Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN INSPEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN

TEMPAT WISATA KLURAK ECO PARK


DI KABUPATEN MOJOKERTO

Dibuat oleh :
1. Ainur Rohimah 2113201002 9. Cynta Aura P.A. 2113201021
2. Fidia Festi F 2113201005 10. Fajar Dwi P. 2113201023
3. Intan K.D 2113201010 11. Zuvinda Rahma N. 2323201002
4. Kharismatul F. 2113201012 12. Ega Kusuma R 2323201003
5. Safirah Faradina 2113201014 13. Arine Zakiyah R 2323201006
6. Shinta Nuraini 2113201015 14. Luluil Maknun 2323201007
7. Vera Intan N.A 2113201018 15. Ferdiansyah S.P 2323201009
8. Alberto Unenor 2113201019

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO
TAHUN 2023
ABSTRAK

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pariwisata adalah


macam-macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Wisata Eco Park Klurak
memiliki potensi yang besar dalam sektor pariwisata di Kabupaten Mojokerto.
Pengembangan kawasan wisata, terutama dalam fasilitas yang tersedia harus di perhatikan
guna untuk keselamatan pengunjung. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan
tempat wisata yang ada di kawasan Kabupaten Mojokerto.Metode pengamatan ini adalah
pengamatan secara langsung di Wisata Eco Park Klurak. Hasil pengamatan secara
keseluruhan (100%) Wisata Eco Park Klurak tidak memenuhi persyaratan, karena terdapat
beberapa parameter yang tidak sesuai. Disarankan Kepada Dinas Pariwisata Kabupaten
Mojokerto disarankan tetap memantau secara berkala inspeksi kesehatan lingkungan wisata
pemandian di wilayah Kabupaten Mojokerto dan kepada pihak wisata permandian dimohon
untuk memperbaiki obyek atau parameter yang belum sesuai.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sumber bagi pertumbuhan ekonomi di
berbagai belahan dunia. Pertumbuhan ekonomi ini tidak lepas dari peran industri
pariwisata dunia yang berkembang pesat dari tahun ke tahun, tidak terkecuali di
Indonesia. Menurut Yoeti (2008) delapan keuntungan pengembangan pariwisata
di Indonesia antara lain mencakup: pertama, peningkatan kesempatan berusaha.
Kedua, kesempatan kerja. Ketiga, peningkatan penerimaan pajak. Keempat,
peningkatan pendapatan nasional. Kelima, percepatan proses pemerataan
pendapatan. Keenam, meningkatkan nilai tambah produk hasil kebudayaan.
Ketujuh, memperluas pasar produk dalam negeri. Kedelapan, memberikan
dampak multiplier effect dalam perekonomian sebagai akibat pengeluaran
wisatawan, investor maupun perdagangan luar negeri. Pada hakikatnya pariwisata
adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat
lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai
kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun
kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman
ataupun belajar Pariwisata yang berasal dari kata wisata, menurut Undang-
undang Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan
mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan rekreasi,
mengembangkan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjungi. Dalam
Undang-Undang tersebut, dijelakan tentang ketentuan umum tentang pariwisata,
asas, fungsi, dan tujuan pariwisata, prinsip penyelenggaraan pariwisata,
pembangunan kepariwisataan, kawasan strategis, usaha pariwisata, hak, kewajiban
dan larangan, kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah, koordinasi, Badan
Promosi Pariwisata Indonesia, gabungan industri Pariwisata Indonesia, pelatihan
sumber daya manusia, standarisasi, sertifikasi, dan tenaga
Pariwisata merupakan salah satu sumber bagi pertumbuhan ekonomi di
berbagai belahan dunia. Pertumbuhan ekonomi ini tidak lepas dari peran industri
pariwisata dunia yang berkembang pesat dari tahun ke tahun, tidak terkecuali di
Indonesia. Menurut Yoeti (2008) delapan keuntungan pengembangan pariwisata di
Indonesia antara lain mencakup: pertama, peningkatan kesempatan berusaha.
Kedua, kesempatan kerja. Ketiga, peningkatan penerimaan pajak. Keempat,
peningkatan pendapatan nasional. Kelima, percepatan proses pemerataan
pendapatan. Keenam, meningkatkan nilai tambah produk hasil kebudayaan.
Ketujuh, memperluas pasar produk dalam negeri. Kedelapan, memberikan
dampak multiplier effect dalam perekonomian sebagai akibat pengeluaran
wisatawan, investor maupun perdagangan luar negeri.
Pada hakikatnya pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari
seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan
kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan,
politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin
tahu, menambah pengalaman ataupun belajar.
Pariwisata yang berasal dari kata wisata, menurut Undang-undang
Republik Indonesia No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan mendefinisikan
wisata sebagai kegiatan perjalan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang mengunjungi tempat tertentu dengan tujuan rekreasi, mengembangkan
pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata yang dikunjungi.
Dalam Undang-Undang tersebut, dijelakan tentang ketentuan umum
tentang pariwisata, asas, fungsi, dan tujuan pariwisata, prinsip penyelenggaraan
pariwisata, pembangunan kepariwisataan, kawasan strategis, usaha pariwisata,
hak, kewajiban dan larangan, kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah,
koordinasi, Badan Promosi Pariwisata Indonesia, gabungan industri Pariwisata
Indonesia, pelatihan sumber daya manusia, standarisasi, sertifikasi, dan
tenagakerja, pendanaan, sanksi administratif, ketentuan pidana, ketentuan peralihan,
dan ketentuan penutup.
Tempat-tempat umum seperti tempat wisata memiliki potensi sebagai tempat
terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan kesehatan
lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat wisata yang tidak terpelihara akan
menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta pencemaran lingkungan
sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan dengan menerapkan sanitasi
lingkungan yang baik.
Tempat wisata Klurak Eko Park merupakan tempat umum untuk kegiatan
rekreasi masyarakat, bukan hanya masyarakat lokal tapi hingga luar daerah. Oleh
karena itu, Klurak Eko Park merupakan salah satu kawasan yang paling sering
dikunjungi sehingga perlu dilakukan pengawasan kualitas sanitasi dan kondisi
lingkungannya, agar dapat terhindar dari pencemaran ataupun kontaminan dan
pencemar yang dapat menurunkan derajat kesehatan para pengunjung.

B. Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri KesehatanNo. 14 Tahun 2021 Tentang Standar Kegiatan Usaha
Dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor
Kesehatan.
2. PERMEN PAR RI No. 16 Tahun 2015 tentang Standar Usaha Gelandang Renang.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Lingkungan.

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek sanitasi lingkungan di tempat wisata Klurak Eko
Park
2. Untuk mengetahui gambaran fasilitas sanitasi dasar di tempat wisata Klurak
Eko Park
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Penngertian Sanitasi
Menurut Arifin (2009) bahwa sanitasi adalah suatu cara untuk
mencegah berjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan
mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat
yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan
yang mempengaruhi derajat kesehatan. Sedangkan menurut Soemirat (2004),
mengungkapkan bahwa sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitikberatkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Azwar (1990), mengatakan bahwa sanitasi adalah cara
pengawasan masyarakat yang menitik beratkan kepada pengawasan
terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Menurut WHO, sanitasi adalah usaha pencegahan
atau pengendalian semua faktor lingkungan fisik yang dapat memberikan
pengaruh terhadap manusia terutama yang sifatnya merugikan/ berbahaya
terhadap perkembangan fisik, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.
Sanitasi Pariwisata adalah usaha pengendalian melalui kegiatan
pengawasan dan pemeriksaan terhadap pengaruh yang ditimbulkan oleh
Pariwisata yang erat hubungannya dengan timbul atau merebaknya suatu
penyakit. Dengan demikian sanitasi pariwisata harus memenuhi
persyaratan kesehatan dalam arti melindungi, memelihara, dan
meningkatkan derajat kesehatan para pengunjung atau wisatawan.

B. Pengertian Pariwisata
Menurut undang-undang no 10 tahun 2009 menyebutkan
bahwasanya pariwisata adalah sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha
yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata dengan demikian
pariwisata meliputi:
Menurut undang-undang no 10 tahun 2009 menyebutkan
bahwasanya pariwisata adalah sesuatu yang berhubungan dengan wisata,
termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha
yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata dengan demikian
pariwisata meliputi : 1. Semua kegiatan yang bersangkutanj dengan wisata 2.
pengusahaan objek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman
rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, pagelaran seni budaya,
tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam,
gunung berapi, danau, pantai. 3. Pengusaha jasa dan sarana pariwisata yaitu:
usaha jasa pariwisata (biro perjalanan pariwisata, agen perjalanan wisata,
konvensi, perjalanan insentif dan pameran, konsultan pariwisata, informasi
pariwisata). Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodari, rumah
makan, bar, angkutan wisata.
Istilah Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan
wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang
diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan merupakan kegiatan
yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan pariwisata
merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih
dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi
hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang
behubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi,
keagamaan, dan keperluan usaha yang lainnya (Gamal, 2004: 3)

C. Wisata
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa wisata adalah Kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara. Jadi, pengertian wisata megandung empat unsur, yaitu
kegiatan perjalanan; dilakukan secara sukarela; bersifat sementara;
perjalanan itu seleruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek
dan daya tarik wisata. Wisata berdasarkan jenis-jenisnya dapat dibagi kedalam
dua kategori, yaitu:
1. Wisata Alam, yang terdiri dari:
a. Wisata pantai (Marine tourism), merupakan kegiatan wisata yang
ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang,
memancing,menyelam, dan olahraga air lainnya, termasuk sarana
dan prasarana akomodasi, makan dan minum.
b. Wisata Etnik (Etnik tourism), merupakan perjalanan untuk mengamati
perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang
dianggap menarik.
c. Wisata Cagar Alam (Ecotourism), merupakan wisata yang banyak
dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, Kesegaran hawa di
pegunungan, keajaiban hidup binatang (margasatwa) yang langka,
serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat lain.
d. Wisata Buru, merupakan wisata yang dilakukan di negri-negri
yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang
dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh berbagai agen atau
biro perjalanan.
e. Wisata Agro, merupakan jenis wisata yang mengorganisasikan
perjalanan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan ladang
pembibitan di mana wisata rombongan dapat mengadakan kunjungan
peninjauan untuk tujuan studi maupun menikmati segarnya tanaman di
sekitarnya.

2. Wisata Sosial-Budaya, yang terdiri dari:


a. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, wisata ini termasuk
golongan budaya, monumen nasional, gedung bersejarah, kota, desa,
bangunan-bangunan keagamaan, serta tempat-tempat bersejarah
lainnya seperti bekas pertempuran (battle fields) yang merupakan daya
tarik wisata utama di banyak negara.
b. Museum dan fasilitas budaya lainnya, merupakan wisata yang
berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan di suatu
kawasan atau daerah tertentu. Museum dapat dikembangkan
berdasarkan pada temanya, anatara lain museum arkeologi, sejarah,
entologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, industri, ataupun dengan tema khusus lainnya.
Wisata yang baik harus memiliki daya tarik, kemudahan perjalanan,
sarana dan fasilitas serta promosi. Pengembangan pariwisata perlu
didukung dengan perencanaan yang matang dan harus mencerminkan
tiga dimensi kepentingan, yaitu industri pariwisata, daya dukung
lingkungan (sumber daya alam), dan masyarakat setempat dengan
sasaran untuk peningkatan kualitas hidup. Menurut Kurniawan (2015),
unsur-unsur pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut:
1. Atraksi
Atraksi atau daya tarik dapat timbul dari keadaan alam
(keindahan panorama, flora dan fauna, sifat khas perairan laut,
danau), obyek buatan manusia (museum, katedral, masjid kuno,
makam kuno dan sebagainya), ataupun unsur-unsur dan peristiwa
budaya (kesenian, adat istiadat, makanan dan sebagainya).
2. Transportasi
Perkembangan transportasi berpengaruh atas arus wisatawan
dan juga perkembangan akomodasi. Di samping itu
perkembangan teknologi transportasi juga berpengaruh atas
fleksibilitas arah perjalanan, Jika angkutan dengan kereta api
bersifat linier, tidak banyak cabang atau keelokannya, dengan
kendaraan mobil arah perjalanan dapat menjadi lebih bervariasi.
Demikian pula dengan angkutan pesawat terbang yang dapat
melintasi berbagai rintangan alam (waktu yang lebih singkat).
3. Akomodasi
Tempat menginap dapat dibedakan antara yang dibangun untuk
keperluan umum (hotel, motel, tempat pondokan, tempat
berkemah waktu liburan) dan yang diadakan khusus peorangan
untuk menampung menginap keluarga, kenalan atau anggota
perkumpulan tertentu atau terbatas.
4. Fasilitas Pelayanan
Penyediaan fasilitas dan pelayanan makin berkembang dan
bervariasi sejalan dengan perkembangan arus wisatawan.
Perkembangan pertokoan dan jasa pelayanan pada tempat wisata
dimulai dengan adanya pelayanan jasa kebutuhan sehari-hari
(penjual makanan, warung minum atau jajanan), kemudian jasa-
jasa perdagangan (pramuniaga, tukang-tukang atau jasa pelayanan
lain), selanjutnya jasa untuk kenyamanan dankesenangan (toko
pakaian, toko perabot rumah tangga, dll), lalu jasa yang menyangkut
keamanan dan keselamatan (dokter, apotek, polisi dan pemadam
kebakaran) dan pada akhirnya perkembangan lebih lanjut
menyangkut juga jasa penjualan barang mewah.
5. Infrastruktur
Infrastruktur yang memadai diperlukan untuk mendukung
jasa pelayanan dan fasilitas pendukung. Pembangunan infrastruktur
secara tidak langsung juga memberi manfaat (dapat digunakan)
bagi penduduk setempat disamping mendukung pengembangan
pariwisata. Hal ini menyangkut tidak saja pembangunan
infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, jalan kereta api, dll),
tetapi juga penyediaan saluran air minum, penerangan listrik, dan
juga saluran pembuangan limbah.

D. Pengertian Permandian Umum


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2017 Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan
Kesehatan Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, dan Pemandian Umum. Definisi Pemandian Umum adalah tempat dan
fasilitas umum dengan menggunakan air alam tanpa pengolahan terlebih dahulu
yang digunakan untuk kegiatan mandi, relaksasi, rekreasi, atau olahraga, dan
dilengkapi dengan fasilitas lainnya. Kolam renang adalah suatu kontruksi buatan
yang dirancang untuk diisi dengan air dan digunakan untuk berenang, menyelam
atau aktivitas air lainnya. Kolam renang umum biasanya adalah bagian dari pusat
kebugaran jasmani atau taman rekreasi, dengan fasilitas-fasilitas lainnya meliputi
sauna, lapangan olahrag (squas, tenis, dll) dan rumah makan. Untuk menjernihkan
dan mendisfeksi air biasanya menggunakan kaporit. Kolam renang merupakan
penunjang pelayanan pariwisata. Biasanya terdapat di hotel dan tempat objek
wisata khusus kolam renang.
1. Menurut pembuatannya :
i) Permandian alam (natural bathing place)
Permandian pantai laut, telaga, sungai dsb. Pengawasan sanitasi
tipe ini sulit sekali di lakukan, yang perlu diperhatikan adalah
lingkungan sekitar permandian tersebut harus dijaga kebersihannya
terutama saluran pembuangan air limbah, pembuangan tinja, buangan
bahan-bahan kimia dan radio aktif.
ii) Permandian buatan (Artificial swimming Pool)
Permandian umum didalam kotamadya/kabupaten, di hotel,
dsb. Tempat – tempat Permandian Buatan ( Artifical Pools )
Permandian Buatan terdiri atas :
a. Fill – draw type : air yang sudah nampak kotor diganti
seluruhnya dengan air yang baru dan bersih. Penentuan kotor
tidaknya ditetapkan dari keadaan fisiknya ( kelihatan keruh, kotor
), jumlah orang mandi didalamnya.
b. Flow – through type : air kolam tersebut mengalir terus menerus
setiap waktu sehingga senantiasa air tidak akan keruh karena
selalu diganti dengan yang baru. Type ini yang baik
membutuhkan banyak air. Recirculating type : air yang telah
dikotori disaring dalam filter–filter dan dipompa kembali kedalam
kolam pemandian yang setelah bersih.
Hubungan dengan kebersihan kolam renang sebaiknya Kolam
renang dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut :
1) Loker tempat pakaian dan peralatan lainya
2) Ruang tempat ganti pakaian
3) Kebersihan tempat membasahi badan
4) Kebersihan kolam renang
5) Kamar mandi dan kakus
Kolam renang yang ideal adalah yang memenuhi syarat –
syarat antara lain : Keamanan ,Kebersihan ,Kenyamanan.
Ada 3 syarat minimum yang harus dipenuhi :
1) Tidak bocor
2) Sirkulasi air dan sistem filtersi baik sehingga air selalu bersih
3) Aman bagi penggunanya
BAB III
METODOLOGI

A. Jenis Pengamatan
Jenis pengamatan ini adalah pengamatan deskriptif dan observasional
untuk gambaran kualitas lingkungan

B. Lokasi dan Waktu Pengamatan


Pengamatan ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2023 di satu wisata
Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.

C. Metode Pelaksanaan
1. Koordinasi Lintas Sektor
Koordinasi lintas sektor dilakukan dengan pemilik Wisata di
Kabupaten Mojokerto.
2. Pemeriksaan Kelaikan Fisik Tempat Wisata
Pemeriksaan kelaikan fisik dilakukan dengan menggunakan
formulir Inspeksi Sanitasi berdasarkan Permenkes Nomor 14 Tahun
2021.

D. Analisa Data
Analisa dilakukan berdasarkan permenkes no 2 tahun 2023 yaitu
Standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air kolam renang
meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia. Parameter fisik dalarn
SBMKL untuk media air kolam renang meliputi bau, kekeruhan, suhu,
kejernihan dan kepadatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Mojokerto


Kabupaten Mojokerto adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia. Secara de facto, ibu kota kabupaten ini terletak di
Kecamatan Mojosari dan saat ini banyak gedung pemerintahan yang secara
bertahap dipindahkan dari Kota Mojokerto ke Kecamatan Mojosari.
Kabupaten Mojokerto terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas
sejumlah desa dan kelurahan. Pada awalnya, pusat pemerintahan berada tepat
di Kota Mojokerto, tetapi kini banyak gedung dan kantor pemerintahan yang
dipindahkan ke Kecamatan Mojosari sebelah timur kota Mojokerto setelah
Kota Mojokerto berdiri pada tanggal 20 Juni 1918. Kabupaten Jombang
dahulu juga merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Mojokerto sebelum
diberi kemandirian manjadi sebuah Kabupaten sendiri pada tahun 1910.
Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu wilayah yang masuk
dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila.
Secara geografis wilayah Kabupaten Mojokerto terletak antara
111°20’13” s/d 111°40’47” Bujur Timur dan antara 7°18’35” s/d 7°47”
Lintang Selatan. Secara administratif wilayah Kabupaten Mojokerto terdiri
dari 18 kecamatan, dan 304 desa. Luas wilayah secara keseluruhan adalah
692,15 km². Kota Mojokerto menjadi enklave dari Kabupaten Mojokerto.
Suhu udara di wilayah dataran rendah berkisar antara 20°– 34 °C, sedang di
wilayah dataran tinggi suhu udara bernilai kurang dari 19 °C. Wilayah
Kabupaten Mojokerto beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua
musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di
wilayah Kabupaten Mojokerto berlangsung pada periode Mei–Oktober
dengan bulan terkering adalah Agustus. Sementara itu, musim penghujan di
wilayah ini berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah
adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 300 mm per bulan.
Curah hujan di wilayah Kabupaten Mojokerto berkisar padaangka 1.300–
1.900 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80–140 hari
hujan per tahun.
Sampel diambil pada 1 wisata sebagai berikut :
1. Wisata Klurak Eco Park
Dsn. Belor, Ds. Kembangbelor, Pacet, Kab. Mojokerto

B. Inspeksi Sanitasi Kelaikan Fisik


Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan kuisioner untuk wisata
yang ada di Kabupaten Mojokerto didapatkan hasil seperti yang ditunjukkan
pada table berikut :
No Keterangan Sampel Skor Laik/Tidak
Laik
1 Wisata Klurak Eco Park 63 Tidak Laik
Dsn. Belor, Ds. Kembangbelor, Pacet,
Kab. Mojokerto

Berdasarkan table diatas dapat diketahui bahwa keseluruhan wisata tidak


memenuhi persyaratan kelaikan fisik dengan skor diatas 63.
1. Tempat
Klurak Eco Park terletak pada daerah rawan longsor. Krurak Eco park
memiliki ruangan yang berfungsi untuk tempat kerja, ruang tempat
olahraga, ruang tunggu, dan ruang untuk penyimpanan perlengkapan
pendukung yang memadai, memiliki perlengkapan pendukung untuk
usaha tempat wisata pemandian yang memadai, memiliki papan nama
tempat usaha tempat wisata pemandian, memiliki sistem pelayanan usaha
tempat wisata pemandian yang terstandar
2. Peralatan
Pada tempat wisata permandian Klurak Eco Park tidak terdapat
peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk pengaturan udara dan
terdapat perlengkapan instalasi penyediaan air, peralatan/perlengkapan
instalasi listrik yang memadai, perlengkapan pertolongan pada kecelakaan
dan kedaruratan (minimal oksigen set dan tandu).
3. Petugas penjamah makanan dan petugas kebersihan
Pada tempat wisata permandian Klurak Eco Park, penjamah makanan
tidak memiliki surat keterangan mengikuti penyuluhan atau pelatihan
hygiene sanitasi makanan, petugas kebersihan tidak memiliki surat
keterangan mengikuti penyuluhan/sertifikat pelatihan petugas kebersihan
(Cleaning Service), menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi,
tidak melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 1 (satu)
kali dalam setahun, dan petugas pemandu/guide renang tidak memiliki
surat keterangan surat keterangan mengikuti pelatihan pemandu renang
termasuk pertolongan pertama kedaruratan dalam air
4. Ketersediaan sarana dan bangunan untuk pengunjung
Pada tempat wisata permandian Klurak Eco Park bangunannya kuat,
aman, mudah dibersihkan, lantai bangunannya kedap air, permukaan rata,
halus, tidak licin, tidak retak, tidak menyerap debu dan mudah
dibersihkan, serta kemiringan cukup lantai untuk memudahkan
pembersihan dan tidak terjadi genangan air dan mudah pemeliharaannya,
dinding bangunan kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak
retak, tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, warna yang terang
dan cerah, toilet dalam keadaan bersih, atap dan langit-langit bangunan
kuat, mudah dibersihkan, tidak menyerap debu, permukaan rata, dan
mempunyai ketinggian yang kemungkinan adanya pertukaran udara yang
cukup dan tidak tersedia ruang tempat olahraga dan perlengkapannya
dalam keadaan bersih.
Pada wisata Klurak Eco Park juga memiliki kondisi lobby dalam
keadaan bersih, tersedia tempat sampah yang cukup di setiap ruangan dan
tempat sampah sementara, tidak tersedia tempat pengolahan limbah yang
memadai sebelum air limbah tersebut dibuang ke saluran pembuangan
kota. Standar sarana dan bangunan mengikuti standar ketentuan
perundang-undangan terkait arena renang, kondisi tempat kolam renang
dalam keadaan bersih. Pembersihan dilakukan secara rutin terhadap
wahana kolam renang.
5. Ketersediaan air
Pada wisata permandian Klurak Eco Park, ketersediaan air memeenuhi
persyaratan kualitas air minum minimal parameter fisik dan E.Coli sesuai
yang telah ditetapkan dalm peraturan Menteri Kesehatan. Tidak dilakukan
pengujian contoh air minum oleh pihak usaha gelanggang/arena renang di
Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Air yang dditunjuk oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota yang terakreditasi sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sekali, air tersedia sepanjang waktu dalam kondisi cukup, tidak memenuhi
persyaratan kualitas air kolam renang/air permandian alam minimal
parameter fisik E.Coli (khusus permandian alam) dan sisa chlor, atau
residu bahan desinfektan lainnya yang disampaikan kepada pengunjung
setiap hari, tidak dilakukan pengujian contoh air kolam renang/tempat
permandian alam wajib dilakukan oleh pihak Klurak Eco Park. Dilakukan
penggantian air kolam renang secara berkala sesuai kondisi kualitas air.
Pembersihan air atau dilakukannya desinfeksi air dengan bahan
desinfektan air yang sesuai takaran secara rutin setiap harinya.
6. Kondisi udara dan kualitasnya
Pada wisata permandian Klurak Eco Park pencahayaan cukup
memadai jika melakukan aktivitas di bawahnya. Kondisi kualitas udara
dalam setiap ruangan bersih dan nyaman, tetapi tidak melakukan
perawataan terkait sarana pengaturan udara seperti AC dan sejenisnya
secara berkala.
7. Kondisi tempat pengelolaan makanan, minuman, dan produknya
Pada wisata permandian Klurak Eco Park menyesuaikan kriteria
restoran/rumah makan, kantin/sentra jajanan/foodtruck, dan sejenis
lainnya.
8. Pengendalian vector dan binatan pembawa penyakit
Pada wisata permandian Klurak Eco Park memenuhi standar dan
persyaratan vektor dan binatanf pembawa penyakit sesuai peraturan
menteri kesehatan, tidak tersedia SOP pengendalian vektor dan binatang
pembawa penyakit dan kegiatannya.
9. Penilaian sendiri/mandiri (Self Assesment)
Pada wisata permandian Klurak Eco Park pengelola/penanggungjawab
tidak melakukan pengawasan terhadap pemenuhan standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan gelanggang renang dan
tempat permandian alam secara terus menerus dan dilaporkan satu kali
dalam setahun dalm bentuk penilaian sendiri/mandiri (Self Assesment).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pada inspeksi kesehatan lingkungan wisata pemandian yang terdapat di
Kabupaten Mojokerto, wisata pemandian Klurak Eco Park tidak memenuhi
persyaratan menurut Permenkes Nomor 14 Tahun 2021 dengan nilai
pemeriksaan di bawah 70 yaitu 63

B. Saran
Kepada dinkes kab. Mojokerto disarankan tetap memantau secara
berkala inspeksi kesehatan lingkungan wisata pemandian di wilayah kabupaten
mojokerto dan kepada pihak wisata pemandian dimohon untuk memperbaiki
obyek.
DAFTAR PUSTAKA

Juliana, Vira. 2020. LAPORAN SANITASI PARIWISATA DI PEMANDIAN UMUM AIR


PANAS CIKUNDUL. Diakses pada 15 Oktober 2023 dari
https://www.academia.edu/42423104/LAPORAN_SANITASI_PARIWISATA_DI_PE
MANDIAN_UMUM_AIR_PANAS_CIKUNDUL_Perhotelan_dan_Pariwisata_Disus
un_oleh_Vira_Juliana_PROGRAM_STUDI_DIPLOMA_III_KESEHATAN_LINGK
UNGAN_POLTEKES_YAPKESBI_SUKABUMI
Menkes RI. 2021. Peraturan Menteri Kesehatan No. 14 Tahun 2021 Tentang Standar
Kegiatan Usaha Dan Produk Pada Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis
Risiko Sektor Kesehatan.
Menkes RI. 2023. Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2023 Tentang Peraturan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Lingkungan
Menpar RI. 2015 PERMEN PAR RI No. 16 Tahun 2015 tentang Standar Usaha Gelandang
Renang
Juliana, Vira. 2020. LAPORAN SANITASI PARIWISATA DI PEMANDIAN UMUM AIR
PANAS CIKUNDUL. Diakes pada 15 Oktober 2023 dari
https://www.academia.edu/42423104/LAPORAN_SANITASI_PARIWISATA_DI_PE
MANDIAN_UMUM_AIR_PANAS_CIKUNDUL_Perhotelan_dan_Pariwisata_Disus
un_oleh_Vira_Juliana_PROGRAM_STUDI_DIPLOMA_III_KESEHATAN_LINGK
UNGAN_POLTEKES_YAPKESBI_SUKABUMI
Studoco. 2020. Laporan Inspeksi Tempat Wisata Waterfron 2. Diakses pada 15 Oktober 2023
dari https://www.studocu.com/id/document/poltekkes-kemenkes-palu/analis-
kesehatan/laporan-inspeksi-tempat-wisata-waterfron-2/70315963
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai