Anda di halaman 1dari 4

[Goresan Tinta Mengubah Bangsa]

Nama : Gian Alberta Farica


Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Kedokteran
Garuda / Ksatria : 5 / 16
Tema : Kolaborasi Ksatria Airlangga melalui Dialektika terhadap Relevansi G20
sebagai Sarana Menggapai Manifestasi Indonesia Emas 2045
Isu FGD : Lingkungan
Sub Isu : Ketahanan Pangan Pasca Pandemi
Peran : Organisasi Internasional

Apresiasi dan Kerja Sama dalam Ketahanan Pangan Pasca Pandemi Indonesia

Pangan adalah kebutuhan dasar bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sifatnya
yang sebagai kebutuhan dasar membuat pangan mempunyai arti dan peran yang sangat
penting dan vital bagi kehidupan suatu bangsa.

Pandemi Covid-19 yang terjadi pada tahun 2020 hingga kini membuat dunia kian rentan
dalam berbagai sektor, mulai dari kesehatan hingga sektor pangan. Berdasarkan data
dari FAO, sebanyak 27 negara mengalami ancaman krisis pangan ditengah pandemi
yang disebabkan oleh berhentinya perputaran sektor ekonomi, tidak adanya bantuan
humaniter, serta sistem pangan yang mengalami pukulan dampak yang berat (Food and
Agriculture Organization of the United Nations, 2020). Diantara puluhan negara
tersebut, Ethiopia, Mozambik, dan Nigeria menjadi negara yang paling rentan dengan
56 juta jiwa terkena krisis pangan akut, dan 1.5 miliar jiwa secara global terancam
terkena dampak tersebut (Food and Agriculture Organization of the United Nations,
2020).

Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengharapkan


berbagai inisiatif dari Presidensi G20 Indonesia dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi di kawasan Asia-Pasifik.

Krisis pangan kini masih menghantui Indonesia pasca pandemi Covid-19. Organisasi
pangan dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) dan dan Institut Penelitian
Padi Internasional (International Rice Research Institute/IRRI) sempat menyampaikan
akan bahaya ancaman ketahanan pangan di masa pandemi maupun pasca pandemi
Covid-19 ini.

Kepala Perwakilan Badan Pangan Dunia atau FAO untuk Indonesia dan Timor Leste,
Rajendra Aryal juga menyampaikan apresiasi atas swasembada beras yang berhasil
dicapai Indonesia pada tahun 2019-2021.

FAO, kata Rajendra, bersyukur dan sangat bergembira karena Indonesia di bawah
pimpinan Presiden Jokowi, Indonesia mampu mencukupi kebutuhan masyarakat yang
banyak. Capaian tersebut sekaligus bukti bahwa pertanian merupakan sektor yang
tangguh dan Indonesia berhasil meningkatkan produktivitasnya secara baik. "Sangat
membahagiakan bagi kami untuk dapat menyaksikan Indonesia melangkah maju dalam
menggapai swasembada beras, dan kami sangat bangga menjadi bagian dari upaya dan
kerja keras tersebut," ujarnya.

Rajendra juga menyatakan komitmen FAO untuk terus bekerja sama dalam upaya
peningkatan dan ketahanan swasembada pangan ini menuju ketahanan sektor pertanian
yang lebih baik ke depannya. di Indonesia. Rajendra pun menyampaikan harapannya
agar Dirjen FAO dapat turut berdiskusi pada pertemuan G20 di Bali pada November
mendatang.

Rajendra Aryal juga mengapresiasi kebijakan dan program kerja yang dijalankan


Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) berhasil mengelola sektor
pertanian dengan sangat baik, terutama dalam kondisi-kondisi yang sulit yakni covid-
19. Terbukti, dalam 2 tahun ini sektor pertanian berkembang secara positif dan
memberikan kontribusi yang sangat signifikan kepada perekonomian Indonesia.

Lebih lanjut, FAO berkomitmen untuk terus membantu Indonesia dalam menyediakan
dukungan keahlian teknis yang dibutuhkan untuk meningkatkan produksi pangan.

Rajendra menambahkan, transformasi sistem pangan dan pertanian adalah strategi yang
sangat diperlukan dalam penguatan pangan Indonesia, terutama didalam menghadapi
tantangan yang sangat komplek saat ini. Indonesia cukup maju dalam upaya kerja keras
tersebut.
Dan Institut Penelitian Padi Internasional (International Rice Research Institute/IRRI)
mengakui sistem ketahanan pangan di Indonesia yang tangguh di tengah dan krisis
pangan dan ketegangan geopolitik. Pengakuan tersebut pun diwujudkan dalam bentuk
penyerahan penghargaan bagi pemerintah Indonesia yang diberikan oleh Direktur
Jenderal IRRI, Jean Balie, kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta
Pusat.

“Alasan utama saya datang jauh-jauh dari Filipina adalah untuk memberikan
penghargaan ini kepada Presiden karena pada dasarnya Indonesia sudah memiliki
tingkat swasembada beras yang cukup tinggi yang menarik dan perlu diakui. Juga
alasan lain yaitu keinginan untuk merayakan kerja sama yang langgeng dan sukses
antara IRRI dan Indonesia khususnya dalam pengembangan sektor beras,” ujar Jean
Balie.

Menurut Jean Balie, Indonesia jelas menjadi contoh karena telah menunjukkan bahwa
selama pandemi yang sangat mempengaruhi berbagai negara, Indonesia telah berhasil
meningkatkan tingkat produktivitas produksi dan mencapai tingkat swasembada yang
tinggi. Untuk diketahui, Indonesia sudah tidak pernah melakukan impor beras selama
kurun tiga tahun terakhir, yaitu mulai 2019 hingga 2021.

“Ini merupakan hasil dari adopsi teknologi yang tinggi, pelatihan petani yang baik, juga
kinerja penyuluhan yang sangat baik dan kerja sama yang sangat baik antarinstansi dan
khususnya antara IRRI dan pemerintah Indonesia,” lanjut Balie.

IRRI menilai Indonesia mencapai swasembada karena mampu memenuhi kebutuhan


masyarakat lebih dari 20%. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, produksi beras
nasional dari tahun 2019 konsisten berada pada level 31,3 juta ton, memenuhi
kebutuhan beras Nasional sebesar 30 juta ton per tahun. Berdasarkan hitungan BPS,
jumlah stok akhir beras di bulan April 2022 tertinggi di angka 10,2 juta ton.
Pada saat ini ketahanan pangan di Indonesia sudah berjalan baik, buktinya kita hampir
tidak pernah mendengar berita tentang kelaparan. Lalu dengan adanya Pandemi Covid-
19 ini tentunya ketahanan pangan di Indonesia menjadi terganggu. Namun, tidak hanya
Indonesia saja yang terdampak ketahanan pangannya, bahkan hampir di seluruh dunia
merasakan dampak yang sama karena Covid-19. Indonesia mempunyai Peta Ketahanan
Pangan dan Kerentanan Pangan dimana peta ini mengukur asspek-aspek ketahanan
pangan di masing-masing kabupaten dan kota yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan
untuk mendorong dan memonitor ketahanan pangan di tiap-tiap daerah dan mampu
meningkatkan rasio ketahanan pangan Indonesia di tengah maupun pasca Pandemi
Covid-19.

Referensi

https://www.itb.ac.id/berita/detail/57521/menjaga-ketahanan-pangan-pascapandemi-
covid-19

https://setkab.go.id/irri-sampaikan-komitmen-dukung-program-ketahanan-pangan-
indonesia/https://setkab.go.id/irri-sampaikan-komitmen-dukung-program-ketahanan-
pangan-indonesia/

https://www.validnews.id/ekonomi/fao-dan-irri-akui-ketahanan-pangan-indonesia-
tangguh-saat-dunia-krisis

Anda mungkin juga menyukai