Komunikasi Dasar Keperawatan Ambon
Komunikasi Dasar Keperawatan Ambon
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
“Makalah Mengenal Budaya Komunikasi Suku Ambon“ ini dengan tepat waktu,
makalah ini disusun untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Komunikasi
Dasar Keperawatan semester 1 kampus STIKes Patria Husada Blitar.
Makalah ini disusun berdasarkan pengamatan dari internet dan buku yang
berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, dalam penyusunan makalah ini
tentunya tidak lepas dari pihak tertentu. Oleh karena itu kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih untuk pihak - pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang........................................................................................4
1.2 Tujuan......................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
ANALISIS BUDAYA.............................................................................................6
2.1 Ambon......................................................................................................6
2.2 Geografis..................................................................................................6
2.3 Karakteristik............................................................................................6
2.4 Cara Berkomunikasi.............................................................................11
2.5 Bahasa....................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................13
PEMBAHASAN...................................................................................................13
3.1 Budaya Ambon yang Berkaitan Dengan Aspek Kesehatan..............13
3.2 Penyelesaian Masalah Kesehatan........................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, Komunikasi antar budaya belum secara serius
mendapatkan tempat sebagai suatu kajian penting, sehingga sampai saat
ini masih sulit ditemui buku yang menjelaskan secara lengkap tentang
definisi dari komunikasi antar budaya itu sendiri. Padahal komunikasi
antar budaya di Indonesia sangatlah penting, karena pada kenyataannya
kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia sangatlah heterogen yang
terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, agama, ras, budaya, dan istiadat.
Sebagaimana dituangkan dalam semboyang Bhineka Tunggal Ika yang
artinya berbeda tetapi tetap satu.
Lebih dari 350 bahasa daerah berkembang di Indonesia dan ratusan
etnis tersebar diberbagai wilayah. Kehidupan majemuk bangsa Indonesia
yang kompleks ditandai dengan kenyataan latar belakang social budaya
etnis yang berbeda-beda. Dengan kenyataan tersebut tidaklah mudah bagi
bangsa Indonesia untuk mewujudkan suatu integrasi dan menghindari
konflik atau bahkan perpecahan (De Vito 1997).
Komunikasi antar budaya kala ini menjadi semakin penting karena
meningkatnya mobilitas orang diseluruh dunia, saling ketergantungan
Ekonomi diantara banyak Negara, kemajuan Teknologi Komunikasi,
perubahan pola imigrasi dan politik membutuhkan pemahaman atas kultur
yang berbeda-beda (DeVito 1997). Komuniasi antara budaya sendiri lebih
menekankan aspek utama yakni komunikasi antar pribadi diantara
Komunikator dan Komunikan yang kebudayaannya berbeda (Mulyana
1990).
1.2 Tujuan
Tujuan dari ditulisnya makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengenal bagaimana budaya Ambon
b. Untuk mengetahui cara berkomunikasi pada budaya Ambon
c. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian masalah kesehatan
pada budaya Ambon
BAB II
ANALISIS BUDAYA
2.1 Ambon
Kota Ambon atau Ambong dalam bahasa setempat diucapkan
sebagai ( ambo ) adalah ibu kota dan kota terbesar di Provinsi Maluku,
Kota ini didirikan oleh bangsa portugis dengan istilah Nossa Senhora da
Anunciada,
Sedangkan istilah Ambon tidak-lah mudah untuk di tentukan,
menurut keterangan yang diberikan penduduk setempat, istilah tersebut
berasal dari kata ombong yang merupakan bentukan lokal dari kata embun.
Puncak-puncak gunung di Pulau Ambon memang sering tertutup oleh
embun yang tebal.
Meskipun kini kata Ambon mengacu pada Kota Ambon, Pulau
Ambon, maupun suku ambon dalam perkembangan sejarah ( terutama
pada abad ke-20 ), Istilah Ambon mengacu kepada penduduk Maluku
Tengah, Frasa orang ambon ( Ambonezen ) sendiri pun mengacu kepada
penduduk Maluku Tengah. Meskipun pada awalnya hanya digunakan oleh
penduduk kota Ambon yang memiliki budaya mestizo ( berdarah
campuran )
Kota Ambon merupakan kota majemuk dengan keberagaman
suku, ras, budaya, dan agama, Suku mayoritas dikota ini adalah suku
Ambon, yang mendiami pulau Ambon dan sekitarnya, yang merupakan
keturunan suku Alifuru
2.2 Geografis
Daerah asal Ibukota dari Provinsi Maluku terletak diantara 030 LU
– 8.300 LS dan 1250 BT – 1350 BT dengan batas wilayah Utara
berbatasan dengan Lautan Pasifik, Timur Provinsi Papua, Selatan Timur
Leste dan Australia, Barat Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah
2.3 Karakteristik
Setiap Budaya di Indonesia ini pasti memiliki karakteristiknya
masing masing, sama halnya dengan Budaya Ambon, Budaya Ambon
dengan banyak karakteristik di dalamnya menambah deretan keragaman
budaya di Indonesia. Berikut adalah karakteristik yang dimiliki oleh
budaya Ambon :
a. Memiliki Solidaritas Tinggi
b. Postur Tubuh Atletis
c. Pemberani
d. Tradisi Pukul Sapu
Tradisi Pukul Sapu adalah kebiasaan suku Maluku yang di
laksanakan memukul sapu lidi dari pohon enau selepas hari raya
idul fitri, sering dilakukan oleh penduduk desa Mamala, dilakukan
setelah satu minggu hari raya Idhul Fitri oleh kaum pria, dilakukan
menggenakan celana pendek, ikat kepala dan telanjang dada, aksi
saling pukul memukul menggunakan sapu lidi dari tulang pohon
mayang atau pohon enau, filososfisnya adalah persaudaraan tidak
memandang suku ras, agama atau golongan rasa sakit dapat
dirasakan bersama demi terwujudnya kehidupan yang harmonis
antar sesame, istilah mereka yaitu sakit di kuku, rasa di daging
e. Budaya Hawear
Hawear (sasi) merupakan budaya yang tumbuh dan berlaku
dalam kehidupan masyarakat kepulauan Kei secara turun temurun.
Dokumen tertulis, cerita rakyat, maupun yang lain merupakan
prasarana untuk melestarikan budaya, salah satunya Hawear
Sejarah Hawear ini dimulai dari seorang gadis yang
diberikan daun kelapa kuning (janur kuning) oleh ayahnya,
kemudian daun kelapa kuning tersebut disisipkan atau diikat di
kain seloi yang dipakainya. Gadis tersebut melakukan perjalanan
panjang untuk menemui seorang raja. Maksud dari janur kuning
tersebut sebagai tanda bahwa ia telah dimiliki oleh seseorang yang
dimaksudkan agar ia tidak diganggu oleh siapapun dalam
perjalanan. Janur kuning tersebut diberikan oleh sang ayah karena
sang ayah pernah diganggu oleh orang tak dikenal dalam
perjalanannya. Ini merupakan proses Hawear yang masih
dijalankan sesuai dengan maknanya hingga saat ini. Pelajari
berbagai budaya beserta hal yang harus kamu ketahui tentang
Provinsi Maluku melalui buku Ensiklopedia Indonesia Provinsi
Maluku Utara.
f. Malam Badendang
Malam Badendang yaitu kebiasaan orang Maluku yang
menari diadakan pada malam-malam tertentu. Kebiasaan ini
ditujukan untuk membangun kebersamaan dalam kehidupan sosial
bermasyarakat. Hal ini juga menjadikan masyarakat Maluku
memiliki solidaritas yang tinggi. Para peserta yang mengikuti
Malam Badendang ini akan berdansa dan menari tarian Orlapei dan
Katreji. Acara malam Badendang ini dilakukan semlaam suntuk
dan biasanya akan dimeriahkan juga oleh musik karaoke dan
makanan khas Maluku.
k. Batu Pamali
Batu Pamali merupakan simbol material adat masyarakat
Maluku. Batu Pamali termasuk mikrokosmos dalam negeri-negeri
yang ditempati masyarakat adat Maluku. Batu Pamali ini
merupakan batu alas atau batu dasar berdirinya sebuah negeri adat
yang selalu diletakkan di samping rumah Baileo sekaligus
representasi kehadiran nenek moyang (leluhur) di dalam kehidupan
masyarakat. Batu Pamali sebagai bentuk penyatuan soa-soa dalam
negeri adat, dengan demikian Batu Pamali adalah milik Bersama
setiap soa. Di beberapa daerah adat Maluku, Batu Pamali dimiliki
secara kolektif termasuk negeri adat yang masyarakatnya memeluk
agama yang berbeda. Seiring dengan perkembangan agama di
masyarakat, terjadi pergeseran praktik tata cara dalam upacara
keagamaan dan keberadaan Batu Pamali.
m. Makan Patita
n. Budaya Kalwedo
Budaya Kalwedo adalah sebuah tanda salam persaudaraan
serta salam perdamaian yang mempersatukan setiap komunitas
masyarakat kepulauan Babar dan Maluku Barat Daya. Nilai budaya
Kalwedo terimplementasi dalam berbagai sapaan kekeluargaan
bersama yang bersifat lintas negeri dan pulau yang disebut inanara
ama yali (basudara laki dan perempuan).
Pendukung budaya Kalwedo memahami bahwa Kalwedo
tidak hanya memiliki nilai sosial dalam penyelenggaraan praktis
kehidupan sehari-hari, tetapi juga nilai religius yang sakral,
menjamin kedamaian, keselamatan, kebahagiaan bersama sebagai
orang basudara. Tradisi hidup masyarakat Maluku Barat Daya
(MBD) dibentuk untuk saling berbagi, saling membantu (tolong-
menolong) dalam hal potensi alam, sosial, budaya, dan ekonomi,
yang diwariskan oleh alam kepulauan Maluku Barat Daya(MBD).
o. Suka Bernyanyi
p. Suka Berhumor
q. Memiliki Suara yang Nyaring
r. Mudah Sayang dengan Orang Lain
s. Memiliki Senyum yang Khas
t. Suka Memasak
2.5 Bahasa
Bahasa yang digunakan sehari – hari oleh masyarakat suku Ambon
adalah bahasa Ambon. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, jika
bahasa dasar dari bahasa Ambon sendiri adalah bahasa melayu atau
biasanya lebih sering dikatakan sebagai bahasa melayu Ambon.
Bahasa melayu Ambon ini sendiri pertama kali digunakan sebagai
bahasa yang berkembang di kawasan maluku tengah dan juga beberapa
tempat lain yang ada di maluku sebagai salah satu bahasa perdagangan. Di
beberapa kawasan daerah maluku, bahasa Ambon menjadi bahasa kedua
mereka gunakan sehari – hari.
Pusat Data Dan Analisis Tempo, Mengenal dan Mencegah Bahaya Hipertensi,
Tempo Publishing, Jakarta : 2019