Pola
4/4
Pola
6/8
Dalam
memberikan
aba-‐aba
ada
2
istilah
:
Ø Attack
inside
adalah
tekanan
pada
salah
satu
hitungan
dalam
pola
aba-‐aba,
untuk
memberikan
tanda
agar
orang
yang
diberi
aba-‐aba
jelas
dan
percaya
diri
untuk
mulai
bernyanyi
atau
bermain
musik.
Attack
inside
ini
terdapat
pada
satu
ketuk/satu
hitungan
sebelum
lagu
itu
dimulai.
Misalnya,
lagu
dimulai
pada
hitungan
ke-‐4,
attack
inside-‐nya
berada
pada
ketukan
ke-‐3.
Ø Attack
closing
adalah
tekanan
pada
gerakan
tangan
yang
fungsinya
untuk
menutup
komposisi
atau
lagu
yang
dinyanyikan
dengan
baik.
Biasanya
gerakan
Attack
closing
ini
meneruskan
pola
gerakan/ketukan
terakhir
pada
lagu
yang
ditahan.
Pola
-‐
pola
gerakan
harus
menrepresentasi
sebuah
ekspresi
lagu,
maka
itu
conductor
harus
paham
betul
tentang
karakteristik
dalam
setiap
gerakannya.
misalnya
:
• tempo
cepat
:
pola
gerakan
yang
dibawakan
harus
kecil
dengan
aksen/tekanan
yang
benar-‐benar
jelas.
• tempo
lambat
:
pola
gerakan
yang
dibawakan
besar,
mengalir,
dan
menggunakan
sedikit
aksen/tekanan
• lembut
:
pola
gerakan
yang
dibawakan
harus
kecil
(
ditambah
mimik
conductor
:
mata
sedikit
tertutup,
jari
telunjuk
kiri
ditempel
dimulut,
dsb..)
• keras
:
pola
gerakan
yang
dibawakan
besar
(
ditambah
mimik
conductor
:
mata
melotot,
tangan
kiri
mengepal,
dsb..)
v Memiliki
pengetahuan
tentang
alat
musik
Untuk
memperlancar
dalam
melatih
anggotannya,
seorang
conductor
harus
membekali
diri
dengan
pengetahuan
tentang
alat
musik.
Piano
/
organ
adalah
alat
musik
yang
tidak
asing
bagi
kita.
Seorang
conductor
mempunyai
pengetahuan
tentang
alat-‐alat
itu,
tahap
paling
dasar
adalah
conductor
harus
mengerti
isi
‘tuts’
1
oktaf
dalam
piano/organ.
Karena
ini
sangat
penting,
untuk
‘pathokan’
dalam
pengambilan
nada
dan
penyesuaian
tangganada
yang
dipakai.
v Menguasai
tentang
teknik
pernafasan
dan
pengolahan
suara
Pengetahuan
tentang
teknik
pernafasan
dan
pengolahan
suara
harus
dikuasai
oleh
seorang
conductor.
Apa
arti
sebuah
aba-‐aba
yang
benar
jika
kualitas
bernyanyi
dari
kelompok
yang
dipimpin
tidak
baik.
Seorang
conductor
harus
mempertimbangkan
hal
tersebut,
dan
untuk
dapat
mewujudkan
kualitas
yang
baik,
seorang
conductor
harus
melakukan
pembinaan
terhadap
kelompok
yang
dipimpinnya.
Teknik
pernafasan
1.
Pernapasan
Dada
2. Pernapasan Perut
3.
Pernapasan
Diafragma
Terjadi
apabila
sekat
rongga
badan
ikut
mengembang
sewaktu
menghirup
napas.
Sekat
ini
terletak
diantara
rongga
dada
dan
rongga
perut.
Pernapasan
diafragma
merupakan
cara
yang
efektif
untuk
bernyanyi
dan
tidak
mengganggu
organ
tubuh
lainnya.
Selain
itu
pernapasan
diafragma
dapat
memberi
dukungan
pada
suara
yang
dikeluarkan,
ambitus
suara
dapat
mencapai
wilayah
yang
maksimal.
Pengolahan
suara
Pengolahan
suara
sangat
penting
untuk
membangun
kualitas
padauan
suara
yang
baik,
karena
‘homogenitas’
dan
pesan
yang
dimuat
dalam
syair
lagu
akan
terdengar
oleh
pendengarnya.
Artikulasi
dan
resonansi
suara
sangat
mempengaruhi
kualitas
dalam
bernyanyi.
Artikulasi
Adalah
pelafalan
atau
pengucapan
huruf,
baik
huruf
hidup/vokal
juga
huruf
mati
(b,
c,
d,
f,…dst).
Huruf
hidup
adalah
nada
substain,
suara
vocal
yang
mengalir
bebas.
(a,
i,
u,
e,
o).
fungsi
artikulasi
disini
adalah
agar
kata-‐
kata/bahasa
dalam
lagu
disampaikan
dengan
jelas,
dan
agar
orang
yang
mendengarpun
mengerti
maksud
daripada
lagu
yang
disampaikan.
1.
Artikulasi
Huruf
Hidup
Pembentukan
huruf
hidup
tergantung
dari
sikap
rongga
mulut
terutama
lidah.
Terkadang
orang
Indonesia
masih
merasa
sulit
untuk
mengucapkan
pelafalan
‘a’,
maka
diperlukan
cara
untuk
insetting
‘a’.
Yaitu
dimulai
dengan
keras,
dimualai
dengan
didahului
‘h’,
‘m’,
‘n’
atau
memulainya
dengan
lembut.
Demikian
juga
dengan
huruf
‘e’
yang
singkat
dan
lemah
dalam
pelafalannya
harus
dengan
cara
tertentu
agar
diucapkan
dengan
jelas.
Selain
huruf
diatas
masih
dapat
dilafalkan
dengan
baik
oleh
orang
Indonesia.
Namun
juga
masih
terdapat
huruf
hidup
yang
gelap,
umlaut
(yang
ditemukan
dalam
lagu-‐lagu
bahasa
asing
seperti
Jerman)
dan
huruf
hidup
rangkap
yang
perlu
diperhatikan
pelafalannya.
Kesalahan-‐kesalahan
yang
perlu
dihindari
untuk
melafalkan
huruf
hidup
yang
rangkap
adalah
:
-‐
Jangan
berubah
kearah
satu
bunyi
saja,
misalnya
‘selesaaai’/’selesaiii’
-‐
Kedua
huruf
jangan
ditekan
satu
satu,
missal
‘selesa-‐i’/’dika-‐u’.
2.
Artikulasi
Huruf
Mati
Huruf
mati
dibedakan
dalam
dua
bentuk:
-‐
Huruf
mati
yang
bisu
(b
,c
,d
,f
,g
,h
,j
,k
,p
,s
,t
,kh
,sy.).
Beberapa
huruf
mati
yang
bisu
ada
yang
terjadi
karena
letusan
kedua
bibir
‘b’
dan
‘p’,
karena
letusan
lidah
yang
menekan
kuat
pada
akar
gigi
atas
‘d’
dan
‘t’,
karena
lidah
menekan
langi-‐langit
lunak
‘g’
dan
‘k’.
-‐
Huruf
mati
yang
bersuara
(l
,m
,n
,r
,v,
y
z
,ng.).
Huruf-‐huruf
ini
bila
diucapkan
mempunyai
gejala
resonansi
dan
merupakan
jembatan
antara
dua
huruf
hidup.
Huruf
mati
merupakan
huruf
bantu
untuk
huruf
hidup.
Terutama
huruf
bisu
pantas
diperhatikan
dengan
baik-‐baik,
karena
dalam
nyanyian
huruf
bisu
dapat
mematikan
bunyi
huruf
hidup.
Agar
ucapan
huruf
bisu
pada
akhir
kata
menjadi
serentak,
diperlukan
latihan
yang
teliti.
Dan
hendaknya
dilatih
dan
dibedakan
dengan
sejelas-‐jelasnya,
sehingga
menghasilkan
bunyi
masing-‐masing
yang
jernih.
Jangan
lupakan
adanya
pengaruh
bahasa
daerah
lainnya
yang
dapat
mempengaruhi
artikulasi
huruf-‐huruf
diatas.
Resonansi
(Teknik
Dengung)
Adalah
suatu
gejala
bunyi
kembali
dari
suatu
ruangan,
atau
gema
yang
timbul
karena
adanya
ruangan
yang
memiliki
dinding-‐dinding
yang
keras
sehingga
sanggup
memantulkan
suara.
Jadi
resonansi
bisa
disebut
juga
dengan
gema.
Tubuh
manusia
sebagai
anugrah
terbesar
Tuhan
pun
dapat
dipakai
sebagai
alat
resonansi.
Ruang
resonansi
ini
terdiri
dari
semua
ruangan
dalam
tubuh
manusia
(yang
berfungsi
sebagai
gendang)
terutama
bagian
atas
pita
suara
dan
rongga
kepala.
Perlu
diperhatikan
resonansi
yang
tepat
dan
baik
agar
dalam
pelaksanaan
menyanyikan
lagu
terjadi
resonansi
dalam
tubuh.
Bentuk
Resonansi
Vokal
Sebagai
Warna
Suara
:
1.
Resonansi
Dada
Ini
menambah
kaya
warna
suara
yang
dalam/dark
untuk
power,
kehangatan
dan
sensualitas.
Resonansi
ini
menciptakan
perasaan
yang
mendalam
dalam
vokal.
2.
Resonansi
Mulut
Digunakan
untuk
vocal
percakapan.
3.
Resonansi
Kepala
Ini
digunakan
untuk
vokal
yang
lembut.
Rongga-‐Rongga
Resonansi
Rongga
resonansi
ada
yang
dapat
diubah
bentuknya
namun
ada
juga
yang
tidak
dapat
diubah.
Rongga
yang
tidak
dapat
diubah
adalah
rongga
dahi,
rongga
tulang
baji,
rongga
tulang
saringan,
rongga
rahang.
Sedangkan
rongga
yang
dapat
diubah
adalah
rongga
tenggorokan,
rongga
mulut,
rongga
hidung.
Fungsi
dari
rongga
yang
dapat
diubah
adalah
menibulkan
perbedaan
warna
suara
dan
huruf
hidup.
Dua
hal
diatas
adalah
bekal
yang
sangat
penting
untuk
menjadi
seorang
dirigen/conductor.
Namun
dasar
utama
dari
semua
itu
adalah
kemampuan
membanguan
relasi
dengan
anggota
kelompok
yang
dipimpinnya.
wujud
kongkrit
dari
relasi
ini
adalah
kemampuan
anggota
kelompok
choir/orchestra
mampu
menangkap
maksud
dirigen/conductor
melalui
bahasa
isyarat,
sehingga
ekspresi
dan
penjiwaan
lagu
dapat
dibawakan
dengan
baik.
Daftar
Pustaka,
Prier
SJ,
K-‐E
,
1993,
Yogyakarta
:
Pusat
Musik
Liturgi
(PML)
Menjadi
dirigen
I,II,III
Pono
Banoe,
DR,
2007,
Yogyakarta
,
Kanisius.
Kamus
Musik
Marple,
Hogo
D.
(1972)
The
Beginning
Conductor.
New
York:
Ma
Graw
Hill
Book
Company
Jones,
George
Thadeus.
(
1974).
Music
Theory.
New
York:
Barner
Noble
Books.