Anda di halaman 1dari 26

SURYANI

STIKES TMS JUR. KESMAS


BENGKULU JANUARI 2014
Studi kasus kontrol adalah rancangan studi epidemiologi
yg mempelajari hubungan antara paparan (faktor
penelitian) & penyakit, dgn cara membandingkan
kelompok kasus & kelompok kontrol berdasarkan status
paparannya.
Secara tradisional studi kasus kontrol disebut juga studi
retrospektif karena arah pengusutan studi tersebut
bergerak dari akibat (penyakit) ke sebab (paparan).
Dengan ungkapan lain, efek baik berupa penyakit atau
status kesehatan tertentu, diidentifikasi pada masa
kini, sementara faktor risiko (kausa) diidentifikasi
adanya pada masa lalu.
Diagram studi kasus kontrol :

Populasi
(seleksi sampel)

Faktor Risiko (+)


Kelompok Kasus (orang sakit)

Faktor Risiko (-)

Faktor Risiko (+)


Kelompok Kontrol (orang tidak sakit)
Faktor Risiko (-)

Retrospektif
Lampau Sekarang
Misalnya, kita ingin mengetahui apakah penyakit kanker
rahim lebih banyak dijumpai pada wanita dgn umur kawin
muda, atau frekuensi terjadinya HIV/AIDS ditemukan lebih
tinggi pada orang yg sering berganti pasangan ? Untuk
menjawab pertanyaan ini, kita harus membandingkannya
dgn orang-orang yg memiliki karakteristik yg sama seperti
umur, seks, tempat tinggal dll, tetapi tidak menderita
penyakit.
Dari hasil perbandingan antara kelompok studi dgn
kelompok kontrol, didapatkan nilai ratio yaitu proporsi
antara orang sakit dgn faktor risiko, dan orang tidak sakit
dgn faktor risiko yg disebut sebagai estimasi risiko relatif
atau Odds Ratio (OR).
Tabel kontigensi 2 x 2

Penyakit Faktor Risiko Total

Positif Negatif
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Total a+c b+d N

a. Odds terpapar pada kasus = a/a+b : b/a+b = a/b


Odds terpapar pada kontrol = c/c+d : d/c+d = c/d
Odds Ratio (OR) = ad
bc
Interpretasi Odds Ratio :
OR = 1 : tidak ada hubungan antara pemaparan dgn penyakit
OR > 1 : pemaparan meningkatkan risiko sakit
OR < 1 : pemaparan memperkecil risiko sakit
Faktor-faktor yg perlu
diperhatikan :
1. Bias Seleksi
sering terjadi pada saat melakukan
seleksi sampel penelitian karena sampel
terdiri dari dua populasi yg berbeda, yaitu
satu yg menderita penyakit & yg lain tidak
menderita penyakit, sehingga sulit
dijamin bahwa kedua populasi ini betul-
betul cocok & bebas dari kesalahan
memilih.
2. Bias Informasi
• Data mengenai faktor risiko didapat
setelah terjadi penyakit, & ada
kemungkinan medical record dari pasien
tidak lengkap, & pada waktu dilakukan
wawancara pasien lupa atau tidak
mengerti mengenai faktor risiko yg
dapat menimbulkan terjadinya penyakit.
3. Bias confounding
• Berupa penyimpangan yg berasal dari
faktor external atau confounding variabel
yg dapat mempengaruhi hubungan antara
faktor risiko dgn penyakit, seperti umur,
lamanya kontak orang sakit dgn faktor
risiko, perbedaan tempat tinggal dll.
Keuntungan/Kekuatan :
• Studi kasus kontrol sangat berguna untuk meneliti
masalah kesehatan atau penyakit yg jarang terjadi di
masyarakat
• Cocok untuk meneliti penyakit dgn periode laten yg
panjang
• Dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan terhadap
sebuah penyakit
• Hanya memerlukan waktu yg singkat & biaya yg relatif
lebih murah dibandingkan dgn studi kohort
Kerugian/Kelemahan :
• Alur metodologi inferensi kausal yg bertentangan dgn
logika eksperimen klasik (paparan penyakit) sehingga
rawan terhadap bias seleksi maupun bias informasi.
• Tidak efisien untuk mempelajari paparan-paparan yg
langka
• Karena subyek dipilih berdasarkan status penyakit, maka
dgn studi kasus kontrol pada umumnya peneliti tidak
dapat menghitung laju insidensi (kecepatan kejadian
penyakit) baik pada populasi yg terpapar maupun tidak
terpapar
• Sulit untuk memastikan apakah kasus & kontrol pada
populasi yg terpisah, sehingga sulit dipastikan apakah
kasus & kontrol pada populasi studi benar-benar setara
• Hubungan temporal untuk memastikan pemaparan
mendahului penyakit, kadang-kadang sulit ditentukan.
Hal pokok yg perlu diperhatikan dalam memilih kasus :
1. Kriteria diagnosis
2. Populasi sumber kasus
3. Jenis data penyakit

Hal pokok yg perlu dipertimbangkan dalam memilih kontrol :


1. Karakter populasi sumber kasus
2. Keserupaan antara kontrol & kasus
3. Pertimbangan praktis & ekonomis
Contoh Soal :
Dari suatu hasil penelitian, wanita umur kawin < 15 tahun
mempunyai risiko tinggi terjadinya kanker leher rahim
dibandingkan dgn wanita umur kawin ≥ 15 tahun, seperti yg
terlihat pada tabel di bawah ini :

Pemeriksaan Faktor Risiko Total


Histologik
< 15 tahun ≥ 15 tahun
Kanker (+) 36 11 47
Kanker (-) 78 95 173
Total 114 106 220
Hitung Odds Ratio (OR) .?
OR = 36 x 95 = 3,99
11 x 78
Interpretasi :
Risiko mendapat kanker leher rahim empat kali lebih besar
pada wanita umur kawin < 15 tahun dibandingkan dengan
wanita umur kawin ≥ 15 tahun.
Studi kohort adalah rancangan studi epidemiologi yg mempe-
lajari hubungan antara paparan & penyakit, dgn cara mem-
bandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) & kelompok
tidak terpapar berdasarkan status penyakit.
Ciri studi kohort adalah pemilihan subyek berdasarkan status
paparannya & kemudian dilakukan pengamatan & pencatatan
apakah subyek dalam perkembangannya mengalami penyakit
yg diteliti atau tidak.
Studi kohort juga disebut studi follow-up, longitudinal atau
prospective study.
Pada saat mengidentifikasi status paparan, semua subyek
harus bebas dari penyakit yg diteliti.
Ciri studi kohort yg membedakannya dgn studi eksperimental
adalah peneliti hanya mengamati & mencatat paparan &
penyakit, & tidak dengan sengaja mengalokasikan paparan.
Disain Studi Kohort :

Populasi Sakit

Terpapar

Tidak Sakit
Populasi tanpa penyakit

Sakit

Tidak
Terpapar

Tidak Sakit

Prospektif
Sekarang Waktu mendatang
Nilai risiko pada penelitian Kohort dinyatakan dalam dua
angka yakni Relative Risk (RR) dan Atributable Risk (AR).

Risiko relatif ialah perbandingan antara insiden penyakit


yang muncul dalam kelompok terkena penyebab (terpapar)
dengan insiden penyakit yang muncul dalam kelompok yang
tidak terkena penyebab (tidak terpapar).

Risiko atribut ialah selisih antara insiden penyakit yang


diderita oleh kelompok terpapar dengan insiden penyakit
yang diderita oleh kelompok yang tidak terpapar.
Tabel kontigensi 2 x 2

Penyakit Total
Exposure
Positif Negatif
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Total a+c b+d t

Risiko (rate) yg terpapar = a/a+b


Risiko yg tidak terpapar = c/c+d
Relative Risk (RR) = a/a+b
c/c+d
Tabel kontigensi 2 x 2

Ca Paru Total
Merokok
Positif Negatif
Positif 300 10 310
Negatif 20 600 620
Total 320 610 930

Relative Risk (RR) = a/a+b


c/c+d
Relative Risk (RR) = 300/310
= 30
20/620
Attributable Risk (AR) = a/a+b – c/c+d
Tabel kontigensi 2 x 2

Exposure Total
Penyakit
Positif Negatif
Positif a b a+b
Negatif c d c+d
Total a+c b+d t

Risiko (rate) yg terpapar = a/a+c


Risiko yg tidak terpapar = b/b+d
Relative Risk (RR) = a/a+c
b/b+d
Tabel kontigensi 2 x 2

Merokok Total
Ca Paru
Positif Negatif
Positif 300 20 320
Negatif 10 600 610
Total 310 620 930

Relative Risk (RR) = a/a+c = 300/310 = 30


b/b+d 20/620

Attributable Risk (AR) = a/a+c – b/b+d


= 300/310‰ - 20/620‰ = 935 ‰
Artinya orang yang merokok akan mengalami kemungkinan
menderita penyakit Ca Paru 30 kali lebih besar dari pada
yang tidak merokok.
Dari 1000 orang yang merokok akan ditemukan 935 orang
diantaranya menderita penyakit Ca Paru karena merokok.

Interpretasi Relative Risk :


RR = 1 : tidak ada hubungan antara pemaparan dgn penyakit
RR > 1 : pemaparan meningkatkan risiko sakit
RR < 1 : pemaparan memperkecil risiko sakit

Risiko Relatif merupakan ukuran asosiasi antara pemaparan &


penyakit. Bila bentang 95% CI tidak melewati angka 1 (satu)
maka RR tersebut bermakna.
Keuntungan :
1. Studi kohort sesuai untuk meneliti paparan yg langka
2. Terjadinya penyakit dapat dinyatakan dalam incidence rate
3. Apabila kriteria & prosedur-prosedur penyelidikan telah
disusun dgn baik terlebih dahulu maka studi kohort
mengurangi kemungkinan bias didalam mendapatkan
keterangan-keterangan yg dibutuhkan
4. Keterangan mengenai pemaparan didapat secara jelas
dibandingkan dgn studi kasus kontrol
5. Kita dapat memperoleh keterangan mengenai hubungan
antara faktor etiologis dgn penyakit-penyakit lain. Pada
studi kasus kontrol kita hanya memperhatikan satu
penyakit, sedangkan dalan studi kohort seluruh spektrum
mortalitas dapat diselidiki.
Kelemahan :

1. Sulit dilakukan jika jumlah kasus sangat sedikit


2. Membutuhkan waktu, biaya & tenaga yg besar
3. Kemungkinan drop-out responden tinggi
4. Apabila ada kemajuan ilmu yg mengubah cara diagnosa
5. Karena faktor penelitian sudah ditentukan di awal penelitian,
maka studi kohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis
untuk faktor-faktor etiologi lainnya untuk penyakit itu, tatkala
penelitian terlanjur berlangsung.

Literatur : Dari berbagai sumber


TUGAS DI KUMPUL
SEKARANG
• BAGAIMANA TANGGAPAN SAUDARI
TENTANG PROSES PERKULIAHAN
MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI DAN
BIOSTATISTIK DARI SEGI :
• PENGUASAAN MATERI
• CARA PENYAMPAIAN
• KOMUNIKASI DALAM RUANGAN

Anda mungkin juga menyukai