Anda di halaman 1dari 28
BABIL ‘TINJUAN UMUM TENTANG REDUCING EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION (REDD) A. Perkembangan Hukum Lingkungan Internasional Untuk Mengatasi Perubahan Iidim Dalam dua dekade terakhir ini kesadaran global akan perlunya Kebersamaan masyarakat dunia untuk bersatu pada menyelamatkan planet bumi dan mahluk hidup yang berada di dalamnya semakin ‘menguat dan kongkrit dalam implementasinya. Karena kerusakan burai disadari betul ponyebab utamanya temnyata karena kecerobohan dan tidak arifnya mamusia di bumi dalam merencanakan dan ‘mengendaliken pemanfaatn lingkungan hidup dan SDA nya bagi kepentingan yang mengatasnamakan perkembangan wileyah dan peningkatan kesejahteraaan rakyat. Berkurangnya cakupan hutan, diverifikasipenggunaan Jahan, meningkatnya hujan sam, ‘meningkatnya kadar CO®, penggunaan CFC, penipisan ozon di lapisan atmosfer, sering terjadi erosi dan banjir yang merugikan, pemanasan stobal. Ternyata merupakan jalinan yang saling kait-mengkaitkan yang ‘ujung-ujungnya meyebabkan bencana kronis. dan_-yang menyengsarakan manusia di planet bumi, 2B 1. Konferensi Stockholm 1972 Kesadaran global untuk memperhitungkan _aspek lingkungan selain aspek ekonomi dan Kelayakan teknik dalam membangun mencuat tahun 1972, Hal tersebut ditandai dengan Gilaksanakannya konferensi Stockholm 1972. Konferensi ini atas prakarsa negara-negara maju dan diterima oleh mejelis umum PBB. Hari pembukaan konferensi akhimya ditetapkan sebagai hari lingkungan sedunia yaitu 5 Juni, Dari konferensi menghasilkan resolusi-resolusi yang pada dasarnya merupakan kesepakatan untuk menanggulangi masalah lingkungan yang sedang melanda dunia, Selain itu diusulkan berdirinya sebuah badan khusus PBB khusus untuk masalah lingkungan dengan nama “United Nation Environmental Programme”. Dalam ckologi. ‘Tugas utama konferensi dikerjakan melalui tiga komite utama, yang terbuka bagi semua negara yang berpartisipasi, yaitu komitmen pertama berkaitan dengan pemukiman-pemukiman manusia dan aspek-aspek non ekonomis, komite kedua berkenaan dengan sumber daya alam dan _aspek-aspek pembangunan dan komite ketiga berkenaan dengan zat-zat atau bahan penyebab pencemaran dan aspek-aspek organisasional. ‘Namun demikian konferensi menyetujui sejumlah rekomendasi 4 dalam siding pleno, tanpa persetujuan dan pengesahan terlebih dabulu oleh masing-masing komite tersebut. Juga pemerintah- pemerintah dan organisasi dapat mengemukakan pandangen- pandangan dan menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka dalam debat-debat umum yang diselenggarakan konferensi.'* Konferensi ini juga membentuk sebuah kelompok kerja untuk mengkaji dan mempertimbangkan rancangan deklarasi fenfang lingkungan hidup manusia yang diajukan kepada konferensi, Untuk itu dilakukan cara konsesi kepada pemerintah- pemerintah yang Kwang puas dengan rancangan teks, atau siapapun yang merasa dihilangkan Kesempatnn untuk mengemukakan pandangan-pandangan selama periode persiapan. Konferensi tersebut pada prinsipnya terbuka bagi semua negara yang berpartisipasi dalam konferensi.'* Konferensi Stockholm berfungsi untuk mengindentifikasi bbidang-bidang dimana kaidab-kaidah hukum lingkungan internasional, yang dapat diterima masyarakat inetmasional, dan dapat ditetapkan dan juga bidang-bidang dimana pembentukan kaidah-kaidah hukum Jingkungan harus berhadapan dengan rintangansintangan yang tidak dapat diatasi, sampai taraf J, G Starke, (Pengantar Hukum Internasional 2 Edisi Keseptluh), Sinar Grafika. Fim $39 © Thid, Him $40 35 "Ibid, Hlm 546 tersebut, Konferensi Stockholm memberikan landasan-landasan untuk pembangunan hukum lingkungan Internasional.'® Sejalan dengan hal tersebut indonesia mulai menggagas konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Namun dalam perjalanan, ternyata kesepakatan-kesepakatan Stockholm tidak bisa mengehentikan masalah lingkungan yang dihadapi dunia. ‘Negara-negara maju masih meneruskan pola hidup yang mewah dan boros dalam menggunakan energi. Laju pertumbuhan industri, pemakaian kendaraan bermotor, Konsumsi energi ‘meningkat sehingga limbah yang dibasillan juga meningkat pula. ‘Sementara negara-negara berkembang meningkatkan cksploitasi Sumber Daya Alamnya untuk meningkatkan pembangunan’ dan sekaligus untuk membayar utang Iuar negerinye. Keterbatasan kemampuan ekonomi dan teknologi serta kesadaran lingkungan yang masih rendah, menyebabkan peningkatan pembangunan yang dilakukan tidak disertai dengan melindungi lingkungan yang memadai. Maka kerusakan Sumber Daya Alam dan ‘Lingkungan Hidup di negara berkembang juga semakin parah. 16 2. Konferensi Nairobi 1982 Sepuluh tahun setelah Stockholm, 105 negara menghadiri Konferensi di Nairobi, kenya. Konferensi ini merupakan perwujudan dari semakin meningkatnya kesadaran lingkungan global dan semakin diakui pentingnya pembangunan ekonomi. Beberapa isu yang menjadi pusat perhatian pada konferensi tersebut dan sekarang masih telap relevan adalah : (1) masalah atmosfer, seperti menurunya kualitas udara di permukiman kota, (@) pencemaran Jautan oleh minyak bumi dan substansi lainnya; (3) pencemaran air permukaan dan air tanah; dan (4) degradasi iota daratan dan tata jingkungan biologis. Kajian WCED (1984-1987) menekankan hakikat bumi sebagai satu-satunya planet tempat manusia menggantungkan kehidupannya, yang keschatanya tergantung pada Kesehatan komponen-komponennya, yang satu Perfunya pengelolaan lingkungan dan analisis dampak lingkungan serta pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan yang berwawasan lingkungan juga merupakan pokok bahasan penting pada Deklarasi Nairobi. Selanjutnya, Menyadari eskalasi_ masalah _lingkungan, ‘mempertegas kerja UNEP sebagai motor pelaksana komitmen mengenai lingkungan hidup, pada 1983 PBB membentuk World 7 Commission on Environment and Development'® (Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan) yang diketuai oleh Ny. Gro Brundtland, Perdana Menteri Norwegia. Komisi ini menyelesaikan tugasnya pada 1987 dengan menerbitkan laporan “Qur Common Future” yang dikenal dengan Laporan Brundtland. Tema laporan ini adalah sustainable development (pembangunan berkelanjutan). ‘Sama lain saling berkait dan menentukan, yang karenanya harus di lindungi denga metode yang tepat. WCED mempunyai tiga tugas utama, yitu mengkaji masalah-masalah lingkungan dan pembangunan serta membuat usvalan-usulan yang bersifat realistis berkaitan dengan hal itu; menyiapkan suatu bentuk kerja sama internasional baru yang dipertukan dalam kaitan denagan usaha-usaha perubahan yang perlu dilakukan; meningkatkan kesadaran dan komitmen individu, LSM, masyarakat bisnis, lembaga-lembaga yang ietkait dan pemerintah sehubongan denagn tindakan yang diperlukan.” Dalam —_taporan penelitiannnya, Our Common Future bukanlah suatu prediksi tentang masala kerosakan tingkungen,kemiskinan dan aneaman polusi yang semakin memperhatinkan, melainkan suatu gagasan ‘tentang kemungkinan untuk memasuki suaty era pertumbuhan * WCED, Merupakan komisi benfukan majetis umum PBB, Adalah salah satu badan independen betkaitan tetapi Derada di Iuar Kontrol mejelis umurm dan pemerintah, di bentuk tahun 1983, 1 Téa Bagus Wyasa Putra, 2011, “Hukum Lingkungan Interasional Perspektif Bisnis Internasional”, Refika, Denpasar ekonomi berdasarkan kebijakan daya dukung linglamgan berkelanjutan. WCED ini juga mendefinistkan pembangunan perkelanjutan sebagai suatu upaya YANE mendorong tereapainya xebutuhan generasi Kini tampa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untule memenubi kebutubannya. Di dslam consep tersebut terkandang dua gAgasae penting. Pertama, gaguean kebutuan, Khususnye kebariban cesensial, kaum miskin sedunia yang baras diberi proritas wars: Kedua, gagasan Keterbatasan, yang bersumber pads kondisi teknologi dan organisasi sosial jerbadap ‘kemampuan: Yingkungan untuk ngasan Keberlanjulan i semua nEEAT baik negara. maj ‘maupun negara berkembang. ‘Konsep ini menekankan pentingnya pertumbuban ekonomi fanpa mengorbanken stander lingkungan yang tinggi. Tila underlying concept pembangunan berkelanjutan yong hingga saat ini dinamika perubahan. 3, United Nation Convention on Environment and Development (UNCED) IKTT Bumi 1992 Lingkungan hidup yang semakin baik menjadi barapan Konferensi Stockholm temyata tidak terwujud, Kerusakan Jingkungan global semakin parah, Penipisan lapisan ozon yang berakibat semakin meningkatnya penitrasi sinar ultra violet ke bumi yang merugikan kehidupan manusia, semakin banyaknya spesies flora dan fauna yang panah, pemanasan global dan perubahan iklim semakin nyata dan betul-betul sudah di depan mata, Oleh karena itu masyarakat global dua puluh tahun setetah Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm, atau lima tahun setelah terbitnya Laporan Brundtland, PBB menyelenggarakan United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi Khusus tentang Masalah Lingkungan dan Pembangunan atau yang lebih dikenal dengan KTT Bumi (Earth Summit) pada, 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. Jargon “think globally, act locally”, yang menjadi tema KTT Bumi menjadi populer untuk mengekspresikan kehendak berlaku ramah terbadap lingkungan. KT Bumi menekankan pentingnya semangat kebersamaan (multilaterisme) untuk mengatasi berbagai masalah yang ditimbulkan oleh benturan antara upaya- upaya melaksanakan pembangunan (oleh developmentalist) dan ‘upaya-upaya melestarikan lingkungan (oleh environmentalist). 20 Di KIT Bumi, pemimpin dunia mengkompromikan rencana-rencana besar yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan yang didasarkan atas perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam tiga dokumen yang secara hukum mengikat (legally binding) dan tiga dokumen yang secara hukum tidak mengikat (non-legally binding)."* Legally binding documents terdiri dari tiga konvensi, yaitu: * Convention on Biological Diversity (CBD) atau Kovensi ‘Keanekaragaman Hayati * United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) atau Konvensi Kerangka PBB tentang Perubahan Iktim, * Convention to Combat Desertification (CCD) atau Konvensi tentang Mengatasi Degradasi Lahan ° Nonlegally binding documents terdiri dari tiga kesepakatan, vyaitu: * Rio Declaration (Deklarasi Rio) tentang 27 prinsip yang ‘menckankan hubungan antara lingkungan dan pembangunan. Bambang Mardiono dan Tim Penyusun, 2004, Kebutanan Dalam Forum Global, Jakarta 2 "Forest Principles (Authoritative Statement of Principles for a Global Consensus on Management, Conservation, and Sustainable Development of all Types of Forests) menyatakan pentingnya hnutan bagi pembangunan ekonomi, penyerap karbon atmosfer, perlindungan keragaman hayati, dan pengelolaan daerah aliran sungai. Tindak Janjut penting KTT Bumi adalah pembentukan Commission on Sustainable Developmen/CSD (Komisi Pembangunan Berkelanjutan) berdasarkan resolusi Majelis ‘Umum PBB. Komisi ini diberi mandat untuk memonitor pelaksanaan kesepakatan KTT Bumi, meningkatkan kerjasama internasional dan menyelaraskan pengembilan kebijakan internasional, serta mengkaji kemajuan pelaksanaan Agenda 21 peda semua tingkaten, Pada KTT bumi pertama ini pulalah dilahirkan kesepakatan Komprehensif bidang kebutanan, yaitu, dokumen Forest Principles (Non-Legally Binding Authoritative Statement of Principles for a Global Consensus on Management, Conservation and Sustainable Development of all Types of Forests). Kendatipun bukan merupakan komitmen yang mengikat, dalam proses-proses internasional bidang kehutanan, dokumen Forest Principles merupakan referensi utama serta jiwa bagi kerjasama antar bangsa, Seteleh terbentuk kesepakatan 22 komprebensif ini, terbentuk kembali forum kehutanan tertinggi di PBB pada tahun 2002, United Nations Forum on Forest (UNFF) yang berfungsi memfasititasi dialog mengenai pengelolaan hutan secara komprehensif di tingkat dunia dan implementasi hasil- hasil KTT Bumi.” ‘Ada tema penting yang ingin dibawa oleh KTT Bumi pada tahun ini, Isu pengadaan air bersih untuk rakyat miskin. “wafer ‘for life” adalah sebuah slogan yang diusung sejalan dengan tojuan untuk meningkatkan Kesadaran dan kepedulian masyarakat mum, baik individu ataupun negara, untuk memanfaatkan sumber daya alam yang berkelanjutan, Sangatlah beralasan jika KTT Bumi mencoba mengangkat isu sentral ini ke permukean, Karena air adalah sumber kehidupan yang juga paling dekat dengan kita, Menurut Wahana Lingkungan Hidup (WALHI, jumlah volume air total di Bumi adalah sekitar 14 miliar km.”? Namun sayangnya jumlah yang banyak tersebut tidak banyak yang dapat, dimanfaatkan oleh manusia, karena hanya 2,7% jumlah air yang, tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh manusia yang terdapat di daratan dan air tawar; sedangkan sisanya hanyalah air laut. 97,3% di antaranya merupakan air laut. Namun jumlah air tawar 2 Bit ffwww baliorepcomor/id/F AQ html, dalam artikel wordpress.com * yoww pikiranrakyat.com, Adakah Yang Yahu Sekarang Hari Air, Dalam Artikel Wordpress.com 23 bid. yang tersedia di planet ini, sebanyak 37,8 juta km3 air tawar tersebut adalah berupa lapisan es di puncak-puncak gunung dan pleyser, dengan porsi 77,3%. Sementara air tanah dan resapan hhanyalah 22,4%, serta air danan dan rawa hanya 0,35%, lalu wap air di atmosfir sebanyak 0,04%, dan sisanya merupakan air sungai sebanyak 0,01%."" KIT Bumi adalah merupakan salah satu ajang yang patut digunakan oleh negaranegara di dunia untuk peduli pada lingkungan, sekalipun negara major power seperti AS menolak ‘menandatanganiataupun meratifikesi perjanjian apapun yang berkaitan dengan lingkungan fhidup dengan alasan akan mengurangi pemasokan ekonominya, Terlepas dari pertanyan ‘mengenai sikap negara besar untuk menolak melindungi hutan ‘ataupun tidak, itu adalah sebuah sikap minor yang patut untuk dikesampingkan, Upaya negara lain untuk setia terhadap KTT Bumi dengan berprinsip sustainable development, memang patut ‘untuk diacungi jempol. |. Millenium Development Goals 2000 Konferensi stockholm tahun 1972, Konferensi nairobi 1982, UNCED diRio de Jeneiro tahun 1992,dan-pertemuan puneak pembangunan berkelanjutan (WSSD) tahun 2002 di 24 Johannesburg merupakan upaya masyarakat global untuk ‘meletakkan landasan dan strategi yang bersifat mondial dalam mengatasi kemerosotan kualitas lingkungan hidup yang semakin perah dan memperhatinkan, Kesadaran global juga mengemukakan Karena ternyata upays-upaya penanggulangan kemerosotan lingkungan hidup tidak mudah dan babkan semakin rumit dan saling terkait berbagai aspek kehidaupan seperti soisal, ekonomi, politik, budaya, kemiskinan, ketimpangan antar negara dsb, Selain 4 konferensi/pertemuan puncak para kepala negara/pemerintahan tersebut kiranya perlu’dicatat pula suatu Komitmen global yang tidak secara khusus membahas dan ‘meramuskan masalah lingkungen hidup, namun kaitannya sangat erat dengan maslah lingkungan hidup yaitu Milliniewm Development Goals (MDG’s), MDG’s awainya dikembangkan olch OECD dan kemudian diadopsi dalam United Nations Millineum Declaration yang ditandatangani September 2000 oleh 189 negara maju dan berkembang, Komitmenyang mencakup 8 sasaran tersebut harus dicapai pada tahun 2015 dan sebagi angka dasar masing-masing sasaran adalah data tahun 1999. ‘Komitmen dalam MDG’s yang dicetuskan dalam sidang Umum PBB 2000 mencakup: 25 Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, . dengan mengurangi sefengabnya jumlah penduduk yang berpendapatan kurang US$ 1 per hari. Mengurangi setengahnya jumlah penduduk yang menderita kelaparan. Pemenuhan pendidikan dasar untuk semua, dengan ‘menjamin semua anak dapat menyelesaikan sekolah dasar, Hal tesebut disertai dengan upaya agar anak-anak tetap mengikuti pendidikan di sekolah dengan kualitas pendidikan yang baik. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dengan menghilangkan perbedaan gender baik ada tingkat sekolah dasar maupun sekolah Ianjut tingkat pertama pada tahun 2005 dan tahun 2015 unuk semua tingkat, ‘Menurunkan angka kematian anak usia di bawah 5 tahun, dengan sasaran menjadi 2/3 nya Meningkatkan Kesehatan ibu, dengan mengurangi ratio Kematian ibu menjadi % nya ‘Memerangi AIDS/HIV, malaria, dan penyakit menular Jainnya, dengan menghentikan dan memulai_menurunkan penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, Memberikan jaminan akan kelestarian lingkungan hidup, dengan memdukan —_prinsip-prinsip _ pembangunan berkelanjutan ke dalam program dan kebijakan masing-masing negara, menurunkan hilangnya sumber daya alam, mengurangi hhingga 4 nya penduduk yang selama ini tidak bisa mengakses air bersih secara berkelanjutan, perbaikan secara signifikan teshadap tempat tinggal paling tidak 100 juta tinggal kumuh (slum dwellers) samapai 2020, * Mengembangkan Kerjasama global dalam pembangunan, antara lain dengan pengembangan sistem perdagangan dan euangan yag transparan, Kepemérintahan yang baik, memperhatiakn kebutuhan-kebutuhan negara berkembang seperti: memberi kuota eksport, penghapusan/penundaan pembayaran hutang, bantuan untuk’ pengentasan kemiskinan, bantuan untuk peningkatan produktivitas kaum muda, akses untuk memperoleh obat-obatan yang penting bagi negara berkembang, ‘MDG’s saat ini begitu penting karena hanpir 1/6 penduduk Gunia atau sekitar 1,1 milyar, dalam kondisi miskin yang akut dan ekstrim dengan pendapatan kurang dari USS 1 per hari. Kemiskinan menjadi penyebab utma dan akar dari ketidakadilan dan keamanan global, Demikian juga kemiskinan menjadi salah satu sumber utama laju kerusakan lingkungan hidup yang semakin untuk itanggulangi. Kewajiban masing-masing negara yang berkomitmen denagn MDG’s untuk melaporkan secara periodik denagn indikatoe yang jelas dan terukur. Wajar jika kita berharap sasaran MDG’s akan tercapai pada athun 2015, 27 5. World Summit On Suistainable Development (WSSD), 2002 Setelah 10 tahun KTT Bumi, masyarakat global menilai bahwa operasionalisasi prinsip-prinsip Rio dan agenda 21 masih jauh dari harapan, Masih banyak kendala dalam pelaksanaan agenda 21, Sekalipun demikian masyarakat global masih ‘mengganggap bahwa pinsip-prinsip agenda 21 masih relevan. Kelemaban terletak pada aspek implementasinya, Oleh karena itu Majelis Umum PBB memutuskan adanya world Summit on Suistanable Development (WSSD). Ada 3 tyjuan utama diselenggarakannya WSSD yaitu : * Mengevaluasi 10 tahun pelaksanaan agenda 21 dan ‘memperkuat komitmen poltik dalam pelaksanaan agenda 21 di masa dating. * Menyusun program aksi pelaksanaan agenda 21 untukl0 tain ke depan, * Mengembangkan kerjasma bilateral dan multilater. ‘Dokumen yang dihasitkan dalam WSSD adalah: * Program aksi tentang peleksanaan agenda 21 sepuluh tahun mendatang * Deklarasi politik = 3.omitmen berupa inisatif kemitraan untuk melaksanakan pembangunan berkelanjutan, WSSD diadakan di Johannesburg, Afrika Selatan pada bulan September 2002. B. Perubahan Iklim di Indonesia Indonesia meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim melalui Undang-undang No. 6 Tahun 1999, Ratifikasi Protokol Kyoto disetujui oleh DPR tanggal 28 Juni 2004 dan melalui Undang-undang No. 17 Tahun 2004 tentang pengesahan Kyoto Protocol to the United Framework Convention on Climate Change (Protokol Kyoto atas konvensi kerangka kerja _perserikatan bangsa-bangsa_ tentang perubahan iklim). Dengan meratifikasi Protokol Kyoto berarti membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik banyak investasi untuk mengembangkan proyek CDM, yang akan bermanfaat dalam ‘upaya menuju pembangunan berkelanjutan. Sebagai konsekuensinya akan memerlukan persiapan di berbagai aspek mmulai dari kebijakan, keuangan dan aspek teknis dalam implementasi CDM. CDM adalah salah satu dati tiga mekanisme fleksibel- dalam Protokol Kyoto yang dirancang untuk membantu negara industri untuk memenuhi komitmennya mengurangi GRK dan membantu negara berkembang dalam mencapai_pembangunan berkelanjutan, Berdasarkan Protokol Kyoto, negara berkembang tidak memiliki kewajiban membatasi emisi gas rumah kaca nya, akan tetapi 28 dapat secara sukarela berkontribusi dalam pengurangan emisi global dengan menjadi tempat pelaksanaan proyek CDM.” ‘Mekanisme CDM merupakan satu-satunya mekanisme di dalam Protokol Kyoto yang mengikutsertakan partisipasi negara berkembang. Pada intinya mekanisme CDM ini merupakan sebuah bentuk perdagangan karbon, diamana negara berkembang dapat menjual kredit penurunan emisi melalui proyek CDM kepada negara Annex T yang memiliki kewajiban untuk menurunkan emisi. Tujuan CDM.” Seperti yang tertera pada Protokol Kyoto pasal 12, adalah : 1. Membantu negara berkembang, yang merupakan negara Annex I dalam menerapkan pembangunan yang berkelanjutan serta mengupayakan tercapainya tujuan utama konvensi perubahan iklim, yaitu menstabilkan konsentrasi GRK dunia hingga pada tingkat yang tidak menggangu sistem iklim global. 2, Membantu negara-negara Annex I agar dapat memnuhi target mereka dalam menurunkan jumlah emisi GRK nya. Begitu banyak keprihatinan global terhadap perubahan iklim dan kaitannya dengan deforestasi telah memfokuskan kembali pechatian intemasional terhadap perlunya melindungi hutan dunia, Merebaknya perusakan hutan dan Jahan gambut di Indonesia mempunyai arti babwa negara ini merupakan salah satu dari tiga negara utama penghasil emisi Karbon dioksida, penyumbang utama permanasan global. ® Greg Helten, Panduan Kegiatan MPB di Indonesia, Indonesia, CV Asindo Pratama, Him 2 ® Armely Meiviana, Diah R Sulistiowati, Moeiti H{ Socjachmoen, 2004, Bumi Makin Panas, Jakarta, Yayasan Polangi, Hm 42 Sementara negaranegara tengah menyiapkan negoisasi untuk perjanjian iklim pasca-Kyoto, banyak pethetian tercurah kepada pencognhan deforestasi (Avoided Deforestation), yaitu dana intemasional untuk melindungi hutan dan menurunkan emisi karbon, Tak diragukan lagi bahwa deforestasi di Indonesia telah menimbulkan dampak serius pada tingkat intemnasional juga di tingkat nasional dan lokal. Penebangan hutan yang merusak, kebakaran hutan yang tidak terkendali, pembukaan thutan untuk —perkebunan, pertambangan, pengerukan bahan bakar dari fosil, pembangunan wilayah tranmigrasi, budidya hewan air dan pembangunan jalan telah sejak lama dikaitkan dengan dampak sosial dan ekonomi yang negatif bagi masyarakat adat dan masyarakat lokal yang bergantung pada hhutan dan kerugian keuangan yang sangat besar bagi masyarakat dan Negara. Sebuah studi baru Kini tengah menyoroti gambaran global, yong ‘memunjukkan Indonesia sebagai penyumbang utama perubahan iklim, sekaligus songat rentan terbadap dampak yang ditimbulkannya, Perusakan hutan, degradasi Inhan gambut dan kebakaran hutan ituding sebagai penyebab utama masuknya Indonesia dalam urutan tiga besar penghasil emisi terbesar gas rumah kaca setelah Amerika Serikat dan Cina, Berdasarkan data tahun 2000, emisi tahunan Indonesia dari sektor Kehutanan dan perubahan peruntukan tanah diperkirakan setara dengan 31 2.563 megaton karbon dioksida (MtCO2e), janh melebihi jumlah emisi tahunan dari sektor energi, pertanian dan limbah yang besarnya 451 ‘MiCO2e. sebagai perbandingan, total emisi Indonesia adalah 3.014 MtCO2¢, sedangkan total emisi Cina sebesar 5.017 dan Amerika Serikat sebesar 6.005 MtCO2e™. Studi yang berjudul, Indonesia and Climate Change : Current ‘Status and Policies, disponsori oleh Bank Dunia dan badan bantuan luar negeri pemerintah Inggris (DAD) akan menjadi masukan bagi pertemuan puncak tentang perubahan iklim than 2007 di Bali. Menanggapi peringatan dari Wetlands internasional pada November 2006 dan kunjungan Sir Nicholas Stren ke Indonesia di bulan Maret 2007, Kxunjungan ita menghasilkan laporan yang menyoroti peran penting perusakan lahan gambut yang mempengaruhi munculnya angka emisi total tersebut. Rata-rata, sekitar 600MiCO2e terlepas ke uudara dari pembusukan gambut kering setiap tahunnya, Sejumlah 1.400 MtCO2e lainnya terlepas dalam kebakaran hutan gambut yang bias berlangsung berbulan-bulan. Laporan tersebut, yang diluncurkan ‘mei 2007, juga menunjukkan bahwa emisi dari sector energi Indonesia jumlahnya kecil, namun sangat cepat dan bahwa dari pertanian dan limbah kecil. Laporan menyebutkan beberapa dampak perubahan iklim yang dapat diperkirakan, diantaranya » DTE, Keadaan Iklim dan Kehidupan Beckelanjutan, him 2 32 a, Peningkatan subu sedang-sejak tahun 1990, suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0.3 derajat Celcius pada seluruh musim b. Peningkatan intensitas curah hhujan pertahun diperkirakan ‘meningkat 2-3 % di seluruh Indonesia, dalam periode yang lebih pendek, meningkatkan resiko banjir secara signifikan, ©, Ancaman terhadap keamanan pangan sebagai akibat perubahan iklim pada bidang pertanian, 4. Naiknya permukaan air laut, ini akan menggenangi daerah produktif pantai, mempengaruhi pertanian dan penghidupan pantai, terimasuk pertambakan ikan dan udang, produksi padi dan jagung. . Air laut bertambab panas mempengaruhi keanckaragaman hayati Kelautan dan member tekanan lebih peda terumbu karang yang sudah terancam. £ Merebaknya penyakit yang berkembang biak lewat air dan vektor seperti malaria dan demam berdarah, C. Kondisi Hutan di Indonesia Analisis FWI dan GFW delam kurun wokt 50 tahun, luas ‘tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40 % dari total ‘tutupan hutan seluruh Indonesia. Dan sebagian besar, kerusakan hutan di Indonesia akibat sistem politik dan ekonomi yang menganggap sumberdaya hutan sebagai sumber pendapatan dan bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik serta keuntungan pribadi. 33 Data departemen kehutanan tahun 2006, Iuas hutan yang rusak dan tidak dapat berfungsi optimal telah mentapai 59,6 hektar dari 120,35 juta hektar kawasan hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi dalam lima tahun terakhir mencapai 2,83 juta hektar per tahun. Bila keadaan ini dipertahankan, dimana sumatera dan Kalimantan sudah kehilangen hutannya, maka hutan Sulawesi dan papua akan mengalami hal yang sama, Menurut analisis World Bank, hutan Sulawesi diperkirakan akan hilang tahun 2010, legal logging dan eksploitasi hutan yang tidak mengindahkan kelestarian, mengakibatkan kehancuran sumberdaya hnutan yang tidak temnilai harganya, kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan kayu senilai US$ 5 milyar, diantaranya berupa pendapatan negara keurang lebih USS 1,4 milyar setiap tahunnya, Kerugian tersebut belum menghitung hilangnya _nilai Keanekaragaman hayati seria jasa;jasa lingkungan yang dapat dihasitkan dari sumberdaya bhutan, Buruknya pola penanganan konvensional oleh pemerintah sangat mempengaruhi efektivites penegakkan hukum, Pola penanganan hanya mengandalkan 18 instansi sesuai ketentuan dalam Inpres Nomor 4 tabun 2005 tentang pemberantasan penebangan kayu secara illegal di kawasan hutan dan peredarannya di seluruh wilayah repuplik Indonesia, dalam satu mata rantai, Megal loging turut menentukan proses penegakkan hukum, disamping adanya indikasi masih lemahnya penegakkan hukum di Indonesia akibat dari sistem politik dan ekonomi yang korup”®. Uniang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dalam Pasal 22 ayat (1) dijelaskan bahwa tata hutan merupakan kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, yang dalam pelaksanaannya memporbatikan hak-hak masyarakat setempat, yang Jahir karena Kesejarahannya dan keadaan huta. Tata hutan mencakup. kegiatan pengelompokkan sumber daya hutan sesuai tipe ekosistem dan potensi yang terkandung didalamnya, dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besamnya bagi masyarakat secara lestari ‘Untuk mendukung terlaksonanya dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Pasal 39 bahwa peran pemerintah sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian hutan dijelaskan bahwa peraturan pemerintah memuat aturan antara lain a) Tata cara pemberian izin. ) Pelaksanaan usaha pemanfaatan. ©) Hak dan kewajiban 4) Pengendalian dan pengawasan, Pasal 80 lebih ditekankan adanya sanksi administratif bagi pelaku usaha. Sanksi administratif yang dikenakan antara lain berupa denda, pencabutan izin, penghentian kegiatan dan pengurangan areal. * Indro Sugianto, SH,M.H, “Konferensi Nasional Pemberantasan Illegal Loging”, ICEL, 2006, 35 Padahat jika hutan beserta keanekaragaman hayatinya dipelihara dengan baik, maka sesungguhnya akan memberikan keuntungan bagi Indonesia, baik secara sosial maupun ekonomi. Apalagi scktor-sektor seperti kehutanan, pertanian dan perikanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, industry dan pariwisata sesunggunya sangat, bergantung pada keberadsan keanekaragaman hayati, Jika tidak segera diatasi, maka kerusakan hutan di Indonesia akan mengakibatken akumulasi GRK di atmosfer meningkat dengan cepat sehingga menambah cepat laju proses perubahan iklim. D. DEFINISI HUTAN Indonesia sendiri tidak mencantumkan cakupan definisi futan dalam berbagai usulan diatas perundingan perubahan iklim, terutama REDD. Namun jika dilihat dalam peraturan perundang-undangan yang ada, dalam hal ini undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, ada dua definisi yang retevan yakni definisi hutan dan definisi kawasan hutan, a) Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan, 36 ) Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadeamnya sebagai hutan tetap. Jika mengacu pada definisi hutan maka Indonesia setuju memasukan perkebunan sebagai hutan, Namun jika merujuk ke definisi kawasan hhutan maka menurut Undang-undang no 41 Tahun 1999 Pasal 15 ada sejumlah proses hukum yang harus ditempub, yang disebut dengan pengukuhan kawasan hutan agar suatu kawasan memiliki_ status ‘muluum yang pasti. Ada empat tahapan yang harus dilalui yakni : 2) Pemunjukan kawasan hutan, b) Penataan kawasen hutan, ©) Pemetaan kawasan hutan, 4) Penetapan kawasan hutan, Empat tahapan ini merupakan definisi hukum kawasan hutan di Indonesia, Disana, perkebunan bisa masuk tapi juga bias bukan kawasan hutan, Perkebunan yang telah melalui prosedur pelepasan kawasan, dari hutan menjadi perkebunan tidak akan disebut kawasan hutan, Namun, kebun skala kecil masyarakat yang kebetulan berada dalam kawasan yang telah mengikuti empat tahapan di atas dapat disebut sebagai kawasan hutan, Berdasarkan basil penelitian yang ada, sampai akhir tahun 2003 Departmen Kehutanan baru menetapkan 12 juta hektar atau 10 % dari keseluruhan kawasan hutan di Indonesia sebagai hutan negara 37 dengan status hukum tetap atau sudahy menempuh empat tahapan Giatas”. Artinya, definisi yang dibawa pemerintah Indonesia ke meja perundingan adalah definisi kawasan make bisa dipastikan sebagian besar kawasan hutan yang dimaksud belum jelas status hukumnya, Hal ini menyulitkan secara hukum Karena dalam logika hukum manapun, obyek yang belum jelas dan pasti tidak bias diperjanjikan sebagai obyek perjanjian. Jika demikian halnya maka sesuatu yang mungkin terjadi adalah imenggunakan definisi hutan, Konsekuensinya, perkebunan kelapa sawit dan jenis tanaman monokultur untuk kepentingan industri serta merta dikategorikan sebagai bhutan. E. DEFINISI DEFORESTASI Indonesia sendiri belum memiliki konsep yang rinci mengenai deforestasi. Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 30 Tahun 2009, deforestasi diartikan sebagai perubahan secara permanen kawasan dari tan menjdi tidak berhutan, Dalam kaitannya dalam ‘Undang-undang nomor 41 Tahun 1999, definisi ini menggunakan konsep kawasan hutan, Artinya, deforestasi merupakan kategori yang berlaku hanya pada wilayah hutan yang telah melalui empat tahapan sebagaimana dimaksud UU 41/1999, Dalam logika @ contarto (sebaliknya), tidak aka nada kategori deforestasi pada wilayah yang 2 Hariadi Kartodiharjo dan Hira Thamtani, Politik Lingkmgan dan Kekuasan di Indonesia, Ford Foundation, 2006, him 65, 38 belum menempuh empat tahapan diatas; meskipun wilayah itu secara fisik merupakan hutan, Di sisi Iain, definisi deforestasi juga mengadopsi konsep kunci dalam perundingan REDD di UNFCCC yakni “perubahan secara permanen”, Permanen dan non permanen merupakan dua terminologi dalam metodelogi REDD untuk menggambarkan sejauh mana stok kkarbon bias dipertahankan dalam periods proyek REDD. Jika ingin mendapatkan benefit dari skema REDD maka pihak yang ingin ‘mendapatkan untung harus mampu mempertahankan stok karbon yang. ada atau meningkatkan jumlahnya di wilayah proyek REDD yang disepakati, dalam periode proyek REDD ¢i wilayah tersebut. ‘Meski demikian, konsep permanen dan non permanen diiti oleh banyak kalangan karena mirip ilusi, Para pengeritik menilai tidak ada ukuran yang memadai untuk memastikan apakah karbon bias permanen atau tidak di kawasan hutan, Alasannya antara lain hutan adalah contoh perputaran karbon yang alamiah lewat siklus penguraian (descompose). Ketika pohon mati, CO2 yang telah diserap akan Kembali ke atmosfir melalui proses penguraian, Siklusnya relatif pendek tapi ada semacam keseimbangan yang sudah tercipta dengan sendirinya. Artinya, karbon dikawasan hutan tidak bias diperangkap agar permanen Karena setiap saat hutan mengeluarkan Karbon ‘melepaskan oksigen dan pada saat yang lain akan mnyerap oksigen melepaskan Karbon, Siklus ini adalah siklus abadi. Sehingga 39 pertanyaannya adalah ketika dinamika keluar masuk karbon pada Pohon begitu dinamis, pada saat mana konsep permanen bias diterapkan, ‘Namun, seandainya upaya mempertahankan Karbon agar tetap permanen ditempuh lewat konservasi maka pilihan yang mungkin dilakukan adalah menjaga agar di kawasan yang dimaksud tidak terjadi deforestasi dalam skala apapun. Dalam kaitannya dengan ini, aka nada konsekuensi konsep “permanen” terhadap hak. Seandainya dilengkapi dengan AFOLU (Agriculture, Forestry, Land Use) maka segala aktivitas pemenfeatan apapun diwilayah REDD, baik kawasan hutan maupun pertanian, akan diperhitungkan sebagai aktivitas pelepasan emisi. Membuka kebun, mengelola Jahan dan aktivitas pertanian lainnya merupakan bentuk-bentuk tindaken yang ‘mengeluarkan emisi, Karena itu, jika menginginkan agar emisi di wilayah ini berkurang, sementara stok Karbon meningkat maka menurut skema ini, aktivitas pertanian harus ditekan, sebaliknya konservasi ditingkatkan, cakupan REDD akan langsung berhubungan dengan hak atas wilayah dan konsekuensi hukum yang menyertainya, 40

Anda mungkin juga menyukai