Anda di halaman 1dari 13

A.

KASUS ( MASALAH UTAMA)


Perilaku Kekerasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Menurut ( Ruswadi I, (2021). Perilaku kekerasan merupakan
respon terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang,yang
ditunjukan dengan prilaku aktualmelakukan kekerasa,baik pada diri
sendiri maupun orang lain, secara verbal maupun non verbal,
bertujuan untuk melukai orang secara fisik maupun psikologis.
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul
sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan
sebagai ancaman. Prilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat
yang ekstrim dari marah atau ketakutan (panik) (Ruswadi, I. (2021).
2. Fungsi Marah
a. energizing function/anger energizer behaviour
menambah atau meningkatkan tenaga seseorang, misalnya orang
yang mengamuk pada umumnya tenanya kuat
b. expressive function
emosi kemarahan yan terbuat menandakan hubungan yang sehat,
misalnya ekspresi keadaan kecewa/tidak puas akan diperlihatkan
dengan kemarahan
c. self promation function
kemarahan dapat dipakai untuk memproyeksikan konsep diri
yang positif untuk meningkatkan harga diri, misalnya orang akan
marah saat merasa di hina
d. defensive function
kemarahan merupakan pertahanan ego dalam menanggapi
kecemasan yang meninggi, keran konflik eksternal, misalnya;
seseorang melampiaskan kemarahannya, kemudian setelah
terlampiaskan orang tersebut akan merasa lega
e. Potentiating function
Kemarahan dapat meningkatkan kemampuan, misalnya; orang
merasa dihina kemuudian bias meningkatkan kemampuannya
dalam berbagai segi, misalnya;orang yang bersaing tidak sehat.
f. Distriminative function
Membedakan seseorang dalam berbagai keadaan alam perasaan,
misalnya; gembira,sedih,jengkel dan sebagainya ( Wuryaningsih,
W, 2020).
3. Tanda dan Gejala
Perawat dapat menidentifiksi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
6) Pandangan tajam
7) Mengantupkan rahang dengan kuat
8) Mengepalkan tangan
9) Jalan mondar mandir
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
6) Ketur
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu,
dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusushan,mengamuk,
ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkah,
sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat
orang lain, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan
kasar
g. Social
Menarik diri , pengasingan, melarikan diri, menyimpang
seksual
( Badar. 2019).
4. Rentang respon Neurobiologi
Respon Respon
Adaptif
Maladaptive

Asertf frustasi pasif agresif prilaku kekerasan


Keterangan :
a. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa
menyalahkan orang lain dan memberikan orang lain dan
ketenangan
b. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat
marah dan tidak dapat menemukan alternative
c. Pasif : prilaku dimana seseorang tidak mampu
mengungkapkan perasaan sebagai suatu usaha dalam
mempertahankan haknya
d. Agresif: memperlihatkan permusushan, keras dan menuntut,
mendekati orang lain dengan ancaman memberikan kata-kata
ancaman tanpa niat melukai orang lain
e. Kekerasan : sering disebut dengan gaduh gelisan atau
mengamuk.

5. Faktor-faktor Terjadinya Prilaku Kekerasan


a. Factor predisposisi
1) Factor biologis
a) Neurologic factor
Beragam komponen dari sistm saraf seperti synap,
neurotransmitter, dendrite, axon terminalis mempunyai
peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan
pesan-pesan yang mempengaruhi sifat agresif.
b) Factor genetic
Adanya factor gen yang diturunkan melalui orang tua,
menjadi potensi rilaku agresif
c) Factor biokimia
Tubuh seperti neurotransmitter diotak, peningkatan
hormone agrogen dan norepinephrin serta penurunan
serotonoj dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra
dapat menjadi factor predisposisi terjadinya prilaku
agresif
d) Teori dorongan naluri
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan
disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang
kuat
2) Faktor psikologis
a) Teori Psikoanalisa
Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang
b) Imitation, modelling, and information processing theory
Prilaku kekerasan biasa berkembang dalam lingkungan
yang monolelir kekerasan
c) Learning theory
Prilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu
terhadap lingkungan terdekatnta
d) Eksistensi theory
Bertindak sesuai prilaku adalah kebutuhan dasar manusia
aabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi melalui
prilaku konstruksi maka individu akan memenuhi
kebutuhan melalui prilaku destruktif
3) Factor social cultural
a) Social environment theory
Lingkungan social akan mempengaruhi sikap individu
dalam mengekspresikan marah.
b) Social learning theory
Prilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung
mampu melalui proses sosialisasi.
b. Faktor Presipitasi

1) Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau symbol


solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.

2) Ekspresi dari tidak mempengaruhi kebutuhan dasar dan


kondisi social ekonomi.

3) Kesuliatan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam


keluarga serta tidak kekerasan dalam menyelesaikan konflik

4) Ketidak siapan membiasakan dialog untuk memecahkan


masalah cenderung melakukan seorang ibu dalam merawat
anaknya dan ketidak mampuan menempatkan diri sebagai
seorang dewasa

5) Adanya riwayat prilaku social meliputi penyalah guanaan


obat, alohol dan sebagainya.

6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan


pekerjaan, perubahan tahap perkembangan keluarga
c. Penilaian terhadap stressor

1) Prilaku yang mengubah lingkungan stress atau


memungkinkan individu untuk melarikan diri dari itu

2) Prilaku yang memungkin kan individu untuk mengubah


keadaan eksternal dan setelah mereka

3) Prilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan


rangsangan emosional yang tidak menyenangkan

d. Sumber koping

Sumber koping termasuk kesehatan dan energy, dukungan spiritual,


keyakinan positif, keterampilan meyelesaikan masalah dan social,
sumber daya social dan mental, kesejahteraan fisik
e. Mekanisme Koping
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai
kesukarannya atau keinginan yang tidak baik
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk kealam sadar
4) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan prilaku
yang berlawanan
5) Displancement, yaitu melepaskan perasaan yang terekan
biasanya bermusushan, pada objek yang begitu berbahaya
seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu (
Muhith, A 2019).
6. Penatalaksanaan
1) Clorpomazine (CPZ) adalah obat yang termasuk golongan
antipsikotik fenotiazina yang bekerja dengan menstabilkan
senyawa alami otak. Obat ini dapat digunakan untuk menangani
berbagai gangguan mental, seperti skizofrenia dan gangguan
psikosis yang lainnya, perilaku agresif yang membahayakan
pasien atau orang lain, kecemasan dan kegelisahan yang parah,
serta autisme pada anak-anak.
a) Aturan pakai
Aturan pakai : 3 x 100 mg/ hari
b) Indikasi :
Untuk menangani berbagai gangguan mental, seperti
skizofrenia dan gangguan psikosis yang lainnya, perilaku
agresif yang membahayakan pasien atau orang lain,
kecemasan dan kegelisahan yang parah, serta autisme pada
anak-anak.
c) Efek samping
Yang dapat terjadi pada pemakaian CPZ meliputi efek sedasi,
pusing, pingsan, hipotensi orthostatik, palpitasi, takikardi,
sindroma pada mulut, kemerahan pada mukosa, vesikel lidah
kotor, gigi tanggal, pandangan kabur, konstipasi, retensi
urine, ejakulasi tertahan. CPZ juga menyebabkan efek
samping ekstra pyramidal yang meliputai parkinsonisme,
dystonia, diskinesia.Gangguan hormonal dapat terjadi yaitu
menstruasi tidak teratur, gynecomastia, penurunan libido,
peningkatan nafsu makan, berat badan meningkat, edema,
glikosuria, hiperglikemia atau hipoglikemia. Reaksi
hipersensitif pada beberapa orang menimbulkan efek/ gejala-
gejala jaundice, gatal-gatal pada kulit, ptechiae dermatitis,
fotosensitis, dan reaksi anafilaksit.
2) Haloperidol adalah obat golongan anti psikotik yang berfungsi
untuk meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku, atau
emosional, serta masalah kejiwaan lainnya. Haloperidol untuk
mengatasi skizofrenia biasanya akan diberikan untuk jangka
waktu panjang, kecuali ada efek yang merugikan atau
berlawanan. Sedangkan jika untuk meredakan gangguan
kecemasan atau agitation, haloperidol hanya dikonsumsi hingga
gejala mereda.
a) Aturan Pakai :
Aturan Pakai : 3 x 5 mg/ hari
b) Indikasi :
Meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku, atau
emosional, serta masalah kejiwaan lainnya.
c) Efek samping
Haloperidol serupa dengan efek samping CPZ.Perbedaannya
terletak pada efek samping hipothensiorthostatik lebih ringan,
sedang efek samping reaksi ekstra lebih berat.Efek samping
pada SSP meliputi parkinsonisme, gelisah, akatisia,
hiperefleksi, tortikolis, dan tardive diskinesia. Efek otonomi
dapat terjadi ; mulut kering (atau hipersalivasi). Konstipasi
(atau diare ), reaksi urine deaporesi (dosis berlebihan ). Pada
darah ; leukopenia, leukositosis, enemia. Pada saluran napas ;
laringospasme, bronkhospasme, peningkatan kedalaman
napas, brokopneumonia, depresi pernafasan. Pada endokrin ;
menstruasi tidak teratur, payudara nyeri, gynecomastia,
impotensi. Pada kulit ; kemerahan, fotosintesis, rambut
rontok, lain-lain ; anoreksia, mual, muntah, jaundice,
penurunan, kadar kolesterol darah.
3) Trihexyphenidil (THP) adalah obat yang sering dipakai sebagai
penyerta pemberian obat anti psikotik jenis fenotiazin dan
butirofenon karena khasiatnya merelaksasi otot polos dan anti
spasmodic
a) Aturan Pakai :
Aturan pakai : 3 x 2 mg/ hari
b) Indikasi :
Merelaksasi otot polos dan anti spasmodik
c) Efek Samping
Efek samping yang umum terjadi ; mulut kering, pusing,
pandangan kabur, midrasis, fotofobia, mual, nervous,
konstipasi, mengantuk, retensi urine. Pada SSP dapat terjadi ;
bingung, gitasi, delirium, manifestasi psikotik, euphoria.
Reaksi hipersensitif ; Glaucoma parotitis.

C. POHON MASALAH
Resiko mencederai (efek)

Prilaku kekerasan ( core Problem)

Gangguan harga diri : harga diri rendah (causa)

Koping individu tidak efektif koping keluarga tidak efektif

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori:halusinan
4. Gangguan Harga diri : Harga diri rendah
5. Koping individu tidak efektif.
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Pasien Keluarga
SP1P SP1K
1 Identifikasi penyebab, tanda, & Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
gejala, PK yang dilakukan, akibat merawat pasien
PK
2 Jelaskan cara mengontrol PK: Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses
fisisk, obat, verbal, spiritual terjadinya PK (gunakan booklet)
3 Latihan cara mengontrol PK secara Jelaskan cara merawat PK
fisik: Tarik nafas dalam dan pukul
Kasur dan bantal
4 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih satu cara meraawat PK dengan melakukan
untuk latihan fisik kegiatan fisik: Tarik nafas dalam dan pukul
Kasur dan bantal
5 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
SP11P SPIIk
1 Evaluasi kegiatan latihan fisik. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
Beri pujian melatih pasien fisik. Beri pujian
2 Latih cara mengontrol PK dengan Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas
minum obat)
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih cara memberikan/ membimbing minum
untuk latihan fisik dan minm obat obat
4 Anjurkn membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
SPIIIP SPIIIk
1 Evaluasi kegiatan latihan fisik& Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
obat. Beri pujian melatih pasien fisik dan memberikan obat. Beri
pujian
2 Latih cara mengontrol PK secara Latih cara membimbing: cara bicara yang baik
verbal (3 cara yaitu:
mengungkapkan, meminta,
menolak dengan benar)
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Latih cara membimbing kegiatan spiritual
untuk latihan fisik, minum obat
dan verbal
4 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian
SPIVP SPIVk
1 Evaluasi kegiatan latihan fisik& Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
obat. Beri pujian melatih pasien fisik, memberikan obat, latihan
bicara yang baik & kegiatan spiritual. Beri pujian
Beri pujian
2 Latih cara mengontrol spiritual Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM, tanda kambuh,
(kegiatan2) rujukan
3 Masukkan pada jadwal kegiatan Anjurkn membantu pasien sesuai jadwal dan
untuk latihan fisik, minum obat memberi pujian
dan verbal
SPVP SPVK
1 Evaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2,Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
& obat & verbal & spiritual. Beri melatih pasien fisik, memberikan obat, latihan
pujian bicara yang baik & kegiatan spiritual dan follow
up. Beri pujian
2 Nilai kemampuan yang telah Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
mandiri
3 Nilai apakah PK tekontrol Nilai kemampuan keluarga melakukan control ke
RSJ/ PKM
DAFTAR PUSTAKA

Ruswadi, I. (2021). Keperawatan Jiwa : Panduan Praktis Untuk Mahasiswa


Keperawatan. Jawa Barat: Penerbit Adab ( CV Adanu Abimata).

Wuryaningsih, W. E., & i. (2020). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Kalimantan:


UPT Pecetakan dan Penerbitan Universitas Jember.

Badar. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Profesional Isolasi Sosial. Jakarta : In


Media
Dermawan, D., & Rusdi. (2018). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishin
Muhith, A. (2019). Pendidikan Keperawatan Jiwa( Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai