Anda di halaman 1dari 2

KEBOCORAN DATA MENGENAI PENAHANAN ETNIS UIGHUR

DALAM KAMP KONSENTRASI XINJIANG, TIONGKOK

Jika serangan rudal oleh zionis sudah menjadi makanan sehari-hari bagi
saudara-saudara kita di Palestina, kaum Muslim hanya bisa mengirimkan donasi,
menjadi relawan, menerima pengungsi, dan memutuskan hubungan diplomasi
dengan Israel. Jika kaum Muslim di Rohingya tidak diberi kewarganegaraan oleh
pemerintah Myanmar, bantuan untuk mereka hanya tersisa donasi, relawan, dan
temapt pengungsian. Sebab banyak pemimpin-pemimpin Muslim yang masih
menjalin hubungan diplomasi dengan pemerintah Myanmar. Jika Muslim dari etnis
Uighur di Xinjiang dipersekusi dalam kamp konsentrasi, kita bisa bantu apa?

Dr. Zakir Naik pernah berpendapat, bahwa kaum Muslim yang paling
menderita saat ini adalah Muslim etnis Uighur di Xinjiang. Sebab, mereka diserang
langsung dari akidah Islam. Jangankan salat Id, mengumandangkan adzan, memakai
cadar, dam berjenggot panjang. Salat wajib lima waktu di Xingjiang saja sudah tidak
aman akibat cengkeraman pemerintah Tiongkok yang begitu ketat terhadap etnis
Uighur. Tidak berhenti di kota Xinjiang saja, kaum Muslim Uighur yang tersebar di
dalam dan di luar negara Tiongkok akan dilacak oleh Pemerintah Tiongkok untuk
kemudian diawasi gerak-geriknya. Seperti kasusnya Mihrigul Tursun, etnis Uighur
yang baru pulang dari luar negeri ke Tiongkok bisa ditangkap oleh aparat Tiongkok
hanya karena masalah etnis. Untuk melengkapi deretan isu tadi, Pemerintah
Tiongkok juga pandai menutupi penyiksaan terhadap etnis Uighur dengan berbagai
propaganda.

Namun atas izin Allah SWT, pada bulan Mei 2022 sejumlah data polisi
Tiongkok mengenai persekusi terhadap etnis Uighur dalam kamp konsentrasi
akhirnya bocor. Kebocoran data ini mengungkapkan identitas orang-orang Uighur
yang ditahan dalam kamp konsentrasi di Tiongkok. Selain identitas, bentuk
penyiksaan terhadap etnis Uighur juga tergambar dengan rinci. Terbukti bahwa
aparat Tiongkok memberlakukan kerja paksa, indoktrinasi politik, penyiksaan, dan
sterilisasi paksa dalam kamp-kamp konsentrasi. Maka dari itu, sudah jelas bahwa
penindasan terhadap etnis Uighur oleh aparat Tiongkok itu nyata dan harus
diberhentikan.

Kebocoran data mengenai kondisi penahanan etnis Uighur di kamp


konsentrasi Xinjiang seharusnya menjadi momentum bagi kaum Muslim untuk
bersatu melawan aparat-aparat zalim. Namun kita perlu bertanya kembali dalam
benak kita, apakah kebocoran data saja cukup untuk menyatukan kekuatan Kaum
Muslim di dunia? Mau ada kebocoran data vital sebesar apapun, itu belum bisa
mengangkat penderitaan kaum Muslim Uighur selama kaum Muslim bercerai-berai
oleh batas-batas nasionalisme. Kekuatan militer, politik, dan IPTEK yang bisa
menlawan kezaliman pemerintah Tiongkok memang sudah ada di berbagai belahan
dunia ini. Namun kekuatan-kekuatan tersebut tidak bisa begitu saja menyerang
aparat-aparat zalim. Sebab aparat-aparat zalim tersebut dilindungi oleh lembaga-
lembaga internasional seperti Perseritakan Bangsa-Bangsa (PBB) / United Nations
(UN).

Perlu dipahami juga bahwa tanpa adanya kebocoran data Polis Tiongkok
seperti baru-baru ini, masih ada banyak bukti bahwa Pemeritah Tiongkok sudah
mempunyai niat buruk terhadap etnis Uighur di Xinjiang. Jika dilihat dari sejarah,
Republik Rakyat Tiongkok mengklaim wilayah Turkistan Timur (sekarang dinamai
Xinjiang) sebagai bagian dari negaranya sejak tahun 1949. Tujuan pengklaiman
wilayah tersebut oleh Pemerintah Tiongkok adalah untuk mengeruk manfaat seperti
sumber daya alam, lokasi strategis untuk proyek OBOR (One Belt One Road), dan
lain sebagainya.

Namun di balik manfaat yang bisa dikeruk di wilayah Xinjiang, ada satu
masalah. Etnis Uighur yang sudah lama menetap di Xinjiang sebelum diklaim oleh
Tiongkok itu mayoritas beragama Islam. Para Muslim Uighur pun menjalankan
kewajiban Islam dengan semangat. Itu merupakan masalah besar bagi Pemerintah
Tiongkok mengingat Republik Rakyat Tiongkok masih menganut komunisme
sebagai ideologinya. Sedangkan Islam sendiri bertolak belakang dengan ideologi
bengis terseut yang tidak mengakui keberadaan Tuhan.islam juga menentang
pengambilan sumber daya alam yang sewenang-wenang sebagaimana yang terjadi di
wilayah Xinjiang. Maka tak heran jika penyerangan aparat Tiongkok kepada kaum
Muslim Uighur itu dimulai dari akidah Islam.

Saudara-saudara Muslim semua, sudah saatnya kita mengambil tindakan tegas


untuk mengakhiri penderitaan kaum Muslim di Uighur dan di seluruh dunia. Bentuk
tindakkan tegas kita adalah dengan menjadi pengemban dakwah ideologis untuk
mengembalikan penerapan syariat Islam di muka Bumi ini. Sebab hanya dengan
penerapan syariat Islam, umat Muslim akan bersatu untuk mencegah pertumpahan
darah manusia sekecil apapun itu.

REFERENSI:
Cahya. 2022. “Terungkap Data Tiongkok Siksa dan Penjara Lebih dari 1 Juta Etnis
Uyghur”. https://mediaindonesia.com/internasional/492197/terungkap-data-tiongkok-
siksa-dan-penjara-lebih-dari-1-juta-etnis-uyghur

Mamtimin dan Salih. 2021. “Independence Is the Only Way Forward for East
Turkestan”. https://foreignpolicy.com/2021/08/11/independence-east-turkistan-china-
uyghurs-xinjiang/

Anda mungkin juga menyukai