Anda di halaman 1dari 2

Penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) merupakan masalah

kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit

kardiovaskular ini menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Data dari

Institute for Health Metrics and Evaluation, lembaga statistik kesehatan asal

Amerika Serikat menyebutkan kematian akibat penyakit ini mencapai 36,3% dari

total kematian di Indonesia pada 2016. Evidence and Analytics, lembaga riset

kesehatan asal Inggris mencatat berbagai faktor terkait pola hidup menjadi

pemicu munculnya penyakit ini, antara lain kebiasaan merokok, kelebihan berat

badan, dan tekanan darah tinggi (Kemenkes, 2018).

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyakit

kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan

sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi dan jumlah penyandang

hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan

terdapat 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap

tahunnya sejumlah 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya

(WHO, 2015).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) prevalensi hipertensi di

Indonesia sebesar 34,1%. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan

prevalensi hipertensi pada Riskesdas Tahun 2013 sebesar 25,8%. Hipertensi di

Indonesi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun

(45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Prevalensi hipertensi paling tinggi pada
kelompok umur lebih dari 75 tahun yakni 69,5%. Sementara, prevalensi paling

kecil yakni pada kelompok umur 18-24 tahun (13,2%) (Riskesdas, 2018).

Prevalensi angka hipertensi pada provinsi Jawa Timur menurut Riskesdas (Riset

Kesehatan Dasar) pada tahun 2018 menduduki peringkat ke-6 dengan jumlah

36,3%. Angka ini mengalami kenaikan di mana sebelumnya pada tahun 2013

sebesar…

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada

tahun 2018, Prevalensi hipertensi di Kota Batu berdasarkan hasil pengukuran

pada penduduk umur ≥18 tahun sebesar 44% yang mana angka tersebut

menempati posisi ketiga tertinggi pada provinsi Jawa Timur, setelah kota Madiun

dan kabupaten Nganjuk. …… Hal tersebut menandakan bahwa kejadian

hipertensi di kota Batu masih belum dapat dikendalikan dengan baik dan

kemungkinan akan mengalami peningkatan.

Status gizi lebih atau obesitas merupakan efek dari ketidakseimbangan energi di mana
asupan secara signifikan melebihi keluaran energi selama periode waktu tertentu, dan
keadaan status gizi ini menempatkan seseorang pada risiko penyakit tidak menular atau
penyakit degeneratif, termasuk faktor hipertensi (Arisman, 2018).

Anda mungkin juga menyukai