Anda di halaman 1dari 14

EKONOMI POLITIK

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Pengantar Sosiologi dan Politik

Dosen Pengampu :
Fivien Muslihatiningsih, S.E, M.Si.

Oleh :
Tri Mulyono 170810101183
Maulidatun Nabila 170810101185
Dea Rizki Novita Putri 170810101197
Amallia Kevin Berqilillah 170810101206
Alifuddin Kemal Ahmad 170810101210
Kharisma Mauliarumpaka 170810101235

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Ekonomi Pembangunan
UNIVERSITAS JEMBER
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalahtentang
SISTEM EKONOMI POLITIK ini dengan baik dan lancar. Dalam penyusunan
makalah ini, penulis mendapat referensi dan petunjuk dari buku serta pihak-pihak
lain. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan karya
makalah ini tentulah masih banyak kekurangannya.Olehkarenaitukritikdan saran yang
bersifatmembangunsangatdibutuhkangunaperbaikandanpenyempurnaankaryamakalah
ini.
Semoga karya makalah ini bermanfaat baik bagi kami maupun bagi semua
pihak yang memerlukannya dan semoga Sang Pencipta akan selalu memberikan yang
terbaik bagi kita. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam penyusunan
makalah selanjutnya.

Jember, 26 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................
BAB I..........................................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................................................................
BAB II.........................................................................................................................................................
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................
2.1 Ekonomi Politik...........................................................................................................................
2.2 Ekonomi Murni Ke Interdisipliner...............................................................................................
2.3 Demokrasi Versus Efisiensi.........................................................................................................
BAB III.......................................................................................................................................................
PENUTUP...................................................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................
3.2 Saran............................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemikiran tentang Ilmu ekonomi dan Politik sebenarnya sudah ada sejak zaman yunani
kuno yang dibahas oleh Aristotels maupun Plato. Pembahasan dan pengaplikasian Ekonomi
Politik lebih berkembang pada abad ke-14, saat terjadinya transisi dari kekuasaan raja kepada
kaum saudagar, yang lebih dikenal dengan era merkantilisme. namun ekonomi politik baru
memperoleh bentuk pada pertengahan abad ke-18, sejak ditulisnya The Wealth of Nations oleh
ekonom klasik Adam Smith pada tahun 1776.

pada masa klasik antara ilmu ekonomi dengan politik masih menyatu. Tetapi kemudian
di tangan tokoh tokoh Neoklasik, ilmu ekonomi makin berkembang berkat bantuan dari ilmu
matematika, dan ilmu statistika, akan tetapi ilmu politik relative berada di tempat. Sejak saat itu
ilmu ekonomi berpisah dengan ilmu politik, dan pakar-pakar neoklasik meresmikan ilmu
ekonomi sebagai ilmu tersendiri. Akan tetapi ilmu ekonomi dengan ilmu politik semakin rukun
berkat karya-karya Kenneth Arrow,Mancur Olson, William Riker, James Buchanan, dan Gordon
Tullock. Mereka mengembangkan apa yang disebut dengan ekonomi politik Mereka
mengembangkan apa yang disebut dengan Ekonomi Politik Baru dengan dua variasi : Teori
Pilihan Rasional(Rational Choice) dan Teori Pilihan Publik(Public Choice).

Dilihat dari model Ekonomi Politik Baru dapat disimpulkan bahwa terpisahnya ilmu
Ekonomi dan Politik pada masa lalu karena pakar ekonomi murni pada periode sebelumnya lebih
sibuk dengan fenomena, transaksi, dan penataan pasar, tetapi kurang mau terlibat dalam
memperhatikan fenomena, transaksi, dan non pasar. Padahal konsep non pasar dapat digunakan
ekonom untuk menjelaskan dan menganalisis berbagai kebijaksanaan publik.

Penggunaan metode analisis Ekonomi Politik dikembangkan lebih lanjut oleh pakar-
pakar ekonomi yang tergabung dalam aliran institusional. Aliran institusional menggabungkan
kedua analisis ekonomi dan politik secara timbal balik, yaitu penerapan metode “analisis politik
ekonomi” yang berasal dari teori politik untuk memahami permasalah ekonomi, dan penerapan
“analisis ekonomi politik” yang bersumber dari teori ekonomi untuk memahami permasalahan

1
politik. Dengan semakin mengglobalnya perekonomian, banyaknya campur tangan keuangan
internasional seperti IMF dan Bank Dunia, diagendakannya perekonomian global oleh WTO,
serta banyaknya keterlibatan perusahaan-perusahaan multinasional dari Negara-negara maju
yang didukung oleh masing-masing semuanya karena pengaruh Neoliberalisme, maka ekonomi
tidak bisa dipisahkan lagi dengan politik.

Oleh karena itu pembentukan makalah mengenai ilmu ekonomi politik ini dapat
membahas lebih lanjut lagi tentang kajian-kajian di bidang ekonomi dan politik untuk dikaitkan
dengan situasi dan kondisi yang terjadi khususnya di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Bentuk Ekonomi Murni Ke Interdisipliner?
2. Bagaimana Bentuk Demokrasi Versus Efisiensi?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui Ekonomi Murni Ke Interdisipliner
2. Mengetahui Demokrasi Versus Efisiensi

1.4 Manfaat

1. Menambah wawasan tentang ilmu politik


2. Dapat menganalisi aspek kegiatan ekonomi dan politik
3. Dapat meninjau antara teori dengan kenyataan yang ada
4. Dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ekonomi Politik


Ekonomi dan politik berasal dari bahasa Yunani. Ekonomi berasal dari kata "oikos" yang
berarti aturandan "nomos" yang berarti rumah tangga. Sedangkan politik berasal dari kata "polis”
yang berarti negaraatau kota. Berdasarkan maknanya yang secara empiris tidaklah sama, namun
dalam perkembangan duniakedua kata tersebut menjadi hal yang berkaitan dan saling
mempengaruhi. Tindakan politik tidak terbebasdari kepentingan ekonomi dan sebuah kebijakan
ekonomi tidak terlepas pula dari kepentingan politik.Dengan demikian ekonomi politik
dimaksudkan untuk mengungkapkan kondisi di mana produksi ataukonsumsi diselenggarakan
negara-negara.

Ilmu Ekonomi Politik adalah bagian dari ilmu sosial yang berbasis pada dua subdisiplin ilmu,
yakni politik dan ekonomi. Pembelajaran Ilmu Ekonomi Politik merupakan pembelajaran ilmu
yang bersifat interdisiplin,yakni terdiri atas gabungan dua disiplin ilmu dan dapat digunakan
untuk menganalisis ilmu sosial lainnya dengan isu-isu yang relevan dengan isu ekonomi politik.

Ilmu ini mengkaji dua jenis ilmu yakni ilmu politik dan ilmu ekonomi yang digabungkan
menjadi satu kajian ilmu ekonomi politik. Dalam penggunaannya secara tradisional, istilah
ekonomi politik dipakai sebagai sinonim atau nama lain dari istilah ilmu ekonomi (Rothschild,
1989). Fokus dari studi ekonomi politik adalah fenomena-fenomena ekonomi secara umum,
yang bergulir serta dikaji menjadi lebih spesifik ; yakni menyoroti interaksi antara faktor-faktor
ekonomi dan faktor-faktor politik. Namun, dalam perkembangan yang berikutnya, istilah
ekonomi politik selalu mengacu pada adanya interaksi antara aspek ekonomi dan aspek politik.

2.1.1 Pendekatan dalam Ekonomi Politik


 Pendekatan Pilihan Publik
Pilihan publik adalah suatu sikap individu dalam menentukan pilihan
mereka secara rasional. Dalam ekonomi politik, analisisnya tertuju pada actor.

3
Aktor dianggap sebagai pelaku dari kegiatan ekonomi dan politik dan
berlandaskan pada asumsi dasar individualisme metodologis, yang menempatkan
sikap rasional idividu di dalam institusi non-pasar. Namun karena sifatnya yang
longitudinal, maka hasil yang dimunculkan oleh model-model pilihan publik
berbeda-beda pada satu negara ke negara lainnya.
 Pendekatan Neo-Marxis
Pendekatan neo-marxis dalam ekononomi politik, menekankan pada sifat
holistik yakni analisis secara menyeluruh, mengenai pentingnya aspek-aspek
ekonomi makro dari sistem ekonomi dan sistem politik. Selain itu, pendekatan ini
memiliki model yang memiliki aspek komparatif, yakni berusaha
membandingkan secara eksplisit. Pendekatan ini juga menyoroti dan memodelkan
berbagai perbedaan antar-negara di bidang kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi
dan ketergantungan kelas sosial di masyarakat.
2.1.2 Faktor-Faktor Ekonomi Politik
Tidak jarang kita pernah mendengar besarnya pengaruh politik dalam ekonomi,
baik dalam institusi politik maupun kebijakan pemerintah terhadap pertumbuhan
ekonomi. Kebijakan publik pemerintah dibidang industri sangat besar pengaruhnya
terhadap perintisan terhadap perkembangan yang biasa disebut Rostow, tahap tinggal
landas, hasil tesis 3lson mengatakan bahwa kepolitikan nasional di suatu negara
menyebabkan merosotnya rata-rata pertumbuhan ekonomi negara itu.
Nasionalisasi perusahaan tidak mampu menjadikan kita menjadi bangsa yang
mandiri, hampir relatif sedikit sekali badan usaha negara kita yang bisa bertahan lama,
entah kapan atau bisa jadi basok gulungtikar, ini sangat bahaya ketika ini diambil oleh
pasar, maka pengalaman kita ketika menjual indosat, terbukti sekarang pulsa menjadi
mahal, karena harga telah didominasi oleh swasta, negara seakan tidak berdaya dalam
menghadapi ini semua. Kalau kita komperatifkan dengan Cina misalnya, sampai sekarang
masih banyak perusaahan negara yang bertahan, dan mampu mensejahterakan rakyatnya.
Indonesia kalau kita lihat secara sepintas sedang menuju neo liberalisme yang tidak lagi
terkontrol, perguruan tinggi juga tidak terlepas dari produk neo-liberalisme. Sekedar
mencontohkan kepentingan atau magnet politik lebih kuat dari magnet ekonomi itu
sendiri,artinya ekonomi kerakyatan tersandera oleh politik.

4
2.2 Ekonomi Murni Ke Interdisipliner
Ekonomi politik menggunakan berbagai pendekatan, membahas banyak topic dan melintasi
berbagai disiplin ilmu. Ilmu ekonomi Politik adalah bagian dari ilmu sosial yang berbasisi pada
dua subdisiplin ilmu, yakni politik dan ekonomi. Ekonomi Politik adalah studi interdisipliner.
Yakni terdiri atas gabungan dua disiplin lmu dan dapat digunakan untuj menganalisis ilmu sosial
lainya dengan isu-isu yang relevan dengan isu ekonomi politik. Ekonomi Politik menggunakan
berbagai pendekatan, membahas banyak topik, dan melintasi berbagai disiplin ilmu. Lebih jelas,
ekonomi politik merupakan kajian yang sangat komprehensif, membahas banyak segi, dan
bersifat interdisipliner, tidak hanya melibatkan ilmu ekonomi dan politik, tetapi kadang-kadang
juga ilmu sosial, budaya, hukum, dan psikologi. Dalam hal ini, banyak kajian yang bersifat
interdisipliner. Dengan memasukkan variabel-variabel nonekonomi dalam pembahasan,
diharapkan analisis dalam suatu peristiwa menjadi lebih tajam. Namun kelemahannya juga ada,
karena sifat kajian yang bersifat interdisipliner masalah baru pun timul: kita semakin sukar
menentukan batasan-batasan kajian dan denga sendirinya juga sulit membangun teori-teori dan
konsep-konsep yang relevan dalam pembahasan suatu persoalan.

Ekonomi politik mempunyai dua sub disiplin yaitu yang pertama ilmu politik. Ilmu politik
adalah bermacam kegiatan dalam suatu sistem politik atau Negara, yang menyangkut proses
menentukan tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan tersebut. Konsep pokok dalam ilmu
politi adalah Negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, alokasi distribusi. Konflik
politik adalah manifestasi dari ketidakpuasan terhadap pembagia kekuasaan atau cara
penggunaan kekuasaan. Secara normative Ukuran Kemajuan yang digunakan adalah sejauhmana
penggunaan konsesus dalam menyelesaikan konflik sedangkan secara kelembagaan, sejauh mana
kelembagaan berperan dalam menyelesaikan konflik.

Sub disiplin selanjutnya adalah ilmu ekonomi,. Ilmu Ekonomi merupakan ilmu yang
memepelajari perilaku individu dan masyarakatdalam menentukan pilihan untuk menggunakan
sumberdaya yang langka, dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya. Ilmu rkonomi dibahgi
menjadi dua yaitu makrroekonomi ( Proses ekonomi keseluruhan dan hasil agregat yang
dicapainya dalam level Negara) dan Mikroekonomi ( Proses ekonomi yang terjadi di tingkat
individu, pribadi, perorangan, rumahtangga, atau perusahaan) . Hubungan makroekonomi dan

5
mikoekonomi, dapat terlihat pada perilaku ekonomi mikro yang tidak terlepas dengan kebijakan
pemerintah yang dikeluarkan ditingkat ekonomi makro dan sebaliknya.

Selanjutnya, hubungan antara ilmu ekonomi dan ilmu politik terintegrasi dalam ekonomi
politik. Kajian prespektif dari ekonomi politik, salah satunya adalah dengan melakukan upaya
mengukur motif berpolitik dengan menggunakan indicator politik dan ekonomi sekaligus.
Ekonomi, baik mikro maupun makro tidak dapat terlepas dari masalah politik. Terdapat dua
pemikiran dalam mengkaji ekonomi politik, asusmi rasional, mengasumsi bahwa seseorang yang
memutuskan pilihan politik didasari oleh keinginan memaksimalkan kepuasanya dengan
menggunakan logika perilaku indvidu menurut teori ekonomi pasar dan mazhab liberalise,
selanjutnnya adalah asumsi teoritis yaitu tindakan manusisa banyak ditentukan leh kondisi diluar
dirinya, seperti tuntutan kolektif, sistem budaya yang kurang rasional, atau karena kendali
struktur. Namunperlu diperhatikan, bahwa istilah new political economi, adalah pendekatan yang
memeperlihatkan ciri khusus untuk membedakannya dengan pendekatan lain, dalam ekonomi
politik. pendekatan ini bukanlah bentuk ilmu baru darai ilmu ilmu ekonomi politik.

Jadi ilmu ekonomi murni (pure science) yang bertugas menyempurnakan kajian ilmu
ekonomi. Sedangkan pendekatan Interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu
masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan
atau tepat guna secara terpadu. Dalam pemecahan masalahannya di bidang ekonomi dengan
interdisipliner hanya dengan satu ilmu saja yang serumpun

2.3 Demokrasi Versus Efisiensi


Kritik terhadap praktik demokrasi di Indonesia terus berlangsung. Di antara kritik itu adalah
biaya demokrasi kita dianggap terlalu mahal. Demokrasi kita mengalami defisit alias tidak
efisien. Uniknya, yang mengkritik tidak lagi sebatas para pelaku ekonomi yang memang lebih
menyukai penggunaan ”analisis untung rugi” dalam menilai sesuatu. Kritik juga datang dari
akademisi yang sebelumnya ikut mendorong proses demokratisasi.

Menurut Larry Diamond (1990), demokrasi memang mengandung paradoks-paradoks. Di


antara paradoks dalam demokrasi adalah adanya kebutuhan untuk lebih mengutamakan
kepentingan banyak orang di satu sisi dan kepentingan efisiensi di sisi yang lain. Di dalam
demokrasi yang baik, proses pembuatan berbagai keputusan sedapat mungkin melibatkan banyak

6
orang. Semakin banyak berkonsultasi dengan konstituen sebelum membuat kebijakan, semakin
bagus praktik demokrasi yang dijalankan oleh para pembuat kebijakan. Akan tetapi, demokrasi
juga membutuhkan efisiensi. Ketika banyak rancangan keputusan harus terlebih dahulu
dikonsultasikan dan memperoleh persetujuan dari konstituen, proses pembuatan keputusan akan
berlangsung lebih lama, berbelit-belit, serta membutuhkan energi dan biaya mahal. Untuk itu,
kerangka demokrasi yang baik adalah kerangka yang memungkinkan terjembataninya dilema
semacam itu. Hal ini terjadi, antara lain, kalau para pembuat keputusan memiliki informasi dan
data yang cukup mengenai berbagai keinginan dan kebutuhan warga (preferensi)

Meski demikian, praktik demokrasi yang dikritik bukan sekadar lamanya proses pembuatan
keputusan akibat terlalu banyak pertimbangan-pertimbangan politik. Yang sering dijadikan
rujukan bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami defisit demokrasi adalah mahalnya biaya
seleksi para pejabat publik melalui pemilu, baik pemilu legislatif, pilpres, maupun pilkada. Kritik
bahwa biaya pemilu di Indonesia ini cukup mahal memang benar adanya. Para kontestan, baik
partai maupun calon, harus mengeluarkan modal cukup besar untuk membiayai persaingan
dalam memperebutkan jabatan-jabatan publik. Paling tidak ada dua faktor penting yang membuat
para calon pejabat publik itu harus mengeluarkan modal besar. Pertama, desain pemilihan
pejabat-pejabat publik saat ini memang dibuat seperti pasar. Persaingan dibuat sangat terbuka.
Konsekuensinya, para calon pejabat publik harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk
mendongkrak perolehan suaranya. Argumentasi itu setidaknya berbanding lurus dengan biaya
iklan yang dikeluarkan oleh partai-partai politik dengan perolehan kursi di DPR/DPRD.

Kelompok pemilih rasional dibagi ke dalam dua kelompok lagi, yaitu pemilih yang rasional-
program dan pemilih yang rasional-material. Pemilih rasional-program adalah pemilih yang
menentukan pilihan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan kebijakan yang ditawarkan oleh
para calon. Sementara pemilih rasional-material adalah pemilih yang menentukan pilihan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan jangka pendek. Dalam menyelenggarakan pilkada,
suatu daerah harus mengeluarkan biaya miliaran rupiah. Bahkan, untuk provinsi besar bisa
ratusan miliar. Biaya tentu akan lebih banyak lagi kalau ada pilkada ulang.

Pilpres yang secara konstitusional harus dilakukan secara langsung dapat ditinjau ulang.
Caranya, perlu ada amandemen kembali terhadap UUD 1945. Presiden cukup dipilih MPR.
Untuk itu, perlu penghidupan kembali sosok MPR sebagaimana sebelumnya. Sistem pemilihan

7
anggota DPR/DPRD juga bisa diusulkan untuk ditinjau ulang. Yang mengemuka adalah usulan
tentang pembatasan peserta pemilu. Kalau dalam tiga kali pemilu terakhir ini rata-rata diikuti
oleh lebih dari 30 partai, ada usulan agar peserta pemilu maksimal 10 partai saja. Usulan
semacam itu memang sah-sah saja dan sangat masuk akal kalau semata-mata didasarkan pada
pertimbangan efisiensi. Akan tetapi, sejak awal, demokrasi itu membutuhkan biaya dan tidak
efisien. Kalau memang mau efisien betul, pilihannya tentu saja bukan demokrasi, melainkan
otoriter atau totaliter.

Untuk itu, tantangan dari Indonesia adalah adanya formula yang memungkinkan praktik
demokrasi tetap berlangsung secara baik, tetapi tidak begitu saja meninggalkan prinsip efisiensi
dalam prosesnya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ilmu Ekonomi Politik adalah bagian dari ilmu sosial yang berbasis pada dua
subdisiplin ilmu, yakni politik dan ekonomi. Pembelajaran Ilmu Ekonomi Politik
merupakan pembelajaran ilmu yang bersifat interdisiplin,yakni terdiri atas gabungan dua
disiplin ilmu dan dapat digunakan untuk menganalisis ilmu sosial lainnya dengan isu-isu
yang relevan dengan isu ekonomi politik.
Ilmu ini mengkaji dua jenis ilmu yakni ilmu politik dan ilmu ekonomi yang
digabungkan menjadi satu kajian ilmu ekonomi politik. Dalam penggunaannya secara
tradisional, istilah ekonomi politik dipakai sebagai sinonim atau nama lain dari istilah
ilmu ekonomi (Rothschild, 1989). Fokus dari studi ekonomi politik adalah fenomena-
fenomena ekonomi secara umum, yang bergulir serta dikaji menjadi lebih spesifik ; yakni
menyoroti interaksi antara faktor-faktor ekonomi dan faktor-faktor politik. Namun, dalam
perkembangan yang berikutnya, istilah ekonomi politik selalu mengacu pada adanya
interaksi antara aspek ekonomi dan aspek politik.
Pendekatan pilihan publik adalah suatu sikap individu dalam menentukan pilihan
mereka secara rasional. Dalam ekonomi politik, analisisnya tertuju pada actor. Aktor
dianggap sebagai pelaku dari kegiatan ekonomi dan politik dan berlandaskan pada asumsi
dasar individualisme metodologis, yang menempatkan sikap rasional idividu di dalam
institusi non-pasar.
Pendekatan neo-marxis dalam ekononomi politik, menekankan pada sifat holistik
yakni analisis secara menyeluruh, mengenai pentingnya aspek-aspek ekonomi makro dari
sistem ekonomi dan sistem politik. Selain itu, pendekatan ini memiliki model yang
memiliki aspek komparatif.

9
3.2 Saran
Dalam pembahasan materi di atas mengenai politik dan ekonomi mungkin masih
banyak kekurangan, baik di segi penulisan ataupun di dari penyusunan kalimat dan kata-
katanya, oleh sebab itu kami selaku penulis minta maaf sebesar-besarnya kepada dosen
dan mahasiswa semua, sebagai penyempurna kami mengharap kritik dan saran yang
positif dari teman-teman semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Penerbit Erlangga


https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ekonomi_politik
https://www.academia.edu/12101595/EKONOMI_POLITIK
https://nasional.kompas.com/read/2010/12/23/03082518/demokrasi.vs.efisiensi?page=all.

11

Anda mungkin juga menyukai