Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

ANEMIA
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III”

Dosen pembimbing: Ns. Jikrun Jaata, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :

1. Angga Firmansyah Ibrahim (02010010003)


2. Claudia Marsyanda Nakulo (02010010009)
3. Moh. Putra Afrizal Lomban (02010010046)
4. Agristiawati Ahmad (02010010002)
5. Della Simbuang (02010010010)
6. Intan Nuraini Djo’e (02010010014)
7. Nopita Manopo (02010010022)
8. Regina Eunike Mamelo (02010010037)
9. Putri Regina Gamri (02010010031)
10. Firlyansa Maksum (01909010098)
11. Ilfany Daeng (01909010025)

INSTITUT KESEHATAN & TEKNOLOGI GRAHA MEDIKA


KOTAMOBAGU
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat serta kasih sayang
dan karunia – Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan – Nya, sholawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada nabi besar muhammad SAW. Alhamdulillah berkat kemudahan
yang diberikan Allah SWT, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP
ANEMIA”

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan dan hambatan, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Kami berharap semoga
makalah “ASKEP ANEMIA” ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya, dan bagi para
pembaca pada umumnya. Kami sebagai penyusun sangat menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.

Kotamobagu, 03 Oktober 2022

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG........................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................
C. TUJUAN.............................................................................................................

BAB II.......................................................................................................................

A. PENGERTIAN...................................................................................................
B. PENYEBAB........................................................................................................
C. TANDA DAN GEJALA....................................................................................
D. PATOFISIOLOGI.............................................................................................
E. KOMPLIKASI...................................................................................................
F. PENHGOBATAN..............................................................................................
G. PENCEGAHAN.................................................................................................
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM.............................................................

BAB III......................................................................................................................

A. PENGKAJIAN...................................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.......................................................................
C. INTERFENSI.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I

A. LATAR BELAKANG

Anemia merupakan keadaan di mana terjadinya penurunan jumlah sel darah merah atau
penurunan konsentrasi sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam
sirkulasi darah. Anemia terjadi apabila jumlah sel darah merah berkurang. Dengan
berkurangnya hemoglobin atau darah merah tadi, tentu kemampuan sel darah merah
untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh berkurang. Akibatnya, tubuh

kita kurang mendapatkan pasokan okssigen, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat
lelah.

Remaja sangat rentan menderita anemia khusunya kurang zat besi. Diperkirakan 25%
remaja Indonesia mengalami anemia. Meski tidak menular namun anemia sangat
berbahaya karena bisa mempengaruhi derajat kesehatan calon bayinya kelak.

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia. Bahkan WHO
menyebutkan bahwa anemia marupakan 10 masalah terbesar, namun begitu kemajuan dan
penurunan angka kejadian (prevalensi) masih dinilai sangat rendah. Defisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia di dunia (50 – 80%). Pada remaja data prevalensi
anemia di dunia diperkirakan 46%, sedangkan dari laporan depkes prevalensi anemia
pada remaja putri di indonesia 30% dan pria 21%.

Gizi seimbang bagi remaja adalah makanan yang dikonsumsi remaja yang mengandung
zat sumber tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur serta beraneka ragam jenisnya.
Kecukupan gizi remaja akan terpengaruhi dengan pola makan yang beragam dan gizi
seimbang. Modifikasi menu dilakukan terhadap jenis olahan pangan dengan
memperhatikan jumlah dan sesuai kebutuhan gizi pada usia tersebut di mana sangat
membutuhkan makanan yang sangat bergizi.

Sumber utama zat besi adalah pangan hewani (besi heme), seperti : hati, daging (sapi dan
kambing), unggas (ayam, bebek, burung), dan ikan. Zat besi dalam sumber pangan
hewani (besi heme) dapat diserap tubuh antara 20 – 30%. Pangan nabati (Tumbuh –
tumbuhan) juga mengandung zat besi (besi non heme) namun jumlah zat besi yang
diserap oleh usus jauh lebih sedikit dibanding zat besi dari bahan makanan hewani.

Zat besi non heme (pangan nabati) yang dapat diserap oleh tubuh adalah 1 – 10%. Contoh
pangan nabati sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau tua (bayam, singkong,
kangkung) dan kelompok kacang – kacangan (tempe, tahu, kacang merah). Masyarakat
indonesia lebih dominan mengkonsumsi zat besi yang berasal dari nabati.

Anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut world Health
Organization (WHO), prevalensi anemia dunia berkisar 40 – 88%. Menurut WHO, angka
kejadian anemia pada remaja putri di negara – negara berkembang sekitar 53,7% dari
semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri disebabkan karena keadaan
sttress, haid, atau terlambat makan.

Hasil survei konsumsi makanan individu oleh kementrian kesehatan republik indonesia
menunjukan bahwa 97,7% penduduk indonesia mengkonsumsi beras (dalam 100gr beras
mengandung 1,8 mg zat besi). Oleh karena itu, secara umum masyarakat indonesia rentan
menderita anemia gizi besi (AGB).

Banyak yang mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, yakni siklusnya tidak
memiliki pola tertentu. Mungkin pada awalnya siklus menstruasinya lebih dari 35 hari,
namun kemudian akan timbul pendarahan menstruasi di luar siklus menstruasi normal.

Angka anemia gizi besi di indonesia sebanyak 72,3%. Kekurangan besi pada remaja
mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunya konsentrasi belajar.
Penyebabnya, antara lain : tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, tingkat
pengetahuaan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya
menstruasi. Jumlah penduduk usia remaja (10 – 19 tahun) di indonesia sebesar 26,2%
yang terdiri dari 50,9% laki – laki dan 49,1% perempuan. Selain itu, berdasarkan hasil
riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di indonesia yaitu 21,7% dengan penderita
anemia umur 5 – 14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur 15-24 tahun.

Proses belajar mengajar di sekolah pada dasarnya berlangsung demi meningkatkan makna
kehidupan manusia. Bukti penelitian menyokong bahwa zat besi memegang peran
penting dalam perkembangan sistem saraf pusat. Bila terjadi deplesi besi selama proses
perkembangan susunan saraf terutama pada masa bayi akan mengakibatkan gangguan
kognitif yaitu control motoric, memori, dan perhatian, rendahnya prestasi sekolah,
meningkatnya problem tingnkah laku dan disiplin.

Penelitian yang dilakukan apreliya lorencya sirait di SMP kristen 1 surakarta menemukan
adanya hubungan antara tingkat konsumsi zat besi dan pola menstruasi dengan kejadian
anemia pada remaja putri. Penelitian di india yang dilakukan oleh Thomas, Chandra, Jein
dan Pemde (2015) menemukan bahwa defisiensi zat besi serta menstruasi berhubungan
dengan kejadian anemia pada remaja.

Besarnya masalah kejadian anemia pada remaja putri di sumatera utara sendiri belum
dilaporkan. Kebanyakan remaja putri di usia sekolah cenderung kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, serta pada usia remaja, pola
menstruasi pada remaja cenderung mengalami ketidak teraturan. Kurangnya asupan
zat besi dan pola menstruasi remaja yang tidak normal pun pada akhirnya memicu
terjadinya anemia pada remaja.
Remaja pada umumnya lebih memilih untuk jajan di sekolah daripada sarapan di
rumah. Jajanan di sekolah yang mereka beli tidak mampu mencukupi tingkat
konsumsi zat besi yang dibutuhkan oleh remaja. Mereka juga mengaku tidak pernah
mengkonsumsi tablet Fe, bahkan tidak mengetahui tentang tablet Fe. Selain itu,
remaja pada umumnya tidak perduli apakah yang mereka konsumsi mampu
memenuhi zat gizi yang mereka butuhkan, apakah menstruasi mereka lebih lama dari
pada kondisi normal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian anemia?
2. Bagaimana penyebab anemia?
3. Apa gejala dan gejala anemia?
4. Apa patofisiologi anemia?
5. Apa komplikasi anemia?
6. Apa cara pengobatan anemia?
7. Apa pencegahan anemia?
8. Apa pemerikaan lab anemia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang pengertian anemia
2. Untuk mengetahui tentang penyebab anemia
3. Untuk mengetahui tentang gejala dan gejala anemia
4. Untuk mengetahui tentang patofisiologi anemia
5. Untuk mengetahui tentang komplikasi anemia
6. Untuk mengetahui tentang cara pengobatan anemia
7. Untuk mengetahui tentang pencegahan anemia
8. Untuk mengetahui tentang pemerikaan lab anemia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN

Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam tubuh
seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin yang berarti juga
minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Apabila oksigen dalam tubuh berkurang maka
orang tersebut akan menjadi lemah, lesu dan tidak bergairah. Indikasinya penyakit ini
bisa diketahui dengan memeriksa kelopak mata bawah bagian dalam, ujung kuku,
tangan dan kaki, jari – jari tangan dan mukosa mulut. Menurut WHO (1997)
seseorang dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin pada laki – laki dewasa < 13
g/dl, pada anak umur 12 – 13 dan wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl, pada umur 6
bulan sampai 5 tahun dan wanita hamil < 11 g/dl. Pada anak umur 5 – 11 tahun
dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin < 11,5 g/dl.

Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai adalah anemia akibat


kekurangan zat besi (Fe). Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang intake
unsur zat besi ke dalam tubuh melalui makanan, karena gangguan absorbsi, gangguan
penggunaan atau terlalu banyak zat besi yang keluar dari badan, misalnya pada
pendarahan. Keperluan zat besi akan bertambah dalam kehamilan, terutama dalam
triimester II hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan janin yang dikandung oleh
ibu.

Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb), hematokrit, dan sel
darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah satu
atau beberapa unsur makanan yang esensial. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi
zat besi, asam folat, dan/atau vitamin B12.

B. PENYEBAB
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi,
gannguan absorpsi serta kehilangan besi akibat pendarahan menahun :
1. Kehilangan besi sebagai akibat pendarahan menahun berasal dari :
- Saluran cerna : akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID,
kanker lambung, kanker colon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing
tambang.
- Saluran genitalia perempuan : menorrhagia, atau metrorhagia
- Saluran kemih : hematuria - Saluran nafas : hemoptoe
2. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas
besi (bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin
C , dan rendah daging).
3. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
4. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.

Pada orang dewasa anemia defisiensi besi yang dijumpai di klinik hampir indentik
dengan pendarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang
sebagai penyebab utama. Penyebab pendarahan paling sering pada laki-laki ialah
pendarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena infeksi cacing
tambang. Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena
meno-metrorhgia.

Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada banyak keadaan klinis. Setelah
gastrektomi parsial atau total, asimilasi zat besi dari makanan terganggu, terutama
akibat peningkatan motilitas dan by pass usus halus proximal, yang menjadi tempat
utama absorpsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga
dapat menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum proximal
ikut terlibat. Kadang-kadang anemia defisiensi zat besi merupakan pelopor dari
radang usus non tropical (celiac sprue).
Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi:
a) Wanita menstruasi
b) Wanita menyusui atau hamil karena peningkatan kebutuhan zat besi
c) Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat
d) Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan
e) daging dan telur selama bertahun-tahun. Menderita penyakit maag.
f) Penggunaan aspirin jangka panjang
g) Kanker kolon
h) Vegetarian karena tidak makan daging, akan tetapi dapat digantikan dengan
i) brokoli dan bayam.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Periksa perubahan warna kulit. Meskipun memiliki warna kulit yang
cenderung gelap, gejala anemia masih mudah untuk dikenali dengan melihat
perubahan warna kulit wajah atau bibir kulit yang terlihat pucat seperti orang
yang sedang sakit meski tubuh dalam keadaan sehat.
2. Sesorang yang memiliki anemia, cenderung lebih sering mengalami rasa lelah
dan memiliki perasaan yang sensitif (mudah tersinggung).
3. Terkadang beberapa diantaranya ada yang mengalami sakit kepala hingga
kehilangan nafsu makan.
4. Terkadang suka sembelit yang terjadi dalam waktu yang cukup lama atau terus
– menerus hingga kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini juga yang menjadi
gejala dari sembelit.
5. Sulit berkonsentrasi merupakan salah satu gejala anemia yang cukup
mengganggu. Kesulitan dalam berkonsentrasi dapat mempengaruhi kinerja
dan pekerjaan.
6. Penurunan nafsu makan, namun terkadang tiba – tiba memiliki nafsu makan
yang berlebih hingga menimbulkan suatu gangguan dalam sistem metabolisme
tubuh.
7. Anemia juga dapat mempengaruhi psikologis seperti suasana hati dan emosi
yang mudah mengalami stress atau depresi, karena anemia dapat memberi
pengaruh yang cukup kuat terhadap emosi dan mood.
8. Mengalami sesak nafas, hal ini disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang
berkurang. Sel darah merah merupakan bagian yang sangat penting bagi
sistem pernafasan. Sesak nafas umumnya dialami pada mereka yang menderita
anemia sedang hingga berat.
9. Beberapa di antaranya ada yang mengalami kedinginan pada salah satu
anggota tubuh yang dirasakan yang disebabkan oleh aliran darah yang tidak
lancar akibat anemia. Bagian tubuh yang sering merasakan kedinginan adalah
telapak tangan/kaki.
10. Sering merasa cepat lelah dan pusing. Gejala ini umunya dirasakan saat
bangun dari tidur atau saat hendak berdiri karena terlalu lama duduk dan
pusing jika berdiri terlalu lama.
Umumnya mereka yang mengalami sakit anemia, mudah sekali untuk dikenali dan
dilihat secara fisik oleh mata. Untuk mengetahui sendiri apakah terserang sakit
anemia atau tidak adalah dengan cara mengecek warna kulit pada kantung mata
bagian dalam bawah. Jika terdapat warna kurang merrah berarti anda dapat
dikatakan mengalami anemia.

D. PATOFISOLOGI
1. METABOLISME BESI
Besi merupakan trace element yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk
pembentukan hemoglobin, mioglobin dan berbagai enzim. Besi di alam terdapat
dalam jumlah yang cukup berlimpah. Dilihat dari segi evolusinya alat penyerapan
besi dalam usus, maka sejak awal manusia dipersiapkan untuk menerima besi
yang berasal dari sumber hewani, tetapi kemudian pola makanan berubah di mana
sebagian besar berasal dari sumber nabati, tetapi perangkat absorpsi besi tidak
mengalami evolusi yang sama, sehingga banyak menimbulkan defisiensi besi.
2. KOMPOSISI BESI DALAM TUBUH
Besi terdapat dalam berbagai jaringan dalam tubuh :
a. Senyawa fungsional, yaitu besi yang membentuk senyawa yang berfungsi
dalam tubuh
b. Besi cadangan, senyawa besi yang dipersiapkan bila masukan besi
berkurang
c. Besi transport, yaitu besi yang berikatan dengan protein tertentu dalam
fungsinya untuk mengangkut besi dari satu kompartemen ke kompartemen
lainnya.
Besi dalam tubuh tidak pernah dalam bentuk logam bebas (free icon), tetapi selalu
berikatan dengan protein tertentu. Besi bebas akan merusak jaringan, mempunyai
sifat seperti radikal bebas.

1. Senyawa besi fungsional


Hemoglobin 2300 mg
Mioglobin 320 mg
Enzim - enzim 80 mg
2. Senyawa besi transportasi
Transferin 3 mg
3. Senyawa besi cadangan
Feritinin 700 mg
hemosiderin 300 mg

Total 3803 mg

Tabel 1. Kandungan besi seorang laki-laki dengan BB 75 kg

Tabel1. menggambarkan komposisi besi pada seorang laki-laki dengan berat


badan 75 kg. Jumlah besi pada perempuan pada umumnya lebih kecil oleh karena
massa tubuh yang juga lebih kecil.
3. ABSORPSI BESI
Tubuh mendapatkan masukan besi yang berasal dari makanan dalam usus. Untuk
memasukkan besi dari usus ke dalam tubuh diperlukan proses absorpsi. Absorpsi
besi paling banyak terjadi pada duodenum dan jejunum proksimal, disebabkan
oleh struktur epitel usus yang memungkinkan untuk itu. Proses absorpsi besi
dibagi menjadi 3 fase :
1. Fase luminal : besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap
diserap di duodenum
2. Fase mukosal : proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu
proses yang aktif.
3. Fase korporeal : meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi
oleh sel-sel yang memerlukan serta penyimpanan besi (storage).
a. Fase luminal
Besi dalam makanan terdapat 2 bentuk yaitu : . Besi heme : terdapat dalam
daging dan ikan, absorpsi tinggi, tidak dihambat oleh bahan penghambat sehingga
mempunyai bioavailabilitas tinggi. . Besi non-heme : berasal dari sumber tumbuh-
tumbuhan, absorpsi rendah, dipengaruhi oleh bahan pemacu dan penghambat
sehingga bioavailabilitasnya rendah. Yang tergolong sebagai bahan pemacu
absorpsi besi adalah “meat factors” dan vitamin C, sedangkan yang tergolong
sebagai bahan penghambat ialah tanat, phytat, dan serat (fibre). Dalam lambung
karena pengaruh asam lambung maka besi dilepaskan dari ikatannya dengan
senyawa lain. Kemudian terjadi reduksi dari besi bentuk feri ke fero yang siap
untuk diserap.
b. Fase mukosal
Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum dan jejenum
proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat kompleks.
Dikenal adanya mucosal block, suatu mekanisme yang dapat mengatur
penyerapan besi melalui mukosa usus.
c. Fase korporeal
Besi setelah diserap oleh eritrosit (epitel usus), melewati bagian basal epitel
usus, memasuki kapiler usus, kemudian dalam darah diikat oleh apotransferin
menjadi transferin. Transferin akan melepaskan besi pada sel RES melalui proses
pinositosis. Banyaknya absorpsi besi tergantung pada
1. Jumlah kandungan besi dari makanan
2. Jenis besi dalam makanan : besi heme atau besi non-heme
3. Adanya bahan penghambat atau pemacu absorpsi dalam makanan
4. Kecepatan eritropoesis
4. SIKLUS BESI DALAM TUBUH
Pertukaran besi dalam tubuh merupakan lingkaran yang tertutup yang diatur oleh
besarnya besi yang diserap usus, sedangkan kehilangan besi fisiologik bersifat
tetap. Besi yang diserap setiap hari berkisar antara 1-2 mg, ekskresi besi terjadi
dalam jumlah yang sama melalui eksfoliasi epitel. Besi dari usus dalam bentuk
transferin akan bergabung dengan besi yang dimobilisasi dari makrofag dalam
sumsum tulang sebesar 22 mg untuk dapat memenuhi kebutuhan eritropoesis
sebanyak 24 mg/hari. Eritrosit yang terbentuk secara efektif yang akan beredar
melalui sirkulasi memerlukan esi 17 mg, sdeangkan besi sebesar 7 mg akan
dikembalikan ke makrofag karena terjadinya hemolisis infektif (hemolisis
intramedular). Besi yang dapat pada eritrosit yang beredar, setelah mengalami
proses penuaan juga akan dikembalikan pada makrofag sumsum tulang sebesar 17
mg. Sehingga dengan demikian dapat dilihat suatu lingkaran tertutup (closed
circuit) yang sangat efisien.
E. KOMPLIKASI
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa saja mengalami
beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas akibat mudah
lelah.Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal jantung. Gangguan pada
paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu anemia juga dapat memicu
terjadinya komplikasi kehamilan, seperti melahirkan premature, atau bayi terlahir
dengan berat badan rendah serta resiko kematian akibat perdarahan saat
melahirkan. Penderita anemia juga rentan mengalami infeksi dan akan terjadi
gangguan tumbuh kembang apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (Josephine
D, 2020). Anemia merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul
bersamaan pada seseorang) yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung
sementara penyebabnya belum diketahui (Hendrata C, 2010).
F. PENGOBATAN
Mengobati penderita anemia sesuai dengan jenis anemia yang diderita. Banyak
penyebab banyak juga perawatan yang tersedia.
1. Penderita anemia aplastik, akan memerlukan konsumsi obat-obatan,
transfusi darah, atau transplantasi sumsum tulang.
2. Pada penderita anemia hemolitik, memerlukan obat yang menunjang
sistem kekebalan.
3. Penderita anemia yang disebabkan oleh kehilangan darah, kemungkinan
akan menjalani operasi untuk menemukan dan memperbaiki pendarahan.
Disarankan untuk mengkonsumsi suplemen zat besi dan mengubah pola
makan.
4. Penderita anemia sel sabit, akan mengkonsumsi obat pereda rasa sakit,
suplemen asam folat, antibiotik intermiten atau terapi oksigen.
5. Pengobatan penderita thalasemia biasanya tidak memerlukan pengobatan,
namun jika kasus parah, harus menjalani transfusi darah, transplantasi
sumsum tulang, atau pembedahan.
G. PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian
suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Promosi kesehatan,
pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama di
dalam pencegahan primer. Dalam hal ini pencegahan primer ditujukan kepada ibu
hamil yang belum anemia. Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau menunda
terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah
berkembangnya faktor risiko.Pencegahan primer meliputi
a. Edukasi (penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti memberikan
nutrition education berupa dorongan agar ibu hamil mengkonsumsi bahan
makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah
minimal selama 90 hari. Edukasi tidak hanya diberikan pada saat ibu hamil,
tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum
peristiwa melahirkan. Selain itu, petugas kesehatan juga dapat berperan
sebagai konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai
cara mencegah anemia pada kehamilan.
Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan intake Fe
yang berhasil hanya jika individu mematuhi aturan konsumsinya. Banyak
faktor yang mendukung rendahnya tingkat kepatuhan tersebut, salah satunya
adalah efek samping yang tidak nyaman dari mengkonsumsi Fe adalah melalui
pendidikan tentang pentingnya suplementasi Fe dan efek samping akibat
minum Fe.
b. Suplementasi Fe (Tablet besi)
Anemia defisiensi besi dicegah dengan memelihara keseimbangan antara
asupan Fe dan Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk memelihara keseimbangan
ini bervariasi antara satu wanita dengan yang lainnya tergantung pada riwayat
reproduksi. Jika kebutuhan Fe tidak cukup terpenuhi dari diet makanan, dapat
ditambah dengan sumplemen Fe terutama bagi wanita hamil dan masa nifas.
24 suplemen besi dosis rendah (30 mg/hari) sudah mulai diberikan sejak
kunjungan pertama ibu hamil.
c. Fortifikasi makanan dengan zat besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara
terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai negara. Fortifikasi
makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan defisiensi besi. Produk
makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang
terbuat dari jagung dan bubur jagung serta beberapa produk susu.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan
deteksi untuk menemukan status patogenik setiap individu di dalam populasi.
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit
menuju suatu perkembangan kearah kerusakan atau ketidakmampuan. Dalam hal
ini pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil
yang sudah mengalami gejala – gejala anemia atau tahap pethogenesis yaitu mulai
pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau
gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan diantaranya adalah :
a. Skrining diperlukan untuk memodifikasi kelompok wanita yang harus diobati
dalam mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita hamil harus dilakukan
skrining pada kunjungan I dan rutin pada setiap trimester.skrining dilakukan
dengan pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil
anemia atau tidak. Jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan,
sedang, atau berat. Selain itu, juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan
gejala yang mendukung seperti tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa
berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, tenaga kesehatan dapat memberikan
tindakan yang sesuai dengan hasil tersebut. Jika anemia berta ( Hb < 9 g/dl
dan Hct < 27%) harus dirujuk kepada dokter ahli yang berpengalaman untuk
mendapat pertolongan medis.

b. Pemberian terapi dan tablet Fe


Jika ibu hamil terkena anemia, maka dapat ditangani dengan memberikan
terapi oral dan parenteral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu
Hamil ke rumah sakit untuk diberikan transfusi (jika anemia berat).

3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala ketidakmampuan
dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidak mampuan
sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Dalam hal ini pencegahan tersier
ditujukan kepda ibu hamil yang mengalami anemia yang cukup parah dilakukan
untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk
memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah
serangan ulang dan memperpanjang hidup. Contoh pencegahan tersier pada
anemia ibu hamil diantaranya yaitu :
a. Memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin
b. Mengeliminasi faktor risiko intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu hamil,
tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi
makanan yang adekuat setelah persalinan.
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : kadar Hb menurun. Karena terjadi kekurangan Fe, sedang Fe diperlukan
untuk sintesis Hb, maka yg pertama menurun adalah kadar Hb. Biasanya di bawah
10 g%
Jumlah eritrosit : bisa normal atau sedikit menurun.
MCHC : menurun, akan tampak eritrosit yang pucat ( hipokrom);
MCH : bisa normal atau sedikit menurun. Bila anemia bertambah berat, eritrosit
akan mengecil (mikrositer).
Pemeriksaan morfologi darah depi dimana ditemukan Eritrosit hipokrom
mikrositer kadang dpt ditemukan ovalosit dan sel target
Retikulosit menurun
Trombosit dan leukosit normal
Pada pemeriksaan sumsum tulang dapat ditemukan keadaan hiperplasi sistem
eritropoiesis, Normoblast berukuran lebih kecil, sitoplasmanya lebih sedikit dan
warnanya lebih biru. Sideroblast negatif atau sangat berkurang
Kimia darah yang dapat diperiksa yaitu Feritin/Fe serum dengan kadar yang
menurun, penurunan ini terjadi sebelum timbul gejala anemia. TIBC (Total Iron
Binding Capacity) meningkat, dan pemeriksaan hemosiderin dapa pemeriksaan
sumsum tulang yang negatif
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien

Naman : Tn. A

Umur : 30 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Poyowa

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku : Mongondow

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wirasuasta

2. Keluhan Utama

Klien mengeluh pusing, lemah, gemetaran, pucat, akral dingin semakin beraktifitas
semakin merasa lelah

3. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengatakan masuk Rs dengan keluhan keletihan, kelemahan, pusing


gemetaran, kemampuan beraktivitas menurun, klien juga mengatakan sudah sering
merasa lelah sejak sebulan yang lalu dan mengalami penurunan berat badan

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya tetapi sebulan
yang lalu melakukan checkup di praktek dokter

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan kakeknya sering mengalami anemia

6. Pola Aktifitas Sehari-hari

ADL Di Ruumah Di Rumah Sakit

Pola Makan: Makan:


pemenuhankebutuhan
Nafsu makan menurun Porsi makan dirumah
nutrisi dan cairan
selama sebulan yang sakit tidak habis,
(makan dan minum)
lalu makan hanya hanya 4 sendok
habis ¼ porsi 3x makan
sehari, jenis makanan
Minum:
berupa nasi sayur dan
ikan serta
sering Minum air putih 4-5
mengalami maual dan gelas perhari.
muntah Terpasang infus NaCl
dengan 20/menit.
Minum:

Pasien mengalami
Minum air putih habis 7-
penurunan berat bada
8 gelas/hari dan juga
20%
minum kopi.

Pola eliminasi BAK dan BAK: BAK:


BAB
Pasien mengatakan BAK Pasien BAK 4-5
4 kali sehari, warna
BAB;
kuning jernih, bau
khas urine, kurang Pasien mengatakan
dari 1 gelas belum pernah BAB
selama di Rs.
BAB:

Pasien mengatakan BAB


2 hari sekali dengan
konsistensi lunak,
berwarna kuning.

Pala istirahat dan tidur Pasien tidur selama 5 jam Pasien mengatakan tidur
pada malam hari dan selama 8 jam pada
2-4 jam pada siang malam hari dan 3-5
hari. Pasien menheluh jam pada siang hari
tidur tidak nyenyak pasien masi mengeluh
karena sering lemah
terbangun karena
merasa sakit kepala.

Pola kebersihan diri Pasien mengatakan Menggunakan air hangat


mandi 2x sehari tanpa tanpa sabun dan
bantuan, pasien dengan bantuan
mencuci rambut setia keluarga, pasien
2 hari sekali kuku mengganti pakaian 2x
tampaka bersih dan sehari.
mengganti pakaian 2x
sehari.

7. Riwayat Psikologis

Pasien mengatakan cemas dengan penyakitnya.

8. Riwayat Sosial

Pasien sangat komperatif dan mudah bergaul.

9. Riwayat Spritual

Pasien mampu melaksanakan ibadah dengan duduk/tidur di tempat tidur.

10. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum: Compos mentis.
b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan sebelum sakit: Pasien mengatakan saat periksa ke praktek dokter
mengatakan tekanan darahnya 90/70mmhg.

Pemeriksaan saat pengkajian: Td:90/60mmhg N:54x/m R:17x/m SB:36c.

c. Pemeriksaan mata

Inspeksi: mata simetris, mata cowong, tidak terdapat ptosis, tidak terdpat
perdangan, tidak terdapat benjolan bulu mata tidak rontok, pupil ishokor,
kongjungtiva anemis sclera tidak ikterik , iricsi coklat, gerak bola mata lemah,

Palpasi: tidak ada nyri tekan.

d. Pemeriksaan mulut

Inspeksi: Simetris, bersih, tidak ada benjolan bibir pucat, stomatitis

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.

e. Pemeriksaan Hidung

Inspeksi: Tidak ada kelainan bentuk hidung, tidak terdapat pernfasan cuping
hidung, tidak terdapat perdarahan, tidak terdapat pembengkakan, dan tidak
terdapat polip dan kotoran.

Palpasi: Tidak ada nyeri tekan.

f. Pemeriksaan Telinga

Inspeksi: Tidak terdapat lesi, tidak terjadi perdangan, tidak ada pendarahan,
dan tidak ada kotoran.

Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan.

g. Pemeriksaan Kepala dan Leher

Inspkesi: Bentuk kepala normal tidak terdapat hidrosepalus tidak terdapat luka
tidak terdapat pendarahan.

Palpasi: Tidak Terdapat nyeri tekan


Leher

Inspeksi: tidak ada masa, tidak terdapat pebengkakan kelenjar limfe, tidak ada
pembengkakan tiroid tida ada pembengkakan vena jugularis.

Palpasi: tidak ada nyeri tekan.

h. Pemeriksaan Thoraks

Jantung

Inspeksi:

Perkusi: tidak terdapat kelainan.

Palpasi: tida ada nyeri tekan.

Auskultasi: bunyi jantung 1: reguler, tunggal (LUB). Bunyi jantung 2 :


reguler, tunggal (DUP). Denyut nadi 80x/m.

Paru-Paru

Inspeksi: bentuk pigions chest, tidak terdapat retraksi intercosta, tidak ada
batuk RR 24x/m.

Perkusi: area paru sonor, tidak terdapat kelaian.

Palpasi: tidak ada nyeri tekan.

Auskultasi: suara nafas fisukilar. Tidak ada suara tambahan.

i. Pemeriksan Abdomen

Inspkesi: bentuk sedikit cekung, warna sama dengan kulit di sekitar, tidak
tedapat penonjolan.

Palpasi: tidak terdapat pembesaran dan penonjolan, pada hepar tidak teraba
masa
Auskultasi: bising usus 15x/m.

Perkusi: redup.

j. Pemeriksaan Genetalia

Inspeksi: rambut pubis bersih, tidak terdapat lesi, tidak terdapat eritema,
perdarahan tidak ada, uring berwarna kuning jernih.

k. Pemeriksaan kulit /integumen

Mukosa pucat, kering dan keriput CRT > 8 detik.

f. Ekstremitas

Kelemahan dalam beraktifitas, terdapat pucat pada membrane mukosa dan


dasar kuku, kuku mudah patah

11. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik

Labolatorium: Hb 9g/dl, albumin 3,0g/dl.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Keletihan b/d kondisi fisiologis anemia
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
3. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mengobsursi makanan
C. INTERVENSI

DIAGNOSA SLKI SIKI


Tingkat keletihan membaik
Keletihan b/d kondisi Manajemen Energi
(L.02011
fisiologis anemia
Observasi
(D.0057) Setalah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam - Identifikasi gangguan
diharapkan ekspetasi fungsi tubuh yang
menurun dengan kriteria mengakibatkan kelelahan
hasil - Monitor kelelahan fisik
dan emosional
 Verbalisasi
kepulihan energi - Monitor pola dan jam
meningkat tidur
 Tanaga meningkat - Monitor lokasi dan
 Kamampuan ketidaknyamanan selama
melakukan aktifitas melakukan aktivitas
rutin meningkat
Terapeutik
 Motivasi meningkat
 Verbalisasi lelah - Sediakan lingkungan
menurun nyaman dan rendah
 Lesu menurun stimulus
 Gangguan - Lakukan latihan tentang
kesentrasimenurun gerak pasif dan/atau aktif
 Sianos menurun - Berikan aktivitas distraksi
 Selera makan yang menenangkan
membaik - Fasilitasi duduk di sisi
 Pola nafas dan pola tempat tidur, jika tidak
istirahat membaik dapat berpindah atau
berjalan

Edukasi

- Anjurkan tirah baring


- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkanmenghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

Intoleransi aktivitas b/d Toleransi Aktivitas Terapi aktivitas (I.05186)


kelemahan (D.0056) (L.05047)
Observasi:
Setelah dilakukan tindakan
- Identifikasi defisit
selam 1x24 jam
tingkat aktivitas
diharapakn ekspetasi
- Identifikasi kemampuan
toleransi aktifitas
berpartisipasi dalam
mingkat dengan Kriteria
aktivitas tertentu
Hasil
- Identivikasi sumber daya
 Frekuensi nadi
meningat untuk aktifitas yang
 Keluhan Lemah diinginkan
menurun
 Warna kulit - Identifikasi strategi
membaik meningkatkan partisipasi
dalam aktifitas
- Identifikasi makna
aktivitas
rutin(mis.bekerja) dan
waktu luang
- Monitor respons
emosional, fisik, sosial,
dan spiritual terhadap
aktifitas

Terapeutik

- Fasilitasi fokus pada


kemampuan, bukan
defisit yang dialami
- Sepakati komotmen
untuk meningkatkan
frekwensi dan rentang
aktifitas
- Fasilitasi memilih
aktifitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
kosisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan sosial.
- Koordinasikan
pemilihan aktifitas
sesuai usia
- Fasilitasi makna
aktifitas yang di pilih

Edukasi

- Jelaskan metode
aktifitas fisik sehari-hari,
jika perlu
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yg di pilih
- Anjurkan melakukan
aktifitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
- Anjurkan ter;libat dalam
aktifitas kelopok atau
terapi, jika sesuai

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
terapis okupasif dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktifitas, jika sesusai
- Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu

Defisit nutrisi b/d ketidak Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
mampuan mengobsursi
Setelah dilakukan tindakan Observasi
makanan (D.0019)
1x24 jam hiharapkan  Identifikasi status
nutrisi
status nutrisi membaik
 Identifikasi alergi dan
dengan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan
Kriteria Hasil yang disukai
 Monitor asupan
 Porsi makan makanan
meningkat  Monitor berat badan
 Perasaan cepat  Monitor hasil
kenyang menurun pemeriksaan
 Berat badan laboratorium
membaik
Teraupetik
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet
 Berikan suplemen
makanan

Edukasi
 Anjurkan posis
duduk jika perlu
 Ajarkan diet yang di
programkan

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan

Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menuntukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru W. Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi kelima.
Jakarta. Interna Publishing.
2. Bakta, IM. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. Hoffbrand, AV. et all. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta. Penerbit
buku kedokteran EGC.
4. Mansjoer, Arif . et all. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi Ketiga.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tim pokja Standar Intervensi Keperawatan Indonesia DPP PPNI
Tim pokja Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia DPP PPNI
Tim pokja Standar Luaran Keperawatan Indonesia DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai