Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MAKANAN HALAL DAN HARAM

DALAM PRAKTEK DIET MENURUT AGAMA KRISTEN


Dosen pengampu : Retno Adi

Di Susun Oleh :

1. ARINA NADIA KHAIRUNISA (2211011)


2. ASYIQAH SALMA NURLITA (2211013)
3. KRISTIANA SARI (2211031)
4. NUR FITRI AZZAHRA (2211043)
5. DESI INDI PRATIWI (2211093)

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES PATRIA HUSADA BLITAR
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya atas berkat allah yang maha kuasa. Tugas makalah ini mata kuliahagama Kristen
yang membahas tentang makanan halal dan haram dalam praktek diet menurut agama Kristen
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu .

Dalam penyusunan makalah ini.ditulis berdasarkan buku agama Kristen dan serta informasi
dari media massa yang berhubungan dengan agama Kristen. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih kurang sempurna untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan. Akhir kata semoga makalah ini dapat membawa manfaat
untuk kita semua.

Blitar, 27 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makan adalah suatu realitas jasmani sekaligus rohani dalam Alkitab. Lebih
dari tujuh ratus rujukan yang di sebutkan dalam Alkitab tentang tindakan makan,
sehingga dapat di simpulkan bahwa makan adalah topik yang penting yang di
bicarakan Alkitab.

Secara jasmani maupun rohani, makan mengkomunikasikan paradigma.


Pencipta yang menyediakan dan manusia yang bergantung. Makan juga
mendemonstrasikan berita tentang perbuatan perbuatan Allah yang paling
berkemurahan (bandingkan Matius 6:25-34). Makan adalah suatu pengingat yang
terus menerus tentang eksistensi manusia dalam dunia, merupakan suatu aktivitas
bagi keberlangsungan hidup, sebab tanpa makan manusia tidak bisa hidup.

Kamus Bahasa Indonesia mengartikan halal sebagai “diizinkan atau tidak


dilarang menurut agama; merupakan lawan dari kata haram”. Sedangkan haram
berarti “tidak diizinkan atau dilarang menurut agama; merupakan lawan dari kata
halal”. Kata Ibrani “tahor” berarti “bersih dari kotoran, halal atau tahir”.
Sedangkan kata “tame” berarti “kotor, najis atau haram” (Bandingkan, Imamat 11
dan Ulangan 14). Kata Yunani yang biasa dipakai untuk “haram” adalah
“’akathatros” yang berarti “najis menurut ritus agama; kotor dalam pengertian
moral”, merupakan lawan dari kata “katharos”. Kata “katharos” ini dalam Alkitab
bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “bersih, murni, jernih, suci, dan halal”.
Kata “katharos” dalam pengertian fisik berarti bersih dari kotoran, murni seperti
emas dimurnikan oleh api; Dalam pengertian imamat berarti halal atau tahir
sebagai lawan dari haram atau najis; Dalam pengertian etis berarti bebas dari dosa
dan kesalahan, tidak bersalah atau suci. Kata Yunani lainnya yang digunakan
untuk menerjemahkan kata haram adalah “koinon” yang berarti “najis, tidak tahir,
haram”. Sedangkan kata Yunani lainnya yang digunakan untuk menerjemahkan
halal adalah “exesti” yang berarti “diperbolehkan atau diizinkan menurut hukum”
(Bandingkan Matius 14:4; Markus 7:19; Kisah Para Rasul 10:14-15; Roma
14:20).

Ringkasnya, halal berarti sesuatu yang diperbolehkan atau diizinkan menurut


peraturan, sedangkan haram berarti sesuatu yang tidak diperbolehkan atau tidak
diizinkan menurut peraturan. Yang dimaksud dengan peraturan disini mengacu
pada ketetapan atau hukum dalam Kitab Suci (Alkitab). Dalam hubungannya
dengan makanan maka halal berarti boleh dimakan menurut Alkitab, sedangkan
haram berarti tidak boleh dimakan menurut Alkitab.
1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana diet dalam agama Kristen?


b. Mengapa Tuhan memberikan peraturan mengenai makanan halal dan haram
bagi bangsa Israel?
c. Apakah peraturan mengenai binatang halal dan haram dalam perjanjian lama
yang berlaku bagi orang dengan agama Kristen?
d. Bagaimana perjanjian baru yang berkaitan dengan makanan dalam agama
Kristen?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui bagaimana diet dalam agama Kristen.


b. Untuk mengetahui mengapa Tuhan memberikan peraturan mengenai makanan
halal dan haram bagi bangsa Israel.
e. Untuk mengetahui peraturan mengenai binatang halal dan haram dalam
perjanjian lama yang berlaku bagi orang dengan agama Kristen.
c. Untuk mengetahui bagaimana perjanjian baru yang berkaitan dengan makanan
dalam agama Kristen.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Diet dalam Agama Kristen


Kita mengenal istilah diet yang berarti membatasi atau menambah porsi makanan
yang dikonsumsi oleh seseorang untuk mencukupi kebutuhan tubuhnya.Dieruntuk
menurunkan berat badan biasanya dilakukan dengan pantang terhadap makanan tertentu.
Sedangkan dier untuk menaikkan berat badan biasanya dilakukan dengan melengkapi dan
menambah jumlah asupan makanan sampai batas minimal asupan makanan yang dibutuhkan
tubuh dalam sehari untuk melakukan aktivitas.
Diet yang baik sangat bergantung pada jenis makanan yang kita konsumsi. Sewaktu
masih kecil, kita mengenal istilah Empat Sehat Lima Sempurna yang terdiri dari nasi,
sayuran, daging, tempe, buah-buahan, dan susu untuk menyempurnakan. Seiring
bertambahnya waktu, pada era modern, istilah ini lebih popular dikenal dengan Segitiga,
yang meliputi karbohidrat, lemak, dan protein. Ketiga unsur ini dibutuhkan tubuh manusia
supaya dapat hidup sehat.
Diet untuk menaikkan atau menurunkan berat badan sebetulnya juga perlu
disempurnakan dengan jenis diet alkitabiah yang berasal dari Tuhan Allah. Secara umum,
jenis makanan yang Tuhan ingin agar kita konsumsi telah saya bahas sebelumnya dalam Bab
4. Namun, dari pembahasan tersebut, pada dasarnya kebutuhan makanan utama manusia
mencakup 3 bahan dasar yang terdiri dari karbohidrat, lemak, dan protein. Berikut adalah
fungsi ketiga bahan dasar itu.
a. Karbohidrat
Karbohidrat sering disebut 'hidrat dari karbon' atau hidrat arang atau sakarida.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani oxyapov (sákcharon) yang berarti gula. Ini
merupakan golongan senyawa organik yang jumlahnya paling melimpah di bumi.
Senyawa ini sering digunakan makhluk hidup sebagai bahan bakar dalam
menjalankan sel-sel tubuh, sebagai cadangan makanan, dan materi pembangun tubuh.

Selain menjadi sumber energi, karbohidrat juga berfungsi menjaga


keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, berperan penting dalam proses
metabolisme dalam tubuh, serta membentuk struktur sel dengan mengikat protein dan
lemak. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar makhluk hidup. Monosakarida,
khususnya glukosa, merupakan nutrien urama sel dan berfungsi sebagai sumber
energi dalam tubuh manusia.

b. Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani, protos, yang berarti "yang paling utama.
Ini adalah senyawa organik kompleks, dan merupakan polimer serta monomer-
monomer asam amino yang dihubungkan satu dengan lainnya. Molekul protein
mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, kadang sulfur, dan fosfor. Protein
berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup.
Protein mempunyai banyak fungsi pada tubuh kita, dan pada dasarnya
menunjang keberadaan setiap sel tubuh kita untuk proses kekebalan tubuh. Hal ini
berlaku terutama pada tubuh orang dewasa dan perempuan hamil. Mereka
membutuhkan minimal satu gram per kg berat tubuh kita. Kekurangan protein dapat
mengakibatkan kerontokan rambut (rambut terdiri dari 97-100% dari protein
berbentuk keratin), busung lapar, dan gangguan pertumbuhan, bahkan kematian.
Protein terdiri dari protein nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan protein
hewani yang berasal dari hewan.

c. Lemak
Lemak atau fat, terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Sifat
lemak adalah sulit larut dalam air, dan hanya bisa larut dalam larutan organik. Wujud
lemak dapat berupa padar dan cair, tergantung suhu kamar dan struktur, serta
komposisinya. Lemak dalam tubuh manusia memiliki beberapa fungsi dasar, yaitu
cadangan energi dalam bentuk sel lemak, suspensi bagi vitamin A, tubuh manusia
dalam waktu lama, ia dapat berubah menjadi racun berbahaya.

Berikut adalah tips-tips yang bermanfaat dalam mengatur pola makan yang lebih sehat
menurut agama Kristen :
a. Jangan makan berlebihan
Tuhan berkata “Jangan kamu sarat dengan pesta pora” dan dalam doa Bapa
Kami Ia mengajarkan kita untuk makan secukupnya. Lambung kita kecil, jangan
makan berlebihan. Ubah pola pikir kita tentang makanan dari kuantitas ke kualitas.

b. Hindari makanan yang jelas-jelas dilarang oleh Alkitab


Jika mengkonsumsi daging, makanlah daging yang tidak berlemak, kulitnya
dibuang. Di dalam Perjanjian lama, lemak dan umbai-umbai (jeroan) adalah untuk
dibakar sebagai ukupan, dan bukan untuk dimakan. Pilihlah ikan yang bersirip dan
bersisik , sebab selain ikan-ikan tersebut seperti udang dan kerang, diciptakan Tuhan
sebagai walter filter agar ikan-ikan lainnya tidak tercemar.

c. Tidak merokok bukan berarti Anda sudah sehat


Seringkali kita menegur perokok aktif dengan menganalogikan bahwa
merokok adalah seperti bunuh diri. Padahal studi di dunia medis telah menunjukkan
bahwa ada yang lebih berbahaya dari nikotin, yaitu gula. Tersembunyi di dalam
makanan yang kita konsumsi sehari-hari seperti es krim, kue, donat dan teh dalam
kemasan. Para dokter menyebut diabetes sebagai ibu dari segala penyakit.

d. Banyak makan buah dan sayur


Makan buah dan sayur 3 kali sehari akan memberi tubuh kita mineral dan
vitamin sebagai antioksidan yang menetralkan tubuh dari polusi dan radiasi akibat
penggunaan handphone. Buah dan sayur membuat darah tidak kental, dimana darah
yang mengental adalah penyebab serangan jantung. Berfirmanlah Allah: "Lihatlah,
Aku memberikan kepadamu segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi
dan segala pohon-pohonan yang buahnya berbiji; itulah akan menjadi makananmu.”
Alkitab dengan jelas ingin kita banyak mengkonsumsi buah dan sayur.
e. Olah makanan dengan benar
Mengolah makanan dengan menggoreng, akan menghilangkan semua mineral,
vitamin dan semua hal baik yang diberikan Tuhan dalam makanan. Organ tubuh kita
didesain untuk memakan apa yang Tuhan ciptakan. Makanan yang digoreng misalnya
tidak bisa dicerna dengan baik dan berpengaruh dengan kinerja otak. Padahal menurut
medis, usus adalah ‘second brain’ kita. Makanlah makanan yang fresh, paling tidak
dikukus atau disteam. Banyak orang masih terikat dengan sakit penyakit, dan
sebagian besar diakibatkan karena mereka masih sulit mengatur makanannya. Kitab
Hosea menuliskan “Umatku binasa karena kurang pengetahuan.” Lewat artikel ini,
pemahaman baru diberikan agar kita bisa memulai sebuah kebiasaan baik.

2.2 Tuhan Memberikan Peraturan Mengenai Makanan Halal dan Haram Bagi Bangsa
Israel
Terdapat kelompok yang menyatakan bahwa sampai saat ini, ada jenis makanan
tertentu yang dilarang atau haram bagi orang Kristen. Larangan tersebut dilandasi oleh
penafsiran tertentu atas teks-teks Perjanjian Lama mengenai binatang atau hal lain yang
diperintahkan Tuhan untuk dijauhi, seperti halnya dalam Imamat 11. Tidak jarang mereka
membaca teks firman Tuhan tertentu secara literal atau harfiah. Mereka yang memercayai
bahwa larangan ini magh berlaku bagi orang Kristen berpendapat bahwa semua finilan Tuhan
baik dalam Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama masih berlaku sampai dengan hari ini. Oleh
karena itu, pelanggaran terhadap perintah Tuhan mengenai makanan yang terlarang juga
dipandang sebagai sesuatu yang serius dan harus dipatuhi dalam menghidupi keselamatan.
Pada sisi lain, terdapat kelompok yang memandang bahwa larangan mengenai
makanan tersebut sudah tidak relevan lagi untuk umat Perjanjian Baru. Pandangan mereka
dilandasi oleh cara penafsiran yang lebih progresif dengan mempertimbangkan latar belakang
dan konteks secara ketat. Bagi kelompok ini, tidak ada makanan yang terlarang bagi umat
Perjanjian Baru. Semua makanan halal, asal diterima dengan sukacita. Biasanya rujukan ayat
yang digunakan untuk memvalidasi pernyataan mereka adalah Macius 15:11 yang
menyatakan bahwa apa yang masuk ke dalam mulut tidak menajiskan seseorang. Oleh
karenanya bagi kelompok ini, orang Kristen boleh makan apa saja, asal tidak menjadi batu
sandungan bagi orang lain. Aturan mengenai makanan terlarang dipandang sebagai aturan
yang hanya berlaku pada konteks masyarakat Israel pada hari-hari tersebut. Makanan tidak
menjadi penentu atau tidak memengaruhi keselamatan seseorang di dalam Yesus.
Tidak jarang kedua kelompok ini saling bertikai dan berujung pada silang pendapat.
Satu kelompok menyerang kelompok lainnya. Kelompok yang tidak makan makanan tertentu
merasa dini lebih baik dalam menjalankan hukum Allah. Pertanyaan penting dan logisnya
ialah Mengapa binatang-binatang yang pada waktu diciptakan Tuhan dalam kondisi
semuanya baik, kemudian ada yang diharamkan (Kejadian 1:21,25)? Bukankah ini
menunjukkan suatu kontradiksi dan menunjukkan bahwa Tuhan tidak konsisten? Sebenarnya,
tidak ada yang kontradiksi apalagi menuduh Tuhan tidak konsistent Jelaslah bahwa semua
tinatang yang diciptakati Tuhan itu baik dan mulanya, dan hingga saat ini semua yang
diciptakanNya itu baik ( Timotius 4:4)
Artinya binatang itu haram bukan karena ia diciptakan haram Dengan kata laim,
binatang itu haram bukan dan dinnya sendin, melainkan karena Tuhan yang pada suatu waktu
menyatakannya haram khusus untuk UmatNya Israel Perhatikanlah misalnya sebagai contoh,
dalam Ulangan 14 21, “Janganlah kamu memakan bangkai apa pun, tetapi boleh kauberikan
kepada pendatang yang didalam tempatmu untuk dimakan atau boleh kau jual kepada orang
asing sebab engkaulah umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu”.
Dalam ayat ini, umat Israel dilarang memakan bangkai (binatang mati), tetapi bangkai
itu sendid boleh diberikan atau dijual oleh orang Israel kepada pendatang atau orang asing
untuk dimakan. Dengan demikian jelaslah bahwa binatang-binatang yang dikategorikan
(dinyatakan) haram pada saat itu, merupakan larangan yang dikhususkan bagi umat Israel.
Lalu apakah alasan Tuhan mengharamkan beberapa binatang dan tetap menghalalkan yang
lainnya bagi umat Israel, jika semua yang diciptakan itu baik? Paling sedikit ada tiga
alasannya, yaitu :
a. Peraturan mengenai binatang halal dan haram ini merupakan kehendakNya yang
berdaulat bagi bangsa Israel (Bandingkan Imamat 11:44-45).
Perhatikanlah frase "sebab Akulah TUHAN...". Frase ini menunjukkan bahwa
Dia adalah Allah yang berdaulat. Kata "Akulah (I am)" merupakan terjemahan kata
Ibrani "Xinx - ANI HU" yang hanya diucapkan oleh TUHAN Allah (YHVH
ELOHIM) dan dihubungkan erat dengan ungkapan lain yang dipakai Allah untuk
menyatakan diri-Nya, khususnya dengan frasa "ANI YHVH (Akulah TUHAN)".
Allah berdaulat berarti bahwa la adalah Pribadi yang utama di alam semesta
dan yang tertinggi kekuasaanNya di alam semesta. Ia mencipta, memelihara, dan
memerintah segala sesuatu secara sempurna. Ia sepenuhnya menguasai segala sesuatu,
dan semua mahluk ciptaan berada dibawahNya, dan ia berbuat segala sesuatu kepada
mereka sesuai dengan yang dikehendakiNya.
Tetapi ini bukan berarti bahwa Allah itu sewenang-wenang, karena segala
sesuatu yang dilaksanakanNya sesuai dengan rencananya dalam kekekalan menurut
kehendakNya. Dengan demikian Allah bebas dan tidak dibatasi oleh apapun selain
oleh kehendakNya sendiri, untuk merencanakan dan bertindak sesuai sesuai dengan
yang dikehendakiNya. Demikian juga, ia berkehendak agar bangsa Israel, umat
pilihanNya itu tidak memakan binatang yang diharamkanNya. Ketetapan mengenai
larangan ini harus ditaati oleh bangsa Israel, dengan demikian mereka belajar taat
dibawah otoritas dan supremasi Allah.

b. Peraturan mengenai binatang halal dan haram ini memisahkan Israel sebagai bangsa
yang berbeda dari bangsa-bangsa lainnya disekitar mereka (Ulangan 14:2).
Perintah berupa larangan memakan binatang yang diharamkan dalam Ulangan
14:3-21, diawali dengan pernyataan Tuhan melalui Musa demikian, "sebab engkaulah
umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi
umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi” (Ulangan
14:2). Kata "kudus" adalah terjemahan dari kata Ibrani "qadesh"yang mengandung
dua pengertian yaitu : pertama, menekankan penyucian dalam arti posisi atau status;
Kedua, menekankan arti dipisahkan dan diasingkan atau disucikan untuk suatu
penggunaan khusus.
Sebagai bangsa pilihan, Israel adalah umat yang dikuduskan bagi Tuhan,
dengan cara dipisahkan dari bangsa-bangsa lain. Bukan hanya itu, Israel juga disebut
sebagai umat kesayanganNya. Kata Ibrani "kesayangan" adalah "segullâ". Pada
mulanya kata ini digunakan untuk menyatakan kepemilikan terhadap harta benda,
tetapi kemudian kata ini dikenakan kepada Israel sebagai milik Allah sendiri (Ulangan
14:2; bandingkan Ulangan 26:18). Jadi untuk membedakan bangsa pilihanNya dan
umat kesayanganNya, Tuhan menguduskan bangsa Israel dan memisahkannya dari
bangsa bangsa lain dengan memberikan peraturan peraturan berupa sepuluh hukum,
hukum moral, hukum seremonial (tata ibadah dan upacara kurban) dan hukum
yudisial (peraturan sipil yang mengatur kehidupan sehari-hari), termasuk didalamnya
peraturan tentang yang tahir dan yang najis, yang haram dan yang halal, serta yang
boleh dan yang tidak boleh.
Dengan adanya peraturan-peraturan berupa perintah maupun larangan itu
maka bangsa Israel tidak hanya berbeda dengan bangsa bangsa lain, tetapi juga tidak
dapat berbaur (menyatu) dengan bangsa-bangsa lain. Pembauran dengan bangsa-
bangsa lain dapat menyebabkan mereka bermasalah, ternodai dan najis, karena hal ini
berhubungan erat dengan seremonial, tata kehidupan, dan makanan yang sangat
berbeda dengan bangsa-bangsa lain itu. Dari sudut soteriologis, hal ini penting untuk
menjaga tetap terpelihara garis keturunan bagi penggenapan janji kedatangan
Juruselamat (Mesias), yaitu Kristus yang datang dari bangsa Yahudi, keturunan Daud
(Bandingkan Kejadian 3:14-15; Kejadian 12:1-3; Mazmur 110:1; Yesaya 11:1; 53:2;
Ibrani 7:11; Wahyu 22:16).

c. Peraturan mengenai binatang halal dan haram ini menghasilkan efek terpeliharanya
kesehatan umat Israel (Bandingkan Keluaran 15:26; Ulangan 28:1-68).
Bagi bangsa Israel, ketaatan pada peraturan dan ketetapan Tuhan, termasuk
ketaatan terhadap pengaturan soal binatang yang boleh dimakan dan yang
diharamkan, pastilah mendatangkan kebaikan bagi mereka. Salah satu hasil penting,
sekalipun bukan yang terutama, dari pengaturan mengenai makanan halal dan haram
ini adalah terpeliharanya kesehatan umat Israel. Memang, terpeliharanya kesehatan
melalui pengaturan ini bukanlah tujuan utama, melainkan efek positif dan bermanfaat
bagi bangsa Israel. Para ahli berpendapat bahwa penyebab utama dari sebagian besar
kesehatan yang buruk di Amerika adalah karena konsumsi daging babi, yang
menyebabkan penyakit darah, kelemahan pada lambung, gangguan hati, eksem, sakit
paru-paru, tumor, kanker, dan sebagainya. Ikan tanpa sisik dan semua kerang-
kerangan termasuk tiram, kerang, lobster, udang, dan sebagainya, menurut temuan
ilmiah hanyalah gumpalan penyakit yang menghasilkan kotoran, karena pengeluaran
yang tidak memadai. Binatang-binatang ini meskipun bermanfaat sebagai
penyeimbang dan mata rantai ekosistem di air dan laut, tetapi kurang bermanfaat jika
dikonsumsi oleh manusia, karena binatang ini adalah pemakan sampah, wadah
sampah dari air dan laut. Selain itu, efek toksinnya berbahaya bagi kesehatan.
Dr. Rothschild menjelaskan mengenai efek toksin yang berbahaya dari
binatang yang diharamkan sebagai berikut, "Jangan makan daging apapun dari
binatang pemakan segala seperti babi, semua jenis kerang-kerangan (shellfish), ikan
yang tidak bersisik, burung pemakan bangkai, ular dan sebagian besar reptil. Alasan
untuk larangan (alkitabiah) ini bersifat ganda. Alasan pertama, daging binatang seperti
ini sekitar sepuluh kali lebih mudah busuk, sulit diawetkan, dibanding daging
binatang yang diperbolehkan. Seringkali orang tidak sadar bahwa sepotong daging
sudah busuk dan beracun hingga mereka merasakan gejala keracunan... (dan sudah)
mencernanya. Alasan kedua adalah fakta mengerikan bahwa... produk lanjutan yang
bermula dari mencerna daging binatang pemakan segala seperti itu sangatlah beracun.
Kami mengacu pada apa yang disebut enzim maut, seperti cadaverine, putrescine...
enzim mematikan ini sangat berguna di alam. Tanpa bantuan enzim ini tidak ada
daging yang akan kembali menjadi debu... enzim ini sangat berguna untuk mengurai
mayat atau bangkai, tetapi sangat mengganggu di dalam tubuh manusia hidup"
(Rubin, Jordan S, The Maker's Diet, hal 44).

2.3 Peraturan Mengenai Binatang Halal dan Haram dalam Perjanjian Lama yang
Berlaku Bagi Orang dengan Agama Kristen
Jika dalam Perjanjian Lama, pengaturan mengenai binatang halal dan haram untuk
dimakan begitu ketatnya diatur oleh hukum Taurat bagi bangsa Israel, maka pertanyaan
pentingnya adalah "apakah peraturan mengenai binatang yang halal dan haram ini juga
berlaku bagi orang Kristen?" Jawaban saya adalah "tidak!" Peraturan mengenai binatang
yang halal dan haram ini tidaklah berlaku bagi orang Kristen, sekalipun peraturan ini masih
mengandung prinsip-prinsip penting yang bermanfaat bagi kesehatan jasmani, tetapi sifatnya
tidak mengikat bagi orang Kristen. Dua alasan yang menjadi dasar argumentasi saya bagi
intitesis tersebut, yaitu:
a. Peraturan mengenai binatang halal dan haram tersebut hanya berlaku bagi Umat Israel
bukan bagi gereja.
Perhatikanlah pernyataan Tuhan melalui Musa berikut ini, "sebab engkaulah
umat yang kudus bagi TUHAN, Allahmu, dan engkau dipilih TUHAN untuk menjadi
umat kesayangan-Nya dari antara segala bangsa yang di atas muka bumi" (Ulangan
14:2). Allah yang berdaulat, berkehendak agar bangsa Israel, umat pilihanNya tidak
memakan binatang yang diharamkanNya. Ketetapan mengenai larangan ini harus
ditaati oleh bangsa Israel, dengan demikian mereka belajar taat dibawah otoritas dan
supremasi Allah.
Sebagai bangsa pilihan, Israel adalah umat yang dikuduskan bagi Tuhan,
dengan cara dipisahkan dari bangsa-bangsa lain. Jadi untuk membedakan bangsa
pilihanNya dan umat kesayanganNya, Tuhan menguduskan bangsa Israel dan
memisahkannya dari bangsa-bangsa lain dengan memberikan peraturan-peraturan
termasuk didalamnya peraturan tentang yang tahir dan yang najis, yang haram dan
yang halal, serta yang boleh dan yang tidak boleh. Sekali lagi, peraturan-peraturan ini
berlaku bagi Israel bukan bagi Gereja!
Perlu diketahui, Gereja dan Israel sama-sama umat pilihan Allah, tetapi
keduanya merupakan entitas yang berbeda seperti yang diajarkan Alkitab. Pakar
teologi seperti Charles C. Ryrie dan Paul Enns membedakan dengan jelas antara Israel
dan Gereja, baik secara fisik maupun spiritual.
-Pertama, Israel dalam pengertian teknis merupakan sebuah bangsa, sedangkan gereja
dalam pengertian teknis bukanlah sebuah bangsa. Ada beberapa fakta yang
menunjukkan perbedaan ini, yaitu: Israel memiliki bahasa nasional, sedangkan Gereja
adalah kumpulan bermacam-macam manusia dari suku bangsa yang berbeda dan
memiliki banyak bahasa yang berbeda; Israel memiliki negara, ibu kota, pemerintahan
dan para pemimpin politis di bumi ini, namun gereja tidak memiliki negara,
pemerintahan, dan para pemimpin politis; Israel memiliki tradisi dan sejarah nasional,
sedangkan gereja merupakan campuran manusia dari berbagai tradisi dan sejarah yang
berbeda; Israel memiliki tentara untuk menghadapi serangan dan menyerang bangsa
lain, sedangkan gereja tidak memiliki tentara seperti itu;
-Kedua, pada kenyataannya Israel oleh karena iri hati menolak Kristus, Mesias yang
dijanjikan kepada mereka walaupun sebelumnya Allah sudah berulangkali
memperingatkan mereka bahwa mereka akan menolak Dia (Yes. 53; Yohanes 1:11;
12:37-41), sedangkan kontras dengan Gereja sebagai kumpulan orang percaya
menerima Kristus yang telah ditolak oleh Israel;
-Ketiga, dalam Roma 11, Rasul Paulus menjelaskan bahwa Israel adalah umat pilihan
Allah yang mana mereka berada di bawah berkat Allah. Namun oleh karena Israel
menolak Kristus, maka untuk sementara berkat itu diambil dari Israel dan dialihkan
kepada Gereja (kumpulan orang percaya). Implikasi dari perbedaan ini membawa
pada pengertian bahwa larangan makan binatang yang diharamkan khusus berlaku
bagi bangsa Israel dan dengan demikian tidak berlaku bagi orang Kristen.

b. Pewahyuan Alkitab yang progresif dan prioritas Perjanjian Baru atas Perjanjian Lama
Kegagalan untuk mengenal sifat progresif dari pewahyuan Alkitab dan
prioritas Perjanjian Baru atas Perjanjian Lama ini telah menyebabkan banyak
kesalahan dalam menafsirkan Alkitab dan memberlakukan secara salah beberapa
bagian Alkitab dalam kehidupan Kristen.
-Pertama, untuk bisa menafsirkan Alkitab secara sederhana tetapi konsisten, harus
mengakui bahwa pewahyuan Alkitab diberikan secara progresif. Artinya bahwa dalam
proses pewahyuan pesanNya kepada manusia, Allah bisa menambah atau bahkan
mengubah dalam suatu waktu apa yang Dia telah berikan sebelumnya. Sangat jelas
Perjanjian Baru menambah banyak yang belum dinyatakan dalam Perjanjian Lama.
Apa yang Allah nyatakan sebagai kewajiban suatu saat bisa dibatalkan kemudian.
Contoh: Seperti larangan makan daging babi pernah mengikat umat Allah, kini
dibatalkan (1 Timotius 4:3-4).
Kegagalan untuk mengenal sifat progresif ini, dalam pewahyuan, akan
membangkitkan kontradiksi yang tidak bisa diselesaikan antara bagian-bagian Alkitab
kalau diartikan secara harfiah. Perhatikan contoh-contoh berikut dari Alkitab yang
akan berkontradiksi jika diartikan secara sederhana atau harfiah kecuali jika kita
mengenal adanya perubahan karena adanya kemajuan (progres) dalam pewahyuan :
Matius 10:5-7 dan 28:18-20; Lukas 9:3 dan 22:36; Kejadian 17:10 dan Galatia 5:2;
Keluaran 20:8 dan Kisah Para Rasul 20:7.
Perhatikan juga perubahan penting dinyatakan dalam Yohanes 1:17; 2
Korintus 3:7-11. Mereka yang tidak secara konsisten memakai prinsip pewahyuan
yang progresif ini dalam penafsiran terpaksa kembali pada penafsiran secara alegoris,
mistis atau kadang-kadang mengabaikan saja bukti yang ada.
-Kedua, ajaran Kekristenan yang Alkitabiah tidak didasarkan atas Perjanjian Lama,
melainkan berdasarkan Perjanjian Baru yang didasarkan pada ajaran Kristus. Setiap
ajaran utama dalam Alkitab selalu ditemukan dalam perkataan Tuhan Yesus? Karena
Yesus Kristus sendiri adalah Firman itu, yang berinkarnasi (Yohanes 1:1,14), dan
sementara di bumi la sendiri memiliki pewahyuan penuh dari Bapa dan Roh. Ia
mempunyai kemampuan dan otoritas untuk menambah, menegaskan, menjernihkan,
dan mengesahkan kata-kata dalam Perjanjian Lama (Ibrani 1:1-2). Ingatlah, bahwa
Injil awalnya diberitakan oleh Tuhan, selanjutnya Injil tersebut diberitakan oleh murid
muridNya (Ibrani 2:3-4).
Yesus berjanji bahwa saat Roh Kudus datang, Dia akan memimpin rasul-rasul
pertama itu dalam seluruh kebenaran dan mengungkapkan segala sesuatu kepada
mereka (Yohanes 14:26 bandingkan 16:13-14). Yesus memang telah mengajarkan
segala sesuatu kepada murid muridnya, tetapi dalam ukuran tertentu sebelum Roh
Kudus datang, mereka tidak mampu memahami perkataan-perkataan Kristus.
Pada hari Pentakosta, saat Roh Kudus diberikan, murid-murid mendapatkan
permahaman baru terhadap perkataan Kristus dan Perjanjian Lama, dan mereka
mencatatnya dalam apa yang kita kenal dengan Perjanjian Baru. Dengan demikian,
Perjanjian Lama harus dipahami dalam terang Perjanjian Baru, yang menjelaskan,
menegaskan kembali dan mengoreksi Perjanjian Lama. Dengan demikian harus
dimengerti bahwa ajaran Kekristen yang Alkitabiah tidak didasarkan atas Perjanjian
Lama, melainkan berdasarkan Perjanjian Baru yang didasarkan pada ajaran Kristus.

2.4 Perjanjian Baru yang Berkaitan dengan Makanan dalam Agama Kristen
Dalam Perjanjian Baru larangan untuk memakan binatang-binatang yang
diharamkan dalam Perjanjian Lama itu sudah tidak berlaku lagi, karena :
a. Pengaturan bintang halal dan haram itu secara khusus hanya berlaku bagi bangsa
Israel;
b. Pewahyuan Alkitab yang bersifat progresif, yang artinya bahwa dalam proses
pewahyuan pesanNya kepada manusia, Allah bisa menambah atau bahkan mengubah
dalam suatu waktu apa yang Dia telah berikan sebelumnya. Sangat jelas Perjanjian
Baru menambah banyak yang belum dinyatakan dalam Perjanjian Lama. Apa yang
Allah nyatakan sebagai kewajiban suatu saat bisa dibatalkan kemudian. Contoh :
Seperti larangan makan daging babi pernah mengikat umat Allah, kini dibatalkan (1
Timotius 4:3-4); dan
c. Kekristen tidak berada di bawah hukum Taurat, melainkan di bawah hukum Kristus,
sehingga sejak kematian Kristus di kayu salib semua larangan itu sudah tidak berlaku
(Efesus 2:15).
Berikut ini argumentasi saya bahwa Perjanjian Baru telah menghapus larangan untuk
memakan binatang-binatang yang diharamkan dalam Perjanjian Lama, dan larangan itu
sudah tidak berlaku lagi. Pertama, Perjanjian Baru menegaskan bahwa semua makanan
itu halal. Kristus dalam menanggapi orang Farisi dan Saduki yang menuding para murid
Nya najis karena makan dengan tangan yang tidak dibasuh dan menuduh mereka
meniadakan adat istiadat Yahudi mengatakan bahwa kenajisan itu justru tidak berasal dari
luar tetapi dari dalam seseorang (Markus 7:1-15).
Selanjutnya kepada para muriNya ia menegaskan bahwa "...segala sesuatu dari luar
yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya,karena bukan masuk ke
dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?" Dengan demikian la
menyatakan semua makanan halal" (Markus 7:18-19). Frase Yunani untuk "la
menyatakan semua makan halal" adalah "katharizon panta ta brômata" yang dapat
diterjemahkan “ia menyatakan halal atau bersih semua daging atau makanan". Dalam tata
bahasa Yunani frase ini bukanlah perkataan Yesus, karena kata dasar katharizô hanya
digunakan dalam present tense, aktif, indikatif untuk orang pertama tunggal. Jadi frase itu
ditambahkan oleh Markus sebagai penulis Injil Markus untuk memberikan penekan pada
perkataan Kristus sebelumnya.
Kedua, masih berhubungan dengan penjelasan di atas, tentulah Markus dalam menulis
Injil mendapatkan informasi yang cukup dari rasul Petrus. Kemungkinan pengalaman
Petrus pada waktu berada di Yope pernah diceritakan kepada Markus, dimana pada saat
di Yope itu Petrus mendapat penglihatan sebanyak 3 kali dari Allah yang menekankan
bahwa apa yang dinyatakan halal (katharizô) oleh Allah tidak boleh dinyatakan haram
(Kisah Para Rasul 10:9-16). Melalui penglihatan di Yope ini, rasul Petrus kini mengerti
bahwa Allah kini telah menghapus peraturan-peraturan tentang makanan yang halal dan
yang haram seperti yang tertulis dalam Imamat 11 dan Ulangan 14.
Lebih jauh, Patrus mengerti bahwa penglihatan tersebut tidak hanya bermakna
penghapusan larangan makan binatang yang diharamkan hukum Taurat, tetapi secara
teologis Allah telah mengeluarkan Petrus dari belenggu legalisme Yahudinya sehingga ia
tidak lagi menganggap orang lain yang bukan Yahudi sebagai najis. Anugerah
keselamatan itu bagi semua orang (Bandingkan Galatia 3:28). Tembok pemisah yang
selama ini memisahkan orang Yahudi dan orang bukan Yahudi telah ditiadakan melalui
kematian Kristus di salib (Efesus 2:11-22).
Ketiga, rasul Paulus dalam 1 Timotius 4:1-5 menuliskan, "Tetapi Roh dengan tegas
mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu
mengikuti roh roh penyesat dan ajaran setan-setan oleh tipu daya pendusta-pendusta yang
hati nuraninya memakai cap mereka. Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang
makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh
orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran. Karena semua yang diciptakan
Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur,
sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa".
Disini rasul Paulus menegaskan dua hal, yaitu:
a. Bahwa ciri dari ajaran sesat diantaranya adalah melarang orang Kristen menikah dan
melarang orang Kristen makan makanan (binatang) yang ciptakan Allah;
b. Berhubungan dengan makanan, maka semua makanan (daging) yang diciptakan Allah
itu baik dan tidak ada yang haram. Disini kemungkinan rasul Paulus merujuk pada
kisah penciptaan di Kejadian 1:29; 2:16.
Kata Yunani "baik" dalam ayat 4 di atas adalah "kalon" yang berarti "baik secara
lahiriah", sedangkan frase "suatu pun tidak ada yang haram" adalah frase Yunani "oudén
apobléton" yang dapat diterjemahkan menjadi "tidak satupun yang haram". Penghapusan
larangan makan makanan yang diharamkan dalam Perjanjian Lama ini juga ditegaskan
Paulus dalam Roma 14:1-23 dan Kolose 2:13-23.
Keempat, walaupun Perjanjian Baru mengajarkan bahwa semua yang diciptakan Allah itu
baik dan boleh dimakan, tetapi tidak semua bermanfaat untuk dimakan. Paulus mengatakan
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna" (1 Korintus
10:23). Itu artinya, bahwa semua makanan yang diciptakan Allah bisa dimakan, namun bukan
bararti semua makan harus kita makan. Melainkan perlu bersikap bijak dalam memilih
makanan untuk kebaikan tubuh kita. Jadi, apapun yang kita makan saat ini bukan lagi
masalah halal dan haram, melainkan soal bermanfaat atau tidak bermanfaat bagi tubuh dan
kesehatan kita. Kita perlu menyadari bahwa kesehatan yang kita miliki adalah anugerah dari
Tuhan, karena itu kita harus menjaga dan merawat tubuh kita, termasuk dengan cara
memperhatikan apa yang kita makan. Diatu sisi, tubuh kita membutuhkan makanan
menyehatkan sehingga terhindar dari penyakit dan tetap bugar. Namun dilain sisi, tubuh kita
juga bisa menimbulkan reaksi yang tidak baik terhadap makanan yang tidak baik (tidak
sehat).
Kelima, berdasarkan Kisah Para Rasul 15:28-29 ada pengaturan berupa pembatasan
makanan yang harus diperhatikan oleh Kristen non Yahudi. Ada empat makanan yang harus
dihindari, yaitu:
a. Makanan yang dipersembahkan kepada berhala;
b. Makanan yang berasal dari darah;
c. Makanan yang berasal dari bintang yang darahnya tertahan di dalam atau tidak
dikeluarkan;
d. Makan dari percabulan.
Pengaturan ini, sekali lagi bukan berkaitan dengan halal dan haram, melainkan berkaitan
dengan berhala, darah, dan percabulan. Makanan yang dipersembahkan kepada berhala disini
adalah makanan yang dicemarkan oleh berhala, yaitu sisa-sisa daging dari hewan yang
dipersembahkan kepada dewa-dewa bangsa bangsa kafir. Seringkali daging ini dijual di
pasar.
Sebenarnya, bagi orang Kristen non Yahudi memakan sisa-sisa daging dari hewan
yang dipersembahkan kepada berhala tidaklah haram, tetapi memakan daging seperti ini
dapat menjadi batu sandungan karena mengganggu hati nurani orang Yahudi karena seakan-
akan ikut ambil bagian dalam penyembahan berhala (Bandingkan Kisah Para Rasul 21:25; 1
Korintus 8:1-13). Sedangkan untuk daging yang memang dipersembahkan kepada berhala
(bukan sisi sasa daging) sama sekali tidak boleh dimakan. Ini ditegaskan oleh Paulus, karena
berkaitan dengan persekutuan dengan roh-roh jahat dibalik berhala tersesebut (1 Korintus
10:19-21). Makanan yang berasal dari darah atau dari daging binatang yang mati tercekik
(tertahan darahnya) tidak boleh dimakan karena sejak awal sudah dilarang oleh Tuhan
sebelum hukum Taurat ada (Kejadian 9:3-4), kemudian dilarang dalam hukum Taurat
(imamat 17:10-14), kembali ditegaskan karena "nyawa mahluk ada di dalam darah".
Larangan ini masih berlaku bagi orang Kristen hingga saat ini. Sedangkan yang
dimaksud dengan larangan makan dari percabulan jelas sekali berhubungan dengan
kemesuman atau pelacuran berkedok agama di kuil. Hingga saat ini, percabulan sangat
dilarang dalam Alkitab, karena itu makan dari hasil percabulan juga dilarang, baik yang
diberi maupun dibeli dengan menggunakan uang hasil percabulan karena percabulan
menghasilkan kenajisan pada diri seseorang (Bandingkan 1 Korintus 6:13,16,18; 10:8).
Tampaknya pengaturan makanan dalam Kisah Para Rasul 15:28-29 ini terus berlaku
sampai sekarang bagi orang Kristen, dengan dua alasan : Pertama, Kisah Para Rasul yang
ditulis oleh Lukas ditulis setelah Peristiwa Yesus menghentikan pereturn mengenai hal-hal
yang diharamkan (Matius 15:11-20; Markus 7:1-15). Dengan demikian, artinya semua yang
tertulis di Kisah Para Rasul 15:28-29 itu masih berlaku. Kedua, sesudah sidang di Yerusalem
dalam Kisah Para Rasul 15 itu, baik rasul Petrus dan rasul-rasul lainnya maupun rasul Paulus
meneruskan larangan itu kepada jemaat-jemaat (Kisah Para Rasul 15:22-31; Bandingkan
21:15 26). Larangan mengenai makanan berhala dan percabulan secara khusus kita temukan
dalam surat Paulus kepada jemaat di Korintus.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ringkasnya, berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat diambil
kesimpulan adalah bahwa semua binatang yang diciptakan Allah itu baik dan tidak
ada yang haram; bahwa pada suatu waktu Tuhan mengharamkan beberapa jenis
bintang dan melarang untuk dimakan bagi Israel adalah berdasarkan kedaulatanNya
agar Israel taat kepadaNya, dan yang terutama membuat Israel berbeda dari bangsa-
bangsa lain. Larangan ini hanya berlaku bagi Israel dan bukan bangi bangsa-bangsa
lain; sejak kematian Kristus di kayu salib semua larangan yang mengharamkan
beberapa jenis bintang untuk dimakan bagi Israel telah dibatalkan, walaupun semua
binatang yang diciptakan Tuhan itu baik dan tidak satupun yang haram, namun tidak
semua berguna bagi kesehatan kita apabila dimakan; dan bahwa Perjanjian Baru
memberikan pembatasan kepada orang Kristen untuk tidak makan daging binatang
yang telah dipersembahkan kepada berhala, darah binatang atau binatang yang
darahnya tertahan, dan makan daging dari hasil percabulan.
Akhirnya, orang Kristen diselamatkan karena anugerah oleh iman (Efesus
2:8), dan harus menjalani keselamatan itu dengan hidup oleh iman, karena "orang
yang benar akan hidup oleh iman" (Habakuk 2:4; Roma 1:7; Galatia 3:11; Ibrani
10:38). Kata "hidup" adalah kata Yunan "zaó" disini begitu luas: mencakup setiap
keadaaan atau perbuatan yang dapat dilakukan; mencakup segala segi dari
kepribadian dan pengalaman manusia disegala bidang rohani, mental, jasmani dan
materi; mencakup segala macam kegiatan termasuk bernafas, berpikir, berbicara, tidur
dan sebagainya. Ini berarti segala sesuatu yang dilakukan oleh orang percaya harus
berdasarkan iman, sebab "segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa"
(Roma 14:23). Bahkan makan pun kita kita harus melakukannya berdasarkan iman!
(Roma 14:23). Rasul Paulus dalam Roma 14 memberikan contoh hidup berdasarkan
iman ini dan menghubungkannya dengan makan. Pertanyaannya, "apakah artinya
makan dengan iman tersebut bagi kita?" Setidaknya ada tiga pengertiannya bagi kita,
yaitu: pertama,kita mengakui bahwa yang menyediakan segala sesuatu yang baik
yang kita makan adalah Allah yang baik (Yakobus 1:16-17); kedua, karena kita
mengakui bahwa yang menyediakan segala sesuatu yang kita makan adalah Allah
selayaknyalah kita mengucap syukur kepadaNya atas makanan tersebut (Kolose 3:17;
Bandingkan 1 Timotius 4:4-5), sehingga kita mendapat kepastian mengenai berkat
dan manfaat atas makanan tersebut (1 Timotius 4:4-5); ketiga, makan berdasarkan
iman berarti mengakui, bahwa kesehatan dan kekuatan yang kita terima melalui
makanan itu sebenarnya juga merupakan milik Allah dan harus dipakai untuk
kemuliaanNya (1 Korintus 6:13).
DAFTAR PUSTAKA

Jimmy Chang, M.P.M., 2021. Kesehatan Tubuh, Jiwa, Dan Roh, Baik Secara Medis Maupun

Alkitabiah. PBMR ANDI

Achenbach, Reinhard., 2012. Kamus Ibrani Indonesia Perjanjian Lama.Yayasan Komunikasi

Bina Kasih: Jakarta.

Davids, Peter H., 2000. Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Baru. Departemen Literatur

SAAT: Malang.

ouglas, J.D., ed, 1993. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, 2 Jilid. Yayasan Komunikasi Bina

Kasih: Jakarta. Literatur SAAT: Malang.

Bahana., 2022. Majalah Bahana Halal Haram Makanan Kristen. Andi.

Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF., 2010. Teologi Perjanjian Baru. Jilid 1, 2 & 3. BPK

Browning, W.R.F., 2007. Kamus Alkitab. BPK Gunung Mulia: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai