Akhlak Tasawuf Kel.3
Akhlak Tasawuf Kel.3
Cherli pratama
next
SEJARAH MUNCULNYA AKHLAK
TASAWUF
AKHLAK TASAWUF
PERKEMBANGAN AKHLAK
TASAWUF DARI MASA KE MASA
SELANJUTNYA
SEJARAH MUNCULNYA AKHLAK TASAWUF
pada masa awal Islam (nabi dan khulafaur Rasyidin) istilah tasawuf
belum dikenal. Kelahiran tasawuf sendiri memiliki banyak fersi.
Secara historis, yang pertama kali menggunakan istilah tasawuf
adalah seorang zahid (acsetic) yang bernama Abu Hasyim Al-Kufi
dari Irak (w. 150 H). Anggapan yang pertama adalah bahwa tasawuf
atau sufisme itu lahir dari agama Islam sendiri. Namun, Ada
anggapan lain bahwa lahirnya ilmu tasawwuf bukan bersamaan
dengan lahirnya Islam, tetapi lahirnya tasawuf itu merupakan
perpaduan dari bebagai ajaran agama.
PERKEMBANGAN AKHLAK TASAWUF
DARI MASA KE MASA SELANJUTNYA
Perkembangan Tasawuf di
Perkembangan Tasawuf di
Dunia Indonesia.
Dunia Islam
Pada abad ketiga dan keempat disebut sebagai fase tasawuf. Pada fase ini berdiri lembaga
pendididkan yang khusus mengajarkan pendidikan cara hidup sufisik dalam bentuk tarekat.
Kemudian dari beberapa tokoh lain muncul istilah fana, ittihad dan hulul. Fana adalah suatu
kondisi dimana seorang shufi kehilangan kesadaran terhadap hal-hal fisik (al-hissiyat). Ittihad
adalah kondisi dimana seorang shufi merasa bersatu dengan Allah sehingga masing masing
bisa memanggil dengan kata aku (ana). Hulul adalah masuknya Allah kedalam tubuh
manusia yang dipilih. Tokoh-tokohnya adalah: Abu Yazid Al-Busthami (w.261 H)Al-Junaid
Tasawuf Abad kelima
Fase ini disebut sebagai fase konsolidasi yakni memperkuat tasawuf dengan dasarnya yang
asli yaitu al-Qur'an dan al-Hadits atau yang sering disebut dengan tasawuf sunny yakni
tasawuf yang sesuai dengan tradisi (sunnah) Nabi dan para sahabatnya. Tokoh tasawuf pada
fase ini adalah:Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H))Syaikh Ahmad Al-Rifa'i (w. 570 H) Syaikh
Abdul Qadir Al-Jilani (w. 651 H) Syaikh Abu Hasan Al-Syadzili (w, 650 H) Abu Al-Abbas Al-
Mursi (w.686 H) Ibn Atha illah Al-Sakandari (w. 709 H)
Tasawuf Abad keenam
Abad VI HijriyahıFase ini ditandai dengan munculnya tasawuf falsafi yakni tasawuf yang
memadukan antara rasa (dzauq) dan rasio (akal), tasawuf bercampur dengan filsafat
terutama filsafat Yunani. Pengalaman-pengalaman yang diklaim sebagai persatuan antara Tuhan
dan hamba kemudian diteorisasikan dalam bentuk pemikiran seperti konsep wahdah al-wujud yakni
bahwa wujud yang sebenarnya adalah Allah sedangkan selain Allah hanya gambar yang bisa hilang
dan sekedar sangkaan dan khayalan. Dalam aliran ini para sufi lebih mengarahkan tasawuf pada
"kebersatuan" dengan Allah. Perhatian mereka sangat tertuju pada aspek ini, sedangkan aspek praktik
nyaris terabaikan. Para tokohnya antara lain:Muhyiddin Ibn Arabi atau yang lebih dikenal dengan Ibnu
Arabi (560 - 638 H.)dengan konsep wahdah al-Wujudnya, Al-Syuhrawardi Al-Mactul (549-587 H.)
dengan konsep Isyraqiyahnya.Umar ibn Al-Faridh (w, 632 H)Abd Al-Haqqi ibn Sabi'in (w. 669 H)
Perkembangan Tasawuf di Pulau Jawa
Di akhir abad ke XV Masehi, tepatnya pada tahun 1479 M, berdirilah kerajaan Islam
yang pertama di pulau Jawa (di Demak, Jawa Tengah), dengan rajanya yang pertama
adalah Raden Patah, maka tercatat dalam sejarah bahwa semenjak itu pula
tersebarnya ajaran tasawuf. Penyebaran agama Islam di pulau Jawa, tidak terlepas
dari usaha para wali yang dikenal dengan nama "Wali Songo", dengan menggunakan
pendekatan mistik, yang di dalamnya diisi ajaran tasawuf.
Perkembangan tasawuf di Pulau Sumatera
Perkembangan tasawuf di Sumatera, tidak terlepas dari upaya maksimal para ulama
Shufi yang bermukim di beberapa daerah di pulau tersebut, untuk mengembangkan
ajarannya. Ulama-ulama Shufi yang sangat berpengaruh di Sumatera. Antara
lain;Syekh Hamzah PansuriSyekh Syamsuddin bin abdillah As-Sumatranly Syekh
Abdur Rauf bin Ali Al-FansuriSyekh Abdus Shamad Al-Falimbani
Perkembangan Tasawuf di Pulau kalimantan
Perkembangan tasawuf di Kalimantan, sama halnya di pulau lain di Nusantara,dimana
ulama yang bermukim di sana, Salah seorang Shufi yang terkemuka diKalimantan
Barat adalah Syekh Ahmad Khatib As Sambasi. Kemudian kita meninjau lagi
perkembangan tasawuf di Kalimantan Selatan; antara lain dikembangkan oleh Syekh
Muhammad Nafis bin Idris bin Husein Al-Banjari. Ulama-ulama inilah yang
membekali Ilmu Tasawuf yang sangat luas kepada Syekh Muhammad Nafis, sehingga
ia mendapatkan pengakuan yang tinggi oleh masyarakat luas di kalimantan selatan,
dengan gelar Al-'Alimul 'Allamah WalFahhamah.
Perkembangan Tasawuf di Pulau sulawesi
Perkembangan tasawuf di Sulawesi, tidak jauh berbeda dengan keadaan di pulau lain,
dimana ajaran tasawuf yang diterimanya, ada yang bercorak Sunni dan ada pula yang
bercorak Falsafi. Dalam pembahasan ini, penulis mengemukakan salah seorang
Ulama tasawuf dari kesekian banyak ulama! yang menekuni ilmu tersebut. Ulama
yang dimaksudkan itu adalah Syekh Tajul Khalwati Al-Makassari; lahir 8 Syawal1036
H. (3 Juli 1629 M.) la termasuk penganut ajaran tasawuf yang beraliran sunni, yang
bermukim di Goa (Sulawesi Selatan).