Anda di halaman 1dari 10

MATERI PERTEMUAN KE 3

KEPERAWATAN DASAR 2
NS,HERI SETIAWAN,S.KEP,M.KES

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang dilakukan oleh
dokter untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan setelah
pemeriksaan fisik dan penelusuran riwayat keluhan atau riwayat penyakit pada pasien.

Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan yang dilakukan


dokter untuk menentukan diagnosis penyakit pada pasien serta tingkat keparahannya

Pemeriksaan penunjang biasanya dilakukan saat pasien berkonsultasi ke dokter karena


adanya keluhan atau gejala tertentu, atau saat pasien menjalani pemeriksaan kesehatan rutin
(medical check-up).

Selain untuk mendiagnosis penyakit, pemeriksaan penunjang juga dilakukan untuk


menentukan langkah penanganan yang tepat serta memantau keberhasilan terapi pada
pasien.

Berbagai Jenis Pemeriksaan Penunjang atau Diagnostik

Ada sangat banyak jenis pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan oleh dokter. Namun,
ada beberapa jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan, antara lain:

1. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah adalah jenis pemeriksaan penunjang yang paling umum dilakukan.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pasien untuk kemudian
dianalisis di laboratorium.

Pemeriksaan darah biasanya dilakukan untuk mendeteksi penyakit atau kondisi medis
tertentu, seperti anemia dan infeksi. Melalui pemeriksaan penunjang ini, dokter dapat
memantau beberapa komponen darah dan fungsi organ, meliputi:

• Sel darah, seperti sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit atau keping darah

• Plasma darah

• Zat kimia darah, seperti gula darah atau glukosa, kolesterol, asam urat, zat besi,
dan elektrolit

• Analisis gas darah

• Fungsi organ tertentu, seperti ginjal, hati, pankreas, empedu, dan kelenjar tiroid

• Tumor marker
Sebelum melakukan pemeriksaan darah, tanyakan dulu kepada dokter mengenai persiapan
apa yang harus dilakukan, misalnya apakah perlu berpuasa atau menghentikan pengobatan
tertentu sebelum pengambilan sampel darah.

2. Pemeriksaan urine

Pemeriksaan urine adalah jenis pemeriksaan penunjang yang sering kali dilakukan untuk
mengetahui kondisi kesehatan, fungsi ginjal, serta apakah seseorang mengonsumsi obat-
obatan tertentu. Selain itu, pemeriksaan urine juga biasanya dilakukan pada ibu hamil untuk
memastikan kehamilan atau untuk mendeteksi preeklamsia.

Pemeriksaan urine dapat dilakukan sebagai bagian dari medical check-up rutin atau ketika
dokter mencurigai adanya penyakit tertentu, seperti penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, atau
batu ginjal.

3. Elektrokardiogram (EKG)

Pemeriksaan penunjang ini sering digunakan untuk memantau kerja jantung, khususnya irama
detak jantung dan aliran listrik jantung. EKG juga dapat dilakukan untuk mendeteksi kelainan
jantung, seperti aritmia, serangan jantung, pembengkakan jantung, kelainan pada katup
jantung, dan penyakit jantung koroner.

Pemeriksaan EKG bisa dilakukan di tempat praktik dokter, IGD rumah sakit, atau di ruang
perawatan pasien, seperti di ICU atau di bangsal rawat inap.

Saat menjalani pemeriksaan EKG, pasien akan diminta untuk berbaring dan melepaskan baju
serta perhiasan yang dikenakan, selanjutnya dokter akan memasang elektroda di bagian
dada, lengan, dan tungkai pasien.

Ketika pemeriksaan berlangsung, pasien disarankan untuk tidak banyak bergerak atau
berbicara karena dapat mengganggu hasil pemeriksaan.

4. Foto Rontgen

Foto Rontgen merupakan jenis pemeriksaan penunjang yang menggunakan radiasi sinar-X
atau sinar Rontgen untuk menggambarkan kondisi berbagai organ dan jaringan tubuh.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mendeteksi:

• Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan pergeseran sendi
(dislokasi)

• Kelainan gigi

• Sumbatan saluran napas atau saluran cerna

• Batu saluran kemih

• Infeksi, seperti pneumonia, tuberkulosis, dan usus buntu


Pada kasus tertentu, dokter mungkin akan memberikan zat kontras kepada pasien melalui
suntikan atau per oral (diminum), agar hasil foto Rontgen lebih jelas.

Meski demikian, zat kontras ini kadang bisa menimbulkan beberapa efek samping, seperti
reaksi alergi, pusing, mual, lidah terasa pahit, hingga gangguan ginjal.

5. Ultrasonografi (USG)

USG adalah pemeriksaan penunjang yang menggunakan gelombang suara untuk


menghasilkan gambar organ dan jaringan di dalam tubuh.

Pemeriksaan penunjang ini sering dilakukan untuk mendeteksi kelainan di organ dalam tubuh,
seperti tumor, batu, atau infeksi pada ginjal, pankreas, hati, dan empedu.

Tak hanya itu, USG juga umum dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan kehamilan untuk
memantau kondisi janin serta untuk memandu dokter saat melakukan tindakan biopsi.

Sebelum pemeriksaan USG dilakukan, dokter mungkin akan meminta pasien untuk berpuasa
serta minum air putih dan menahan buang air kecil untuk sementara waktu. Pasien kemudian
akan diperbolehkan buang air kecil dan makan kembali setelah pemeriksaan USG selesai
dilakukan.

6. Computed tomography scan (CT Scan)

CT scan adalah pemeriksaan penunjang yang memanfaatkan sinar Rontgen dengan mesin
khusus untuk menciptakan gambar jaringan dan organ di dalam tubuh.

Gambar yang dihasilkan oleh CT scan akan terlihat lebih jelas daripada foto Rontgen biasa.
Pemeriksaan CT scan biasanya berlangsung sekitar 20–60 menit.

Untuk menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik atau lebih akurat dalam mendeteksi
kelainan tertentu, seperti tumor atau kanker, dokter dapat menggunakan zat kontras saat
melakukan pemeriksaan CT scan.

7. Magnetic resonance imaging (MRI)

MRI sepintas mirip dengan CT scan, tetapi pemeriksaan penunjang ini tidak memanfaatkan
sinar Rontgen atau radiasi, melainkan gelombang magnet dan gelombang radio berkekuatan
tinggi untuk menggambarkan kondisi organ dan jaringan di dalam tubuh. Prosedur MRI
biasanya berlangsung selama 15–90 menit.

Pemeriksaan MRI dapat dilakukan untuk memeriksa hampir seluruh bagian tubuh, termasuk
otak dan sistem saraf, tulang dan sendi, payudara, jantung dan pembuluh darah, serta organ
dalam lainnya, seperti hati, rahim, dan kelenjar prostat.

Sama seperti CT scan dan foto Rontgen, dokter juga terkadang akan menggunakan zat
kontras untuk meningkatkan kualitas gambar yang dihasilkan pada pemeriksaan MRI.

8. Fluoroskopi
Fluoroskopi adalah metode pemeriksaan radiologis yang memanfaatkan sinar Rontgen untuk
menghasilkan serangkaian gambar menyerupai video. Pemeriksaan penunjang ini umumnya
dikombinasikan dengan zat kontras, agar gambar yang dihasilkan lebih jelas.

Fluorokospi biasanya digunakan untuk mendeteksi kelainan tertentu di dalam tubuh, seperti
kerusakan atau gangguan pada tulang, jantung, pembuluh darah, dan sistem pencernaan.
Fluoroskopi juga bisa dilakukan untuk membantu dokter ketika melakukan kateterisasi jantung
atau pemasangan ring jantung.

9. Endoskopi

Endoskopi bertujuan untuk memeriksa organ dalam tubuh dengan endoskop, yaitu alat
berbentuk selang kecil yang elastis dan dilengkapi kamera di ujungnya. Alat ini terhubung
dengan monitor atau layar TV, sehingga dokter dapat melihat kondisi organ dalam tubuh.

Pemeriksaan endoskopi biasanya dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna dan
mendiagnosis penyakit tertentu, seperti gastritis atau peradangan pada lambung, tukak
lambung, GERD, kesulitan menelan, perdarahan saluran pencernaan, serta kanker lambung.

Selain beberapa jenis pemeriksaan penunjang di atas, ada beberapa jenis pemeriksaan
penunjang lainnya yang juga sering dilakukan dokter, seperti:

• Ekokardiografi

• Biopsi

• Elektroensefalografi (EEG)

• Pemeriksaan tinja

• Pemeriksaan cairan tubuh, seperti cairan otak, cairan sendi, dan cairan pleura

• Pemeriksaan genetik

Ada banyak sekali jenis pemeriksaan penunjang dengan fungsi, kelebihan, dan
kekurangannya masing-masing. Suatu pemeriksaan penunjang mungkin cocok untuk
mendeteksi jenis penyakit tertentu, tapi tidak efektif untuk mendeteksi jenis penyakit lainnya.
Bahkan, kadang dibutuhkan beberapa jenis pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis
suatu penyakit.

Biasanya, dokter akan menyarankan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis


penyakit setelah melakukan anamnesa (tanya jawab) dan pemeriksaan fisik pada pasien.
Jenis pemeriksaan penunjang yang dilakukan akan disesuaikan dengan penyakit yang
dicurigai oleh dokter dan kondisi pasien secara umum.

Pemeriksaan laboratorium juga sebagai ilmu terapan untuk menganalisa cairan tubuh dan
jaringan guna membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan mengobati pasien.
Pada umumnya diagnosis penyakit dibuat berdasarkan gejala penyakit (keluhan dan tanda),
dan gejala ini mengarahkan dokter pada kemungkinan penyakit penyebab. Hasil pemeriksaan
laboratorium dapat menunjang atau menyingkirkan kemungkinan penyakit yang
menyebabkan, misalnya dalam pemeriksaan biakan darah pada demam tifoid, jika positif amat
mendukung diagnosis, tapi bila negatif tak menyingkirkan diagnosis demam tifoid jika secara
klinis dan pemeriksaan lain (misalnya pemeriksaan Widal) menyokong.

Dalam diagnosis penyakit kadang-kadang tidaklah mudah, terutama pada permulaan


penyakit, gejala klinis penyebabnya masih berupa kemungkinan, meski dokter biasanya dapat
menetapkan kemungkinan yang paling tinggi. Karena itu, pada tahap permulaan dokter tidak
selalu dapat menentukan diagnosis penyakit. Diperlukan data-data tambahan dari
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain.

Menurut Henry dan Howanitz, para dokter memilih dan mengevaluasi uji-uji
laboratorium dalam perawatan pasien sekurang-kurangnya satu dari alasan-alasan
berikut ini:

1. Untuk menunjang diagnosis klinis

2. Untuk menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis atau penyakit

3. Untuk digunakan sebagai pedoman terapi atau manajemen

4. Untuk digunakan sebagai panduan prognossi

5. Untuk mendeteksi suatu penyakit (uji saring)

Pemeriksaan laboratorium memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut:

1. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan resiko
terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko
tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan).

2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang,
berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta berkaitan erat dengan
komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi menemukan kemungkinan diagnostik yang
dapat menyamarkan gejala klinis

3. Membantu pemantauan pengobatanMenyediakan informasi prognosis atau perjalanan


penyakit, yaitu untuk memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi
dan pengelolaan pasien selanjutnya

4. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan penyakit


dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat meminimalkan komplikasi
yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala.
5. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan

6. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit

Beberapa Contoh Pemeriksaan Laboratorium Yang sering digunakan

Pemeriksan laboratorium dilakukan melalui prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil


bahan atau sample dari penderita, yang dapat berupa darah, urine (air kencing), faeces,
sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy.

1. Pemeriksaan Hematologi, dapat berupa: a. panel pemeriksaan demam, untuk


mengetahui adanya penyakit infeksi yang dapat menimbulkan demam. Beberapa
penyakit yang dapat menimbulkan demam adalah: bakteri/kuman menyebab infeksi
saluran napas (TBC, Bronchitis), saluran kemih, saluran pencernaan (demam tifoid),
darah (demam berdarah, malaria), dan lain-lain; b. pemeriksaan fungsi hati dan
pertanda hepatitis, untuk mengetahui adanya radang hati dan adanya gangguan pada
fungsi hati; c. pemeriksaan fungsi ginjal dan pemeriksaan kimia darah, untuk faal ginjal;
d. pemeriksaan metabolisme gula, untuk diagnosis dan follow up kadar gula darah; e.
pemeriksaan metabolisme lemak, untuk mengetahui kadar lemak darah untuk
mendeteksi resiko terhadap kejadian penyakit; f. pemeriksaan elektrolit darah

2. Pemeriksaan Imunoserologi

3. Pemeriksaan Radiologi: meliputi pemeriksaan rontgen, ultrasonografi (USG),


computed tomography (CT Scan), magnetic resonance imaging (MRI), intravenous
pyelography (IVP), dan sebagainya. Dengan berbagai macam pemeriksaan radiologi
ini dapat diketahui adanya anomali organ, massa, peradangan, perdarahan, sampai
pada penilaian fungsi ekskresi dan kerusakan struktur organ.

4. Pemeriksaan urine

5. Pemeriksaan laboratorium pada kehamilan, pemeriksaan laboratorium pra-nikah

6. Pemeriksaan faeces

7. Pemeriksaan analisa cairan otak

8. analisa getah lambung, duodenum, dan cairan empedu

9. Pemeriksaan laboratorium lainnya seperti analisa sperma, batu empedu, cairan pleura,
batu ginjal, sputum.

Perlu diingat bahwa penentuan diagnosis suatu penyakit harus dilihat pada penemuan klinis
yang didapat, bukan hanya dari pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium hanya
sebagai pemeriksaan penunjang untuk diagnosis suatu penyakit.
Apa Saja Persiapan Pemeriksaan Diagnostik Itu?

Berikut ada beberapa persiapan pemeriksaan diagnostik yang mungkin perlu dilakukan agar
dokter dapat terbantu dalam menentukan rencana yang mencakup tindakan atau pengobatan
yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien masing-masing.

1. Rontgen atau x-ray

Hasil persiapan pemeriksaan diagnostik rontgen

Rontgen atau x-ray merupakan teknik pencitraan dengan menggunakan gelombang


elektromagnetik yang menghantarkan gelombang radiasi yang dapat memindai bagian dalam
tubuh.

Hasil rontgen ini akan menghasilkan warna gambar yang bergantung dari kepadatan area
yang dipindai.

Hasilnya dapat berwarna putih (tulang dan materi padat lainnya), hitam (rongga) dan abu-abu
(lemak dan otot).

2. CT Scan

Computerised Tomography (CT) Scan atau pencitraan tomografi terkomputerisasi, adalah


prosedur pemeriksaan yang menggunakan sistem penggambaran digital dan sinar X untuk
mendapatkan gambar penampang tubuh dan hasilnya diolah dengan komputer untuk
menghasilkan gambar dalam irisan-irisan lebih detail yang jelas menggambarkan tulang,
pembuluh darah, dan jaringan lunak.

Mesin CT scan berbentuk seperti terowongan.

Anda akan diminta berpuasa sebelum dilakukan CT scan jika diperlukan zat kontras yang
disuntikkan untuk menyoroti pembuluh darah dan jaringan lebih jelas.

Persiapan pemeriksaan diagnostik CT scan:


• Berpuasa minimal 6 jam sebelum CT scan dilakukan

• Memberikan informasi mengenai penyakit tertentu seperti diabetes, alergi, atau sedang
dalam pengobatan tertentu

3. Persiapan Pemeriksaan Diagnostik MRI

Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik, merupakan


pemeriksaan yang menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio untuk melihat secara
detail organ dari berbagai sudut.

MRI dapat menghasilkan detail gambar untuk pencitraan jaringan lunak.

MRI memberikan gambaran struktur tubuh yang tidak bisa didapatkan dari hasil pemeriksaan
lain, seperti rontgen, USG atau CT scan.

MRI ini dilakukan untuk membantu pemeriksaan tulang belakang untuk melihat kemungkinan
adanya proses degenerasi (syaraf terjepit atau herniasi nukleus pulposus/HNP), tumor,
infeksi, trauma/cedera, kelainan bawaan.

MRI juga disertakan dalam pemeriksaan muskuloskeletal seperti lutut, bahu, siku,
pergelangan tangan/kaki, mendeteksi robekan tulang rawan/tendon/ligament, tumor,
infeksi/abses dan sebagainya.

MRI tulang belakang, utamanya dapat menunjukkan:

1. Kesejajaran tulang belakang

2. Letak tinggi bantalan tulang

3. Susunan (konfigurasi) tulang belakang

4. Bantalan sendi antarruas tulang belakang (apakah normal, menonjol, ada tidaknya
proses degenerasi)

5. Saraf tulang belakang (apakah terjepit atau tidak)

6. Hasil pasca tindakan (melihat kemungkinan adanya luka parut atau infeksi)

Sebelum persiapan pemeriksaan diagnostik MRI, sebenarnya tidak ada persiapan khusus.
Hanya saja, perlu melepaskan perhiasan atau aksesoris lainnya agar tidak mengganggu kerja
mesin MRI.

4. USG

Ultrasonografi (USG) adalah prosedur pencitraan dengan menggunakan teknologi gelombang


suara (ultrasound) berfrekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar.

USG menggunakan transduser yang bekerja dengan transmitter gelombang suara frekuensi
tinggi.

Gelombang ini akan diterima dalam bentuk sinyal listrik yang diartikan oleh mesin menjadi
gambar di layar monitor secara langsung.
Pemeriksaan USG ini juga dapat melihat sendi, kerangka, dan ligamen serta otot.

Persiapan khusus sebelum dilakukannya USG (terutama dilakukan untuk menegakkan


diagnosis peradangan pada tendon, tulang dan tulang rawan atau peradangan sendi.

USG ini juga dapat membantu dokter untuk memandu tindakan injeksi.

5. EMG

Elektromyografi (EMG) merupakan proses deteksi, analisa dan pemanfaatan sinyal listrik yang
berasal dari kontraksi otot saat otot bekerja.

EMG dilakukan dengan menggunakan sebuah alat elektromiograf, yang merekam dan nanti
hasilnya disebut dengan elektromiogram.

Elektromiograf ini dapat mendeteksi aktivitas listrik yang dihasilkan oleh sel-sel otot baik saat
istirahat maupun bekerja

Tes EMG merupakan tes penting yang digunakan untuk mendiagnosis kelainan otot dan
saraf yang berguna untuk mengevaluasi kelainan saraf tepi/perifer (kelemahan otot, kebas,
kesemutan).

Hasil tes EMG ini dapat membantu dokter untuk menentukan penyebab kelemahan otot
misalnya cedera saraf yang terkait ke otot tersebut, atau gangguan neurologis.

Persiapan khusus sebelum dilakukan tes ini, tidak ada.

EEG

Hasil persiapan pemeriksaan diagnostik EEG

Elektroensefalografi (EEG) merupakan teknik merekam aktivitas listrik di bagian otak dan
mengubah informasi tersebut menjadi suatu pola digital dan tercatat di atas kertas yang
disebut dengan elektroensefalogram. Alat yang merekam aktivitas listrik di otak ini disebut
ensefalograf.

Pemeriksaan EEG (disebut juga dengan tes gelombang otak) merupakan salah satu tes
diagnostik utama pada epilepsi dan penting untuk:
1. Menentukan jenis kejang

2. Menemukan kelainan struktural, fungsional, metabolik yang terjadi di otak, seperti


demensia, cedera kepala, infeksi, tumor, gangguan tidur, penyakit degeneratif, dan
gangguan metabolik yang mengganggu fungsi otak

3. Menemukan tempat aktivitas listrik otak yang abnormal

4. Menentukan jenis epilepsi

5. Membantu menentukan pilihan obat antiepilepsi (OAE) dan perjalanan penyakit


epilepsi

Persiapan sebelum EEG, antara lain:

• tidak dalam kondisi batuk, pilek, demam

• hindari makanan/minuman berkafein (kopi, teh) minimal 8 jam sebelum tes dilakukan

• rambut harus bersih (tidak memakai gel, hairspray, minyak rambut, dll)

• tidak perlu puasa

Daftar Pustaka

Carl E Speicher,M.D, pemilihan uji laboratorium yang efektif, EGC-Jakarta, Edisi ke-
1, halaman 9-15,35-40.

Ronald A Spacher, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, EGC-Jakarta,


Edisi ke-2, halaman 14.

Anda mungkin juga menyukai