Kerajaan
Kerajaan Mataram Kuno
Majapahit
Kerajaan Kerajaan Kediri
Singhasari
Kerajaan Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki
bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman,
Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para
ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan
eksistensi kerajaan tersebut.
Proses Perjalanan Kerajaan Kutai
Pendiri Kerajaan Kutai ini adalah Raja Kudungga. Beliau mempunyai gelar Wangsakerta yang
berarti pembentuk keluarga raja. Selain itu, beliau juga mempunyai sebutan sebagai Dewa
Ansuman atau Dewa Matahari. Pada salah satu stupa peninggalan Kerajaan Kutai juga
menyebutkan tentang proses pemberian gelar tersebut. Namun ada yang mengatakan bahwa
pendiri Kerajaan Kutai yakni Asmawarman.
– Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan
Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman
memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
– Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi
hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
– Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi
dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Nama-Nama Raja Kerajaan Kutai
1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
Masa Kejayaan Kutai
Pada zaman Mulawarman disitulah kerajaan kutai mencapai kejayaan tersebut. Oleh karena
itu maka tidak mengherankan Kerajaan Kutai tertua ini kemudian juga dinamakan Kerajaan
Kutai Mulawarman.
Kejayaan ini dapat dilihat dari aktivitas ekonomi. Dalam salah satu Yupa tersebut telah
dikatakan bahwa pada Raja Mulawarman telah melakukan sebuah upacara korban emas yang
sangat banyak. Kemajuan dari kerajaan kutai ini juga terlihat dari tanda adanya golongan
terdidik. Mereka terdiri dari para golongan ksatrian dan brahmana yang kemungkinan telah
bepergian ke India atau pada pusat-pusat penyebaran agama Hindu yang ada di Asia
Tenggara. Masyarakat tersebut mendapat kedudukan yang terhormat dalam kerajaan kutai.
Peninggalan Kerajaan Kutai
1. Prasasti Yupa
Kita sudah sering kali membahas tentang keberadaan tujuh Prasasti Yupa yang menjadi bukti paling kuat tentang awal
berdirinya kerajaan ini. Kebanyakan isinya membahas hal singkat tentang kerajaan dan juga kejayaan di masa Maharaja
Mulawarman.
2. Kalung Ciwa
Kalung ini ditemukan pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman tepatnya di sekitar Danau Lipan,
Muara Kaman. Hingga sekarang, Kalung Ciwa masih dimanfaatkan sebagai aksesosris dan perhiasan kerajaan
3. Ketopong Sultan
Ketopong adalah mahkota emas yang diperuntukkan bagi Sultan Kerajaan Kutai di masa lalu. Benda ini ditemukan di
daerah Muara Kaman, Kutai Kartanagara. Mahkota yang memiliki bobot 1,98 kg ini tersimpan di Musium Nasional
Jakarta.
4. Kura-Kura Emas
Benda ini ditemukan di daerah Long Lalang, sekitar Sungai Mahakam. Kura-kura Emas ini digunakan sebagai
persembahan dari seorang pangeran dari kerajaan China kepada Putri dari Kutai.
Keruntuhan Kerajaan Kutai
SRIWIJAYA
Wijaya artinya Kemenangan
Raja Kerajaan Sriwijaya :
1. Raja Kerajaan Sriwijaya yang berhasil menaklukkan Jawa dan Melayu adalah Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa dan
memimpin pada tahun 671.
2. Pada tahun 728 hingga 742, Sriwijaya dipimpin oleh Rudra Wikrama yang melakukan utusan ke Tiongkok pada masa
kepemimpinannya.
3. Pada tahun 702, Sriwijaya dipimpin oleh Sri Indrawarman dan dilanjutkan oleh Sri Maharaja pada tahun 775. Berkat
kepemimpinannya, Kamboja dan Thailand berhasil ditaklukkan oleh Sriwijaya.
4. Tahun 851, Sriwijaya dipimpin oleh Maharaja yang dilanjutkan oleh Balaputra Dewa di tahun 860 Masehi.
5. Raja Kerajaan Sriwijaya yang selanjutnya adalah Sri Udayadityawarman yang memimpin kerajaan pada tahun 960 Masehi.
6. Sri Udayaditya pada tahun 962 Masehi.
7. Kepemimpinan Sriwijaya dilanjutkan oleh Sri Sudamaniwarmadewa dan Marawijayatunggawarman pada tahun 1044 masehi.
8. Kepemimpinan Raja Kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Sri Sanggaramawijayatunggawarman pada tahun 1044 Masehi.
Berkat kepemimpinannya, Sriwijaya berhasil ditaklukkan oleh India.
Masa Kejayaan Sriwijaya
Letak gegrafis dari kota palembang. Palembang sebagai pusat
pemerintahan terletak di tepi Sungai Musi. Di depan muara
Sungai Musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi sebagai
pelindung pelabuhan di muara Sungai Musi. Keadaan seperti ini
sangat tempat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan.
Kondisi itu pula menjadikan Sriwijaya sebagai jalur
perdagangan internasional dari india ke china, atau sebaliknya.
Juga kondisi sungai-sungai yang besar, perairan laut yang cukup
tenag, serta penduduknya yang berbakat sebagai pelaut ulung.
Runtuhnya Kerajaan Funan di vietna akibat serangan kamboja.
hal ini telah memberi kesempatan Sriwijaya untuk cepat
berkembang sebagi negara maritim.
Peninggalan Sriwijaya
1. Prasasti Kota Kapur. Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya
yang berada di bagian Barat Pulau Bangka. Bahasa yang ditulis pada prasasti ini
menggunakan bahasa Melayu Kuno serta menggunakan aksara Pallawa. Prasasti ini
ditemukan sekitar tahun 1892 bulan Desember.Orang yang berhasil menemukan prasasti ini
adalah J.K. van der Meulen. Prasasti ini berisi tentang kutukan bagi siapa saja yang
membantah perintah serta kekuasaan kerajaan akan terkena kutukan.
2. Prasasti Kedukan Bukit. Seseorang bernama Batenburg menemukan sebuah batu tulis yang
berada di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir pada 29 November 1920 Masehi. Ukuran
dari prasasti ini adalah sekitar 45 x 80 centimeter serta ditulis menggunakan aksara Pallawa
dan bahasa Melayu Kuno.
3. Prasasti Telaga Batu. Prasasti ini ditemukan di sekitar kolam Telaga
Biru, Kelurahann Ilir Timur II, Palembang. Isi dari prasasti ini adalah
mengenai kutukan bagi mereka yang berbuat jahat di Sriwijaya.
Keberadaan prasasti ini sama seperti prasasti Kedukan Bukit, yaitu
disimpan di Museum Nasional Indonesia.
Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan Raja Jayabaya. Daerah
kekuasaannya semakin meluas yang berawal dari Jawa Tengah meluas hingga hampir ke seluruh daerah
Pulau Jawa. Selain itu, pengaruh Kerajaan Kediri juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang dikuasai
Kerajaan Sriwijaya. Kejayaan pada saat itu semakin kuat ketika terdapat catatan dari kronik Cina yang
bernama Chou Ku-fei pada tahun 1178 M berisi tentang Negeri paling kaya di masa kerajaan Kediri pimpinan
Raja Sri Jayabaya. Bukan hanya daerah kekuasaannya saja yang besar, melainkan seni sastra yang ada di
Kediri cukup mendapat perhatian. Dengan demikian, Kerajaan Kediri semakin disegani pada masa itu.
Masa Keruntuhan Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahaan Raja Kertajaya, dimana terjadi pertentangan antara raja dengan
Kaum Brahmana. Raja Kertajaya dianggap melanggar agama dengan memaksakan mereka menyembah kepadanya
sebagai dewa. Kaum Brahmana meminta pertolongan kepada Ken Arok, pemimpin daerah Tumapel yang ingin
memisahkan diri dari Kediri. Kemudian terjadilah perang antara rakyat Tumapel yang dipimpin Ken Arok dengan
Kerajaan Kediri. Akhirnya pada tahun 1222 Masehi, Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya dan Kerajaan Kediri
menjadi wilayah bawahan Tumapel atau Singhasari.
Sebagai pemimpin di Kerajaan Singhasari, Ken Arok mengangkat Jayasabha (putra Kertajaya) sebagai bupati Kediri.
Jayasabha digantikan oleh putranya Sastrajaya pada tahun 1258. Kemudian Sastrajaya digantikan putranya Jayakatwang
(1271). Jayakatwang berusaha ingin membangun kembali Kerajaan Kediri dengan memberontak Kerajaan Singhasari
yang dipimpin Kertanegara. Terbunuhlah Raja Kertanegara dan Kediri berhasil dibangun oleh Jayakatwang. Namun,
kerajaan Kediri tidak berdiri lama, Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara) berhasil meruntuhkan kembali Kerajaan
Kediri yang dipimpin oleh Jayakatwang. Setelah itu, tidak ada lagi Kerajaan Kediri.
Kerajaan Singhasari
Kerajaan Singhasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar
di Nusantara vang didirikan oleh Ken Arok pada 1222. Berawal dari
Kerajaan Tumapel, yang dikuasai oleh seorang akuwu (bupati).
Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah Malang dengan
pelabuhannya bernama Pasuruan. Dari daerah inilah Kerajaan
Singhasari berkembang dan bahkan menjadi sebuah kerajaan besar di
Jawa Timur, terutama setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri
dalam pertempuran di dekat Ganter tahun 1222 M.
Raja Raja Singhasari
1. Ken Arok
Ken Arok memerintah Kerajaan Singasari pada tahun 1222 Masehi yang mana pada masa itu ia menjadi akuwu Tumapel. Ia berhasil menjadi raja Kerajaan
Singasari karena ia berhasil memenangkan peperangan dan kemudian mendirikan Kerajaan Singasari.
2. Anusapati
Anusapati merupakan raja Kerajaan Singasari yang selanjutnya. Ia memimpin sekitar tahun 1227 hingga 1248 Masehi. Tidak banyak yang dapat diketahui dari
Anusapati, tetapi ia menjadi sasaran pembunuhan dan Anusapati dibunuh oleh Tohjaya yang ingin membalas kematian ayahnya, Ken Arok.
3. Tohjaya
Tohjaya kemudian menjadi raja Kerajaan Singasari setelah berhasil membunuh Anusapati tahun 1248 Masehi. Kepemimpinan Tohjaya hanya berlangsung
beberapa bulan karena terjadi pemberontakan yang dilancarkan Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Atas penyerangan tersebut, Tohjaya terluka parah lalu
meninggal dunia.
4. Ranggawuni
Setelah membunuh Tohjaya, tahta Kerajaan jatuh kepada Ranggawuni. Ia memimpin Ranggawuni pada tahun 1248 hinga 1268 Masehi dan didampingi
Mahesa Cempaka. Kerajaan waktu itu sangat aman dan tenteram semasa pimpinan Ranggawuni.
5. Kertanegara
Raja Kertanegara menjadi raja Kerajaan Singasari terakhir sekaligus raja yang membuat Singasari berjaya. Ia diangkat menjadi raja ketika usianya masih
muda. Cita-cita raja kertanegara adalah melaksanakan ekspedisi pamalayu serta menguasai daerah Bali dan Jawa Barat. Selain itu, cita-cita Raja Kertanegara
juga menguasai Pahang serta Tanjung Pura.
Masa Kejayaan Singhasari
Kerajaan Singasari belum dikenal saat Anusapati menjadi raja. Nama tersebut baru dikenal di tahun 1253 Masehi. Perpindahan nama
kerajaan tersebut sebenarnya terjadi secara tidak resmi. Raja Wisnuwardhana yang menyerahkan tahta yuwaraja kepada Raja Kertanegara
memperbolehkan Kertanegara memindahkan ibukota kerajaan. Pada awalnya Kerajaan Tumapel yang beribukota di Kutaraja dipindahkan
ke Singasari yang sekarang menjadi bagian dari daerah Malang.
Kerajaan Singhasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja
Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa. Orang lebih senang menyebut kerajaan yang sudah berpindah ibukota tersebut dengan nama
Kerajaan Sinhasari. Hal ini berkaitan juga dengan Raja Kertanegara yang menjadi satu-satunya Raja Singasari yang mendapatkan tampuk
kekuasaan tanpa pertumpahan darah dan peperangan. Terlebih lagi di tangan Kertanegara, Singasari berada di titik puncak kekuasaannya.
Keruntuhan Kerajaan Singhasari
1. Kerajaan besar ini runtuh karena lemahnya sistem pertahanan di dalam kerajaan. Raja
Kertanegara terlalu fokus pada pertahanan di luar kerajaan yang mengirimkan pasukan dalam
jumlah besar untuk terlibat dalam ekspedisi pamalayu. Kondisi lemah ini dimanfaatkan oleh
pemberontak untuk mengakhiri kekuasaan Kertanegara di Kerajaan Singasari.
2. Jayakatwang merupakan pemberontak yang berhasil membunuh Raja Kertanegara dan memaksa
tahta Singasari jatuh ke tangannya. Kertanegara kemudian dicandikan di Candi Jawi dan Candi
Singasari.
3. Kemenangan Pasukan Kubilai Khan membuat mereka terlalu senang hingga lupa siapa
sebenarnya Raden Wijaya yang bergabung dengan pasukannya. Raden Wijaya kemudian balik
menyerang pasukan Mongol dan membuat mereka kembali ke wilayah asalnya. Sementara itu, di
Jawa Raden Wijaya menuliskan sejarah baru dengan memulai pendirian sejarah kerajaan
majapahit yang legendaris.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu di Jawa Timur yang didirikan oleh
Raden Wijaya (1293 M). Kerajaan kuno di Indonesia ini berdiri pada tahun 1293-1500 Masehi.
Raja Raja Kerajaan Majapahit
1. Raden Wijaya (1293-1309)
Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja pertama Majapahit. Raden Wijaya naik tahta Kerajaan
Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Pada masa kepemimpinan Raden Wijaya ini adalah masa awal
Kerajaan Majapahit untuk memperkuat pemerintahan, seperti dengan menjadikan Majapahit sebagai pusat pemerintahan.
Kemudian memberikan posisi penting kepada para pengikut setianya, dan menikahi keempat putri Kertanegara (raja
Singhasari). Raden Wijaya meninggal pada tahun 1309 dan dimakamkan di Candi Sumberjati atau Candi Simping.
2. Jayanegara (1309-1328). Raja ke dua Kerajaan Majapahit adalah Jayanegara. Jayanegara adalah putra Raden Wijaya tapi
dari selir. Pemerintahan Jayanegara ini tidak kuat sehingga banyak muncul pemberontakan.
3. Tribhuwana Tungga Dewi (1328-1350). Jayanegara wafat pada tahun 1328 dan tidak memiliki keturunan. Karena
Jayanegara tidak memiliki keturunan, maka tahta diserahkan kepada Gayatri atau Rajapatni yang merupakan permaisuri
Raden Wijaya. Namun karena Gayatri telah menjadi Bhiksuni, maka diwakilkan kepada putrinya yang bernama Tribhuwana
Tunggadewi. Nusantara.
4. Hayam Wuruk (1350-1389). Prabhu Hayam Wuruk ini adalah raja yang berhasil membawa masa kejayaan Kerajaan
Majapahit. Gelar Hayam Wuruk adalah Rajasanegara. Salah satu faktor penunjang kesuksesan Hayam Wuruk dalam
memerintah Majapahit adalah keberadaan para pembantunya yang sangat mumpuni. Sebut saja Mahapatih Gajah Mada
kemudian Adityawarman dan Mpu Nala.
5. Kusumawardani-Wikramawardhana (1389-1399). Kusumawardhani dijadikan ratu di pusat Majapahit sedangkan
putra laki-laki dari selir Prabhu Hayam Wuruk yaitu Bhre Wirabumi (Minak Jingga) dijadikan sebagai raja kecil di
Blambangan.
6. Suhita (1399-1429). Tahta kemudian jatuh kepada Suhita yang merupakan putra dari Wikramawardhana dengan
seorang selir. Dari sinilah kemudian muncul konflik yang akan membawa kepada keruntuhan Kerajaan Majapahit.
7. Bhre Tumapel (Kertawijaya)- (1447-1451)
8. Rajasawardhana (1451—1453)
9. Purwawisesa (1456-1466)
10. Kartabumi (1466-1478)
Masa Kejayaan Majapahit
Masa kejayaan majapahit adalah pada masa pemerintahan hayam wuruk dan
patih gajahmada. majapahit mampu memperluas kekuasaannya hingga ke hampir
seluruh wilayah indonesia dan luar negeri. majapahit juga menjadi kerajaan
nusantara II. patih gajahmada bersumpah palapa dan membuktikannya dengan
wilayah kekuasaan yg menjadi begitu luas.
Masa Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Kerajaan Buleleng mengalami masa kejayaan di bawah kekuasaan Dinasti Warmadewa yang
diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini dapat dibuktikan pada prasasti yang disimpan di Desa
Sembiran yang berangka tahun 1065 M.Buleleng terletak di tepi pantai, sehingga Buleleng
berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat
menuju Buleleng. Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti kapas, beras,
asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain (daerah seberang). Sistem
perdagangannya ada yang menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan alat tukar (uang).
Pada waktu itu sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su dan piling.
Masa Keruntuhan Kerajaan Majapahit
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan Tulang Bawang mulai runtuh
dan hilang kekuasaan. Salah satu diantaranya adalah perkembangan kerajaan Che-
Li P’o Chie (Sriwijaya) yang semakin maju dengan wilayah kekuasaan yang luas
termasuk akhirnya kerajaan Tulang Bawang menjadi bagian dari kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur adalah prasasti Sriwijaya yang pertama kali ditemukan, jauh sebelum Prasasti
Kedukan Bukit yang baru ditemukan di Palembang pada tanggal 29 November 1920, dan Prasasti Talang
Tuwo yang ditemukan beberapa hari sebelumnya yaitu pada tanggal 17 November 1920. Berdasarkan prasasti
ini Sriwijaya diketahui telah menguasai bagian selatan Sumatra, Pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung.
Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum
"Bhumi Jawa" yang tidak berbakti (tidak mau tunduk) kepada Sriwijaya. Peristiwa ini cukup bersamaan
waktunya dengan perkiraan runtuhnya Taruma di Jawa bagian barat dan Holing (Kalingga) di Jawa bagian
tengah. Ada kemungkinan hal tersebut akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan
jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimatan.
Perjalanan Kerajaan Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur adalah prasasti berupa tiang batu bersurat yang ditemukan di pesisir barat Pulau
Bangka, di sebuah dusun kecil yang bernama "Kota kapur". Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara
Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno, serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua
berbahasa Melayu. Prasasti ini dilaporkan penemuannya oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember
1892, dan merupakan prasasti pertama yang ditemukan mengenai Sriwijaya. Raja kota Kapur merupakan
keturunan kerajaan sriwijaya, nama raja masih belum diketahui.
Peninggalan Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur adalah prasasti Śrīwijaya yang pertama kali ditemukan, jauh sebelum Prasasti Kedukan Bukit
yang baru ditemukan di Palembang pada tanggal 29 November 1920, dan Prasasti Talang Tuwo yang ditemukan
beberapa hari sebelumnya yaitu pada tanggal 17 November 1920. Berdasarkan prasasti ini Sriwijaya diketahui telah
menguasai bagian selatan Sumatra, Pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan
bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum "Bhumi Jawa" yang tidak berbakti (tidak
mau tunduk) kepada Sriwijaya. Peristiwa ini cukup bersamaan waktunya dengan perkiraan runtuhnya Taruma di Jawa
bagian barat dan Holing (Kalingga) di Jawa bagian tengah. Ada kemungkinan hal tersebut akibat serangan Sriwijaya.
Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina
Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
Prasasti Kota Kapur ini, beserta penemuan-penemuan arkeologi lainnya di daerah tersebut, merupakan
peninggalan masa Sriwijaya dan membuka wawasan baru tentang masa-masa Hindu-Budha pada masa itu. Prasasti
ini juga membuka gambaran tentang corak masyarakat yang hidup pada abad ke-6 dan abad ke-7 dengan latar
belakang agama Buddha.
Keruntuhan Kota Kapur