1. Risiko Infeksi
Virus HIV masuk ke dalam tubuh melalui 3 jalur yaitu
- Transfusi darah terpapar virus HIV
- Penularan secara vertical dari ibu dengan HIV ke anak
- Secara parenteral melalui tusukan parenteral
Melalui 3 jalur tersebut Pasien kemudian terinfeksi HIV, virus beredar
dalam darah atau jaringan mukosa dalam darah terdapat sel darah putih,
virus ini menginfeksi molekul CD4 ( CD4 adalah bagian dari sel darah
putih yang dihancurkan oleh HIV. Makin sedikit jumlah CD4, makin
besar pula kemungkinan seseorang menderita AIDS. Pada kondisi
normal, jumlah CD4 berada dalam rentang 500–1400 sel/mm3. Infeksi
HIV berkembang menjadi AIDS bila hasil hitung sel CD4 di bawah 200
sel/mm3) bagian yang di infeksi Limfosit T4 , Monosit, Sel Dendrit
Setelah sel tersembut diinfeksi, virus masuk dan mereplikasi diri, dengan
2 fase menurut (Corry S. Matondang,1996)
Fase pertama
Dimulai dengan melekatnya HIV pada sel inang melalui interaksi antara
molekul gp 120 (gp120 atau GP120 adalah glikoprotein yang berada di
permukaan selubung virus HIV. gp120 memiliki peran penting dalam
masuknya virus HIV ke dalam sel inang, karena fungsinya mengikat
reseptor-reseptor tertentu di permukaan sel) . HIV dengan molekul CD4
sel inang. Melekatnya diikuti fase membrane sel HIV dengan membrane
sel inang sehingga inti HIV masuk ke dalam sitoplasma sel inang. Di
dalam sel inang terjadilah transkripsi DNA HIV dari RNA HIV oleh
enzim RT yaitu enzim polymerase spesifik HIV. DNA HIV yang
terbentuk kemudian berinteraksi dengan DNA sel inang dengan bentukan
enzim integrase. DNA HIV yang berintegrasi disebut proviral dan
berperilaku seperti gen sel inang yang menggunakan perlengkapan sel
inang untuk membentuk HIV baru
Fase Kedua
Terjadi transkripsi DNA HIV yang telah terintegrasi menjadi RNA
genom HIV dan mRNA yang kemudian di transportasikan ke dalam
sitoplasma untuk di translasi menjadi protein virus dengan bantuan enzim
protease. Genom RNA dan protein yang telah terbentuk, kemudian dirakit
dekat pada permukaan membrane sel inang, Terjadilah partikel HIV yang
akan dilepaskan melalui proses budding dengan mengambil membrane
sel inang sebagai bagian lkipid simpul HIV
Binding. Pada tahap ini virus akan dengan mudah menempel sendiri pada
permukaan sel CD4. Hal ini bisa lantaran virus HIV juga memiliki
protein, sehingga sel-T dengan mudah menerima virus HIV untuk masuk
ke dalam selnya.
Fusion. Di tahap ini, virus HIV akan dengan mudah bergabung dengan
membran sel CD4. Hal ini karena virus HIV berusaha menduplikasi gen
yang dimiliki manusia.
Reverse Transcription. Virus HIV juga memiliki gen RNA dan
berusaha menduplikasi gen DNA yang dimiliki manusia. Pada proses ini,
akan memungkinkan virus HIV memasuki inti sel-T dan bergabung
dengan materi genetik selnya.
Integration. Pada tahap ini, virus HIV akan melepaskan dan memasukan
DNA HIV ke dalam sel inang. Tanpa disadari saat sel berusaha
memproduksi protein baru, sel tersebut akan menghasilkan dan membuat
sel HIV yang baru.
Replication. Usai virus HIV menjadi 'bagian' dari sel darah putih atau
limfosit, maka virus tersebut akan memanfaatkan sel-T sebagai alat untuk
memproduksi lebih banyak lagi virus HIV.
Assembly. Pada tahap ini, virus HIV yang tanpa disadari telah diproduksi
oleh sel CD4 akan pindah ke permukaan sel. Mereka kemudian
berkumpul dengan berbagai virus lainnya yang belum matang atau masih
dalam proses pertumbuhan. Ingat, virus HIV yang bisa menyerang sel
tubuh lainnya adalah virus yang sudah dewasa.
Budding. Virus ini akan melepas enzim yang dimiliki virus HIV. Virus
yang sudah matang atau dewasa, kemudian akan menjangkiti atau
menularkannya pada sel CD4 lainnya.
Binding. Pada tahap ini virus akan dengan mudah menempel sendiri pada
permukaan sel CD4. Hal ini bisa lantaran virus HIV juga memiliki
protein, sehingga sel-T dengan mudah menerima virus HIV untuk masuk
ke dalam selnya.
Fusion. Di tahap ini, virus HIV akan dengan mudah bergabung dengan
membran sel CD4. Hal ini karena virus HIV berusaha menduplikasi gen
yang dimiliki manusia.
Reverse Transcription. Virus HIV juga memiliki gen RNA dan
berusaha menduplikasi gen DNA yang dimiliki manusia. Pada proses ini,
akan memungkinkan virus HIV memasuki inti sel-T dan bergabung
dengan materi genetik selnya.
Integration. Pada tahap ini, virus HIV akan melepaskan dan memasukan
DNA HIV ke dalam sel inang. Tanpa disadari saat sel berusaha
memproduksi protein baru, sel tersebut akan menghasilkan dan membuat
sel HIV yang baru.
Replication. Usai virus HIV menjadi 'bagian' dari sel darah putih atau
limfosit, maka virus tersebut akan memanfaatkan sel-T sebagai alat untuk
memproduksi lebih banyak lagi virus HIV.
Assembly. Pada tahap ini, virus HIV yang tanpa disadari telah diproduksi
oleh sel CD4 akan pindah ke permukaan sel. Mereka kemudian
berkumpul dengan berbagai virus lainnya yang belum matang atau masih
dalam proses pertumbuhan. Ingat, virus HIV yang bisa menyerang sel
tubuh lainnya adalah virus yang sudah dewasa.
Budding. Virus ini akan melepas enzim yang dimiliki virus HIV. Virus
yang sudah matang atau dewasa, kemudian akan menjangkiti atau
menularkannya pada sel CD4 lainnya.
3. Hipovolemia
Virus HIV masuk ke dalam tubuh melalui 3 jalur yaitu
- Transfusi darah terpapar virus HIV
- Penularan secara vertical dari ibu dengan HIV ke anak
- Secara parenteral melalui tusukan parenteral
Melalui 3 jalur tersebut Pasien kemudian terinfeksi HIV, virus beredar
dalam darah atau jaringan mukosa dalam darah terdapat sel darah putih,
virus ini menginfeksi molekul CD4 ( CD4 adalah bagian dari sel darah
putih yang dihancurkan oleh HIV. Makin sedikit jumlah CD4, makin
besar pula kemungkinan seseorang menderita AIDS. Pada kondisi
normal, jumlah CD4 berada dalam rentang 500–1400 sel/mm3. Infeksi
HIV berkembang menjadi AIDS bila hasil hitung sel CD4 di bawah 200
sel/mm3) bagian yang di infeksi Limfosit T4 , Monosit, Sel Dendrit )
Setelah sel tersembut diinfeksi, virus masuk dan mereplikasi diri, dengan
2 fase menurut (Corry S. Matondang,1996)
Fase pertama
Dimulai dengan melekatnya HIV pada sel inang melalui interaksi antara
molekul gp 120 (gp120 atau GP120 adalah glikoprotein yang berada di
permukaan selubung virus HIV. gp120 memiliki peran penting dalam
masuknya virus HIV ke dalam sel inang, karena fungsinya mengikat
reseptor-reseptor tertentu di permukaan sel) . HIV dengan molekul CD4
sel inang. Melekatnya diikuti fase membrane sel HIV dengan membrane
sel inang sehingga inti HIV masuk ke dalam sitoplasma sel inang. Di
dalam sel inang terjadilah transkripsi DNA HIV dari RNA HIV oleh
enzim RT yaitu enzim polymerase spesifik HIV. DNA HIV yang
terbentuk kemudian berinteraksi dengan DNA sel inang dengan bentukan
enzim integrase. DNA HIV yang berintegrasi disebut proviral dan
berperilaku seperti gen sel inang yang menggunakan perlengkapan sel
inang untuk membentuk HIV baru
Fase Kedua
Terjadi transkripsi DNA HIV yang telah terintegrasi menjadi RNA
genom HIV dan mRNA yang kemudian di transportasikan ke dalam
sitoplasma untuk di translasi menjadi protein virus dengan bantuan enzim
protease. Genom RNA dan protein yang telah terbentuk, kemudian dirakit
dekat pada permukaan membrane sel inang, Terjadilah partikel HIV yang
akan dilepaskan melalui proses budding dengan mengambil membrane
sel inang sebagai bagian lkipid simpul HIV
Binding. Pada tahap ini virus akan dengan mudah menempel sendiri pada
permukaan sel CD4. Hal ini bisa lantaran virus HIV juga memiliki
protein, sehingga sel-T dengan mudah menerima virus HIV untuk masuk
ke dalam selnya.
Fusion. Di tahap ini, virus HIV akan dengan mudah bergabung dengan
membran sel CD4. Hal ini karena virus HIV berusaha menduplikasi gen
yang dimiliki manusia.
Reverse Transcription. Virus HIV juga memiliki gen RNA dan
berusaha menduplikasi gen DNA yang dimiliki manusia. Pada proses ini,
akan memungkinkan virus HIV memasuki inti sel-T dan bergabung
dengan materi genetik selnya.
Integration. Pada tahap ini, virus HIV akan melepaskan dan memasukan
DNA HIV ke dalam sel inang. Tanpa disadari saat sel berusaha
memproduksi protein baru, sel tersebut akan menghasilkan dan membuat
sel HIV yang baru.
Replication. Usai virus HIV menjadi 'bagian' dari sel darah putih atau
limfosit, maka virus tersebut akan memanfaatkan sel-T sebagai alat untuk
memproduksi lebih banyak lagi virus HIV.
Assembly. Pada tahap ini, virus HIV yang tanpa disadari telah diproduksi
oleh sel CD4 akan pindah ke permukaan sel. Mereka kemudian
berkumpul dengan berbagai virus lainnya yang belum matang atau masih
dalam proses pertumbuhan. Ingat, virus HIV yang bisa menyerang sel
tubuh lainnya adalah virus yang sudah dewasa.
Budding. Virus ini akan melepas enzim yang dimiliki virus HIV. Virus
yang sudah matang atau dewasa, kemudian akan menjangkiti atau
menularkannya pada sel CD4 lainnya.
Binding. Pada tahap ini virus akan dengan mudah menempel sendiri pada
permukaan sel CD4. Hal ini bisa lantaran virus HIV juga memiliki
protein, sehingga sel-T dengan mudah menerima virus HIV untuk masuk
ke dalam selnya.
Fusion. Di tahap ini, virus HIV akan dengan mudah bergabung dengan
membran sel CD4. Hal ini karena virus HIV berusaha menduplikasi gen
yang dimiliki manusia.
Reverse Transcription. Virus HIV juga memiliki gen RNA dan
berusaha menduplikasi gen DNA yang dimiliki manusia. Pada proses ini,
akan memungkinkan virus HIV memasuki inti sel-T dan bergabung
dengan materi genetik selnya.
Integration. Pada tahap ini, virus HIV akan melepaskan dan memasukan
DNA HIV ke dalam sel inang. Tanpa disadari saat sel berusaha
memproduksi protein baru, sel tersebut akan menghasilkan dan membuat
sel HIV yang baru.
Replication. Usai virus HIV menjadi 'bagian' dari sel darah putih atau
limfosit, maka virus tersebut akan memanfaatkan sel-T sebagai alat untuk
memproduksi lebih banyak lagi virus HIV.
Assembly. Pada tahap ini, virus HIV yang tanpa disadari telah diproduksi
oleh sel CD4 akan pindah ke permukaan sel. Mereka kemudian
berkumpul dengan berbagai virus lainnya yang belum matang atau masih
dalam proses pertumbuhan. Ingat, virus HIV yang bisa menyerang sel
tubuh lainnya adalah virus yang sudah dewasa.
Budding. Virus ini akan melepas enzim yang dimiliki virus HIV. Virus
yang sudah matang atau dewasa, kemudian akan menjangkiti atau
menularkannya pada sel CD4 lainnya.
4. Moluskum Kontagiosum
Moluskum kontagiosum adalah infeksi dengan ciri khas benjolan berwarna
putih atau menyerupai warna daging di kulit. Penyakit ini disebabkan oleh
virus dan menular. Moluskum kontagiosum bukan kondisi yang serius, dan
benjolannya juga umumnya sembuh dengan sendirinya.
Namun, pada penderita HIV yang sistem imunnya rendah, infeksi ini bisa
menjadi kronik dan progresif. Jika diperlukan, dokter akan memberikan
krim asam retinoat. Namun, cara terbaik tetap dengan menekan virus HIV-
nya, karena dengan peningkatan sistem imun, moluskum kontagiosum juga
akan sembuh dengan sendirinya.
5. Herpes
Ada dua jenis herpes, yang pertama adalah herpes simplex tipe 1 (HSV-1),
yang seringkali muncul di dekat mulut. Yang kedua adalah herpes simplex
tipe 2 (HSV-2), yang seringkali muncul di dekat organ seksual. HSV-2
juga disebut herpes genital. Virus herpes menular lewat kontak seksual,
seperti berciuman atau berhubungan seks. Herpes genital juga termasuk
penyakit menular seksual.
Tidak ada obat untuk herpes. Kalau Kamu tertular, virusnya akan menetap
selamanya di dalam tubuh. Biasanya virus tersebut 'tidur' di sel-sel saraf,
ketika tidak terpicu oleh alergi tertentu dan menjadi aktif kembali.
6. Psoriasis
Psoriasis adalah penyakit kulit umum yang menimbulkan ruam merah dan
kulit yang mengelupas. Gejala tersebut biasanya muncul di kulit kepala,
sikut, lutut, dan punggung bagian belakang. Gejala psoriasis juga bisa
muncul di kuku tangan. Psoriasis tidak bisa disembuhkan secara total,
namun pengobatan bisa meredakan gejalanya, pada kasus parah sekalipun.
Pengobatan umum untuk psoriasis termasuk krim steroid, vitamin D, dan
retinoid topikal. Untuk kasus parah, ada terapi khusus untuk mengatasinya.
7. Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik adalah inflamasi pada kulit di sekitar kelenjar sebasea,
yang umumnya terletak di kepala, wajah, punggung bagian atas, dan
selangkangan. Ketika kelenjar ini memproduksi terlalu banyak minyak,
dampaknya berupa kemerahan di kulit dan mengelupas.
Dermatitis seboroik tidak bisa disembuhkan secara total. Namun, untuk
mengobati gejalanya, biasanya dokter memberikan sampo yang
mengandung tar batubara, zinx pyrithione, atau selenium sulfida.
Pengobatan lainnya berupa antijamur topikal. Pada penderita HIV/AIDS,
dermatitis seboroik bisa mereda dengan sendirinya, seiring dengan
pengobatan virus HIV-nya.
Akibat dari berbagai penyakit infeksi kulit terhadap HIV tersebut maka
terganggu kesehatan kulit bagi penderita HIV