Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 4

CITIZEN JOURNALISM DAN


KREDIBILITAS MEDIA ONLINE

1. Nur Adhellya Fazryani - 2110631190105


2. Nur Adinda Sabila - 2110631190106
3. Syiffa Afnenda Faradillah - 2110631190128
4. Valentino Jefri Pasaribu - 2110631190130
• Citizen Journalism
Steve Outing, yang merupakan editor senior Poynter Institute for Media Studies, dalam
artikelnya ―11 Layers of Citizen Journalism, menuliskan 11 lapisan Citizen Journalism.
Artikel ini sampai kini menjadi rujukan bagi para pewarta warga, akademisi, atau bahkan
jurnalis arus utama. Lapisan-lapisan citizenjournalism dimaksud,yaitu:

1. Opening Up To Public Comment Bagi pelaku reportase warga, langkah memulai dengan
memberi komentar pada satu postingan akan menuju ke citizen journalism sesungguhnya. Para
penyedia citizen journalism, biasanya membuka ruang komentar yang akan menciptakan diskusi
publik yang ramai. Pengguna, pembaca, atau khalayak di sini bisa berinteraksi dengan memuji
atau mengkritik, dan bahkan menambahkan bahan tulisan jurnalis profesional yang dinilainya
kurang lengkap atau memadai. Pembaca memiliki sudut pandang sendiri terhadap sebuah
peristiwa yang termuat dan ditulis jurnalis profesional. Pada media cetak konvensional atau
mainstream, wadah interaksi ini dikenal dengan surat pembaca atau dalam istilah jurnalistiknya
sebagai letter to the editor atau dikenal sebagai LTTE. Dikarenakan media cetak terkendala
halaman yang terbatas, pada mediaonline komentar batasan itu menjadi hilang dengan
sendirinya. 61 Semakin sering seorang pembaca memberi komentar dan terlibat diskusi untuk
sebuah postingan, semakin terasah pula kemampuan berpikir dan―naluri‖ jurnalistiknya.
2. The Citizen Add-On Reporter Langkah ini sudah mengarah ke rekrutmen warga
sebagai kontributor untuk sebuah peristiwa yang ditulis dan disiarkan oleh jurnalis
profesional. Di Indonesia, keberadaan jurnalis untuk meliput daerah-daerah
terpencil, umumnya dikenal dengan stringer terbatas. Hal yang membedakan
antara stringer dengan pewarta warga adalah stringer itu tidak masuk ke dalam
sebuah berita. Ia hanya memberi informasi kepada wartawan profesional dan apa
yang ditulisnya akan diklaim sebagai laporan atau tulisan wartawan profesional.
Sedangkan para pewarta warga bahkan diminta untuk melampirkan foto yang
dimilikinya pada tulisan yang ia tulis, jika memang ada.

3. Open Source Reporting Ini merupakan bentuk kolaborasi antara warga biasa
dengan jurnalis profesional. Perannya adalah memberi bantuan dalam
mengarahkan atau memeriksa keakuratan sebuah tulisan.
4. The Citizen Bloghouse Blog yang dikelola sendiri oleh warga menjadi blog yang penuh
kekuatan wibawa. Tidak hanya jurnalis profesional yang harus memiliki blog, tetapi juga pewarta
warga. Melalui cara ini, ada interaksi yang tercipta antara warga dengan jurnalis profesional
melalui blog. Keduanya bisa saling berbagi cerita tentang dunia dan pengalamannya dari sudut
pandang masing-masing.

5. Newsroom citizen transparency blogs. Langkah ini mengisyaratkan keterbukaan bagi editor
yang mengambil kebijakan dalam pemberitaan di sebuah institusi pers dan keterbukaan media itu
sendiri.

6. he Stand Alone Citizen Journalism Site: Edited Versions Ini merupakan proses pengiriman
laporan warga yang harus melalui pengeditan (editing) sebelum ditampilkan di media online
berbasis citizen 62 journalism. Proses editing biasa disebut proses filterisasi sebuah berita citizen
journalism. Tujuannya untuk menjaga kredibilitas situs citizen journalism itusendiri..

7. Stand Alone Citizen Journalism Site: United Version Langkah ini tidak memberlakukan proses
editing dan moderasi sebelum sebuah naskah tampil di situs web. Jadi, para penulis atau reporter
bisa langsung menayangkan laporannya sehingga yang bersangkutan tidak menunggu lama.
8. Add A Print Edition Model ini merupakan gabungan dari ―stand-alone citizen journalism” edited
version maupun unidited version dengan edisi cetak. Topik tertentu dipancing dulu melalui media
online (web), kemudian tulisan terpilih dimuat kembali dalam bentuk cetak setelah dilakukan
editing yang ketat.
9. The Hybrid: Pro-Citizen Journalism Ini suatu kerja organisasi media, yaitu jurnalis profesional
dengan pewarta jurnalis bekerja sama, menggabungkan jurnalis profesional dengan jurnalis
warga.
10. Integrating citizen and projournalism under one roof. Artinya, antara jurnalis profesional dengan
warga dalam satu atap; situs web tulisan dari jurnalism profesional yang berdampingan dengan
tulisan jurnalis warga.

11. Wiki Journalism: Where The Readers Are Editor Dalam wiki, journalism ini pembaca sekaligus
bertindak juga sebagai editor.
Berdasarkan 11 bentuk citizenjurnalism tersebut, dapat dijelaskan bahwa banyak wadah atau sarana yang bisa digunakan
dan dimanfaatkan oleh warga dalam menyampaikan aspirasi dan berbagi informasi kepada banyak orang. Tinggal
bagaimana warga memanfaatkan kesempatan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki.
Pepih Nugraha (2012) mengidentifikasikan unsur-unsur
yang terdapat pada citizen journalism sebagai berikut:

1 Warga biasa, yakni bisa siapa saja; bisa ibu rumah tangga, guru, pelajar, pegawai negeri
sipil, usahawan, dan lain-lain.

Bukan wartawan profesional. Artinya, tidak terlatih sebagai wartawan profesional.


2

Terkait fakta atau peristiwa yang terjadi, yakni benar-benar fakta yang dilaporkan atau
3 benar-benar memuat peristiwa yang sebenarnya terjadi.

Memiliki peralatan teknologi informasi, seperti alat perekam untuk mewawancarai


4
narasumber, kamera saku untuk memotret momen momen penting, dan seterusnya. Serta
memiliki kemampuan menulis.

5 Memiliki semangat berbagi informasi dengan yang lainnya.


Citizen journalism tidak bertujuan menciptakan keseragaman opini publik, namun lebih menitikberatkan
pada ―inilah yang terjadi di lingkungan kita. Pemberitaan citizen journalism lebih mendalam dengan
proses penayangan berita di televisi, dengan menggunakan visual dari masyarakat. Citizen journalism
dinilai sebagai bentuk partisipasi aktif masyarakat untuk menyuarakan pendapat secara lebih leluasa,
tersruktur, serta dapat diakses secara umum dan sekaligus menjadi rujukan alternatif.

Citizen journalism merupakan aktivitas warga masyarakat yang bukan merupakan profesional di bidang
jurnalistik yang melakukan kegiatan mencari, menulis, dan melaporkan berita dan informasi, baik dalam
bentuk berita, artikel, komentar sederhana, informasi singkat, ataupun mengunggah foto dan gambar.
Karakteristik yang paling mendasar dari fenomena citizen journalism ini adalah keterlibatan dan
partisipasi warga masyarakat dalam proses produksi berita dan terbukanya akses bagi siapa saja
terhadap media alternatif ini.

Merujuk pada latar belakang dan pengertian citizen journalism ini sendiri, maka dapat disimpulkan
bahwa citizen journalism sebenarnya merupakan salah satu sarana untuk mencapai suatu hal yang
disebut dengan istilah demokrasi. Hal ini dikarenakan hubungan jurnalisme dengan demokrasi tidak bisa
dipisahkan, karena salah satu elemen dari demokrasi di suatu negara bisa dilihat dari kebebasan
jurnalisme di negara tersebut. Kebebasan berekspresi dalam penyampaian berita tanpa ada ikatan dari
pihak di luar si pembuat berita adalah hal yang ingin dicapai oleh citizen journalism.
• KREDIBILITAS
MEDIA ONLINE
Media berita tidak bisa lepas dari aspek kredibilitas yang harus
selalu dipertahankan. Kredibilitas media atau sumber sangat
penting bagi audiens. Ada dua macam kredibilitas, yaitu
kredibilitas terhadap sumber dan kredibilitas terhadap media.
Kredibilitas terhadap sumber berkaitan dengan kepercayaan
individu yang menulis berita tersebut, sedangkan kredibiltas
media berkaitan dengan kesatuan yang lebih luas, seperti stasiun
televisi, koran, dan tentunya media online. Jadi kredibilitas
dilihat dari individu dan media itu sendiri.
Kredibilitas Media Online
Saling adu kecepatan dalam jurnalisme sudah menjadi hal yang biasa. Jurnalis berlomba-lomba ingin menjadi yang
pertama dalam memberitakan kejadian. Jurnalisme online model abad 21 saat ini berfokus pada dua hal, yaitu kecepatan
dan kedalaman. Jika tidak bisa menjadi yang pertama dalam menceritakan kejadian, setidaknya jurnalis mendapatkan
gambar pertama atau wawancara pertama, reaksi pertama, atau bahkan analisis pertama.

Kovach dan Rosentiel (2003) juga menyatakan bahwa demi mengejar kebenaran, intisari jurnalisme adalah disiplin
verifikasi. Meski telah masuk ke era digital, fungsi jurnalisme tetap tidak berubah. Jurnalisme masih berada di bawah
prinsip-prinsip yang sama meski dilakukan dengan teknik yang berbeda. Akurasi seharusnya lebih penting dari pada
kecepatan, karena akurasi adalah syarat penting dalam jurnalisme. Lebih baik berita terlambat diberitakan tapi benar dari
pada berita yang cepat tapi salah. Hal ini dalam mengurangi kredibilitas media, sekali kehilangan kredibilitas, media akan
sulit untuk mendapatkannya kembali.

Pada Pedoman Media Siber yang secara khusus dikeluarkan Dewan Pers juga mengatur akurasi di butir kedua yang
menyatakan pada prinsipnya semua berita harus melalui verifikasi. Jika berita tidak melalui verifikasi maka pada bagian
akhir tulisan harus ditulis bahwa berita tersebut akan diverifikasi lebih lanjut. Aturan tersebut seharusnya diperhatikan
dengan baik oleh media online dalam melakukan pemberitaan agar tidak menjerumuskan audiens.
Anggota dewan pers Agus Sudibiyo pernah
mengungkapkan enam jenis pelanggaran kode
Kredibilitas Media (Media
Credibility) merupakan ukuran etik jurnalis yang dilakukan oleh media online:
kepercayaan public terhadap suatu
• Media online tidak menguji informasi atau melakukan
media. semakin public percaya
konfirmasi. Pelanggaran ini terjadi karena media siber
maka tingkat kredibilitas medianya
lebih mengutamakan kecepatan tanpa dibarengi verifikasi,
juga semakin tinggi. Kredibilitas dalam kecepatan menimbulkan kesalahan pemberitaaan.
media online seringkali dinilai
rendah karena terus mengarah ke • Berita yang tidak akurat.
koran kuning atau yellow journalism
dan sering menjadi media • Mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi
propaganda. Dewan pers lembaga
independen pengawal kebebasan • Tidak berimbang
pers Indonesia sering mendapat
pengaduan dari masyarakat terkait • Tidak menyembunyikan identitas korban kejahatan asusila.
pelanggaran dari media atau
wartawan. • Tidak jelas narasumbernya.
Ketidak Akuratan

Tidak akurat merupakan pelanggaran berat, karena verifikasi merupakan


rohnya jurnalistik. Pelanggaran terhadap prinsip utama jurnalistik ini
menyebabkan kredebilitas media online jadi rendah. Prinsip verifikasi ini
merupakan pembedah utama jurnalistik dan model komunikasi yang lain
seperti propaganda, fiksi dan juga hiburan. Jadi, jika verifikasinya terus
diabaikan bisa berakibat pada tersebarnya berita yang tidak akurat maka
media onlinepun menjadi tidak kredibel, tidak mempunyai integritas dan tidak
bisa dipercaya hingga akhir mati karena ditinggalkan pembaca. Tugas
wartawan atau media yaitu memeberikan informasi atau mengungkapkan
kebenaran. Kebenaran dalam dunia jurnalistika adalah fakta yang disajikan
secara akurat, untuk meningkatkan akurasi dan kebenaran itu dibutuhkan
verifikasi. Verifikasi bukan hanya menjadi pembeda anatar jurnalistik dan
propaganda, fiksi dan entertainment news tetapi menjadi pembeda anatar
jurnalis profesional dan wartawan amatir.
Media online cenderung lebih mengutamakan menjadi yang pertama (tercepat) dari
pada menjadi yang terakurat. Karena kurangnya akurasi dalam pemberitaan maka
media online dan televisi cenderung dianggap tidak punya pengaruh signifikan
terhadap pengambilan kebijakan. Berita online juga boleh disebut tanpa mengindahkan
prinsip-prinsip dan juga kode etik jurnalistik.

Sering kali media online memuat berita hanya berdasarkan siaran pers tanpa verifikasi
dan copy paste berita dari media lain tanpa cantumkan sumber. Wartawan atau media
online tidak boleh mengabaikan verifikasi karena kepercayaan atau trust pembaca
sangat penting dan jika diabaikan maka berakibat fatal pada media tersebut bahkan
pada karya jurnalistik kedepannya. Karena jika kredibilitas sebuah media tidak dapat
dipertanggungjawabkan maka pembaca hilang kepercayaan terhadap karya-karyaa
jurnalistik.
APAKAH ADA
PERTANYAAN?

Anda mungkin juga menyukai