Anda di halaman 1dari 5

PENYESALAN ORANG-ORANG KAFIR

Allah Subhanahu wa Ta’ala sesungguhnya telah mengkabarkan kepada kita akan


datangnya kematian dan hari kebangkitan. Semua makhluk akan dimatikan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan kemudian akan dibangkitkan untuk dimintai
pertanggungjawaban.

ِ ‫قُ ْل يَت َ َوفَّا ُك ْم َملَكُ ْال َم ْو‬


‫ت الَّذِي ُو ِك َل ِب ُك ْم ث ُ َّم ِإلَ ٰى َر ِب ُك ْم‬
َ‫ت ُ ْر َجعُون‬
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawamu) akan
mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS.
As-Sajdah: 11)

Adapun bagi orang-orang kafir, maka kematian dan hari kebangkitan akan menjadi
pintu gerbang penyesalan mereka yang terdalam, penyesalan yang tiada berujung,
penyesalan yang tidak akan pernah merubah nasib mereka selama-lamanya, yaitu
penghuni neraka jahanam yang abadi. Tidak lain dan tidak bukan, penyesalan yang
diceritakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kitab-Nya maupun oleh
Rasulullaah Shallallaahu ‘Alaihi Wasalam adalah sebagai bahan pengingat bagi diri-
diri kita dan agar supaya kitab isa mengambil hikmah dan pelajaran dari penyesalan
orang-orang kafir tersebut dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

1. Penyesalan orang-orang kafir dimulai ketika mereka diambil nyawanya oleh


malaikat maut dengan diiringi oleh siksaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah
berfirman:

ُ ‫ت َو ْال َمالئِ َكةُ با ِس‬


‫طوا‬ ِ ‫ت ْال َم ْو‬
ِ ‫غ َمرا‬
َ ‫الظا ِل ُمونَ فِي‬ َّ ‫َولَ ْو تَرى ِإ ِذ‬
َ ُ‫أَ ْيدِي ِه ْم أَ ْخ ِر ُجوا أ َ ْنف‬
‫س ُك ُم‬
“(Alangkah ngerinya) sekiranya engkau melihat pada waktu orang-orang zalim
(berada) dalam kesakitan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu.” (QS. Al-An’am: 93).
‫ت غ َْرقًا‬
ِ ‫عا‬ ِ َّ‫َوالن‬
َ ‫از‬
“Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras” (QS. An-Nazi’at: 1).

Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya dan Abu Dawud dalam Sunannya, dari
Al-Manhal dari Zadan bin Al-Bara’ bin ‘Azib bahwa Rasulullah bersabda,

“Dan sesungguhnya orang kafir itu jika meninggal dunia menuju ke akhirat, maka para
malaikat turun kepadanya dari langit dengan wajah yang hitam dan membawa kain
kafan kasar, lalu duduk di dekatnya sebatas pandangan.

Malaikat pencabut nyawa datang kepadanya dan duduk di dekat kepalanya lantas
berkata, “Wahai ruh yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan dari
Allah!” Lalu ruhnya berpisah dari jasadnya dan malaikat mencabutnya seperti
mencabut besi pembakar dari wol yang basah. Selanjutnya malaikat pencabut nyawa
mengambilnya dan jika sudah ia ambil, maka para malaikat yang lain tidak
membiarkan ruh tersebut di tangannya sekejap mata hingga kemudian mereka
meletakkannya di dalam kain kasar tersebut. Dari padanya keluar bau paling busuk
yang pernah ada di muka bumi.

Para malaikat membawanya naik dan setiap kali mereka melewati malaikat, mereka
bertanya, “Ruh busuk siapa ini?” Para malaikat menjawab, “Ini adalah si fulan bin
fulan,” sembari menyebutkan sejelek-jeleknya nama yang dialamatkan kepadanya
ketika di dunia. Ruh itu terus dibawa naik hingga sampai ke langit dunia. Ia meminta
agar pintu langit itu dibuka, namun tidak juga dibukakan untuknya.

Kemudian Beliau membacakan firman Allah swt., “Sesungguhnya orang-orang yang


mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak
akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga,
hingga unta masuk ke lubang jarum.” (Al-A’raf: 40).

Allah swt. kemudian berkata, “Tuliskan kitabnya di Sijjin, di bumi yang terbawah!” Lalu
ruh tersebut dilemparkan begitu saja. Selanjutnya Rasulullah membacakan firman
Allah, “Barangsiapa menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka ia seolah-olah jatuh
dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang
jauh.” (Al-Hajj: 31) [Diriwayatkan oleh Ahmad (VI/287 dan 295) dan Abu Dawud
(4753)]

2. Penyesalan orang-orang kafir berikutnya yaitu ketika ia tidak mengikut jalannya


para Rasul dan Nabi yang telah diutus oleh Allah:

ِ‫س ْول‬ َّ ِ‫ع ٰلى َيدَي ِْه َيقُ ْو ُلِ ٰيلَ ْيتَنى ات َّ َخ ْذتُِ َم َع‬
ُ ‫الر‬ َّ ‫ض‬
َ ‫الظال ُِم‬ ِ ‫َو َي ْو َمِ َي َع‬
ِ ً ‫سبي‬
‫ْل‬ َ
"Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya, (menyesali
perbuatannya) seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan
bersama Rasul.” (Al Furqan: 27).

Kalimat penyesalan ini diucapkan oleh orang-orang zalim yang menyesali


perbuatannya. Mereka menyesali karena semasa hidupnya ia tidak mengambil jalan
bersama Rasul, tidak menuruti ajaran dan menjauhi larangan Rasul sehingga pada
hari kiamat mereka merasa sangat menyesal.

3. Penyesalan orang-orang kafir ketika mereka tidak menjadikan orang-orang shalih


sebagai teman akrabnya, melainkan orang-orang yang durhaka kepada Allah.

ِ‫ي لَ ِْم اَتَّخ ِْذ فُ َلنًا خَلي ًْل‬


ِْ ‫ٰي َو ْيلَ ٰتى لَ ْيتَن‬
"Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab
(ku).” (Al Furqan: 28).

Kalimat penyesalan ini diucapkan oleh orang-orang yang tidak menjadikan seseorang
yang shalih sebagai temannya. Mereka justru menjauhi orang tersebut dan bahkan
berteman dengan orang-orang yang durhaka kepada Allah maka merekapun akhirnya
menyesali perbuatannya tersebut, sebuah penyesalan yang terlambat lagi sia-sia.
4. Penyesalan orang-orang kafir ketika mereka menerima catatan amal dengan
tangan kirinya.

‫ت ك ٰتبيَ ِْه‬
َِ ‫ي لَ ِْم ا ُ ْو‬ ُِ ‫ي ك ٰتبَهِ بش َمالهِ ەۙ فَيَقُ ْو‬
ِْ ‫ل ٰيلَ ْيتَن‬ َِ ‫ن ا ُ ْوت‬
ِْ ‫َوا َ َّما َم‬
"Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata,
‘Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku.’” (Al Haqqah: 25).

Ini adalah kalimat penyesalan yang diucapkan oleh orang-orang yang menerima
catatan amalnya di tangan kiri. Mereka berkata dengan penuh kesedihan dan
penyesalan, oleh karenanya mereka mengatakan bahwa lebih baik catatan tersebut
tidak diberikan kepadanya.
Sebab bila diberikan ditangan kiri, hal tersebut merupakan pertanda bahwa ia
termasuk dalam golongan orang-orang celaka yang akan menerima azab dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Maka mereka sangat berharap alangkah baiknya apabila
catatan tersebut tidak diberikan kepada mereka, sehingga mereka tidak akan
mengetahui apakah mereka termasuk dalam golongan orang yang beruntung atau
orang yang celaka. Sebuah harapan dan penyesalan yang sia-sia.

5. Penyesalan orang-orang kafir mengapa mereka dijadikan manusia dan


dibangkitkan kembali serta tidak menjadi tanah saja.

ِْ ‫ظ ُِر ْال َم ْر ُِء َمِا قَدَّ َم‬


ِ‫ت َيدَاِهُ َو َيقُ ْو ُل‬ ُ ‫عذَابًا قَر ْيبًا ەۙ ي َّْو َِم َي ْن‬
َ ‫انَّاِ اَ ْنذَ ْر ٰن ُك ِْم‬
ِْ ‫ࣖ ْال ٰكف ُِر ٰيلَ ْيتَن‬
‫ي ُك ْنتُِ ت ُ ٰربًا‬
"Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepadamu (yaitu orang-orang kafir)
(akan) azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh
kedua tangannya; dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya seandainya dahulu aku
menjadi tanah (saja).” (An Naba: 40).

Kalimat ini diucapkan oleh orang-orang kafir saat Allah Subhanahu wa Ta’ala
memperlihatkan kepadanya apa yang telah diperbuat oleh tangannya dan juga
seluruh anggota badannya, sehingga ia merasa lebih baik bila dulu ia dijadikan tanah
daripada dijadikan manusia dan dibangkitkan Kembali untuk dimintai
pertanggungjawaban. Sebuah penyesalan dan angan-angan yang sia-sia belaka.

6. Penyesalan orang-orang kafir kenapa mereka tidak berbuat baik ketika hidup di
dunia.

ِْ ‫ل ٰيلَ ْيتَن‬
ِْ ‫ي قَدَّ ْمتُِ ل َح َيات‬
‫ي‬ ُِ ‫َيقُ ْو‬
"Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk
hidupku ini.” (Al Fajr: 24)

Kalimat ini diucapkan oleh orang-orang yang semasa hidupnya suka berbuat
keburukan. Ia menghabiskan waktunya dengan melakukan hal yang sia-sia, sehingga
di akhirat saat diperlihatkan perbuatannya, ia merasa menyesal mengapa dahulu
semasa hidup tidak mengerjakan kebaikan. Dia berkata dengan penuh kesadaran,
“Alangkah baiknya sekiranya di dunia dahulu aku beriman dan mengerjakan amal
saleh untuk kenyamanan hidupku di akhirat ini.”

Akan tetapi semua penyesalan-penyesalan di atas sudah tidak lagi berguna. Maka,
berbahagialah kini orang yang membekali diri di dunia dengan iman dan amal saleh.

Anda mungkin juga menyukai