakukan sebagai dana (fund) dan organisasi dilihat sebagai
satu rangkaian dana (series of fund), maka laporan keuangan organisasi tersebut merupakan
penggabungan (konsolidasi) dari laporan keuangan dana yang menjadi bagian organisasi.

Pengertian dana berdasarkan GASB (1999 par.208) adalah:

“A fiscal and accounting entity with a self balancing set of accounts recording cash and other financial
resources, together with all related liabilities ang residual equitities or balances, and change therein,
which are segregated for the purposes of carrying on specific activities or attaining ceratin objectives in
accordance with special regulations, restrictions, and limitations.”

3.2 Persamaan Akuntansi Dana

Dalam akuntansi dana dikenal persamaan akuntansi sebagai berikut

AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA

Persamaan tersebut tentu saja berbeda dengan persamaan akuntansi yang kita kenal pada akuntansi
keuangan yang digunakan dalam perusahaan komersial yang berupa

AKTIVA = KEWAJIBAN = EKUITAS

Di sini terdapat perbedaan yang mendasar antara ekuitas dana dan ekuitas. Di perusahaan, selisih
antara aktiva dan utang adalah ekuitas yang menunjukkan adanya kepemilikan pada perusahaan
tersebut oleh pemegang sahamnya. Sementara itu, di organisasi sektor publik, ekuitas dana tidak
menunjukan adanya kepemilikan siapapun karena memang tidak ada kepemilikan individu dalam suatu
organisasi sektor publik.

3.3 Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran

Dalam akuntansi dana, dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran (measurement focus). Basis
akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi diakui. Contoh, bila organisasi
mengadopsi basis akrual penuh, transaksi diakui ketika transaksi tersebut memiliki dampak ekonomi
yang substantif. Kalau yang diadopsi adalah basis kas, transaksi diakui hanya kalau kas yang
berhubungan dengan transaksi tersebut diterima atau dibayarkan.

Fokus pengukuran dari suatu entitas akuntansi menentukan apa yang akan dilaporkan, dengan kata lain
jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi dan dilaporkan dalam neraca. Konsep
basis akuntansi dan fokus pengukuran ini berhubungan erat dan pemilihan salah satu akan
mengimplikasikan pemilihan yang lain. Contoh, kalau basis kas yang dipilih, maka fokus pengukurannnya
juga atas kas saja, sehingga implikasinya hanya kativa lancar kas yang dilaporkan dalam neraca.
Perubahan dalam aktiva tetap dan kewajiban jangka panjang tidak diakui. Misalkan sebuah organisasi
membeli kendaraan seharga Rp 200 juta, jurnal yang terjadi kalau menggunakan basis kas dengan fokus
pengukuran sumber daya jangka pendek adalah:

Belanja Kendaraan                                                     200.000.000

Kas                                                                                          200.000.000

Dengan cara tersebut, pemerintah tidak akan melaporkan kendaraan sebagai aktiva di neracanya.
Pemerintah akan mencatat baik kenaikan maupun penurunan kas di Laporan Pendapatan dan Belanja
Dana (Fund’s Statement or Revenues and Expenditure) atau laporan yang sebanding yang menjelaskan
perubahan dalam saldo dana. Dampaknya, kendaraan akan dibebankan seluruhnya pada waktu dibeli,
yang nantinya akan ditutup ke ekuitas dana (fund balance).

Jika suatu entitas mengadopsi basis akrual penuh seperti diharuskan untuk perusahaan, maka fokus
pengukurannya biasanya meliputi semua sumber daya ekonomi dan neracanya akan melaporkan semua
aktiva dan kewajiban, baik lancar maupun tidak lancar. Perubahan dalam aktiva tetap bersih dan
kewajiban jangka panjang diakui sebagai pendapatan atau beban. Misalnya sebuah organisasi membeli
kendaraan seharga Rp 200 juta, jurnal yang terjadi kalau menggunakan basis akrual penuh adalah:

Kendaraan                                                                  200.000.000

Kas                                                                                         200.000.000

Di banyak lingkungan pemerintahan, basis akuntansi dan fokus pengukuran menjadi permasalahan
tersendiri muncul karena banyak entitas pemerintahan yang menggunakan anggaran dengan berbasis
kas sehingga dibutuhkan data realisasi anggaran yang berbasis kas pula. Dalam konteks tersebut,
dikembangkanlah basis akuntansi berupa basis kas yang akan menghasilkan informasi yang bersifat
jangka pendek. Permasalahan muncul karena entitas tersebut juga dituntut untuk menyusun neraca
yang juga menyajikan informasi yang bersifat jangka panjang (aktiva tetap dan utang jangka panjang).
Dengan kata lain, dalam lingkungan pemerintahan seperti itu, ada tuntutan untuk menggunakan basis
kas dengan fokus pengukuran jangka panjang. Dari sinilah berkembang basis akuntansi yang disebut
dengan basis kas yang dimodifikasi (cash modified basis).

Dengan basis kas yang dimodifikasi tersebut, transaksi pembelian kendaraan senilai Rp 200 juta akan
dicatat dalam dua kali penjurnalan, yaitu:

·   Belanja Kendaraan                                                    200.000.000

Kas                                                                                          200.000.000

·  Kendaraan                                                                  200.000.000

Ekuitas Dana                                                                          200.000.000

Jurnal kedua dilakukan untuk memenuhi tuntutan fokus pengukuran jangka panjang.

Terlepas dari apakah suatu entitas melaporkan aktiva dan kewajiban jangka panjang di neraca dananya,
entitas tersebut harus melakukan kontrol akuntansi atas aktiva dan kewajiban tersebut. Manajemen dan
konstituen lain mungkin ingin tahu dengan semua sumber daya dan kewajiban entitas tersebut dan tidak
hanya ingin tahu atas aktiva dan kewajiban yang ada di neraca saja. Oleh karena itu, entitas wajib
membuat catatan akuntansi atas semua aktiva dan kewajiban serta memasukkan dalam laporan
keuangan suatu skedul yang tidak hanya menyatakan mengenai aktiva dan kewajiban tersebut namun
juga menunjukkan perubahannya dalam tahun tersebut.

4.      Akuntansi Kas

Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima, dan pengeluaran dicatat ketika kas
dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan pengeluaran yang actual, riil dan obyectif.
Namun demikian GAAP tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar kas karena tidak dapat
mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan efektifitas suatu
kegiatan, program atau aktifitas tidak dapat diukur dengan baik. Sebagai contoh, penerimaan kas dari
pinjaman akan dicatat sebagai pendapatan (revenue) bukan sebagai utang. Untuk mengoreksi hal
tersebut kebanyakan system akuntansi kas tidak hanya mengakui kas saja, akan tetapi juga aktiva dan
hutang yang timbul sebelum terjadi transaksi kas. Namun demikian, koreksi semacam ini tidak dapat
mengubah kenyataan bahwa pada setiap waktu, obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order
pembelian yang dikeluarkan tidak tampak dalam catatan akuntansi. Konsekuensinya adalah saldo yang
tercatat akan dicatat lebih (overstated). Hal ini dapat menyebabkan pemborosan anggaran (unwise
expenditure atau overspending).

5.      Akuntansi Akrual

Akuntansi akrual dianggap lebih baik dibandingkan akuntansi kas. Teknik akuntansi berbasis akrual
diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dipercaya, lebih akurat, komprehensif dan
relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, social dan politik. Basis akrual diterapkan agak berbeda
antar Proprietary fund (full accrual) dengan Governmental fund (modified accrual) karena biaya
(expenses) diukur dalam Proprietary fund, sedangkan expenditure difokuskan pada general fund.
Expense adalah sumber daya yang dikonsumsi selama periode akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas
yang dikeluarkan atau akan dikeluarkan selama periode akuntansi. Karena Governmental fund tidak
memiliki catatan modal dan utang (dicatat/dikategorikan dalam aktiva tetap dan utang jangka panjang),
expenditure yang diukur bukan expense.

Pada Governmental fund, hendaknya digunakan modified accrual basis. Expenditure di accrued, tetapi
revenue dicatat berdasarkan kas basis, yaitu pada saat diterima bukan saat diperoleh. Pendapatan
seperti PPN,PPh dan fee (retribusi)dihitung pada saat diterima kasnya. Salah satu pengecualian adalah
property tax (PBB) yang di accrued karena jumlahnya dapat diestimasi secara lebih pasti.

Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sector publik pada dasarnya adalah untuk menentukan
cost of services dan charging for services, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan
untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik.
Hal ini berbeda dengan tujuan pengaplikasian accrual basis dalam sector swasta yang digunakan untuk
mengetahui dan membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan (proper matching cost against
revenue). Perbedaan ini disebabkan karena pada sector swasta orientasi lebih difokuskan pada usaha
untuk memaksimumkan laba (profit oriented), sedangkan dalam sector publik orientasi difokuskan pada
optimalisasi pelayanan publik (public service oriented).

Anda mungkin juga menyukai