Makalah Mengenal Budaya Komunikasi Suku Ambon
Makalah Mengenal Budaya Komunikasi Suku Ambon
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 1
A’LAMAL HUDA SYAHRUL NUR FADLI
AFIKA HERFINATYAS
CLARA NIKMATUN NAFIDHAH
HANA DEBY NOVITA SARI
ADINDA DWI PUTRI
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
“Makalah Mengenal Budaya Komunikasi Suku Ambon“ ini dengan tepat waktu,
makalah ini disusun untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Komunikasi
Dasar Keperawatan semester 1 kampus STIKes Patria Husada Blitar.
Makalah ini disusun berdasarkan pengamatan dari internet dan buku yang
berkaitan dengan materi yang akan disampaikan, dalam penyusunan makalah ini
tentunya tidak lepas dari pihak tertentu. Oleh karena itu kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih untuk pihak - pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak kekurangan
didalamnya, oleh karena itu kami mengharapkan saran yang sifatnya dapat
membangun dan menyempurnakan makalah ini. Semoga dapat bermanfaat untuk
para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
Teori.................................................................................................................................................2
2.1 Konsep Caring...........................................................................................................................2
2.2 Konsep Caring Menurut Jean Watson.....................................................................................2
2.3 Teori Sehat Sakit.......................................................................................................................3
2.4 Teori Human Caring................................................................................................................4
2.6 Grand Teori Menurut Watson..................................................................................................5
2.7 Paradigma Keperawatan Menurut Jean Waston....................................................................7
BAB III.................................................................................................................................................8
Pengaplikasian Teori Watson Terhadap Kasus............................................................................8
3.1 Pengaplikasian Teori Watson Terhadap Kasus................................................................8
BAB IV...............................................................................................................................................11
Penutup..........................................................................................................................................11
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................................11
4.2 Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia, Komunikasi antara budaya belum secara serius mendapatkan tempat sebagai
suatu kajian penting, sehingga sampai sat ini masih sulit ditemui buku yang menjelaskan
secara lengkap tentang definisi dari komunikasi antar budaya itu sendiri. Padahal komunikasi
antar budaya di Indonesia sangatlah penting arena pada kenyataannya kehidupan masyarakat
dan budaya Indonesia sangatlah heterogen yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa,
agama, ras, budaya, dan istiadat. Sebagaimana dituangkan dalam semboyang Bhineka
Tunggal
Ika yang artinya berbeda tetapi tetap satu. Lebih dari 350 bahasa daerah berkembang di
Indonesia dan ratusan etnis tersebar diberbagai wilayah. Kehidupan majemuk bangsa
Indonesia
yang kompleks ditandai dengan kenyataan latar belakang social budaya etnis yang berbeda-
beda. Dengan kenyataan tersebut tidaklah mudah bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan
suatu integrasi dan menghindari konflik atau bahkan perpecahan (De Vito 1997).
Komunikasi antar budaya kala ini menjadi semakin penting karena meningkatnya mobilitas
orang diseluruh dunia, saling ketergantungan Ekonomi diantara banyak Negara, kemajuan
Teknologi Komunikasi, perubahan pola imigrasi dan politik membutuhkan pemahaman atas
kultur yang berbeda-beda (DeVito 1997). Komuniasi antara budaya sendiri lebih menekankan
aspek utama yakni komunikasi antar pribadi diantara Komunikator dan Komunikan yang
kebudayaannya berbeda (Mulyana 1990).
I.II Tujuan
1. Untuk mengenal Budaya Ambon.
2. Untuk mengenal budaya komunikasi Budaya Ambon.
B. Meganalasis Suku Ambon
Nama Suku : Ambon
Daerah Asal : Ibukota dari Propinsi Maluku yang terletak di antara 030 LU – 8.300
LS, dan 1250 BT -1350 BT.
Batas wilayahnya adalah:
Sebelah Utara : Lautan Pasifik
Sebelah Timur : Propinsi Papua
Sebelah Selatan : Negara Timor Leste dan Australia
Sebelah Barat : Propinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah Propinsi .
Karakteristik Masyarakat Suku Ambon :
1. Memiliki Solidaritas Tinggi
Orang Maluku memiliki rasa solidaritas tinggi terutama jika bertemu sesama orang Maluku.
Mereka akan membantu teman, sahabat, saudara, sesama orang Maluku yang mengalami
kesusahan. Apalagi jika bertemu di tanah rantau. Hal ini menjadi salah satu keuntungan
berteman dengan orang Maluku. Apakah kamu juga memiliki teman dari daerah Maluku?
3. Pemberani
Mereka terkenal tidak memiliki rasa takut. Orang Maluku jika ia merasa dirinya berada di
pihak yang benar, maka mereka akan tetap memperjuangkan kebenaran tersebut meskipun
nyawa taruhannya. Hal ini juga bisa jadi orang Maluku terinspirasi tokoh sejarah, yaitu
Pattimura dalam melawan penjajah. Jika sudah merasa apa yang diperjuangkan adalah
kebenaran, maka mereka akan totalitas dalam menunjukkan keberaniannya.
Sejarah Hawear ini dimulai dari seorang gadis yang diberikan daun kelapa kuning (janur
kuning) oleh ayahnya, kemudian daun kelapa kuning tersebut disisipkan atau diikat di kain
seloi yang dipakainya. Gadis tersebut melakukan perjalanan panjang untuk menemui seorang
raja. Maksud dari janur kuning tersebut sebagai tanda bahwa ia telah dimiliki oleh seseorang
yang dimaksudkan agar ia tidak diganggu oleh siapapun dalam perjalanan. Janur kuning
tersebut diberikan oleh sang ayah karena sang ayah pernah diganggu oleh orang tak dikenal
dalam perjalanannya. Ini merupakan proses Hawear yang masih dijalankan sesuai dengan
maknanya hingga saat ini. Pelajari berbagai budaya beserta hal yang harus kamu ketahui
tentang Provinsi Maluku melalui buku Ensiklopedia Indonesia Provinsi Maluku Utara.
6. Malam Badendang
Malam Badendang yaitu kebiasaan orang Maluku yang menari dan bergoyang yang diadakan
pada malam-malam tertentu. Kebiasaan ini ditujukan untuk membangun kebersamaan dalam
kehidupan sosial bermasyarakat. Hal ini juga menjadikan masyarakat Maluku memiliki
solidaritas yang tinggi. Para peserta yang mengikuti Malam Badendang ini akan berdansa dan
menari tarian Orlapei dan Katreji. Acara malam Badendang ini dilakukan semlaam suntuk
dan biasanya akan dimeriahkan juga oleh musik karaoke dan makanan khas Maluku.
9. Budaya Arumbae
Budaya Arumbae adalah kebudayaan berlayar masyarakat Maluku. Di dalam pataka Maluku,
Arumbai menjadi simbol daerah yang digambarkan atau diceritakan dengan lima orang
mendayung perahu untuk menghadapi tantangan. Perjuangan melintasi lautan merupakan
bagian dari terbentuknya masyarakat. Secara filosofis, itu berarti masyarakat Maluku adalah
masyarakat yang dinamis, mereka memiliki daya juang yang tinggi dalam menghadapi
tantangan atau rintangan untuk menyongsong masa depan yang gemilang. Arumbae tampak
dalam beragam karya seni seperti syair kata tujuh ya nona, ditambah tujuh, sapuluh ampa ya
nona dalang parao. Banyak gapura negeri adat Maluku berbentuk Arumbae. Lagu daerah
banyak mengumpamakan keharmonisan dengan simbol perahu atau Arumbae. Arumbae juga
mewarnai bidang olahraga seperti Manggurebe Arumbae, lomba yang menjadi salah satu
bidang yang diikutsertakan dalam Festival Teluk Ambon.
10. Upacara Fangnea Kidabela
Di daerah Maluku Tenggara Barat, tepatnya kepulauan Tanimbar, upacara Fangnea Kidabela
masih dilakukan dengan tujuan memperkokoh hubungan sosial di daerah Tanimbar.
Kabupaten Maluku Tenggara Barat ini memiliki kebudayaan yang mengatur persaudaraan
serta kehidupan sosial dalam bentuk Duan Lolat dan Kidabela.
Duan Lolat mengatur hubungan sosial masyarakat yang luas yaitu memperkuat hubungan
antar dua desa atau lebih dan hubungan tersebut diwujudkan dalam bentuk Kidabela. Upacara
Fangnea Kidabela ini memperkokoh hubungan sosial masyarakat Tanimbar dalam wadah
persaudaraan dan persekutuan agar tidak mudah terpecah belah karena adanya konflik.
Memang suara mereka memiliki volume yang tinggi dan terdengar seperti orang marah,
namun, sebenarnya mereka tidak marah, hanya saja memang volume suaranya yang tinggi.
Masyarakat Kotamadya Ambon, khususnya siswa Sekolah Menengah Atas dan sederajat
mengenal dua bentuk media komunikasi yaitu media cetak dan media elektronik. Yang
dimaksud dengan media cetak adalah sarana media yang dicetak dan diterbitkan
secara berkala, seperti surat kahar, majalah, komik, dan novel. Sedangkan yang
dimaksud dengan media elektronik yaitu sarana media yang mempergunakan alat- alat
elektronik modern, seperti radio, televisi, dan film. Masyarakat Kotamadya Ambon,
khususnya siswa Sekolah Menengah Atas dan sederajat mengenal dua bentuk media
komunikasi yaitu media cetak dan media elektronik. Yang dimaksud dengan media
cetak adalah sarana media yang dicetak dan diterbitkan secara berkala, seperti surat
kahar, majalah, komik, dan novel. Sedangkan yang dimaksud dengan media elektronik
yaitu sarana media yang mempergunakan alat- alat elektronik modern, seperti radio,
televisi, dan film. Selain menggunakan dua media komunikasi tersebut, masyarakat
Suku Ambon juga menggunakan bahasa verbal dan non verbal dalam kehidupan sehari
–hari.
Bahasa :
Bahasa yang digunakan sehari – hari oleh masyarakat suku Ambon adalah
bahasa Ambon. Seperti yang sudah di jelaskan sebelumnya, jika bahasa dasar
dari bahasa Ambon sendiri adalah bahasa melayu atau biasanya lebih sering
dikatakan sebagai bahasa melayu Ambon.
Bahasa melayu Ambon ini sendiri pertama kali digunakan sebagai bahasa yang
berkembang di kawasan maluku tengah dan juga beberapa tempat lain yang
ada di maluku sebagai salah satu bahasa perdagangan. Di beberapa kawasan
daerah maluku, bahasa Ambon menjadi bahasa kedua mereka gunakan sehari –
hari.
Bahasa orang Ambon sangat mirip dengan bahasa Jerman, Belanda dan Inggris.
Kata yang sering saya ucapkan setelah menerima sebuah hadiah atau oleh -
olehadalah " Danke", kata ini mirip sekali dengan bahasa Jerman . Kata - kata
bahasaMaluku sangat Mudah dingat asal kita ingat suku katanya saja ,"Kita" di
ambonmenjadi "katong" asal kata dari "kita orang", "mereka" menjadi "dong"
asal katadari "dia orang'". Untuk kata kepemilikan menggunakan kata "punya"
yangdisingkat menjadi "pung", contohnya apabila kita ingin menyebutkan
"rumahsaya" maka menjadi "beta pung rumah". Ada beberapa hal yang perlu
dingatantara lain, mereka cenderung menyingkat kata, bunyi vokal "e" akan
selalu dibaca"e'", dan untuk kata yang berakhiran dengan "n" selalu menjadi
"ng"Dengan demikian dapat dipahami kenapa kata "punya" menjadi "pung"
dan"pergi" menjadi "pi", "jangan" menjadi "jang", "dengan" menjadi
"deng"teman" menjadi "tamang", dan "makan" menjadi "makang". Ahaa... kami
pun mulai asik bercakap-cakap dalam bahasa Maluku "katong pi jua?" atau"ayo
katong pi makang, beta su lapar"epenka" "jang mara".
C. Pembahasan