Anda di halaman 1dari 10

“MAKALAH MENGENAL BUDAYA KOMUNIKASI SUKU AMBON “

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 1
A’LAMAL HUDA SYAHRUL NUR FADLI
AFIKA HERFINATYAS
CLARA NIKMATUN NAFIDHAH
HANA DEBY NOVITA SARI
ADINDA DWI PUTRI

PROGAM STUDI PENDIDIKAN NERS


STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
“Makalah Mengenal Budaya Komunikasi Suku Ambon“ ini dengan tepat waktu,
makalah ini disusun untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Komunikasi
Dasar Keperawatan semester 1 kampus STIKes Patria Husada Blitar.

Makalah ini disusun berdasarkan pengamatan dari internet dan buku yang
berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, dalam penyusunan makalah ini
tentunya tidak lepas dari pihak tertentu. Oleh karena itu kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih untuk pihak - pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan
didalamnya, oleh karena itu kami mengharapkan saran yang sifatnya dapat
membangun dan menyempurnakan makalah ini. Semoga dapat bermanfaat untuk
para pembaca.

Blitar, 12 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
Teori.................................................................................................................................................2
2.1 Konsep Caring...........................................................................................................................2
2.2 Konsep Caring Menurut Jean Watson.....................................................................................2
2.3 Teori Sehat Sakit.......................................................................................................................3
2.4 Teori Human Caring................................................................................................................4
2.6 Grand Teori Menurut Watson..................................................................................................5
2.7 Paradigma Keperawatan Menurut Jean Waston....................................................................7
BAB III.................................................................................................................................................8
Pengaplikasian Teori Watson Terhadap Kasus............................................................................8
3.1 Pengaplikasian Teori Watson Terhadap Kasus................................................................8
BAB IV...............................................................................................................................................11
Penutup..........................................................................................................................................11
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................11
4.2 Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, Komunikasi antara budaya belum secara serius mendapatkan tempat sebagai
suatu kajian penting, sehingga sampai sat ini masih sulit ditemui buku yang menjelaskan
secara lengkap tentang definisi dari komunikasi antar budaya itu sendiri. Padahal komunikasi
antar budaya di Indonesia sangatlah penting arena pada kenyataannya kehidupan masyarakat
dan budaya Indonesia sangatlah heterogen yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa,
agama, ras, budaya, dan istiadat. Sebagaimana dituangkan dalam semboyang Bhineka
Tunggal
Ika yang artinya berbeda tetapi tetap satu. Lebih dari 350 bahasa daerah berkembang di
Indonesia dan ratusan etnis tersebar diberbagai wilayah. Kehidupan majemuk bangsa
Indonesia
yang kompleks ditandai dengan kenyataan latar belakang social budaya etnis yang berbeda-
beda. Dengan kenyataan tersebut tidaklah mudah bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan
suatu integrasi dan menghindari konflik atau bahkan perpecahan (De Vito 1997).
Komunikasi antar budaya kala ini menjadi semakin penting karena meningkatnya mobilitas
orang diseluruh dunia, saling ketergantungan Ekonomi diantara banyak Negara, kemajuan
Teknologi Komunikasi, perubahan pola imigrasi dan politik membutuhkan pemahaman atas
kultur yang berbeda-beda (DeVito 1997). Komuniasi antara budaya sendiri lebih menekankan
aspek utama yakni komunikasi antar pribadi diantara Komunikator dan Komunikan yang
kebudayaannya berbeda (Mulyana 1990).
I.II Tujuan
1. Untuk mengenal Budaya Ambon.
2. Untuk mengenal budaya komunikasi Budaya Ambon.
B. Meganalasis Suku Ambon
 Nama Suku : Ambon
 Daerah Asal : Ibukota dari Propinsi Maluku yang terletak di antara 030 LU – 8.300
LS, dan 1250 BT -1350 BT.
 Batas wilayahnya adalah:
Sebelah Utara : Lautan Pasifik
Sebelah Timur : Propinsi Papua
Sebelah Selatan : Negara Timor Leste dan Australia
Sebelah Barat : Propinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah Propinsi .
 Karakteristik Masyarakat Suku Ambon :
1. Memiliki Solidaritas Tinggi
Orang Maluku memiliki rasa solidaritas tinggi terutama jika bertemu sesama orang Maluku.
Mereka akan membantu teman, sahabat, saudara, sesama orang Maluku yang mengalami
kesusahan. Apalagi jika bertemu di tanah rantau. Hal ini menjadi salah satu keuntungan
berteman dengan orang Maluku. Apakah kamu juga memiliki teman dari daerah Maluku?

2. Memiliki Tubuh Atletis


Postur tubuh orang Maluku umumnya berkulit gelap, rambut ikal, dan kerangka tulang yang
kuat dan besar (atletis). Dengan ciri postur tubuh tersebut, secara fisik mereka lebih tegap dan
atletis dibandingkan orang dari suku lain di Indonesia. Hal ini bisa saja dilatarbelakangi dari
kondisi alam daerah Maluku yang berupa kepulauan. Masyarakat Maluku terbiasa melakukan
aktivitas fisik seperti berenang dan berlayar sehingga menunjang postur tubuhnya, terutama
kaum laki-laki. Maluku juga merupakan provinsi yang memiliki luas lautan daripada daratan.

3. Pemberani
Mereka terkenal tidak memiliki rasa takut. Orang Maluku jika ia merasa dirinya berada di
pihak yang benar, maka mereka akan tetap memperjuangkan kebenaran tersebut meskipun
nyawa taruhannya. Hal ini juga bisa jadi orang Maluku terinspirasi tokoh sejarah, yaitu
Pattimura dalam melawan penjajah. Jika sudah merasa apa yang diperjuangkan adalah
kebenaran, maka mereka akan totalitas dalam menunjukkan keberaniannya.

4. Memiliki Tradisi Pukul Sapu


Pukul sapu adalah kebiasaan suku Maluku yang dilaksanakan dengan memukul sapu lidi dari
pohon enau selepas hari idul fitri. Pukul sapu ini merupakan tradisi yang sering dilakukan
penduduk Desa Mamala. Kebiasaan ini dilakukan setelah satu minggu Idul Fitri oleh kaum
pria dan dilakukan dengan mengenakan celana pendek, ikat kepala, serta bertelanjang dada.
Biasanya mereka melakukan atraksi pukul memukul sapu lidi dari tulang daun pohon mayang
atau pohon enau. Nilai filosofis dari tradisi ini adalah persaudaraan tidak memandang suku,
agama, maupun golongan. Rasa sakit dapat dirasakan Bersama demi terwujudnya kehidupan
yang harmonis antar sesama, istilah mereka yaitu sakit di kuku, rasa di daging.
5. Budaya Hawear
Hawear (sasi) merupakan budaya yang tumbuh dan berlaku dalam kehidupan masyarakat
kepulauan Kei secara turun temurun. Dokumen tertulis, cerita rakyat, maupun yang lain
merupakan prasarana untuk melestarikan budaya, salah satunya Hawear.

Sejarah Hawear ini dimulai dari seorang gadis yang diberikan daun kelapa kuning (janur
kuning) oleh ayahnya, kemudian daun kelapa kuning tersebut  disisipkan atau diikat di kain
seloi yang dipakainya. Gadis tersebut melakukan perjalanan panjang untuk menemui seorang
raja. Maksud dari janur kuning tersebut sebagai tanda bahwa ia telah dimiliki oleh seseorang
yang dimaksudkan agar ia tidak diganggu oleh siapapun dalam perjalanan. Janur kuning
tersebut diberikan oleh sang ayah karena sang ayah pernah diganggu oleh orang tak dikenal
dalam perjalanannya. Ini merupakan proses Hawear yang masih dijalankan sesuai dengan
maknanya hingga saat ini. Pelajari berbagai budaya beserta hal yang harus kamu ketahui
tentang Provinsi Maluku melalui buku Ensiklopedia Indonesia Provinsi Maluku Utara.

6. Malam Badendang
Malam Badendang yaitu kebiasaan orang Maluku yang menari dan bergoyang yang diadakan
pada malam-malam tertentu. Kebiasaan ini ditujukan untuk membangun kebersamaan dalam
kehidupan sosial bermasyarakat. Hal ini juga menjadikan masyarakat Maluku memiliki
solidaritas yang tinggi. Para peserta yang mengikuti Malam Badendang ini akan berdansa dan
menari tarian Orlapei dan Katreji. Acara malam Badendang ini dilakukan semlaam suntuk
dan biasanya akan dimeriahkan juga oleh musik karaoke dan makanan khas Maluku.

7. Kebiasaan Makan dengan Ikan Laut


Dari kebiasaan makan, orang Maluku juga memiliki khas. Kebanyakan mereka gemar makan
ikan, bahkan bisa dibilang selalu ada ikan dalam setiap hidangan makanannya. Selain tidak
bisa makan tanpa ikan laut, orang Maluku juga memiliki porsi makan lebih banyak
dibandingkan suku lainnya di Indonesia. Kegiatan fisik yang menguras tenaga, bisa jadi
membuat porsi makan menjadi lebih banyak.

8. Makan Pisang Goreng dan Teh Manis


Orang Maluku selain makan ikan, juga gemar makan pisang didampingi teh manis. Ini
merupakan kebiasaan sejak zaman dahulu. Kebiasaan tersebut dilakukan di setiap
kesempatan, ketika bersantai, menyuguhi tamu, dan lain sebagainya. Biasanya mereka makan
pisang didampingi teh manis ini pada waktu pagi dan sore hari.

9. Budaya Arumbae
Budaya Arumbae adalah kebudayaan berlayar masyarakat Maluku. Di dalam pataka Maluku,
Arumbai menjadi simbol daerah yang digambarkan atau diceritakan  dengan lima orang
mendayung perahu untuk menghadapi tantangan. Perjuangan melintasi lautan merupakan
bagian dari terbentuknya masyarakat. Secara filosofis, itu berarti masyarakat Maluku adalah
masyarakat yang dinamis, mereka memiliki daya juang yang tinggi dalam menghadapi
tantangan atau rintangan untuk menyongsong masa depan yang gemilang. Arumbae tampak
dalam beragam karya seni seperti syair kata tujuh ya nona, ditambah tujuh, sapuluh ampa ya
nona dalang parao. Banyak gapura negeri adat Maluku berbentuk Arumbae. Lagu daerah 
banyak mengumpamakan keharmonisan dengan simbol perahu atau Arumbae. Arumbae juga
mewarnai bidang olahraga seperti Manggurebe Arumbae, lomba yang menjadi salah satu
bidang yang diikutsertakan dalam Festival Teluk Ambon.
10. Upacara Fangnea Kidabela
Di daerah Maluku Tenggara Barat, tepatnya kepulauan Tanimbar, upacara Fangnea Kidabela
masih dilakukan dengan tujuan memperkokoh hubungan sosial di daerah Tanimbar.
Kabupaten Maluku Tenggara Barat ini memiliki kebudayaan yang mengatur persaudaraan
serta kehidupan sosial dalam bentuk Duan Lolat dan Kidabela.

Duan Lolat mengatur hubungan sosial masyarakat yang luas yaitu memperkuat hubungan
antar dua desa atau lebih dan hubungan tersebut diwujudkan dalam bentuk Kidabela. Upacara
Fangnea Kidabela ini memperkokoh hubungan sosial masyarakat Tanimbar  dalam wadah
persaudaraan dan persekutuan agar tidak mudah terpecah belah karena adanya konflik.

11. Batu Pamali


Batu Pamali merupakan simbol material adat masyarakat Maluku. Batu Pamali termasuk
mikrokosmos dalam negeri-negeri yang ditempati masyarakat adat Maluku. Batu Pamali ini
merupakan batu alas atau batu dasar berdirinya sebuah negeri adat yang selalu diletakkan di
samping rumah Baileo sekaligus representasi kehadiran nenek moyang (leluhur) di dalam
kehidupan masyarakat. Batu Pamali sebagai bentuk penyatuan soa-soa dalam negeri adat,
dengan demikian Batu Pamali adalah milik Bersama setiap soa. Di beberapa daerah adat
Maluku, Batu Pamali dimiliki secara kolektif termasuk negeri adat yang masyarakatnya
memeluk agama yang berbeda. Seiring dengan perkembangan agama di masyarakat, terjadi
pergeseran praktik tata cara dalam upacara keagamaan dan keberadaan Batu Pamali.

12. Sasahil dan Nekora


Sasahil pada masyarakat adat di Negeri Siri Sori Serani dan Siri Sori Islam di Pulau Saparua.
Bagi masyarakat Telalora, Nekora memiliki basis nilai tolong menolong antar warga. Nilai
tradisi Sasahil dan Nekora terletak pada cara dan proses pelaksanaanya. Nilai tolong-
menolong atau gotong royong yang terdapat dalam tradisi Sasahil maupun Nekora memiliki
basis solidaritas yang kuat dan menciptakan relasi saling memberi dan menerima antar warga
agar suatu pekerjaan berat untuk mendirikan rumah bisa lebih ringan. Seiring perkembangan
zaman, tradisi Sasahil dan Nekora tetap dipertahankan dengan baik.

13. Makan Patita


Tradisi makan Patita adalah tradisi kuliner atau acara makan Bersama yang sampai saat ini
masih terjaga kelestariannya di wilayah Maluku. Makan Patita biasanya dilaksanakan sebagai
salah satu agenda momentum besar, seperti: Hari Ulang Tahun (HUT) Kota, HUT
Kemerdekaan Indonesia, HUT tempat ibadah,  dan hari besar lain. Makan Patita biasanya
dilakukan bersama-sama dengan menu khas Maluku seperti ikan asar, singkong rebus, patatas
rebus,  colo-colo, sayur-sayuran, papeda, kohu (urap Maluku), dan masih banyak lainnya.
Setiap rumah akan memasak menu tersebut dalam jumlah banyak kemudian hasil masakan
tersebut akan dibawa ke tempat berkumpul dan dimakan bersama. Esensi dari tradisi makan
Patita ini adalah makan dalam kebersamaan dan kehangatan dengan jumlah banyak orang
dengan bertujuan memupuk semangat kekeluargaan.

14. Budaya Kalwedo


Budaya Kalwedo adalah sebuah tanda salam persaudaraan serta salam perdamaian yang
mempersatukan setiap komunitas masyarakat kepulauan Babar dan Maluku Barat Daya. Nilai
budaya Kalwedo terimplementasi dalam berbagai sapaan kekeluargaan bersama yang bersifat
lintas negeri dan pulau yang disebut inanara ama yali (basudara laki dan perempuan).
Pendukung budaya Kalwedo memahami bahwa Kalwedo tidak hanya memiliki nilai sosial
dalam penyelenggaraan praktis kehidupan sehari-hari, tetapi juga nilai religius yang sakral,
menjamin kedamaian, keselamatan, kebahagiaan bersama sebagai orang basudara. Tradisi
hidup masyarakat Maluku Barat Daya (MBD) dibentuk untuk saling berbagi, saling
membantu (tolong-menolong) dalam hal potensi alam, sosial, budaya, dan ekonomi, yang
diwariskan oleh alam kepulauan Maluku Barat Daya(MBD).

15. Suka bernyanyi


Orang Indonesia Timur memang terkenal dengan suaranya yang merdu. Maluku merupakan
salah satunya. Selain Glenn Fredly, masih banyak artis dari Maluku dan Indonesia Timur
yang memiliki suara emas. Hanya saja, terkadang kemampuan seni orang Maluku ini tidak
dibarengi dengan teknik sehingga jarang muncul di berbagai lomba pencarian bakat di tanah
air.

16. Senang Berhumor


Orang Maluku suka membuat lelucon alias berhumor. Mereka suka membuat orang lain
tertawa. Dijamin, orang yang ada di dekatnya akan sering tertawa. Mereka akan mudah
tertawa meskipun hal yang didengar atau dilihatnya kurang jenaka. Selera humor orang
Maluku memang bagus dan pandai melontarkan kata-kata humor.

17. Memiliki suara yang Nyaring


Dari segi suara, orang Maluku begitu khas dengan suara nyaringnya. Ketika mendengarkan
mereka berbincang, terdengar seperti berteriak. Padahal nyaringnya suara orang Maluku ini
adalah wajar yang sering digunakan mereka dalam berkomunikasi.

Memang suara mereka memiliki volume yang tinggi dan terdengar seperti orang marah,
namun, sebenarnya mereka tidak marah, hanya saja memang volume suaranya yang tinggi.

18. Mudah sayang dengan Orang Lain


Rasa kekeluargaan orang Maluku memang tinggi. Mereka tidak memandang asal orang
dalam hal sayang-menyanyangi. Meskipun berbeda daerah, mereka sangat mudah
menyayangi orang lain mulai dari teman, saudara, sampai hubungan percintaan.

19. Memiliki Senyum yang Khas


Meskipun raut muka orang Maluku sering dianggap sangar, sebenarnya mereka memiliki
kebiasaan yaitu murah senyum, lho. Mereka suka menyapa orang-orang yang berpapasan
dengannya meskipun belum dikenalnya. Keramahan dan ketulusannya itulah yang membuat
orang maluku dikenal dengan senyumnya yang khas.

20. Suka Memasak


Kepandaian dalam Memasak bagi orang Maluku dianggap sebagai keahlian istimewa yang
wajib dimiliki. Memasak bagi mereka bukan sebatas tradisi. Kepandaian memasak juga
menjadi salah satu persyaratan lulus ujian untuk menjadi menantu ideal di hadapan mertua.
 Cara berkomunikasi Suku Ambon :

Masyarakat Kotamadya Ambon, khususnya siswa Sekolah Menengah Atas dan sederajat
mengenal dua bentuk media komunikasi yaitu media cetak dan media elektronik. Yang
dimaksud dengan media cetak adalah sarana media yang dicetak dan diterbitkan
secara berkala, seperti surat kahar, majalah, komik, dan novel. Sedangkan yang
dimaksud dengan media elektronik yaitu sarana media yang mempergunakan alat- alat
elektronik modern, seperti radio, televisi, dan film. Masyarakat Kotamadya Ambon,
khususnya siswa Sekolah Menengah Atas dan sederajat mengenal dua bentuk media
komunikasi yaitu media cetak dan media elektronik. Yang dimaksud dengan media
cetak adalah sarana media yang dicetak dan diterbitkan secara berkala, seperti surat
kahar, majalah, komik, dan novel. Sedangkan yang dimaksud dengan media elektronik
yaitu sarana media yang mempergunakan alat- alat elektronik modern, seperti radio,
televisi, dan film. Selain menggunakan dua media komunikasi tersebut, masyarakat
Suku Ambon juga menggunakan bahasa verbal dan non verbal dalam kehidupan sehari
–hari.

 Bahasa :

Bahasa yang digunakan sehari – hari oleh masyarakat suku Ambon adalah
bahasa Ambon. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, jika bahasa dasar
dari bahasa Ambon sendiri adalah bahasa melayu atau biasanya lebih sering
dikatakan sebagai bahasa melayu Ambon.

Bahasa melayu Ambon ini sendiri pertama kali digunakan sebagai bahasa yang
berkembang di kawasan maluku tengah dan juga beberapa tempat lain yang
ada di maluku sebagai salah satu bahasa perdagangan. Di beberapa kawasan
daerah maluku, bahasa Ambon menjadi bahasa kedua mereka gunakan sehari –
hari.

Bahasa orang Ambon sangat mirip dengan bahasa Jerman, Belanda dan Inggris.
Kata yang sering saya ucapkan setelah menerima sebuah hadiah atau oleh -
olehadalah " Danke", kata ini mirip sekali dengan bahasa Jerman . Kata - kata
bahasaMaluku sangat Mudah dingat asal kita ingat suku katanya saja ,"Kita" di
ambonmenjadi "katong" asal kata dari "kita orang", "mereka" menjadi "dong"
asal katadari "dia orang'". Untuk kata kepemilikan menggunakan kata "punya"
yangdisingkat menjadi "pung", contohnya apabila kita ingin menyebutkan
"rumahsaya" maka menjadi "beta pung rumah". Ada beberapa hal yang perlu
dingatantara lain, mereka cenderung menyingkat kata, bunyi vokal "e" akan
selalu dibaca"e'", dan untuk kata yang berakhiran dengan "n" selalu menjadi
"ng"Dengan demikian dapat dipahami kenapa kata "punya" menjadi "pung"
dan"pergi" menjadi "pi", "jangan" menjadi "jang", "dengan" menjadi
"deng"teman" menjadi "tamang", dan "makan" menjadi "makang". Ahaa... kami
pun mulai asik bercakap-cakap dalam bahasa Maluku "katong pi jua?" atau"ayo
katong pi makang, beta su lapar"epenka" "jang mara".

C. Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai