Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kenyamanan thermal adalah salah satu hal sangat dibutuhkan tubuh agar
manusia dapat beraktifitas dengan baik selain faktor kenyamanan lainnya yaitu
kenyamanan visual, kenyamanan audio dan indoor air quality (di rumah, sekolah
ataupun di kantor/tempat bekerja). Menurut Szokolay dalam ‘Manual of Tropical
Housing and Building’ menyebutkan kenyamanan tergantung pada variabel iklim
(matahari/radiasinya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) dan
beberapa faktor individual/subyektif seperti pakaian, aklimatisasi, usia dan jenis
kelamin, tingkat kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang
dikonsumsi, serta warna kulit.
Selain itu, berdasarkan standar yang ditetapkan oleh SNI 03-6572- 2001, ada
tingkatan temperatur yang nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian yang dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Batas Kenyamanan Termal Menurut SNI 03-6572-


2001
Temperature Efektif (TE) Kelembaban / RH (%)
Sejuk Nyaman 20,50C TE - 22,80C TE 50%
Ambang Atas 240C TE 80%
Nyaman Optimal 22,80C TE - 25,80C TE 70%
Ambang Atas 280C TE
Hangat Nyaman 25,80C TE - 27,10C TE 60%
Ambang Atas 310C TE
Sumber: Data BMKG

Sustainable design adalah usaha untuk memperhatikan seluruh aspek desain


mulai dari perancangan, eksekusi, pemilihan material, pencetakan, dan
pendaurulangan setelah suatu produk dipakai. Menurut data yang diperoleh dari PT.
Multi Terminal Indonesia, volume container bekas di Tanjung Perak tahun lalu yang
tidak terpakai mencapai 2,2 juta box atau setara 2,64 juta TEUs. Untuk memenuhi
aspek pendaurulangan tersebut, maka container tersebut digunakan sebagai material
utama dalam desain.
Jakarta memiliki iklim tropis dengan karakteristik kelembaban udara yang
tinggi (dapat mencapai angka 80%), suhu udara relatif tinggi (dapat mencapai hingga
35ºC), serta radiasi matahari yang menyengat serta mengganggu. Dengan
1
2

menggunakan container sebagai bahan material utama, menyebabkan bangunan


tersebut memiliki suhu udara didalam ruangan cukup panas. Hal ini dikarenakan oleh
bahan material stainless pada container yang merupakan salah satu penghantar
panas, sehingga bangunan harus di desain sedemikian rupa untuk mencapai
kenyamanan termal yang optimal di dalam bangunan dalam kondisi iklim tropis
panas lembab seperti di atas.
Insulasi termal (isolasi termal, isolasi panas) adalah metode atau proses yang
digunakan untuk mengurangi laju perpindahan panas/kalor. Insulasi
panas/termal pada bangunan merupakan faktor penting untuk mencapai kenyamanan
termal untuk penghuninya. Insulasi dapat mengurangi hilangnya panas yang tidak di
inginkan atau bisa juga menambahkannya (panas). Insulasi dapat
mengurangi kebutuhan energi dari sistem pemanas dan pendingin. Pengaplikasian
bahan-bahan insulasi pada container dapat menurunkan suhu dalam ruang untuk
mencapai kenyamanan termal bagi pengguna.
Jakarta yang dikenal sebagai ibukota NKRI, memiliki penyebaran penduduk
dengan tingkat penghasilan yang beragam. Menurut Lewis (1984 dalam Suparlan)
masyarakat berpenghasilan rendah adalah kelompok masyarakat yang mengalami
tekanan ekonomi, sosial, budaya dan politik yang cukup lama dan dapat
menimbulkan budaya miskin. Menurut Permenpera No. 5/PERMEN/M/2007
masyarakat berpenghasilan rendah adalah masyarakat dengan penghasilan dibawah
dua juta lima ratus ribu rupiah per bulan. Budihardjo (1991) berpendapat bahwa
menentukan golongan masyarakat berpenghasilan rendah tidaklah mudah karena
ketidak pastian pendapatannya. Dalam hal ini pendapat yang paling mudah ditangkap
dilapangan adalah masyarakat berpenghasilan rendah berdasarkan Permenpera No.
5/PERMEN/M/2007, sedangkan definisi lainnya adalah akibat maupun dampak dari
lemahnya tingkat perekonomian mereka.
Dengan demikian karena lemahnya tingkat perekonomian mereka yang
menyebabkan lemahnya akses mereka dalam menentukan hidup mereka sendiri dan
mereka selalu mengalami tekanan ekonomi, sosial, budaya dan politik dan dapat
menimbulkan budaya miskin serta menyebabkan buruknya etos kerja dan pola pikir
mereka, maka dalam hal ini masyarakat berpenghasilan rendah perlu mendapatkan
bantuan dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Terutama dalam
memenuhi kebutuhan akan papan (perumahan). Berbeda dengan kebutuhan sandang
dan pangan, kebutuhan akan papan membutuhkan investasi yang tidak sedikit,
3

sehingga pemenuhan kebutuhan akan papan, sulit untuk dapat dipenuhi sendiri oleh
masyarakat berpenghasilan rendah.
Rumah Susun merupakan solusi terbaik untuk para masyarakat
berpenghasilan rendah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dan karena
pada saat ini harga tanah yang semakin lama semakin memiliki angka yang sangat
tinggi, sehingga lebih baik di dirikan rumah hunian yang berbentuk vertikal.
Sehingga dapat membantu para masyarakat berpenghasilan rendah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, maka rumah susun dengan bahan
material container yang disertai bahan insulasi mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat berpenghasilan rendah akan hunian yang berdasarkan standarisasi
kenyamanan termal.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam perencanaan Low-income Housing ini
adalah:
1. Bagaimana bahan insulasi yang tepat untuk solusi pemenuhan kenyamanan
termal dengan menggunakan bahan bekas container yang mempunyai spesifikasi
teknis (thermal conductivity) sebesar 237 W·m−1·K−1 untuk bangunan Rumah
Susun?
2. Bagaimana merencanakan Rumah Susun dengan menggunakan bahan bekas
container ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mendapatkan bahan insulator yang tepat bagi kenyamanan thermal untuk
bangunan Rumah Susun.
2. Untuk merencanakan bangunan Rumah Susun bagi masyarakat berpenghasilan
rendah dengan menggunakan bahan bekas container.

1.4 Ruang Lingkup Permasalahan


Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembahasan maka lingkup pembahasan
dibatasi sebagai berikut:
a. Kenyamanan termal untuk bangunan rumah tinggal bagi masyarakat
berpenghasilan rendah.
4

b. Mempelajari variasi bahan insulator sebagai insulasi bahan kontainer


bekas yang terbuat dari alumunium yang mempunyai thermal conductivity
sebesar 237 W·m−1·K−1
c. Perancangan rumah tinggal bagi masyarakat ekonomi berpenghasilan
rendah.

1. 5 Kerangka Berpikir

Latar Belakang

Insulasi Pada Container Bekas untuk Kenyamanan


Thermal pada Low-income Housing di Jakarta

Kenyamanan Thermal Insulasi Container Rumah Susun

Rumusan Masalah

si pemenuhan kenyamanan termal dengan menggunakan bahan bekas container yang mempunyai spesifikasi teknis (thermal conductivity) s
n menggunakan bahan

Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan bahan insulator yang tepat bagi kenyamanan thermal


untuk bangunan Rumah Susun.
UntukmerencanakanbangunanRumahSusunbagimasyarakat berpenghasilan rendah
dengan menggunakan bahan bekas container.

Analisa

Simulasi & Pengukuran

Metode Penelitian

Konsep Perancangan

Skematik Desain

Anda mungkin juga menyukai