Anda di halaman 1dari 14

PAPER

TEORI TINDAKAN SOSIAL

Paper ini disusun untuk memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Teori Komunikasi

Dosen Pengampu : Dr. Siti Nursanti, S.Sos., M.I.Kom

Disusun oleh :

Kelompok 3 (Ilmu Komunikasi 2D)

1. Kamila Adinda Syahrani (2110631190140)

2. Mala Setyawati (2110631190092)

3. Nayla Fajrina N.A (2110631190104)

4. Rika Ramanda Putri (2110631190113)

5. Rizky Ramadhan (2110631190115)

6. Yerhiko Usda Utama (2110631190134)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2022
A. Nama Penemu Teori

Max Weber

B. Sejarah Teori

Max Weber adalah salah satu ahli sosiologi dan sejarah bangsa Jerman, lahir di Erfurt,
21 April 1864 dan meninggal dunia di Munchen, 14 Juni 1920. Weber adalah guru besar di
Freiburg (1894-1897), Heidelberg (sejak 1897), dan Munchen (1919-1920). Pokok gagasan
Weber mengartikan sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial.
Dua hal itulah yang menurutnya menjadi pokok persoalan sosiologi. Inti tesis adalah
“tindakan yang penuh arti” dari individu.

Jadi yang dimaksudkan Weber, tindakan sosial adalah tindakan individu yang dapat
mempengaruhi orang lain. Tindakan dan Tindakan sosial memiliki pengertian yang berbeda.
Tindakan mencakup semua perilaku yang dilakukan oleh manusia, sedangkan Tindakan
sosial merupakan suatu tindakan individu yang diarahkan kepada orang lain dan memiliki
arti atau makna subyektif baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Jika tindakan
tersebut tidak diarahkan orang lain dan tidak memiliki arti maka bukan termasuk tindakan
sosial tetapi hanya disebut sebuah “tindakan” saja, sehingga tindakan sosial akan
memberikan pengaruh bagi orang lain, karena tindakan sosial mengandung tiga konsep yaitu
tindakan, tujuan (in order to motive) dan pemahaman.

Ada 5 ciri pokok tindakan sosial menurut Max Weber, yaitu sebagai berikut:
1. Jika tindakan manusia itu menurut aktornya mengandung makna subjektif dan hal ini bisa
meliputi berbagai tindakan nyata
2. Tindakan nyata itu bisa bersifat membatin sepenuhnya
3. Tindakan itu bisa berasal dari akibat pengaruh positif atas suatu situasi, tindakan yang
sengaja diulang, atau tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam dari pihak
mana pun
4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu
5. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.
Perkembangan pemikiran sosiologi mempengaruhi kehidupan masyarakat dikarenakan
semakin berkembangnya berbagai pemikiran dan teori untuk mengembangkan aspek sosial.
Teori tindakan Weber menjadi pemahaman dalam keterlibatan beberapa aspek dalam
mencari motif-motif di balik makna tindakan aktor berdasarkan tipe-tipe tindakan sosial
yang mrepresentasikan pada suatu perubahan sosial-politik.Menurut Weber bahwa penelaah
konsep-konsep sosiologi sangat penting dalam mengulas ide terkait tindakan sosial (social
action) dan bukan dalam konsep empiris. Konsep tersebut tidak menekannkan pada sesorang
terkait apa yang harus dilakukan tetapi mengatakan apa yang dapat dilakukan dibawah
keadaan-keadaan tertentu. Weber memiliki minat yang besar terhadap teori tindakan sosial
terkait masalah motivasi, niat (intend) dan perilaku (behaviour).

Weber juga memasukkan permasalahan sosiologisnya yang ditekankan pada tipe


sosiologis yang menjadi ciri khas rasional dan positivisnya tentang pemahaman 3Motivasi
merupakan perubahan tingkah laku dalam diri sesorang yang mendorong mereka untuk
pencapaian tujuan. Dorongan dan usaha untuk menjadikan seorang individu memiliki usaha,
keinginan dan dorong untuk hasil belajar yang tinggi. Motivasi berkontribusi apda tindakan
dan perilaku mereka. Intensi merupakan kemampuan subjektif seseorang untuk melakukan
sesuatu sebagai perwujudan perilaku dan situasi tertentu yang berkaitan dengan
keikutsertaan individu dalam suatu aktivitas mempunyai keterkaitan yang erat dengan
kepercayaan seseorang. Perilaku dapat dibedakan antara perilaku refleksi dan non refleksif.
Perilaku refleksif adalah perilaku spontan atas reaksi terhadap stimulus, sedangkan perilaku
non refleksif merupakan perilaku yang diatur oleh pusat kesadaran atau otak.

Max Weber mengatakan bahwa yang dipelajari oleh sosiologi adalah tindakan sosial.
Menurutnya suatu tindakan manusia dapat dikatakan tindakan sosial apabila memiliki arti
subyektif. Tindakan tersebut dihubungkan dengan tingkah laku orang lain dan
diorientasikan kepada kesudahannya. Nah perlu sobat edcent ingat, bahwa yang termasuk
dalam tindakan sosial bukanlah tindakan terhadap objek-objek bukan manusia, seperti
halnya bertukang kayu atau juga tindakan batiniah seperti bersemedi.

Lalu, tidak semua tindakan kontak dengan manusia lain merupakan tindakan sosial ya
sobat edcent. Kelakukan massa dengan individu-individu yang dipengaruhi oleh anggota
lainnya secara pasif juga bukan termasuk tindakan sosial. Tindakan sosial sendiri juga
merupakan kegiatan individu dan tidak pernah merupakan tindakan kelompok. Weber
menyebutkan dengan istilah bangunan sosial (soziale gebilde), seperti kegiatan negara,
perkumpulan, dan juga perusahaan-perusahaan.

Di dalam teorinya tentang tindakan, Weber berfokus pada individu, pola-pola dan
regularitas-regularitas tindakan dan bukan pada kolektifitas. Tindakan di dalam arti orientasi
perilaku yang dapat dipahami secara subjektif, ada hanya perilaku seorang atau lebih
manusia individual. Atas dasar rasionalitas tindakan sosial, Weber membedakannya
kedalam empat tipe. Semakin rasional tindakan itu akan semakin mudah dipahami (Ritzer,
2012). Ke empat tipe tersebut adalah: (1) Zwerk Rasional, dalam tindakan ini aktor tidak
hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai tujuannya tetapi juga menentukan
nilai dari tujuan itu sendiri, (2) Werktrational Action, dalam tindakan ini aktor tidak dapat
menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan cara yang tepat atau lebih tepat
untuk mencapai tujuan lain, ini merujuk kepada tujuannya itu sendiri, (3) Affectual Action,
tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si aktor.
Tindakan ini sukar dipahami. Kurang atau tidak rasional, (4) Tradisional Action, tindakan
yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan pekerjaan di masa lalu saja
(Ritzer, 1985).

C. Asumsi Teori

Meskipun dikenal sebagai sesorang raksasa dalam displin sosiologi, berbagai konsep
dan ide besarnya tidak selalu mudah untuk dimengerti, dan ditangkap oleh pemikiran. Satu
dari sekian banyak filsuf yang mencoba meneliti, dan mengkritisi ide-ide atau gagasan
Weber itu adalah Alfred Schutz. Menurut Alfred Schutz ide atau pemikiran Max Weber
yang selama ini dipakai sebagai acuan pemikiran sosial banyak tidak jelasnya. Namun,
dengan cercaan dan kritik yang disampaikan Schutz atas pemikiran Weber paa akhirnya
tokoh ini berhasil menjukkan prespektif fenomologi dalam sosiologi sebagaimana gagasan
tersebut diwujudkan dalam sebuah karya pentingnya “The Phenomenology of teh Social
Word” (Der shinnhafte Aufbau der sozialen Welt, 1932.

Nampaknya pandangan-pandangan Weber dan Scuhtz tidak mudah dimasukkan


seutuhnya kedalam tradisi empiris, karena ia berbicara tentang motif, niat (intention), makna
(meaning), di dalam teori tindakan sosial yang diciptakannya. Dua tokoh tersebut sama-
sama memiliki minat yang besar atas tindakan teori. Tetapi perlu diketahui, meskipun
memiliki titik persamaan, namun argumentasi mereka saling berbeda satu sama lain.
Beberapa asumsi fundamental teori aksi (action theory) antara lain:
1. Tindakan manusia muncul dari kesadaran sendiri sebagai subjek dari situasi
ekternal dalam posisinya sebagai objek.
2. Sebagai subjek manusia bertindak atau berperilaku untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu.
3. Dalam bertindak manusai menggunakan metode teknik prosedur, metode serta
perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut.
4. Kelangsungan tindakan manusia hanya di batasi oleh kondisi yang tidak dapat
diubah dengan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang sedang terjadi
dan yang akan dilakukan.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapkan timbul pada
saat pengambilan keputusan.
7. Studi mengenai antar hubungan sosial memerlukan pemakaian teknik penemuan
yang berifat subjektif.

Pelaku individual memfokuskan perbuatannya kepada penetapan atau harapan-harapan


tertentu yang beruapa kebiasaan umum atau dituntut dengan tegas atau bahkan dibekukan
dengan undang-undang. Menurut Weber, tidak semua tindakan yang dilakukan merupakan
tidakan sosial.

Asumsi dasar teori tindakan sosial Max Weber yaitu tindakan yang mempunyai makna
dan arti yang subjektif bagi dirinya dan diarahkan kepada orang lain. Dalam melihat sebuah
tindakan Weber menyarankan menggunakan konsep rasionalitas. Beberapa rasionalitas
yang di pakai Weber antara lain rasional instrumental, rasional berorientasi nilai, tindakan
tradisional dan tindakan afektif.

Asumsi yang biasanya mendasari debat ini adalah bahwa pendekatan “objektif” hanya
berhubungan dengan gejala yang dapat diamati (benda fisik atau perilaku nyata), sedangkan
pendeketan “subjektif” berusaha untuk memperhatikan gejala-gejala yang sulit di tangkap
dan tidak dapat diamati seperti perasaan individu, pikirannya, dan motif-motifnya. Suatu
pengalaman subjektif yang dapat dimengerti karena dialamai bersama secara meluas, dapat
di lihat secara obektif, sementara suatu pengalaman subjektif yang tidak dapat di
komunikasikan dan di mengerti, tetap tidak dapat ditangkap sebagai suatu pengalaman
pribadi yang benar-benar subjektif, meskipun sangat riil bagi orang yang bersangkutan.
(Jhonson, 1986).

Dengan asumsi-asumsi teoritis dan sudut pandang tertentu dalam memahami dunia
sosial yang luas dan kompleks itu. Sudah barang tertentu bangunan-bangunan teori dari
masing-masing paradigma itu dengan sendirinya memiliki sejumlah kelebihan dan
kekurangan menurut sudut pandang tertentu, apalagi sudut pandang itu memang berbeda.
D. Kekuatan Teori

1. Memahami Berbagai Alasan Mengapa Orang Dapat Bertindak


Teori tindakan sosial Max Weber ini digunakan menjadi pisau bedah untuk
mencari tahu motif-motif di balik makna tindakan aktor berdasarkan tipe-tipe tindakan
sosial aktor. Max Weber menyebutkan bahwa Individu sebagai aktor. Pendekatan ini
melihat tahapan sebab-akibat yang membentuk suatu individu atau aktor sebagai
kelompok atau sebagai tindakan sosial (social action). Hal yang menjadi perhatian
dalam konteks tindakan sosial adalah mengidentifikasi pemahaman tindakan
sebagaimana yang dikehendaki oleh sang aktor dan mengenali konteks yang
melingkupi yang digunakan untuk dipahami. Dalam teori tindakan sosial
mendefinisiskan bahwa perilaku manusia ketika bertindak akan selalu berorientasi pada
suatu tujuan dan harapan. Dalam hal ini, maka teori tindakan sosial dapat membantu
memahami mengapa perilaku individu maupun kelompok melakukan hal tertentu, serta
apa saja motif mereka dalam melakukan tindakan tertentu dengan alasan tertentu.
2. Mengetahui Norma Umum, Institusi, dan Lingkungan Umum
Max Weber menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi.
Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa manusia pada hakikatnya adalah
makhluk sosial yang senantiasa menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan
tersebut dalam sosiologi disebut interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan intisari dari
kehidupan sosial. Interaksi tersebut dilakukan dengan sadar dan bertujuan merubah
tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi tidak lepas dari yang namanya tindakan
sosial. Tindakan itu umumnya berkaitan dengan orang lain, mengingat kodrat manusia
sebagai makhluk sosial. Elemen yang menarik pada teori ini bukan bertujuan hanya
kepada individu, melainkan juga untuk melihat norma, institusi, lingkungan umum serta
digunakan sebagai alat untuk mempelajari kebudayaan dan Bahasa pada sekumpulan
masyarakat tertentu.
Metode Weber menekankan pada aspek hubungan kausalitas yakni hubungan
sebab akibat atas fenomena bidang sejarah, namun ketika bidang sejarah dan sosiologi
hubungan kausalitas tetap relavan bagi sosiologi. Kausalitas adalah salah satu peristiwa
diikuti dengan peristiwa lain. Penegasan terhadap konsep ini yang mengandung
pengertian tidak hanya terjadi penelusuran historis, akan tetapi perlu dilihat perubahan
sosial. Penegasan terhadap konsep ini, mengandung pengertian tidak hanya terjadi
penelusuran historis, akan tetapi, perlu dilihat pentahapan dari perubahan sosial. Dalam
teori ini Weber lebih tertarik untuk melihat perubahan sosial masyarakat. Tipe ini
sangat menekankan tujuan tindakan serta apa yang akan dilakukan seseorang karena
adanya pertimbangan dan pilihan dalam melakukan tindakan sosial. Sehingga, akan
membentuk tindakan untuk berusaha meningkatkan kedewasaan dan berperilaku sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat yakni berperilaku sosial.
3. Menghindari Abuse of Power
Konsep relasi sosial merupakan istilah yang sering digunakan oleh kebanyakan
aktor. Relasi sosial merujuk pada tindakan masing- masing aktor untuk saling
mempertimbangkan satu dengan yang lain. Dengan begitu, relasi sosial terdiri dari
probabilitas yang memungkinkan adanya rangkaian tindakan sosial penuh makna,
Probabilitas tindakan-tindakan ini berkaitan dengan kekuasaan (power), Weber
mendefinisikan kekuasaan sebagai kemungkinan di mana seorang aktor dalam satu
relasi sosial akan berada pada posisi melaksanakan kehendaknya sendiri walupun akan
mendapatkan perlawanan. Bagi Weber, dominasi merupakan sebuah kasus khusus dari
kekuasaan. Weber merumuskan dominasi menujuk pada kondisi dimana perintah
dengan isi khusus akan ditaati oleh orang-orang dalam kelompok atau relasi sosial
tertentu. Jadi dominasi adalah suatu kondisi probabilitas di mana seseorang yang
bertindak dalam kuasa memberikan perintah kepada anggota kelompok sosial dan
mentaatinya. Weber membedakan dua jenis dominasi. Pertama, dominasi karena
kekuasaan ekonomi seperti monopoli, sumber-sumber daya ekonomi. Kedua, dominasi
atas kepemilikan otoritas formal, seperti dalam lingkungan birokrasi negara atau
pemerintahan dan ketentaraan. Aturan-aturan merupakan kode resmi yang mencakupi
setiap orang dalam komunitas atau organisasi tertentu. Weber juga mengungkapkan
bahwa dominasi birokrasi mempunyai konsekuensi yaitu berupa birokrasi dan
kapitalisme berjalan bergandengan tangan. Kultur rasionalisasi dan spirit birokrasi ini
berkembang menjadi fenomena birokratis masyarakat, yang menimbulkan
kekhawatiran tentang fenomena penjara waktu: birokrasi (dan kapitalisme) menjadi
penjara besi bagi masyarakat.

D. Kelemahan Teori
Teori tindakan social ini tidak hanya menceritakan tindakannya saja tetapi ada
hubungannya dengan hubungan social dimana kita berhubungan dengan dua mahluk hidup
atau lebih, dan untuk itu tidak bisa di pisahkan dengan makna. Makna atau arti, dalam
tindakan yang di lakukan dapta memberikan sebuah pengaruh yang baik, dan tindakan yang
di lakukan dapat membuat orang tertarik untuk ikut, dan tindakan yang di lakukannya akan
muncul ketika sebuah tanggapan itu kepada orang lain. Dengan hal ini membuat para ahli
untuk meneliti tentang tindakan social dan hubungan social yang tidak bisa di pisahkan oleh
makna, karena makna tindakan social ini mempunyai makna yang berbeda-beda saat dua
orang saling berhubungan, maka maknanya pun akan berbeda satu sama lainnya.

Teori Max Weber ini mempunyai tiga tindakan social , yaitu :


1. Itu rasa rasional : kepercayaan agama, meninu orang lain
2. Efektual : rasa emosi
3. Dan tradisional : kebiasaan, turun temurun

Dalam beberapa tindakan di atas itu yang sangat menarik tindakan efktual yang bisa
mengacu pada tindaakan yang di lakukan karena rasa emosi, mementingkan kepentingan
sendiri sehingga tidak mementingkan lagi norma yang ada dan berpikir rasinonal.
Oleh karena itu kelemahan dari teori tindakan social max weber ini bisa dilihat dari
sebuah makna yang di jelas di atas, bahwa makna sendiri itu bisa berubah menjadi niat, yang
dalam artinya bisa berniat baik dan buruk, jadi sebenarnya makna di sinih masih bersifat
ambigu atau tidak ada kejelasnya. Mengapa di katan ambigu karena menurut max weber
sendiri tindakan social ini diarah kan secara rasional untuk mencapai tujuan tertentu, maka
disinilah kata makna yang berubah menjadi niat yang tidak baik seperti kasus kriminalitas
yang terjadi saat ini yang semakin meningkat, ada juga niat baik seperti mengajak konunitas
funk ini untuk menjadi lebih baik lagi dengan cara mengajak untuk mengaji, menampilkan
music rebana. Jadi tindakan social tersebut di lakukan bisa bersifat positif atau negative
tergantu kepada individunya sendiri.
Dalam hal ini tindakan social ini yang dilakukan oleh seseorang tidak bisa di prediksi
oleh akal, karena tidak ada yang tahu isi niat dari tindakan seseorang ini. Dan ada beberapa
tindakan yang di tolak oleh max weber saat menelitin teori tindakan social ini tentang
meteologi kajian tentang tindakan social dan hubungan antara manusia mengenakan cara-
cara kajian dalam ilmu alam.
Namun ia mengatakan bahwa iya mengatakan bahwa data statistic survey social dapat
membantu penelitian dalam sosiologi akan tetapi hal itu masih harus di interprestasikan dan
di revisi. Dan max weber juga menolak bahwa dalam setudi hubungan antara manusia (
sosiologi ) dapat memastikan beberapa kemajuan sacara evolusioner tentang masyarakat
manusia. Dan ilmu alam ini tidak dapat di terima oleh akal tetapi sekarang sudah mulai bisa
di terima, karena ilmu alam ini bukan berhubungan dua mahluk hidup saja tetapi
berhubungan deng satu mahluk hidup dan satu benda mati karena ini lah kenapa tidak bisa
di terima oleh akal atai pemikiran.
Dan dari tindakan social ini dapat menimbulkan ketidak adilan dalam hubungan, yang
dimana salah satu orang tertentu dapat di rugikan. Karena teori ini banyak di gunakan untuk
memehuni sebuah tujuan seseorang saja dan dapat memengaruhi individu individu lainnya
yang berada di dalam masyarakat, atau sebuah kelompok orang. Kebanyakan jurnal yang
saya baca itu seperti ini apakah teori tindakan social ini mengandung unsur politik, atau
hanya sebuah permainan yang dapat merugikan orang atau menguntukan keduanya.
Teori tindakan social ini menang sangat menilai kehiduapan sehari hari kita, walaupun
ini hanya teori tidak ada teori yang berjalan dengan mulus atau tidak memiliki kelemahan.
Teori tindakan social ini memiliki kelemah yang mungkin cukup susah untuk di artikan
dengan jelas jika seseorng ini melakukan tindakan social yang dapat merugikan, bahwa
sepertinya tindakan social ini bisa juga di bilang tidak masuk akala yang akan di lakukan
oleh individunya karena kita tidak bisa tahu apa yang akan ia lakukan bahwa ini adalah
kelemahan dari teori max wer tersebut.

E. Contoh Kasus

Pada akhir Tahun 2019 muncul sebuah virus yang dikenal dengan covid-19 (corona
virus disease 2019). Virus ini menyebar dengan cepat melalui udara atau interasi yang
berdampak pada gangguan saluran pernapasan sehingga menyebabkan banyak memakan
korban jiwa di berbagai negara. Tidak heran jika virus ini dianggap sebagai virus yang
mematikan. Akhirnya WHO (World Health Organization) menyatakan virus ini sebagai
wabah pandemi global. Dengan adanya virus ini seluruh tatanan kehidupan masyarakat
mengalami perubahan baik aspek pendidikan, aspek sosial, aspek agama, dan sebagainya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah kasus tertinggi
dibeberapa waktu terakhir. Dengan demikian, maka pemerintah menerapkan kondisi darurat
dan membuat kebijakan secepat mungkin. Kebijakan tersebut harus sesuai dengan standart
yang telah ditetapkan oleh WHO (World Health Organization).

Salah satu kebijakan yang diterapkan adalah 3M yaitu memakai masker, mencuci
tangan dan menjauhi kerumunan. Tidak hanya dengan kebijakan 3M pemerintah juga
menerapkan sejumlah peraturan yang disebut dengan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala
Besar). Tujuannya adalah untuk menekan kasus positif terpapar virus corona. Tidak hanya
itu, penerapan 3M dan pemberlakuan kebijakan PSBB menjadi cara alternatif untuk
memutus mata rantai penyebaran covid-19 di masyarakat.

Namun pada tahun 2021 kasus terpapar virus covid-19 di Indonesia meningkat tajam.
Oleh karena itu, kebijakan 3M dan PSBB dianggap belum efektif dalam menekan laju
pertumbuhan kasus covid-19 di Indonesia. Pemerintah Indonesia memberlakukan kebijakan
terbaru yang beralih dengan istilah 5M dan PPKM. Kebijakan 5M terdiri atas memakai
masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengurangi
mobilitas. Penggunaan masker sangat penting diterapkan karena masker berperan sebagai
pelindung dari virus covid-19 yang menyerang melalui saluran pernapasan. Mencuci tangan
sebelum makan, setelah makan dan setelah melakukan aktivitas harus selalu dilakukan
karena tangan merupakan tempat perkumpulan virus dan bakteri. Selain itu, menjaga jarak
fisik dan menjaga jarak sosial harus selalu dilaksanakan sebab virus ini menular ketika
individu berinteraksi dengan individu yang terpapar. Sedangkan kebijakan PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dianggap lebih efektif, sehingga
diterapkan selama beberapa waktu.

Tempat ibadah menjadi sasaran utama dalam penerapan kebijakan 5M. Kebijakan
tersebut berlaku disemua agama tanpa terkecuali. Dalam hal ini, masyarakat wajib
mengikuti protokol kesehatan ketika sedang beribadah. Beraneka ragam tanggapan
masyarakat mengenai ibadah di tengah pandemi covid-19. Pola ibadah yang sejatinya
tuntutan agama beralih dengan menjalankan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Akibatnya, masyarakat mengalami situasi yang bertolak belakang.

Perubahan yang terjadi saat beribadah menyebabkan masyarakat mengalami


kebingungan dan kecemasan dalam menghadapi situasi tersebut. Sebelumnya masyarakat
tidak pernah mengalami hal seperti ini. Situasi yang dihadapi masyarakat tersebut dikenal
dengan istilah culture shock. Culture shock adalah peristiwa dimana individu mengalami
hal baru yang belum pernah dilalui sebelumnya. Fatwa MUI No.31 Tahun 2020 mengenai
pelaksanaa sholat jum’at dan jemaah, guna mencegah terjadinya penularan virus covid-19.
Isi dari fatwa tersebut berisi tentang penerapan physical distancing, menggunakan masker
selama beribadah dan memperpendek pelaksanaan dakwah atau kutbah.

Jika dikaji berdasarkan teori tindakan sosial yang di populerkan oleh Max Weber
terdapat alasan masyarakat menerapkan kebijakan 5M saat beribadah yaitu: pertama,
tindakan instrumental. Tindakan ini lebih memperhatikan kepada efektivitas dan efisiensi.
Melalui pengetahuan mengenai bahaya virus covid-19 yang sangat mematikan, akan
mengakibatkan individu menerapkan protokol kesehatan. Pengetahuan individu mengenai
ibadah dan pengetahuan mendalam tentang anjuran penerapan 5M akan mempengaruhi
tindakan masyarakat saat beribadah sehingga melalui pengetahuan tersebut masyarakat
dapat bertindak dengan benar dan sesuai dengan standart kesehatan ketika beribadah.

Kedua, rasionalitas tujuan. Tindakan yang melihat alat hanya sekedar pertimbangan
serta perhitungan yang sadar, sebab tujuan menjadi hal utama dengan keterkaitan nilai-nilai
tertentu. Sebelum menerapkan 5M masyarakat telah memikirkan tujuannya yaitu agar dapat
beribadah dengan khusyuk dan terhindar dari berbagai penyakit. 5M menjadi alat
masyarakat agar tidak tertular virus covid-19. Dengan penerapan 5M yaitu memakai
masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas
diharapkan dapat membantu masyarakat agar tetap terjaga kesehatannya.

Ketiga, tindakan efektif. Tindakan ini didasarkan pada perasaan takut dan cemas jika
tertular virus saat beribadah. Akibat perasaan tersebut, masyarakat menyadari bahwa
penerapan 5M perlu dilakukan. Sebab, virus covid-19 selama beberapa waktu dianggap
sebagai aib bagi masyarakat. Jika ada seseorang yang terpapar virus covid-19 maka
masyarakat sekitar takut untuk melewatinya. Bahkan, seperti dikucilkan oleh masyarakat
sekitar. Oleh karena itu, masyarakat akhirnya memilih menerapkan 5M dibandingkan harus
dikucilkan oleh masyarakat sekitar.

Keempat, tindakan tradisional. Tindakan ini didasarkan oleh kebiasaan masyarakat,


yang mana biasanya kebiasaan ini mempengaruhi kehidupannya. Adapun beberapa
kebiasaan yang menjadikan individu menerapkan 5M saat melakukan ibadah diantaranya:
a). Pengalaman penyakit invidu, individu yang pernah merasakan penyakit luar biasa dapat
memahami bahwa kesehatan sangat mahal. Terutama bagi individu yang memiliki imun
rendah. Individu tersebut akan selalu menjaga kesehatan dan menerapkan 5M saat beribadah
maupun dalam menjalankan aktivitas lainnya. b). Sanksi sosial, bagi individu yang tidak
menerapkan kebijakan 5M maka terdapat sanksi sosial seperti, dipandang sinis dan dijauhi
oleh individu lain. Hal tersebut merupakan sebuah teguran atau peringatan agar selalu
berhati-hati terhadap penularan virus covid-19. Tindakan tersebut dilakukan sebagai
antisipasi dan bentuk kepedulian terhadap masyarakat. c). Budaya kebersihan, kebersihan
menjadi salah satu aspek yang memerlukan perhatian utama. Sebab jika tubuh dan
lingkungan kotor, maka akan menimbulkan berbagai penyakit. Virus covid-19 menjadi
salah satu bentuk penyadaran bagi masyarakat agar selalu menjaga kebersihan. Dengan
adanya kebijakan 5M, memperlihatkan bahwa kebersihan harus selalu diutamakan.
References
Author. (2019). Sejarah dan Teori Sosiologi. 7-8.

Gushendi, D. (2019). Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Dalam Tinjauan
Teori Tindakan Sosial Max Weber (Studi Kasus Desa Dadapan Kecamatan Pringkuku
Kabupaten Pacitan). Digilib UIN Sunan Ampel Surabaya, 44-47.

Kristiyanto, Y. (n.d.). Jurnal Sosial Tindakan Sosial Pemuka Agama Islam Terhadap Komunitas Punk:
(Studi Deskriptif Mengenai Tindakan Sosial Pemuka Agama Terhadap Komunitas Punk di
Desa Bareng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur). Journal.unair.ac.id, 18.

Lyna, M. (2012). Pemanfaatan Perpustakaan oleh Mahasiswa di Perpustakaan Universitas Padang.

Marom, M. Y., & Fauzi, A. M. (2021). Strategi Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan di Tengah Pandemi
Covid-19 Pada Masyarakat Kelurahan Wonokarto Kabupaten Wonogiri. Al-Qalam: Jurnal
Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 98-109.

Muhamad, N. K. (2021). Resistensi Jamaah Tabligh di Masa Pandemi Covid-19 Terhadap Fatwa MUI
No. 14 Tahun 2020: Studi Kasus di Bancar Kabupaten Tuban. Digilib UIN Sunan Ampel
Surabaya, 68.

Mushodiq, M. A., & Imron, A. (2020). Peran Majelis Ulama Indonesia Dalam Mitigasi Pandemi Covid-
19: Tindakan-tindakan Sosial dan Dominasi Kekuasaan Max Weber. Salam Jurnal Sosial dan
Budaya, 455-470.

Normalita, I., & Fauzi, A. M. (2021). Rasionalitas Masyarakat Muslim Menerapkan 5M Saat Beribadah
di Era Pandemi Covid-19 Pada Desa Jati Sidoarjo. NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial dan
Keagamaan Islam, 146-167.

Prahesti, V. D. (2021). Analisis Tindakan Sosial Max Weber Dalam Kebiasaan Membaca Asmaul Husna
Peserta Didik MI/SD. An-Nur: Jurnal Studi Islam , 140-145.

Prastowo, R. (2008). Max Weber, Karakteristik Sosial Ekonomi dan Perilaku Kerja Perempuan
Pedagang Asongan . Surakarta, 4.

Putri, E. (2021). Dampak Kecanduan Game Terhadap Perilaku Sosial. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP
USK, 3-4.
Rofi'ah, K. (2019). Jihad Harta dan Kesejahteraan Ekonomi Pada Keluarga Jamaah Tabligh: Perspektif
Teori Tindakan Sosial Max Weber. Jurnal Kajian Hukum dan Sosial, 197-198.

Sofiyana. (2020). Analisis Tindakan Sosial Max Weber di Lingkungan Sekitar Masyarakat Makassar
Dalam Kehidupan Sehari-hari. Jurnal Studi Lingkungan Masyarakat, 2-4.

Sugiantoro. (n.d.). Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Edukatif Terhadap Perilaku Sosial Siswa Kelas XI
Jurusan Ilmu Sosial di SMA Negeri 1 Porong. Digilib UIN Sunan Ampel Surabaya.

Supraja, M. (2012). Alfred Schutz: Rekonstruksi Teori Tindakan Max Weber. Jurnal Pemikiran
Sosiologi, 81-90.

Suryadinata, A. P. (2020). Menelaah Fenomena Klitih di Yogyakarta Dalam Perspektif Tindakan Sosial
dan Perubahan Sosial Max Weber. Jurnal Asketik, 21.

Syawaluddin, D. M. (2017). Teori Sosial Budaya dan Methodenstreit. Repository UIN Raden Fatah,
115-116.

Syukur, M. (2018). Dasar-dasar Teori Sosiologi . Depok: PT Raja Grafindo Pustaka.

Tamalea, R. (2018). Representasi GPM di Ruang Publik: Suatu Kajian Sosiologi Terhadap Tindakan
Sosial Pendeta dan Awam sebagai Aktor Perubahan Sosial-Politik di Kota Ambon. Repositori
Institusi Universitas Kristen Satya Wacana, 18-34.

Taufiq, A. (2013). Perilaku Ritual Warok Ponorogo Dalam Perspektif Teori Tindakan Max Weber . Jurnal
Sosiologi Islam, 11.

Anda mungkin juga menyukai