Anda di halaman 1dari 2

Case studies of investment framework failure:

Garuda Indonesia’s Bankruptcy


The state air flag carrier Indonesia has made excessive investments to
procure 50 new aircraft from Boeing and an additional 10 units of Airbus by
funding from the debts. This study found that Garuda went bankrupt
because of excessive investment amplified by several mistakes in corporate
strategy malpractices. The strategy to procure hundreds of aircraft is fine
and precise, but some key persons took personal benefits from the
transactions. In 2009, Garuda started extraordinary contracts, and by 2021 it
was going into severe trouble. One of them that Garuda posted a deficit loss
to the owners of the parent company of US$ 4.16 billion or around Rp. 62.3
trillion (assuming an exchange rate of Rp. 14,993/US$) in 2021.
Analysis on the factors causing the phenomena such are:
1. Excessive investment amplified by several mistakes in corporate strategy
malpractices
2. Inefficient management due to the lack of ability, experience, skill, adaptive
attitude, and initiatives from the management
3. The abuse of authorities and frauds frequently done by the employees and
even the top management, which are very disadvantageous, especially if
related to the company’s finance

Studi kasus kegagalan kerangka investasi:


Kebangkrutan Garuda Indonesia
Maskapai penerbangan negara Indonesia telah melakukan investasi yang berlebihan
untuk pengadaan 50 pesawat baru dari Boeing dan tambahan 10 unit Airbus dengan
pendanaan dari utang. Studi ini menemukan bahwa Garuda bangkrut karena investasi
berlebihan yang diperkuat oleh beberapa kesalahan dalam malpraktik strategi
perusahaan. Strategi pengadaan ratusan pesawat memang bagus dan tepat, namun
beberapa orang kunci mengambil keuntungan pribadi dari transaksi tersebut. Pada
2009, Garuda memulai kontrak luar biasa, dan pada 2021 mengalami kesulitan besar.
Salah satunya Garuda membukukan kerugian defisit kepada pemilik induk perusahaan
sebesar US$ 4,16 miliar atau sekitar Rp. 62,3 triliun (dengan asumsi kurs Rp
14.993/US$) pada tahun 2021.
Analisis faktor-faktor penyebab fenomena tersebut antara lain:
1. Investasi berlebihan yang diperparah oleh beberapa kesalahan dalam malpraktik
strategi perusahaan
2. Manajemen yang tidak efisien karena kurangnya kemampuan, pengalaman,
keterampilan, sikap adaptif, dan inisiatif dari manajemen
3. Penyalahgunaan wewenang dan penyelewengan yang sering dilakukan oleh
karyawan bahkan manajemen puncak, yang sangat merugikan terutama jika
berkaitan dengan keuangan perusahaan

Daftar Acuan
Indrajit, R. E. (2013, Mei 23). Kerangka Investasi Gartner. E-Artikel Sistem dan Teknologi
Informasi, pp. 1 - 5.

Subiyanto, E. (June 2022). Excessive investment failure corporate strategy: A case study of
the bankruptcy of the state-owned Indonesia airline Garuda Indonesia. Case Studies
on Transport Policy - Elsevier, 1401-1406.

Sucherly, S. A. (2016). Analysis on the Factors Causing Airlines Bankruptcy: Cases in


Indonesia. International Journal of Management Sciences and Business Research, 25
- 40.

Anda mungkin juga menyukai