Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL

IN HOUSE TRAINING

BANTUAN HIDUP DASAR

TIM REAKSI CEPAT RS


MITRA SEHAT
MANDIRI 2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit jantung dan pembuluh darah sampai saat ini masih merupakan

 penyebab kematian nomor satu di dunia. Manifestasi komplikasi penyakit

 jantung dan pembuluh darah yang paling sering diketahui dan bersifat fatal adalah

kejadian henti jantung mendadak.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup, terutama jika henti

 jantung mendadak tersebut disaksikan, harus secepatnya dilakukan tindakan

 bantuan hidup dasar. Berdasarkan penelitian, bantuan hidup jantung dasar akan

memberikan hasil yang paling baik jika dilakukan dalam waktu 5 menit, maka untuk

mempertahankan angka keberhasilan yang tinggi, tindakan

 bantuan hidup dasar bergantung terhadap pelatihan umum bantuan hidup dasar

terhadap kaum awam serta ketersediaan alat  Automated External

 Defibrilator sebagai fasilitas umum.

Tindakan bantuan hidup jantung dasar secara definisi merupakan layanan

kesehatan dasar yang dilakukan terhadap pasien yang menderita

 penyakit yang mengancam jiwa sampai pasien tersebut mendapat pelayanan kesehatan

secara paripurna. Tindakan bantuan hidup jantung dasar umumnya dilakukan oleh

paramedis, namun dinegara-negara maju dapat dilakukan oleh


kaum awam yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Tindakan

 bantuan hidup jantung dasar secara garis besar dikondisikan untuk keadaan

dilingkungan sekitar rumah sakit sebelum mendapat perawatan lebih lanjut, sehingga

tindakan bantuan hidup jantung dasar dapat dilakukan di luar maupun sekitar

lingkungan rumah sakit tanpa menggunakan alat medis.

Tindakan bantuan hidup jantung dasar bukan merupakan satu jenis keterampilan

tindakan tunggal semata, melainkan suatu kesinambungan tidak terputusnya antara

pengamatan serta intervensi yang dilakukan dalam

 pertolongan. Keberhasilan pertolongan yang dilakukan, ditentukan oleh kecepatan

dalam memberikan tindakan awal bantuan hidup jantung dasar, membuat para ahli

berpikir bagaimana cara untuk melakukan suatu tindakan

 bantuan hidup jantung dasar yang efektif serta melatih sebanyak mungkin orang awam

dan paramedis yang dapat melakukan tindakan tersebut secara

 baik dan benar.

Dalam melaksanakan bantuan hidup jantung dasar, kita mengenal istilah

penolong pertama (emergency first responder) antara lain polisi,

 petugas pemadam kebakaran serta petugas keamanan lainnya. Bantuan

 jantung hidup dasar, sebenarnya sudah sering didengar oleh masyarakat awam.

Program pelatihannya bersifat sangat bisa diajarkan ke masyarakat, terbuka, tidak

memandang jenis kelamin ataupun umur. Dalam pelaksanaan

 pelatihan program bantuan jantung hidup dasar, diharapkan mencakup faktor resiko

penyakit jantung koroner, pencegahan primer serta mengetahui atau mengenali tanda-

tanda orang yang sedang terkena serangan jantung.


Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan, rumah sakit dituntut untuk

memberikan pelayanan yang bermutu dan berorientasi pada kebutuhan klien. Begitu

pula dengan RS MITRA SEHAT MANDIRI sebagai satu-satunya rumah sakit umum

daerah di kabupaten sumedang dituntut untuk meningkatkan mutu

 pelayanannya. Untuk mewujudkan hal tersebut RS MITRA SEHAT MANDIRI

memiliki visi yaitu : “Terwujudnya pelayanan prima RSUD Sumeda ng yang Efektif,

Maju, Agamis, dan Sejahtera (EMAS) tahun 2018 , dengan misinya adalah

menyelenggarakan pelayanan prima dengan menyempurnakan manajemen

 pengelolaan BLUD, meningkatkan kualitas, kapasitas dan profesionalisme

 pegawai yang berbasis keimanan dan ketakwaan.

Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut, RS MITRA SEHAT MANDIRI

dalam upaya meningkatkan mutu pelayanannya harus mengutamakan keamanan

 pasien, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya standarisasi pelayanan, salah satunya

adalah dengan penerapan program quality dan safety.

Mengingat pentingnya bantuan jantung hidup dasar dalam memperbaiki

kelangsungan hidup manusia, perlunya diadakan pelatihan

 bantuan hidup dasar pada setiap komponen masyarakat awam yang berada

dilingkungan RS MITRA SEHAT MANDIRI serta menjaga mutu para pelaksana

bantuan,

 baik dari kaum awam ataupun dari paramedik, sudah pasti diperlukan bantuan hidup

jantung dasar yang terintegrasi serta komprehensif sehingga program quality

dan safety mendapatkan hasil yang baik dengan menggunakan metode yang standar.
B. TUJUAN KEGIATAN

1. Terselenggaranya pelatihan bantuan jantung hidup dasar pada orang awam yang

berada dilingkungan RS MITRA SEHAT MANDIRI.

2. Diketahuinya peran utama petugas kesehatan dalam masyarakat awam dalam

menangani kasus-kasus kegawatdaruratan jantung serta

 pentingnya rantai kelangsungan hidup (chain of survival)

3. Diketahuinya cara mempelajari pertolongan pertama pada anak dan dewasa

dalam kondisi-kondisi khusus

4. Diketahuinya keamanan bagi penderita dan penolong saat pertolongan dilakukan

C. MANFAAT

1. Diharapkan menjadi suatu sistem pelayanan kegawatdaruratan yang merupakan

satu sistem yang digunakan untuk pengenalan tanda-tanda serangan jantung dan

stroke serta bagaimana mengaktifkan sistem layanan gawat darurat, mencegah

komplikasi, dan resusitasi jantung paru sesegera mungkin.

2. Diharapkan memberikan wawasan pada masyarakat awan mengenai

 bantuan hidup jantung dasar pada berbagai situasi kinis memegang

 peranan yang penting dalam perkembangan sistem pelayanan

kegawatdaruratan jantung.
BAB II

BANTUAN HIDUP DASAR

A. PELAYANAN KEGAWAT DARURATAN

Dalam pelayanan terhadap penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler, sistem

pelayanan kegawatdaruratan kardiovaskuler merupakan satu sistem yang digunakan

untuk pengenalan tanda-tanda terkena serangan jantung dan stroke, bagaimana

mengaktifkan sistem layanan gawat darurat, mencegah komplikasi, resusitasi jantung

paru sesegera mungkin, serta penggunaan automatic eksternal defibrilator  pada

penderita henti jantung, setelah

 penderita menjadi stabil, sesegera mungkin ditransfer ke rumah sakit dengan fasilitas

pelayanan kardiovaskuler yang lebih lengkap.

Terminologi pelayanan kardiovaskuler yang dimaksud dalam pelayanan

kegawatdaruratan kardiovaskuler juga mencakup kasus-kasus mengancam

 jiwa, seperti obstruksi benda asing, tenggelam, tersengat listrik, trauma dan hipotermia.

Pertolongan juga mencakup neonatus dan pediatrik. Namun kebanyakan pada

pediatrik atau neonatus, penyakit primer bukan terletak

 pada jantung maupun otak.

Tarnsportasi kegawatdaruratan tanpa usaha mempertahankan kehidupan tidak

termasuk pelayanan kegawatdaruratan kardiovaskuler (emergency cardiovaskuler

care), walau kita sudah mengetahui bahwa transportasi merupakan faktor yang penting

bagi pelayanan kegawatdaruratan.


B. BANTUAN HIDUP DASAR

Dalam melakukan pelayanan kegawatdaruratan, kita memperhatikan dua komponen

utama, yaitu komponen bantuan hidup jantung dasar serta komponen bantuan hidup

jantung lanjut sebagai pelengkap jika bantuan hidup

 jantung dasar berhasil dilakukan.

Bantuan jantung hidup dasar umumnya tidak menggunakan obat-obatan dan dapat

dilakukan dengan baik setelah melalui pelatihan singkat. Seiring dengan

perkembangan pengetahuan dibidang kedokteran, maka pedoman

 bantuan jantung hidup dasar yang sekarang dilaksanakan telah mengalami

 perbaikan dibandingkan dengan yang sebelumnya. Dalam bantuan hidup dasar ini,

terdapat beberapa perubahan sangat mendasar dan berbeda dengan

 panduan hidup dasar yang telah dikenal sebelumnya seperti :

1. Pengenalan kondisi henti jantung mendadak segera berdasarkan penillaian respons

pasien dan tidak adanya nafas.

2. Perintah “look, listen and feel” dihilingkan dari lagoritma bantuan hidup dasar

3. Penekanan bantuan kompresi dada yang kontinu dalam melakukan resusitasi

jantung paru oleh tenaga yang tidak terlatih

4. Perubahan urutan pertolongan bantuan hidup dasar dengan mendahulukan kompresi

sebelum melakukan pertolongan bantuan nafas (CAB dibandingkan dengan ABC)

5. Resusitasi jantung paru (RJP) yang efektif dilakukan sampai didapatkan

kembalinya sirkulasi spontan atau penghentian upaya resusitasi


6. Peningkatan fokus metode untuk meningkatkan kualitas RJP yang baik

7. Penyederhanaan algoritme bantuan hidup dasar

Komponen yang harus dikuasai sebelum melakukan bantuan hidup jantung dasar

adalah pengetahuan untuk menillai keadaan pasien, teknik penilaian

 pernafasan yang baik serta pemberian ventilasi bantuan yang baik dan benar,

dilanjutkan dengan teknik kompresi dada yang baik serta frekuensi yang adekuat, serta

penggunaan automated eksternal defibrilator  jika memang tersedia. Selain komponen

pengetahuan serta tekhnik yang telah disebutkan diatas, para penolong pertama yang

melakukan bantuan hidup jantung dasar,

 juga harus menguasai teknik mengeluarkan obstruksi jalan nafas karena sumbatan benda

asing.

Apabila kita dapat melakukan bantuan hidup jantung dasar dengan baik dan tepat,

maka kit dapat mengharapkan bahwa :

1. Henti jantung dapat dicegah dan transport dapat cepat dilaksanakan

2. Fungsi jantung paru dapat diperbaiki dengan menggunakan AED dan kompresi

3. Otak dapat dijaga dengan baik karena suplai darah ke otak dapat terpelihara

selama dilakukan bantuan sampai bantuan lanjutan tiba.

Dalam pelatihan ini, akan diajarkan bantuan hidup dasar menggunakan rekomendasi

yang dikeluarkan oleh  American Heart Association tahun 2010 yang dikenal dengan

mengambil 3 rantai pertama dari 5 rantai kelangsungan hidup.


C. RANTAI KELANGSUNGAN HIDUP

Berdasarkan pedoman terbaru yang direkomendasikan oleh AHA, rantai

kelangsungan hidup memiliki lima komponen utama yaitu :

1. Pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi sistem gawat darurat segera

(early access)

2. Resusitasi jantung paru segera ( Early CPR)

3. Defibrilasi segera ( Early Defibrilation)

4. Perawatan kardiovaskuler lanjutan yang efektif ( Effective ACLS)

5. Penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi ( Integrated post cardiac arrest

care)

Penelitian secara klinis dan epidemologis, membuktikan bahwa ketika rantai

kelangsungan hidup dilaksanakan secara efektif, maka peluang

 penderita yang mengalami fibrilasi ventrikel yang disaksikan diluar rumah sakit untuk

terselamatkan bisa sampai 50%. Namun pelaksanaan sistem

 pelayanan gawat darurat segera pasien tidak sadarkan diri baik diluar maupun di dalam

rumah sakit sangat bergantung kepada kecepatan pelaksanaan rantai kelangsungan

hiudp yang saling terkait satu dengan lainnya secara benar. Bila salah satu komponen

tidak dilakukan secara benar, maka peluang keberhasilan untuk menyelamatkan

pasien mengalami penurunan.


• Rantai pertama pengenalan kejadian henti jantung dan aktivasi sistem gawat

darurat segera

Pengenalan tanda-tanda kegawatan secara dini, seperti keluhan nyeri dada

atau kesulitan bernafas yang menyebabkan penderita mencari

 pertolongan atau penolong menghubungi layanan gawat darurat

memegang peranan awal yang penting dalam rantai ini.

Apabila ditemukan kejadian henti jantung, maka lakukan hal sebagai

berikut ;

1. Identifikasi kondisi penderita dan lakukan kontak ke sistem gawat darurat

2. Informasikan segera kondisi penderita sebelum melakukan RJP pada orang

dewasa atau sekitar satu menit setelah memberikan

 pertolongan RJP pada bayi dan anak.

3. Penillaian cepat tanda-tanda potensial henti jantung

4. Identifikasi tanda henti jantung atau henti nafas

• Rantai kedua resusitasi jantung paru segera

Kompresi dada dilakukan segera jika penderita mengalami keadaan henti

jantung dan atau henti nafas. Kompresi dada sendiri dilakukan dengan melakukan

tekanan dengan kekuatan penuh serta berirama di setengah bagian bawah dari

tulang dada. Tekanan ini dilakukan untuk mengalirkan darah serta menghantarkan

oksigen ke otak serta miokardium.


Pernafasan bantuan dilakukan setelah melakukan kompresi dada dengan

cara memberikan nafas dalam waktu satu detik serta mencukupi volume tidal

dan diberikan 2 kali setelah dilakukan 30 kompresi.

Untuk kasus trauma, tenggelam dan overdosis pada dewasa atau anak,

sebaiknya penolong melakukan bantuan RJP selama satu menit sebelum

menghubungi sistem gawat darurat.

• Rantai ketiga defibrilasi segera

Defibrilasi sangat penting dalam memperbaiki angka kelangsungan hidup

pada penderita. Alat  Automated external defibrilator (AED)  jika digunakan oleh

orang yang terlatih dapat memperbaiki angka kelangsungan hidup di luar rumah

sakit. Waktu antara penderita kolaps dan dilaksanakan merupakan saat kritis.

Angka keberhasilan menurun sebanyak 7-10% dalam setiap menit keterlambatan

penggunaan defibrilator.

• Rantai keempat perawatan kardiovaskuler lanjutan yang efektif

Pertolongan lebih lanjut oleh paramedis ditempat kejadian merupakan

rantai penting untuk keberhasilan manajemen henti jantung. Petugas ACLS

membawa alat-alat untuk membantu ventilasi, obat untuk mengkontrol aritmia

dan stabilisasi penderita untuk dirujuk kerumah sakit. ACLS memiliki 3 tujuan

dalam penyelamatan henti jantung :

1. Mencegah terjadinya henti jantung dengan memaksimalkan manajemen

lanjut jalan nafas, dan pemberian nafas dan pemberian obat-obatan.


2. Terapi pada penderita yang tidak berhasil dengan defibrilasi

3. Memberikan defibrilasi jika terjadi VF, mencegah fibrilasi berulang, dan

menstabilkan penderita setelah resusitasi

• Rantai kelima penanganan pasca henti jantung yang terintegrasi Dalam

pedoman RJP yang dikeluarkan oleh AHA tahun 2010 mulai memperkenalkan

kepentingan pelayanan sistematis dan penatalaksanaan multispesialistik bagi

pasien setelah mengalami kembalinya sirkulasi secara spontan (ROSC).

D. Interaksi sistem respirasi, jantung dan otak

Tujuan utama pertolongan gawat darurat kardiovaskuler untuk mempertahankan

serta memelihara, kalau mungkin mengebalikan pasokan oksigen secara normal ke

organ tubuh yang sangat membutuhkan oksigen seperti sel saraf, jantung, paru serta

otak yang saling berkaitan dan ketergantungan.

Jaringan paru yang merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida

menyediakan suplai oksigen kepada tubuh yang diangkut dengan menggunakan sel-sel

darah yang dipompakan ke seluruh tubuh oleh

 jantung. Henti jantung serta henti nafas akan menyebabkan aliran oksigen ke otak

terputus.

E. Tinjauan Survei Bantuan Hidup Dasar

Survei bantuan hidup dasar berkembang seiring dengan kemajuan ilmu ilmu dan

teknologi kedokteran. Bantuan hidup dasar lebih menitikberatkan

 pelaksanaan RJP dengan memompa secara cepat dan kuat sesegera baik oleh
seorang penolong atau lebih dan dilanjutkan dengan pemberian bantuan nafas dasar dan

defibrilasi segera.

Tujuan survei bantuan hidup dasar adalah berusaha memberikan bantuan sirkulasi

sistematik, beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai

didapatkan kembali sirkulasi sistematik secara spontan atau telah tiba bantuan dengan

peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung

lanjutan. Pelaksanaan survei bantuan hidup dasar sesegera dan seefektif mungkin

memperbesar peluang keberhasilan untuk selamat serta mengurangi gangguan

neurologis yang terjadi.

Survei bantuan ihdup dasar primer dilakukan baik untuk penderita yang mengalami

henti jantung mendadak atau tidak sadarkan diri yang kita saksikan atau datang

kerumah sakit sudah tidak sadarkan diri. Pertama-tama yang harus kita lakukan adalah

memerikasa respons penderita dengan memanggil penderita sambil menepuk-nepuk

pundak atau sambil menggoyangkan badan pasien yang bertujuan untuk mengetahui

respons kesadaran penderita (check responsiveness). Setelah kita yakin bahwa

 penderita dalam keadaan tidak sadarkan diri, maka kita meminta bantuan orang lain

untuk menghubungi ambulans atau sistem gawat darurat atau rumah sakit terdekat

untuk meminta pertolongan bantuan datang dengan tambahan tenaga serta peralatan

medis yang lebih lengkap (call for help). Jikalau saat melakukan pertolongan kita

hanya seorang diri, setelah melakukan pemeriksaan respon kesadaran, penolong

segera menghubungi rumah sakit terdekat atau ambulans dan melakukan

pertolongan awal
kompresi dada dengan cepat dan kuat dengan frekuensi 30 kali dan diselingi dengan

pemberian nafas bantuan 2 kai dalam satu detik setiap nafas bantuan

 per 30 kali kompresi sampai bantuan datang.

Sebelum melakukan survei bantuan hidup dasar, kita harus memastikan

 bahwa lingkungan sekitar penderita aman untuk melakukan pertolongan, dilanjutkan

dengan memeriksa kemampuan respon penderita, sambil meminta

 pertolongan untuk mengaktifkan sistem gawat darurat dan menyediakan AED.

Sistematika survei bantuan hidup dasar primer saat ini sekarang lebih dipermudah,

yang memungkinkan orang yang tidak terlatih dapat melakukan

 bantuan hidup dasar pertama secara baik. Urutan sistematis yang digunakan saat ini

adalah C-A-B. Perlu kita ingat, sebelum kita melakukan bantuan hidup dasar, kita

harus memastikan bahwa langkah yang kita kerjakan adalah langkah yang tepat dengan

melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Setelah dilakukan pemeriksaan (kesadaran,

sirkulasi, pernafasan, perlu tidaknya defibrilasi), kita harus menganalisis secara cepat

dan tepat sebelum melakukan tindakan yang diperlukan. Setiap langkah yang akan

dilakukan dimulai dati pemerikasaan, diikuti dengan tindakan.

F. PELAKSANAAN TINDAKAN RESUSITASI JANTUNG PARU

Tujuan utama pelaksanaan RJP adalah untuk mempertahankan kehidupan,

memperbaiki kesehatan, mengurangi penderitaan dan membatasi disabilitas tanpa

melupakan hak dan keputusan pribadi.


Dalam pelaksanaannya, keputusan untuk melakukan tindakan RJP seringkali

hanya diambil dalam hitungan detik oleh penolong yang mungkin tidak mengenal

penderita yang mengalami henti jantung atau tidak mengerti ada permintaan lebih

lanjut. Ketika akan melakukan pertolongan, penolong harus mengetahui dan

memahami hak penderita serta beberapa keadaan yang mengakibatkan RJP tidak perlu

dilaksanakan, seperti :

1. Henti jantung terjadi dalam sarana atau fasilitas kesehatan

Pertolongan dapat tidak dilakukan bila :

a. Ada permintaan dari pasien atau keluarga inti yang berhak secara sah dan

ditandatangani oleh pasien atau keluarga pasien

 b. Henti jantung terjadi pada penyakit dengan stadium akhir yang telah mendapat

pengobatan secara optimal

c. Pada neonatus atau bayi dengan kelainan yang memiliki angka mortalitas dini

tinggi sebagai contoh bayi sangat prematur, anensefali atau kelainan

kromosom seperti trisomi 13.

2. Henti jantung yang terjadi diluar sarana atau fasilitas kesehatan

a. Tanda-tanda klinis kematian yang irreversible seperti kaku mayat, lebam mayat

atau tanda-tanda pembusukan.

 b. Upaya RJP dengan resiko membahayakan penolong

c. Penderita dengan trauma yang tidak bisa diselamatkan seperti hangus terbakar
3. Kapan menghentikan RJP

Ada beberapa alasan kuat bagi penolong untuk menghentikan RJP antara lain

a. Penolong sudah melakukan bantuan hidup dasar dan lanjut secara optimal,

antara lain : RJP, membuka jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi

menggunakan bantuan jalan nafas tingkat lanjut serta sudah melakukan

semua pengobatan sesuai pedoman yang ada.

 b. Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar

 bahan beracun atau mengalami overdosis obat yang akan

menghambat susunan sistem saraf pusat

c. Kejadian henti jantung tidak disaksikan oleh penolong

d. Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistole yang menetap

selama 10 menit atau lebih

G. Teknik pelaksanaan survei primer bantuan hidup dasar

Tahapan pelaksanaan survei primer bantuan hidup dasar yang terbaru makin

disederhanakan dengan mengutamakan sirkulasi daripada pemberian

 bantuan nafas, langkah-langkahnya terdiri dari CAB, yaitu :

a. Circulation (penillaian denyut nadi)

Penelitian yang telah dilakukan mengenai resusiyasi menunjukan

 bahwa baik penolong awan maupun tenaga kesehatan kadang kala mengalami

kesulitan dalam melakukan pengecekan pulsasi arteri karotis. Kadang kala tenaga

kesehatan juga memerlukan waktu lama untuk


memastikan adanya pulsasi pada pasien tidak sadarkan diri. Sehingga untuk hal

tertentu pengecekan pulsasi tidak diperlukan seperti :

a. Penolong tidak perlu untuk memeriksa nadi dan langsung mengasumsikan

pasien menderita henti jantung jika penderita mengalami pingsan mendadak

atau penderita yang tidak berespon dan tidak bernafas atau bernafas tidak

normal.

 b. Penillain pulsasi sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 10 detik, jika dalam

waktu 10 detik atau lebih, penolong belum bisa meraba

 pulsasi arteri, maka kompresi dada sudah harus dilakukan.

Kompresi dada terdiri dari pemberian tekanan secara kuat dan berirama

 pada setengah bawah dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran darah

yang akan melalui peningkatan tekanan intratorakal serta

 penekanan langsung pada dinding jantung. Komponen yang perlu diperhatikan

saat melakukan kompresi dada :

a. Berikan kompresi dada dengan frekuensi yang mencukupi (minimal 100 x/

menit)

 b. Untuk dewasa, berikan kompresi dengan kedalaman minimal 2 inchi (5 cm)

c. Bayi dan anak, kompresi dengan kedalaman minimal sepertiga diameter

dinding anterior posterior dada atau bayi 4 cm (1,5 inchi) dan pada anak

sekitar 5 cm (2 inchi)

d. Berikan kesempatan untuk dada mengembang kembali secara sempurna

setelah setiap kompresi.


e. Usahakan seminimal mungkin melakukan interupsi terhadap

kompresi

H.
BAB III

DESKRIPSI KEGIATAN

3.1 Nama Kegiatan

 Nama kegiatan ini adalah “ IN HOUSE TRAINING BANTUAN

 HIDUP DASAR PADA ORANG AWAM ”

3.2 Sasaran Kegiatan dan Kegiatan Umum 3.2.1

Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah petugas administrasi, pembantu orang

sakit (POS), cleaning service serta petugas keamanan.

3.2.2 Kegiatan Umum

Kegiatan ini merupakan salah satu program Tim TRC yang

disusun dan diajukan untuk RS MITRA SEHAT MANDIRI, berupa  In

House Training selama ...........hari. Pelatihan dilaksanakan dalam..........

hari dengan Nama kegiatan ini adalah “ IN HOUSE TRAINING

 BANTUAN HIDUP DASAR PADA ORANG AWAM ”. Kegiatan ini dapat

membantu meningkatkan wawasan akan proses bantuan hidup dasar pada

kasus kegawatdaruratan.
3.3 Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Menyesuaikan

Tempat : RS MITRA SEHAT MANDIRI

(menyesuaikan) Pukul : 08.00-14.00 WIB

3.4 Pembicara

Materi akan disampaikan dalam sesi (bagian) oleh pembicara yaitu:

3.5 Susunan Kepanitiaan

Untuk pelaksanaan kegiatan, susunan panitia dibentuk oleh instansi yang

menyelenggarakan.

3.6 Anggaran Dana

Tergantung dari institusi penyelenggara.

3.7 Susunan Acara

Terlampir 
BAB IV

PENUTUP

Demikian proposal kegiatan ini disusun untuk memberikan gambaran kegiatan

yang akan dilaksanakan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan ini. Segala

bentuk bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak bukan hanya sebatas penantian dan

pengharapan saja, tetapi dapat diwujudkan secara nyata dan konsisten.

Tercapainya harapan kami tidak terlepas dari ketulusan niat dan usaha serta yang

utama adalah doa atas keridhoan Tuhan Yang Maha Esa yang selalu membimbing dan

memudahkan segala urusan yang direncanakan. Kami selaku

 pengusul mengucapkan terima kasih atas perhatian dan kerja sama semua pihak dalam

rencana menyukseskan kegiatan ini. Akhir kata, kami memohon maaf atas segala

kekurangan dan kekhilafan dalam pembuatan proposal kegiatan  In

 House Training ini.

Hormat kami,

Pemohon

dr. Meru, Sp.An

NIP
 Lampiran 1

Berikut adalah rincian untuk pengadaan keperluan yang berhubungan dengan kegiatan  In

House Training . Keperluan tersebut disediakan oleh pihak panitia (bisa disesuaikan

dengan kebutuhan setempat).

1. Pengadaan modul pelatihan Bantuan Hidup Dasar  photo copy. Jumlah modul

disesuaikan dengan jumlah peserta In House Training .

2. ATK untuk kegiatan  In House Training  BHD dengan jumlah disesuaikan dengan

jumlah perserta In House Training 


 Lampiran 2

SUSUNAN ACARA In House Training   Bantuan Hidup Dasar

PUKUL (WIB) KEGIATA


N
07.00- Registrasi
08.00 Peserta
08.00- Pembukaan dan sambutan In House Training :
09.00
1. Sambutan Ketua
Pelaksana
2. Sambutan Ketua Tim
TRC
3. Sambutan Direktur RSUD Sumedang

09.00- Coffee Break, Presentasi


10.00
10.00- Materi I
11.15 :
11.15- Materi
12.00 II:
12.00- Materi
12.45 III:
12.45- Isho
13.30 ma
13.30- Materi
14.15 IV:
14.15- Tanya
15.00 Jawab
15.00- Penutup
15.30 an

Anda mungkin juga menyukai