kardiovaskular ini menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Data dari
Institute for Health Metrics and Evaluation, lembaga statistik kesehatan asal
Amerika Serikat menyebutkan kematian akibat penyakit ini mencapai 36,3% dari
total kematian di Indonesia pada 2016. Evidence and Analytics, lembaga riset
kesehatan asal Inggris mencatat berbagai faktor terkait pola hidup menjadi
pemicu munculnya penyakit ini, antara lain kebiasaan merokok, kelebihan berat
sekitar 1,13 miliar orang di dunia menyandang hipertensi dan jumlah penyandang
hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan
terdapat 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap
tahunnya sejumlah 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya
(WHO, 2015).
Indonesi terjadi pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-54 tahun
(45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Prevalensi hipertensi paling tinggi pada
kelompok umur lebih dari 75 tahun yakni 69,5%. Sementara, prevalensi paling
kecil yakni pada kelompok umur 18-24 tahun (13,2%) (Riskesdas, 2018).
Prevalensi angka hipertensi pada provinsi Jawa Timur menurut Riskesdas (Riset
Kesehatan Dasar) pada tahun 2018 menduduki peringkat ke-6 dengan jumlah
36,3%. Angka ini mengalami kenaikan di mana sebelumnya pada tahun 2013
sebesar…
pada penduduk umur ≥18 tahun sebesar 44% yang mana angka tersebut
menempati posisi ketiga tertinggi pada provinsi Jawa Timur, setelah kota Madiun
hipertensi di kota Batu masih belum dapat dikendalikan dengan baik dan
Status gizi lebih atau obesitas merupakan efek dari ketidakseimbangan energi di mana
asupan secara signifikan melebihi keluaran energi selama periode waktu tertentu, dan
keadaan status gizi ini menempatkan seseorang pada risiko penyakit tidak menular atau
penyakit degeneratif, termasuk faktor hipertensi (Arisman, 2018).