Anda di halaman 1dari 10

LGBT DALAM PERSPEKTIF PANCASILA DAN NILAI KEISLAMAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pancasila
Dosen Pengampu:
Abdur Rouf Hasbullah, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Muhammad Fatikhul Ikhsan (22302024)


2. Agik Fachulloh (22302033)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022/2023

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Analisis
Hakikat Pancasila dan Nilai Keislaman”. Dan juga kami berterimakasih kepada Bapak Abdur
Rouf Hasbullah, M.Pd.I selaku Dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan
kepercayan kepada kami dalam penyelesaikan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai mata kuliah Pancasila Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Kediri, 18 September 2022

Penyusun

II
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................... I

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... II

DAFTAR ISI...................................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. LGBT( Lesbian, Gay, Biseksual Dan Transgender) Menurut Hakikat Pancasila .. 2


B. LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) Menurut Perspektif Islam ........ 3

BAB III PENUTUP

A. Kesumpulan ............................................................................................................ 6
B. Saran........................................................................................................................ 6

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 7

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seks adalah salah satu potensi terbesar yang diberikan Tuhan kepada manusia.
Potensi itulah yang dapat menjadikan manusia dapat berhubungan seks dan
melahirkan keturunan. Dengan potensi seks tersebut kelestarian hidup manusia
terjaga. Allah Swt telah melarang seluruh perilaku yang menyimpang Karena
menyimpan beberapa hikmah yang apabila direnungkan sangat banyak manfaatnya
bagi manusia. Namun, sikap dan perilaku manusia yang selalu mencari alasan
sehingga menolak informasi-informasi dari Allah menyebabkan munculnya berbagai
penyakit seperti AIDS, penyakit kelamin, dan sebagainya Fenomena LGBT tumbuh
dengan subur di Indonesia karena kran kebebasan semakin terbuka, sehingga
kampanyekampanye terbuka dapat dilakukan dengan memainkan isu Hak Azazi
Manusia. Dengan adanya keterbukaan ini komunitas LGBT merapatkan barisan
untuk mempengaruhi pemuda-pemuda yang belum tersentuh dengan berbagai modus
dan yang lebih penting lagi adalah keberadaan para aktivis yang dianggap pahlawan
untuk memperjuangkan eksisteni LGBT. Sedangkan gay dikenal dengan istilah liwat
yang merupakan peninggalan dari Nabi Luth As. Nama lain dari gay ini adala sexual
inversion, contrary sexual feeling atau urning.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pandangan pancasila terhadap LGBT?
2. Bagaimana pandangan islam terhadap LGBT?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pandangan pancasila terhadap LGBT.
2. Untuk mengetahui pandangan islam terhadap LGBT.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. LGBT( Lesbian, Gay, Biseksual Dan Transgender) Menurut Hakikat Pancasila.


Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia memiliki peran penting sebagai
pedoman penyelenggaran negara. Pancasila menempati posisi paling atas sebagai
grudnorm (norma dasar) yang mendasari keseluruhan peraturan perundang undangan
dibawahnya. Dengan demikian Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum yang ada di Indonesia, sehingga keseluruhan peraturan perundang-undangan
yang dibuat, nilai-nilainya tidak boleh bertentangan dengan sila Pancasila. Menurut
sila pancasila yang pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, hakikat sila pertama
merupakan nilai Ketuhanan, dimana Negara Indonesia percaya dan mengakui adanya
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, sehingga nilai
Ketuhanan dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan sistem ketatanegaraan.
Konsekuensinya, Negara ikut campur dalam urusan agama. Salah satu pengaturan
yang diberlakukan yaitu mengenai mekanisme terjadinya perkawinan di Indonesia
yang diatur dalam UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pada Pasal 1 dijelaskan
bahwa “Perkawinan ialah ikatan bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selanjutnya dalam Pasal 3 ayat
(1) dijelaskan bahwa “Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya
boleh mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang
suami. Kemudian sila pancasila yang kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
manusia dalam kehidupan sehari-hari menjalankan dua peran sekaligus, yaitu sebagai
makhluk individu dan sebagai makhluk sosial. Dalam menjalankan perannya tersebut,
manusia wajib menjunjung tinggi harkat dan martabat dirinya sendiri dan sesama
manusia lain tanpa melakukan bentuk diskriminasi sebagaimana dijelaskan dalam
Pasal 28 J ayat (1) UUD NKRI Tahun 1945 bahwa “Setiap manusia wajib
menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan bermasyarakat,
berbagsa dan bernegara.

2
B. LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) Menurut Perspektif Islam.
Islam menginginkan pernikahan antar lawan jenis (laki-laki dan perempuan)
bukan semata-mata hanya memenuhi hasrat biologis namun sebagai ikatan suci untuk
menciptakan ketenangan hidup dengan membentuk keluarga sakinah dan
mengembangkan keturunan umat manusia yang bermartabat. Dalam Alquran
peristiwa homoseksual ini menjadi perhatian pening, hal ini terbukti dengan adanya
beberapa ayat yang berbicara mengenai hal ini,. seperti Q.S. al-A’raf: 80 , Q.S. An-
Naml: 54, Q.S. Asyu’ara: 165, dan Q.S. Hud: 77-82.
Allah Swt berfirman dalam surat Al-A’raf 80-81:
ِ ‫ال َش ْه َىة ً ِي ٍْ د‬
ٌ‫ُو‬ ّ ِ ٌَ‫) إََِّ ُك ْى نَت َأْتُى‬08( ٍَ‫سبَقَ ُك ْى بِ َها ِي ٍْ أ َ َح ٍذ ِيٍَ ْانعَانَ ًِي‬
َ ‫انر َج‬ ِ ‫طا إِرْ قَا َل ِنقَ ْى ِي ِّ أَت َأْتُىٌَ ْانف‬
َ ‫َاح َشتَ َيا‬ ً ‫َونُى‬
ٌَ ‫اء بَ ْم أ َ َْت ُ ْى قَ ْى ٌو ُيس ِْرفُى‬
ِ ‫انُِّ َس‬
Dan ingatlah ketika Luth berkata kepada kaumnya: “ Mengapa kalian melakukan
perbuatan kotor yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun di dunia.
Sesungguhnya kalian mendatangi laki-laki untuk melepaskan nafsu kepada mereka
bukan kepada perempuan. Bahkan kalian semua adalah orang yang telah melampaui
batas. (Q.S. al-A’Raf [7]: 80-81)
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Nabi Luth mempertanyakan kepada kaumnya
ketika melakukan kedurhakaan yang besar, apakah kamu melakukan fahisyah, yaitu
melakukan pekerjaan yang buruk (homoseksual) yang belum pernah dilakukan oleh
seseorangpun di alam ini. Perbuatan demikian merupakan bentuk kedurhakaan
mereka terhadap Allah Swt. Nabi Luth dalam ayat ini sedikit berbeda dengan Nabi
nabi sebelumnya. Beliau tidak berpesan tentang tauhid, hal ini tidak berarti beliau
tidak mengajak kepada tauhid, namun satu masalah yang sangat jelek harus beliau
selesaikan bersama pelurusan akidah. Orang yang melakukan homoseksual hanya
mengharapkan kenikmatan jasmani yang menjijikkan. Dalam tafsir al-Manar
dijelaskan bahwa Nabi Luth diutus Allah untuk memperbaiki akidah serta akhlak
kaumnya yang tinggal di negeri Sadum, Adma’, Sabubim dan Bala’ di tepi laut Mati.
Nabi Luth menetap di kota yang paling besar dari lima kota tersebut, yaitu Sadum.
Sadum mengalami kehancuran moral, kaum laki-laki lebih senang bersyahwatkepada
sesam jenisnya yang lebih muda dan tidak bersyahwat kepada wanita (Rasyid Ridha,
1950: 509). Perbuatan homoseksual tidak pernah dibenarkan dalam keadaan apapun.
Pembunuhan dapat dibenarkan apabila untuk membela diri atau menjatuhkan sanksi
hukum, begitu juga hubungan seks dengan lawan jenis dibolehkan oleh agama

3
kecuali berzina, apabila terjadi dalam keadaan syubhat, maka dapat ditoleransi dengan
batas-batas tertentu.
Dalam surat an-Naml: 54-55 Allah Swt menjelaskan:

‫ُوٌ ٱنُِّ َسا ٓ ِء ۚ بَ ْم أََت ُ ْى‬ ّ ِ ٌَ‫ أَئَُِّ ُك ْى نَت َأْتُى‬٤٥ ٌَ‫ْص ُرو‬
ِ ‫ٱنر َجا َل َش ْه َى ًۭة ً ِ ّيٍ د‬ ِ ‫طا إِرْ قَا َل ِنقَ ْى ِي ِ ٓۦّ أَت َأْتُىٌَ ْٱنفَ ٰـ ِح َشتَ َوأََت ُ ْى تُب‬ ً ‫َونُى‬
ٌَ ‫قَ ْى ًۭ ٌو ت َ ْج َههُى‬

Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika Dia berkata kepada kaumnya :’’Mengapa
kamu mengerjakan fahisyah sedangkan kamu memperlihatkannya. Mengapa
kamu mendatangi laki-laki untuk memuaskan nafsumu, bukan mendatangi
wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui. (Q.S.an-Naml
[27]: 54-55).
Dari ayat di atas Nabi Muhammad Saw diingatkan dengan perilaku umat Nabi
Luth bahwa apakah kamu tidak berakal atau tidak malu mengerjakan perbuatan
fahisyah, yaitu sikap yang sangat buruk dalam pandangan akal dan adat
kebiasaan manusia. Kamu menyaksikan manusia bahkan hewan melampiaskan
hawa nafsu kepada lawan jenisnya, lakilaki dengan perempuan dan jantan
dengan betina. Dampak yang dihasilkan dari perbuatan ini adalah penyakit yang
belum ditemukan obatnya (M. Quraish Shihab,2002: 241).

Mengenai larangan perilaku homoseksual, Rasulullah Saw bersabda:


‫ يٍ وجذتًىِ يعًم عًم نىط فاقتهىا انفاعم‬:‫ و‬.‫ قال رسىل هللا ص‬:‫عٍ عكريت عٍ ابٍ عباس قال‬
)‫وانًفعىل بّ (رواِ انخًست اال انُسا ئي‬

Dari Ikrimah, dari Ibn Abbas, Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang kamu
dapati melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (homoseksual) maka bunuhlah si
pelaku dan yang dikerjainya (objeknya)”. (HR. Lima ahli Hadist kecuali an-
Nasa’i) Ibn al-Qayyim menjelaskan bahwa kerusakan yang diakibatkan oleh
perilaku homoseksual sangat besar. Mengenai kedudukan hukum antara
homoseksual dan zina terdapat tiga pendapat, antara lain (Ibn al-Qayyim al-

4
Jawziyah, t.th.: 241): 1. Abu Bakar al-Shiddiq, Ali ibn Abi Thalib, Khalid ibn
Walid, Abdullah ibn Zubair, Abdullah ibn Abbas, Jabir ibn Zaid Abdullah ibn
Ma’mar, Az-Zuhri, Rabi’h ibn Abi abdirrahman, Malik, Ishaq ibn Rawaih,
Ahmad, dan As-Syafi’I menyatakan hukum liwat lebih berat dari pada zina dan
hukumnya adalah dibunuh. 2. Atha’ ibn Rabah, Hasan al-Basri, Sa’id ibn
Musayyab, Ibrahim An-Nakh’I, Qatadah dan Al-Auza’I menyatakan hukumnya
sama dengan zina 3. Al-Hakam dan Abu Hanifah menyatakan hukumnya adalah
selain zina, yaitu ta’zir Yusuf Al-Qaradhawi berpandangan bahwa perilaku
homoseksual bertentangan dengan fitrah manusia dan merusak sifat kelaki-lakian
dan merampas hak-hak perempuan. Perbuatan ini dapat merusak tatanan
masyarakat dan manusia tidak lagi menghiraukan etika, kebaikan dan perasaan
(Yusuf al-Qaradhawi, 1997: 1551). banyak manfaatnya bagi manusia. Namun,
sikap dan perilaku manusia yang selalu mencari alasan sehingga menolak
informasiinformasi dari Allah menyebabkan munculnya berbagai penyakit
seperti AIDS, penyakit kelamin, dan sebagainya. Perbuatan liwat atau homoseks
merupakan perbuatan yang dilarang oleh syara’ dan merupakan jarimah yang
lebih keji dari pada zina. Liwat merupakan perbuatan yang bertentangan dengan
akhlak dan fitrah manusia dan berbahaya bagi manusia yang melakukannya. Para
ulama fiqh berbeda pendapat tentang hukuman homoseks, di antaranya adalah:
1. Dibunuh secara mutlak.
2. Dihad seperti had zina. Bila pelakunya jejaka maka didera dan rajam
apabila dia telah menikah.
3. Dikenakan hukum ta’zir

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai LGBT menurut pandangan islam,
islam telah menetapkan ketentuan pernikahan yang sah sebagai penjaga sakralitas
hubungan suami istri yang telah terjamin legalitasnya, Allah Swt telah melarang
seluruh perilaku yang menyimpang karena menyimpan beberapa hikmah yang apabila
dirindukan sangat banyak manfaatnya bagi manusia. Namun, sikap dan perilaku
manusia yang selalu mencari alasan sehingga menolak informasi-informasi dari Allah
menyebabkan munculnya berbagai penyakit seperti AIDS, penyakit kelamin, dan
sebagainya. Sedangkan menurut hakikat pancasila, LGBT bertentangan dengan nilai-
nilai Pancasila, yaitu bertentangan dengan nilai Ketuhanan, dan Nilai Kemanusiaan,
Pada dasarnya perilaku LGBT tidak membawa manfaat apapun, justru sebaliknya,
menimbulkan berbagai dampak negative seperti rusaknya tataran norma dan nilai di
masyarakat, terjangkitnya berbagai penyakit seksual menular yang berbahaya dan
mematikan, serta dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan punahnya manusia
karena tidak dapat melanjutkan keturunan. Dengan demkian, perilaku LGBT
bertentangan dengan kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia. Ibarat suatu barang
dapat berfungsi dan digunakan apabila ada pasangannya, demikian pula dengan
manusia yang telah diciptakan oleh Tuhan untuk berpasang-pasangan dan saling
melengkapi.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Diharapkan para
pembaca dapat menjadikan makalah ini sebagai sumber pembelajaran atau media
informasi dan menggali lebih dalam sumber-sumber lain yang berkaitan dengan
materi ini.

6
DAFTAR PUSTAKA

Zaini Hasan. “Lgbt Dalam Perspektif Hukum Islam”. Jurnal Ilmiah Syariah. Vol. 15,
No. 1, 2016.

Wawan, Yudhitiya. “Peran Pancasila Pada Era Globalisasi” Kajian Terhadap


Pancasila Dan Fenomena Lgbt (Lesbian,Gay,Bisexual,Transgender) Di Indonesia” Jurnal
Sosial, Vol. 19, No. 1, 2017.

Anda mungkin juga menyukai