Anda di halaman 1dari 4

Tugas Metodologi Penelitian Administrasi Negara

Tanggal 17 Maret 2020

Soal
Adanya penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan ?
Jawaban :
Akhir-akhir ini dunia pendidikan dihadapkan pada berbagai permasalahan berupa
penyimpangan yang menuntut pemecahan melalui metode yang sistematis dan memerlukan
penelitaian untuk mendapatkan jawaban atau kesimpulan dari permasalahan tersebut. Dalam
suatu penelitian kedudukan masalah sangat penting karena melalui masalah kita dapat
menentukan tujuan penelitian, metode penelitian analisis data yang akan digunakan. Dengan kata
lain tujuan dari penelitian adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang dimulai dengan
adanya penyimpangan.

Stoner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari


apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetensi. Salah satu contoh adanya
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan adalah “Perubahan Beasiswa BidikMisi
menjadi KIP Kuliah”

Berkaitan dengan informasi yang diterima oleh mahasiswa, hampir satu pertiga dari
sampel tidak mengutarakan pendapatnya mengenai pergantian Bidikmisi menjadi Kartu
Indonesia Pintar Kuliah, karena belum mendapatkan informasi yang jelas sehingga masih
bingung posisi mereka ada dimana. Mereka hanya mengetahui informasi dari sosial media,
sehingga mereka masih ragu-ragu. Sedangkan hampir dari sepertiga sampel menyatakan
ketidaksetujuannya atas polling tentang pergantian Bidikmisi menjadi Kartu Indonesia Pintar
Kuliah, dengan alasan sebagai penerima Bidikmisi takut beasiswanya akan dihapus, padahal
seharusnya masih dapat berjalan hingga lulus. Karena bagi sebagian besar mahasiswa sangat
memerlukan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya, dan ketika ada pergantian kebijakan ini
akan sangat menyulitkan mahasiswa.
Selain itu juga ada alasan lain seperti mengkhawatirkan tentang pemberian Kartu
Indonesia Pintar Kuliah yang tidak tepat sasaran, mengingat Kartu Indonesia Pintar Kuliah ini
adalah lanjutan dari Kartu Indonesia Pintar pada pendidikan dasar dan menengah (sekolah dasar
hingga sekolah menengah) secara otomatis. Jadi siswa sekolah menengah yang menerima Kartu
Indonesia Pintar pelajar jika lulus akan otomatis mendapatkan Kartu Indonesia Pintar Kuliah
apabila sudah dinyatakan diterima diPTN maupun PTS. Kartu Indonesia Pintar Kuliah ini juga
jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan penerima beasiswa Bidikmisi, yaitu sebanyak 130
ribu dan akan ditingkatkan menjadi 400 ribu penerima di tahun 2020, mengingat ini adalah
program presiden yang telah di kampanyekan sebelum pemilu jadi harus dilaksanakan dan ada
peningkatan di setiap tahunnya, yang diperkirakan pada tahun 2024 akan mencapai 2 juta
penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah.

Dengan adanya penghapusan beasiswa Bidikmisi, sangat menguntungkan untuk


mahasiswa yang sebelumnya telah menerima Kartu Indonesia Pintar di jenjang SMA karena
secara otomatis akan dilanjutkan dengan Kartu Indonesia Pintar Kuliah. Hal ini dapat diketahui
dari sepertiga responden yang menjelaskan bahwa mereka sudah mempunyai Kartu Indonesia
Pintar dan dirasa Kartu Indonesia Pintar ini lebih fleksibel untuk digunakan baik di PTN maupun
PTS di seluruh Indonesia. Selain itu juga terdapat pendapat yang mendukung program
pemerintah atas adanya tambahan kuota beasiswa yang mana dengan dihapusnya bewasiswa
Bidikmisi dan diganti dengan Kartu Indonesia Pintar Kuliah ini akan semakin membuka peluang
bagi siswa siswi dari SMA maupun SMK untuk tetap dapat melanjutkan pendidikan tingginya.

Namun dengan dihapusnya beasiswa Bidikmisi ini, memungkinkan untuk dilakukan


pendataan bagi penerima Bidikmisi untuk tetap bisa mendapatkan beasiswa yaitu dengan
mengajukan diri atau mendaftarkan diri untuk mendapatkan Kartu Indonesia Pintar Kuliah
supaya bisa melanjutkan pendidikan. Tapi kebanyakan mahasiswa merasa kesulitan untuk
melakukan proses pendataan akibat prosedur yang terlalu berbelit-belit seringkali mahasiswa
diarahkan ke satu tempat ke tempat yang lain namun tidak menemukan kejelasan dikarenakan
birokrasi yang sangat panjang, sehingga mahasiswa enggan untuk mendaftarkan diri atau
mengurus berkas-berkas yang berkaitan dengan alur birokrasi di kampus. Dalam hal ini, bukan
karena kebijakan dari pusat yang menyebabkan program pemerintah tidak berhasil, tetapi dari
proses dibawahnya yaitu di masing-masing universitas yang tidak bisa melakukan prosedur atau
bahkan informasi secara lengkap dan terpercaya, dalam artian masih simpang siur kebenarannya.

Selain alasan prosedur yang sulit untuk penerima beasiswa Bidikmisi, responden
melakukan banyak penolakan terhadap dihapusnya beasiswa Bidikmisi karena berpengaruh pada
organisasi Bidikmisi yang telah ada dan berlangsung selama mahasiswa menjadi mahasiswa.
Dalam organisasi Bidikmisi ini sudah banyak melakukan kegiatan sosial maupun kegiatan
kampus. Kegiatan sosial antara lain mengajar mengaji anak-anak di sekitar kampus, melakukan
kegiatan berqurban ketika idul adha, mengajar di lingkungan anak-anak yang putus sekolah,
menggalang dana ketika ada wilayah-wilayah di Indonesia yang terkena musibah. Kegiatan
kampus yang dilakukan antara lain diskusi mengenai suatu kasus yang sedang terjadi di sekitar
mahasiswa, melakukan agenda bulanan membehas organisasi Bidikmisi kedepannya, dan
mentoring anggota Bidikmisi baru (mahasiswa baru).

Dari adanya kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, yaitu penghapusan beasiswa
Bidikmisi dan diganti dengan Kartu Indonesia Pintar Kuliah ini menimbulkan berbagai macam
pendapat pro dan kontra, namun kebijakan pemerintah sudah seharusnya untuk selalu di dukung
dan sebagai mahasiswa tetap mempunyai sikap subversif yaitu semangat untuk bertanya dan
membongkar realitas yang ada, yang sedang berkembang di masyarakat, apalagi jika kebijakan
tersebut merugikan rakyat kecil. Tidak sedikit kebijakan dari pemerintah pusat yang telah
dirancang sedemikian rupa, namun seiring sosialisasi kepada masyarakat di setiap daerah
menjadi kebijakan yang disalah gunakan. Terutama bila melalui banyak proses yang dilibatkan
sehingga banyak kemungkinan informasi tersebut (kebijakan) tidak sampai pada sasaran akibat
terlalu panjang birokrasi yang dilalui.

Dari berbagai pro dan kontra, lebih dari sepertiga pendapat responden menyatakan bahwa
kebijakan pemerintah mengenai penghapusan beasiswa Bidikmisi dan diganti dengan Kartu
Indonesia Pintar Kuliah akan lebih baik jika dua beasiswa tersebut digabung menjadi satu, dalam
artian beasiswa Bidikmisi tidak dihapus dan ditambah dengan Kartu Indonesia Pintar Kuliah
yang telah menjadi program pemerintah saat ini dan digabung menjadi Kartu Indonesia Pintar
Bidikmisi. Dengan adanya solusi yang dikemukakan oleh responden tersebut akan membuat
beasiswa untuk kuliah menjadi semakin luas dan tidak ada pihak yang dirugikan baik dari
penerima beasiswa Bidikmisi dan penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah, penerima beasiswa
masih bisa melanjutkan bantuannya sebagaimana Kartu Indonesia Pintar Kuliah, sehingga dapat
berjalan beriringan.

Sedangkan sepertiga lainya mengemukakan ketidaksetujuannya terhadap kebijakan baru


ini adalah dengan memberikan solusi kepada pemerintah agar memperketat seleksi penerima
Kartu Indonesia Pintar Kuliah. Meskipun penerima Kartu Indonesia Pintar Kuliah ini sudah
tinggal melanjutkan dari jenjang Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan
tetap saja harus diadakan pendataan ulang kepada penerima lanjutan maupun yang baru.

Kebijakan penggantian program beasiswa Bidikmisi ke Kartu Indonesia Pintar Kuliah


tentunya menuai pro dan kontra, untuk itu dari polling yang telah dilakukan dapat diketahui jika
Kartu Indonesia Pintar Kuliah merupakan program yang dilakukan untuk memperbaiki sistem
Bidikmisi, maka dari itu solusi yang dapat digunakan untuk memperkecil dampak yang diberikan
Kartu Indonesia Pintar Kuliah bisa digabung atau berkolaborasi dengan program bidikmisi
menjadi Kartu Indonesia Pintar Bidikmisi yang nantinya mahasiswa yang telah mendapat
bidikmisi dan organisasi bidikmisi yang sudah berjalan tidak terhapuskan, dan atau jika Kartu
Indonesia Pintar Kuliah merupakan perbaikan sistem bidikmisi seharusnya bidikmisi tidak peru
digantikan namun hanya perlu diperbaiki sistemnya saja.

Adanya penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan


Kenapa penelitian dilakukan karena adanya kompetisi ?

Anda mungkin juga menyukai