Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Stroke
Stroke merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya penyempitan pada
pembuluh darah di otak sehingga aliran darah dan oksigen ke otak terhambat bahkan
terhenti (1).

B. Gejala Stroke
Hemiparesis (kelumpuhan wajah atau anggota badan), muntah, mengantuk,
kehilangan kesadaran, bicara tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), dan gangguan
penglihatan (2).

C. Distribusi Frekuensi Stroke


Prevalensi stroke di Indonesia tahun 2018 adalah sebesar 10,9%. Prevalensi stroke
tertinggi berada di Provinsi Kepulauan Riau dengan angka 12,9% serta prevalensi stroke
terendah berada di Provinsi Papua dengan angka 4,1%. Kejadian stroke di Indonesia
tertinggi terjadi pada usia ≥75 tahun sebesar 50,2% serta terendah pada usia 15-24 tahun
sebesar 0,6%. Kejadian stroke pada laki-laki sebesar 11,0% serta pada perempuan
sebesar 10,9. Hal ini menunjukkan bahwa stroke lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan. Adapun kejadisn stroke di perkotaan sebesar 12,6% serta di
perdesaan sebesar 8,8%. Hal ini menunjukkan bahwa stroke lebih banyak terjadi pada
daerah perkotaan (3).

D. Faktor Risiko Stroke


Faktor yang tidak terkendali (4)
1. Genetik
2. Cacat bawaan
3. Usia
4. Gender
5. Riwayat penyakit dalam keluarga
Faktor yang dapat dikendalikan (4)
1. Hipertensi
2. Hiperlipidemia
3. Hiperurisemia
4. Penyakit jantung
5. Obesitas
6. Merokok
7. Konsumsi alkohol
8. Kurang aktivitas fisik
9. Stres
10. Konsumsi obat-obatan
11. Kontrasepsi berbasis hormone

E. Surveilans Stroke
Penatalaksanaan stroke berbasis pada kesehatan masyarakat didahului oleh
penyediaan data dan informasi. Data dan informasi yang dibutuhkan adalah yang
berhubungan dengan jumlah faktor risiko, jumlah angka kesakitan (kasus stroke),
jumlah angka kemastian akibat stroke. Beberapas umber data dan informasi yang dapat
menjadi acuan antara lain sebagai berikut (5).
1. Surveilans faktor risiko stroke
2. Surveilans kasus stroke
3. Surveilans angka kematian akibat stroke

F. Dampak Stroke
Terdapat beberapa dampak dari penyakit stroke yang menganggu fisik, psikologis,
serta sosial dan ekonomi penderitanya. Dampak fungsi fisik pada penderita stroke dapat
berupa gejala sisa seperti spastisitas (kontraksi otot terus-menerus), hilangnya lapangan
pandang, hemiplegi (kelumpuhan setengah sisi tubuh); hemiparesis (kelemahan pada
satu sisi tubuh); pergerakan dan keseimbangan, menelan, mengontrol kandung kemih
dan perut, serta kelelahan yang berlebihan. Dampak psikologis stroke dapat berupa
gangguan komunikasi, ingatan dan pikiran, perubahan emosi, dan perubahan tingkah
laku. Sedangkan dampak stroke pada sosial dan ekonomi berkaitan dengan biaya
pengobatan dan perawatan yang tinggi, tidak dapat lagi bekerja kembali seperti
sediakala, serta sosialisasi penderitanya menjadi terhambat (6).
G. Pencegahan Stroke
Pencegahan penyakit stroke terdiri dari pencegahan primer dan sekunder. Pada
pencegahan primer meliputi upaya-upaya perbaikan pola hidup dan pengendalian
faktor-faktor risiko. Upaya yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Mengatur pola makan sehat
2. Penanganan stress dan beristirahat yang cukup
3. Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan taat anjuran dokter (diet dan obat).
Pencegahan sekunder, yakni dengan mengendalikan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan dapat digunakan sebagai penanda (marker) stroke pada masyarakat
(7).

H. Penanggulangan Stroke
1. Intravenous recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA)
Pemberian terapi rt-PA dalam waktu 0-90 menit dapat mengurangi komplikasi
sebesar 9,6%, pemberian terapi rt-PA dalam waktu 91-180 menit sebesar 10,5%, dan
pemberian terapi rt-PA dalam waktu 181-270 menit sebesar 11,7% (7).
2. Terapi antiplatelet
Pengobatan pasien stroke iskemik dengan penggunaan antiplatelet 48 jam sejak
onset serangan dapat menurunkanrisiko kematian dan memperbaiki luaran pasien stroke
dengan cara mengurangi volume kerusakan otak yang diakibatkan iskemik dan
mengurangi terjadinya stroke iskemik ulangan sebesar 25% (7).
3. Terapi antikoagulan
Antikoagulan sebagian besar digunakan untuk pencegahan sekunder jangka
panjang pada pasien dengan fibrilasi atrium dan stroke kardioemboli (7).

I. Program Pencegahan Stroke


Dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular termasuk stroke,
pemerintah fokus pada upaya promotif dan preventif dengan tidak meninggalkan upaya
kuratif dan rehabilitatif. Salah upaya tersebut melalui dengan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (GERMAS) sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017, yang
difokuskan pada kegiatan deteksi dini, peningkatan aktivitas fisik serta konsumsi buah
dan sayur. Gerakan pencegahan stroke tidak hanya di gaungkan oleh Kementerian
Kesehatan RI (8).

Referensi
1. Faridah U, Sukarmin, Kuati S. Pengaruh rom exercise bola karet terhadap
kekuatan otot genggam pasien stroke di RSUD RAA Soewando Pati. Indones J
Perawat. 2018;3(1):36–43.
2. Malisa W, Adi MS. Kemampuan stroke literacy pada perspektif non penderita
sroke. J Penelit Kesehat Suara Forikes. 2021;12(6):398–401.
3. Kemenkes RI. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. Jakarta: Balitbangkes
Kemenkes RI; 2019.
4. Khairatunnisa, Sari DM. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Stroke Pada Pasien Di RSU H.Sahudin Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara. J
JUMANTIK. 2017;2(1):60–70.
5. Kemenkes RI. Pedoman pengendalian stroke. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
6. Sadri SH, Wardhani N. Religious coping pada penderita pasca stroke. Pros Semin
Nas Seri 8. :195–208.
7. Mutiarasari D. Ischemis stroke: symptoms, risk factors, and prevention. J Ilm
Kedokt. 2019;6(1):60–73.
8. Kemenkes RI. Germas cegah stroke [Internet]. 2017 [cited 2022 Apr 2]. Available
from: http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel-sehat/germas-cegah-stroke

Anda mungkin juga menyukai