Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling pentingdalam
pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005).Mencuci
tangan merupakan proses pembuangan kotoran dan debu secara
mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.
Tujuan cuci tangan adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu
secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme (Tietjen, 2003 dalam Moestika ). Diare biasanya
kuman ditransmisikan dari tangan yang tidak bersih ke makanan.
Kuman-kuman kemudian memapar ke person yang makanan tersebut.
Hal ini bisa diegah dengan selalu mencuci tangan setelah
menggunakan toilet dan sebelum menyiapkan makanan ( Darmiatun,
2013). Mencuci tangan juga dapat menghilangkan sejumlah besar
virus yang menjadi penyebab berbagai penyakit, terutama penyakit
yang menyerang saluran cerna, seperti diare dan saluran nafas seperti
influenza. Hampir semua orang mengerti pentingnya mencuci tangan
pakai sabun, namun masih banyak yang tidak membiasakan diri untuk
melakukan dengan benar pada saat yang penting ( Umar, 2009 dalam
Mirzal ). Sebagian masyarakat mengetahui akan pentingya mencuci
tangan, namun dalam kenyataanya masih sangat sedikit ( hanya 5%
yang tahubagaimana cara melakukanya dengan benar. Hal ini sangat
penting untuk di ajarkan pada masyarakat agar bias mencegah
terjadinya penyakit ( Siswanto, 2009 dalam Zuraidah ).

Mencuci tangan memakai sabun sangat penting sebagai salah satu


mencegah terjadinya diare, kebiasaan mencuci tangan diterapkan
setelah buang air besar, setelah menceboki bayi dan balita, sebelum
makan serta sebelum menyiapkan makanan. Masyarakat akan mampu
meningkatkan pengetahuan hidup sehat dimanapun mereka berada
jika mereka sadar, termotivasi dan di dukungan dengan adanya

1
informasi serta sarana dan prasarana kesehatan. Masyarakat hanya
mengetahui penyakit menular pada penyakit tertentu saja sedangkan
untuk penyakit dalam atau penyakit infeksilainya masih kurang
sehingga kesadaran untuk masyarakat dalam menjaga hidup sehat, dan
menjaga dirinya dari bahaya penyakit menular terbatas pada apa yang
mereka ketahui saja. Mencuci tangan merupakan metode tertua,
sederhana dan paling konsisten untuk pencegahan dan pengontrolan
penularan infeksi (Perry & Potter 2005). Maka dari sebagai ibu
diharus kan untuk mencuci tangan sebelum mengolah atau memasak
suatu makanan untuk keluarga tercintanya agar terhindar dari
penyakit.

Menurut penelitian WHO, 100 ribu anak Indonesia meninggal setiap


tahunnya karena diare. Data yang dirilis oleh Riskedas tahun 2007
menyebutkan diare termasuk salah satu dari dua penyebab kematian
terbanyak pada anak-anak, selain pneumonia. Kematian pada pada
anak umur 4-11 tahun yang disebabkan diare sebanyak 25,5% dan
pneumonia15,5%. Sebanyak 40 hingga 60 % diare pada anak terjadi
akibat rotavirus. Biasanya virus masuk mulut melalui tangan yang
terkontaminasi kotoran akibat tidak mencuci tangan.

Angka kejadian diare berkisar 200-400 diantara 1000 penduduk di


Indonesia setiap tahunya, sebagian besar (70-80%) di antaranya
berusia kurang dari 5 tahun (± 40 jutakejadian). Kelompok ini setiap
tahunya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari
penderita (1- 2%) akan masuk kedalam dehidrasi dan tidak segera
diatasi 50-60% di antaranya dapat meninggal (Sudaryat , 2010 dalam
Sari ).Kesakitan diare di jawa timur 2009 mencapai 89.869 kasus
diare dengan proporsi balita sebesar 39,49%, kejadian ini meningkat
pada tahun 2010, jumlah penderita diare di jawa timur tahun 2010
sebanyak 1.063.949 kasusdengan 37,94% diantaranya adalah balita
(profil kesehatan provinsi jawa timur dalam Sari). Di ponorogo sendiri

2
kejadian diare peringkat ke dua dengan jumlah 1.215 jiwa dan
peringkat pertama di ngrayun dengan jumlah 1.672 jiwa dan Angka
kejadian ISPA diponorogo tertinggi di desa kecamatan jenangan
mencapai 2.188 jiwa. Organisme-organisme tersebut bersifat hidup
kurang dari 24 jam padakulit, dan dapat dengan mudah disingkirkan
dengan mencuci atau menggosok, biasanya organism tersebut adalah
anaerobik. Anaerobik berarti tidak dapat hidup pada jangka waktu
yang lama dalam keadaan adanya oksigen. Mereka menggunakan
tangan sebagai cara penularan yang singkat ketika mencari hospes
yang rentan atau “reservoir” dimana mereka dapat hidup. Organisme
transien dengan cepat menyebabkan infeksi bila masuk kedalam tubuh
hospes yang rentan (Shcaffer, 2000 dalam Coniko).Sekitar 20 jenis
penyakit yang bisa hinggap di tubuh akibat tidak mencuci tangan
dengan baik dan benar. Beberapa penyakit yang dapat disebabkan
karena kurang pedulinya terhadap kegiatan cuci tangan pakai sabun,
diantaranya: diare, infeksi saluran pernafasan, infeksi cacingan. Dalam
sebuah kelurga bila kuranga dekuat dalam cuci tangan sebelum makan
dan sebelum penyajian makanan bisa terjadi diare dalam keluarga itu
salah satunya yang terserang anak-anak.

Tangan merupakan bagian tubuh yang lembab yang paling sering


berkontak dengan kuman yang menyebabkan penyakit dan
menyebarnya. Cara terbaik untuk mencegahnya adalah dengan
membiasakan mencuci tangan dengan memakai sabun (Kamarudin,
2009 dalam Mirzal ). Mencuci tangan adalah teknik yang sangat
mendasar dalam mencegahdan mengendalikan infeksi, dengan
mencuci tangan dapat menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
yang ada di kulit (Hidayat, 2005 dalam Mirzal).

Masalah-masalah tersebut timbul karena kurangnya pengetahuan serta


kesadaran akan pentingnya kesehatan terutama kebiasaan mencuci
tangan. Cuci tangan merupakan cara murah dan efektif dalam

3
pencegahan penyakit menular. Namun hingga saat ini kebiasaaan
tersebut seringkali dianggap remeh (Sari, 2011).
Mencuci tangan dengan baik merupakan unsur satu-satunya yang
paling penting dan efektif untuk mencegah penularan infeksi.
Idealnya, air mengalir dan sabun yang digosok-gosokkan harus
digunakan selama 40 sampai 60 detik. Penting sekali untuk
mengeringkan tangan setelah mencucinya. Pemakaian sabun dan air
tetap penting ketika tangan terlihat kotor. Untuk kebersihan tangan
rutin ketika tidak terlihat kotoran atau debris, alternatif seperti
handrub berbasis alkohol 70% yang tidak mahal, mudah didapat,
mudah dijangkau dan sudah semakin diterima terutama ditempat
dimana akses wastafel dan air bersih berbatas. Tujuan mencuci tangan
adalah untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan
mengurangi jumlah mikroorganisme sementara. Mencuci tangan
dengan sabun biasa dan air bersih adalah sama efektifnya mencuci
tangan dengan sabun antimikroba (pereira, Lee dan Wade 1997).
Sebagai tambahan, sabun biasa mengurangi terjadinya iritasi kulit
(pereira, Lee dan Wade 1990).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan,peserta mampu memahami
dan dapat mengaplikasikan tehnik cuci tangan / kebersihan tangan
sebagai upaya pencegahan infeksi penyakit..
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai cuci tangan
peserta di harapkan mampu:
a) Menyebutkan tentang pengertian cuci tangan.
b) Menyebutkan tujuan cuci tangan.

4
c) Menyebutkan jenis-jenis cuci tangan.
d) Menyebutkan kapan harus melakukan cuci tangan.
e) Mampu mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan dengan benar.

C. Media penyuluhan
 Power poin
 Leaflet

D. Metode penyuluhan
 Ceramah
 Tanya jawab
 Demonstrasi

E. Sasaran
Lansia/WBS di UPTP Bina Sosial Cipocok

F. Waktu dan tempat


Hari/tanggal : Minggu,26 Mei 2019
Waktu : 08:00 WIB s.d Selesai
Tempat : UPTP Bina Sosial Cipocok

G. Materi penyuluhan
1. Pengertian cuci tangan.
2. Tujuan cuci tangan
3. Jenis-jenis cuci tangan.
4. Waktu melakukan cuci tangan.
5. Langkah-langkah cuci tangan.

5
H. Susunan Kepanitiaan

Penasehat :1. Dosen Pembimbing Akademik


2. Ci Dinas Panti Sosial
Ketua Pelaksanan : Feni Feriawati
Sekertaris : Elly Nuraeni
Bendahara : Yulianti
Seksi acara dan perlengkapan : Amelia, Agustiadi Fahri Budiarsyah
Seksi dokumentasi : Sri Rahayu,Rifki Agus Irawan
Seksi konsumsi dan souvenir : Iis Setiasih,Aisyah

I. Rincian Dana

No. Uraian Unit Satuan Jumlah

1. Kesertariatan

Pengadaan proposal 2 Buah Rp. 25.000,- Rp. 50.000-,

2. Dokumentasi dan publikasi

Infocus 1 buah Rp 100.000,- Rp 100.000,-

Leafleat 15 buah Rp 5.000-, Rp. 75.000,-

3. Souvenir 25 box Rp. 10.000,- Rp. 250.000,-

Jumlah total Rp. 475.000,-

6
WAKTU ACARA PENANGGUNG
JAWAB
08.00-08.15 Acara Pembukaan MC
1. Pembukaan
2. Sambutan-sambutan
a. Ketua Pelaksana
b. Dosen Pembimbing
Akademik
c. CI Ruangan Duku
08.15-08.30 Pembagian Souvenir Panitia
08.30-09.00 Penyuluhan Kesehatan Penyaji
09.00-09.20 Demonstrasi cuci tangan Panitia
09.20-09.35 Penutup dan do’a Panitia
J. Susunan Acara

Serang, 26 Mei 2019


Kelompok
Prodi Profesi Ners
STIKES PERTAMEDIKA JAKARTA
TAHUN 2019

PANITIA PELAKSANA
Ketua Pelaksana Sekertaris

Feni Feriawati Elly Nuraeni

7
BAB II
TINJAUAN MATERI

A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di
mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Lanjut usia
(lansia) apabila usianya > 65 tahun. Lansia dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia (Dewi, 2014).
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.
Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup
serta peningkatan kepekaan secara individual. Ketika kondisi hidup
berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati (Efendi, 2009). Menurut UU
No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia disebutkan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Dewi,
2014).
Lansia adalah individu yang mengalami proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti atau mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita
(Sunaryo et al, 2016)
Lansia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai
dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga tahap ini
berbeda baik secara biologis, maupun psikologis (Nasrullah, 2016).

8
2. Klasifikasi Lanjut Usia
Menurut pendapat beberapa ahli, batasan-batasan umur yang mencakup
batasan umur lansia (Sunaryo et al, 2016) sebagai berikut :
a. Menurut Depkes RI (2009), kelompok lansia dibagi dalam 3
kelompok yaitu kelompok usia presenelis (45-59 tahun), kelompok
usia lanjut (diatas 60 tahun), dan kelompok usia risiko tinggi (diatas
70 tahun atau usia diatas 60 tahun dengan masalah kesehatan).
b. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, ada empat tahap yaitu
usia pertengahan (middle age ) (45-59 tahun), lanjut usia (elderly)
(60-74 tahun), lanjut usia tua (old) (75-90), usia sangat tua (very old)
(di atas 90 tahun).
c. Menurut Prof DR.Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm), Guru Besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodinasi biologis
perkembangan manusia dibagi sebagai yaitu usia 0-1 tahun (masa
bayi), usia 1-6 tahun (masa prasekolah), usia 6-10 tahun (masa
sekolah ), usia 10-20 tahun (masa pubertas), usia 45-65 tahun (masa
setengah umur, prasenium).
d. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikologi dari Universitas Indonesia),
lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat
dibagi menjadi empat bagian yaitu fase iuventus antara usia 20-40
tahun, fase verilitas antara 40-50 tahun, fase praesenium antara usia
55-65 tahun, fase senium antara usia 65 tahun hingga tutup usia.
e. Menurut Setyonugroho lanjut usia dikelompokan sebagai berikut: usia
dewasa muda( elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun), usia dewasa
penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65 tahun), lanjut usia
(geriatric age) ( usia lebih dari 65/70 tahun) terbagi sebagai berikut
usia 70-75 tahun (young old), usia 75-80 tahun (old), usia lebih dari
80 tahun (very old)
f. Menurut hurlock (1979), perbedaan lanjut usia dibagi 2 tahap 70
tahun keatas) dan menurut burnside (1979) ada empat tahap lanjut
usia yaitu young old (60-69 tahun), middle age old (usia 70-79 tahun)
old-old (usia 80-89 tahun), very old-old (usia 90 tahun keatas)

9
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU
No.13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk,
2008 dalam Sunaryo, 2016).

3. Tugas Perkembangan Lansia


Menurut Erikson, kesepian lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan
diri terhadap perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh
kembang pada tahap sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh
kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan
baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di
sekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang
biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga,
mengembangkan hobi bercocok tanaman, dan lain-lain. Ada tugas
perkembangan lansia adalah sebagai berikut menurut (Dewi, 2014) :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya
d. Mempersiapkan kondisi baru
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

4. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-
macam tipe lanjut usia menurut (Nugroho, 2015) yang menonjol antara
lain:
a. Tipe arif bijaksana
lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan

10
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilangnya dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan
daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang
disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit
dilayani, dan pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan
beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.

Lanjut usia dapat pula dikelompokkan dalam beberapa tipe yang


bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik,
mental, sosial, dan ekonominya. Tipe antara lain menurut (Nugroho,
2015):
a. Tipe optimis
Lanjut usia santai dan periang, penyesuaian cukup baik, mereka
memandang masa lanjut usia dalam bentuk bebas dari tanggung jawab
dan sebagai kesempatan untuk menuruti kebutuhan pasifnya. Tipe ini
sering disebut juga lanjut usia tipe kursi goyang (the rocking
chairman)
b. Tipe konstruktif
Lanjut usia ini mempunyai integritas baik, dapat menikmat hidup,
mempunyai toleransi yang tinggi, humoristik, fleksibel, dan tahu diri.
Biasanya, sifat ini terlihat sejak muda. Mereka dengan tenang
menghadapi proses menua dan menghadapi akhir.

11
c. Tipe ketergantungan
Lanjut usia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu
pasif, tidak berambisi, masih tahu diri, tidak mempunyai inisiatif dan
bila bertindak yang tidak praktis. Ia senang pensiun, tidak suka
bekerja, dan senang berlibur, banyak makan, dan banyak minum.
d. Tipe defensif
Lanjut usia biasanya sebelumnya mempunyai riwayat pekerjaan/
jabatan yang tidak stabil, bersifat selalu menolak bantuan, emosi sering
tidak terkontrol, memegang teguh kebiasaan, bersifat komplusif aktif,
anehnya mereka takut menghadapi “menjadi tua” dan menyenangi
masa pensiun.
e. Tipe militan dan serius
Lanjut usia yang tidak mudah menyerah, serius, senang berjuang, bisa
menjadi panutan.
f. Tipe pemarah frustasi
Lanjut usia yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, selalu
menyalahkan orang lain, menunjukkan penyesuaian yang buruk.
Lanjut usia sering mengekspresikan kepahitan hidupnya.

g. Tipe bermusuhan
Lanjut usia yang selalu menganggap orang lain yang menyebabkan
kegagalan, selalu mengeluh, bersifat agresif, dan curiga, biasanya,
pekerjaan saat ia muda tidak stabil. Menganggap menjadi tua itu bukan
hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang
mengadu untung pekerjaan, aktif menghindari masa yang buruk.
h. Tipe putus asa, membenci, dan menyalahkan diri sendiri
Lanjut usia ini bersifat kritis dan menyalahkan diri sendiri, tidak
mempunyai ambisi, mengalami penurunan sosial ekonomi, tidak dapat
menyesuaikan diri. Lanjut usia tidak hanya mengalami kemarahan,
tetapi juga depresi, memandang lanjut usia sebagai tidak berguna
karena masa yang tidak menarik. Biasanya, perkawinan tidak bahagia,

12
merasa menjadi korban keadaan, membenci diri sendiri, dan ingin
cepat mati.

5. Proses Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
pemulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki
usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang
ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai
ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan mulai memburuk, gerakan
lambat, dan figur tubuh yang tidak proposional (Nugroho, 2015).

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-


lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho.W, 2000
dalam Khalid Mujahidullah, 2012)
a. Perubahan Fisik Dan Fungsi Akibat Proses Menua
Perubahan Fisik Dan Fungsi Akibat Proses Menua menurut (Nasrullah,
2016)
1) Sel
a) Jumlah sel menurun
b) Ukuran sel lebih besar
c) Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang
d) Proporsi protein di otak, ginjal, darah dan hati menurun
e) Jumlah sel otak menurun
f) Mekanisme perbaikan otak terganggu
g) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%
h) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar ginjal,
darah dan hati menurun

13
2) Sistem persyarafan
a) Menurun hubungan persyarafan
b) Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang
berkurang setiap harinya)
c) Respon dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap
stress,
d) Saraf panca indera mengecil
e) Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, lebih sensitif
terhadap perubahan suhu dan rendahnya ketahanan terhadap
dingin
f) Kurang sensitif terhadap sentuhan
g) Defisit memori
3) Sistem pendengaran
a) Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada
telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%
terjadi pada usia di atas 65 tahun
b) Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otoskleorosis
c) Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkat kreatinin
d) Terjadi pengumpulan semakin menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan atau stress
e) Tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi
atau rendah, bisa terus-menerus atau intermiten)
f) vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang
atau berputar)
4) Sistem penglihatan
a) Sfingter pupil timbul sklerosis dan respon terhadap sinar
menghilang
b) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak,
jelas menyebabkan gangguan penglihatan

14
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melibat dalam gelap
e) Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan menifestasi
presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi
berkurangnya elastisitas lensa
f) Lapan pandang menurun : luas pandangan berkurang
g) Daya membedakan warna menurun, terutama pada warna biru
dan hijau pada skala
5) Sistem Kardiovaskuler
a) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
b) Elasitas dinding aorta menurun
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan
kontraksi dan volume menurun
d) Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun )
e) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, perifer untuk
oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak.
f) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan
g) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah
perifer meningkat. Sistole normal ± 170 mmHg, ± 95 mmHg
6) Sistem pengaturan suhu tubuh
a) Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±
35°C ini akibat metabolisme yang menurun
b) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dapat pula
menggigil, pucat dan gelisah
c) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot
7) Sistem pernapasan

15
a) Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi,
kehilangan kekuatan, dan menjadi kaku
b) Aktivitas silia menurun
c) Paru kehilangan elasitas, kapasitas residu meningkat
d) Ukuran alveoli melebar (membesar secara progesif) dan jumlah
berkurang
e) Berkurangnya elastisitas bronkus
f) Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmhg
g) Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas
terganggu
h) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang
i) Sensitivitas terjadi emfisima senilis
j) Sensitivitas terjadi hipoksia dan hiperkarbia menurun
k) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan
menurun seiring bertambahnya usia.
8) Sistem pencernaan
a) Kehilangan gigi, penyebab utama periodonatal disease yang
bisa terjadi setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi
kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
b) Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang
kronis, atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya senstivitas
saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam dan
pahit.
c) Esophagus melebar.
d) Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam
lambung, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun,
e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul kontipasi
f) Fungsi absorpsi melemah (daya absorbsi menurun, terutama
karbohidrat)
g) Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,
aliran darah berkurang

16
9) Sistem reproduksi
a) Wanita
(1) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil
(2) Ovari menciut, uterus mengalami atrofi
(3) Atrofi payudara
(4) Atrofi vulva
(5) Selaput lendir vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi
perubahan warna
b) Pria
(1) Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
ada penurunan secara berangsur-angsur
(2) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun,
asal kondisi kesehatan baik, yaitu :
(a) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa
lanjut usia.
(b) Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual.
(c) Sebanyak ±75 % pria usia di atas 65 tahun mengalami
pembesaran prostat.
10) Sistem Genitourinaria
a) Ginjal
Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urine darah yang masuk dalam ginjal, disaring oleh
satuan (unit) terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya
di glomerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus
berkurang. Akibatnya, kemampuan mengosentrasi urine
menurun, berat jenis urine menurun, protenuria (biasanya +1),
BUN (blood urea nitrogen) meningkatnya sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, keseimbangan

17
eletrolit dan asam lebih mudah terganggu bila dibandingkan
dengan usia muda. Renol Plasma Flow (RPF) dan Glomerular
Filtration Rate (GFR) atau klirens kreatinin menurun secara
linier sejak usia 30 tahun (Cox Jr. Dkk ,198). Jumlah darah
yang di filtrasi oleh ginjal berkurang.
b) Vesika urinaria
Otot menjadi lemah, kapasitas menurun, sampai 200 ml atau
menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria
lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga
mengakibatkan retensi urine meningkat.
c) Pembesaran prostat
Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.
d) Atrofi vulva
Vagina seseorang yang semakin menua, kebutuhan hubungan
seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tertentu kapan
fungsi seksualnya seseorang berhenti. Frekuensi hubungan
seksual cenderung menurun secara bertahap setiap tahun, tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmatinya berjalan terus
sampai tua.
11) Sistem endokrin
Kelanjar endokrin adalah kelenjar bantu dalam tubuh manusia
yang sangat memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan
sangat penting dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan dan
metabolisme organ tubuh. Yang termasuk hormon kelamin adalah :
a) Estrogen, progesteron, dan testosteron yang memelihara
reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami
penurunan.
b) Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat
penting dalam pengaturan gula darah).
c) Kelenjar adrenal/anak ginjal yang memproduksi adrenalin.
Kelenjar yang berkaitan dengan hormon pria/ wanita. Salah
satu kelenjar endokrin dalam tubuh yang mengatur agar arus

18
darah ke organ tertentu berjalan dengan baik, dengan jalan
mengatur vasokontriksi pembuluh darah. Kegiatan kelanjar
anak ginjal ini berkurang pada lanjut usia.
d) Produksi hampir semua hormon menurun
e) Fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah
f) Hipofisis : pertumbuhan hormon ada, tetapi lebih rendah
hanya di dalam pembuluh darah: berkurangnya produksi
ACTH, TSH, FSH, dan LH.
g) Aktivitas Tiroid, BMR (Basal Metabolic rate) dan daya
pertukaran zat menurun
h) Produksi aldoseteron menurun
i) Sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen,
dan testosteron menurun
12) Sistem integumen
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak
b) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (Karena
Kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran dan
bentuk sel epidermis).
c) Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang
tidak merata pada permukaan kulit sehingga tampak bintik-
bintik atau nada cokelat.
d) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-
kerut halus di ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
e) Respon terhadap trauma menurun.
f) Mekanisme proteksi kulit menurun:
(1) produksi serum menurun
(2) produksi vitamin D menurun
(3) pigmentasi kulit terganggu.
g) Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
h) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
i) Berkurangnya elasitas akibat menurunnya cairan dan
vaskularisasi.

19
j) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
k) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
l) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
m) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
13) Sistem muskuloskoletal
a) Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
b) Gangguan tulang, yakni mudah mengalami dermineralisasi
c) Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,
pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur
meningkat pada area tulang tersebut
d) Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga
rusak dan aus.
e) Kifosis
f) Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
g) Gangguan gaya berjalan
h) Kekakuan jaringan penghubung
i) Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya
berkurang)
j) Persendian membesar dan menjadi kaku
k) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
l) Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan
menjadi lamban, otot kram, dan menjadi tremor (perubahan
pada otot cukup rumit dan sulit dipahami)
m) Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril di
gantikan oleh lemak, kolagen dan jaringan parut).
n) Aliran darah ke otak berkurang sejalan dengan proses menua
o) Otot polos tidak begitu berpengaruh.

b. Perubahan Mental dan psikososial


1) Perubahan Mental
Di bidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat
sikap yang semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit atau
tamak bila memiliki sesuatu. Yang perlu dimengerti adalah sikap

20
umum yang ditemukan pada hampir setiap lanjut usia, yakini
keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat mungkin dihemat.
Mengharapkan tetap diberi peran dalam masyarakat. Ingin
mempertahankan hak dan hartanya, serta ingin tetap berwibawa.
Jika meninggal pun mereka ingin meninggal secara terhormat dan
masuk surga (Nasrullah, 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :


a) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
b) Kesehatan umum
c) Tingkat pendidikan
d) Keturunan (hereditas)
e) Lingkungan
Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi.
Lebih sering berupa ungkapan yang tulus dan perasaan seseorang,
kekakuan mungkin karena faktor lain, misalnya penyakit.

2) Perubahan psikososial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitas dan
identitasnya dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan, bila
mengalami pensiun (parnatugas), seseorang akan mengalami
kehilangan (Nasrullah, 2016), antara lain :
a) Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)
b) Kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan / posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan semua fasilitas)
c) Kehilangan teman /kenalan atau relasi
d) Kehilangan pekerjaan/ kegiatan
e) Merasakan atau sadar terhadap kematian , perubahan cara
hidup (memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit)

21
f) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya
hidup meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya
pengobatan bertambah.
g) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan
h) Timbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial
i) Adanya gangguan saraf panca indra , timbul kebutaan dan
ketulian.
j) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan
k) Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan
teman atau keluarga.
l) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri).

B. Hand Hygiene/ Kebersihan tangan


1. Pengertian
Hand Hygiene/ Kebersihan Tangan Merupakan salah satu prosedur
yang paling penting dan efektif mencegah Healthcare Associated
Infections (HAIs) bila dilakukan dengan baik dan benar, pilar dalam
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), komponen sentral dari
Patient Safety.
Proses yang secara mekanik melepaskan kotoran dan debris dari
kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Praktek hand
hygiene atau membersihkan tangan adalah untuk menghilangkan
semua kotoran dan debris serta menghambat atau membunuh
mikroorganisme pada kulit. Mikroorganisme di tangan ini diperoleh
dari kontak dengan pasien dan lingkungan. Sejumlah mikroorganisme
permanen juga tinggal di lapisan terdalam permukaan kulit yaitu S.
Epidermidis. Praktek kebersihan tangan adalah mencuci tangan dengan
Antiseptik, mencuci tangan dengan sabun dan air, atau deterjen lain
yang mengandung agen antiseptik.

2. Tujuan cuci tangan

22
a. Untuk memutus transmisi mikroba melalui tangan: Diantara area
perawatan dan zona pasien, yaitu :
1) Diantara zona pasien dan area perawatan
2) Pada daerah tubuh pasien yang berisiko infeksi ( contoh:
membrane mukosa, kulit non-intak, alatinvasif )
3) Dari kotoran, darah dan cairan tubuh.
b. Untuk mencegah :
1) Kolonisasi pathogen pada pasien (termasuk yang multi
resisten)
2) Penyebaran pathogen ke area perawatan
3) Infeksi yang disebabkan oleh mikroba endogen
4) Kolonisasi dan infeksi pada petugas kesehatan.

3. Jenis- jenis cuci tangan


a. Hand rub (cuci tangan kering)
b. Hand wash (cuci tangan menggjunakan air mengalir)

4. Waktu melakukan cuci tangan


a. Sebelum menyentuh mata hidung dan mulut
b. Sebelum makan atau menyentuh makanan
c. Jika tangan terkontaminasi cairan lender saluran pernafasan,
misalnya : setelah batuk atau bersin
d. Setelah menyentuh fasilitas atau peralatan public/ umum, seperti :
pegangan tangan escalator, penganan pintu
e. Setelah mengganti popok, atau memegang benda kotor saat
merawat anak kecil atau memegang orang sakit.

5. Langkah- langkah cuci tangan

23
BAB III

HASIL KEGIATAN

Kegiatan penyuluhan kesehatan dilaksanakan pada hari minggu tanggal 26


Mei 2019 di UPTP Bina Sosial Cipocok, peserta kegiatan penyuluhan kesehatan
mengenai cuci tangan adalah lansia/ WBS di UPTP Bina Sosial Cipocok dengan
jumlah peserta 18 orang terdiri dari 1orang WBS laki-laki dan 17 WBS
perempuan Materi penyuluhan disampaikan oleh mahasiswa praktik kelompok
IV Keperawatan Gerontik sesuai dengan waktu dan susunan acara yang telah
dibuat dalam proposal sebelumnya, Selama acara berlangsung suasana begitu
hangat dan menyenangkan karena respon para peserta begitu antusias terhadap
pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai cuci tangan, para peserta
kegiatan penyuluhan kesehatan aktif bertanya dan mampu menjawab pertanyaan
mengenai materi cuci tangan yang telah disampaikan meliputi : pengertian cuci
tangan,tujuan cuci tangan, jenis-jenis cuci tangan dan kapan harus cuci tangan,
peserta juga mampu mendemonstrasikan 6 langkah cuci tangan dengan baik dan
benar.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikian laporan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai cuci tangan
terhadap WBS UPTP Bina Sosial Cipocok. Apabila terdapat kekurangan dari isi
laporan kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai cuci tangan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya.

B. Saran
a. UPTP Bina Sosial Cipocok senantiasa terus memberikan dukungan terhadap
pelaksanaan penyuluhan kesehatan terhadap WBS guna mencegah terjangkit
penyakit diare dan penyakit lain
b. Institusi Pendidikan senantiasa meningkatkan dukungan dan pengawasan
terhadap mahasiswa praktik untuk membantu meningkatkan kemampuan
mahasiswa praktik secara teori keilmuan dan keterampilan guna menciptakan
mahasiwa yang kompeten.
c. WBS UPTP Bina Sosial Cipocok mengimplementasikan cuci tangan guna
mencegah terkena infeksi penyakit dan mencegah penyebaran infeksi
penyakit

25
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayat-Nya penulisan dan penyusunan proposal yang berjudul “Proposal
pendidikan kesehatan cuci tangan 6 langkah” dapat terselesaikan.

Proposal ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Gerontik di
STIKes PERTAMEDIKA. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada:
1. Bapak/Ibu dosen mata ajar Keperawatan Gerontik yang telah memberikan
tugas dan petunjuk dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik dalam bentuk
materi dan non materi.
3. Teman-teman yang sudah bersedia membantu.
4. Dan semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.

Proposal ini penulis harapkan dapat memperdalam sekaligus dapat menambah


pengetahuan tentang bagaimana menerapkan Keperawatan Gerontik bagi
pembacanya. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis sangat berterimakasih bila ada pihak-pihak yang
mengkoreksi proposal ini dan memberikan kritik dan saran supaya penulis dapat
memperbaikinya.

Serang, 26 Mei 2019

Tim Penulis

26
Daftar Pustaka

Evayanti. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Yang Berobat Ke Badan Rumah Sakit Umum Tabanan. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Vol 4. No. 2. November 2014

Kementrian Kesehatan, (2011). Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI .

Departemen Kesehatan RI. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Departemen


Kesehatan RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta. Kementrian
Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan RI. (2011). Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.

WHO. (2013). Enam Langkah Cuci Tangan. http://www.who.int. Diakses 15 April 2019.

Buku kompetensi I. (2006) . Pembelajaran Praktik Klinik Keperawatan Kebutuhan Dasar


Manusia, tidak dipublikasikan. Surabaya : STIKES Hang Tuah

Dinkes Kabupaten Tuban.2010. Profil Laporan data Lansia

Hidayat, AAA.(2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Buku 2. Jakarta : Salemba Medika

Maryam, Siti. 2010. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Nainggolan, Olwin. 2011. Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia. Artikel
Penelitian. 12 : 588 – 594. (diakses tanggal 24 Maret 2015)

Potter & Perry. (1997). Fundamentals of Nursing 3Th ed. The Art and Science of Nursing
Care. Philadeplphia-New York : Lippincott

Potter & Perry, 2009, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik,Jakarta: EGC

Stanley, Mickey. 2010. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Smeltzer. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 3.Jakarta: EGC.
[AUTHOR NAME] 27
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Tujuan......................................................................................... 4
C. Media Penyuluhan...................................................................... 4
D. Metode Penyuluhan.................................................................... 5
E. Sasaran/ Peserta.......................................................................... 5
F. Waktu dan Tempat..................................................................... 5
G. Materi Penyuluhan..................................................................... 6
H. Susunan Kepanitiaan.................................................................. 6
I. Rincian Dana………………………………………………….. 6
J. Susunan Acara………………………………………………… 7

BAB II TINJAUAN MATERI...................................................................... 9

A. Konsep Lansia............................................................................ 9
B. Hand Hygene/Kebersihan Tangan............................................. 23

BAB III HASIL KEGIATAN........................................................................ 25

BAB IV PENUTUP........................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA

DOKUMENTASI KEGIATAN

[AUTHOR NAME] 28
[AUTHOR NAME] 29

Anda mungkin juga menyukai