Pengertian Stroke
Stroke merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya penyempitan pada
pembuluh darah di otak sehingga aliran darah dan oksigen ke otak terhambat bahkan
terhenti (1).
B. Gejala Stroke
Hemiparesis (kelumpuhan wajah atau anggota badan), muntah, mengantuk,
kehilangan kesadaran, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), dan gangguan
penglihatan (2).
E. Surveilans Stroke
Penatalaksanaan stroke berbasis pada kesehatan masyarakat didahului oleh
penyediaan data dan informasi. Data dan informasi yang dibutuhkan adalah yang
berhubungan dengan jumlah faktor risiko, jumlah angka kesakitan (kasus stroke),
jumlah angka kemastian akibat stroke. Beberapas umber data dan informasi yang dapat
menjadi acuan antara lain sebagai berikut (5).
1. Surveilans faktor risiko stroke
2. Surveilans kasus stroke
3. Surveilans angka kematian akibat stroke
F. Dampak Stroke
Terdapat beberapa dampak dari penyakit stroke yang menganggu fisik, psikologis,
serta sosial dan ekonomi penderitanya. Dampak fungsi fisik pada penderita stroke dapat
berupa gejala sisa seperti spastisitas (kontraksi otot terus-menerus), hilangnya lapangan
pandang, hemiplegi (kelumpuhan setengah sisi tubuh); hemiparesis (kelemahan pada
satu sisi tubuh); pergerakan dan keseimbangan, menelan, mengontrol kandung kemih
dan perut, serta kelelahan yang berlebihan. Dampak psikologis stroke dapat berupa
gangguan komunikasi, ingatan dan pikiran, perubahan emosi, dan perubahan tingkah
laku. Sedangkan dampak stroke pada sosial dan ekonomi berkaitan dengan biaya
pengobatan dan perawatan yang tinggi, tidak dapat lagi bekerja kembali seperti
sediakala, serta sosialisasi penderitanya menjadi terhambat (6).
G. Pencegahan Stroke
Pencegahan penyakit stroke terdiri dari pencegahan primer dan sekunder. Pada
pencegahan primer meliputi upaya-upaya perbaikan pola hidup dan pengendalian
faktor-faktor risiko. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Mengatur pola makan sehat
2. Penanganan stress dan beristirahat yang cukup
3. Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter (diet dan obat).
Pencegahan sekunder, yakni dengan mengendalikan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan dapat digunakan sebagai penanda (marker) stroke pada masyarakat
(7).
H. Penanggulangan Stroke
1. Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)
Pemberian terapi rt-PA dalam waktu 0-90 menit dapat mengurangi komplikasi
sebesar 9,6%, pemberian terapi rt-PA dalam waktu 91-180 menit sebesar 10,5%, dan
pemberian terapi rt-PA dalam waktu 181-270 menit sebesar 11,7% (7).
2. Terapi antiplatelet
Pengobatan pasien stroke iskemik dengan penggunaan antiplatelet 48 jam sejak
onset serangan dapat menurunkanrisiko kematian dan memperbaiki luaran pasien stroke
dengan cara mengurangi volume kerusakan otak yang diakibatkan iskemik dan
mengurangi terjadinya stroke iskemik ulangan sebesar 25% (7).
3. Terapi antikoagulan
Antikoagulan sebagian besar digunakan untuk pencegahan sekunder jangka
panjang pada pasien dengan fibrilasi atrium dan stroke kardioemboli (7).
Referensi
1. Faridah U, Sukarmin, Kuati S. Pengaruh rom exercise bola karet terhadap
kekuatan otot genggam pasien stroke di RSUD RAA Soewando Pati. Indones J
Perawat. 2018;3(1):36–43.
2. Malisa W, Adi MS. Kemampuan stroke literacy pada perspektif non penderita
sroke. J Penelit Kesehat Suara Forikes. 2021;12(6):398–401.
3. Kemenkes RI. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: Balitbangkes
Kemenkes RI; 2019.
4. Khairatunnisa, Sari DM. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stroke Pada Pasien Di RSU H.Sahudin Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara. J
JUMANTIK. 2017;2(1):60–70.
5. Kemenkes RI. Pedoman pengendalian stroke. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
6. Sadri SH, Wardhani N. Religious coping pada penderita pasca stroke. Pros Semin
Nas Seri 8. :195–208.
7. Mutiarasari D. Ischemis stroke: symptoms, risk factors, and prevention. J Ilm
Kedokt. 2019;6(1):60–73.
8. Kemenkes RI. Germas cegah stroke [Internet]. 2017 [cited 2022 Apr 2]. Available
from: http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/germas-cegah-stroke