Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI DEPEDENSI TERKAIT KEMISKINAN


(Dosen Pengampu : Dr. Zulfiah Larisu, S.Sos., M.Si)

Disusun Oleh :

RISNA PUSPITA DEWI, S.STP


NIM. G2C120025
KELAS – A

PASCASARJANA ADMINISTRASI PUBLIK


UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan nasional dilakukan secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu,
bertahap dan berkelanjutan, guna untuk meningkatkan kemapuan nasional dalam rangka
mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa yang lebih maju. Di
Indonesia salah satu masalah serius dalam proses pembangunan nasional adalah masalah
kemiskinan. Masalah ini belum dapat dituntaskan secara serius.
Padahal sudah berbagai upaya pemerintah telah lakukan untuk membuat program-
program yang melibatkan berbagai pakar kemiskinan nasional dan internasional. Pada
hakikatnya belum adanya keberlanjutan system penanganan kemiskinan baik dalam satu
rezim kekuasaan maupun pada saat peralihan rezim.

1.2 Ruang Lingkup


Dalam makalah ini penulis membatasi ruang lingkup pembahasan Teori Depedensi yaitu
terkair Kemiskinan.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1) Apa saja unsur-unsur penyebab kemiskinan?
2) Bagaimana tingkat persentase kemiskinan di Indonesia?
3) Apa saja program pemerintah dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia?
4) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kegagalan penanggulangan kemiskinan di
Indonesia?

1.4 Tujuan Makalah


Adapun tujuan makalah ini yaitu:
1) Untuk mengetahui unsur-unsur penyebab kemiskinan di Indonesia
2) Untuk mengetahui tingkat persentase kemiskinan di Indonesia
3) Untuk mengetahui program pemerintah dalam mengatasi kemiskinan di Indonesia
4) Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kegagalan
penanggulangan kemiskinan di Indonesia

BAB II
KAJIAN TEORI
1.
2.
2.1. Awal Mula Teori Dependensi
Teori Dependensi adalah salah satu teori pembangunan yang dikembangkan pada
akhir tahun 1950an dibawah bimbingan Direktur Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika
Latin, Raul Presbisch yang menekankan pada konsep ekonomi yang mengidentifikasi
ketergantungan finasial antara negara maju dan negara Dunia Ketiga. Teori ini muncul
sebagai reaksi terhadap teori pembangunan sebelumnya yaitu teori modernisasi yang
sangat mendominasi sejak akhir tahun 1940an. Selain itu, dunia dihadapkan pada adanya
kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi di Negara-negara industri maju ternyata tidak
serta merta mengarah pada pertumbuhan di Negara-negara miskin.
Teori Dependensia telah berkembang di tahun 1960an dan 1970an. Teori ini
merupakan dampak dari ketidaksetaraan wealth dan power di tingkat global.
Berkembangnya teori ini diawali keprihatinan Economic Commission on Latin
America (ECLA) dan the United Nations Conference on Trade and Development tentang
keadaan negara-negara Amerika Latin yang tidak berkembang seperti layaknya negara-
negara Eropa dan Amerika Utara.
Aspek penting dalam kajian sosiologi adalah adanya pola ketergantungan antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya dalam kehidupan berbangsa di
dunia. Teori Dependensi lebih menitik beratkan pada persoalan keterbelakangan dan
pembangunan negara pinggiran.  Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori dependensi
mewakili "suara negara-negara pinggiran" untuk menantang
hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju.
Dependensi dalam artian yang cukup sempit dapat dikatakan sebagai
ketergantungan negara dunia ketiga atau negara berkembang, baik secara ekonomi
maupun yang lain terhadap negara yang mereka anut (depend to). Negara–negara tersebut
secara tidak langsung bergantung kepada negara yang lebih maju dalam konteks
ekonomi, sebagai upaya guna membangun perekonomian mereka yang dirasa
“terbelakang” atau belum cukup mandiri.

1.
2.
2.1.
2.2.Teori Dependensi Menurut Raul Prebisch
Awal mula teori ketergantungan (Dependency Theory) dikembangkan pada akhir
tahun 1950-an oleh Raul Presibich (Direktur Economic Commission for Latin America,
ECLA). Dalam hal ini Raul Presbich dan rekannya bimbang terhadap
pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju yang tumbuh pesat, namun tidak serta
merta memberikan perkembangan yang sama kepada pertumbuhan ekonomi di negara-
negara miskin. Bahkan dalam kajiannya mereka mendapati aktivitas ekonomi di negara-
negara yang lebih kaya sering kali membawa kepada masalah-masalah ekonomi di
negara-negara miskin.
Prebisch mengkritik keusangan konsep pembagian kerja secara internasional yaitu
Internasional Division of Labor (IDL). IDL lah menurut Presbich yang menjadi sebab
utama munculnya masalah pembangunan di Amerika Latin.  Adanya teori pembagian
kerja secara internasional (IDL), yang didasarkan pada teori keunggulan komparatif,
membuat negara-negara di dunia melakukan spesialisasi produksinya,  Oleh karena itu,
negara-negara di dunia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu negara-negara center/pusat
yang menghasilkan barang industri dan negara-negara pheriphery/pinggiran yang
memproduksi hasil-hasil pertanian.  Keduanya saling melakukan perdagangan, dan
menurut teori ini, seharusnya menunjukan hal yang sebaliknya.  Negara-negara center
yang melakukan spesilisasi pada industri menjadi kaya, sedangkan negara pengirian
(pheriphery) tetap saja miskin.  Padahal seharusnya kedua negara sama kaya karena
perdagangannya saling menguntungkan.

Analisis Raul Prebisch terhadap kemiskinan negara pingiran

 Terjadi penurunan nilai tukar komoditas pertanian terhadap komoditas barang


industri. Barang industri semakin mahal dibanding hasil pertanian, akibatnya terjadi
defisit pada neraca perdagangan negara pertanian bila berdagang dengan negara
industri.
 Negara-negara industri sering melakukan proteksi terhadap hasil pertanian mereka
sendiri, sehingga sulit bagi negara pertanian untuk mengekspor ke sana
(memperkecil jumlah ekspor negara pinggiran ke pusat).
 Kebutuhan akan bahan mentah dapat dikurangi dengan penemuan teknologi lama
yang bisa membuat bahan mentah sintetis, akibatnya memperkecil jumlah ekspor
negara pinggiran ke negara pusat.
 Kemakmuran meningkat di negara industri menyebabkan kuatnya politik kaum
buruh. Sehingga upah buruh meningkat dan akan menaikan harga jual barang
industri, sementara harga barang hasil pertanian relatif tetap.

Solusi yang ditawarkan Raul Prebisch

Presbich berpendapat negara-negara yang terbelakang harus melakukan


industrialisasi, bila mau membangun dirinya, industrialisasi ini dimulai dengan Industri
Substitusi Impor (ISI). ISI dilakukan dengan cara memproduksi sendiri kebutuhan
barang-barang industri yang tadinya di impor untuk mengurangi bahkan menghilangkan
penyedian devisa negara untuk membayar impor barang tersebut.[5] Pemerintah berperan
untuk memberikan proteksi terhadap industri baru.[5] Ekspor bahan mentah tetap
dilakukan untuk membeli barang-barang modal (mesin-mesin industri), yang diharapkan
dapat mempercepat indrustrialisasi dan pertumbuhan ekonomi. Bagi Presbich campur
tangan pemerintah merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membebaskan negara-
negara pinggiran dari rantai keterbelakangannya.

2.3. Teori Dependensi Menurut Santos


Dalam perspektif Teori dependensi tentang negara miskin Santos mengamsusikan
bahwa bentuk dasar ekonomi dunia memiliki aturan-aturan perkembangannya sendiri,
tipe hubungan ekonomi yang dominan di negara pusat adalah kapitalisme. Santos
menjelaskan bagaimana timbulnya kapitalisme yang dapat menguasai sistem ekonomi
dunia. Keterbatasan sumber daya pada negara maju mendorong mereka untuk melakukan
ekspansi besar-besaran pada negara miskin.

Dos Santos menguraikan ada 3 bentuk ketergantungan:


1). Ketergantungan Kolonial

 Terjadi penjajahan dari negara pusat ke negara pinggiran.


 Kegiatan ekonominya adalah ekspor barang-barang yang dibutuhkan negara pusat.
 Hubungan penjajah – penduduk sekitar bersifat eksploitatif negara pusat.
 Negara pusat menanamkan modalnya baik langsung maupun melalui kerja sama
dengan pengusaha lokal.

2). Ketergantungan Teknologis-Industrial

 Bentuk ketergantungan baru.


 Kegiatan ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk
negara pusat.
 Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran dengan
tujuan untuk kepentingan negara pinggiran.

3). Ketergantungan Teknologis-Industrial

 Bentuk ketergantungan baru.


 Kegiatan ekonomi di negara pinggiran tidak lagi berupa ekspor bahan mentah untuk
negara pusat.
 Perusahaan multinasional mulai menanamkan modalnya di negara pinggiran dengan
tujuan untuk kepentingan negara pinggiran

2.4. Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk
memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi ketidakmampuan
ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan pendapatan yang
rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk memenuhi standar
hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar pendidikan.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah serius dalam proses pembangunan
nasional di Indonesia. Masalah ini seolah-olah tidak dapat dituntaskan secara serius,
pada-hal upaya pemerintah telah memperkenalkan berbagai paket dan program yang
melibatkan sejumlah pakar kemiskinan nasional dan internasional. Hakekatnya belum ada
keberlanjutan (sustainability) sistem penanganan kemiskinan baik dalam satu rezim
kekuasaan maupun pada saat peralihan rezim.
Kemiskinan juga merupakan suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi
untuk memenuhi standar hidup rata-rata masyarakat di suatu daerah. Kondisi
ketidakmampuan ini ditandai dengan rendahnya kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok baik berupa pangan, sandang, maupun papan. Kemampuan
pendapatan yang rendah ini juga akan berdampak berkurangnya kemampuan untuk
memenuhi standar hidup rata-rata seperti standar kesehatan masyarakat dan standar
pendidikan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.
3.1. Unsur-unsur Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan merupakan fenomena yang berwayuh wajah. David Cox (2004:1-6)
membagi kemiskinan kedalam beberapa dimensi:
 Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan
pengkalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara maju. Sedangkan negara-
negara berkembang seringkali semakin terpinggirkan oleh persaingan dan pasar
bebas yang merupakan prasyarat globalisasi.
 Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan subsisten
(kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan (kemiskinan
akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan), kemiskinan perkotaan
(kemiskinan yang sebabkan oleh hakekat dan kecepatan pertumbuhan perkotaan).
 Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami oleh perempuan, anak-anak, dan
kelompok minoritas.

 Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-kejadian lain


atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik, bencana alam,
kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.

3.2. Tingkat Persentase Kemiskinan Di Indonesia


3.3. Program Pemerintah Dalam Mengatasi Kemiskinan
3.3.1. Program Keluarga Harapan (PKH)
PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai
kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga RTS
diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Program ini, dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban RTSM dan dalam
jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan antar generasi,
sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan.

3.3.2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)


BOS adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya
nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar dan menengah pertama sebagai wujud
pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun. BOS diprioritaskan untuk biaya
operasional nonpersonal, meskipun dimungkinkan untuk membiayai beberapa
kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personil dan biaya investasi. Tujuan
umum program BOS untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan
pendidikan dalam rangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Sasaran
program BOS adalah semua siswa (peserta didik) dijenjang Sekolah Dasar
(SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)dan Sekolah Menengah Pertama
(SMP)/MadrasahTsyanawiyah (MTs), termasuk Sekolah Menengah Terbuka
(SMPT) dan Pusat Kegiatan Belajar Mandiri (PKBM) yang diselenggarakan oleh
masyarakat,baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia.

3.3.3. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)


BSM adalah bantuan yang diberikan kepada siswa dari keluarga kurang
mampu untuk dapat melakukan kegiatan belajar di sekolah. Bantuan ini memberi
peluang bagi siswa untuk mengikuti pendidikan di level yang lebih tinggi. Selain
itu, bertujuan untuk mengurangi jumlah siswa putus sekolah akibat permasalahan
biaya pendidikan. Kebijakan Bantuan Siswa Miskin (BSM) bertujuan agar siswa
dari kalangan tidak mampu dapat terus melanjutkan pendidikan di sekolah.
Program ini bersifat bantuan bukan beasiswa, karena jika beasiswa bukan
berdasarkan kemiskinan, melainkan prestasi.
3.3.4. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin dan hampir miskin. Tujuan Jamkesmas adalah
meningkatkan akses terhadap masyarakat miskin dan hampir miskin agar dapat
memperoleh pelayanan kesehatan. Pada saat ini JamkesmaS melayani 76,4 juta
jiwa.

3.3.5. Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)


Raskin merupakan subsidi pangan yang diperuntukkan bagi keluarga
miskin sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan
memberikan perlindungan pada keluarga miskin. Pendistribusian beras ini
diharapkan mampu menjangkau keluarga miskin dimana masing-masing keluarga
akan menerima beras minimal 10 Kg/KK tiap bulan dan maksimal 20 Kg/KK tiap
bulan dengan harga bersih Rp 1.000/kg di titik-titik distribusi. Keberhasilan
Program Raskin diukur berdasarkan tingkat pencapaian indikator 6T, yaitu: tepat
sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat
administrasi.
Program ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah
Tangga Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok
dalam bentuk beras dan mencegah penurunan konsumsi energi dan protein.
Selain itu raskin bertujuan untuk meningkatkan/membuka akses pangan keluarga
melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat dengan jumlah yang
telah ditentukan.

3.
3.1.
3.2.
3.3.
3.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kegagalan Penanggulangan Kemiskinan
Di Indonesia
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Frieden, Jeffy A.. International Political Economy: Perspective on Global Power and Wealth
4th ed.. Belmont CA: Wadsworth, 2000.
Griffith, Martin et al.. International Relations: The Key Concepts 2nd ed.. New York: Routledge,
2008.
Spero, Joan E. dan Jeffrey A. Hart. The Politics of International Economic Relations 7th ed..
Boston: Wadsworth, 2010.
Velasco, Andrés. “Dependency Theory,” Foreign Policy No. 133 (2002): 44-45.
dalam http://www.jstor.org/stable/318355 
Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi. International Relations Theory 5th ed.. New York: Pearson
Education, Inc., 2012.
https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_ketergantungan

Anda mungkin juga menyukai