Anda di halaman 1dari 7

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Devi Retno Ambarsari


Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 030924104
Kode/Nama Mata Kuliah : ISIP4216/METODE
PENELITIAN SOSIAL
Kode/Nama UPBJJ : 44/UT Surakarta
Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS TERBUKA
Pengaruh Urbanisasi Terhadap Kriminalitas di Perkotaan

BAB I
Pendahuluan
a. Latar belakang
Semakin berkembangnya pembangunan di kota-kota besar di Indonesia dapat
memacu pertumbuhan ekonomi. Sebagai dampaknya,kota-kota tersebut akan menjadi
magnet bagi penduduk untuk berdatangan mencari pekerjaan dan bertempat tinggal.
Hal ini sering disebut dengan urbanisasi. Namun urbanisasi ini menimbulkan berbagai
macam masalah karena tidak ada pengendalian di dalamnya. Masalah ini lah yang
dihadapi Negara Indonesia saat ini yaitu pertumbuhan konsentrasi penduduk yang
tinggi. Lebih buruk lagi, hal ini tidak diikuti dengan kecepatan yang sebanding dengan
perkembangan industrialisasi. Masalah ini akhirnya menimbulkan fenomena yaitu
urbanisasi berlebih. Adanya urbanisasi yang berlebih ini telah menimbulkan berbagai
masalah di Indonesia.
Kondisi perkotaan yang semakin tidak terkendali akibat adanya urbanisasi yang
berlebih, telah menimbulkan berbagai masalah baru seperti meningkatnya kriminalitas
akibat kemiskinan, pengangguran besar-besaran, bertambahnya pemukiman kumuh,
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, urbanisasi akan dlihat sebagai faktor penentu
bagai sebuah kota dapat berkembang baik secara fisik, maupun secara sosial.
b. Permasalahan
Urbanisasi dapat menjadi masalah yang cukup serius bagi kita apabila
pemerintah tidak dapat mengatur dan memfasilitasi para kaum urban yang datang di
kota dengan jumlah yang semakin meningkat setiap tahunnya. Persebaran penduduk
yang tidak merata antara desa dengan kota akan menimbulkan berbagai permasalahan
di kehidupan sosial kemasyarakatan. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah
meningkatnya tindak kriminal di perkotaan.
Semakin padatnya penduduk, maka semakin meningkatkan angka kemiskinan
dikarenakan sulit mencari pekerjaan. Hal itu menyebabkan semakin meningkatnya
jumlah kriminal diperkotaan.
BAB II
Pembahasan

a. Landasan teori
 Pengertian Urbanisasi
Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah, suatu proses kenaikan proporsi
jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Selain itu dalam ilmu lingkungan,
urbanisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pengkotaan suatu wilayah. Proses
pengkotaan ini dapat diartikan dalam dua pengertian. Pengertian pertama, adalah
merupakan suatu perubahan secara esensial unsur fisik dan sosial-ekonomi-budaya
wilayah karena percepatan kemajuan ekonomi. Contohnya adalah daerah Cibinong dan
Bontang yang berubah dari desa ke kota karena adanya kegiatan industri. Pengertian
kedua adalah banyaknya penduduk yang pindah dari desa ke kota, karena adanya
penarik di kota, missal kesempatan kerja.
Pengertian urbanisasi ini pun berbeda-beda, sesuai dengan interpretasi setiap orang
yang berbeda-beda. Dari suatu makalah Ceramah Umum di UNIJA, yang dibawakan
oleh Ir. Triatno Yudo Harjoko pengertian urbanisasi diartikan sebagai suatu proses
perubahan masyarakat dan kawasan dalam suatu wilayah yang non-urban menjadi
urban. Secara spasial, hal ini dikatakan sebagai suatu proses diferensiasi dan spesialisasi
pemanfaatan ruang dimana lokasi tertentu menerima bagian pemukim dan fasilitas yang
tidak proporsional.
Pengertian lain dari urbanisasi, dikemukakan oleh Dr. PJM Nas dalam bukunya
Pengantar Sosiologi Kota yaitu Kota Didunia Ketiga. Pada pengertian pertama
diutarakan bahwa urbanisasi merupakan suatu proses pembentukan kota, suatu proses
yang digerakkan oleh perubahan struktural dalam masyarakat sehingga daerah- daerah
yang dulu merupakan daerah pedesaan dengan struktur mata pencaharian yang agraris
maupun sifat kehidupan masyarakatnya lambat laun atau melalui proses yang
mendadak memperoleh sifat kehidupan kota. Pengertian kedua dari urbanisasi adalah,
bahwa urbanisasimenyangkut adanya gejala perluasan pengaruh kota ke pedesaan yang
dilihat dari sudut morfologi, ekonomi, sosial dan psikologi.
Dari beberapa pengertian mengenai urbanisasi yang diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pengertian urbanisasi adalah merupakan suatu proses perubahan
dari desa ke kota yang meliputi wilayah/ daerah beserta masyarakat di dalamnya dan
dipengaruhi oleh aspek- aspek fisik/ morfologi, sosial, ekonomi, budaya, dan psikologi
masyarakatnya.
 Pengertian Kriminalitas
Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang
merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam
negara Indonesia serta norma-norma sosial dan agama. Dapat diartikan bahwa, tindak
kriminalitasadalah segala sesuatu perbuatan yang melanggar hukum dan melanggar
norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya. (Kartono, 1999: 122)
Secara kriminologi yang berbasis sosiologis, tindak kriminalitas merupakan
suatu pola tingkah laku yang merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat korban)
dan suatu pola tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat. Reaksi
sosial tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi non-formal.
Pengertian kejahatan sebagai unsur dalam pengertian kriminalitas, secara sosiologis
mempunyai dua unsur-unsur yaitu:
1) Kejahatan itu ialah perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan merugikan
secara psikologis.
2) Melukai perasaan susila dari suatu segerombolan manusia, di mana orang-orang itu
berhak melahirkan celaan.
Sutherland berpendapat bahwa kelakuan yang bersifat jahat (Criminal behavior)
adalah kelakuan yang melanggar Undang-Undang/hukum pidana. Bagaimanapun
immoril nya atau tidak patutnya suatu perbuatan, ia bukan kejahatan kecuali bila
dilarang oleh Undang Undang/hukum pidana. (Principles of Criminology. 1960:45)
Pengertian kriminalitas menurut Beberapa para ahli :
Menurut R. Susilo:
Secara sosiologis mengartikan kriminalitas adalah sebagai perbuatan atau tingkah laku
yang selain merugikan penderita atau korban juga sangat merugikan masyarakat yaitu
berupa hilangnya keseimbangan ketentraman dan ketertiban.
Menurut M. A. Elliat:
Kriminalitas adalah problem dalam masyarakat modern atau tingkah laku yang gagal
dan melanggar hukum dan dapat dijatuhi hukuman yang bisa berupa hukuman penjasra,
hukuman mati, hukuman denda dan lain-lain.
Menurut Dr. J.E. Sahetapy dan B. Mardjono Reksodipuro:
Kriminalitas adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh hukum publik untuk
melindungi masyarakat dan diberi sanksi berupa pidana oleh Negara. Perbuatan
tersebut dihukum karena melanggar norma-norma sosial masyarakat, yaitu adanya
tingkah laku yang patut dari seorang warga.
Dari pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa kriminalitas adalah
perbuatan atau tingkah laku yang melanggar hukum, selain merugikan penderita atau
korban juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan
ketentraman dan ketertiban.
b. Analisis permasalahan
Di daerah perkotaan kriminalitas berkembang terus sejalan dengan bertambahnya
penduduk, pembangunan, modernisasi dan urbanisasi. Sehingga dikatakan bahwa
perkembangan kota selalu disertai dengan perkembangan kualitas dan kuantitas
kriminalitas. Akibatnya perkembangan keadaan ini menimbulkan keresahan
masyarakat dan pemerintah di kota tersebut.
Kriminalitas atau kejahatan merupakan perilaku atau tindakan yang bisa merugikan
dari segi material juga psikologis dan melanggar norma-norma hukum, sosial dan juga
agama. Tindakan kriminal ini sendiri ada beragam jenisnya. Yang termasuk
diantaranya adalah percurian, penganiayaan, tindak asusila, perampokan, hingga
pembunuhan. Tindakan kriminalitas ini menyebabkan korban atau pihak lain
kehilangan harta bendanya, hingga pada kehilangan nyawa. Kriminalitas menjadi
masalah sosial yang serius di negara kita , Indonesia. Menjadi salah satu negara
berkembang yang ada di dunia dengan memiliki jumlah penduduk yang terus
berkembang dengan jumlah populasi sekarang ini sekitar 250.000.000 lebih
penduduk. Layaknya negara yang lain, ada saja tindak kejahatan yang terjadi di
Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, juga
Yogyakarta. Jakarta, Ibu kota Indonesia ini bahkan menjadi kota yang paling tidak
aman di dunia. Penilaian ini berdasarkan survei yang dilansir Economist Intelligence
Unit. Dari 50 kota di dunia yang djadikan sampel, Jakarta menduduki peringkat
terakhir,yakni peringkat kelima puluh. Sedangkan dalam kawasan atau region Asia
Tenggara (ASEAN), Indonesia menduduki peringkat keempat.

Tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi di kota besar tak luput dari dampak
besarnya jumlah pendatang baru . Para urbaners ini disinyalir juga membawa pengaruh
yang kurang baik dan membawa sikap individualis mereka ke kota yang menjadi tempat
tujuan mereka. Misalkan saja Yogyakarta. Kota Yogyakarta terkenal akan
keramahannya, kekayaan budayanya, mistis dan Jawa yang kentara, juga menjadi kota
yang nyaman dan aman. Seiring berjalannya masa, Yogya menjadi sesak akan hotel
dan mall-mall besar, juga restoran kapitalis. Berkembang pesatnya arus globalisasi dan
perkembangan kota juga secara tidak langsung menjadi berkurangnya urgensi
pendidikan agama. Tingkat kriminalitas di kota Yogyakartapun menjadi meningkat
seiring waktu. Pertambahan penduduk dari warga pendatang khususnya pinggiran kota
membawa dampak kepada perilaku dan pola hidup masyarakat. Hal ini dapat
dibuktikan dengan salah satu kasus kejahatan di Condong Catur yang ternyata
pelakunya adalah dari orang luar.

Miras dan narkoba juga disinyalir ikut meningkatkan jumlah kasus


kejahatan, terutama dimana remaja menjadi pelaku kejahatan. Banyak kasus kejahatan
yang dilakukan para remaja seperti pencurian, tindak
asusila, pembacokan, penjambretan yang disebabkan pengaruh dari minuman keras
juga narkoba.. Miras dan narkoba dapat mempengaruhi tingkat emosionil dan pikiran
konsumennya. Remaja saat ini mudah sekali kehilangan kendali emosi sehingga mudah
tersinggung, marah, pendendam, dan yang menjadi semakin masalah adalah apabila
mereka melampiasan kegundahan serta emosi mereka melalui tindak kejahatan.

Keharmonisan dan kesejahteraan hidup juga ikut andil dalam menjadi sebab-
musabab terjadinya tindak kriminalitas. Seseorang bisa melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan hukum bila kesejahteraannya tidak terpenuhi. Para pelaku
kejahatan menyebutkan rata-rata motif dari tindakan kejahatan yang mereka lakukan
adalah karena faktor kemiskinan dalam artian kurangnya kesejahteraan hidup
mereka. Tak sedikit pula pelaku kejahatan yang ternyata memiliki background dari
keluarga tidak harmonis atau broken home. Kejahatan merupakan tindak-tanduk yang
menyangkut tiap orang. Para pelaku kejahatan juga adalah orang yang sama dengan
kita. Tindak kriminal juga harus ditanggulangi bersama karena menimbulkan
keresahan, ketidaknyamanan dan mengganggu ketentraman dalam masyarakat.
Kriminalitas juga mengakibatkan kerugian materiil serta mempengaruhi psikologis
seseorang dan pada tahap yang serius bisa menimbulkan rasa traumatik dan perasaan
paranoid solah-olah sedang ada ancaman menuju dirinya. Yang menjadi urgensi dalam
hal ini adalah bahwa usaha mencegah problematika tindak kejahatan harus lebih
diutamakan daripada usaha memperbaiki para pelaku kejahatan. Dan yang menjadi
lebih penting adalah bagaimana cara menjadikan orang untuk berhenti melakukan
tindak kejahatan.

BAB III
Simpulan

Kondisi perkotaan yang semakin tidak terkendali akibat adanya urbanisasi yang berlebih, telah
menimbulkan berbagai masalah baru seperti meningkatnya kriminalitas akibat kemiskinan,
pengangguran besar-besaran. Tekanan untuk bertahan hidup (survive) misalnya, akan
mendorong manusia bertindak apapun, termasuk tindakan kriminal. Hal ini pulalah yang
menjadi penyebab mengapa kriminalitas semakin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/13709/14/BAB%20I.pdf
http://researchgate.net/publication/336001191_DAMPAK_URBANISASI_BAGI_PERKEMB
ANGAN_KOTA_DI_INDONESIA
https://media.neliti.com/media/publications/130628-ID-dampak-urbanisasi-bagi-
perkembangan-kota.pdf

Anda mungkin juga menyukai