Anda di halaman 1dari 6

Hasil Saling Ketergantungan Sosial

Kehidupan manusia bisa dibilang seperti mendaki gunung. Seperti dua orang
yang mendaki gunung, mereka terikat satu sama lain dengan tali penyelamat. Ketika
seorang anggota (pendaki pertama yang memimpin) mendaki, maka pendaki kedua
memastikan bahwa mereka mempunyai pijakan yang aman dan dapat menangkap
rekannya jika jatuh. Peran pendaki pemimpin dan pendaki yang memberi perintah
bergantian sampai akhirnya dapat mencapai puncak.

Setiap manusia harus dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan. Setiap insan
manusia, dari lahirnya sampai matinya pasti berhubungan dengan orang lain. Setiap
hari (dari bangun pagi sampai tidur malam), kita selalu berhubungan dengan keluarga,
pekerjaan, waktu, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan
yang menguntungkan. Ada beberapa variabel yang memengaruhi kerja sama yang
digolongkan dalam tiga hal yang saling berkaitan secara luas, yaitu:

1. Usaha-usaha yang digunakan untuk mencapai tujuan


2. Kualitas kerja antar anggota kelompok
3. Penyesuaian psikologis anggotanya

Usaha Untuk Mencapai dan Menghasilkan

Disamping pencapaian yang tinggi dan ingatan yang lebih kuat, kerja sama
dibandingkan persaingan atau usaha individualistik menghasilkan hal-hal berikut ini:

1. Kemauan untuk menerima tugas dan tanggung jawab yang berat dalam
mencapai tujuan. Selain itu, ada motivasi intrinsik, keinginan yang besar untuk
sukses, dorongan untuk mencapai tujuan yang saling menguntungkan,
keingintahuan dan ketertarikan untuk terus belajar, dan komitmen tinggi untuk
mencapai tujuan.
2. Hasil yang tinggi dan ingatan jangka panjang akan apa yang dipelajari.
3. Pemikiran tinkat tinggi, berpikir kritis, dan pemikiran metakognitif. Orang yang
bekerja sama mempunyai kemampuan untuk “memisahkan arti dari suatu yang
tidak berarti” dan memakai cara berpikir kritis untuk menyerap informasi,
memeriksanya, menilainya untuk menguatkan, dan menerapkannya secara tepat.
4. Berpikir kreatif dan memperoleh keuntungan. Memperoleh keuntungan terjadi
ketika ide baru, solusi, atau upaya yang dihasilkan dalam interaksi kelompok
tidak dihasilkan dari seseorang yang bekerja secara individu. Dalam kerja sama
kelompok, anggota lebih sering menghasilkan ide baru, strategi, dan solusi
mereka sendiri.
5. Menyampaikan pembelajaran dari satu situasi ke situasi lainnya. Penyampaian
dari kelompok ke individu terjadi ketika kemampuan dan informasi yang dimiliki
oleh individu dipelajari dalam kerja sama kelompok, kemudian ditunjukkan
secara individu. Apa yang individu pelajari dalam kelompok hari ini, mereka
dapat lakukan sendiri diwaktu yang akan datang.
6. Memiliki sikap positif terhadap tugas yang sedang diselesaikan. Usaha kerja
sama menghasilkan sikap yang lebih positif terhadap tugas yang sedang
diselesaikan dan meningkatkan motivasi untuk menyelesaikan tugas. Sikap
positif memperluas pengalaman kerja dan organisasi secara keseluruhan.
7. Waktu. Lebih dari 30 penelitian mengatakan bahwa orang yang bekerja sama
memiliki waktu yang lebih banyak untuk bekerja dari pada orang yang
individualistik (bersaing). Orang yang bersaing menghabiskan lebih banyak
waktu untuk mengerjakan tugas.

Kurt Lewin sering menyatakan “Saya selalu menemukan bahwa saya tidak dapat
berpikir seorang diri.” Sebagian besar usaha untuk mencapai tujuan adalah dari diri
sendiri, namun proses sosial yang mengharus setiap individu untuk bekerja sama dan
berbagi dengan anggota lainnya. Persaingan atau sikap individualistik yang
memisahkan individu dari yang lainnya, cenderung menyusahkan hasil dan
produktivitas.

Terdapat beberapa perdebatan, apakah kelompok yang bekerja sama


memperoleh keuntungan atau kerugian? Kerugian terjadi ketika hanya ada sedikit ide,
solusi, usaha terhadap pembelajaran atau pemecahan masalah yang dihasilkan dalam
kelompok daripada yang bekerja secara individualistik. Namun, akan memperoleh
keuntungan apabila interaksi dalam kelompok menghasilkan usaha dan kuantitas yang
lebih besar dan lebih banyak ide unik serta solusi terhadap masalah. Dapat disimpulkan,
bahwa suatu kelompok yang bekerja sama terikat dalam “kerja sama yang kolektif”
yang tidak dapat dikerjakan seorang diri saja.

Salah satu komponen penting untuk mencapai hasil yang baik dalam kelompok
adalah memberikan ide kreatif untuk memudahkan kelompok dalam memecahkan
masalah dan mengambil keputusan. Kelompok yang tidak terstruktur cenderung tidak
efektif dalam mengembangkan ide kreatif. Ide kerap kali diperoleh dari informasi yang
berhubungan dari suatu ingatan konseptual yang panjang. Dengan kata lain, terdapat
kecenderungan untuk berpikir secara terpusat, yakni memikirkan ide dari suatu
kategori dan terus menghasilkan ide dari kategori tersebut. Dua faktor utama dalam
meningkatkan pemikiran terpusat adalah berpikir pada tingkat dasar dan perhatian.
Berpikir pada tingkat dasar berarti memulai berpikir dari kategori yang lebih rendah.
Kategori ini harus dapat diterima oleh orang lain. kategori yang dapat diterima adalah
kategori yang mencerminkan pengalaman seseorang, sedangkan kategori yang tidak
dapat diterima terkait dengan konsep yang tidak berhubungan dengan pengalaman
seseorang. Contohnya, ketika ide untuk meningkatkan kualitas hidup, seorang yang
kaya raya dari Amerika tidak mungkin dapat menghasilkan ide untuk mencegah
kelaparan. Perhatian dapat didefinisikan sebagai kemungkinan bahwa seseorang
anggota kelompok akan menggunakan ide dari pembicara sebelumnya sebagai dasar
untuk mengembangkan ide-ide baru. Secara umum dapat disimpulkan bahwa semakin
besar perhatian seseorang terhadap anggota kelompoknya, maka semakin baik pula
hasil yang dicapai kelompok tersebut dalam mencari ide. Hal ini semakin jelas karena
anggota kelompok bersifat heterogen dengan pengetahuan dan pandangan yang
berbeda-beda.

- Kualitas Hubungan
Kita diciptakan tidak untuk berdiri sendiri, tetapi untuk mempunyai relasi yang
baik dengan satu sama lain yang saling memerhatikan. Penelitian membuktikan
bahwa rasa saling menghargai, membutuhkan, dan menghormati orang lain akan
memberi arti hidup, sedangkan hubungan yang dekat akan menciptakan
kegembiraan.
- Penyesuaian Psikologis dan Kemampuan Sosial
Kesehatan psikologis adalah kemampuan untuk berkembang, mempertahankan
dan mengatasi rasa saling ketergantungan terhadap sesama untuk mencapai
tujuan. Semakin tinggi tingkat sifat psikologis seseorang (mudah depresi, marah,
khawatir), semakin kecil kemampuan seseorang untuk mengembangkan dan
mempertahankan suatu hubungan. Tindakan agresif dapat mengarah pada
penolakan oleh anggota kelompok. Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama,
sehingga sikap dan nilai dari kesehatan psikologis dapat dipelajari dan diangkat.

Hubungan Timbal Balik Antara Ketiga Hasil

Setiap hasil dan usaha kerja sama (usaha untuk pencapaian, kualitas hubungan,
dan kesehatan psikologis) memengaruhi orang lain, dan oleh karena itu muncul secara
bersamaan. Pertama, perhatian dan komitmen untuk berteman berasal dari prestasi
bersama, kebanggaan untuk bekerja sama dan ikatan yang dihasilkan dari usaha
bersama. Semakin peduli seseorang terhadap orang lain, maka usaha yang dilakukan
untuk mencapai tujuan bersama akan semakin keras. Kedua, kerja sama untuk
mencapai tujuan bersama dapat meningkatkan penghargaan diri, kontrol diri, dan
kepercayaan diri terhadap kemampuan seseorang. Semakin sehat seseorang secara
psikologis, maka kemampuan untuk mencapai tujuan bersama akan semakin baik.
ketiga, kesehatan psikologis dibangun secara internal karena perhatian dan respek yang
diterima dari sesama. Persahabatan membangun keuntungan yang mengembangkan
penghargaan diri, dan penyesuaian psikologis secara umum. Orang yang sehat secara
psikologis (bebas dari depresi, paranoia, kekhawatiran, takut akan kegagalan, dan tidak
ada harapan) semakin peduli dengan hubungan mereka.

- Kondisi untuk Persaingan yang Konstruktif


Persaingan lebih konstruktif jika ada kondisi sebagai berikut:
1. Kemenangan bukanlah segala-galanya.
2. Semua orang mempunyai kesempatan untuk menang.
3. Terdapat aturan, prosedur, dan kriteria yang spesifik dan jelas tentang
kemenangan.
Variabel-variabel yang berhubungan dengan persaingan yang bersifat kontruktif
termasuk aturan yang adil, motivasi untuk bersaing secara sehat, hubungan yang
positif antar kompetitor, bermain adil selama persaingan, dan catatan akan
kemampuan masing-masing. Dengan mengontrol faktor ini, persaingan yang
konstruktif dapat ditingkatkan.
- Kondisi untuk tindakan yang membangun
Kemampuan untuk bekerja sendiri ketika diperlukan merupakan kemampuan
yang penting. Usaha-usaha individualistik sangat tepat jika berada pada kondisi
sebagai berikut.
1. Kerja sama memakan biaya yang banyak dan keterbatasan sumberr yang
dibutuhkan
2. Tujuan merupakan hal yang penting dan berharga
3. Semua anggota berharap sukses dalam mencapai tujuan
4. Kesatuan, tidak terbagi-bagi, dan tugas yang mudah yang penting untuk
diselesaikan
5. Arahan yang jelas dan khusus untuk menyelesaikan tugas sehingga semua
anggota tidak membutuhkan penjelasan bagaimana bertindak dan menilai
kerja mereka
6. Apa yang dicapai dalam usaha kerja sama dapat bermanfaat untuk usaha-
usaha kerja sama

Variabel Perantara: Unsur Dasar Kerja Sama

Komitmen kelompok untuk bekerja sama merupakan alat yang paling produktif.
Menciptakan dan mempertahankan kerja sama dalam kelompok tidaklah mudah. Sifat-
sifat “bekerja sama” dan “menjadi sebuah tim” merupakan hal-hal pendukung kerja
sama antar kelompok. Menciptakan sebuah tim sama seperti diet. Kita harus
mengontrol makan setiap hari dan berdisiplin. Sebuah tim tidak dapat terstruktur
dengan baik jika hanya dengan empat atau lima pertemuan. Komponen dasar dari kerja
sama yang efektif adalah saling ketergantungan yang positif, tanggung jawab individu
dan kelompok, tatap muka, penggunaan keterampilan yang sesuai, dan proses dalam
kelompok.

Kestabilan Kerja Sama

Ketika saling ketergantungan yang positif, pertanggunjawaban individu,


interaksi yang mendukung, penggunaan keterampilan sosial yang tepat dan proses
dalam kelompok tidak ada, maka anggota kelompok mungkin dapat mengejar
kepentingan mereka sendiri. Meskipun anggota kelompok mendapat keuntungan dari
kerja sama, dalam kondisi tertentu, setiap anggota mungkin dapat memperoleh
keuntungan yang lebih dari mengeksploitasi usaha kerja sama anggota lain.

Terdapat empat hal yang dapat menjaga kestabilan suatu kerja sama. Pertama,
anggota harus bisa bertaruh dalam interaksi kedepannya. Interaksi yang berkelanjutan
adalah salah satu hal yang bisa menjaga kestabilan suatu kerja sama. Kedua, setiap
orang yang bekerja sama harus dapat dikenali dan tindakan dari setiap anggota harus
dapat dilihat oleh anggota lainnya (dengan demikian, dapat dipastikan tidak ada
satupun anggota yang mengeksploitasi usaha anggota lainnya). Ketiga, setiap anggota
perlu untuk saling mengenal. Setiap anggota harus menghargai kehidupan anggota
lainnya dan mendorong kesuksesan jangka panjang kelompoknya. Keempat, setiap
anggota harus dapat memahami pentingnya timbal balik dalam suatu kerja sama.

Struktur Tujuan dan Pendistribusian Keuntungan Antar Anggota Kelompok

Cara di mana keuntungan didistribusikan antaranggota kelompok, dapat


memberi pengaruh terhadap bagaimana anggota saling bersikap dan seberapa
efektifnya kelompok di masa depan. Keuntungan dapat didistribusikan berdasarkan
besarnya, persamaan atau kebutuhan tergantung dari situasi.

Distribusi keuntungan berdasarkan kebutuhan mendistribusikan keuntungan


kepada anggota kelompok menurut kebutuhan anggotanya. Anggota yang mempunyai
keluarga yang lebih besar akan memperoleh bonus yang lebih besar pula, anggota yang
bersedih setelah kematian kedua orang tuanya mungkin akan diminta untuk sedikit
bekerja, atau anggota

Situasi-situasi Motivasi yang Berubah

Mengembangkan dan Mempertahankan Kepercayaan

Salah satu aspek penting dalam menciptakan efektivitas kelompok adalah


mengembangkan dan mempertahankan kepercayaan tingkat tinggi antar anggota
kelompok. Semakin banyak anggota kelompok yang saling memercayai, maka semakin
efektif mereka dapat bekerja bersama. Anggota kelompok dapat secara terbuka
mengekspresikan pikiran, perasaan, reaksi, pendapat, informasi, dan ide ketika tingkat
kepercayaan tinggi. Ketika tingkat kepercayaan rendah, anggota kelompok akan
tertutup, tidak jujur, dan tidak peduli terhadap lingkungannya. Bagaimanapun,
kepercayaan bukan pembawaan pribadi yang stabil. Kepercayaan ada antar individu
dan bersifat dinamis, meningkat dan menurun sejalan dengan sikap yang ada dalam
kelompok.

Ketika rasa saling ketergantungan memberi dampak positif, proses kerja sama dalam
kelompok dapat memberikan dampak yang positif, misalnya dalam mengerjakan tugas
kelompok, jika dilakukan dengan system kerja sama, semua akan terasa lebih mudah. Selain
itu, kerja sama akan membantu kita dalam mengenali peran anggota kelompok dan lebih
mengenal karakternya (mis: rajin atau tidaknya).

Dalam kebanyakan situasi, setiap anggota biasanya mempunyai campuran motif kerja sama.
Seseorang perlu bekerja bersama dengan rekan-rekannya atau kelompknya untuk mengetahui
bagaimana rasa saling ketergantungan sosial ini dalam mempengaruhi dinamika kelompok.

Dalam hal bekerja sama, salah satu aspek penting dalam menciptakan efektivitas kelompok
adalah mengembangkan dan mempertahankan kepercayaan. Jika kita sebagai kelompok dapat
membangun kerja sama dengan kepercayaan yang baik, tidak mustahil efektivitas dalam
bekerja sama dapat diraih dalam kelompok.

Dalam buku Johnson dijelaskan sebelum membangun kepercayaan antar-anggota kelompok,


ada baiknya kita membangun kepercayaan antar pribadi terhadap sesama anggota kelompok,
elemen penting yang dapat diambil dari kepercayaan ini adalah keterbukaan dan saling
berbagi satu sama lain. Perlu ketegasan dan komitmen dalam membangun kepercayaan antar
pribadi ini, karena cukup berisiko untuk menimbulkan ketidaktegasan karena suatu masalah
tertentu.

Satu hal penting dalam memberi kepercayaan terhadap antar-anggota kelompok adalah
dengan penerimaan. Penerimaan merupakan kunci untuk mengurangi kegelisahan dan
ketakutan. Untuk itu, kita harus bisa menerima seseorang untuk kita percaya dan
menanamkan komitmen dalam kepercayaan itu sendiri.

Terkadang ada sesuatu hal yang membuat kepercayaan itu rusak sehingga muncul rasa
ketidakpercayaan antar-anggota kelompok. Biasanya rasa ketidakpercayaan ini muncul ketika
tidak ada balasan dari keterbukaan.

Ketika rasa percaya ini sudah mulai hilang dan rusak, ada beberapa hal penting yang dapat
dilakukan untuk membangun kembali rasa kepercayaan itu, diantaranya: Meningkatkan hasil
saling ketergantungan yang positif dalam membangun tujuan bersama; segera meminta maaf
jika berbuat kesalahan yang menurunkan kepercayaan; dan membangun kepercayaan kembali
seperti sedia kala.

Anda mungkin juga menyukai