Anda di halaman 1dari 10

MODUL 3

PENDIDIKAN PANCASILA
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945
DAN
PENJABARAN PANCASILA DALAM BATANG TUBUH UUD 1945
PERTEMUAN KETIGA

DI SUSUN OLEH
SUNAEDI PRADJA, SP., M.KES., CFrA

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WDH
TANGERANG SELATAN
PROVINSI BANTEN
2021

1 Ned’ssawangandepok321
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DAN
PENJABARAN PANCASILA DALAM BATANG TUBUH UUD 1945

PENDAHULUAN
Pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila
terikat oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal yang
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar Negara (Suhadi,
1998). Cita-cita hukum tersebut terangkum didalam empat pokok pikiran yang terkandung
dalam UUD 1945 yang sama hakikatnya dengan Pancasila, yaitu:
1. Negara Persatuan: "Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia"
2. Keadilan sosial: "Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia "
3. Kedaulaatan Rakyat: "Negara yang berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan /
perwakilan."
4. Ketuhanan dan kemanusiaan: "Negara berdasarkan atas ketuhanan yang menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab."
Pembukaan UUD 1945 adalah sumber motivasi dan aspirasi perjuangan dan tekad bangsa
Indonesia yang merupakan sumber cita-cita luhur dan cita cita mahal, sehingga pembukaan
UUD 1945 merupakan tertib hukum yang tertinggi dan memberikan kemutlakan bagi tertib
hukum Indonesia.
Pembukaan UUD 1945 bersama dengan UUD 1945 diundangkan dalam berita Negara
Republik Indonesia tahun II No.7 terbit tanggal 15 Februari 1946, ditetapkan oleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945. Pada hakekatnya semua aspek penyelenggaraan pemerintah Negara
yang berdasarkan Pancasila terdapat dalam alenia IV pembukaan UUD 1945.
Dengan demikian Pancasila secara yuridis formal ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara
Republik Indonesia bersamaan dengan ditetapkan Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945.
Maka Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 mempunyai hubungan timbal balik sebagai
berikut:
1. Hubungan Secara Formal
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945, maka
Pancasila memperoleh kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan demikian
tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial, ekonomi, politik,
yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan yang unsurnya
terdapat dalam Pancasila.

2 Ned’ssawangandepok321
2. Hubungan secara material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pncasila selain hubungan yang bersifat formal,
sebagaimana di jelaskan di atas juga hubungan secara material yaitu berdasar urut-urutan
tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi,
adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai
sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai sumber
tertib hukum Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara material yang
merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental tersebut tidak lain
adalah Pancasila.

A. HUBUNGAN PANCASILA DENGAN PEMBUKAAN UUD 1945


Pancasila adalah sebagai inti Pembukaan UUD 1945, sehingga mempunyai kedudukan
kuat, tetap dan tidak dapat diubah. Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara
fundamental secara hukum tidak dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR dan DPR.
(Landasan Hukumnya Tap MPRS Nomor XX/MPRS/1966 No Tap MPR No. V/MPR/
1973 dan TAP MPR No. IX/MPR/1978).
Mengubah Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan negara proklamasi. Oleh karena
itu, alinea keempat (yang memuat Pancasila) juga bersifat tetap (tidak dapat diubah),
melekat kuat pada kelangsungan hidup negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dan tertib hukum Republik
Indonesia, perumusan otentiknya termuat dalam pembukaan yang telah pasti demi
kepastian hukumnya. Oleh karena itu, Pancasila merupakan substitusi esensial
Pembukaan UUD 1945.
Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka
Pancasila diterima sebagai dasar negara yang mengatur hidup kenegaraan.
Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 adalah bahwa pokok-pokok pikiran
Pembukaan tidak lain adalah sila-sila Pancasila. Pokok-pokok pikiran tersebut antara lain
negara persatuan, negara hendak mewujudkan keadilan seluruh rakyat Indonesia, Negara
yang berkedaulatan rakyat berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan dan negara
berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab Pancasila sebagai cerminan dari jiwa dan cita-cita hukum bangsa Indonesia
tersebut merupakan norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara dan yang menjadi
sumber hukum sekaligus sebagai cita-cita hukum (recht-idee), baik tertulis maupun tidak
tertulis di Indonesia. Cita-cita ini secara langsung merupakan cerminan kesamaan-
kesamaan kepentingan di antara sesama warga bangsa.
Pancasila dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia
yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang merupakan kepribadian bangsa,
3 Ned’ssawangandepok321
perjanjian luhur serta tujuan yang hendak diwujudkan. Karena itu Pancasila di jadikan
ideologi negara. Pancasila merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-cita moral
luhur yang memiliki suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia, melandasi
proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Pembukaan UUD 1945 yang membuat dasar falsafah negara Pancasila, merupakan satu
keasatuan nilai dan norma yang terpadu yang tidak dapat dipisahkan dengan rangkaian
pasal-pasal dan batang tubuh UUD 1945, hal inilah yang harus kita ketahui, dipahami dan
dihayati oleh setiap orang Indonesia.
Ketuhanan yang merupakan perintah secara pokok itu perlu diberi penjelasan. Hal itulah
yang termuat dalam penjelasan otentik UU Indonesia. Jadi Pancasila adalah jiwa, ini
sumber dan landasan UUD 1945. Secara teknis dapat dikatakan bahwa pokok-pokok
pikiran yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 adalah garis besar cita-cita yang
terkandung dalam Pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan pokok-pokok nilai-
nilai Pancasila yang disusun dalam pasal-pasal UUD 1945. Kedua bagian (kompenan)
UUD 1945 tersebut dijelaskan dalam penjelasan otentik.
Seperti telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan undang-undang dasar adalah
hukum dasar yang tertulis. Hal ini mengandung pengertian bahwa sebagai hukum, maka
undang-undang dasar adalah mengikat perintah, mengikat lembaga negara dan lembaga
masyarakat dan juga mengikat semua negara Indonesia dimana saja dan setiap penduduk
warga Indonesia dan sebagai hukum, maka undang-undang dasar berisi norma-norma,
atura-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.
UUD bukanlah hukum dasar biasa, melainkan hukum dasar yang merupakan sumber
hukum. Setiap produk hukum misalnya undang-undang, peraturan pemerintah atau
keputusan pemerintah, bahkan setiap kebijaksanaan pemerintah haruslah berlandaskan
atau bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya dapat di
pertanggung jawabkan pada ketentuan UUD 1945.
Dalam kedudukan yang demikianlah, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan atau tata
tingkatan norma hukum yang berlaku, merupakan hukum yang berlaku yang menempati
kedudukan yang tinggi. Sehubungan dengan undang-undang dasar juga berfungsi sebagai
alat control untuk mengecek apakah norma hukum yang rendah yang berlaku sesuai atau
tidak dengan ketentuan undang-undang dasar.
Selain dari apa yang diuraikan diatas dan sesuai dengan penjelasan UUD 1945,
pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsung dengan batang tubuh
UUD 1945 itu sendiri ialah bahwa; pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok
pikiran itu diciptakan oleh UUD 1945 dalam pasal-pasalnya.
Dengan tetap menyadari keagungan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan
dengan memperhatikan hubungan dengan batang tubuh UUD 1945 yang memuat dasar
falsafah negara Pancasila dan UUD 1945 merupakan kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu. UUD
1945 terdiri dari rangkaian pasal-pasal yang merupakan perwujudan dari pokok-pokok
pikiran terkandung dalam UUD 1945 yang tidak lain adalah pokok pikiran: persatuan

4 Ned’ssawangandepok321
Indonesia, keadilan sosial, kedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan perwakilan dan ketuhanan Yang Maha Esa menurut kemanusiaan yang
adil dan beradab, yang tidak lain adalah sila dari Pancasila, sedangkan Pancasila itu
sendiri memancarkan nilai-nilai luhur yang telah mampu memberikan semangat kepada
dan terpancang dengan khidmat dalam perangkat UUD 1945. Semangat dan yang
disemangati pada hakikatnya merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Seperti telah disinggung di muka bahwa di samping Undang-Undang dasar, masih ada
hukum dasar yang tidak tertulis yang juga merupkan sumber hukum, yang menurut
penjelasan UUD 1945 merupakan aturan-auran dasar yang timbul dan terpelihara dalam
praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis. Inilah yang dimaksudkan dengan
konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap atau pengisi kekosongan
yang timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut tidak terdapat dalam UUD
1945.
UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan Empat pasal Aturan
Peralihan dan dua ayat aturan Tambahan, maka UUD 1945 termasuk singkat dan bersifat
supel atau fleksibal. Dalam hubumgan ini penjelasan UUD 1945 mengemukakan bahwa
telah cukuplah kalau Undang-Undang Dasar hanya memuat aturan-aturan pokok garis-
garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah pusat dan lain-lain penyelengaraan
negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara. Undang-Undang Dasar yang singkat
itu sangat menguntungkan bagi negara seperti Indonesia ini, yang masih harus terus
berkembang secara dinamis, sehingga dengan aturan-aturan pokok itu akan merupakan
aturan yang luwes, kenyal, tidak mudah ketinggalan zaman, sedang aturan-aturan yang
menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu diserahkan kepada Undang-Undang yang
lebih mudah caranya membuat, merubah dan mencabut. Oleh karena itu, makin supel
(elastic).
Dalam pengertian yang bersifat yuridis kenegaraan, Pancasila yang berfungsi sebagai
dasar negara tercantum dalam Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945, yang dengan jelas
menyatakan, “…..maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi selutuh rakyat Indonesia”.
Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD 1945, maka
fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya adalah sumber dari segala
sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia, sebagaimana tertuang dalam
Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978). Hal ini
mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa seluruh peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden, dan Praturan-peraturan Pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan
pemerintah Republik Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata

5 Ned’ssawangandepok321
lain, isi dan tujuan Peraturan Perundang-undangan RI tidak boleh menyimpang dari jiwa
Pancasila.
Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD 1945 dapat
dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material. Hubungan secara formal,
seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya Pancasila secara formal di
dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa tata kehidupan bernegara tidak
hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduannya
dengan keseluruhan asas yang melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural,
religus dan asas-asas kenegaraan yang unsur-unsurnya terdapat dalam Pancasila.
1. Hubungan Secara Formal :
Dengan dicantumkannya Pancasila secara formal di dalam Pembukaan UUD 1945,
maka Pancasila memperolehi kedudukan sebagai norma dasar hukum positif. Dengan
demikian tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas-asas sosial,
ekonomi, politik, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan
yang unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Jadi berdasarkan tempat terdapatnya Pancasila secarta formal dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Bahwa rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia adalah seperti
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV.
b. Bahwa Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah, merupakan pokok
kaedah Negara yang Fundamental terhadap tertib hukum
c. Bahwa dengan demikian Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi,
selain sebgai Mukaddimah dan UUD 1945 dalam kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, juga berkedudukan sebagai suatu yang bereksistensi sendiri, yang
hakikat kedudukan hukumnya berbeda dengan pasal-pasalnya. Karena Pembukaan
UUD 1945 yang intinya adalah Pancasila tidak tergantung pada batang tubuh UUD
1945, bahkan sebagai sumbernya.
d. Bahwa Pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat, sifat,
kedudukan dan fungsi sebagai pokok kaedah negara yang fundamental, yang
menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup negara Republik Indonesia
yang di proklamirkan tanggal 17 Agustus 1945.
e. Bahwa Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945, dengan demikian mempunyai
kedudukan yang kuat, tetap dan tidak dapat di ubah dan terletak pada kelangsungan
hidup Negara Republik Indonesia.
2. Hubungan secara material :
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang bersifat
formal, sebagaimana di jelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut:
Bilamana kita tinjau kembali proses perumusan Pancasila dan pembukaan UUD 1945,
maka secara kronologis, materi yang di bahas oleh BPUPKI yang pertama-tama adalah
dasar filsafat Pancasila baru kemudian Pembukaan UUD 1945. Setelah pada sidang
pertama pembukaan UUD 1945 BPUPKI membicarakan dasar filsafat negara

6 Ned’ssawangandepok321
Pancasila berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta yang di susun oleh panitia 9, sebagai
wujud bentuk pertama pembukaan UUD 1945.
Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia bersumber pada
Pancasila, atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum Indonesia. Hal ini berarti
secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia meliputi sumber
nilai, sumber materi, sumber bentuk dan sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945
sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya secara material yang
merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental tersebut tidak
lain adalah Pancasila yang merupakan sumber bagi batang tubuh UUD 1945.
Dalam tertib hukum Indonesia diadakan pembagian secara hirarkis, UUD 1945
bukanlah peraturan hukum yang tertinggi, tetapi diatasnya masih ada dasar pokok bagi
UUD 1945 yaitu Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental yang didalamnya temuat Pancasila.
Menurut teori dan keadaan, sebagaimana ditunjukkan oleh Bakry (2010: 222), Pokok
Kaidah Negara yang Fundamental dapat tertulis dan juga tidak tertulis. Pokok
Kaidah yang tertulis mengandung kelemahan, yaitu sebagai hukum positif, dengan
kekuasaan yang ada dapat diubah walaupun sebenarnya tidak sah. Walaupun demikian,
pokok kaidah yang tertulis juga memiliki kekuatan, yaitu memiliki formulasi yang
tegas dan sebagai hukum positif mempunyai sifat imperative yang dapat dipaksakan.
Pokok kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia pada saat ini diharapkan tetap berupa
pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah, karena menurut
Bakry (201: 222), fakta sejarah yang terjadi hanya satu kali tidak dapat diubah.
Pembukaan UUD 1945 dapat juga tidak digunakan sebagai pokok kaidah tertulis yang
dapat diubah oleh kekuasaan yang ada, sebagaimana perubahan ketatanegaraan yang
pernah terjadi saat berlakunya Mukadimah UUDS 1950.
Sementara itu, pokok kaidah yang tidak tertulis memiliki kelemahan, yaitu karena
tidak tertulis maka formulasinya tidak tertentu dan tidak jelas sehingga mudah tidak
diketahui atau tidak diingat. Walaupun demikian, pokok kaidah tidak terulis juga
memiliki kekuatan, yaitu tidak dapat diubah atau dihilangkan oleh kekuasaan karena
bersifat imperative moral dan terdapat dalam jiwa bangsa Indonesianya (Bakry, 2010:
223).
Pokok kaidah yang tidak tertulis mencakup hukum tuhan, hukum kodrat, dan hukum
etis. Pokok kaidah yang tidak tertulis adalah fundamen moral negara, yaitu “Ketuhanan
Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”.

B. PENJABARAN PANCASILA DALAM BATANG TUBUH UUD 1945


Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang meliputi suasana
kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Pokok-pokok
pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia
karena bersumber dari pandangan hidup dan dasar negara, yaitu Pancasila. Pokok-pokok

7 Ned’ssawangandepok321
pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan ke dalam batang tubuh
melalui pasal-pasal UUD NRI tahun 1945.
Hubungan pembukaan UUD 1945 yang memuat Pancasila dalam batang tubuh UUD
1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung pengertian Pembukaan
UUD 1945 merupakan penyebab keberadaan batang tubuh UUD 1945, sedangkan
hubungan organis berarti Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945 merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan
UUD 1945 yang bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak
saja merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah menjadi hukum positif.
Sesuai dengan penjelasan UUD 1945, pembukaan UUD 1945 mengandung 4 pokok
pikiran yang diciptakan dan dijelaskan dalam batang tubuh. Keempat pokok pikiran
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pokok pikiran pertama berintikan “Persatuan”, yaitu “negara melindungi segenap
Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan berdasar atas persatuan
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
2. Pokok pikiran kedua berintikan “Keadilan sosial”, yaitu “negara hendak mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat.”
3. Pokok pikiran ketiga berintikan “Kedaulatan Rakyat”, yaitu “negara yang
berkedaulatan rakyat, berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan perwakilan”
4. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab”.
Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan diterima
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu negara yang melindungi bangsa Indonesia
seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi paham golongan dan
segala paham perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran ini maka persatuan
merupakan dasar negara yang utama. Oleh karena itu, penyelenggara negara dan setiap
warga negara wajib mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan golongan atau
perorangan.
Pokok pikiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menegaskan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang hendak dicapai. Melalui pokok pikiran
ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus dilaksanakan dalam UUD 1945,
sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai dengan berdasar kepada pokok pikiran
pertama, yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan bahwa pokok pikiran keadilan sosial
merupakan tujuan negara yang didasarkan pada kesadaran bahwa manusia Indonesia
mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pokok pikiran ketiga mengandung konsekuensi logis yang menunjukkan bahwa sistem
negara yang terbentuk ke dalam UUD 1945 harus berdasar atas kedaulatan rakyat dan
permusyawaratan perwakilan. Menurut Bakry (2010: 209), aliran sesuai dengan sifat
masyarakat Indonesia. kedaulatan rakyat dalam pokok pikiran ini merupakan sistem

8 Ned’ssawangandepok321
negara yang menegaskan kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Pokok pikiran keempat menuntut konsekuensi logis, yaitu UUD 1945 harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung
pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang
adil dan beradab sehingga mengandung maksud menjunjung tinggi hak asasi manusia
yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur.
Pokok pikiran keempat Pembukaan UUD 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara
(Bakry, 2010; 210). MPR RI telah melakukan amandemen UUD 1945 sebanyak empat
kali secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9 November
2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin (2012: 245-246), keseluruhan batang tubuh
UUD 1945 yang telah mengalami amandemen dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian,
yaitu;
1. Pasal-pasal yang terkait aturan pemerintahan negara dan kelembagaan negara
2. Pasal-pasal yang mengatur hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi
warga negara, agama, pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan social
3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa
negara, lambang negara, lagu kebangsaan, peerubahan UUD 1945, aturan peralihan,
dan aturan tambahan.
Berdasarkan hasil amandemen dan pengelompokan keseluruhan Batang Tubuh UUD
1945, berikut disampaikan beberapa contoh penjabaran Pancasila kedalam batang tubuh
melalaui pasal-pasal UUD 1945.
1. Sistem pemerintahan negara dan kelembagaan negara
a. Pasal 1 ayat (3): Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum yang
dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi hukum untuk menegakkan
keadilan dan kebenaran dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggung
jawabkan.
b. Pasal 3
ayat (1) : MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD 1945
ayat (2) : MPR melantik Prisiden dan / atau Wakil Presiden
ayat (3): MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut UUD 1945
2. Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama,
pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
a. Pasal 26 ayat (2): Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di Indonesia.
b. Pasal 27 ayat (3): setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.

9 Ned’ssawangandepok321
c. Pasal 29 ayat (2): negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu.
d. Pasal 31 ayat (2): setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
e. Pasal 33 ayat (1): perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
f. Pasal 34 ayat (2): negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
3. Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambang negara, dan lagu
kebangsaan.
a. Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih
b. Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia
c. Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika
d. Pasal 36B Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya.

10 Ned’ssawangandepok321

Anda mungkin juga menyukai