Anda di halaman 1dari 50

Kelompok 4 :

1. Ahmad Muhammad Umar .A. (01)


KERAJAAN KERAJAAN 2. Anandika Agung F.W. (04)

PADA MASA 3. Anisya Ulfa (05)

HINDU-BUDHA 4. Ardentya Reza Nurmadhani (08)

5. Avina Yusra Abidin (09)

6. Hasnah Hanifah Rinardi (21)

7. Reza Yulinda Putri Aurelia (32)


Kerajaan Kutai
Kerajaan Kerajaan
Kota Kapur Tarumanegara

Kerajaan Kerajaan Kalingga


Tulang Bawang
KERAJAAN
HINDU-BUDHA
Kerajaan Buleleng Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan
Kerajaan Mataram Kuno
Majapahit
Kerajaan Kerajaan Kediri
Singhasari
Kerajaan Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki
bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman,
Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diberikan oleh para
ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan
eksistensi kerajaan tersebut.
Proses Perjalanan Kerajaan Kutai
Pendiri Kerajaan Kutai ini adalah Raja Kudungga. Beliau mempunyai gelar Wangsakerta yang
berarti pembentuk keluarga raja. Selain itu, beliau juga mempunyai sebutan sebagai Dewa
Ansuman atau Dewa Matahari. Pada salah satu stupa peninggalan Kerajaan Kutai juga
menyebutkan tentang proses pemberian gelar tersebut. Namun ada yang mengatakan bahwa
pendiri Kerajaan Kutai yakni Asmawarman.
– Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan
Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman
memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
– Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi
hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
– Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi
dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Nama-Nama Raja Kerajaan Kutai
1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)
2. Maharaja Asmawarman (anak Kundungga)
3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)
4. Maharaja Marawijaya Warman
5. Maharaja Gajayana Warman
6. Maharaja Tungga Warman
7. Maharaja Jayanaga Warman
8. Maharaja Nalasinga Warman
Masa Kejayaan Kutai
Pada zaman Mulawarman disitulah kerajaan kutai mencapai kejayaan tersebut. Oleh karena
itu maka tidak mengherankan Kerajaan Kutai tertua ini kemudian juga dinamakan Kerajaan
Kutai Mulawarman.

Kejayaan ini dapat dilihat dari aktivitas ekonomi. Dalam salah satu Yupa tersebut telah
dikatakan bahwa pada Raja Mulawarman telah melakukan sebuah upacara korban emas yang
sangat banyak. Kemajuan dari kerajaan kutai ini juga terlihat dari tanda adanya golongan
terdidik. Mereka terdiri dari para golongan ksatrian dan brahmana yang kemungkinan telah
bepergian ke India atau pada pusat-pusat penyebaran agama Hindu yang ada di Asia
Tenggara. Masyarakat tersebut mendapat kedudukan yang terhormat dalam kerajaan kutai.
Peninggalan Kerajaan Kutai
1. Prasasti Yupa
Kita sudah sering kali membahas tentang keberadaan tujuh Prasasti Yupa yang menjadi bukti paling kuat tentang awal
berdirinya kerajaan ini. Kebanyakan isinya membahas hal singkat tentang kerajaan dan juga kejayaan di masa Maharaja
Mulawarman.
2. Kalung Ciwa
Kalung ini ditemukan pada masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman tepatnya di sekitar Danau Lipan,
Muara Kaman. Hingga sekarang, Kalung Ciwa masih dimanfaatkan sebagai aksesosris dan perhiasan kerajaan
3. Ketopong Sultan
Ketopong adalah mahkota emas yang diperuntukkan bagi Sultan Kerajaan Kutai di masa lalu. Benda ini ditemukan di
daerah Muara Kaman, Kutai Kartanagara. Mahkota yang memiliki bobot 1,98 kg ini tersimpan di Musium Nasional
Jakarta.
4. Kura-Kura Emas
Benda ini ditemukan di daerah Long Lalang, sekitar Sungai Mahakam. Kura-kura Emas ini digunakan sebagai
persembahan dari seorang pangeran dari kerajaan China kepada Putri dari Kutai.
Keruntuhan Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir pada saat Raja Kutai yang bernama


Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja
Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu
diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan
Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung
Kute).
Kerajaan Tarumanegara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4
hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua kedua setelah Kutai di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah.
Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu
beraliran Wisnu. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan sejarah yang masih ada hingga kini.

Tarum : Sungai yang membelah jawa


barat atau tanaman warna ( Sungai
Citarum)
Tarumanegara

Nagara : Negara atau Kerajaan


Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan yang memiliki aliran Wisnu. Kerajaan ini didirikan oleh Raja Jayasingawarman
pada tahun 358 Masehi. Bukti kongkrit berada dalam isi naskah Wangsakerta. Pada masa itu, Raja Jayasingawarman mendapatkan
gelar Rajadiraja.Raja yang pernah memerintahkan :
1. Jayasingawarman (358-382)
2. Dharmayawarman (382-395)
3. Purnawarman (395-434)
4. Wisnuwarman (434-455)
5. Indrawarman (455-515)
6. Candrawarman (515-535)
7. Suryawarman (535-561)
8. Kertawaman (561-628)
9. Sudhawarman(628-639)
10. Hariwangsawarman (639-640)
11. Nagajayawarman (640-666)
12. Linggawarman (666-669)
Masa Kejayaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara mengalami masa kejayaan atau masa keemasan hanya sekitar 3 generasi
dari awal pembentukannya. Pada kepemimpinan raja ketiga (Purnawarman) cucu dari
Rajadirajaguru Jayasingawarman. Tarumanegara mengalami perkembangan pesat. Selain dengan
memperluas wilayah kerajaan melalui ekspansi ke kerajaan-kerajaan kecil di sekitar kekuasaannya,
Raja Purnawarman juga membangun berbagai infrastruktur yang mendukung perekonomian
kerajaan. Salah satunya adalah sungai Gomati dan Candrabaga. Kedua sungai ini selain untuk
mencegah terjadinya banjir saat musim hujan, juga berperan penting dalam pengairan lahan
pertanian sawah yang dulu menjadi salah satu penggerak kehidupan ekonomi masyarakat Kerajaan
Tarumanegara. Masa kepemimpinan Raja Purnawarman dianggap sebagai masa kejayaan Kerajaan
Tarumanegara selain itu juga karena kemampuan kerajaan yang mampu berkurban 1000 ekor sapi
saat pembangunan ke dua sungai itu.
Peninggalan Tarumanegara
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern, 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan
Rig, Ciampea, Bogor. Berupa telapak kaki Airawata, gajah penguasa yang agung.
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang
disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh
Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau 12 km oleh Purnawarman pada tahun ke-
22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa
banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
3. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak,
Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
4. Prasasti Ciaruteun, DI Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulang, Bogor. Prasasti 1 (tulisan aksara dari
Pallawa dan bahasa Sansekerta), Prasasti 2 (Telapak kaki Purnawarman)
5. Prasasti Muara Ciaruteun, di Muara Kali CiantenBerupa pahatan dalam bentuk “aksara” yang menyerupai sulur-
sulurnya.
6. Prasasti Jambu disebuah bukit (pasir) Koleangkak, Desa Parakan Muncang, Nanggung, Bogor. Dua baris tulisan aksara
Pallawa dan Sansekerta.
7. Prasasti Pasir Awi, di Citeureup, Bogor.
Keruntuhan Kerajaan Tarumanegara
Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara yaitu ketika kerajaan dipimpin oleh raja ke-13 yaitu Raja Tarusbawa.
Penyebab runtuhnya kerajaan ini dikarenakan tidak adanya kepemimpinan di kerajaan tersebut. Karena
Raja Tarusbawa lebih menginginkan memimpin kerajaan kecilnya yang berada di hilir sungai Gomati.
Tidak hanya itu, alasan lain runtuhnya kerajaan tarumanegara adalah karena adanya gempuran dari
beberapa kerajaan yang ada di masa itu. Apalagi kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang memiliki
peranan penting dalam keruntuhan Kerajaan Tarumanegara.
Kepemimpinan dilanjutkan oleh Sudawarman. Saat dipimpin Sudawarman, Tarumanegara sudah
mengalami kemunduran yang drastis. Kemunduran itu disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya :
1. Sudawarman tidak peduli terhadap masalah-masalah yang terjadi di kerajaan, karena dari kecil dia
tinggal di kanci
2. Sudawarman tidak menguasai persoalan mengenai Tarumanegara
3. Memberikan ekomoni pada raja-raja dibawahnya
Kerajaan Kalingga

Kerajan Kalingga atau Kerajaan Halong (nama Pekalongan berasal dari istilah


setempat halong yang berarti hasil) adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang pertama
muncul di pantai utara Jawa Tengah pada abad ke-6 Masehi, dan bersama
dengan Kerajaan Kutai dan Tarumanagara. Kerajaan Kalingga menurut para ahli sejarah
memperkirakan jika pusat Kerajaan Kalingga (Ho-ling) berada di wilayah Jepara dan
Pekalongan. Bahasa yang berkembang dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah
bahasa Melayu Kuno dan bahasa Sansekerta.
Ratu Sima adalah penguasa di Kerajaan Kalingga. Ia digambarkan
sebagai  seorang pemimpin wanita  yang  tegas , taat, raja yang adil
dan bijaksana terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan
 itu. Ratu sima memerintah sekitar tahun 674-732 m. Sebenarnya
agama yang dianut oleh penduduk kerajaan ini umumnya buddha,
karena agama buddha berkembang pesat pada saat itu,bahkan
pendeta cina datang ke keling dan tinggal selama tiga tahun.
Masa kejayaan Kerajaan Kalingga terjadi kala dipimpin oleh Ratu
Shima sejak 674 hingga 732 Masehi. Kejujuran dan keadilan sangat
di junjung tinggi. Dengan penerapan hukum yang sangat tegas,
seperti memotong tangan bagi siapa saja yang terbukti mencuri.
Kaling di Jepara merupakan ibukota Kerajaan Kalingga. Kawasan ini
dikenal sangat subur, sehingga rakyatnya banyak mengandalkan
dunia pertanian sebagai mata pencahariannya. Bahkan
perdagangan hasil buminya sampai ke negeri Tiongkok.
Peninggalan Kerajaan Kalingga
1. Prasasti Tukmas. Prasasti Tukmas ini ditemukan pertama kali di lereng sebelah barat Gunung Merapi lebih
tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabak, Magelang Jawa Tengah. Peninggalan Kerajaan
Kalingga yang berupa prasasti ini bertuliskan dengan bahasa Sansekerta dan memakai huruf Pallawa.
Ditemukan sekitar abad ke-7 M, bentuk aksaranya lebih muda jika dibandingkan dengan aksara masa
Purnawarman.
2. Prasasti Sojomerto
Tempat ditemukannya prasasti ini adalah di desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa
Tengah. Jenis prasasti ini menggunakan aksara Kawi dan bahasa Melayu Kuno serta berasal dari abad ke-7 M.
Bahan prasasti ini terbuat dari batu andesit dengan tinggi 78 cm, panjang 43 cm, dan tebal 7 cm. Dengan
tulisan terdiri dari 11 baris dan sebagian barisnya sudah rusak terkikis usia.
3. Candi Angin. Bangunan Candi ini ditemukan di sekitar Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa
Tengah.
4. Candi Bubrah. Sama seperti Candi Angin ternyata Candi Bubrah ini juga ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan
Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Keruntuhan Kalingga
Kerajaan Ho-ling ini juga mengalami kemunduran. Hal ini akibat dari persaingan dagang yang
terjadi dengan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya ingin menguasai seluruh jaringan
perdagangan di pesisir pantai utara Jawa.
Kerajaan Ho-ling atau Kalingga mengalami kemunduran akibat dari serangan Sriwijaya yang
telah menguasai perdagangan. Serangan inilah yang mengakibatkan pemerintahan Kijen
pindah ke Jawa bagian timur sekitar tahun 742 – 755 M. Ini bersamaan dengan Melayu dan
Tarumanegara yang sama-sama telah ditaklukkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Yang mana ketiga 
kerajaan tersebut merupakan saingan kuat jaringan perdagangan Kerajaan Sriwijaya – Budha.
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Melayu yang berada di pulau
Sumatera serta memiliki pengaruh besar terhadap Nusantara. Nama kerajaan
ini berasal dari Bahasa Sansekerta.

Sri artinya bercahaya

SRIWIJAYA
Wijaya artinya Kemenangan
Raja Kerajaan Sriwijaya :

1. Raja Kerajaan Sriwijaya yang berhasil menaklukkan Jawa dan Melayu adalah Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa dan
memimpin pada tahun 671.
2. Pada tahun 728 hingga 742, Sriwijaya dipimpin oleh Rudra Wikrama yang melakukan utusan ke Tiongkok pada masa
kepemimpinannya.
3. Pada tahun 702, Sriwijaya dipimpin oleh Sri Indrawarman dan dilanjutkan oleh Sri Maharaja pada tahun 775. Berkat
kepemimpinannya, Kamboja dan Thailand berhasil ditaklukkan oleh Sriwijaya.
4. Tahun 851, Sriwijaya dipimpin oleh Maharaja yang dilanjutkan oleh Balaputra Dewa di tahun 860 Masehi.
5. Raja Kerajaan Sriwijaya yang selanjutnya adalah Sri Udayadityawarman yang memimpin kerajaan pada tahun 960 Masehi.
6. Sri Udayaditya pada tahun 962 Masehi.
7. Kepemimpinan Sriwijaya dilanjutkan oleh Sri Sudamaniwarmadewa dan Marawijayatunggawarman pada tahun 1044 masehi.
8. Kepemimpinan Raja Kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Sri Sanggaramawijayatunggawarman pada tahun 1044 Masehi.
Berkat kepemimpinannya, Sriwijaya berhasil ditaklukkan oleh India.
Masa Kejayaan Sriwijaya
Letak gegrafis dari kota palembang. Palembang sebagai pusat
pemerintahan terletak  di tepi Sungai Musi. Di depan muara
Sungai Musi terdapat pulau-pulau yang berfungsi sebagai
pelindung pelabuhan di muara Sungai Musi. Keadaan seperti ini
sangat tempat untuk kegiatan pemerintahan dan pertahanan.
Kondisi itu pula menjadikan Sriwijaya sebagai jalur
perdagangan internasional dari india ke china, atau sebaliknya.
Juga kondisi sungai-sungai yang besar, perairan laut yang cukup
tenag, serta penduduknya yang berbakat sebagai pelaut ulung.
Runtuhnya Kerajaan Funan di vietna akibat serangan kamboja.
hal ini telah memberi kesempatan Sriwijaya untuk cepat
berkembang sebagi negara maritim.
Peninggalan Sriwijaya
1.  Prasasti Kota Kapur. Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti peninggalan kerajaan Sriwijaya
yang berada di bagian Barat Pulau Bangka. Bahasa yang ditulis pada prasasti ini
menggunakan bahasa Melayu Kuno serta menggunakan aksara Pallawa. Prasasti ini
ditemukan sekitar tahun 1892 bulan Desember.Orang yang berhasil menemukan prasasti ini
adalah J.K. van der Meulen. Prasasti ini berisi tentang kutukan bagi siapa saja yang
membantah perintah serta kekuasaan kerajaan akan terkena kutukan.

2. Prasasti Kedukan Bukit. Seseorang bernama Batenburg menemukan sebuah batu tulis yang
berada di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir pada 29 November 1920 Masehi. Ukuran
dari prasasti ini adalah sekitar 45 x 80 centimeter serta ditulis menggunakan aksara Pallawa
dan bahasa Melayu Kuno.
3. Prasasti Telaga Batu. Prasasti ini ditemukan di sekitar kolam Telaga
Biru, Kelurahann Ilir Timur II, Palembang. Isi dari prasasti ini adalah
mengenai kutukan bagi mereka yang berbuat jahat di Sriwijaya.
Keberadaan prasasti ini sama seperti prasasti Kedukan Bukit, yaitu
disimpan di Museum Nasional Indonesia.

4. Prasasti Talang Tuwo. Residen Palembang, yaitu Louis Constant


Westenenk menemukan prasasti pada 17 November 1920. Prasasti
ini ditemukan di kaki Bukit Seguntang di sekitar tepian utara Sungai
Musi. Isi dari prasasti ini berisi doa-doa dedikasi dan menunjukkan
berkembangnya agama Buddha di Sriwijaya.
5. Prasasti Ligor. Prasasti yang ditemukan di Thailand Selatan ini memiliki dua sisi, yaitu sisi A dan sisi B. Pada sisi
A menjelaskan tentang gagahnya raja Sriwijaya. Dalam prasasti tersebut ditulis bahwa raja Sriwijaya merupakan
raja dari segala raja dunia yang sudah mendirikan Trisamaya Caiya bagi Kajara. Sedangkan, B berisi mengenai
pemberian gelar Visnu Sesawarimadawimathana. Gelar tersebut diberikan kepada Sri Maharaja yang mana
berasal dari keluarga Sailendravamasa.
6. Prasasti Palas Pasemah. Prasasti ini berasal dari abad ke-7 Masehi. Konon, prasasti ini ditemukan di sebuah
pinggiran rawa desa. Prasasti Palas Pasemah merupakan prasasti yang berhasil ditemukan di desa Palas
Pasemah, Lampung Selatan. Bahasa yang digunakan pada prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno
dengan aksara Pallawa serta tersusun atas 13 baris kalimat. Isi dari prasasti ini berisi tentang kutukan terhadap
orang yang tidak tunduk pada kekuasaan Sriwijaya.
7. Prasasti Karang Birahi. Kontrolir L.M. Berkhout menemukan prasasti Karang Birahi pada tahun 1904 di sekitar
tepian Batang Merangin, Jambi. Isi dari prasasti Karang Birahi juga kurang lebih hampir sama dengan prasasti di
poin sebelumnya, yaitu mengenai kutukan bagi mereka yang tidak tunduk terhadap Sriwijaya.
Keruntuhan Sriwijaya
– Pada masa raja Samartungga, yakni pada tahun 795 hingga 835 ekspansi militer Sriwijaya sudah mulai berkurang.
Sebab raja Samartungga lebih banyak menghabiskan sumber daya untuk memperkuat penguasaan kerajaan di
jawa. Pada masa kepemimpinan raja Samartungga inilah candi borobudur yang sangat megah itu dibangun dan
selesai pada tahun 825 M. Candi borobudu merupakan salah satu peninggalan kerajaan sriwijaya yang masih bisa
kita lihat keberadaanya hingga saat ini.
– Sriwijaya memanglah kerajaan yang sangat besar dan kuat, namun tiada gading yang tak retak, sehingga Sriwijaya
mengalami keruntuhan. Pada saat itu kerajaan Sriwijaya diserang oleh sebuah kerajaan yang dipimpin oleh raja
cholamandala yang pada ahirnya terjadilah suatu pertempuran sengit antara keduanya. Akan tetapi seerangan raja
Cholamandala sangatlah kuat sehingga mampu membuat kerajaan Sriwijaya sangat lemah dan mengalami
kemunduran. Serangan tersebut juga mengakibatkan kebangkitan kerajaan Melayu-Jambi menjadi lebih kuat.
– Setelah terjadi penyerangan dari raja Cholamandala wilayah kerajaan Sriwijaya direbut oleh kerajaan Melayu-
Jambi yanng mengakibatkan semakin kecilnya wilayah kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Melayu-Jambi pun berubah
menjadi kerajaan yang cukup besar dan menggeserkan roda kekuasaan kerajaan Sriwijaya.
– Kerajaan Sriwijaya mulai runtuh antara tahun 1178 dan 1225 disebabkan penaklukan oleh kerajaan Melayu-Jambi.
Namun ada pula yang mengatakan 
Kerajaan kediri
Kerajaan kediri terletak di daerah Jawa Timur yang berdiri pada abad
ke-12 yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Pada
tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi
kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan
oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu
Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi
Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung
Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289
M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M).
Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.
Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala
tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang
memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga.
Dengan demikian di Jawa Timur
Raja-Raja yang berkuasa di Kerajaan Kediri :
1.Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu
2.Kameshwara
3.Jayabaya
4.Prabu Sarwaswera
5.Prabu Krhoncharyadipa
6.Srengga Kertajaya
Berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya
prasasti-prasasti juga melalui kitab-kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah
hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu
Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala. Ningrum
AmbisiusKerajaan kadiri/kediri/panjalu yaitu kerajaan yang terdapat di Jawa Timur (1042-1222). Berpusat di kota
Daha, letaknya sekitar kota Kediri sekarang. Daha singkatan dari Dahanapura yang berarti kota api. Nama ini
terdapat dalam prasasti Pamwatan
Masa Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri mencapai puncak kejayaan ketika masa pemerintahan Raja Jayabaya. Daerah
kekuasaannya semakin meluas yang berawal dari Jawa Tengah meluas hingga hampir ke seluruh daerah
Pulau Jawa. Selain itu, pengaruh Kerajaan Kediri juga sampai masuk ke Pulau Sumatera yang dikuasai
Kerajaan Sriwijaya. Kejayaan pada saat itu semakin kuat ketika terdapat catatan dari kronik Cina yang
bernama Chou Ku-fei pada tahun 1178 M berisi tentang Negeri paling kaya di masa kerajaan Kediri pimpinan
Raja Sri Jayabaya. Bukan hanya daerah kekuasaannya saja yang besar, melainkan seni sastra yang ada di
Kediri cukup mendapat perhatian. Dengan demikian, Kerajaan Kediri semakin disegani pada masa itu.
Masa Keruntuhan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri runtuh pada masa pemerintahaan Raja Kertajaya, dimana terjadi pertentangan antara raja dengan
Kaum Brahmana. Raja Kertajaya dianggap melanggar agama dengan memaksakan mereka menyembah kepadanya
sebagai dewa. Kaum Brahmana meminta pertolongan kepada Ken Arok, pemimpin daerah Tumapel yang ingin
memisahkan diri dari Kediri. Kemudian terjadilah perang antara rakyat Tumapel yang dipimpin Ken Arok dengan
Kerajaan Kediri. Akhirnya pada tahun 1222 Masehi, Ken Arok berhasil mengalahkan Kertajaya dan Kerajaan Kediri
menjadi wilayah bawahan Tumapel atau Singhasari.

Sebagai pemimpin di Kerajaan Singhasari, Ken Arok mengangkat Jayasabha (putra Kertajaya) sebagai bupati Kediri.
Jayasabha digantikan oleh putranya Sastrajaya pada tahun 1258. Kemudian Sastrajaya digantikan putranya Jayakatwang
(1271). Jayakatwang berusaha ingin membangun kembali Kerajaan Kediri dengan memberontak Kerajaan Singhasari
yang dipimpin Kertanegara. Terbunuhlah Raja Kertanegara dan Kediri berhasil dibangun oleh Jayakatwang. Namun,
kerajaan Kediri tidak berdiri lama, Raden Wijaya (menantu Raja Kertanegara) berhasil meruntuhkan kembali Kerajaan
Kediri yang dipimpin oleh Jayakatwang. Setelah itu, tidak ada lagi Kerajaan Kediri.
Kerajaan Singhasari
Kerajaan Singhasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar
di Nusantara vang didirikan oleh Ken Arok pada 1222. Berawal dari
Kerajaan Tumapel, yang dikuasai oleh seorang akuwu (bupati).
Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah Malang dengan
pelabuhannya bernama Pasuruan. Dari daerah inilah Kerajaan
Singhasari berkembang dan bahkan menjadi sebuah kerajaan besar di
Jawa Timur, terutama setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri
dalam pertempuran di dekat Ganter tahun 1222 M.
Raja Raja Singhasari
1. Ken Arok
Ken Arok memerintah Kerajaan Singasari pada tahun 1222 Masehi yang mana pada masa itu ia menjadi akuwu Tumapel. Ia berhasil menjadi raja Kerajaan
Singasari karena ia berhasil memenangkan peperangan dan kemudian mendirikan Kerajaan Singasari.
2. Anusapati
Anusapati merupakan raja Kerajaan Singasari yang selanjutnya. Ia memimpin sekitar tahun 1227 hingga 1248 Masehi. Tidak banyak yang dapat diketahui dari
Anusapati, tetapi ia menjadi sasaran pembunuhan dan Anusapati dibunuh oleh Tohjaya yang ingin membalas kematian ayahnya, Ken Arok.
3. Tohjaya
Tohjaya kemudian menjadi raja Kerajaan Singasari setelah berhasil membunuh Anusapati tahun 1248 Masehi. Kepemimpinan Tohjaya hanya berlangsung
beberapa bulan karena terjadi pemberontakan yang dilancarkan Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Atas penyerangan tersebut, Tohjaya terluka parah lalu
meninggal dunia.
4. Ranggawuni
Setelah membunuh Tohjaya, tahta Kerajaan jatuh kepada Ranggawuni. Ia memimpin Ranggawuni pada tahun 1248 hinga 1268 Masehi dan didampingi
Mahesa Cempaka. Kerajaan waktu itu sangat aman dan tenteram semasa pimpinan Ranggawuni.
5. Kertanegara
Raja Kertanegara menjadi raja Kerajaan Singasari terakhir sekaligus raja yang membuat Singasari berjaya. Ia diangkat menjadi raja ketika usianya masih
muda. Cita-cita raja kertanegara adalah melaksanakan ekspedisi pamalayu serta menguasai daerah Bali dan Jawa Barat. Selain itu, cita-cita Raja Kertanegara
juga menguasai Pahang serta Tanjung Pura.
Masa Kejayaan Singhasari
Kerajaan Singasari belum dikenal saat Anusapati menjadi raja. Nama tersebut baru dikenal di tahun 1253 Masehi. Perpindahan nama
kerajaan tersebut sebenarnya terjadi secara tidak resmi. Raja Wisnuwardhana yang menyerahkan tahta yuwaraja kepada Raja Kertanegara
memperbolehkan Kertanegara memindahkan ibukota kerajaan. Pada awalnya Kerajaan Tumapel yang beribukota di Kutaraja dipindahkan
ke Singasari yang sekarang menjadi bagian dari daerah Malang.
Kerajaan Singhasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja
Kertanegara Wikrama Dharmottunggadewa. Orang lebih senang menyebut kerajaan yang sudah berpindah ibukota tersebut dengan nama
Kerajaan Sinhasari. Hal ini berkaitan juga dengan Raja Kertanegara yang menjadi satu-satunya Raja Singasari yang mendapatkan tampuk
kekuasaan tanpa pertumpahan darah dan peperangan. Terlebih lagi di tangan Kertanegara, Singasari berada di titik puncak kekuasaannya.
Keruntuhan Kerajaan Singhasari
1. Kerajaan besar ini runtuh karena lemahnya sistem pertahanan di dalam kerajaan. Raja
Kertanegara terlalu fokus pada pertahanan di luar kerajaan yang mengirimkan pasukan dalam
jumlah besar untuk terlibat dalam ekspedisi pamalayu. Kondisi lemah ini dimanfaatkan oleh
pemberontak untuk mengakhiri kekuasaan Kertanegara di Kerajaan Singasari.
2. Jayakatwang merupakan pemberontak yang berhasil membunuh Raja Kertanegara dan memaksa
tahta Singasari jatuh ke tangannya. Kertanegara kemudian dicandikan di Candi Jawi dan Candi
Singasari.
3. Kemenangan Pasukan Kubilai Khan membuat mereka terlalu senang hingga lupa siapa
sebenarnya Raden Wijaya yang bergabung dengan pasukannya. Raden Wijaya kemudian balik
menyerang pasukan Mongol dan membuat mereka kembali ke wilayah asalnya. Sementara itu, di
Jawa Raden Wijaya menuliskan sejarah baru dengan memulai pendirian sejarah kerajaan
majapahit yang legendaris.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan Hindu di Jawa Timur yang didirikan oleh
Raden Wijaya (1293 M). Kerajaan kuno di Indonesia ini berdiri pada tahun 1293-1500 Masehi.
Raja Raja Kerajaan Majapahit
1. Raden Wijaya (1293-1309)
Raden Wijaya adalah pendiri Kerajaan Majapahit sekaligus raja pertama Majapahit. Raden Wijaya naik tahta Kerajaan
Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Pada masa kepemimpinan Raden Wijaya ini adalah masa awal
Kerajaan Majapahit untuk memperkuat pemerintahan, seperti dengan menjadikan Majapahit sebagai pusat pemerintahan.
Kemudian memberikan posisi penting kepada para pengikut setianya, dan menikahi keempat putri Kertanegara (raja
Singhasari). Raden Wijaya meninggal pada tahun 1309 dan dimakamkan di Candi Sumberjati atau Candi Simping.
2. Jayanegara (1309-1328). Raja ke dua Kerajaan Majapahit adalah Jayanegara. Jayanegara adalah putra Raden Wijaya tapi
dari selir. Pemerintahan Jayanegara ini tidak kuat sehingga banyak muncul pemberontakan.
3. Tribhuwana Tungga Dewi (1328-1350). Jayanegara wafat pada tahun 1328 dan tidak memiliki keturunan. Karena
Jayanegara tidak memiliki keturunan, maka tahta diserahkan kepada Gayatri atau Rajapatni yang merupakan permaisuri
Raden Wijaya. Namun karena Gayatri telah menjadi Bhiksuni, maka diwakilkan kepada putrinya yang bernama Tribhuwana
Tunggadewi. Nusantara.
4. Hayam Wuruk (1350-1389). Prabhu Hayam Wuruk ini adalah raja yang berhasil membawa masa kejayaan Kerajaan
Majapahit. Gelar Hayam Wuruk adalah Rajasanegara. Salah satu faktor penunjang kesuksesan Hayam Wuruk dalam
memerintah Majapahit adalah keberadaan para pembantunya yang sangat mumpuni. Sebut saja Mahapatih Gajah Mada
kemudian Adityawarman dan Mpu Nala.
5. Kusumawardani-Wikramawardhana (1389-1399). Kusumawardhani dijadikan ratu di pusat Majapahit sedangkan
putra laki-laki dari selir Prabhu Hayam Wuruk yaitu Bhre Wirabumi (Minak Jingga) dijadikan sebagai raja kecil di
Blambangan.
6. Suhita (1399-1429). Tahta kemudian jatuh kepada Suhita yang merupakan putra dari Wikramawardhana dengan
seorang selir. Dari sinilah kemudian muncul konflik yang akan membawa kepada keruntuhan Kerajaan Majapahit.
7. Bhre Tumapel (Kertawijaya)- (1447-1451)
8. Rajasawardhana (1451—1453)
9. Purwawisesa (1456-1466)
10. Kartabumi (1466-1478) 
Masa Kejayaan Majapahit

Masa kejayaan majapahit adalah pada masa pemerintahan hayam wuruk dan
patih gajahmada. majapahit mampu memperluas kekuasaannya hingga ke hampir
seluruh wilayah indonesia dan luar negeri. majapahit juga menjadi kerajaan
nusantara II. patih gajahmada bersumpah palapa dan membuktikannya dengan
wilayah kekuasaan yg menjadi begitu luas.
Masa Keruntuhan Kerajaan Majapahit

1. Wafatnya Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada.


2. Terjadi perang saudara (Perang Paregreg dan Perang Bubat).
3. Banyak kerajaan bawahan yang melepaskan diri.
4. Masuknya penyebaran agama Islam dari Demak ke dalam masyarakat Majapahit.
Kerajaan Buleleng
Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara. Kerajaan ini didirikan sekitar
pertengahan abad ke-17. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa
Kepakisan (panji sakti) dengan cara menyatukan seluruh wilayah-wilayah Bali Utara yang
sebelumnya dikenal dengan nama Den Bukit.
Raja yang menguasai Kerajaan Buleleng
1. Gusti Anglurah Panji Sakti
2. Gusti Panji Gede Danudarastra Wansa Panji Sakti
3. Gusti Alit Panji
4. Gusti Ngurah Panji
5. Gusti Ngurah Jelantik
6. Gusti Made Singaraja

7. Anak Agung Rai


Wansa Karangasem
8. Gede Ngurah Pahang
9. Gusti Made Oka Sori
10. Gusti Ngurah Made Karangasem
11. Gusti Made Rahi
12. Gusti Ketut Jelantik Wansa Panji Sakti (sekarang)
13. Anak Agung Putu Jelantik
14. Anak Agung Nyoman Panji Tisna
15. Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik
16. Anak Agung Nyoman Panji Tisna
Masa Kejayaan Kerajaan Majapahit

Kerajaan Buleleng mengalami masa kejayaan di bawah kekuasaan Dinasti Warmadewa yang
diperintah oleh Anak Wungsu. Hal ini dapat dibuktikan pada prasasti yang disimpan di Desa
Sembiran yang berangka tahun 1065 M.Buleleng terletak di tepi pantai, sehingga Buleleng
berkembang menjadi pusat perdagangan laut. Hasil pertanian dari pedalaman diangkut lewat darat
menuju Buleleng. Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti kapas, beras,
asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke pulau lain (daerah seberang). Sistem
perdagangannya ada yang menggunakan sistem barter, ada yang sudah dengan alat tukar (uang).
Pada waktu itu sudah dikenal beberapa jenis alat tukar (uang), misalnya ma, su dan piling.
Masa Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Adapun penyebab runtuhnya Kerajaan Buleleng adalah seperti di bawah ini:


1. Wafatnya I Gusti Anglurah Panji pada tahun 1704
2. Mengalami beberapa kali pergantian raja
3. Terjadi konflik dengan Belanda dan karena runtuhnya benteng Jagaraga akibat serangan ketika
Belanda pada tahun 1849
Kerajaan Tulang Bawang
Kerajaan Tulang bawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri di Lampung. Kerajaan ini
berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung sekarang. Musafir Tiongkok yang pernah
mengunjungi Nusantara pada abad 7, yaitu I Tsing yang merupakan seorang peziarah Buddha, dalam
catatannya menyatakan pernah singgah di To-Lang P'o-Hwang ("Tulangbawang"), suatu kerajaan di
pedalaman Chrqse (Pulau Sumatera). Namun Tulangbawang lebih merupakan satu Kesatuan Adat.
Proses Perjalanan Kerajaan Tulang Bawang
Keberadaan Tulang Bawang, dalam berbagai referensi, mengacu pada kronik perjalanan
pendeta Tiongkok, I Tsing. Disebutkan kisah pengelana dari Tiongkok, I Tsing (635-713). Seorang
biksu yang berkelana dari Tiongkok (masa Dinasti Tang) ke India, dan kembali lagi ke Tiongkok. Raja
pertama kerajaan Tulang Bawang adalah Mulonou yang berasal dari daratan Cina.Perkembangan
kepemimpinan kerajaan Tulang Bawang sesudah raja Mulonou yaitu Rakehan Sakti, Ratu Pesagi,
Poyang Naga Berisang, Cacat guci, Cacat Bucit dan Minak Sebala Kuwang. Mereka adalah putra
mahkota kerajaan Tulang Bawang. Pemimpin yang lain setelah itu adalah Runjung yang dikenal
dengan nama Minak Tabu Gayaw. Tulang Bawang yang pernah mengalami kejayaan pada Abad ke-7
M.
Peninggalan Kerajaan Tulang Bawang
1. TANAH / DAERAH : Segala tanah yang didiami oleh keempat marga di daerah Tulang Bawang itu adalah
tanah bekas Kerajaan Tulang Bawang, oleh karena itu keluar ia mempunyai batas-batas tertentu, Lebih
jelas lagi batas-batas itu digariskan oleh apa yang dinamakan PAKSI EMPAT ( 4 Paksi ) oleh Pemuka-
pemuka Adat Pepadun yang ada di Lampung Utara.
2. TULISAN / SURAT LAMPUNG :Surat Lampung ini kalau kita teliti dan selidiki dari bentuk gambar
hurufnya, maka tulisan ini berasal dari tulisan huruf Pallawa Hindu (Lebih jelas tanyakan pada para
sarjana-sarjana Tulisan Purba).
3. ANIMISME : Mereka masih meyakinkan bahwa Roh-roh itu masih aktif, masih bekerja masih tetap
mengawasi anak-cucunya dimana saja berada. Mereka masih meyakinkan bahwa kayu-kayu besar,
gunung-gunung besar mempunyai penunggu dan penjaganya, inilah yang dinamakan Animisme.
4. ADAT / KEBUDAYAAN :Dalam hal ini penulis tidak berani mengungkapkan panjang lebar tentang Adat
dan Kebudayaan Tulang Bawang khususnya dan Adat Lampung pada umumnya, yang akan penulis
uraikan yang ada hubungannya dengan peninggalan Hindu.Diatas telah kita katakan bahwa pembagian
itu dibagi menjadi 4 bagian oleh apa yang dinamakan PAKSI EMPAT. Pembagian empat (4) ini sudah
lama kita kenal jauh sebelum Adat Pepadun ada orang Hindu telah memakai dengan pembagian 4
Keruntuhan Tulang Bawang

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan Tulang Bawang mulai runtuh
dan hilang kekuasaan. Salah satu diantaranya adalah perkembangan kerajaan Che-
Li P’o Chie (Sriwijaya) yang semakin maju dengan wilayah kekuasaan yang luas
termasuk akhirnya kerajaan Tulang Bawang menjadi bagian dari kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur adalah prasasti Sriwijaya yang pertama kali ditemukan, jauh sebelum Prasasti
Kedukan Bukit yang baru ditemukan di Palembang pada tanggal 29 November 1920, dan Prasasti Talang
Tuwo yang ditemukan beberapa hari sebelumnya yaitu pada tanggal 17 November 1920. Berdasarkan prasasti
ini Sriwijaya diketahui telah menguasai bagian selatan Sumatra, Pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung.
Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum
"Bhumi Jawa" yang tidak berbakti (tidak mau tunduk) kepada Sriwijaya. Peristiwa ini cukup bersamaan
waktunya dengan perkiraan runtuhnya Taruma di Jawa bagian barat dan Holing (Kalingga) di Jawa bagian
tengah. Ada kemungkinan hal tersebut akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan
jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimatan.
Perjalanan Kerajaan Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur adalah prasasti berupa tiang batu bersurat yang ditemukan di pesisir barat Pulau
Bangka, di sebuah dusun kecil yang bernama "Kota kapur". Tulisan pada prasasti ini ditulis dalam aksara
Pallawa dan menggunakan bahasa Melayu Kuno, serta merupakan salah satu dokumen tertulis tertua
berbahasa Melayu. Prasasti ini dilaporkan penemuannya oleh J.K. van der Meulen pada bulan Desember
1892, dan merupakan prasasti pertama yang ditemukan mengenai Sriwijaya. Raja kota Kapur merupakan
keturunan kerajaan sriwijaya, nama raja masih belum diketahui.
Peninggalan Kota Kapur

Prasasti Kota Kapur adalah prasasti Śrīwijaya yang pertama kali ditemukan, jauh sebelum Prasasti Kedukan Bukit
yang baru ditemukan di Palembang pada tanggal 29 November 1920, dan Prasasti Talang Tuwo yang ditemukan
beberapa hari sebelumnya yaitu pada tanggal 17 November 1920. Berdasarkan prasasti ini Sriwijaya diketahui telah
menguasai bagian selatan Sumatra, Pulau Bangka dan Belitung hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan
bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum "Bhumi Jawa" yang tidak berbakti (tidak
mau tunduk) kepada Sriwijaya. Peristiwa ini cukup bersamaan waktunya dengan perkiraan runtuhnya Taruma di Jawa
bagian barat dan Holing (Kalingga) di Jawa bagian tengah. Ada kemungkinan hal tersebut akibat serangan Sriwijaya.
Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut Cina
Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.

Prasasti Kota Kapur ini, beserta penemuan-penemuan arkeologi lainnya di daerah tersebut, merupakan
peninggalan masa Sriwijaya dan membuka wawasan baru tentang masa-masa Hindu-Budha pada masa itu. Prasasti
ini juga membuka gambaran tentang corak masyarakat yang hidup pada abad ke-6 dan abad ke-7 dengan latar
belakang agama Buddha.
Keruntuhan Kota Kapur

Penyebab runtuhnya Kerajaan Kota Kapur karena terjadinya perbedaan


keyakinan didalam istana sehingga membuat keluarga kerajaan terpecah
menjadi 2 bagian yang berbeda pendapat.
FOR ATENTION

Anda mungkin juga menyukai