Anda di halaman 1dari 12

DILLA AYU SILVIANI

20312435

TUGAS 2-PENGAUDITAN

BAB 5 "PENERIMAAN KLIEN"

A. Penerimaan Klien:

Tahapan Pertama dalam Upaya untuk Mendapatkan opini Tahapan penerimaan klien dalam audit
memiliki dua tujuan, yaitu :

1. Pemeriksaan klien yang diajukan untuk menentukan apakah terdapat alasan untuk menolak
penugasan (penerimaan klien).

2. Meyakinkan klien untuk mempekerjakan auditor (penerimaan oleh klien).

Prosedur-prosedur dalam penerimaan klien:

 Mengevaluasi latar belakang klien dan alasan-alasan dilakukan audit


 Menentukan apakah auditor mampu memenuhi persyaratan etika yang terkait dengan klien
 Menentukan kebutuhan atas para tenaga professional lainnya.
 Berkomunikasi dengan auditor sebelumnya
 Menyusun proposal klien
 Memilih staf untuk melakukan audit
 Memperoleh surat penugasan.

Klien Audit

Hubungan antara klien dan kantor akuntan public bukan merupakan jalan satu arah, yang mana
kantor akuntan public perlu mengevaluasi klien dan kemudian menilai apakah klien tersebut dapat
diterima', mengirimkan surat penugasan untuk mengakhiri kesepakatan. Pasar untuk jasa-jasa audit
cukup kompetitif dan seperti halnya sejumlah bisnis lainnya, terdapat klien-klien dalam kategori yang
sangat diinginkan oleh kantor akuntan public.

Tahapan-tahapan dalam Proses Penerimaan Klien

Bagian berikutnya di bab ini membahas pentingnya memperoleh pemahaman awal tentang
klien yang digunakan untuk mengevaluasi latar belakang klien dan risiko-risiko yang terkait dengan
penerimaan penugasan. Selain itu juga perlu diperoleh pemahaman terkait hubungan auditor-auditor
dengan klien yang memungkinkan auditor mempertimbangkanjika terdapat persyaratan etika dan
professional secara khusus terhadap penugasan khusus yang dapat dipenuhi. Hal ini merupakan tahap
kedua dalam proses penerimaan klien.
B. Evaluasi Latar Belakang Klien

Auditor harus memperoleh pengetahuan terkait bisnis klien secara memadai untuk
memungkinkannya mengidentifikasi dan memahami sejumlah peristiwa/kejadian, transaksi dan praktik
yang mungkin memiliki pengaruh penting pada laporan keuangan atau pada laporan audit (audit report).
Dari sudut pandang auditor, alasan-alasan utama untuk memperoleh pemahaman ini adalah: (1) untuk
mengevaluasi risiko-risiko penugasan terkait penerimaan penugasan tertentu dan (2) untuk membantu
auditor dalam menentukan apakah seluruh persaratan etika dan professional terkait klien tersebut
dapat dipenuhi.

Topik-Topik Diskusi

Diskusi-diskusi yang dilakukan bersama manajemen dan staf klien dinilai penting untuk
mengevaluasi tata kelola (governance), pengendalian internal (internal control), dan risiko-risiko yang
mungkin timbul. Sejumlah diskusi tersebut mungkin mencakup topik topik seperti:

 Perubahan dalam manajemen, struktur organisasi, dan aktifitas klien. Regulasi pemerintah saat
ini yang berdampak pada klien.
 Pengembangan bisnis saat ini yang berdampak pada klien, seperti faktor-faktor social, teknis dan
ekonomi.
 Kesulitan keuangan atau permasalahan akuntansi yang terjadi saat ini atau yang akan datang.
 Kerentanan laporan-laporan keuangan entitas terhadap salah saji material karena kesalahan
atau kecurangan.
 Adanya pihak-pihak yang berelasi (related parties).
 Fasilitas lokasi dan bangunan perusahaan klien, baik yang baru maupun yang sudah tidak
digunakan lagi.
 Perubahan teknologi, jenis produk atau jasa, serta metode produksi atau distribusi saat ini atau
yang akan datang.
 Perubahan teknologi, jenis produk atau jasa, serta metode produksi atau distribusi saat ini atau
yang akan datang.
 Perubahan dalam system akuntansi dan system pengendalian internal.

Investigasi Klien Baru

Sebelum menerima klien baru, kantor akuntan public akan melakukan investigasi secara
menyeluruh untuk menentukan apakah klien tersebut dapat diterima dan apakah auditor dapat
memenuhi persyaratan etika seperti independensi, kompetensi tertentu.

Sumber-sumber informasi selain yang telah disebutkan, baik untuk klien baru maupun klien yang telah
ada termasuk wawancara dengan pengacara-pengacara local, CPA lainnya, bank dan bisnis-bisnis lain,
meskipun banyak diantaranya yang dibatasi oleh kewajiban terkait kerahasiaan, tergantung pada situasi-
situasi yang terjadi saat itu.

Keberlanjutan Hubungan dengan Klien yang telah Ada


Banyak kantor akuntan public mengevaluasi klien yang telah ada setiap tahunnya. Selain dari
penelitian yang telah dibahas sebelumnya, auditor akan mempertimbangkan konflik-konflik yang pernah
terjadi sebelumnya terkait cakupan audit, tipe opini dan imbalan jasa, litigasi yang tertunda antara
kantor akuntan public dank lien, serta integritas manajemen. Ketiga factor tersebut sangat
memengaruhi apakah hubungan kantor akuntan public dengan klien akan dilanjutkan atau tidak. Untuk
keberlanjutan hubungan penugasan, auditor akan memperbarui dan mengevaluasi kembali informasi
yang diperoleh dari kertas kertas kerja beberapa tahun sebelumnya. Auditor juga harus melakukan
sejumlah prosedur yang dirancang untuk mengidentifikasi perubahan-perubahan penting yang akan
terjadi sejak audit yang terakhir. Auditor juga dapat memilih tidak melanjutkan pelaksanaan audit untuk
klien tertentu karena pihaknya merasa terdapat risiko yang cukup besar.

A. Kemampuan Memenuhi Persyaratan Etika dan Kompetensi Tertentu

Berdasarkan pada evaluasi yang diperoleh terkait latar belakang klien, auditor harus menentukan
apakah seluruh persyaratan etika dapat dipenuhi sesuai bentuk penugasan tertentu. Mungkin prosedur
yang paling penting dalam tahapan ini dari proses penerimaan penugasan adalah verifikasi terkait
independensi auditor.

Persyaratan Etika

Auditor akan memastikan bahwa para anggota tim audit dan kantor akuntan public secara
keseluruhan memenuhi persyaratan etika. Hal ini akan memerlukan sejumlah prosedur untuk
memeriksa investasi-investasi keuangan pribadi para rekan dan karyawan, serta beberapa hubungan
bisnis dengan klien audit yang potensial. Auditor harus mereviu jasa-jasa non-audit yang di berikan atau
yang baru-baru ini diberikan oleh kantor akuntan publiknya ke klien yang potensial terebut.

Litigasi dan Independensi

Dampak lainnya atas keberlanjutan hubungan adalah apakah terdapat sejumlah litigasi yang
tertunda diantara klien dan auditor. Jika klien terlibat dalam litigasi dengan auditor, keberlanjutan
proses audit atas klien dapat membahayakan indepedensi. Awal litigasi oleh auditor yang menyatakan,
misalnya kecurangan atau penipuan yang dilakukan oleh para pejabat perusahaan, atau kinerja klien
audit di bawah standar yang berlaku oleh akuntan, juga akan merusak sikap independensi.

Kompetensi-Kompetensi Tertentu

Permasalahan terkait kompetensi tertentu membutuhkan pertimbangan dalam bentuk evaluasi


klien di tahapan proses penugasan sebelumnya. Berdasarkan situasi-situasi tertentu dari klien dan
industrinya, auditor harus menentukan apakah keahlian yang dibutuhkan mengenai industry, masalah
standar akuntansi tertentu, atau keterampilan non audit tertentu tersedia bagi tim audit.

Para anggota tim audit harus memiliki tingkat pelatihan dan kemampuan teknis yang diperlukan
dalam situasi-situasi tertentu. Selain itu, seharusnya terdapat pengarahan. supervise, dan reviu yang
memadai atas pekerjaan di seluruh tingkatan dalam upaya untuk memberikan asurans yang memadai
bahwa pekerjaan yang dilakukan memenuhi standar standar kualitas yang sesuai.

Pertimbangan terkait apakah perusahaan memiliki sejumlah kompetensi dan sumber daya untuk
melakukan penugasan baru termasuk mereviu kompetensi rekan dan staf yang ada, diantaranya:

 Pengetahuan terkait sejumlah industry atau pokok tugas yang relevan.


 Pengalaman dengan sejumlah peraturan atau persyaratan pelaporan yang relevan, atau
kemampuan untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan secara efektif.
 Kemampuan untuk menyelesaikan penugasan dalam batas waktu pelaporan; para tenaga ahli
tersedia, jika diperlukan.
 Individu-individu yang memenuhi kriteria dan persyaratan kelayakan untuk melakukan reviu
pengendalian kualitas atas penugasan tersedia.

Rotasi Rekan

Rekan-rekan audit di beberapa Negara harus dirotasi setiap beberapa tahun tertentu.
Sebagaimana yang tercantum dalam European Union Guidelines, rekan-rekan audit harus dirotasi
setidaknya sekali setiap tujuh tahun.

Audit Kelompok Usaha (ISA 600)

Standar Pengauditan Internasional 600 (internasional stndartd on Auditing 600-ISA 600).


Pertimbangan Khusus-Audit-Audit atas Laporan Keuangan Kelompok Usaha memberikan dukungan
praktis kepada sejumlah auditor dalam mengaudit laporan-laporan keuangan kelompok usaha (group
financial statements).

Penggunaan Para Profesional Lainnya dalam Audit

Dalam melakukan pencarian informasi terkait latar belakang klien, auditor mungkin menemukan
bahwa auditor lainnya akan mengaudit sebagian laporan-laporan keuangan klien atau bahwa tenaga ahli
yang berasal dari luar, seperti ahli TI. ahli lingkungan, atau ahli perpajakan mungkin perlu mengaudit
klien secara lebih baik.

D. Penggunaan Pekerjaan Auditor Lainnya

1. Auditor Kelompok Usaha

2. Tanggung Jawab Audit

3. Dokumentasi

4. Penggunaan Pekerjaan Tenaga Ahli

5. Kompetensi Ahli, Objektivitas

6. Komunikasi dengan Tenaga Ahli


E. Komunikasi dengan Auditor Sebelumnya (Auditor ysng Ada Saat Ini)

1. Permintaan Izin dari Klien

2. Penugasan-Penugasan yang Pertama Kali

F. Penerimaan oleh Klien-Proposal Penugasan

1. Proposal Audit untuk Melanjutkan Hubungan dengan Klien yang Telah Ada

 Reviu tentang Bagaimana Kantor Akuntan Publik dapat Menambah Nilai


 Tim Audit
 Proposal Imbalan Jasa

2. Proposal Audit Klien Baru

 Ringkasan rencana bisnis (executive summary)


 Strategi Audit (audit strategy)
 Kekuatan-kekuatan kantor akuntansi public (strengths of the audit firm)
 Tim audit (audit team)
 Pendekatan audit (audit approach)
 Pekerjaan auditor-auditor internal (internal auditors work)
 Kebutuhan transisi perusahaan (transition needs of the company
 Setelah audit (after the audit)
 Lampiran (appendix)

3. Penetapan dan Perundingan Imbalan Jasa Audit

 Imbalan Jasa Kontingesi


 Sejumlah Komisi dan Imbalan Jasa Rujukan

G. Surat Penugasan Audit

1. Isi Surat Penugasan

2. Kerangka Pelaporan Keuangan

BAB 6 “PERENCANAAN AUDIT”

PERENCANAAN DAN RISIKO

1. Memungkinkan auditor memperoleh bahan bukti memadai


2. Mambantu menghemat biaya audit
3. Memahami terjadinya kesalahpahaman dengan klien
Risiko dalam perencanaan :

1. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)


2. Risiko bawaan (inherent risk)

TAHAP PERENCANAAN AUDIT

1. Perencanaan Awal

a.Menentukan penerimaan klien baru atau melanjutkan dengan klien lama

b.Mengidentifikasi tujuan klien untuk audit

c.Memperoleh pemahaman dengan klien berkenaan dengan perikatan audit untuk menghindari
kesalahpahaman

d. Menugaskan staff yang tepat untuk melaksanakan perikatan

2. Mendapatkan Pemahaman Mengenai BIsnis dan Industri Klien

a.Lingkungan Industri dan Eksternal

 Risiko industry tertentu


 Risiko bawaan industry tertentu
 Perlakuan akuntansi yang unik

b.Operasi Bisnis dan Prosesnya

 Melakukan kunjungan ke pabrik/kantor


 Mengidentifikasi pihak yang mempunyai hubungan istimewa

c.Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan

 Keandalan Laporan Keuangan


 Efektivitas dan Efisiensi Operasi Perusahaan
 Kepatuhan kepada Hukum dan Peraturan

d.Tujuan dan Strategi

e.Pengukuran dan Kinerja

4.Melakukan Penilaian atas Risiko Bisnis Klien

5.Melakukan Prosedur Analitis Awal

KERTAS KERJA
Adalah catatan auditor tentang prosedur audit , pengujian, informasi yang diperoleh dan kesimpulan
yang dihasilkan.

Fungsi kertas Kerja

1. Penunjang utama laporan auditor mencakup representasi pengamatan atas standar pekerjaan
lapangan yang ditunjukkan dalam frasa di laporan “berdasarkan standar audit yang ditetapkan
Institut Akuntan Publik Indonesia”
2. Membantu auditor dalam melaksanakan dan supervisi audit

Faktor yang menentukan isi KKA :

1. Sifat perikatan
2. Sifat laporan auditor
3. Sifat laporan keuangan, daftar dan keterangan yang perlu bagi auditor dalam membuat laporan
4. Sifat dan kondisi catatan klien
5. Tingkat risiko pengendalian taksiran
6. Kebutuhan keadaan tertentu untuk supervise and review pekerjaan para asisten

KKA berisi dokumentasi yang memperlihatkan :

1. Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik


2. Pemahaman memadai atas Pengendalian Intern telah diperoleh untuk merencanakan audit
menentukan sifat, saat, lingkupnya
3. Bukti audit yang diperoleh, prosedur yang dilakukan, pengujian yang dilaksanakan

BAB 7 “AUDIT ATAS PENGENDALIAN INTERNAL

MENURUT SECTION 404 DAN RISIKO PENGENDALIAN

Tujuan pengendalian intern

Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan
sasarannya.

Tujuan pengendalian intern adalah menjamin manajemen perusahaan agar:

 Reliabilitas pelaporan keuangan


 Efisiensi dan efektifitas operasi
 Ketaatan pada hukum dan peraturan.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya
perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai
kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan
digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.

Tanggung Jawab Manajemen dan Auditor atas Pengendalian Internal

• Tanggung jawab manajemen :


a. Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian
internal entitas.
b. Menurut section 404 untuk melaporkan secara terbuka tentang keefektifan pelaksanaan
pengendalian tersebut.

• Tanggung jawab auditor :

a. Tanggung jawab auditor memahami dan menguji pengendalian internal atas laporan
keuangan.

b. Menurut section 404 auditor diwajibkan untuk menerbitkan laporan audit tentang penilaian
manajemen atas pengendalian internalnya, termasuk pendapat auditor mengenai keefektifan
pelaksanaan pengendalian tersebut

Tanggung jawab manajemen untuk menetapkan pengendalian internal

a. Kepastian yang layak, perusahaan harus mengembangkan pengendalian internal yang akan
memberikan kepastian yang layak, tetapi bukan absolut, bahwa laporan keuangan disajikan
secara wajar.

b. Keterbatasan inheren, pengendalian internal tidak akan pernah bisa efektif 100%, tanpa
menghiraukan kecermatan yang di terapkan dalam perencanaan dan implementasinya.

Tanggung jawab pelaporan oleh manajemen menurut section 404

a. Rancangan pengendalian internal, manajemen harus mengevaluasi apakah pengendalian


internal telah di rancang dan di berlakukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang
material dalam laporan keuangan.

b. Efektifitas pelaksanaan pengendalian, untuk menentukan apakah pengendalian telah berjalan


seperti yang di rancang dan apakah yang dilakukan sudah efektif

Tanggung jawab auditor untuk memahami pengendalian internal


a. Pengendalian atas pelaporan keuangan, auditor berfokus pada pengendalian internal yang
berhubungan dengan perhatian manajemen yang pertama dalam pengendalian internal, yaitu
reliabilitas pelaporan keuangan.

b. Pengendalian atas kelas-kelas transaksi, auditor menekankan pengendalian internal atas


kelas-kelas transaksi bukan saldo akun.

• Tanggung jawab auditor untuk menguji pengendalian internal a. Untuk menyatakan pendapat
mengenai pengendalian internal

Komponen Pengendalian Intern

Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission (COSO)


memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian intern yang meliputi Lingkungan
Pengendalian (Control Environment). Penilaian Resiko (Risk Assesment). Prosedur Pengendalian
(Control Procedure). Pemantauan (Monitoring). serta Informasi dan Komunikasi (Information
and Communication).

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian perusahaan mencakup sikap para manajemen dan karyawan terhadap
pentingnya pengendalian yang ada di organisasi tersebut. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
lingkungan pengendalian adalah filosofi manajemen (manajemen tunggal dalam persekutuan atau
manajemen bersama dalam perseroan) dan gaya operasi manajemen (manajemen yang progresif atau
yang konservatif), struktur organisasi (terpusat atau ter desentralisasi) serta praktik kepersonaliaan.
Lingkungan pengendalian ini amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian
intern yang lain.

2.Penilaian Resiko (Risk Assesment)

Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti ada dalam suatu
aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan non profit) maupun non bisnis. Suatu
risiko yang telah di identifikasi dapat di analisis dan evaluasi sehingga dapat di perkirakan intensitas dan
tindakan yang dapat meminimalkannya.

3. Aktivitas Pengendalian (Control Activity)

Prosedur pengendalian ditetapkan untuk menstandarisasi proses kerja sehingga menjamin


tercapainya tujuan perusahaan dan mencegah atau mendeteksi terjadinya ketidakberesan dan
kesalahan. Prosedur pengendalian meliputi hal-hal sebagai berikut:

• Personil yang kompeten, mutasi tugas dan cuti wajib.


• Pelimpahan tanggung jawab
• Pemisahan tanggung jawab untuk kegiatan terkait.
Pemisahan fungsi akuntansi, penyimpanan aset dan operasional.

4. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan terhadap sistem pengendalian intern akan menemukan kekurangan serta


meningkatkan efektivitas pengendalian. Pengendalian intern dapat di monitor dengan baik
dengan cara penilaian khusus atau sejalan dengan usaha manajemen. Usaha pemantauan yang
terakhir dapat dilakukan dengan cara mengamati perilaku karyawan atau tanda-tanda
peringatan yang diberikan oleh sistem akuntansi.

Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok
dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan
besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem
pengendalian intern. Auditor independen juga sering melakukan penilaian atas pengendalian
intern sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan.

5. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari pengendalian intern
perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian, penilaian risiko, prosedur
pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen Winnebago pedoman operasional
dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum dan peraturan-peraturan yang berlaku pada
perusahaan.

Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat menggunakan
informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa dan kondisi yang
berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan eksternal.

Memahami dan mendokumentasikan pengendalian internal

 Memperoleh dan mendokumentasikan pemahaman tentang pengendalian intern


rancangan dan operasi
 Menilai risiko pengendalian
 Merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pengujian pengendalian
 Memutuskan risiko deteksi yang direncanakan dan pengujian substantif

Menilai resiko pengendalian

Menilai apakah laporan keuangan bisa diaudit (auditabelitas)


Ada 2 faktor utama yang menentukan auditabilitas, yaitu: Integritas manajemen dan catatan
akuntansi yang memadai.

 Menentukan penilaian risiko yang didukung pemahaman tentang pengendalian internal.


dengan asumsi pengendalian tersebut telah diikuti (diimplementasikan didalam
operasi)\
 Penggunaan matriks risiko pengendalian, untuk penilaian risiko pengendalian :

a. Mengidentifikasi tujuan audit

b. Mengidentifikasi pengendalian yang ada

c. Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit yang terkait

d. Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi signifikan, dan


kelemahan material.

Memutuskan resiko deteksi yang direncanakan

a. Menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit yang terkait dan mendukung
penilaian risiko pengendalian dengan pengujian pengendalian

b. Berdasarkan penilaian risiko pengendalian dan hasil pengujian pengendalian auditor


kemdian menentukan risiko deteksi yang direncanakan serta pengujian substantif atas laporan
keuangan dengan menghubungkan risiko pengendalian dan tujuan audit berkait saldo

c. Tingkat risiko deteksi untuk setiap tujuan audit yang berhubungan dengan saldo
kemudian diputuskan dengan menggunakan model risiko audit

Pelaporan pengendalian internal

 Sarbanes Oxley Act mengharuskan auditor membuat laporan audit mengenai


pengendalian internal atas laporan keuangan
 Auditor dapat mengeluarkan laporan terpisah atau gabungan laporan keuangan dan
pengendalian hal yg material sesuai prinsip-prinsip akuntansi
 Laporan auditor mengenai pengendalian internal harus mencakup 2 pendapat :

1. Pendapat auditor apakah manajemen telah menerapkan pengendalian secara efektif

2. Pendapat apakah perusahaan telah menyajikan laporan keuangan wajar dalam semua hal
yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.

Pengujian pengendalian
Pengujian pengendalian adalah prosedur untuk menguji efektifitas pengendalian dalam
mendukung penilaian risiko pengendalian yang lebih rendah.

Prosedur untuk pengujian pengendalian :

a. Mengajukan pertanyaan kepada personil klien yang tepat.

b. Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan.

c. Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian.

d. Melaksanakan kembali prosedur dengan klien.

Anda mungkin juga menyukai