Anda di halaman 1dari 2

JIKA AL-QURAN SUDAH SEMPURNA, MENGAPA MASIH BUTUH

HADIS?

Terkadang saat mempelajari Islam, para pelajar memiliki banyak kegundahan


mengenai hadis. Mereka bingung mengapa harus mempelajari hadits padahal Al-
Quran adalah wahyu dari Allah azza wa jala yang isinya tidak perlu diragukan lagi.
Apalagi hadis itu merupakan kata-kata manuisa, bukan dari Allah SWT. Belum lagi
riwayat hadis yang harus diteliti seketat mungkin untuk menghindari keberedaran
kekeliruan.

Argumen seperti ini bukan sesuatu yang baru. Pada zaman Rasulullah SAW,
para mualaf di Madinah pernah meragukan perkataan beliau. Salah satu alasannya
bermula pada pertanyaan:“Bagaimana kita tahu bahwa perkataan Nabi Muhammad
datang dari Allah? Jangan-jangan perkataan Rasulullah hanya dibuat-buat.”

Pertama-tama kita harus memahami dulu kenapa harus menaati Nabi Muhammad
SAW? Jawaban tersebut tertuang dengan sangat jelas pada surat An-Nisa ayat 65.
َ ِّ‫ )فَاَل َو َرب‬yang berarti
Keistimewaan ayat ini terlihat dari kata-kata awalnya yakni ( ‫ك‬
maka demi Tuhanmu. Allah bersumpah atas namanya sendiri saat menyeru kepada
Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, Allah SWT menerangkan bahwa seseorang
tidak dianggap beriman sampai mereka menjadikan Rasulullah sebagai hakim dalam
perselisihkan perkara. Selain itu, hati kita harus senantiasa dijaga supaya tidak
keberatan terhadap keputusan yang diambil oleh Rasulullah SAW.
۟ ‫ضيْتَ َويُ َسلِّ ُم‬ ۟ ‫ك فِيما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِجد‬
َ َ‫ُوا فِ ٓى َأنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِّم َّما ق‬
‫وا تَ ْسلِي ًما‬ َ َ ‫ك اَل يُْؤ ِمنُونَ َحتَّ ٰى يُ َح ِّك ُمو‬
َ ِّ‫فَاَل َو َرب‬
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap
putusan yang Engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”

Kembali ke pertanyaan awal, bagaimana kita tahu bahwa perkataan Nabi


Muhammad SAW itu berasal dari Allah? Jika kita pelajari kemali kehidupan
Rasulullah, beliau baru mendapatkan wahyu sekaligus diangkat sebagai Rasul saat
sudah berumur 40 tahun. Maka, Rasulullah pun butuh mukjizat sebagaimana para
Rasul terdahulu guna meyakinkan orang lain terhadap keberadaan Allah. Maka Allah
SWT menurunkan dua mukjizat kepada Rasulullah, yakni kepribadian Nabi
Muhammad SAW yang mulia dan Al-Quran.

1.Kepribadian Rasulullah
Kepribadian mulia Nabi Muhammad SAW sendiri merupakan mukjizat dari
Allah. Bahkan sebelum beliau diangkat sebagai Rasul, kepribadian mulia ini sudah
nampak sejak Muhammad SAW masih dalam usia dini. Al-Quran pun mengakui
keistimewaan dari kepribadian Rasulullah, salah satunya ada di surah Al-Qalam ayat
4 yang berbunyi:

ٍ ُ‫َواِنَّكَ لَ َع ٰلى ُخل‬


‫ق َع ِظي ٍْم‬
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”

Segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW itu merupakan panduan
untuk menjadi seorang muslim sejati, sekaligus menerapkan Islam secara sempurna.
Di situlah pentingnya hadis/As-Sunnah sebagai riwayat kehidupan Rasulullah SAW,
agar kita paham caranya menerapkan Islam dengan sempurna. Selain itu, kepribadian
Muhammad SAW merupakan kemudahan untuk menarik orang lain ke Islam. Apalagi
saat masa jahiliah Makkah dahulu, sosok mulia seperti Rasulullah sangat langka
dalam suasana kota yang penuh kebiadaban.

2.Al-Quran
Awalnya, Al-Quran tidak berbentuk buku seperti yang kita pegang hari ini.
Al-Quran itu merupakan perkataan langsung dari Allah SWT. Lalu mukjizat Allah itu
diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagaimana para Rasul sebelumnya
mempunyai mukjizatnya masing-masing.

Perkataan Allah dalam Al-Quran tidak mungkin sebanding dengan karya


sastra manusia. Maka saat Rasulullah menyampaikan ayat-ayat Al-Quran secara lisan,
orang-orang kafir Quraisy mengetahui bahwa perkataan seperti itu tidak mungkin
diciptakan oleh manusia.

Dari sini persoalan tentang perkataan Nabi Muhammad sudah terjawab. Ketika
Rasulullah mengucapkan ayat-ayat Al-Quran, itu berasal dari Allah mengingat bahasa
Al-Quran yang tak ada tandingannya dengan karya sastra manusia. Adapun perkataan
Rasulullah selain Al-Quran, itu memang perkataan beliau sendiri yang tetap diilhami
oleh Allah SWT. Karena keberadaan Rasulullah SAW sendiri adalah mukjizat, maka
sudah sewajarnya kita meneladani segala perkataan dan perbuatan beliau.

Sebagai analogi, ketika kita belajar sesuatu pasti ada bagian teori dan praktik.
Begitupun saat belajar Islam, ada teorinya berupa Al-Quran dan praktik dalam
kehidupan sehari-hari yakni teladan Nabi Muhammad SAW. Maka sangat jelas bahwa
Al-Quran dan Hadis/As-Sunnah itu tak bisa dipisahkan. Dengan kata lain,
mempelajari hadis itu justru tanda keseriusan kita dalam mempelajari Al-Quran.

Sekian penjelasan penulis mengenai pentingnya Hadis meskipun sudah ada


Al-Quran. Semoga tulisan ini bisa menjadi bekal pembaca supaya lebih semangat
mempelajari Al-Quran dan Hadis.

Anda mungkin juga menyukai