Anda di halaman 1dari 504

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 41 TAHUN 2014

TENTANG

PEDOMAN GIZI SEIMBANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas sumber


daya manusia, perlu dilakukan upaya perbaikan gizi
masyarakat melalui penerapan gizi seimbang;
b. bahwa penerapan gizi seimbang di masyarakat belum
optimal, masih dijumpai berbagai masalah terkait
dengan perilaku makan, perilaku hidup bersih dan
sehat, serta penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
gizi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Pedoman Gizi Seimbang;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintaan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);

3. Undang- Undang ...


-2-
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5360);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5291);
7. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 100);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 741);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013
tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula,
Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Untuk
Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 617);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi Bagi Bangsa Indonesia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
1438);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1559);

MEMUTUSKAN ...
-3-
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN


GIZI SEIMBANG.

Pasal 1
Pedoman Gizi Seimbang bertujuan untuk memberikan panduan konsumsi
makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip konsumsi
anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau
berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan
normal.

Pasal 2
Pedoman Gizi Seimbang sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
Pedoman Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digunakan
sebagai acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/kota, tenaga kesehatan, dan pihak lain yang terkait dalam
penyelenggaraan gizi seimbang.

Pasal 4
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Gizi
Seimbang.
(2) Penyelenggaraan Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan melibatkan masyarakat.

Pasal 5
(1) Pendanaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Gizi Seimbang
dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau sumber lain yang
sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penyelenggaraan Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa kegiatan, antara lain:
a. sosialisasi;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. penyuluhan;
d. konseling; dan
e. demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang.
Pasal ...
-4-
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Juli 2014

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd
NAFSIAH MBOI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Agustus 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI


MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd
AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPBULIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1110


-5-
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 2014
TENTANG
PEDOMAN GIZI SEIMBANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat
kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini
dipengaruhi oleh keadaan gizi.
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan
normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta
seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau
sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja
meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar
tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau
penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu
ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik
dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan
meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah,
hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab
utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di
Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.
Sebagian besar penyakit tidak menular terkait-gizi di atas berasosiasi
dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh
kelebihan gizi. Data Riskesdas 2007, 2010, 2013 memperlihatkan
kecenderungan prevalensi obese (IMT > 27) semua kelompok umur. Anak
balita 12,2%, 14% dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007, 2010)
naik dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas
2007, 2010) naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 laki-
laki obese 19,7% dan perempuan 32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes, 2010,
2013]. Kelebihan gizi ini timbul akibat kelebihan asupan makanan dan
-6-
minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula dan garam; tetapi
kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan
serealia utuh, serta kurang melakukan aktivitas fisik.
Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi
seimbang. Hasil penelitian Riskesdas 2010 menyatakan gambaran
sebagai berikut. Pertama, masih banyak penduduk yang tidak cukup
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Berdasarkan Riskesdas 2013,
93,5% penduduk usia di atas 10 tahun mengonsumsi sayuran dan buah-
buahan masih di bawah anjuran. Kedua, kualitas protein yang
dikonsumsi rata-rata perorang perhari masih rendah karena sebagian
besar berasal dari protein nabati seperti serealia dan kacang-kacangan.
Ketiga, konsumsi makanan dan minuman berkadar gula tinggi, garam
tinggi dan lemak tinggi, baik pada masyarakat perkotaan maupun
perdesaan, masih cukup tinggi. Keempat, asupan air pada remaja masih
rendah. Kelima, cakupan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI
Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih rendah (61,5%).
Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih
memiliki masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus
(wasting) anak balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%.
Sedangkan kecenderungan prevalensi anak balita pendek (stunting)
sebesar 36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight)
berturut-turut 18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah
sampai remaja berdasarkan Riskesdas 2010 sebesar 28,5%.
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu
sejak janin sampai anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap
perkembangan fisik, tetapi juga terhadap perkembangan kognitif yang
pada gilirannya berpengaruh terhadap kecerdasan dan ketangkasan
berpikir serta terhadap produktivitas kerja. Kekurangan gizi pada masa
ini juga dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit kronis pada usia
dewasa, yaitu kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
hipertensi, stroke dan diabetes.
Pencegahan timbulnya masalah gizi tersebut, memerlukan kegiatan
sosialisasi pedoman Gizi Seimbang yang bisa dijadikan sebagai panduan
makan, beraktivitas fisik, hidup bersih dan memantau berat badan secara
teratur untuk mempertahankan berat badan normal.
Dalam upaya mengoptimalkan penyampaian pesan Gizi Seimbang
kepada masyarakat, diperlukan komunikasi, informasi dan edukasi yang
tepat dan berbasis masyarakat. Pendidikan dan penyuluhan gizi dengan
menggunakan slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang dimulai 1952, telah
berhasil menanamkan pengertian tentang pentingnya gizi dan kemudian
merubah perilaku konsumsi masyarakat. Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna
-7-
yang diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo Soedarmo
yang terinspirasi dari Basic Four Amerika Serikat yang mulai
diperkenalkan pada era 1940an adalah menu makanan yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, serta minum
susu untuk menyempurnakan menu tersebut. Namun slogan tersebut
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan
gizi dewasa ini sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang
sesuai dengan kondisi saat ini. Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet
hasil kesepakatan konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992
diyakini akan mampu mengatasi beban ganda masalah gizi, baik
kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia prinsip tersebut dikenal
dengan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan mendasar antara slogan 4
Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah: Konsumsi
makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
(porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur.
Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu
anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan memantau
berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal.
Perubahan perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan
sosialisasi, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada masyarakat
serta kegiatan konseling, demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang.
Keberhasilan kegiatan tersebut sangat ditentukan oleh peran Pemerintah
baik tingkat Pusat maupun Daerah dan peran serta Masyarakat secara
aktif. Keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor tenaga, sarana, sumber
daya, metode, media dan berkelanjutan.
Agar kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan,
konseling, demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang dapat
dilaksanakan dengan optimal perlu adanya kejelasan tugas dan tanggung
jawab petugas dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Selain itu perlu
ditekankan pentingnya peran aktif pemangku kepentingan kesehatan
yang lain dalam melaksanakan kegiatan untuk merubah sikap dan
praktik kesehatan dan gizi masyarakat, termasuk peran instansi lain
seperti Pendidikan dan Kebudayaan, Agama, BKKBN, Pertanian, Dalam
Negeri, Perindustrian, Perdagangan, Kelautan dan Perikanan, Sektor
Swasta dan Masyarakat.
-8-
B. Pengertian
1. Gizi Seimbang
Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur
dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk
mencegah masalah gizi.
2. Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan/atau pembuatan makanan dan minuman.
3. Keanekaragaman pangan
Keanekaragaman pangan adalah anekaragam kelompok pangan yang
terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan
dan air serta beranekaragam dalam setiap kelompok pangan.
4. Makanan beragam
Berbagai makanan yang dikonsumsi beragam baik antar kelompok
pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah) maupun dalam
setiap kelompok pangan.
Masing-masing contoh jenis pangan dari berbagai kelompok pangan
adalah sebagai berikut :
a. Makanan pokok antara lain: Beras, kentang, singkong, ubi jalar,
jagung, talas, sagu, sukun. Berikut ini tabel Kelompok Makanan
Pokok sebagai Sumber Karbohidrat beserta padanan porsinya :

Tabel Kelompok Makanan Pokok sebagai Sumber Karbohidrat

Kandungan zat gizi per porsi nasi kurang lebih seberat 100 gram,
yang setara dengan ¾ gelas adalah: 175 Kalori, 4 gram Protein
dan 40 gram Karbohidrat.
-9-
Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu)
porsi nasi:
Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
Nama Pangan
(URT) Gram
Bihun ½ Gelas 50
Biskuit 4 Buah Besar 40
Havermut 5 ½ Sendok 45
Jagung Segar Besar 3 Buah 125
Kentang Sedang 210
Kentang Hitam 2 Buah Sedang 125
Maizena 12 Biji 50
Makaroni 10 Sendok Makan 50
Mie Basah ½ Gelas 200
Mie Kering 2 Gelas 50
Nasi Beras Giling 1 Gelas 100
putih ¾ Gelas
Nasi Beras Giling 100
Merah ¾ Gelas
Nasi Beras Giling 100
¾ Gelas
Hitam
100
Nasi Beras ½ Giling
¾ Gelas 100
Nasi Ketan Putih
¾ Gelas 70
Roti Putih
3 Iris 70
Roti Warna Coklat
3 Iris 120
Singkong
1 ½ Potong 150
Sukun
3 Potong Sedang 125
Talas
½ Biji Sedang 100
Tape Beras Ketan
5 Sendok Makan 100
Tape Singkong
1 Potong Sedang 50
Tepung Tapioca
8 Sendok Makan 50
Tepung Beras
8 Sendok Makan 50
Tepung Hunkwe
10 Sendok Makan 50
Tepung Sagu
8 Sendok Makan 50
Tepung Singkong
5 Sendok Makan 50
Tepung Terigu
5 Sendok Makan 135
Ubi Jalar Kuning
1 Biji Sedang 30
Kerupuk
3 Biji Sedang
Udang/Ikan
-10-
b. Lauk pauk sumber protein antara lain: Ikan, telur, unggas,
daging, susu dan kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu
dan tempe). Berikut ini tabel Kelompok Lauk Pauk Sebagai
Sumber Protein Nabati dan Tabel Kelompok Lauk Pauk Sumber
Protein Hewani beserta padanan porsinya :

Tabel Kelompok Lauk Pauk sebagai Sumber Protein Nabati

Kandungan zat gizi satu (1) porsi Tempe sebanyak 2 potong


sedang atau 50 gram adalah 80 Kalori, 6 gram Protein, 3 gram
lemak dan 8 gram karbohidrat.

Daftar pangan sumber protein nabati sebagai penukar 1 porsi


tempe adalah:

Ukuran Rumah Tangga Berat dalam


Bahan Makanan
(URT) Gram
Kacang Hijau 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Kedelai 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Merah 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Mete 1 ½ Sendok Makan 15
Kacang Tanah 2 Sendok Makan 20
Kupas
Kacang Toto 2 Sendok Makan 20
Keju Kacang Tanah 1 Sendok Makan 15
Kembang Tahu 1 Lembar 20
Oncom 2 Potong Besar 50
Petai Segar 1 Papan/Biji Besar 20
Tahu 2 Potong Sedang 100
Sari Kedelai 2 ½ Gelas 185
-11-
Tabel Kelompok Lauk Pauk Sumber Protein Hewani

1) Kandungan zat gizi satu (1) porsi terdiri dari satu (1) potong
sedang Ikan segar seberat 40 gram adalah 50 Kalori, 7 gram
Protein dan 2 gram lemak.
a) Daftar lauk pauk sumber Protein hewani sebagai
penukar 1 porsi Ikan segar adalah:

Ukuran
Bahan Berat dalam
RumahTangga
makanan gram
(URT)
Daging sapi 1 potong sedang 35
Daging ayam 1 potong sedang 40
Hati Sapi 1 potong sedang 50
Ikan Asin 1 potong kecil 15
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20
Telur Ayam 1 butir 55
Udang Basah 5 ekor sedang 35

b) Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai


penukar 1 porsi Ikan segar:

Ukuran Rumah
Bahan Berat dalam
Tangga
makanan gram
(URT)
Susu sapi 1 gelas 200
Susu kerbau ½ gelas 100
Susu kambing ¾ gelas 185
Tepung sari 3 sendok makan 20
kedele
Tepung susu 4 sendok makan 20
whole
4 sendok makan 20
Tepung susu
krim
-12-
2) Menurut kandungan Lemak, Kelompok Lauk Pauk dibagi
menjadi 3 golongan :

a) Golongan A : Rendah Lemak


Daftar pangan sumber protein hewani dengan 1 (satu)
satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 2
gram Lemak dan 50 Kalori:

Ukuran Rumah
Bahan Berat dalam
Tangga
Makanan gram
(URT)
Babat 1 potong sedang 40
Cumi-cumi 1 ekor kecil 45
Daging asap 1 lembar 20
Daging ayam 1 potong sedang 40
Daging kerbau 1 potong sedang 35
Dendeng sapi 1 potong sedang 15
Gabus kering 1 ekor kecil 10
Hati sapi 1 potong sedang 50
Ikan asin 1 potong sedang 15
kering Ikan 1/3 ekor besar 35
kakap Ikan 1/3 ekor sedang 30
kembung Ikan 1/3 ekor sedang 40
lele 1/3 ekor sedang 45
Ikan mas 1/3 ekor sedang 30
Ikan mujair 1 ekor kecil 35
Ikan peda ½ ekor sedang 25
Ikan pindang 1 potong sedang 40
Ikan segar 1 sendok makan 20
Ikan teri kering 1 potong sedang 20
Ikan cakalang
asin ½ gelas 90
Kerang 1 potong sedang 35
Ikan lemuru 2 ½ butir 65
Putih telur
ayam 2 sendok makan 10
Rebon kering 2 sendok makan 45
Rebon basah 1 ekor 20
Selar kering 1 potong sedang 20
Sepat kering 1/3 gelas 20
Teri nasi 5 ekor sedang 35
Udang segar
-13-
b) Golongan B: Lemak sedang
Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu)
satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 5
gram lemak dan 75 Kalori:

Bahan Ukuran Rumah Berat dalam


Makanan Tangga (URT) gram
Bakso 10 biji sedang 170
Daging kambing 1 potong sedang 40
Daging sapi 1 potong sedang 35
Ginjal sapi 1 potong besar 45
Hati ayam 1 buah sedang 30
Hati sapi 1 potong sedang 50
Otak 1 potong besar 65
Telur ayam 1 butir 55
Telur bebek 1 butir 50
asin
Telur puyuh 5 butir 55
Usus sapi 1 potong besar 50

c) Golongan C: Tinggi Lemak


Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu)
satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 13
gram Lemak dan 150 Kalori:

Bahan Ukuran Rumah Berat dalam


Makanan Tangga (URT) gram
Bebek 1 potong sedang 45
Belut 3 ekor 45
Kornet daging 3 sendok makan 45
sapi
Ayam dengan 1 potong sedang 40
kulit
1 potong sedang 50
Daging babi
1 ½ potong kecil 40
Ham
½ potong 35
Sardencis
½ potong 50
Sosis
4 butir 45
Kuning telur
ayam
1 butir 55
Telur bebek
-14-
c. Sayuran adalah sayuran hijau dan sayuran berwarna lainnya.
Berikut ini tabel Kelompok Pangan Sayuran beserta padanan
porsinya :

Tabel Kelompok Pangan Sayuran

Berdasarkan kandungan zat gizinya kelompok sayuran dibagi


menjadi 3 golongan, yaitu:
1) Golongan A, kandungan kalorinya sangat rendah:

Gambas Jamur kuping Tomat sayur Oyong


Ketimun Labu air Selada air
Selada Lobak Daun bawang

2) Golongan B, kandungan zat gizi per porsi (100 gram)


adalah: 25 Kal, 5 gram karbohidrat, dan1 gram protein.
Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas
sayuran setelah dimasak dan ditiriskan.

Jenis sayuran termasuk golongan ini:

Bayam Bit Labu waluh Genjer


Kapri muda Kol Daun talas Jagung
muda
Brokoli Daun kecipir Pepaya muda Sawi
Kembang kol Buncis Labu Siam Rebung
Kemangi Daun kacang Pare Taoge
panjang
Kangkung Terong Kacang Wortel
panjang

3) Golongan C, kandungan zt gizi per porsi (100 gram) adalah


: 50 Kal, 10 gram karbohidrat, dan 3 gram protein.
Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas
sayuran setelah dimasak dan ditiriskan.
-15-
Jenis sayuran termasuk golongan ini:

Bayam Mangkokan Nangka muda Daun


merah papaya
Daun katuk Kacang kapri Mlinjo Taoge
kedelai
Daun Daun talas Kluwih Daun
melinjo singkong

d. Buah-buahan adalah buah yang berwarna. Berikut tabel


Kelompok Buah-buahan beserta padanan porsinya :

Tabel Kelompok Buah-Buahan

Kandungan zat gizi perporsi buah (setara dengan 1 buah Pisang


Ambon ukuran sedang) atau 50 gram, mengandung 50 Kalori
dan 10 gram Karbohidrat.

Daftar buah-buahan sebagai penukar 1 (satu) porsi buah:

Ukuran Rumah Berat dalam


Nama Buah
Tangga (URT) gram*)
Alpokat ½ buah besar 50
Anggur 20 buah sedang 165
Apel merah 1 buah kecil 85
Apel malang 1 buah sedang 75
Belimbing 1 buah besar 125-140
Blewah 1 potong sedang 70
Duku 10-16 buah sedang 80
Durian 2 biji besar 35
Jambu air 2 buah sedang 100
Jambu biji 1 buah besar 100
Jambu bol 1 buah kecil 90
Jeruk bali 1 potong 105
Jeruk garut 1 buah sedang 115
Jeruk manis 2 buah sedang 100
Jeruk nipis 1 ¼ gelas 135
Kedondong 2 buah 100/120
sedang/besar
Kesemek ½ buah 65
Kurma 3 buah 15
Leci 10 buah 75
Mangga ¾ buah besar 90
Manggis 2 buah sedang 80
-16-
Ukuran Rumah Berat dalam
Nama Buah
Tangga (URT) gram*)
Markisa ¾ buah sedang 35
Melon 1 potong 90
Nangka masak 3 biji sedang 50
Nenas ¼ buah sedang 85
Pear ½ buah sedang 85
Pepaya 1 potong besar 100-190
Pisang ambon 1 buah sedang 50
Pisang kepok 1 buah 45
Pisang mas 2 buah 40
Pisang raja 2 buah kecil 40
Rambutan 8 buah 75
Sawo 1 buah sedang 50
Salak 2 buah sedang 65
Semangka 2 potong sedang 180
Sirsak ½ gelas 60
Srikaya 2 buah besar 50
Strawberry 4 buah besar 215

*) Berat tanpa kulit dan biji (berat bersih)


-17-
BAB II
PRINSIP GIZI SEIMBANG

A. Empat Pilar Gizi Seimbang


Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia
sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi
Pangan Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut menggantikan
slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952
namun sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan
yang dihadapi. Diyakini dengan mengimplementasikan Pedoman Gizi
Seimbang secara benar, semua masalah gizi dapat diatasi.

Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang
keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara
teratur.

Empat Pilar tersebut adalah:


1. Mengonsumsi anekaragam pangan
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua
jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan
dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI)
untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi
merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral;
sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin,
-18-
mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan
sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi
berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna.
Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk
tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan
kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.

Apakah mengonsumsi makanan beragam tanpa memperhatikan


jumlah dan proporsinya sudah benar? Tentu tidak benar.

Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain


keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang
seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan
secara teratur. Anjuran pola makan dalam beberapa dekade terakhir
telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai
dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan
mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan
dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang
mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko
beberapa penyakit tidak menular, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-
akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan
dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam
proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi.

2. Membiasakan perilaku hidup bersih


Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-
anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami
penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang
masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi
peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi
terutama apabila disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit
diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara
langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya,
seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko
terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan
tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah
masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa
hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal
balik.
-19-
Budaya perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang
dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1) selalu
mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum
makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan
dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan
menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman
penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri; 2) menutup
makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi
lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai
kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin,
agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu
menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.

3. Melakukan aktivitas fisik


Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi
utamanya sumber energi dalam tubuh.

Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga


memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk
metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam
menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam
tubuh.

4. Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan


berat badan normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan
bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah
tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai
untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks
Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal
merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan
‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB
normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.

Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah


perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur.
Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS.
-20-
Yang dimaksud dengan berat badan normal adalah : a. untuk
orang dewasa jika IMT 18,5-25,0; b. bagi anak Balita dengan
menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau. Kita dapat
melihat dalam Tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu Menuju
Sehat sebagai berikut :

Tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu Menuju Sehat (KMS)
a. Grafik indeks masa tubuh (IMT) orang dewasa
-21-

Cara Menentukan IMT

Menggunakan Grafik Indeks Masa Tubuh Orang Dewasa


Umur di Atas 18 Tahun

Misalkan :
Seseorang umur 20 tahun dengan berat badan 63 kg dan tinggi
160 cm

Buatlah 2 garis lurus sebagai berikut :


(1) Tariklah garis lurus dari sumbu Berat Badan pada titik 63 ke
kanan sejajar dengan sumbu Tinggi Badan
(2) Tariklah garis lurus dari sumbu Tinggi Badan pada titik 160
tegal lurus sejajar dengan sumbu Berat Badan

Kedua garis tersebut berpotongan pada titik sekitar angka 25.


Angka 25 ini menunjukkan besar IMT orang tersebut.

Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus


berikut :

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan


FAO/WHO. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang
dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian
di beberapa negara berkembang. Batas ambang IMT untuk
Indonesia adalah sebagai berikut :

Kategori IMT
Kekurangan berat badan
Sangat Kurus < 17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan
Kurus 17 - < 18,5
tingkat ringan
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan
> 25,0-27,0
(Overweight) tingkat ringan
Kelebihan berat badan
Obese > 27,0
tingkat berat
-22-
Jika seseorang termasuk kategori :

(1) IMT<17,0 keadaan orang tersebut disebut sangat kurus


dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau
Kekurangan Energi Kronis (KEK) berat.
(2) IMT 17,0<18,5 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.

Perhatian
Seseorang yang termasuk kategori kekurangan berat
badan tingkat ringan (KEK ringan) sudah perlu mendapat
perhatian untuk segera menaikkan berat badannya.

(3) IMT 18,5-25,0 keadaan orang tersebut termasuk kategori


normal.
(4) IMT > 25,0-27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk
(Overwight) dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
(5) IMT > 27,0 keadaan orang tersebut disebut obese dengan
kelebihan berat badan tingkat berat.

Perhatian
Seseorang dengan IMT di atas 25,0 harus berhati-hati
agar berat badan tidak naik. Dianjurkan untuk segera
menurunkan berat badan dalam batas normal.
-23-
b. Grafik pertumbuhan dan perkembangan balita
-24-
-25-
-26-
-27-
B. Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok
1. Gizi Seimbang untuk ibu hamil
Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Hal ini disebabkan
karena selain untuk ibu zat gizi dibutuhkan bagi janin. Janin
tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi oleh ibu dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam
tubuh ibu. Selama hamil seorang ibu harus menambah jumlah dan
jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan
pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayi
serta untuk memproduksi ASI

Oleh karena itu Gizi Seimbang untuk ibu hamil harus memenuhi
kebutuhan gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan janin. Prinsip pertama Gizi Seimbang yaitu
mengonsumsi anekaragam pangan secara seimbang jumlah dan
proporsinya tetap diterapkan.

Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi


yang dibutuhkan, seperti sel lemak ibu sebagai sumber kalori; zat
besi dari simpanan di dalam tubuh ibu sebagai sumber zat besi
janin/bayi, maka janin atau bayi akan mengambil persediaan yang
ada didalam tubuh ibu. Demikian juga beberapa zat gizi tertentu
tidak disimpan di dalam tubuh seperti vitamin C dan vitamin B yang
banyak terdapat di dalam sayuran dan buah-buahan. Sehubungan
hal tersebut, ibu harus mempunyai status gizi yang baik sebelum
hamil dan mengonsumsi anekaragam pangan, baik proporsi maupun
jumlahnya.

Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu yang saat hamil


mempunyai status gizi kurang, misalnya kurus dan menderita
Anemia. Hal ini dapat disebabkan karena asupan makanannya
selama kehamilan tidak mencukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri
dan bayinya. Selain itu kondisi ini dapat diperburuk oleh beban kerja
ibu hamil yang biasanya sama atau lebih berat dibandingkan dengan
saat sebelum hamil. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat gizi yang
dibutuhkan, sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya.

2. Gizi Seimbang untuk ibu menyusui


Gizi Seimbang untuk ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan
bagi dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan bayi dan
anak. Dengan demikian maka kebutuhan zat gizi ibu menyusui lebih
banyak dari kebutuhan zat gizi ibu yang tidak menyusui. Konsumsi
-28-
pangannya tetap harus beranekaragam dan seimbang dalam jumlah
dan proporsinya. Selama menyusui, ibu harus menambah jumlah
dan jenis makanan yang dikonsumsi yaitu untuk mencukupi
kebutuhan ibu sendiri dan kebutuhan untuk memproduksi ASI. Bila
makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang
dibutuhkan, misalnya sel lemak sebagai sumber energi dan zat besi
sebagai zat untuk pembentukkan sel darah merah, maka kebutuhan
zat-zat tersebut dalam produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan
bayi akan diambil dari persediaan yang ada didalam tubuh ibu.

Berbeda dengan sel lemak dan zat besi kebutuhan bayi akan
vitamin B dan vitamin C yang dipenuhi melalui produksi ASI tidak
dapat diambil dari persediaan yang ada dalam tubuh ibu, melainkan
harus dipenuhi dari konsumsi pangan ibu setiap hari.

3. Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan


Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan cukup hanya dari ASI.
ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi karena dapat
memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan,
sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya, murah dan
bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif
yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja.

4. Gizi Seimbang untuk bayi dan anak usia 6-24 bulan


Pada bayi dan anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap
berbagai zat gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi
hanya dari ASI saja. Pada usia ini anak berada pada periode
pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap
infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat
gizi harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak
dan keadaan infeksi. Agar mencapai Gizi Seimbang maka perlu
ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), sementara ASI
tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi
mulai diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk
lumat, makanan lembik dan selanjutnya beralih ke makanan
keluarga saat bayi mulai berusia 1 tahun.

Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan


secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera
makan anak selanjutnya. Sehingga pengenalan makanan yang
beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara
bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24 bulan semakin
ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk
pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok
-29-
sebagai sumber energi. Demikian pula jumlahnya ditambahkan
secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam
proporsi yang juga seimbang.

5. Gizi Seimbang untuk anak usia 2-5 tahun


Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena
masih berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya
semakin meningkat. Demikian juga anak sudah mempunyai pilihan
terhadap makanan yang disukai termasuk makanan jajanan. Oleh
karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan
perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama
dalam memenangkan pilihan anak agar memilih makanan yang
bergizi seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar
rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan,
sehingga perilaku hidup bersih perlu dibiasakan untuk
mencegahnya.

6. Gizi Seimbang untuk anak usia 6-9 tahun


Anak pada kelompok usia ini merupakan anak yang sudah
memasuki masa sekolah dan banyak bermain diluar, sehingga
pengaruh kawan, tawaran makanan jajanan, aktivitas yang tinggi dan
keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi menjadi tinggi.
Sebagian anak usia 6-9 tahun sudah mulai memasuki masa
pertumbuhan cepat pra-pubertas, sehingga kebutuhan terhadap zat
gizi mulai meningkat secara bermakna. Oleh karena itu, pemberian
makanan bergizi seimbang untuk anak pada kelompok usia ini harus
mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut.

7. Gizi Seimbang untuk remaja usia 10-19 tahun (Pra-pubertas dan


Pubertas)
Kelompok ini adalah kelompok usia peralihan dari anak-anak
menjadi remaja muda sampai dewasa. Kondisi penting yang
berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah
pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan,
menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik citra tubuh
(body image) pada remaja puteri. Dengan demikian perhitungan
terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan
kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja puteri, perhatian
harus lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum
menikah.
-30-
8. Gizi Seimbang untuk dewasa
Perilaku konsumsi pangan bergizi seimbang dapat terganggu
oleh pola kegiatan kelompok usia dewasa saat ini. Misalnya waktu
kerja yang ketat, waktu di rumah yang singkat, ibu bekerja diluar
rumah, peningkatan risiko terpapar polusi dan makanan tidak aman,
ketersediaan berbagai makanan siap saji dan siap olah, dan ketidak-
tahuan tentang gizi, yang menyebabkan kelompok usia ini
cenderung beraktivitas ringan atau santai (sedentary life), yang salah
satu akibatnya adalah konsumsi pangan yang tidak seimbang dan
tidak higienis. Oleh karena itu, perhatian terhadap perilaku Gizi
Seimbang perlu ditingkatkan untuk mencapai pola hidup sehat, aktif
dan produktif.

9. Gizi Seimbang untuk usia lanjut


Pada usia lanjut, khususnya usia di atas 60 tahun, terjadi
berbagai perubahan dalam tubuh yaitu mulai menurunnya fungsi
berbagai organ dan jaringan tubuh. Perubahan tersebut meliputi
antara lain organ pengindra termasuk fungsi penciuman sehingga
dapat menurunkan nafsu makan; melemahnya sistem organ
pencernaan sehingga saluran pencernaan menjadi lebih sensitif
terhadap makanan tertentu dan mengalami sembelit; gangguan pada
gigi sehingga mengganggu fungsi mengunyah; melemahnya kerja
otot jantung; pada wanita memasuki masa menopause dengan
berbagai akibatnya; dan lain-lain.
Hal tersebut menyebabkan kelompok usia lanjut lebih rentan
terhadap gangguan gizi dan berbagai penyakit, termasuk terlalu
gemuk, terlalu kurus, penyakit hipertensi, penyakit jantung, diabetes
mellitus, osteoporosis, osteoartritis dll. Oleh karena itu kebutuhan zat
gizi dan pola konsumsi pangan pada kelompok usia lanjut agak
berbeda dibanding kelompok dewasa; Misalnya membatasi konsumsi
gula, garam dan minyak, serta tinggi purin. Sebaliknya lebih banyak
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup.
-31-
BAB III
PESAN GIZI SEIMBANG

A. Pesan Umum
Pesan umum ini berlaku untuk usia dewasa dari berbagai lapisan
masyarakat dalam kondisi sehat, dan untuk mempertahankan hidup
sehat.

1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan


Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi
oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam
jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi
kebutuhan gizi. Bahkan semakin beragam pangan yang dikonsumsi
semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat lainnya yang
bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu konsumsi anekaragam
pangan merupakan salah satu anjuran penting dalam mewujudkan
gizi seimbang.

Selain memperhatikan keanekaragaman makanan dan minuman


juga perlu memperhatikan dari aspek keamanan pangan yang berarti
makanan dan minuman itu harus bebas dari cemaran biologis, kimia
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan masyarakat.

Cara menerapkan pesan ini adalah dengan mengonsumsi lima


kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan. Kelima
kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk-pauk,
sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu
jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah-buahan) setiap kali makan akan lebih baik.
-32-
Setiap orang diharapkan selalu bersyukur dan menikmati
makanan yang dikonsumsinya. Bersyukur dapat diwujudkan berupa
berdoa sebelum makan. Nikmatnya makan ditentukan oleh
kesesuaian kombinasi anekaragam dan bumbu, cara pengolahan,
penyajian makanan dan suasana makan. Cara makan yang baik
adalah makan yang tidak tergesa-gesa. Dengan bersyukur dan
menikmati makan anekaragam makanan akan mendukung
terwujudnya cara makan yang baik, tidak tergesa-gesa. Dengan
demikian makanan dapat dikunyah, dicerna dan diserap oleh tubuh
lebih baik.

2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan


Secara umum sayuran dan buah-buahan merupakan sumber
berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin,
mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan
sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh.
Berbeda dengan sayuran, buah-buahan juga menyediakan
karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa. Sayur tertentu
juga menyediakan karbohidrat, seperti wortel dan kentang sayur.
Sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh
seperti buah alpokat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi
sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu bagian penting
dalam mewujudkan Gizi Seimbang.

Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan


buah-buahan yang cukup turut berperan dalam menjaga kenormalan
tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah. Konsumsi sayur dan
buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit buang air besar
(BAB/sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa
konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan
dalam pencegahan penyakit tidak menular kronik. Konsumsi sayuran
dan buah-buahan yang cukup merupakan salah satu indikator
sederhana gizi seimbang.
-33-
Semakin matang buah yang mengandung karbohidrat semakin
tinggi kandungan fruktosa dan glukosanya, yang dicirikan oleh rasa
yang semakin manis. Dalam budaya makan masyarakat perkotaaan
Indonesia saat ini, semakin dikenal minuman jus bergula. Dalam
segelas jus buah bergula mengandung 150-300 Kalori yang sekitar
separohnya dari gula yang ditambahkan. Selain itu beberapa jenis
buah juga meningkatkan risiko kembung dan asam urat. Oleh karena
itu konsumsi buah yang terlalu matang dan minuman jus bergula
perlu dibatasi agar turut mengendalikan kadar gula darah.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan


konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah
400 g perorang perhari, yang terdiri dari 250 g sayur (setara dengan
2
½ porsi atau 2 ½ gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150
g buah, (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1
½ potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang).
Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-
buahan 300-400 g perorang perhari bagi anak balita dan anak usia
sekolah, dan 400-600 g perorang perhari bagi remaja dan orang
dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran
dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur.

3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi


Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan
pangan sumber protein nabati. Kelompok pangan lauk pauk sumber
protein hewani meliputi daging ruminansia (daging sapi, daging
kambing, daging rusa dll), daging unggas (daging ayam, daging bebek
dll), ikan termasuk seafood, telur dan susu serta hasil olahnya.
Kelompok Pangan lauk pauk sumber protein nabati meliputi kacang-
kacangan dan hasil olahnya seperti kedele, tahu, tempe, kacang
hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang hitam, kacang tolo dan
lain-lain.

Meskipun kedua kelompok pangan tersebut (pangan sumber


protein hewani dan pangan sumber protein nabati) sama-sama
menyediakan protein, tetapi masing-masing kelompok pangan
-34-
tersebut mempunyai keunggulan dan kekurangan. Pangan hewani
mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan mempunyai mutu
zat gizi yaitu protein, vitamin dan mineral lebih baik, karena
kandungan zat-zat gizi tersebut lebih banyak dan mudah diserap
tubuh. Tetapi pangan hewani mengandung tinggi kolesterol (kecuali
ikan) dan lemak. Lemak dari daging dan unggas lebih banyak
mengandung lemak jenuh. Kolesterol dan lemak jenuh diperlukan
tubuh terutama pada anak-anak tetapi perlu dibatasai asupannya
pada orang dewasa.

Pangan protein nabati mempunyai keunggulan mengandung


proporsi lemak tidak jenuh yang lebih banyak dibanding pangan
hewani. Juga mengandung isoflavon, yaitu kandungan fitokimia yang
turut berfungsi mirip hormon estrogen (hormon kewanitaan) dan
antioksidan serta anti-kolesterol. Konsumsi kedele dan tempe telah
terbukti dapat menurunkan kolesterol dan meningkatkan sensitifitas
insulin dan produksi insulin. Sehingga dapat mengendalikan kadar
kolesterol dan gula darah. Namun kualitas protein dan mineral yang
dikandung pangan protein nabati lebih rendah dibanding pangan
protein hewani.

Oleh karena itu dalam mewujudkan Gizi Seimbang kedua


kelompok pangan ini (hewani dan nabati) perlu dikonsumsi bersama
kelompok pangan lainnya setiap hari, agar jumlah dan kualitas zat
gizi yang dikonsumsi lebih baik dan sempurna. Kebutuhan pangan
hewani 2-4 porsi, setara dengan 70-140 g (2-4 potong) daging sapi
ukuran sedang; atau 80-160 g (2-4 potong) daging ayam ukuran
sedang; atau 80-160 g (2-4 potong) ikan ukuran sedang sehari.
Kebutuhan pangan protein nabati 2-4 porsi sehari, setara dengan 100-
200 g (4-8 potong) tempe ukuran sedang; atau 200-400 g (4-8 potong)
tahu ukuran sedang. Porsi yang dianjurkan tersebut tergantung
kelompok umur dan kondisi fisiologis (hamil, menyusui, lansia, anak,
remaja, dewasa). Susu sebagai bagian dari pangan hewani yang
dikonsumsi berupa minuman dianjurkan terutama bagi ibu hamil, ibu
menyusui serta anak-anak setelah usia satu tahun. Mereka yang
mengalami diare atau intoleransi laktosa karena minum susu tidak
dianjurkan minum susu hewani. Konsumsi telur, susu kedele dan ikan
merupakan salah satu alternatif solusinya.
-35-
4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok
Makanan pokok adalah pangan mengandung karbohidrat yang
sering dikonsumsi atau telah menjadi bagian dari budaya makan
berbagai etnik di Indonesia sejak lama. Contoh pangan karbohidrat
adalah beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut,
sagu dan produk olahannya. Indonesia kaya akan beragam pangan
sumber karbohidrat tersebut.

Disamping mengandung karbohidrat, dalam makanan pokok


biasanya juga terkandung antara lain vitamin B1 (tiamin), B2
(riboflavin) dan beberapa mineral. Mineral dari makanan pokok ini
biasanya mempunyai mutu biologis atau penyerapan oleh tubuh
yang rendah. Serealia utuh seperti jagung, beras merah, beras hitam,
atau biji-bijian yang tidak disosoh dalam penggilingannya
mengandung serat yang tinggi. Serat ini penting untuk melancarkan
buang air besar dan pengendalian kolesterol darah. Selain itu serealia
tersebut juga memilki karbohidrat yang lambat diubah menjadi gula
darah sehingga turut mencegah gula darah tinggi. Beberapa jenis umbi-
umbian juga mengandung zat non-gizi yang bermanfaat untuk
kesehatan seperti ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning yang
mengandung antosianin dan lain-lain.

Selain makanan pokok yang diproduksi di indonesia, ada juga


makanan pokok yang tersedia di Indonesia melalui impor seperti
terigu. Pemerintah Indonesia telah mewajibkan pengayaan mineral
dan vitamin (zat besi, zink, asam folat, tiamin dan riboflavin) pada
semua terigu yang dipasarkan di Indonesia sebagai bagian dari
strategi perbaikan gizi terutama penanggulangan anemia gizi.

Cara mewujudkan pola konsumsi makanan pokok yang beragam


adalah dengan mengonsumsi lebih dari satu jenis makanan pokok
dalam sehari atau sekali makan. Salah satu cara mengangkat citra
pangan karbohidrat lokal adalah dengan mencampur makanan
karbohidrat lokal dengan terigu, seperti pengembangan produk boga
yang beragam misalnya, roti atau mie campuran tepung singkong
dengan tepung terigu, pembuatan roti gulung pisang, singkong
goreng keju dan lain-lain
-36-
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang


Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta
Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji
menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 g (4 sendok
makan), natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) dan
lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orang per
hari akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan
serangan jantung. Informasi kandungan gula, garam dan lemak serta
pesan kesehatan yang tercantum pada label pangan dan makanan
siap saji harus diketahui dan mudah dibaca dengan jelas oleh
konsumen.

Masyarakat perlu diberi pendidikan membaca label pangan,


mengetahui pangan rendah gula, garam dan lemak, serta memasak
dengan mengurangi garam dan gula. Di lain pihak para pengusaha
pangan olahan diwajibkan mencantumkan informasi nilai gizi pada
label pangan agar masyarakat dapat memilih makanan sehat sesuai
kebutuhan setiap anggota keluarganya. Label dan iklan pangan
harus mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999.
Khusus untuk anak usia 6-24 bulan konsumsi lemak tidak perlu
dibatasi.

a. Konsumsi gula
Gula yang dikonsumsi melampaui kebutuhan akan
berdampak pada peningkatan berat badan, bahkan jika
dilakukan dalam jangka waktu lama secara langsung akan
meningkatkan kadar gula darah dan berdampak pada terjadinya
diabetes type-2, bahkan secara tidak langsung berkontribusi
pada penyakit seperti osteoporosis, penyakit jantung dan
kanker.

Gula yang dikenal masyarakat tidak hanya terdapat pada


gula tebu, gula aren dan gula jagung yang dikonsumsi dari
makanan dan minuman. Perlu diingat bahwa kandungan gula
terdapat juga dalam makanan lain yang mengandung
-37-
karbohidrat sederhana (tepung, roti, kecap), buah manis, jus,
minuman bersoda dan sebagainya.

Fruktosa adalah gula sederhana yang terdapat di dalam


madu, berbagai buah, gula meja (sukrosa dan high fructose corn
syrup/HFCS). Fruktosa belum memperoleh perhatian yang
cukup dibandingkan dengan glukosa padahal terbukti
mempunyai hubungan yang erat dengan intoleransi glukosa.
Jadi pendapat selama ini bahwa fruktosa lebih aman dari
glukosa adalah tidak benar.

Daftar pangan penukar gula dan porsi ukuran rumah


tangga (URT).

Tabel Kelompok Pangan Manis

Jenis pangan ini hampir seluruhnya terdiri dari karbohidrat


sederhana.
Kandungan gizi satu (1) porsi gula tebu (pasir) dengan ukuran
satu (1) sendok makan atau 10 gram adalah : 37 Kalori dan 9
gram Karbohidrat.

Daftar pangan penukar satu (1) porsi gula:

Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam gram


Tangga (URT)
Gula aren 1 sendok makan 10
Gula kelapa 1 sendok makan 10
Selai/jam 1 sendok makan 15
Madu 1 sendok makan 15
Sirup 1 sendok makan 15
-38-
Beberapa cara membatasi konsumsi gula:
1) Batasi konsumsi makanan dan minuman yang manis.
2) Kurangi penggunaan gula, baik pada berbagai minuman
(teh, kopi, susu, jus dan minuman lain bergula) maupun
pada berbagai makanan, jajanan dan saat membubuhkan
pada masakan. Jika ingin memberi rasa pada minuman,
dapat ditambahkan potongan buah atau daun seperti jeruk
nipis, daun mint
3) Ganti makanan penutup/dessert yang manis dengan buah
yang mempunyai rasa kurang manis dan/atau sayur-
sayuran segar.
4) Manfaatkan informasi pada label kemasan dalam memilih
makanan yang kurang manis atau rendah kalori.

b. Konsumsi garam
Rasa asin yang berasal dari makanan adalah karena
kandungan garam (NaCl) yang ada dalam makanan tersebut.
Konsumsi natrium yang berlebihan akan mempengaruhi
kesehatan terutama meningkatkan tekanan darah. Daftar
makanan tinggi natrium adalah sebagai berikut:

Daftar Makanan Tinggi Natrium

1) Bahan Penyedap

Ukuran
Kandungan
Nama Makanan Rumah
Natrium
Tangga (URT)
Garam Meja 1 Sendok Teh 2000 mg
Acar Bawang Merah 1 Sendok Teh 1620 mg
Acar bawang Putih 1 Sendok Teh 1850 mg
MSG (Vetsin) 1 Sendok Teh 492 mg
Kecap 1 Sendok Teh 343 mg
Meat Tenderizer (Pelunak 1 Sendok Teh 1750 mg
Daging)
-39-
2) Makanan Siap Saji

Berat dalam Kandungan


Nama Makanan
Gram Natrium
Chicken Breast Sandwich 210 1340 mg
Double Beef Whopper and 374 1535 mg
Cheese
Ham and Cheese 230 1534 mg
Hot dog 100 830 mg
Roasted Beef 247 1288 mg
Super Hot Dog with 196 1605 mg
Cheese

Karena itu dianjurkan mengonsumsi garam sekedarnya


dengan cara menyajikan makanan rendah natrium:
1) Gunakan garam beriodium untuk konsumsi.
2) Jika membeli pangan kemasan dalam kaleng, seperti
sayuran, kacang-kacangan atau ikan, agar membaca label
informasi nilai gizi dan pilih yang rendah natrium.
3) Jika tidak tersedia pangan kemasan dalam kaleng yang
rendah natrium, pangan dalam kemasan tersebut perlu
ditiriskan bila mengandung cairan bergaram.
4) Bila mengonsumsi makanan instan yang bumbunya
terpisah, dianjurkan mengurangi penggunaan bumbu yang
bergaram.
5) Cobalah menggunakan bumbu tambahan lain seperti tomat,
bawang, cabe, jahe atau lainnya untuk meningkatkan rasa.

Disamping menggunakan garam (NaCl) juga dapat


menggunakan garam yang mengandung Kalium karena
mengonsumsi lebih banyak pangan sumber Kalium dapat
membantu menurunkan tekanan darah. Pangan sumber Kalium
adalah kismis, kentang, pisang, kacang (beans) dan yoghurt.

c. Konsumsi lemak
Lemak yang terdapat didalam makanan, berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A,
D, E dan K serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak
dan minyak dalam hidangan sehari-hari dianjurkan tidak lebih
dari 25% kebutuhan energi, jika mengonsumsi lemak secara
berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya konsumsi
makanan lain. Hal ini disebabkan karena lemak berada didalam
-40-
sistem pencernaan relatif lebih lama dibandingkan dengan
protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa
kenyang yang lebih lama.

Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2010, secara nasional,


rata-rata konsumsi lemak di Indonesia telah sesuai dengan yang
dianjurkan yaitu 47 gram/kapita/hari atau 25 persen dari total
konsumsi energi. Karakteristiknya adalah lebih besar pada
kelompok penduduk usia 2-18 tahun, tinggal di perkotaan dan
pada kelompok perempuan.

Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi


menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok lemak tak jenuh dan
kelompok lemak jenuh. Makanan yang mengandung lemak tak
jenuh, umumnya berasal dari pangan nabati, kecuali minyak
kelapa. Sedangkan makanan yang mengandung asam lemak
jenuh, umumnya berasal dari pangan hewani.

Dalam memproduksi hormon, tubuh membutuhkan


kolesterol yang merupakan substansi yang terdapat dalam
tubuh. Tubuh membuat kolesterol dari zat gizi yang dikonsumsi
dari makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti kuning
telur, lemak daging dan keju.

Kadar kolesterol darah yang melebihi ambang normal (160-


200 mg/dl) dapat mengakibatkan penyakit jantung bahkan
serangan jantung. Hal ini dapat dicegah jika penduduk
menerapkan pola konsumsi makanan rendah lemak. Daftar
pangan sumber lemak dan porsi ukuran rumah tangga (URT)
sebagai berikut :

Tabel Kelompok Pangan Minyak Sumber Lemak


(Jenis pangan ini hampir seluruhnya terdiri dari
lemak)

Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi 2


kelompok yaitu lemak tak jenuh dan lemak jenuh :

1) Lemak Tak Jenuh


Satu satuan penukar mengandung 50 Kkal dan 5 gram
lemak
-41-
Daftar pangan penukar satu (1) porsi minyak :
Ukuran Rumah Berat dalam
Bahan Makanan
Tangga (URT) gram

Alpokat ½ buah besar 60


Margarin jagung ¼ sendok teh 5
Mayonaise 2 sendok makan 25
Minyak biji kapas 1 sendok teh 5
Minyak matahari 1 sendok teh 5
Minyak jagung 1 sendok teh 5
Minyak kedelai 1 sendok teh 5
Minyak kacang tanah 1 sendok teh 5
Minyak safflower 1 sendok teh 5
Minyak zaitun 1 sendok teh 5

2) Lemak Jenuh
Satu satuan penukar mengandung 50 Kkal dan 5 gram
lemak

Daftar pangan penukar yang mengandung asam lemak 5


gram dan 50 Kalori:
Ukuran Rumah Berat dalam
Bahan Makanan
Tangga (URT) gram

Mentega 1sendok makan 15


Santan (peras) 1/3 gelas 40
Kelapa 1potong kecil 15
Keju krim 1 potong kecil 15
Minyak kelapa 1 sendok teh 5
Minyak sawit 1 sendok teh 5

Daftar Pustaka :
a) FKUI, Daftar Bahanan Makan Penukar Balai Penerbit
FKUI Jakarta 1997
b) Almatsier, Editor, Penuntun Diet Instalasi Gizi RS Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia PT.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2007
-42-

Risiko timbulnya penyakit jantung pada kelompok


penduduk ini semakin meningkat jika disertai dengan
kebiasaan merokok, menderita tekanan darah tinggi,
diabetes dan obesitas.

d. Biasakan Sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan
antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian
kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif.

Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum


membiasakan sarapan. Padahal dengan tidak sarapan akan
berdampak buruk terhadap proses belajar di sekolah bagi anak
sekolah, menurunkan aktifitas fisik, menyebabkan kegemukan
pada remaja, orang dewasa, dan meningkatkan risiko jajan yang
tidak sehat.

Sebaliknya, sarapan membekali tubuh dengan zat gizi yang


diperlukan untuk berpikir, bekerja, dan melakukan aktivitas
fisik secara optimal setelah bangun pagi. Bagi anak sekolah,
sarapan yang cukup terbukti dapat meningkatkan konsentrasi
belajar dan stamina. Bagi remaja dan orang dewasa sarapan
yang cukup terbukti dapat mencegah kegemukan. Membiasakan
sarapan juga berarti membiasakan disiplin bangun pagi dan
beraktifitas pagi dan tercegah dari makan berlebihan dikala
makan kudapan atau makan siang.

Karena itu sarapan merupakan salah satu perilaku penting


dalam mewujudkan gizi seimbang. Pekan Sarapan Nasional
(PESAN) yang diperingati setiap tanggal 14-20 Februari
diharapkan dapat dijadikan sebagai momentum berkala setiap
tahun untuk selalu mengingatkan dan mendorong masyarakat
agar melakukan sarapan yang sehat sebagai bagian dari upaya
mewujudkan Gizi Seimbang.

Sarapan sehat setiap pagi dapat diwujudkan dengan bangun


pagi, mempersiapkan dan mengonsumsi makanan dan minuman
pagi sebelum melakukan aktifitas harian. Sarapan yang baik
terdiri dari pangan karbohidrat, pangan lauk-pauk, sayuran atau
buah-buahan dan minuman. Bagi orang yang tidak biasa makan
kudapan pagi dan kudapan siang, porsi makanan saat sarapan
sekitar sepertiga dari total makanan sehari. Bagi orang yang
-43-
biasa makan kudapan pagi dan makanan kudapan siang, jumlah
porsi makanan sarapan sebaiknya seperempat dari makanan
harian.

e. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman


Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial,
yang berarti bahwa air dibutuhkan tubuh dalam jumlah
yang banyak untuk hidup sehat, dan tubuh tidak dapat
memproduksi air untuk memenuhi kebutuhan ini.
Sekitar dua-pertiga dari berat tubuh kita adalah air.

Air diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan


yang optimal sehingga keseimbangan air perlu dipertahankan
dengan mengatur jumlah masukan air dan keluaran air yang
seimbang. Persentase kadar air dalam tubuh anak lebih tinggi
dibanding dalam tubuh orang dewasa. Sehingga anak
memerlukan lebih banyak air untuk setiap kilogram berat
badannya dibandingkan dewasa. Berbagai faktor dapat
memengaruhi kebutuhan air seperti tahap pertumbuhan, laju
metabolisme, aktivitas fisik, laju pernafasan, suhu tubuh dan
lingkungan, kelembaban udara, jumlah dan jenis padatan yang
dikeluarkan ginjal, dan pola konsumsi pangan.

Bagi tubuh, air berfungsi sebagai pengatur proses biokimia,


pengatur suhu, pelarut, pembentuk atau komponen sel dan
organ, media tranportasi zat gizi dan pembuangan sisa
metabolisme, pelumas sendi dan bantalan organ. Proses
biokimiawi dalam tubuh memerlukan air yang cukup. Gangguan
terhadap keseimbangan air di dalam tubuh dapat meningkatkan
risiko berbagai gangguan atau penyakit, antara lain: sulit ke
belakang (konstipasi), infeksi saluran kemih, batu saluran
kemih, gangguan ginjal akut dan obesitas.

Sekitar 78% berat otak adalah air. Berbagai penelitian


membuktikan bahwa kurang air tubuh pada anak sekolah
menimbulkan rasa lelah (fatigue), menurunkan atensi atau
konsentrasi belajar. Minum yang cukup atau hidrasi tidak hanya
mengoptimalkan atensi atau konsentrasi belajar anak tetapi juga
mengoptimalkan memori anak dalam belajar.

Pemenuhan kebutuhan air tubuh dilakukan melalui


konsumsi makanan dan minuman. Sebagian besar (dua-pertiga)
air yg dibutuhkan tubuh dilakukan melalui minuman yaitu
sekitar dua liter atau delapan gelas sehari bagi remaja dan
dewasa yang melakukan kegiatan ringan pada kondisi
-44-
temperatur harian di kantor/rumah tropis. Pekerja yang
berkeringat, olahragawan, ibu hamil dan ibu menyusui
memerlukan tambahan kebutuhan air selain dua liter
kebutuhan dasar air. Air yang dibutuhkan tubuh selain
jumlahnya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan juga harus
aman yang berarti bebas dari kuman penyakit dan bahan-bahan
berbahaya.

f. Biasakan membaca label pada kemasan pangan


Label adalah keterangan tentang isi, jenis, komposisi zat
gizi, tanggal kadaluarsa dan keterangan penting lain yang
dicantumkan pada kemasan.

Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang


dikemas sangat membantu konsumen untuk mengetahui bahan-
bahan yang terkandung dalam makanan tersebut. Selain itu
dapat memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi pada
konsumen yang berisiko tinggi karena punya penyakit tertentu.
Oleh karena itu dianjurkan untuk membaca label pangan yang
dikemas terutama keterangan tentang informasi kandungan zat
gizi dan tanggal kadaluarsa sebelum membeli atau
mengonsumsi makanan tersebut.

g. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir


Pentingnya mencuci tangan secara
baik dan benar memakai sabun dengan air
bersih mengalir adalah agar kebersihan
terjaga secara keseluruhan serta mencegah
kuman dan bakteri berpindah dari tangan
ke makanan yang akan dikonsumsi dan
juga agar tubuh tidak terkena kuman.
Perilaku hidup bersih harus dilakukan atas
dasar kesadaran oleh setiap anggota
keluarga agar terhindar dari penyakit,
karena 45% penyakit diare bisa dicegah
dengan mencuci tangan.

Tanggal 15 Oktober adalah Hari Cuci


Tangan Sedunia Pakai Sabun yang dicanangkan oleh PBB
sebagai salah satu cara menurunkan angka kematian anak usia
di bawah lima tahun serta mencegah penyebaran penyakit.
Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang
maupun cair sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang
maksimal.
-45-
Saat yang diharuskan untuk mencuci tangan dengan air bersih
mengalir dan pakai sabun, adalah:
1) Sebelum dan sesudah makan
2) Sebelum dan sesudah memegang makanan
3) Sesudah buang air besar dan menceboki bayi/anak
4) Sebelum memberikan air susu ibu
5) Sesudah memegang binatang
6) Sesudah berkebun

Lima (5) langkah cara mencuci tangan pakai sabun yang baik
dan benar:
1) Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih mengalir
2) Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela jari-jari
3) Bersihkan bagian bawah kuku-kuku
4) Bilas dengan air bersih mengalir
5) Keringkan tangan dengan handuk/tissu atau keringkan
dengan udara/dianginkan

Manfaat melakukan 5 langkah mencuci tangan yaitu


membersihkan dan membunuh kuman yang menempel secara
cepat dan efektif karena semua bagian tangan akan dicuci
menggunakan sabun.

h. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat


badan normal
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran
energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang
melakukan latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap
hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. Beberapa aktivitas
fisik yang dapat dilakukan antara lain aktivitas fisik sehari-hari
seperti berjalan kaki, berkebun, menyapu, mencuci, mengepel,
naik turun tangga dan lain-lain.

Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang


dilakukan secara terstruktur dan terencana, dengan tujuan
untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Beberapa latihan fisik
yang dapat dilakukan seperti berlari, joging, bermain bola,
berenang, senam, bersepeda dan lain-lain. Contoh-contoh
latihan fisik dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
-46-
Tabel Contoh-Contoh Latihan Fisik
1) Contoh Peningkatan Latihan Fisik pada Orang Sehat

MINGGU FREKUENSI DURASI INTENSITAS


PROGRAM
Ke Per minggu (menit) (% max DN*)
Tahap Pemula 1 3 12 50-60
2 3 14 60
3 3 16 65
4 3 18 65-75
5 3 20 65-75
Tahap
6-9 3-4 21 75-85
Pengembangan
10-13 3-4 24 75-85
14-16 3-4 24 75-85
17-19 4-5 28 75-85
20-23 4-5 30 75-85
24-27 4-5 30 75-90
Tahap
>28 3 30-35 75-90
Pemeliharaan
*) DN : Denyut Nadi

2) Contoh Program Jalan Kaki Bagi Laki-Laki Dewasa Sehat

FREKUENSI
MINGGU JARAK (km) DURASI (menit)
Per minggu
1 0.8 14:00 3-4
2 1.6 22:00 3-4
3 1.6 21:00 3-4
4 2.4 26:00 3-4
5 2.4 24:00 4-5
6 3.2 32:00 4-5
7 3.2 31:00 4-5
8 4.0 38:00 4-5
9 3.2&4.0 27:30&33:30 3&2
10 4.0&4.8 33:15&40:00 3&2
11 4.0&4.8 33:00&40:00 3&2
12 4.8 40:00 5
-47-
3) Contoh Program Jalan Kaki bagi Perempuan Dewasa Sehat

FREKUENSI
MINGGU JARAK (km) DURASI (menit)
Per minggu
1 0.8 15:00 3-4
2 1.6 23:00 3-4
3 1.6 22:00 3-4
4 2.4 27:00 3-4
5 2.4 25:00 4-5
6 3.2 33:00 4-5
7 3.2 32:00 4-5
8 4.0 39:00 4-5
9 3.2&4.0 28:30&34:30 3&2
10 4.0&4.8 34:15&41:00 3&2
11 4.0&4.8 34:00&41:00 3&2
12 4.8 41:00 5

Daftar Pustaka :
Peningkatan Kebugaran Jasmani di Tempat Kerja, Direktorat
Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, Ditjen Bina Gizi dan KIA
Kemenkes RI Tahun 2012

Berdasarkan Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi


Makanan dan Aktivitas Fisik Kementerian Kesehatan Tahun
2012, lebih baik jika melakukan olah raga yaitu latihan fisik
yang dilakukan berkesinambungan dengan mengikuti aturan
tertentu dan bertujuan juga untuk meningkatkan prestasi. Jenis
olahraga dapat dipilih sesuai hobinya. Beberapa aktivitas olah
raga yang dapat dilakukan seperti sepak bola, bulu tangkis, bola
basket, tenis meja, voli, futsal dan lain-lain. Untuk
meningkatkan kesehatan dan kebugaran dikembangkan juga
olah raga rekreasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat
sehingga menimbulkan kegembiraan.
-48-
Olahraga rekreasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang
sesuai kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat perlu
didorong untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran dan
kegembiraan. Berikut beberapa contoh budaya tradisional yang
dapat dijadikan sebagai aktivitas fisik: Tari Poco-Poco dari
Papua, Tari Bambu dari Maluku, Tari Jaipong dari Jawa Barat,
Tari Saman dari Aceh, Tari Kecak dari Bali, dll

Aktivitas fisik yang teratur akan meningkatkan


kesempatan hidup sehat lebih panjang. Dasar sederhana adalah
mempertahankan berat badan normal, seimbang kalori yang
dimakan dan kalori yang digunakan (dibakar). Karena itu pola
konsumsi makanan yang sehat disertai aktivitas fisik dalam
lingkungan bebas polusi termasuk yang ada asap rokok akan
membantu mengontrol berat badan, sehingga badan akan
menjadi lebih sehat.

Penelitian telah membuktikan adanya manfaat aktivitas


fisik terhadap kesehatan pada berbagai kelompok (pria,
perempuan, anak, remaja, dewasa, usia lanjut, orang dengan
gangguan fisik - disabilities, ibu hamil dan ibu menyusui),
seperti: 1) mencegah kematian dini; 2) mencegah penyakit tidak
menular a.l. penyakit jantung koroner, stroke, kanker, diabetes
type 2, osteoporosis dan depresi; 3) menurunkan risiko penyakit
seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol darah tinggi; 4)
meningkatkan kebugaran fisik dan kekuatan otot; 5)
meningkatkan kapasitas fungsional (kemampuan melakukan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari); 6) mengoptimalkan
kesehatan mental dan fungsi kognitif; 7) mencegah trauma dan
serangan jantung mendadak.

Dalam rangka mendukung penerapan pola konsumsi


makanan beragam, bergizi seimbang dan aman serta aktivitas
fisik yang cukup dan teratur perlu didukung dengan: 1)
pemantapan hukum dan peraturan perundangan, 2) pendekatan
kemitraan dan multi sektor termasuk penguatan mekanisme
Jejaring Kerja Nasional Pengendalian penyakit tidak menular, 3)
peningkatan dan pengembangan sumber daya untuk
implementasi kegiatan.
-49-
1) Aktivitas fisik dapat mencegah kematian dini
Meningkatnya kematian karena penyakit tidak menular
di Indonesia berdasarkan Riskesdas Tahun 2010 sebesar
59,5% telah menyadarkan para pengambil kebijakan untuk
segera menetapkan kebijakan dalam rangka mencegah
kematian dini penduduk. Bukti ilmiah sangat kuat
menunjukkan bahwa aktivitas fisik menurunkan risiko
kematian dini (meninggal lebih cepat daripada umur rata-
rata untuk kelompok penduduk spesifik), dari penyebab
kematian utama, seperti penyakit jantung dan kanker.

Efek ini adalah luar biasa melalui 2 kesimpulan:


Pertama, orang yang melakukan aktivitas fisik aktif selama 7
jam dalam 1 minggu mempunyai risiko 40% lebih rendah
mengalami kematian dini dibandingkan mereka yang
melakukan aktivitas fisik kurang dari 30 menit seminggu.
Kedua, tidak perlu melakukan aktivitas dalam jumlah yang
sangat banyak atau sangat intensif dan berlebihan untuk
menurunkan risiko kematian dini. Penelitian menunjukkan
banyak sekali penurunan risiko jika orang melakukan
sedikitnya 2,5 jam (150 menit) senam aerobik yang sedang
secara intensif (moderate-intensity aerobic physical activity)
setiap minggu.

2) Pentingnya memantau berat badan


Berat badan bayi baru lahir minimal harus mencapai
2.500 g agar bayi tumbuh kembang sehat dan cerdas.
Pemantauan berat bayi dan anak dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Anak
dinyatakan sehat jika berat badannya naik setiap bulan
yaitu grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan atau
kenaikan berat badan sama dengan kenaikan berat badan
minimum atau lebih yang masih berada di dalam pita hijau
KMS. (lihat Tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu
Menuju Sehat (KMS))
-50-
Mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencegah berbagai penyakit tidak menular.
Berat badan normal ditentukan berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT).

Penentuan nilai IMT, menggunakan rumus sebagai


berikut :
BB (kg)
IMT =
TB2 (m)

Keterangan :
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk


ketentuan WHO yang membedakan batas ambang normal
untuk laki-laki dan perempuan. Di Indonesia, berdasarkan
hasil penelitian dan pengalaman klinis tidak dibedakan
menurut jenis kelamin, dan batas ambang normal yang
digunakan adalah 18.5 - 25.0, bila IMT > 25,0 – 27,0
dikategorikan kegemukan (over weight). Seseorang
dikategorikan menderita obesitas jika IMT-nya > 27.0. (lihat
Tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu Menuju Sehat
(KMS))

Cara mempertahankan berat badan normal adalah


menerapkan pola konsumsi pangan dengan prinsip Gizi
Seimbang secara utuh.

B. Pesan Khusus

1. Pesan Gizi Seimbang untuk ibu hamil :


a. Biasakan mengonsumsi anekaragam pangan yang lebih banyak
Ibu Hamil perlu mengonsumsi aneka ragam pangan yang
lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat
gizi mikro (vitamin dan mineral) karena digunakan untuk
pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan serta cadangan selama masa menyusui. Zat gizi
mikro penting yang diperlukan selama hamil adalah zat besi,
asam folat, kalsium, iodium dan zink.
-51-
Kebutuhan protein selama kehamilan meningkat.
Peningkatan kebutuhan ini untuk pertumbuhan janin dan untuk
mempertahankan kesehatan ibu. Sangat dianjurkan untuk
mengonsumsi pangan sumber protein hewani seperti ikan, susu
dan telur.

Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat karena


digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru. Selain itu
zat besi merupakan unsur penting dalam pembentukan
hemoglobin pada sel darah merah. Kekurangan hemoglobin
disebut anemia atau disebut penyakit kurang darah dapat
membahayakan kesehatan ibu dan bayi seperti Berat Bayi Lahir
Rendah kurang dari 2500 g (BBLR), perdarahan dan peningkatan
risiko kematian.

Ikan, daging, hati dan tempe adalah jenis pangan yang baik
untuk ibu hamil karena kandungan zat besinya tinggi. Ibu hamil
juga disarankan untuk mengonsumsi satu tablet tambah darah
perhari selama kehamilan dan dilanjutkan selama masa nifas.

Kebutuhan asam folat selama kehamilan juga meningkat


karena digunakan untuk pembentukan sel dan sistem saraf
termasuk sel darah merah. Sayuran hijau seperti bayam dan
kacang-kacangan banyak mengandung asam folat yang sangat
diperlukan pada masa kehamilan.

Buah berwarna merupakan sumber vitamin yang baik bagi


tubuh dan buah yang berserat karena dapat melancarkan buang
air besar sehingga mengurangi resiko sembelit (susah buang air
besar).

Kebutuhan kalsium meningkat pada saat hamil karena


digunakan untuk mengganti cadangan kalsium ibu guna
pembentukan jaringan baru pada janin. Apabila konsumsi
kalsium tidak mencukupi maka akan berakibat meningkatkan
risiko ibu mengalami komplikasi yang disebut keracunan
kehamilan (pre eklampsia). Selain itu ibu akan mengalami
pengeroposan tulang dan gigi. Perhatian khusus agar diberikan
pada ibu hamil usia remaja oleh karena masih dalam periode
pertumbuhan yang memerlukan kalsium lebih banyak. Sumber
kalsium yang baik adalah sayuran hijau, kacang–kacangan dan
ikan teri serta susu.
-52-
Iodium merupakan bagian hormon tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3) yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Iodium berperan dalam sintesis protein,
absorsi karbohidrat dan saluran cerna serta sintesis kolesterol
darah.

Zat iodium memegang peranan yang sangat besar bagi ibu


dan janin. Kekurangan iodium akan berakibat terhambatnya
perkembangan otak dan sistem saraf terutama menurunkan IQ
dan meningkatkan risiko kematian bayi. Disamping itu
kekurangn iodium dapat menyebabkan pertumbuhan fisik anak
yang dilahirkan terganggu (kretin). Dampak pada perkembangan
otak dan system syaraf ini biasanya menetap. Sumber iodium
yang baik adalah makanan laut seperti ikan, udang, kerang,
rumput laut. Setiap memasak diharuskan menggunakan garam
beriodium.

Mengatasi “Hiperemesis Gravidarum” (rasa mual dan


muntah berlebihan) dapat dilakukan dengan menganjurkan
makan dalam porsi kecil tetapi sering, makan secara tidak
berlebihan dan hindari makanan berlemak serta makanan
berbumbu tajam (merangsang).

b. Batasi mengonsumsi makanan yang mengandung garam tinggi


Pembatasan konsumsi garam dapat mencegah hipertensi
selama kehamilan. Selama ibu hamil diusahakan agar tidak
menderita hipertensi. Hal ini disebabkan karena hipertensi
selama kehamilan akan meningkatkan risiko kematian janin,
terlepasnya plasenta, serta gangguan pertumbuhan.

c. Minumlah air putih yang lebih banyak


Air merupakan cairan yang paling baik untuk hidrasi tubuh
secara optimal. Air berfungsi membantu pencernaan, membuang
racun, sebagai penyusun sel dan darah, mengatur keseimbangan
asam basa tubuh, dan mengatur suhu tubuh.

Kebutuhan air selama kehamilan meningkat agar dapat


mendukung sirkulasi janin, produksi cairan amnion dan
meningkatnya volume darah. Ibu hamil memerlukan asupan air
minum sekitar 2-3 liter perhari (8 – 12 gelas sehari).
-53-
d. Batasi minum kopi

Kafein bila dikonsumsi oleh ibu hamil akan mempunyai efek


diuretic dan stimulans. Oleh karenanya bila ibu hamil minum
kopi sebagai sumber utama kafein yang tidak terkontrol, akan
mengalami peningkatan buang air kecil (BAK) yang akan
berakibat dehidrasi, tekanan darah meningkat dan detak jantung
juga akan meningkat. Pangan sumber kafein lainnya adalah
coklat, teh dan minuman suplemen energi. Satu botol minuman
suplemen energi mengandung kafein setara dengan 1-2 cangkir
kopi. Disamping mengandung kafein, kopi juga mengandung
inhibitor (zat yang mengganggu penyerapan zat besi) Konsumsi
kafein pada ibu hamil juga akan berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan janin, karena metabolisme janin belum
sempurna.

Menurut British Medical Journal (2008) konsumsi kafein bagi


ibu hamil tidak melebihi 100 mg/hari atau1-2 cangkir kopi/hari.
Oleh karenanya dianjurkan kepada ibu hamil, selama kehamilan
ibu harus bijak dalam mengonsumsi kopi sebagai sumber utama
kafein, batasi dalam batas aman yaitu paling banyak 2 cangkir
kopi/hari atau hindari sama sekali.

2. Pesan Gizi Seimbang untuk ibu menyusui:


a. Biasakan mengonsumsi anekaragam pangan yang lebih banyak
Ibu menyusui perlu mengonsumsi aneka ragam pangan
yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi, protein
dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) karena digunakan untuk
pemeliharaan kesehatan ibu dan produksi ASI. Protein
diperlukan juga untuk sintesis hormon prolaktin (untuk
memproduksi ASI) dan hormon oksitosin (untuk mengeluarkan
ASI). Zat gizi mikro yang diperlukan selama menyusui adalah zat
besi, asam folat, vitamin A, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niasin),
B6 (piridoksin), vitamin C, vitamin D, iodium, zink dan
selenium. Defisiensi zat gizi tersebut pada ibu menyebabkan
turunnya kualitas ASI.

Kebutuhan protein selama menyusui meningkat.


Peningkatan kebutuhan ini untuk mempertahankan kesehatan
ibu. Sangat dianjurkan untuk mengonsumsi pangan sumber
protein hewani seperti ikan, susu dan telur.
-54-
Kebutuhan zat besi selama menyusui meningkat karena
digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru. Selain itu
zat besi merupakan unsur penting dalam pembentukan
hemoglobin pada sel darah merah. Kekurangan hemoglobin
disebut anemia dapat membahayakan kesehatan ibu dan
peningkatan risiko kematian. Ibu menyusui yang menderita
anemia sebagai akibat lanjut dari kekurangan zat besi selama
masa kehamilan, juga disarankan untuk mengonsumsi tablet
tambah darah dengan konsultasi kepada ahli gizi dan/atau
dokter.

Kebutuhan asam folat meningkat karena digunakan untuk


pembentukan sel dan sistem saraf termasuk sel darah merah.
Sayuran hijau seperti bayam dan kacang-kacangan banyak
mengandung asam folat yang sangat diperlukan pada masa
menyusui. Untuk meningkatkan produksi ASI ibu dianjurkan
untuk banyak mengonsumsi daun katuk dan daun torbangun
(sayuran yang banyak terdapat di daerah Sumatra Utara/Batak).

Kebutuhan kalsium meningkat pada saat menyusui karena


digunakan untuk meningkatkan produksi ASI yang mengandung
kalsium tinggi. Apabila konsumsi kalsium tidak mencukupi maka
ibu akan mengalami pengeroposan tulang dan gigi karena
cadangan kalsium dalam tubuh ibu digunakan untuk produksi
ASI.

Sumber kalsium yang baik adalah susu, yogurt, keju, ikan


teri, kacang-kacangan, tahu dan sayuran hijau. Penyerapan
kalsium pada makanan akan lebih bagus apabila ibu
membiasakan diri berjemur dibawah sinar matahari pada pagi
hari.

Vitamin C dibutuhkan oleh ibu menyusui, untuk membantu


penyerapan zat besi yang berasal dari pangan nabati, sedangkan
vitamin D dibutuhkan untuk membantu penyerapan kalsium.

b. Minumlah air putih yang lebih banyak


Air merupakan cairan yang paling baik untuk hidrasi tubuh
secara optimal. Air berfungsi membantu pencernaan, membuang
racun, sebagai penyusun sel dan darah, mengatur keseimbangan
asam basa tubuh, dan mengatur suhu tubuh. Jumlah air yang
dikonsumsi ibu menyusui perhari adalah sekitar 850-1.000 ml
lebih banyak dari ibu yang tidak menyusui atau sebanyak 3.000
ml atau 12-13 gelas air. Jumlah tersebut adalah untuk dapat
memproduksi ASI sekitar 600-850 ml perhari.
-55-
c. Batasi minum kopi
Kafein yang terdapat dalam kopi yang dikonsumsi ibu akan
masuk ke dalam ASI sehingga akan berpengaruh tidak baik
terhadap bayi, misalnya bayi sulit tidur dan gangguan
metabolisme zat besi pada ibu menyusui. Hal ini disebabkan
karena metabolisme bayi belum siap untuk mencerna kafein.
Konsumsi kafein pada ibu menyusui juga berhubungan dengan
rendahnya pasokan ASI. Prinsip utama yang dianjurkan terkait
dengan konsumsi kafein atau kopi bagi ibu menyusui adalah 1)
bila ibu tidak biasa minum kopi sebaiknya tidak minum kopi
ketika periode menyusui; 2) bila ibu biasa minum kopi
dianjurkan agar mengurangi atau menghindari minum kopi
ketika periode menyusui

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli di


Harvard University, konsumsi kafein untuk ibu menyusui tidak
lebih dari 300 mg/hari atau sebanyak 3 cangkir kopi/hari. Hasil
penelitian yang dilakukan di Mayo Clinics Rechester Minnoseta
USA menunjukkan bahwa apabila konsumsi kafein melebihi 300
mg/hari maka kandungan zat besi dalam ASI-nya 30% lebih
rendah daripada ibu menyusui yang tidak minum kafein. Oleh
karena itu untuk kesehatan ibu dan bayi sebaiknya ibu menyusui
menghindari minum kopi.

3. Pesan Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan


a. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu disebutkan bahwa Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai secepatnya dengan
cara segera setelah lahir bayi ditengkurapkan di dada ibu
sehingga kulit ibu melekat pada kulit bayi minimal 1 jam atau
sampai menyusu awal selesai.

Manfaat IMD yaitu sebagai berikut :


1) Dapat melatih keterampilan bayi untuk menyusu dan
langkah awal membentuk ikatan batin antara ibu dan bayi.
2) Dapat mengurangi stres pada bayi dan ibu.
3) Meningkatkan daya tahan tubuh berkat bayi mendapat
antibodi dari kolostrum
4) Dapat mengurangi risiko hipotermi dan hipoglikemi pada
bayi
5) Dapat mengurangi risiko perdarahan pasca persalinan
-56-

b. Berikan ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan


Pemberian ASI Eksklusif berarti bayi selama 6 bulan hanya
diberi ASI saja. Kebutuhan energi dan zat gizi lainnya untuk bayi
dapat dipenuhi dari ASI. Disamping itu pemberian ASI Ekslusif
sampai dengan 6 bulan mengurangi tingkat kematian bayi yang
disebabkan berbagai penyakit (diare dan radang paru) dan
mempercepat pemulihan bila sakit serta membantu menjalankan
kelahiran. Pemberian ASI Eksklusif adalah hak bayi yang sangat
terkait dengan komitmen ibu dan dukungan keluarga dan
lingkungan sekitar.

4. Pesan Gizi seimbang untuk anak usia 6-24 bulan


a. Lanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun.
Pemberian ASI dilanjutkan hingga usia 2 tahun, oleh karena
ASI masih mengandung zat-zat gizi yang penting walaupun
jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan. Disamping itu akan
meningkatkan hubungan emosional antara ibu dan bayi serta
meningkatkan sistem kekebalan yang baik bagi bayi hingga ia
dewasa. Pemberian ASI bisa dilakukan dengan beberapa cara.
Pertama adalah dengan menyusu langsung pada payudara ibu.
Ini adalah cara yang paling baik karena dapat membantu
meningkatkan dan menjaga produksi ASI. Pada proses menyusui
secara langsung, kulit bayi dan ibu bersentuhan, mata bayi
menatap mata ibu sehingga dapat terjalin hubungan batin yang
kuat. Kedua adalah dengan memberikan ASI perah jika ibu
bekerja atau terpaksa meninggalkan bayi, ASI tetap dapat
diberikan kepada bayi, dengan cara memberikan ASI perah.

Cara memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah


1) Cara memerah ASI :
a) Sebelum memerah ASI terlebih dahulu disiapkan
wadah untuk ASI perah dengan cara:
(1) pilih cangkir, gelas atau kendi bermulut lebar,
(2) cuci cangkir tersebut dengan sabun dan air,
(3) tuangkan air mendidih ke dalam cangkir
tersebut, dan biarkan beberapa menit. Air
mendidih akan membunuh sebahagian besar
bakteri,
(4) bila telah siap memerah ASI, tuangkan air dari
cangkir tersebut
-57-
b) Letakan jari dan ibu jari di tiap sisi areola dan tekan
ke dalam ke arah dinding dada
c) Tekan di belakang puting dan areola di antara ibu jari
dan telunjuk
d) Tekan dari samping untuk mengosongkan semua
bagian

2) Cara menyimpan ASI perah :

a) ASI perah dapat bertahan di suhu ruang selama 6-8


jam
b) ASI perah dapat disimpan di lemari pendingin selama 3-
8 hari, jika diperlukan penyimapanan jangka panjang
dapat dimasukkan ke dalam freezer untuk disimpan
selama 3-6 bulan
c) Letakan ASI perah di bahagian dalam freezer atau
lemari pendingin, bukan di dekat pintu agar tidak
mengalami perubahan dan variasi suhu
d) Bila di rumah tidak memiliki lemari pendingin atau
freezer, maka ASI perah bisa disimpan di dalam
termos yang berisi es untuk jangka waktu 24 jam.

3) Cara Memberikan ASI perah


Cara yang paling baik memberikan ASI perah adalah
dengan menggunakan cangkir, sendok atau pipet.
Pemberian ASI perah dengan menggunakan botol dan dot
tidak dianjurkan karena kurang terjamin kebersihannya;
dan juga bayi akan bingung puting sehingga bayi tidak mau
menyusu pada payudara ibu.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan ASI perah


adalah :
1) ASI perah dingin dihangatkan dengan cara merendam
wadah ASI perah kedalam baskom berisi air hangat.
2) ASI perah beku perlu dicairkan di lemari pendingin
dahulu sebelum dihangatkan
3) Jangan merebus ASI perah atau menghangatkan ASI
menggunakan air mendidih.
4) Jangan membekukan kembali ASI perah yang sudah
mencair
5) Tidak ada alasan untuk membuang ASI kecuali bayi
menolak.
-58-
b. Berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan
Selain ASI diteruskan harus memberikan makanan lain
sebagai pendamping ASI yang diberikan pada bayi dan anak
mulai usia 6-24 bulan. MP-ASI yang tepat dan baik merupakan
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi terutama zat gizi
mikro sehingga bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan
optimal. MP-ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan usia
anak, mulai dari MP-ASI bentuk lumat, lembik sampai anak
menjadi terbiasa dengan makanan keluarga.

MP-ASI disiapkan keluarga dengan memperhatikan


keanekaragaman pangan. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
mikro dari MP-ASI keluarga agar tidak terjadi gagal tumbuh,
perlu ditambahkan zat gizi mikro dalam bentuk bubuk tabur gizi.

Berdasarkan komposisi bahan makanan MP-ASI


dikelompokkan menjadi dua yaitu :

(1) MP-ASI lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk


hewani, lauk nabati, sayur dan buah
(2) MP-ASI sederhana yang terdiri dari makanan pokok, lauk
hewani atau nabati dengan sayur atau buah.

MP-ASI yang baik apabila :


(1) Padat energi, protein dan zat gizi mikro (antara lain Fe, Zinc,
Kalsium, Vit. A, Vit. C dan Folat) yang tidak dapat dipenuhi
dengan ASI saja untuk anak mulai 6 bulan
(2) Tidak berbumbu tajam,
(3) Tidak menggunakan gula dan garam tambahan, penyedap
rasa, pewarna dan pengawet.
(4) Mudah ditelan dan disukai anak
(5) Diupayakan menggunakan bahan pangan lokal dengan
harga terjangkau

Berikut ini merupakan Tabel Pemberian Makanan


Pendamping ASI (MP-ASI) dan Tabel Resep Makanan Pendamping
ASI Lokal :

Tabel Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)


1) Apa itu MP-ASI?
a) MP-ASI adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak
usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain
dari ASI
-59-
b) MP-ASI berupa makanan padat atau cair yang
diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan
kemampuan pencernaan bayi atau anak.
2) Kapan bayi mendapat MP-ASI?
Mulai usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan.

3) Mengapa bayi dan anak harus mendapat MP-ASI?


a) Pada usia 6-12 bulan, ASI hanya menyediakan ½ atau
lebih kebutuhan gizi bayi, dan pada usia 12-24 bulan
ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya sehingga
MP-ASI harus segera diberikan mulai bayi berusia 6
bulan.
b) MP-ASI harus mengandung zat gizi mikro yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi oleh ASI saja.

4) Apa saja tanda-tanda bayi sudah siap menerima MP-ASI?


a) Jika bayi didudukkan kepalanya sudah tegak
b) Bayi mulai meraih makanan dan memasukkannya ke
dalam mulut
c) Jika diberikan makanan lumat bayi tidak
mengeluarkan makanan dengan lidahnya

5) Alasan yang kurang tepat sehingga bayi mulai diberikan MP-


ASI, karena:
a) Ibu/pengasuh melihat tanda bayi merasa lapar, seperti
memasukan tangan ke dalam mulut merupakan
perkembangan normal dan ini bukan tanda bayi lapar
b) Ibu/pengasuh percaya bahwa bayi sudah berkurang
minum ASI, sehingga ibu mulai memberi MP-ASI
c) Ibu/pengasuh merasa kenaikan berat badan bayi tidak
sesuai yang diharapkan
d) Pengaruh orang lain, seperti tetangga, ibunya, petugas
kesehatan dan bahkan iklan makanan bayi
6) Apa saja macam dan bentuk MP-ASI?
a) Macam MP-ASI :
(1) MP-ASI dari bahan makanan lokal yang dibuat
sendiri
(2) MP-ASI pabrikan yang difortifikasi dalam bentuk
bungkusan, kaleng atau botol
-60-
b) Bentuk MP-ASI :
(1) Makanan lumat yaitu sayuran, daging/ikan/telur,
tahu/tempe dan buah yang dilumatkan/disaring,
seperti tomat saring, pisang lumat halus, pepaya
lumat, air jeruk manis, bubur susu dan bubur ASI
(2) Makanan lembik atau dicincang yang mudah
ditelan anak, seperti bubur nasi campur, nasi tim
halus, bubur kacang hijau
(3) Makanan keluarga seperti nasi dengan lauk pauk,
sayur dan buah
7) Bagaimana pola pemberian ASI dan MP-ASI untuk bayi dan
anak?

Umur ASI Makanan Makanan Makanan


(bulan) Lumat Lembik Keluarga
0-6
6-9
9-12
12-24

8) Berapa frekuensi dan jumlah MP-ASI yang diberikan?

Umur Frekuensi Jumlah setiap kali


makan
6-9 bulan 2-3 x makanan 2-3 sendok makan
lumat + penuh setiap kali
1-2 x makanan makan dan
selingan + tingkatkan secara
ASI perlahan sampai
setengah 1/2 dari
cangkir mangkuk
ukuran 250 ml tiap
kali makan
9-12 bulan 3-4 x makanan ½ mangkuk ukuran
lembik + 250 ml
1-2 x makanan
selingan + ASI
12-24 bulan 3-4 x makanan ¾ Mangkuk ukuran
keluarga + 1-2x 250 ml
makanan selingan
+ ASI
-61-
9) Apa yang perlu diperhatikan bila anak mulai makan MP-
ASI?
(a) MP-ASI yang diberikan pertama sebaiknya adalah
makanan lumat berbahan dasar makanan pokok
tertutama beras/tepung beras, karena beras bebas
gluten yang dapat menyebabkan alergi
(b) Bila bayi sudah mulai makan MP-ASI, bayi memerlukan
waktu untuk membiasakan diri pada rasa maupun
bentuk makanan baru tersebut.
(c) Perkenalkan aneka jenis buah sayur lauk sumber
protein dalam MP-ASI, bertahap sambil mengamati
reaksi bayi terhadap makanan yang diperkenalkan.
(d) Ketika anak bertambah besar, jumlah yang diberikan
juga bertambah. Pada usia 12 bulan, anak dapat
menghabiskan 1 mangkuk kecil penuh makanan yang
bervariasi setiap kali makan.
(e) Berikan makanan selingan terjadwal dengan porsi kecil
seperti roti atau biskuit yang dioles dengan
mentega/selai kacang/mesyes, buah dan kue kering.
(f) Beri anak makan 3x sehari dan 2x makanan selingan
diantaranya secara terjadwal
(g) Makanan selingan yang tidak baik adalah yang banyak
mengandung gula tetapi kurang zat gizi lainnya seperti
minuman bersoda, jus buah yang manis, permen, es
lilin dan kue-kue yang terlalu manis.
10) Apa yang terjadi bila bayi terlalu awal atau terlambat
mendapat MP-ASI?
(a) Memberi MP-ASI terlalu awal/dini pada usia < 6 bulan
akan :
(1) menggantikan asupan ASI, membuat sulit
memenuhi kebutuhan zat gizinya
(2) makanan mengandung zat gizi rendah bila
berbentuk cair, seperti sup dan bubur encer
(3) meningkatkan risiko kesakitan :
i. kurangnya faktor perlindungan
ii. MP-ASI tidak sebersih ASI
iii. tidak mudah dicerna seperti ASI
iv. meningkatkan risiko alergi
(4) meningkatkan risiko kehamilan ibu bila frekuensi
pemberian ASI kurang
-62-
(b) Memberi MP-ASI terlambat pada usia > 6 bulan akan
mengakibatkan:
(1) kebutuhan gizi anak tidak dapat terpenuhi
(2) pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat
(3) risiko kekurangan gizi seperti anemia karena
kekurangan zat besi.
11) Bagaimana cara pemberian MP-ASI?
Seorang anak perlu belajar bagaimana cara makan,
mencoba rasa dan tekstur makanan baru. Anak perlu
belajar mengunyah makanan, memindah-mindahkan
makanan dalam mulut dan menelannya dengan cara :
(a) Memberi perhatian disertai senyum dan kasih sayang
(b) Tatap mata anak dan ucapkan kata-kata yang
mendorong anak untuk makan
(c) Beri makan anak dengan sabar dan tidak tergesa-gesa
(d) Tunggu bila anak sedang berhenti makan dan suapi lagi
setelah beberapa saat, jangan dipaksa
(e) Cobakan berbagai bahan makanan, rasa dan tekstur
agar anak suka makan
(f) Beri makanan yang dipotong kecil, sehingga anak dapat
belajar memegang dan makan sendiri.

Tabel Resep Makanan Pendamping ASI Lokal

1) Makanan Lumat

(a) Bubur Sumsum Kacang Hijau (MP-ASI Sederhana)

Bahan :
15 gr (1,5 sdm) tepung beras
10 gr (1 sdm) kacang hijau, rebus, haluskan
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
20 gr daun bayam, iris halus

Cara membuat :
(1) Rebus kacang hijau dan daun bayam, saring
dengan saringan atau blender halus, sisihkan.
(2) Campurkan sedikit air hangat dengan tepung
beras hingga larut,
(3) Tambahkan hasil saringan nomor 1, aduk rata.

Nilai gizi :
-63-
Energi : 152,7 kkal Fe : 1,5 mg
Protein : 3,3 gr Vitamin A : 104,0 µg
Lemak : 7,8 gr Vitamin C : 7,3 mg
KH : 18,9 gr Zink : 0,6 mg

(b) Bubur Beras Merah (MP-ASI Lengkap)

Bahan :
15 gr beras merah/ 30 gr nasi beras merah
10 gr (1 sdm datar) ikan, haluskan
10 gr (1 sdm) kacang tolo, haluskan
20 gr daun bayam, iris tipis
1 sdt minyak kelapa
50 gr (1 buah sedang) jeruk manis, ambil airnya,
sisihkan

Cara membuat :
(1) Masak beras merah hingga matang
(2) Masukkan ikan, kacang tolo, aduk hingga matang
(3) Sesaat sebelum matang, masukkan daun bayam,
minyak kelapa, aduk hingga matang
(4) Angkat, hidangkan dengan perasan air jeruk

Nilai gizi :
Energi : 150 kkal Fe : 1,2 mg
Protein : 4,9 gr Vitamin A : 110,8 µg
Lemak : 6,0 gr Vitamin C : 33,1 mg
KH : 20,7 gr Zink : 0,6 mg

(c) Bubur Tepung Jagung (MP-ASI

Lengkap) Bahan :
15 gr (1 1/2 sdm) tepung jagung
10 gr (1 sdm) ikan, haluskan
5 gr (1 sdt) tempe, haluskan
25 gr pisang kepok, potong
kecil 20 gr daun kangkung, iris
tipis 1 sdt minyak kelapa
Air matang secukupnya
-64-
Cara membuat :
(1) Ikan, tempe, pisang, rebus hingga matang.
(2) Sesaat akan matang, masukkan daun kangkung,
angkat lalu saring
(3) Cairkan tepung jagung dengan sedikit air, lalu
masak dengan air dan tambahkan minyak.
(4) Setelah matang dan kental, masukkan hasil
saringan no 2, aduk hingga rata, siap
dihidangkan.

Nilai gizi :
Energi : 150 kkal Fe : 1,1 mg
Protein : 4,6 gr Vitamin A : 93,3 µg
Lemak : 6,3 gr Vitamin C : 7,8 mg
KH : 20,6 gr Zink : 0,5 mg

(d) Bubur Singkong Saus Jeruk (MP-ASI Lengkap)

Bahan :
30 gr singkong putih, rebus dan haluskan
10 gr (1 sdm datar) daging ikan, cincang halus
10 gr (1 sdm datar) tahu, haluskan
20 gr daun bayam, potong halus
1 1/2 sdt minyak kelapa
100 cc (1/2 gelas belimbing) kaldu asli
50 gr jeruk manis, ambil sarinya, sisihkan

Cara membuat kaldu :


(1) Bahan yang bisa digunakan tulang ayam/ceker
ayam/kepala dan tulang ikan/potongan wortel,
daun bawang, seledri, bawang bombay/kulit
udang
(2) Tambahkan air secukupnya, didihkan
(3) Setelah mendidih, api dikecilkan dan biarkan +1-
2 jam.

Cara membuat bubur :


(1) Rebus air kaldu, masukkan singkong putih,
daging ikan, tahu dan minyak kelapa, aduk-aduk
hingga setengah matang.
(2) Masukkan daun bayam, aduk hingga matang.
Jika airnya mengental dapat ditambahkan air
matang.
(3) Angkat, lalu saring halus atau diblender. Sebelum
disajikan tambahkan saus jeruk
-65-
Nilai gizi :
Energi : 155,9 kkal Fe : 1,6 mg
Protein : 4,6 gr Vitamin A : 112,4 µg
Lemak : 8,2 gr Vitamin C : 42,1 mg
KH : 17,9 gr Zink : 0,3 mg

(e) Bubur Kentang Saus Pepaya (MP-ASI Lengkap)

Bahan :
40 gr kentang, rebus dan haluskan
10 gr (1 sdm datar) ikan segar cincang halus
5 gr (1 sdt) kacang merah, rebus dan haluskan
20 gr labu siam
75 cc (1/3 gelas belimbing)
santan Air secukupnya
30 gr pepaya, haluskan, sisihkan

Cara membuat :
(1) Campur kentang, ikan segar, kacang merah
dengan sedikit air, didihkan sambil diaduk.
(2) Masukkan santan sedikit demi sedikit, aduk
terus
(3) Sesaat akan matang tambahkan labu siam,
aduk
(4) Setelah matang, angkat. Dapat disaring dengan
saringan atau di blender
(5) Hidangkan dengan saos pepaya

Nilai gizi :
Energi : 155,9 kkal Fe : 1,6 mg
Protein : 4,6 gr Vitamin A : 112,4 µg
Lemak : 8,2 gr Vitamin C : 42,1 mg
KH : 17,9 gr Zink : 0,3 mg

2) Makanan Lembik

(a) Nasi Tim Kangkung Saos Pepaya (MP-ASI Lengkap)

Bahan :
50 gr nasi aron
10 gr ikan haluskan
20 gr tempe haluskan
15 gr kangkung
10 gr tomat
1 sdt minyak kelapa
-66-
75 cc (1/3
gelas belimbing) kaldu
50 gr pepaya, haluskan

Cara membuat :
(1) Masukkan nasi aron, ikan, tempe, minyak
kelapa ke dalam mangkok tim
(2) Tambahkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Masukkan kangkung dan tomat, tim hingga
matang
(4) Angkat, sajikan dengan saos pepaya

Nilai gizi :
Energi : 187,5 kkal Fe : 1,0 mg
Protein : 7,9 gr Vitamin A : 124,7 µg
Lemak : 7,2 gr Vitamin C : 36,7 mg
KH : 24,0 gr Zink : 0,7 mg

(b) Tim Jagung Muda Saos Melon (MP-ASI

Lengkap) Bahan :
50 gr pupil jagung muda, tumbuk kasar
20 gr ikan, haluskan
25 gr tahu, haluskan
15 gr daun kangkung
10 gr tomat, buang kulitnya
1 sdt minyak kelapa
75 cc (1/3 gelas belimbing) kaldu
50 gr melon, ambil sarinya

Cara membuat :
(1) Letakkan jagung muda, ikan, tahu dalam wadah
tim
(2) Masukkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Tambahkan kangkung, tomat, minyak kelapa,
tim hingga matang
(4) Angkat, sajikan dengan saos melon

Nilai gizi :
Energi : 165,1 kkal Fe : 2,3 mg
Protein : 8,4 gr Vitamin A : 82,8 µg
Lemak : 7,7 gr Vitamin C : 11,6 mg
KH : 18,5 gr Zink : 0,6 mg
-67-
(c) Tim Menado Pisang (MP-ASI Lengkap)

Bahan :
25 gr jagung muda, tumbuk kasar
25 gr labu kuning, potong dadu
25 gr pisang ambon, potong tipis
20 gr ikan segar, cincang
25 gr tahu, potong-potong
15 gr daun kangkung, iris tipis
10 gr tomat, buang kulit
1 sdt minyak kelapa
75 cc (1/3 gelas belimbing) kaldu

Cara membuat :
(1) Letakkan jagung muda, labu kuning, ikan segar,
tahu pada mangkok tim
(2) Tambahkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Masukkan pisang ambon, daun kangkung,
tomat, minyak kelapa, tim hingga matang
(4) Angkat, siap dihidangkan

Nilai gizi :
Energi : 151,7 kkal Fe : 2,1 mg
Protein : 7,8 gr Vitamin A : 165,3 µg
Lemak : 7,6 gr Vitamin C : 11,9 mg
KH : 16,2 gr Zink : 0,6 mg

(d) Nasi Tim Beras Merah (MP-ASI Sederhana)

Bahan :
20 gr beras merah, masak dengan air hingga lunak
20 gr ikan segar, cincang
15 gr wortel, parut
10 gr tomat, buang kulitnya
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
Dapat ditambahkan daun bawang, seledri, bawang
bombay

Cara membuat :
(1) Letakkan nasi merah, ikan segar pada wadah
tim
(2) Tambahkan santan, tim hingga matang
-68-
(3) Tambahkan wortel dan tomat, tim hingga
matang
(4) Siap dihidangkan

Nilai gizi :
Energi : 176,8 kkal Fe : 1,3 mg
Protein : 6,1 gr Vitamin A : 250,4 µg
Lemak : 8,6 gr Vitamin C : 3,7 mg
KH : 19,7 gr Zink : 0,8 mg

(e) Nasi Tim Tempe (MP-ASI Sederhana)

Bahan :
50 gr nasi aron
15 gr tempe, iris tipis
20 gr labu siam, iris tipis
10 gr tomat, buang kulitnya
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
Dapat ditambahkan daun bawang, seledri, bawang
bombay

Cara membuat :
(1) Letakkan nasi aron, tempe pada wadah tim
(2) Tambahkan santan encer dan bumbu, tim
hingga matang
(3) Tambahkan labu siam dan tomat, tim hingga
matang
(4) Angkat, siap dihidangkan

Nilai gizi :
Energi : 189,6 kkal Fe : 1,1 mg
Protein : 5,1 gr Vitamin A : 14,6 µg
Lemak : 8,9 gr Vitamin C : 3,9 mg
KH : 21,6 gr Zink : 0,8 mg

Daftar Pustaka :
(1) Modul Pelatihan Konseling PMBA, Kemenkes
dan UNICEF Tahun 2012
(2) Pedoman Pemberian MP-ASI Berbasis Pangan
Lokal, Direktorat Bina Gizi, Ditjen Bina Gizi dan
KIA Tahun 2013
-69-
5. Pesan Gizi Seimbang untuk anak usia 2 – 5 Tahun
a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama
keluarga
Dalam upaya memenuhi kebutuhan zat gizi selama sehari
dianjurkan agar anak makan secara teratur 3 kali sehari dimulai
dengan sarapan atau makan pagi, makan siang dan makan
malam. Selain makan utama 3 kali sehari anak usia ini juga
dianjurkan untuk mengonsumsi makanan selingan sehat. Untuk
menghindarkan/mengurangi anak-anak mengonsumsi makanan
yang tidak sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar selalu makan
bersama keluarga. Sarapan setiap hari penting terutama bagi
anak-anak karena mereka sedang tumbuh dan mengalami
perkembangan otak yang sangat tergantung pada asupan
makanan secara teratur.

b. Perbanyak mengonsumsi makanan kaya protein seperti ikan,


telur, susu, tempe, dan tahu
Pertumbuhan anak membutuhkan pangan sumber protein
dan sumber lemak kaya Omega 3, DHA, EPA yang banyak
terkandung dalam ikan. Anak-anak dianjurkan banyak
mengonsumsi ikan dan telur karena kedua jenis pangan tersebut
mempunyai kualitas protein yang baik. Tempe dan tahu
merupakan sumber protein nabati yang kualitasnya baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak.

Jika memberikan susu kepada anak, tidak perlu


menambahkan gula pada saat menyiapkannya. Pemberian susu
dengan kadar gula yang tinggi akan membuat selera anak
terpaku pada kadar kemanisan yang tinggi. Pola makan yang
terbiasa manis akan membahayakan kesehatannya di masa yang
akan datang. Seperti disampaikan dalam pesan umum nomor 5
tentang batasi konsumsi pangan yang manis.

c. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.


Sayuran dan buah-buahan adalah pangan sumber vitamin,
mineral dan serat. Vitamin dan mineral merupakan senyawa
bioaktif yang tergolong sebagai antioksidan, yang mempunyai
fungsi antara lain untuk mencegah kerusakan sel. Serat
berfungsi untuk memperlancar pencernaan dan dapat mencegah
dan menghambat perkembangan sel kanker usus besar.
-70-

d. Batasi mengonsumsi makanan selingan yang terlalu manis, asin


dan berlemak.
Pangan manis, asin dan berlemak dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit kronis tidak menular seperti tekanan
darah tinggi, hiperkolesterol, hiperglikemia, diabetes mellitus, dan
penyakit jantung. Sesuai dalam pesan umum nomor 5 tentang
batasi konsumsi pangan yang manis.

e. Minumlah air putih sesuai kebutuhan.


Sangat dianjurkan agar anak-anak tidak membiasakan
minum minuman manis atau bersoda, karena jenis minuman
tersebut kandungan gulanya tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan
cairan sehari hari dianjurkan agar anak-anak minum air
sebanyak 1200-1500 ml air/hari, sesuai dengan Permenkes
Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.

f. Biasakan bermain bersama dan melakukan aktivitas fisik setiap


hari
Perkembangan teknologi mainan dan kemudahan akses
anak pada permainan dengan teknologi canggih (electronic game)
tanpa aktivitas fisik, dapat menimbulkan kegemukan dan
gangguan perkembangan mental serta psikomotorik anak.

Permainan tradisional dan bermain bersama teman penting


untuk anak-anak karena dapat melatih dan menstimulasi
kemampuan sosial dan mental anak. Selain itu, permainan
tradisional dan bermain bersama dan melakukan aktivitas fisik
dalam bentuk permainan dapat mengusir rasa bosan pada anak
dan merangsang perkembangan kreativitasnya. Hal ini akan
mendukung tumbuh kembang dan kecerdasan anak.

6. Pesan Gizi Seimbang untuk anak usia 6-9 tahun


a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama
keluarga
Kebutuhan zat gizi anak usia 6-9 tahun dipenuhi dengan
makan utama 3 kali sehari (sarapan atau makan pagi, makan
siang dan makan malam) dan disertai makanan selingan sehat.
Untuk menghindarkan/mengurangi anak-anak mengonsumsi
makanan yang tidak sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar
selalu makan bersama keluarga. Sarapan setiap hari penting
terutama bagi anak-anak oleh karena mereka sedang tumbuh
-71-
dan mengalami perkembangan otak yang sangat tergantung pada
asupan makanan secara teratur.

Dalam satu hari kebutuhan tubuh untuk energi, protein,


vitamin, mineral dan juga serat disediakan dari makanan yang
dikonsumsi. Dalam sistem pencernaan tubuh, makanan yang
dibutuhkan tidak bisa sekaligus disediakan tetapi dibagi dalam 3
tahap yaitu tahap makan pagi, tahap makan siang dan tahap
makan malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40%
anak sekolah tidak makan pagi. Akibatnya jumlah energi yang
diperlukan untuk belajar menjadi berkurang dan prestasi belajar
kurang optimal. Pada tubuh seseorang yang normal, setelah tidur
8-10 jam dan tidak melakukan kegiatan makan dan minum
(puasa) kadar gula darah berada pada kisaran yang normal yaitu
80 g/dl. Apabila tidak melakukan kegiatan makan terutama
makanan yang mengandung karbohidrat kadar gula darah akan
menurun karena gula dipakai sebagai sumber energi.

Oleh karena itu makan pagi sangat penting untuk


menambah gula darah sebagai sumber energi. Pada anak sekolah
makan pagi atau sarapan sangat dianjurkan sehingga pada saat
menerima pelajaran (1-2 jam setelah makan) gula darah naik dan
dapat dipakai sebagai sumber energi otak. Otak mendapat energi
terutama dari glukosa. Pada proses belajar otak merupakan
organ yang sangat penting untuk menerima informasi, mengolah
informasi, menyimpan informasi dan mengeluarkan informasi.

Dalam melakukan makan pagi atau sarapan sebaiknya


dipenuhi kebutuhan zat gizi bukan hanya karbohidrat saja tetapi
juga protein, vitamin dan mineral. Porsi kecil disediakan untuk
makan pagi karena jumlah yang disediaakan cukup 20-25 % dari
kebutuhan sehari. Dengan membiasakan diri melakukan makan
pagi atau sarapan, dapat dihindari makan yang tidak terkontrol
yang akan meningkatkan berat badan. Makan pagi dengan cukup
serat akan membantu menurunkan kandungan kolesterol darah
sehingga dapat terhindar dari penyakit jantung akibat timbunan
lemak yang teroksidasi dalam pembuluh darah.

Sarapan pada anak sekolah sebaiknya dilakukan pada jam


06.00 atau sebelum jam 07.00 yaitu sebelum terjadi hipoglikemia
atau kadar gula darah sangat rendah. Menu yang disediakan
sangat bervariasi selain sumber karbohidrat yang berupa nasi,
mie, roti, umbi juga sumber protein seperti telur, tempe, olahan
daging atau ikan, sayuran dan buah. Persiapan makanan untuk
-72-
makan pagi atau sarapan yang waktunya sangat singkat perlu
dipikirkan dan dipertimbangkan menu yang cocok, dan cukup
efektif dipergunakan sebagai menu makan pagi dan telah
memenuhi kebutuhan zat gizi.

b. Biasakan mengonsumsi ikan dan sumber protein lainnya


Ikan merupakan sumber protein hewani, sedangkan tempe
dan tahu merupakan sumber protein nabati. Protein merupakan
zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan sel
atau jaringan yang sudah terbentuk, dan untuk mengganti sel
yang sudah rusak, oleh karena itu protein sangat diperlukan
dalam masa pertumbuhan. Selain itu juga protein berperan
sebagai sumber energi. Konsumsi protein yang baik adalah yang
dapat memenuhi kebutuhan asam amino esensial yaitu asam
amino yang tidak dapat disintesa didalam tubuh dan harus
diperoleh dari makanan.

Protein hewani memiliki kualitas yang lebih baik dibanding


protein nabati karena komposisi asam amino lebih komplit dan
asam amino esensial juga lebih banyak. Berbagai sumber protein
hewani dan nabati mempunyai kandungan protein yang berbeda
jumlahnya dan komposisi asam amino yang berbeda pula. Oleh
karena itu mengonsumsi protein juga dilakukan bervariasi.
Dianjurkan konsumsi protein hewani sekitar 30% dan nabati
70%.

Ikan selain sebagai sumber protein juga sumber asam


lemak tidak jenuh dan sumber zat gizi mikro. Konsumsi ikan
dianjurkan lebih banyak dari pada konsumsi daging.

Sumber protein nabati dari kacang-kacangan ataupun hasil


olahnya seperti tahu dan tempe banyak dikonsumsi masyarakat.
Kandungan protein pada tempe tidak kalah dengan daging.
Tempe selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber
vitamin asam folat dan B12 serta sebagai sumber antioksidan.
Tempe, kacang-kacangan dan tahu tidak mengandung kolesterol.
Konsumsi tempe sekitar 100g (4 potong sedang) per hari cukup
untuk mempertahankan tubuh tetap sehat dan kolesterol
terkontrol dengan baik.

Daging dan unggas (misalnya ayam, bebek, burung puyuh,


burung dara) merupakan sumber protein hewani. Daging dan
unggas selain sebagai sumber protein juga sumber zat besi yang
berkualitas sehingga sangat bagus bagi anak dalam masa
pertumbuhan. Namun ada hal yang harus diperhatikan bahwa
-73-
daging juga mengandung kolesterol dalam jumlah yang relatif
tinggi, yang bisa memberikan efek tidak baik bagi kesehatan.

Susu dan hasil olahannya (yogurt, keju dll) merupakan


minuman atau makanan dengan kandungan zat gizi yang cukup
lengkap yang setara dengan telur.

Kosumsi ikan, telur dan susu bagi kelompok anak usia 6-9
tahun sangat membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan
serta peningkatan daya ingat dan kognitif di sekolah.

c. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan cukup buah-buahan


Masyarakat Indonesia masih sangat kekurangan
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Jumlah konsumsi
sayuran rata-rata penduduk Indonesia baru 63,3% dari jumlah
konsumsi yang dianjurkan, dan pada buah-buahan baru 62,1%
dari jumlah konsumsi yang dianjurkan. Padahal sayuran di
Indonesia banyak sekali macam dan jumlahnya. Sayuran hijau
maupun berwarna selain sebagai sumber vitamin, mineral juga
sebagai sumber serat dan senyawa bioaktif yang tergolong sebagai
antioksidan. Buah selain sebagai sumber vitamin, mineral, serat
juga antioksidan terutama buah yang berwarna hitam, ungu,
merah.

Anjuran konsumsi sayuran lebih banyak daripada buah


karena buah juga mengandung gula, ada yang sangat tinggi
sehingga rasa buah sangat manis dan juga ada yang jumlahnya
cukup. Konsumsi buah yang sangat manis dan rendah serat agar
dibatasi. Hal ini karena buah yang sangat manis mengandung
fruktosa dan glukosa yang tinggi. Asupan fruktosa dan glukosa
yang sangat tinggi berisiko meningkatkan kadar gula darah.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa konsumsi vitamin


C dan vitamin E yang banyak terdapat dalam sayuran dan buah-
buahan sangat bagus untuk melindungi jantung agar terhindar
dari penyakit jantung koroner. Banyak keuntungan apabila
konsusmsi sayuran dan buah-buahan bagi kesehatan tubuh.

Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan sebaiknya


bervariasi sehingga diperoleh beragam sumber vitamin ataupun
mineral serta serat. Kalau ingin hidup lebih sehat lipat gandakan
konsumsi sayur dan buah. Konsumsi sayur dan buah bisa dalam
bentuk segar ataupun yang sudah diolah. Konsumsi sayuran
hijau tidak hanya direbus ataupun dimasak tetapi bisa juga
dalam bentuk lalapan (mentah) dan dalam bentuk minuman
yaitu
-74-
dengan ekstraksi sayuran dan ditambah dengan air tanpa gula
dan tanpa garam. Klorofil atau zat hijau daun yang terekstrak
merupakan sumber antioksidan yang cukup bagus. Sayuran
berwarna seperti bayam merah, kobis ungu, terong ungu, wortel,
tomat juga merupakan sumber antioksidan yang sangat potensial
dalam melawan oksidasi yang menurunkan kondisi kesehatan
tubuh.

d. Biasakan membawa bekal makanan dan air putih dari rumah


Apabila jam sekolah sampai sore atau setelah sekolah ada
kegiatan yang berlangsung sampai sore, maka makan siang tidak
dapat dilakukan di rumah. Makan siang disekolah harus
memenuhi syarat dari segi jumlah dan keragaman makanan.
Oleh karena itu bekal untuk makan siang sangat diperlukan.
Dengan membawa bekal dari rumah, anak tidak perlu makan
jajanan yang kadang kualitasnya tidak bisa dijamin. Disamping
itu perlu membawa air putih karena minum air putih dalam
jumlah yang cukup sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan.

Bekal yang dibawa anak sekolah tidak hanya penting untuk


pemenuhan zat gizi tetapi juga diperlukan sebagai alat
pendidikan gizi terutama bagi orang tua anak-anak tersebut.
Guru secara berkala melakukan penilaian terhadap unsur gizi
seimbang yang disiapkan orangtua untuk bekal anak sekolah dan
ditindaklanjuti dengan komunikasi terhadap orang tua.

e. Batasi mengonsumsi makanan cepat saji, jajanan dan makanan


selingan yang manis, asin dan berlemak.
Mengonsumsi makanan cepat saji dan jajanan saat ini
sudah menjadi kebiasaan terutama oleh masyarakat perkotaan.
Sebagian besar makanan cepat saji adalah makanan yang tinggi
gula, garam dan lemak yang tidak baik bagi kesehatan. Oleh
karena itu mengonsumsi makanan cepat saji dan makanan
jajanan harus sangat dibatasi.

Pangan manis, asin dan berlemak banyak berhubungan


dengan penyakit kronis tidak menular seperti diabetes mellitus,
tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

f. Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari


setelah makan pagi dan sebelum tidur

Setelah makan ada sisa makanan yang tertinggal di sela-


sela gigi. Sisa makanan tersebut akan dimetabolisme oleh
bakteri dan menghasilkan metabolit berupa asam, yang dapat
-75-
menyebabkan terjadinya pengeroposan gigi. Membiasakan
untuk membersihkan gigi setelah makan adalah upaya yang
baik untuk menghindari pengeroposan atau kerusakan gigi.
Demikian juga sebelum tidur, gigi juga harus dibersihkan dari
sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi. Saat tidur,
bakteri akan tumbuh dengan pesat apabila disela-sela gigi ada
sisa makanan dan ini dapat mengakibatkan kerusakan gigi.

g. Hindari merokok
Merokok sebenarnya merupakan kebiasaan dan bukan
merupakan kebutuhan, seperti halnya makan atau minum. Oleh
karena itu kebiasaan merokok dapat dihindari kalau ada upaya
sejak dini. Merokok juga bisa membahayakan orang lain
(perokok pasif). Banyak penelitian menunjukkan bahwa merokok
berakibat tidak baik bagi kesehatan misalnya kesehatan paru-
paru dan kesehatan reproduksi. Pada saat merokok sebenarnya
paru-paru terpapar dengan hasil pembakaran tembakau yang
bersifat racun. Racun hasil pembakaran rokok akan dibawa oleh
darah dan akan menyebabkan gangguan fungsi pada alat
reproduksi.

7. Pesan Gizi Seimbang untuk remaja usia 10-19 tahun (Pra-Pubertas


dan Pubertas)
Secara umum anak usia 10-19 tahun telah memasuki masa
remaja yang mempunyai karakteristik motorik dan kognitif yang lebih
dewasa dibanding usia sebelumnya. Anak remaja laki–laki pada
umumnya menyukai aktivitas fisik yang berat dan berkeringat. Dari
sisi pertumbuhan linier (tinggi badan) pada awal remaja terjadi
pertumbuhan pesat tahap kedua. Hal ini berdampak pada
pentingnya kebutuhan energi, protein, lemak, air, kalsium,
magnesium, vitamin D dan vitamin A yang penting bagi
pertumbuhan.

Pesan Gizi Seimbang untuk remaja sama dengan pesan-pesan


untuk anak usia 6-9 tahun, yang membedakan adalah porsinya yang
lebih banyak. Sedangkan untuk remaja putri dan calon pengantin
diberikan pesan khusus sebagai berikut :

a. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan


Remaja putri dan calon pengantin perlu mengonsumsi
aneka ragam makanan untuk memenuhi kebutuhan energi,
protein dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) karena
digunakan untuk pertumbuhan yang cepat, peningkatan volume
darah dan peningkatan haemoglobin. Zat gizi mikro penting yang
diperlukan pada remaja putri adalah zat besi dan asam folat.
-76-
Kebutuhan zat besi bagi remaja putri dan calon pengantin
diperlukan untuk membentuk haemoglobin yang mengalami
peningkatan dan mencegah anemia yang disebabkan karena
kehilangan zat besi selama menstruasi.

Asam folat digunakan untuk pembentukan sel dan sistem


saraf termasuk sel darah merah. Asam folat berperan penting
pada pembentukan DNA dan metabolisme asam amino dalam
tubuh. Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia
karena terjadinya gangguan pada pembentukan DNA yang
mengakibatkan gangguan pembelahan sel darah merah sehingga
jumlah sel darah merah menjadi kurang. Asam folat bersama-
sama dengan vitamin B6 dan B12 dapat membantu mencegah
penyakit jantung. Seperti halnya zat besi, asam folat banyak
terdapat pada sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Konsumsi asam folat pada orang dewasa disarankan sebanyak
1000 gr/hari.

Remaja putri (di atas 16 tahun) yang menikah sebaiknya


menunda kehamilan. Bila hamil perlu mengonsumsi pangan kaya
asam folat dan zat besi secara cukup, minimal 4 bulan sebelum
kehamilan agar terhindar dari anemia dan risiko bayi lahir
dengan cacat pada sistem saraf (otak) atau cacat tabung saraf
(Neural Tube Deffect).

b. Banyak makan sayuran hijau dan buah-buahan berwarna


Sayuran hijau seperti bayam, kangkung, brokoli dan sayur
kacang (buncis, kacang panjang dll) banyak mengandung
karotenoid dan asam folat yang sangat diperlukan pada masa
kehamilan.

Buah-buahan berwarna seperti pepaya, jeruk, mangga dll


merupakan sumber vitamin yang baik bagi tubuh. Buah-buahan
juga banyak mengandung serat dapat melancarkan buang air
besar (BAB) sehingga mengurangi risiko sembelit.

Buah berwarna, baik berwarna kuning, merah, merah


jingga, orange, biru, ungu, dan lainnya, pada umumnya banyak
mengandung vitamin, khususnya vitamin A, dan antioksidan.
Vitamin diperlukan tubuh untuk membantu proses-proses
metabolisme di dalam tubuh, sedangkan antioksidan diperlukan
untuk merusak senyawa-senyawa hasil oksidasi, radikal bebas,
yang berpengaruh tidak baik bagi kesehatan.
-77-
8. Pesan Gizi Seimbang untuk dewasa
Pesan gizi seimbang untuk dewasa sama dengan pesan umum
(lihat pesan umum gizi seimbang).

9. Pesan Gizi Seimbang untuk usia lanjut


a. Biasakan mengonsumsi makanan sumber kalsium seperti ikan
dan susu
Kepadatan tulang usia lanjut mulai berkurang sehingga
berisiko mengalami pengeroposan tulang/osteoporosis. Selain itu
sistim gigi geligi tidak sempurna dan rapuh sehingga untuk
mencegah kondisi yang lebih parah dianjurkan untuk
mengkonsumsi pangan sumber kalsium dan vitamin D terutama
dari ikan dan susu. Selain itu juga dianjurkan untuk terpapar
sinar matahari pagi.

b. Biasakan banyak mengonsumsi makanan berserat


Serat pangan sangat diperlukan oleh usia lanjut agar tidak
mengalami sembelit sehingga buang air besar menjadi lancar.
Serat pangan akan menghambat penyerapan gula dan kolesterol
sehingga membantu meningkatkan kesehatan usia lanjut. Usia
lanjut dianjurkan untuk mengonsumsi sumber karbohidrat yang
masih banyak mengandung serat (whole grains) dan
mengonsumsi sayuran serta buah-buahan yang banyak
mengandung serat pangan. (lihat tabel kelompok pangan sayuran
dan tabel kelompok buah-buahan)

Disamping dapat mengurangi risiko sembelit, banyak


makan sayur dan buah-buahan juga dapat menjaga kenormalan
tekanan darah, kenormalan kadar gula darah dan kolesterol
darah.

Vitamin yang banyak terkandung dalam sayuran dan buah-


buahan juga berperan sebagai zat anti oksidan yang dapat
menangkal senyawa jahat dalam tubuh, sehingga dapat
mengurangi risiko infeksi dan kanker.

c. Minumlah air putih sesuai kebutuhan


Sistem hidrasi pada usia lanjut sudah menurun sehingga
kurang sensitif terhadap kekurangan maupun kelebihan cairan.
Akibat dehidrasi pada usia lanjut adalah demensia, mudah lupa,
kandungan Natrium darah menjadi naik sehingga berisiko terjadi
hipertensi. Sebaliknya bila kelebihan cairan akan meningkatkan
beban jantung dan ginjal. Oleh karena itu kelompok usia lanjut
perlu air minum yang cukup (1500-1600ml/hari setara 6 gelas).
-78-
d. Tetap melakukan aktivitas fisik
Sel-sel otot pada usia muda mempunyai kelenturan yang
optimal dan mulai menurun pada usia lanjut. Kontraksi dan
relaksasi otot menjadi berkurang akibatnya usia lanjut sering
mengalami kekakuan otot. Oleh karena itu sangat dianjurkan
untuk melakukan aktivitas fisik yang ringan seperti berjalan-
jalan, bersepeda, berkebun dan melakukan olah raga ringan
seperti yoga, senam usia lanjut yang berfungsi membantu
kelenturan otot dan relaksasi otot. Aktivitas fisik yang dilakukan
usia lanjut akan menambah kesehatan jantung dan kebugaran
tubuh.

e. Batasi konsumsi gula, garam dan lemak


Banyak mengonsumsi makanan berkadar gula, garam,
lemak bagi kelompok usia lanjut meningkatkan risiko terhadap
timbulnya hipertensi, hiperkolesterol, hiperglikemia dan penyakit
stroke, penyakit jantung koroner, penyakit kencing manis
(diabetes melitus) dan kanker. Usia lanjut berisiko mengalami
gout (asam urat tinggi) oleh karena itu, konsumsi pangan dengan
tinggi purin seperti jeroan dan melinjo agar dibatasi.
Natrium merupakan elektrolit dalam tubuh yang
mempunyai peran penting dalam menjaga keseimbangan
elektrolit tubuh. Namun apabila jumlah natrium dalam tubuh
meningkat akan mengakibatkan kondisi yang disebut
hipernatremia. Pada kondisi tersebut akan terjadi ketidak-
seimbangan elektrolit di dalam dan di luar sel yang akan
mengakibatkan oedema. Oleh karena itu kelompok usia lanjut
harus berusaha mempertahankan kondisi natrium darah tetap
normal dengan cara mengonsumsi air sesuai dengan kebutuhan
dan mengonsumsi makanan yang rendah natrium dan tinggi
kalium. Kadar natrium yang tinggi akan memicu terjadinya
hipertensi. Berikut ini Tabel Daftar Makanan Tinggi Natrium :
-79-

Tabel Daftar Makanan Tinggi Natrium

1) Bahan Penyedap
Ukuran Rumah Kandungan
Nama Makanan
Tangga (URT) Natrium
Garam Meja 1 Sendok Teh 2000 mg
Acar Bawang Merah 1 Sendok Teh 1620 mg
Acar bawang Putih 1 Sendok Teh 1850 mg
MSG (Vetsin) 1 Sendok Teh 492 mg
Kecap 1 Sendok Teh 343 mg
Meat Tenderizer 1 Sendok Teh 1750 mg
(Pelunak Daging)

2) Makanan Siap Saji

Kandungan
Nama Makanan Berat dalam Gram
Natrium
Chicken Breast 210 1340 mg
Sandwich
Double Beef Whopper 374 1535 mg
and Cheese
Ham and Cheese 230 1534 mg
Hot dog 100 830 mg
Roasted Beef 247 1288 mg
Super Hot Dog with 196 1605 mg
Cheese
-80-
BAB IV

SLOGAN DAN VISUAL

A. Slogan
Slogan adalah susunan beberapa kata menjadi suatu frasa yang
singkat mempunyai makna, mudah diungkapkan dan dipahami. Slogan
gizi adalah slogan yang mengandung makna tujuan jangka panjang atau
visi perbaikan atau pembangunan gizi.

Dahulu Indonesia telah memiliki Slogan Gizi yang disebut 4 Sehat 5


Sempurna. Susunan empat kata ini telah teruji selama puluhan tahun
mudah diungkap, mudah dipahami dan mempunyai makna mengonsumsi
empat kelompok makanan setiap hari dapat memenuhi kebutuhan gizi
tubuh sehingga turut mewujudkan hidup sehat. Bila dilengkapi dengan
kelompok pangan yang kelima maka pemenuhan kebutuhan gizi dan
derajat kesehatan yang dicapai semakin sempurna. Slogan ini sesuai
perkembangan IPTEK dan permasalahan gizi pada masanya dimana
pedoman gizi hanya berdasarkan prinsip keragaman dari lima kelompok
pangan.

Perkembangan Iptek gizi menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi


lima kelompok pangan tersebut dalam 4 sehat 5 Sempurna, belum
memadai untuk mencapai hidup sehat dan cerdas. Diperlukan pula air
sebagai zat gizi yang jumlahnya jauh lebih banyak dari kebutuhan pangan
sehari-hari. Juga diperlukan kebersihan diri dan keamanan pangan agar
terhindar dari kemungkinan penyakit yang menular melalui makanan.
Makan saja tanpa disertai dengan aktifitas fisik akan menimbulkan
kegemukan dan jauh dari kebugaran. Oleh karena itu penyempurnaan
pedoman gizi dari 4 Sehat 5 Sempurna menjadi Gizi Seimbang perlu
disertai dengan pengembangan Slogan Gizi yang baru.

Dengan mempertimbangkan visi pembanguanan gizi jangka panjang


adalah untuk mewujudkan generasi atau bangsa yang sehat, cerdas dan
unggul atau mampu bersaing; serta masukan dari berbagai pihak melalui
lomba dan uji coba hasil lomba slogan Gizi, maka slogan Gizi Seimbang
yang baru adalah, “GIZI SEIMBANG BANGSA SEHAT BERPRESTASI”.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, kata berprestasi berarti


mempunyai atau meraih suatu hal atau capaian. Itu artinya Gizi
Seimbang menjadi syarat mutlak atau hal penting untuk mewujudkan
generasi atau bangsa yang sehat, cerdas, berprestasi, unggul bersaing
sehingga menjadi perhatian dan disegani bangsa-bangsa lain dalam
persahabatan global.
-81-
B. Visual
Visual adalah bentuk atau gambar, yang bila dimanca negara disebut
panduan pangan (Food Guide), ada yang berbentuk piramida, bentuk
Pagoda, bentuk Gasing dan lain sebagainya sesuai nilai-nilai yang
berkembang dimasing-masing negara. Visual Gizi Seimbang adalah
bentuk gizi seimbang yang menggambarkan semua prinsip Gizi Seimbang
yaitu beragam pangan, kebersihan dan keamanan pangan, aktifitas fisik
dan pemantaun berat badan bagi masyarakat di suatu wilayah atau
bangsa.

Ada dua visual Gizi Seimbang, yaitu 1) Tumpeng Gizi Seimbang dan 2)
Piring Makanku, Sajian Sekali Makan. Tumpeng Gizi Seimbang
dimaksudkan sebagai gambaran dan penjelasan sederhana tentang
panduan porsi (ukuran) makanan dan minum serta aktifitas fisik sehari-
hari, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta
memantau berat badan. Tumpeng Gizi Seimbang yang baru ini
merupakan penyempurnaan dari tumpeng Gizi Seimbang yang
sebelumnya, setelah mendapat masukan dari berbagai pihak termasuk
ujicoba lapangan kepada petugas kesehatan dan non kesehatan ditingkat
kecamatan dan para kader dan peserta posyandu.
-82-
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ada empat lapis berurutan dari
bawah ke atas, dan semakin ke atas semakin kecil. Empat lapis artinya
Gizi Seimbang didasarkan pada prinsip 4 pilar yaitu konsumsi
beranekaragam pangan, aktifitas fisik, kebersihan diri, dan pemantaun
berat badan untuk mempertahankan berat badan normal. Semakin ke
atas ukuran tumpeng semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas
yaitu gula, garam dan lemak dibutuhkan sedikit sekali atau perlu
dibatasi. Pada setiap kelompok pangan dituliskan berapa jumlah porsi
setiap kelompok pangan yang dianjurkan. Misalnya pada kelompok
sayuran tertulis 3-4 porsi sehari, artinya sayuran dianjurkan dikonsumsi
oleh remaja atau dewasa sejumlah 3-4 mangkuk sehari. Satu mangkuk
sayuran beratnya sekitar 75 gram, sehingga perlu makan sayur sekitar
300 gram sehari. Sebelah kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti
dengan visual segelas air putih dan tulisan 8 gelas. Ini artinya dalam
sehari setiap orang remaja atau dewasa dianjurkan untuk minum air
putih sekitar 8 gelas sehari.

Selain makanan dan minuman dalam visual TGS ini juga ada pesan
cuci tangan sebelum dan sesudah makan yang divisualkan oleh gambar
cuci tangan menggunakan air mengalir; juga berbagai siluet aktifitas fisik
(termasuk olahraga), dan kegiatan menimbang berat badan. Kegiatan
fisik dianjurkan untuk dilakukan paling tidak tiga kali seminggu dan
memantau berat badan setiap bulan.
-83-
PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN, dimaksudkan sebagai
panduan yang menunjukkan sajian makanan dan minuman pada setiap
kali makan (misal sarapan, makan siang dan makan malam). Visual Piring
Makanku ini menggambarkan anjuran makan sehat dimana separoh
(50%) dari total jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan
buah, dan separoh (50%) lagi adalah makanan pokok dan lauk-pauk.
Piring Makanku juga menganjurkan makan bahwa porsi sayuran harus
lebih banyak dari porsi buah, dan porsi makanan pokok lebih banyak dari
porsi lauk-pauk. Piring makanku juga menganjurkan perlu minum setiap
kali makan, bisa sebelum, ketika atau setelah makan. Meskipun gambar
gelas hanya satu buah dalam visual ini, tidak berarti bahwa minum dalam
satu kali makan hanya satu gelas, bisa saja disesuaikan dengan
kebutuhan, misalnya segelas sebelum makan dan segelas lagi setelah
makan.

Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak bersih dan aman
termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu sejalan dengan
prinsip gizi seimbang makan dalam visual Piring Makanku juga
dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Karena
Piring Makanku adalah panduan setiap kali makan, maka tidak
diperlukan anjuran aktivitas fisik dan pemantauan berat badan. Kedua
hal ini cukup divisualkan pada gambar Tumpeng Gizi Seimbang.
-84-
BAB V

STRATEGI DAN IMPLEMENTASI KOMUNIKASI, INFORMASI DAN


EDUKASI GIZI SEIMBANG

A. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Gizi Seimbang

1. Sasaran
Tujuan dari kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
adalah untuk merubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan. Agar penyampaian pesan dapat terlaksana dengan
berhasil guna dan berdaya guna (efisien dan efektif) maka tahap
awal dari kegiatan tersebut adalah menentukan siapa sasaran yang
akan dituju. Prinsip dalam menentukan sasaran KIE Gizi Seimbang
adalah “Sasaran bukan hanya sebagai objek saja tetapi juga sebagai
subjek”. Dalam kaitan dengan tujuan KIE Gizi Seimbang untuk
merubah perilaku seluruh lapisan masyarakat, maka sasaran dari
KIE Gizi Seimbang adalah :
a. Sasaran utama :
1) Masyarakat dari berbagai kelompok usia
2) Masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi
3) Masyarakat dari berbagai lapisan pendidikan
b. Sasaran antara :
1) Penentu kebijakan
2) Pengelola Program
3) Lembaga Swadaya Masyarakat
4) Kader
5) Organisasi Profesi
6) Media Massa
7) Dunia Usaha
8) Mitra Pembangunan Internasional
9) Lembaga pendidikan:
(a) Sekolah : TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi
(b) Madrasah : RA, MI, MTs., MA, PTAI
(c) Pondok Pesantren
10) Lembaga sosial dankeagamaan
11) Kelompok Komunitas
-85-
2. Metode
Setelah sasaran ditentukan, tahap selanjutnya adalah
menentukan metode yang tepat agar proses penyampaian pesan
dapat berjalan dengan baik dan benar. Metode yang dipilih adalah
metode yang dapat mengembangkan prinsip “komunikasi
partisipatif/komunikasi dua arah” yang dilaksanakan baik secara
formal maupun informal. Jenis metode yang perlu dilaksanakan
dalam KIE Gizi Seimbang adalah :
a. Penyampaian secara langsung yaitu :
1) Social marketing/pemasaran sosial seperti kampanye,
penyuluhan, pencanangan, siaran melalui media,
penyebaran melalui media cetak, penyebar luasan melalui
media sosial misalnya facebook, twitter dan Internet
2) Melalui lomba
3) Sayembara
4) Pengangkatan seorang duta Gizi Seimbang sebagai panutan
untuk memotivasi perubahan perilaku

b. Penyampaian secara tidak langsung seperti :


1) Pelatihan dan pendidikan secara berjenjang
2) Semiloka/lokakarya/sarahsehan
3) Pembentukan kelompok diskusi terarah (Focus Group
Discussion)

3. Media dan Alat


Agar metode yang dipilih dapat berjalan efektif dan efisien, perlu
didukung dengan media dan alat yang tepat. Berbagai media dan alat
yang tersedia di masyarakat dapat digunakan secara optimal. Media
yang dapat dapat digunakan dalam kegiatan KIE Gizi Seimbang
adalah :
a. Media elektronik seperti radio, televisi, bioskop, telepon dan video
b. Media cetak seperti koran, majalah, brosur, leaflet, booklet,
kalender, lembar balik dan buku saku
c. Media online seperti web, facebook, twitter dan youtube
d. Media audio seperti lagu, jingle dan yel-yel.

4. Lingkup Materi
Sesuai dengan tujuan KIE untuk mengubah perilaku maka
lingkup materi sebagai pesan yang akan disampaikan harus jelas,
mudah dipahami, mudah dimengerti dan mudah dipraktekkan.
Dalam kaitan dengan pendidikan Gizi Seimbang yang bertujuan agar
masyarakat berperilaku Gizi Seimbang, materi yang akan
disampaikan meliputi :
-86-
a. Pengertian dan prinsip Gizi Seimbang
b. Pesan Gizi Seimbang baik yang bersifat umum maupun khusus
c. Slogan dan visual Gizi Seimbang
d. Anjuran jumlah porsi dan Contoh-contoh menu sehat dan bergizi

Tabel Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk


Berbagai Kelompok Umur

1) Untuk Kelompok Ibu Hamil dan Menyusui

Ibu Hamil Ibu Menyusui


Bahan Makanan
2500 kkal 2500 kkal
Nasi 6p 6p
Sayuran 4p 4p
Buah 4p 4p
Tempe 4p 4p
Daging 3p 3p
Susu 1p 1p
Minyak 6p 6p
Gula 2p 2p

2) Untuk Kelompok Umur 1-3 tahun dan 4-6 tahun

Anak Usia
Anak Usia 1-3 tahun
Bahan Makanan 4-6 tahun
1125 kkal
1600 kkal
Nasi 3p 4p
Sayuran 1,5p 2p
Buah 3p 3p
Tempe 1p 2p
Daging 1p 2p
ASI Dilanjutkan hingga
2 tahun
Susu 1p 1p
Minyak 3p 4p
Gula 2p 2p
-87-
3) Untuk Kelompok Umur 7-9 Tahun dan Anak Usia Sekolah 10-12
tahun

Anak Usia 7-9 Anak Usia 10-12 tahun


Bahan
tahun Laki-laki Perempuan
Makanan
1850 kkal 2100 kkal 2000 kkal
Nasi 4½p 5p 4p
Sayuran 3p 3p 3p
Buah 3p 4p 4p
Tempe 3p 3p 3p
Daging 2p 2½p 2p
Susu 1p 1p 1p
Minyak 5p 5p 5p
Gula 2p 2p 2p

4) Untuk Kelompok Umur 13-15 tahun

Anak Remaja 13-15 Anak Remaja 13-15


Bahan tahun tahun
Makanan Laki-laki Perempuan
2475 kkal 2125 kkal
Nasi 6½p 4½p
Sayuran 3p 3p
Buah 4p 4p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Susu 1p 1p
Minyak 6p 5p
Gula 2p 2p

5) Untuk Kelompok Umur 16-18 tahun

Anak Remaja 16-18 Anak Remaja 16-18


Bahan
tahun Laki-laki tahun Perempuan
Makanan
2675 kkal 2125 kkal
Nasi 8p 5p
Sayuran 3p 3p
Buah 4p 4p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Minyak 6p 5p
Gula 2p 2p
-88-
6) Untuk Kelompok Umur 19-29 tahun

Dewasa Laki-laki Dewasa Perempuan


Bahan
19-29 tahun 19-29 tahun
Makanan
2725 kkal 2250 kkal
Nasi 8p 5p
Sayuran 3p 3p
Buah 5p 5p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Minyak 7p 5p
Gula 2p 2p

7) Untuk Kelompok Umur 30-49 tahun

Dewasa Laki-laki Dewasa Perempuan


Bahan
30-49 tahun 30-49 tahun
Makanan
2625 kkal 2125 kkal
Nasi 7½p 4½p
Sayuran 3p 3p
Buah 5p 5p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Minyak 6p 6p
Gula 2p 2p

8) Untuk Kelompok Umur 50-64 tahun

Dewasa Laki-laki Dewasa Perempuan


Bahan
50-64 tahun 50-64 tahun
Makanan
2325 kkal 1900 kkal
Nasi 6½p 4½p
Sayuran 4p 4p
Buah 5p 5p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Susu 1p 1p
Minyak 6p 4p
Gula 1p 2p
-89-
9) Untuk Kelompok Umur >65 tahun

Dewasa Laki-laki Dewasa Perempuan


Bahan
>65 tahun >65 tahun
makanan
1900 kkal 1550 kkal
Nasi 5p 3½p
Sayuran 4p 4p
Buah 4p 4p
Tempe 3p 3p
Ikan Segar 3p 3p
Susu 1p 1p
rendah
lemak
Minyak 4p 4p
Gula 2p 2p

Keterangan:
1. Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal
2. Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal
3. Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal
4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal
5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal
6. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal
7. Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal
8. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal
9. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal
10. Gula = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal

*) sdm : sendok makan


**) sdt : sendok teh
p : porsi

B. Strategi dan Implementasi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Gizi


Seimbang
Keberhasilan penyampaian pesan Gizi Seimbang kepada masyarakat
sangat dipengaruhi oleh Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang
diterapkan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penyampaian
pesan Gizi Seimbang agar berdampak pada perubahan perilaku hidup
masyarakat kearah perilaku Gizi Seimbang yaitu Perilaku makan dan
hidup sehat diperlukan strategi dan implementasi KIE yang tepat dan
berbasis masyarakat.
-90-
1. Strategi
Strategi KIE yang diterapkan dalam penyampaian pesan Gizi
Seimbang kepada masyarakat berdasarkan sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai untuk masing-masing sasaran adalah:

a. Mengembangkan pesan Gizi Seimbang spesifik lokal yang mudah


dipahami dan dimengerti serta mudah diingat oleh masyarakat
berbasis data dengan cara:
1) Mengembangkan pesan Gizi Seimbang sesuai dengan
budaya dan menggunakan bahasa setempat,
2) Memperkenalkan menu makanan sehat
3) Memodifikasi menu lokal yang belum memenuhi kaidah gizi
seimbang menjadi gizi seimbang.

b. Pemberdayaan masyarakat agar berperan serta secara aktif


dalam kegiatan penyuluhan gizi melalui:
1) Diseminasi informasi, orientasi atau pelatihan terhadap tokoh-
tokoh lokal seperti Tokoh Agama-Tokoh Masyarakat, PKK,
guru, penyuluh pertanian, wartawan, kader dll untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta
ketrampilannya dalam penyuluhan Gizi Seimbang
2) Menjalin kemitraan dengan tokoh tokoh lokal, organisasi
masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat dalam setiap
kegiatan KIE Gizi Seimbang sesuai dengan potensi masing
masing
3) Pemanfaatan forum komunikasi di masyarakat untuk
membentuk Kelompok Diskusi Terarah/Focus Group
Discusion (FGD) dalam upaya meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan ketrampilananalisis terhadap masalah gizi
dan pemecahannya serta penyampaian pesan pesan Gizi
Seimbang.

c. Melalui pendekatan formal dan informal yang berkesinambungan


yaitu:
1) Diseminasi Informasi dan pelatihan kepada petugas
penyuluhan gizi dari berbagai instansi terkait antara lain
Kementerian Kesehatan, Pertanian, Pendidikan &
Kebudayaan, Agama; Tokoh Agama-Tokoh Masyarakat,
Ormas dan LSM.
2) Pemanfaatan kegiatan sosial yang tumbuh dan berkembang
di masyarakat misalnya upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM), arisan, pengajian dan lain-lain.
3) Pemanfaatan berbagai saluran komunikasi yang tepat
sesuai dengan ketersediaan dan kebutuhan lokal untuk
-91-
kegiatan advokasi dan sosialisasi kegiatan KIE Gizi
Seimbang
4) Komunikasi massal (mass communication)

d. Dilaksanakan secara lintas sektor dan lintas program melalui


Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi (KIS) yaitu :
1) Pendidikan dan penyuluhan gizi seimbang dilaksanakan
secara terkoordinasi dengan berbagai institusi pemerintah
melalui suatu teamwork diberbagai tingkatan
2) Koordinasi seyogyanya dilakukan oleh pemerintah daerah
setempat
3) Kegiatan pendidikan dan penyuluhan gizi seimbang
dilaksanakan secara terintegrasi dan sinkron dengan
kegiatan dari program sektor yang terkait.

2. Implementasi
Kegiatan KIE dalam penyampaian pesan Gizi Seimbang
dilaksanakan dengan menggunakan metode yang tepat dan cepat
melalui:
a. Pengembangan KIE - Gizi Seimbang sesuai karakteristik dan
budaya lokal
Kegiatan yang dianjurkan adalah:
1) Menciptakan pesan pesan Gizi Seimbang sesuai prioritas
dengan menggunakan bahasa daerah setempat
2) Memperkenalkan menu makanan sehat dan memodifikasi
menu yang belum memenuhi kaidah gizi seimbang. Contoh:
a) Modifikasi menu: Soto yang menggunakan santan
diganti soto dengan menggunakan perasan air jeruk.
b) Memperkenalkan/mempopulerkan menu sehat: gado-
gado, bubur manado, kapurung, karedok, binte
biluhuta dll.
b. Pemberdayaan dan peningkatan Partisipasi Masyarakat melalui:
1) Pelatihan dan pendidikan bagi pelatih (Training of the
trainer/ToT) :
a) Jenjang ToT :
(1) Pusat : untuk melatih calon konselor Gizi
Seimbang dan pelatih tim propinsi.
(2) Propinsi : untuk melatih calon pelatih tim
kabupaten/kota.
-92-
b) Peserta ToT :
(1) Petugas lintas sektor terkait
(2) Organisasi profesi dan kemasyarakatan.

2) Pelatihan dan pendidikan bagi penyuluh dan kader Gizi


Seimbang :
a) Lokasi pelatihan di kabupaten/kota
b) Peserta pelatihan berasal dari berbagai kelompok
masyarakat di tingkat desa dan kecamatan seperti :
petugas dari berbagai instansi pemerintah, wartawan,
penyuluh lapangan, Tokoh Agama-Tokoh Masyarakat,
guru, dosen, tim PKK, LSM, profesi, kepala KUA,
penghulu.
c) Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan peserta
dalam melatih penyuluh dan kader tentang KIE
penyampaian pesan Gizi Seimbang
d) Tema dan Materi pelatihan agar disesuaikan dengan
kebutuhan dan prioritas masalah gizi yang dihadapi
setempat/lokal
e) Metode pelatihan bersifat “partisipasi aktif” yang berarti
para peserta dilibatkan secara aktif dalam semua
proses pelatihan.

3) Semiloka/lokakarya/sarasehan.
a) Tujuan kegiatan semiloka/lokakarya/sarasehan adalah
untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi
penentu kebijakan, Tokoh Agama-Tokoh Masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat & profesi dll dalam penyampaian pesan
Gizi Seimbang kepada masyarakat.
b) Tema, proses dan target hasil yang hendak dicapai
dalam semiloka/loka karya/sarasehan agar
disesuaikan dengan keadaan dan masalah setempat
serta kebutuhan yang mendesak
-93-
4) Pembentukan “Focus Group Discussion (FGD)”/Kelompok
Diskusi Terarah di berbagai tingkatan mulai dari Desa
sampai Kecamatan
a) Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan masyarakat agar
mampu menganalisis masalah gizi setempat dan
pemecahannya serta penyampaian pesan Gizi
Seimbang
b) Metode yang digunakan adalah “Partisipasi aktif” yang
berarti seluruh peserta diajak aktif berpartisipasi dalam
diskusi, penyampaian pengalaman dan pendapatnya
c) Peserta diskusi adalah anggota masyarakat yang
diharapkan dapat menyampaikan pesan Gizi Seimbang
kepada masyarakat dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat kearah “Pola Konsumsi Gizi Seimbang”
d) Tema yang dipilih dalam setiap diskusi adalah sesuai
dengan prioritas pesan Gizi Seimbang dan masalah gizi
yang dihadapi setempat
e) Jumlah peserta setiap diskusi sekitar 10 orang
f) Diskusi dapat dilaksanakan setiap 3 bulan sekali atau
disesuaikan dengan kebutuhan dengan lama diskusi 1
jam.
g) Penanggung jawab/fasilitator FGD adalah Tenaga Gizi
Puskesmas.

c. Pemantapan kegiatan melalui pendekatan formal dan informal


yang berkesinambungan dan diintegrasikan ke dalam instansi
terkait.
d. Mengangkat “Bunda dan Duta Gizi Seimbang (DGS)”
1) Tujuan dari pengangkatan DGS adalah untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang gizi seimbang melalui
keteladanan tokoh sebagai panutan.
2) Tokoh yang ditunjuk/diangkat sebagai DGS adalah anggota
masyarakat yang dikenal luas oleh masyarakat, berdedikasi
tinggi, berprestasi dalam bidang profesinya, dan
perilakunya dapat dijadikan panutan.
3) Penunjukkan/pengangkatan dilakukan oleh Kepala Daerah
setempat atas saran Organisasi Profesi terkait pangan dan
gizi dan pejabat terkait.
-94-
3. Pemantauan dan Evaluasi
Untuk mengetahui permasalahan, kesulitan dan hambatan serta
keberhasilan dari operasionalisasi kegiatan KIE-Gizi Seimbang perlu
dilakukan pemantauan dan evaluasi secara seksama.
a. Pemantauan
1) Tujuan dari pemantauan adalah untuk mengetahui
perkembangan, permasalahan, kesulitan dan hambatan
dalam pelaksanaan kegiatan KIE-Gizi Seimbang.
2) Pemantauan dilakukan melalui metode:
a) Pencatatan & Pelaporan dengan menggunakan formulir
isian
b) Pertemuan
Secara berkala minimal dua kali sebulan para petugas
mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan hasil
pemantauan dan evaluasi
c) Kunjungan lapangan
Pemantauan dapat dilakukan dengan mengadakan
kunjungan lapangan bila dianggap perlu untuk
mengetahui proses pelaksanaan kegiatan

b. Evaluasi
1) Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan dan
permasalahan dalam kegiatan penyampaian pesan Gizi
Seimbang
2) Ruang lingkup yang dievaluasi meliputi:
a) Masukan seperti biaya operasional, sarana, tenaga dan
metode KIE, apakah telah sesuai dengan rencana dan
apa permasalahannya
b) Proses untuk mengetahui perkembangan dan
permasalahan dalam pelaksanaan yang meliputi
kegiatan:
(1) Perencanaan
(2) Pengorganisasian dan koordinasi
(3) Pelaksanaan kegiatan
(4) Pemantauan dan evaluasi
c) Luaran untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang Gizi Seimbang.
d) Dampak, untuk mengetahui tingkat keberhasilan KIE
dalam perubahan perilaku “Gizi Seimbang”.
-95-
4. Bimbingan Teknis
Agar pelaksanaan sosialisasi dan penerapan PGS dapat berjalan
lancar sesuai dengan rencana dan tujuan yang akan dicapai perlu
dilakukan bimbingan teknis secara berjenjang mulai dari tingkat
pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai kecamatan.
a. Tujuan bimbingan teknis adalah untuk :
1) Memberikan bimbingan kepada para petugas/pelaksana
dalam sosialisasi dan penerapan Gizi Seimbang
2) Memberikan koreksi dan pemecahan masalah, hambatan
dan penyimpangan dalam sosialisasi dan penerapan Gizi
Seimbang
b. Bimbingan teknis dilakukan oleh para pejabat terkait yang
kompeten secara berjenjang dan atau oleh para pakar yang
ditunjuk.
c. Bimbingan teknis dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah disusun oleh penanggungjawab penerapan Gizi Seimbang.

5. Pemberian Penghargaan
Dalam rangka memotivasi dan meningkatkan partisipasi
petugas dan pejabat pemerintah serta organisasi non pemerintah
yang melaksanakan penerapan Gizi Seimbang dengan baik dan
menunjukkan prestasi luar biasa dapat diberikan penghargaan.
Bentuk penghargaan dapat berupa piagam dan atau materi.
Penghargaan diberikan oleh Menteri Kesehatan atau pejabat yang
ditunjuk sesuai ketentuan yang berlaku.
-96-
BAB VI
PENUTUP

Penerbitan PGS ini akan diikuti dengan penerbitan pedoman teknis


lainnya seperti PGS untuk Sekolah (TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi),
PGS untuk Madrasah (RA, MI, MTs., MA, PTAI), PGS untuk Pondok Pesantren,
dan PGS untuk berbagai kelompok umur.

Dalam melaksanakan pendidikan gizi seimbang kepada masyarakat,


petugas dituntut kreatif dengan penuh inisiatif untuk mengembangkan pesan
pesan yang tertuang dalam buku pedoman, untuk disesuaikan dengan
masalah, situasi dan kondisi lokal (setempat).

Dengan diberlakukannya PGS ini, semua Pesan, Slogan dan Visual Gizi
Seimbang yang lama sudah tidak digunakan lagi dan petugas hendaknya tidak
menggunakan lagi dalam melaksanakan pendidikan gizi.

Harapan dimasa mendatang kegiatan penyuluhan gizi akan bergaung di


seluruh wilayah tanah air “Kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja”,
sehingga penerapan perilaku Gizi Seimbang oleh setiap anak bangsa di
seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan Bangsa Sehat Berprestasi
dapat terlaksana dengan baik.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NAFSIAH MBOI
-97-
-98-
-99-
-100-
-101-
-102-
-103-
-104-
-105-
-106-
-107-
-108-
-109-
-110-
-111-
-112-
-113-
-114-
-115-
-116-
-117-
-118-
-119-
-120-
-121-
-122-
-123-
-124-

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR HK.01.07/MENKES/342/2020
TENTANG
STANDAR PROFESI NUTRISIONIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (2) Undang-Undang


Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, perlu
menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Standar
Profesi Nutrisionis;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5336);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5607);
4. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 24,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5607);
-2-

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013


tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga
Gizi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 477);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 29 Tahun 2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat KTKI
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
944);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
PROFESI NUTRISIONIS.

KESATU : Standar profesi Nutrisionis terdiri atas:


a. standar kompetensi; dan
b. kode etik profesi.

KEDUA : Mengesahkan standar kompetensi Nutrisionis sebagaimana


dimaksud dalam Diktum KESATU huruf a, tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini.

KETIGA : Kode etik profesi sebagaimana dimaksud dalam Diktum


KESATU huruf b ditetapkan oleh organisasi profesi.
-3-

KEEMPAT : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Juni 2020

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

TERAWAN AGUS PUTRANTO


-4-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/342/2020
TENTANG
STANDAR PROFESI NUTRISIONIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sejarah menunjukkan bahwa peran Indonesia dalam pengembangan
Ilmu Gizi di dunia sudah sejak lama yaitu dimulai sejak ditemukannya
vitamin B1 oleh Eijkman, seorang dokter Belanda pada tahun 1898 yang
ditugaskan di Jawa. Riset dalam bidang gizi yang dilakukan oleh Eijkman
pada tahun 1898 membuktikan bahwa terjadinya beberapa penyakit
dapat disebabkan karena tidak adanya suatu zat tertentu dalam pangan.
Hal itu ditunjukkan dengan ditemukannya penyakit beri-beri pada anak
ayam yang diberi beras yang sudah digiling. Kemudian, riset oleh
Voorthuis pada tahun 1915, menekankan pentingnya sanitasi untuk
memastikan kesehatan yang optimal di antara buruh dan mencegah beri-
beri dengan distribusi bekatul (rice bran). Menurut penelitian Barker di
Inggris tahun 1980-an, diketahui bahwa prevalensi penyakit jantung lebih
banyak pada golongan masyarakat miskin. Teori Barker menyatakan
bahwa ada korelasi antara kekurangan gizi pada janin dan anak di bawah
dua tahun dengan risiko kegemukan, diabetes dan lain-lain penyakit non
infeksi pada usia dewasa.
Istilah “gizi” sebagai terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris
“nutrition” di Indonesia sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Echols dan
Shadily dalam kamus Inggris-Indonesia dari Cornell University yang
pertama diterbitkan pada tahun 1960. Selanjutnya, Poorwo Soedarmo
memilih kata “gizi” dan menjadi istilah yang lazim dan resmi sebagai
terjemahan dari istilah “nutrition”, baik dalam tulisan ilmiah maupun
dokumen pemerintah seperti dalam buku Repelita. Perkembangan ilmu
gizi dalam dekade terakhir sangat pesat, sehingga dikatakan sebagai era
Nutrigenomik. Di lain pihak masalah gizi merupakan akibat dari interaksi
-5-

sebuah jaringan yang kompleks, mulai dari tingkat molekul dan


mikrobiologi dari masing-masing orang hingga keadaan budaya, sosial
ekonomi suatu masyarakat. Penyebab langsung terjadinya masalah gizi,
khususnya masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah kurangnya asupan
pangan dan adanya penyakit infeksi yang keduanya saling terkait.
Ketersediaan pangan dan pola konsumsi pangan di rumah tangga,
rendahnya cakupan pelayanan kesehatan, buruknya kondisi kesehatan
lingkungan, dan pola asuh merupakan penyebab tidak langsung yang
ketiganya saling berkaitan.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
mengatur bahwa Tenaga Gizi merupakan salah satu kelompok Tenaga
Kesehatan, dan terdiri atas Nutrisionis dan Dietisien.
Dalam rangka mencegah terjadinya dan sekaligus menanggulangi
masalah gizi diperlukan Nutrisionis yang kompeten sehingga mampu
melaksanakan pelayanan gizi dalam pencegahan dan penanggulangan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di
bidang gizi. Dunia Internasional sepakat bahwa pada tahun 2020
Sustainable Development Goals (SDGs) dan Quality of Health Care yang di
keluarkan oleh Institute of Medicine (IOM) tahun 2001 menjadi tujuan
yang harus dicapai dengan baik. Keberadaan Nutrisionis yang kompeten
sangat dibutuhkan mengingat saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi
ganda, di mana menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional
(RISKESDAS) tahun 2013 ditemukan tingginya kekurangan gizi seperti
berat badan rendah dan pendek (stunted), dibarengi dengan meningkatnya
prevalensi kegemukan pada wanita dewasa dan anak. Fenomena lain,
masalah obesitas dan penyakit non infeksi tidak lagi menjadi monopoli
negara dan masyarakat kaya.
Perkembangan IPTEK di bidang gizi dan keberadaan Nutrisionis yang
berkompeten sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya bencana
akibat masalah gizi ganda. Salah satu cara adalah selalu memperbaiki
gaya hidup dan perubahan pola makan, melakukan aktivitas fisik dan
pencegahan penyakit. Selain itu juga meningkatkan kemampuan
penelitian untuk melengkapi data dampak dari perubahan pola hidup,
melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pola makan dengan gizi
seimbang menggunakan materi yang telah disesuaikan dengan
-6-

perkembangan dan kemajuan IPTEK. Upaya lain yang cukup penting


adalah melakukan advokasi kepada pemerintah dan para pengambil
keputusan terhadap kemungkinan bahaya akibat masalah gizi ganda.
Sejalan dengan maksud tersebut Nutrisionis sangat diperlukan
keberadaannya demi menunjang kegiatan gizi masyarakat sesuai dengan
amanat Sustainable Development Goals (SDGs). Tenaga Nutrisionis yang
berkompeten diharapkan mampu secara nyata membantu pemerintah
untuk menerapkan gaya hidup dan pola makan yang lebih sehat melalui
berbagai cara antara lain melalui pengaturan dan perundangan. Selama
ini kendala yang dihadapi upaya perbaikan gizi kaitannya dengan faktor
ketenagaan adalah pengadaan, pemerataan dan pendayagunaan tenaga
Nutrisionis. Yang tidak kalah penting adalah hendaknya juga belajar dari
pengalaman negara lain yang telah berhasil mencegah dan menanggulangi
masalah gizi.
Perkembangan pendidikan gizi di Indonesia dimulai dengan
berdirinya Sekolah Ahli Makanan Jakarta tanggal 27 September 1950
dengan masa pendidikan satu setengah tahun. Lulusan sekolah ahli
makanan bekerja di rumah sakit sebagai ahli makanan. Sebagai
kelanjutan dari sekolah ahli makanan didirikan sekolah ahli diet tahun
1952 dengan masa pendidikan 3 tahun dan tahun 1957 menjadi Akademi
Pendidikan Nutrisionis dan Ahli Diet dengan lokasi di Bogor (Pusat
Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan, jalan Dr. Semeru Bogor)
dan lulusan berhak menyandang gelar Bachelor of Science (B.Sc.) yang
diakui oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 1959.
Tahun 1965 kampus gizi dipindahkan ke jalan Hang Jebat III Kebayoran
Baru Jakarta Selatan sampai sekarang. Nama berubah menjadi Akademi
Gizi yang merupakan satu-satunya pendidikan gizi di Indonesia sampai
tahun 1982 dengan sebutan lulusan Ahli Gizi. Ahli Gizi sebagai lulusan
Akademi Gizi masih menyandang gelar Bachelor of Science (B.Sc.) yang
diakui perguruan tinggi luar negeri sehingga dapat langsung melanjutkan
pendidikan ke jenjang Magister. Sejak tahun 1982 bertambah akademi-
akademi gizi di beberapa kota seperti Malang, Padang, Yogyakarta, Bali
dan seterusnya sampai sekarang ada di 34 Provinsi dengan jalur berubah
dari akademik menjadi vokasi (D3 Gizi) dengan sebutan lulusan Ahli
Madya Gizi yang berada di bawah Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
-7-

Pendidikan Sarjana Gizi sebelum tahun 2000 masih berada pada


Departemen Ilmu Kesehatan Keluarga dan menjadi Departemen Gizi
Masyarakat dan Sumber daya Keluarga pada tahun 1981 di Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan gelar Insinyur. Program
Studi Sarjana Gizi secara murni baru lahir tahun 2000-an di bawah
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada dan Fakultas Ekologi
Manusia IPB. Jumlah yang semula hanya satu akademi sebelum tahun
1980 dan menjadi 34 akademi pada tahun 1990-an serta bertambah
menjadi 123 institusi pendidikan gizi setelah tahun 2000. Untuk
pendidikan Program Diploma IV dilaksanakan pada Program Studi Gizi
bidang Gizi Klinik dan Institusi pada Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia tahun 1991 sampai dengan tahun 2006. Tahun 2011,
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan membuka Program Studi
Diploma IV atau Sarjana Terapan Gizi.
Untuk menghasilkan Nutrisionis yang kompeten diperlukan standar
kompetensi nasional yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 374 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Gizi yang berisi Standar Kompetensi, Standar Pendidikan, Kode
Etik Gizi, dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 26
Tahun 2013 tentang Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi.
Prospek bidang pekerjaan yang tersedia bagi lulusan pendidikan
Nutrisionis di masa yang akan datang masih sangat terbuka dan memiliki
prospek yang cerah, baik sebagai praktisi, akademisi maupun peneliti.
Dewasa ini terdapat berbagai lahan kerja yang dapat menjadi tempat kerja
prospektif bagi Nutrisionis. Hasil survei Pusat Pendayagunaan Tenaga
Kesehatan tahun 2001 menunjukkan bahwa lahan kerja prospektif bagi
Nutrisionis meliputi pekerjaan di bidang gizi masyarakat, dietetika, gizi
olahraga, ketahanan pangan dan gizi, pencegahan penyakit degeneratif,
bioteknologi gizi. Lapangan pekerjaan ini terdapat baik di dalam maupun
di luar negeri.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka diperlukan adanya tenaga
Nutrisionis kompeten yang akan menjadi pengelola pelayanan gizi yang
profesional, dengan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif
berdasarkan prinsip ilmu pangan, gizi dan kesehatan. Standar kompetensi
Nutrisionis ini menguraikan profil, peran dan wewenang kerja tenaga
Nutrisionis.
-8-

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud
Tersedianya standar minimal kompetensi Nutrisionis sebagai acuan
kewenangan dalam melaksanakan tugas pelayanan gizi dan
pengembangan profesi gizi di Indonesia.
Tujuan
1. Sebagai acuan bagi penyelenggara pendidikan gizi yang menghasilkan
Nutrisionis di Indonesia dalam rangka menjaga kualitas.
2. Menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan gizi yang profesional
untuk individu, kelompok, dan masyarakat.
3. Mencegah timbulnya kesalahan dalam pelaksanaan pelayanan gizi.
4. Sebagai acuan perilaku Nutrisionis dalam mendarma baktikan dirinya
di masyarakat.

C. MANFAAT
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai acuan dalam menyusun kurikulum sehingga terjadi kesesuaian
antara proses pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat. Dengan
demikian meskipun kurikulum antara perguruan tinggi memiliki
perbedaan, tetapi Nutrisionis yang dihasilkan dari berbagai program
studi diharapkan memiliki kesetaraan dalam penguasaan kompetensi.
2. Bagi Pemerintah/Pengguna
a. Sebagai acuan bagi institusi yang berwenang untuk menyusun
pengaturan kewenangan profesi Nutrisionis, dengan memperhatikan
kompetensi.
b. Sebagai acuan dalam perencanaan pelatihan, karena dapat
diketahui kompetensi apa yang telah dikuasai seorang Nutrisionis
dan kompetensi apa yang perlu ditambah, sesuai dengan kebutuhan
spesifik di tempat kerja.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui secara jelas kompetensi yang akan
dikuasai oleh Nutrisionis.
4. Bagi Nutrisionis
a. Pedoman dalam pelaksanaan praktik Nutrisionis;
b. Alat ukur kemampuan diri.
-9-

5. Bagi Organisasi Profesi


a. Sebagai acuan dalam menyelenggarakan program pengembangan
Kompetensi secara berkelanjutan.
b. Sebagai acuan untuk menilai kompetensi Nutrisionis lulusan luar
negeri.

D. DAFTAR ISTILAH
1. Gizi Masyarakat adalah bagian dari ilmu gizi dan makanan untuk
membantu individu dan kelompok masyarakat dalam mengembangkan
makanan sehat untuk peningkatan status gizi dan kesehatan serta
pencegahan penyakit.
2. Asesmen/Kajian Gizi adalah proses pengumpulan analisis dan
interpretasi data untuk menetapkan status risiko masalah gizi pada
individu maupun masyarakat.
3. Asuhan Gizi adalah proses pelayanan gizi yang bertujuan untuk
memecahkan masalah gizi, meliputi kegiatan pengkajian, diagnosa gizi,
intervensi gizi melalui pemenuhan kebutuhan zat gizi klien (individu,
kelompok, dan masyarakat) secara optimal, baik berupa pemberian
makanan maupun konseling gizi, penyuluhan edukasi gizi serta
monitoring dan evaluasi.
4. Clinical Nutrition adalah asuhan gizi dan dietetika pasien pada penyakit
tertentu sebagai bagian dari pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
5. Diagnosis Gizi adalah identifikasi dan pemberian label masalah gizi baik
pada individu maupun masyarakat berdasarkan faktor yang
mempengaruhi dan diidentifikasi berdasarkan tanda–tanda, gejala
adanya masalah gizi baik dilihat dari asupan makanan, biokimia terkait
gizi, fisik–klinis, dan lingkungan–perilaku yang dapat diatasi oleh
profesi gizi.
6. Diet adalah pengaturan pola dan konsumsi makanan-minuman yang
dilarang, dibatasi jumlahnya, dimodifikasi atau diperbolehkan dengan
jumlah tertentu dengan tujuan terapi penyakit yang diderita,
kesehatan, atau penurunan berat badan.
- 10 -

7. Dietetika adalah integrasi, aplikasi dan komunikasi dari prinsip–prinsip


keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal secara
individual, melalui pengembangan, penyediaan dan pengelolaan
pelayanan gizi dan makanan di berbagai area atau lingkungan atau
latar belakang praktik layanan.
8. Dietisien adalah sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi
dan ujian profesi serta dinyatakan lulus kemudian diberi hak untuk
mengurus ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktik
gizi.
9. Humaniora adalah semua ilmu yang mempelajari tentang cara
membuat atau mengangkat manusia menjadi lebih manusiawi dan
berbudaya.
10. Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari cara memberikan makanan
kepada tubuh setepat-tepatnya, sehingga tubuh dalam keadaan yang
optimal.
11. Intervensi Gizi adalah tindakan yang di dalamnya mencakup
perencanaan dan implementasi untuk mengatasi masalah gizi yang
sudah diidentifikasi.
12. Konseling Gizi adalah proses yang didukung karakteristik hubungan
kolaboratif konselor dan klien untuk memastikan makanan, gizi, dan
aktivitas fisik sebagai prioritas, tujuan dan rencana yang bersifat
individu dan mendorong tanggung jawab pasien untuk menolong
dirinya sendiri dalam kondisi penyakitnya serta promosi kesehatan.
13. Nutrisionis adalah seorang yang mempunyai pendidikan dibidang gizi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Lulusan Diploma III
Gizi, Sarjana Terapan Gizi, Sarjana Gizi, Magister Gizi dan Doktoral
Gizi).
14. Penyelenggaraan Makanan/Food Service adalah penerapan ilmu gizi
dan makanan dalam upaya pemenuhan kebutuhan gizi berdasarkan
kelompok umur, kondisi sosial ekonomi, dan budaya klien, dengan
kegiatan meliputi perencanaan standar kebutuhan gizi, perencanaan
menu, pengadaan bahan makanan, persiapan dan pengolahan bahan
makanan, distribusi makanan serta pengawasan mutu sesuai dengan
sumber daya yang tersedia.
- 11 -

15. Skrining Gizi adalah proses penapisan melalui pengukuran dan


pemeriksaan seluruh individu untuk menentukan status risiko masalah
gizi dan tindak lanjut intervensi gizi.
16. Hazard Analysis and Critical Control Point yang selanjutnya disingkat
HACCP adalah sebuah sistem yang akan mengontrol kondisi makanan
sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan.
17. Organisasi Profesi Tenaga Gizi yang selanjutnya disebut Organisasi
Profesi adalah wadah untuk berhimpun para Tenaga Gizi.
18. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.
- 12 -

BAB II
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI NUTRISIONIS

Standar Kompetensi Nutrisionis terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi


yang diturunkan dari gambaran peran dan wewenang seorang Nutrisionis.
Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti.
Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi,
yang dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir
pendidikan. Secara skematis, susunan Standar Kompetensi Nutrisionis dapat
digambarkan pada Gambar 2.1.

Area Kompetensi
Area Kompetensi

Kompetensi Inti
Kompetensi Inti

Komponen kompetensi

Kemampuan yang
Komponen Kompetensi
diharapkan pada akhir

Kemampuan yang diharapkan pada akhir pembelajaran

Daftar-daftar:
Daftar Pokok bahasan
Daftar Masalah
DD
Daftar Keterampilan
Untuk pencapaian kompetensi

Gambar 2.1
Skematis Susunan Standar Kompetensi Nutrisionis

Standar Kompetensi Nutrisionis ini dilengkapi dengan Daftar Pokok


Bahasan Nutrisionis, Daftar Masalah Gizi Klien dan Nutrisionis, Daftar
Keterampilan Nutrisionis terkait bidang gizi masyarakat, food service dan
clinical nutrition. Fungsi utama ketiga daftar tersebut sebagai acuan bagi
- 13 -

institusi pendidikan gizi dalam mengembangkan kurikulum institusional


untuk Nutrisionis.
Daftar Pokok Bahasan, memuat pokok bahasan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai 7 (tujuh) area kompetensi. Materi tersebut
dapat diuraikan lebih lanjut sesuai bidang ilmu yang terkait, dan dipetakan
sesuai dengan struktur kurikulum masing-masing institusi. Daftar Pokok
Bahasan Nutrisionis secara rinci ada pada Bab IV bagian A.
Daftar Masalah, berisikan berbagai masalah yang akan dihadapi
Nutrisionis. Oleh karena itu, institusi pendidikan gizi perlu memastikan bahwa
selama pendidikan, mahasiswa gizi dipaparkan pada masalah-masalah
tersebut dan diberi kesempatan berlatih menanganinya. Daftar masalah gizi
klien dan Nutrisionis secara rinci ada pada Bab IV bagian B.
Daftar Keterampilan Nutrisionis, pada setiap kompetensi telah ditentukan
tingkat kemampuan yang diharapkan. Daftar ini memudahkan institusi
pendidikan gizi untuk menentukan materi, metode, dan sarana pembelajaran
kompetensi gizi. Daftar kompetensi Nutrisionis secara rinci ada pada Bab IV
bagian C.
- 14 -

BAB III
STANDAR KOMPETENSI NUTRISIONIS

A. AREA KOMPETENSI
Kompetensi dibangun dengan fondasi yang terdiri atas profesionalitas
yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif,
dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah
ilmu gizi, gizi masyarakat, dan pengelolaan masalah kesehatan di
masyarakat (Gambar 3.1). Oleh karena itu area kompetensi disusun
dengan urutan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang Luhur,
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri,
3. Komunikasi Efektif,
4. Pengelolaan Informasi,
5. Landasan Ilmiah Ilmu Gizi, Pangan, Biomedik, Humaniora, dan
Kesehatan Masyarakat,
6. Keterampilan Gizi Masyarakat, Penyelenggaraan Makanan (Food Service)
dan Clinical Nutrition, dan
7. Pengelolaan Masalah Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat.

Gambar 3.1
Fondasi dan Pilar Kompetensi Nutrisionis
- 15 -

B. KOMPONEN KOMPETENSI
Komponen Kompetensi Nutrisionis untuk masing-masing area kompetensi
adalah sebagai berikut:
1. Area Profesionalitas yang Luhur
a. Berketuhanan Yang Maha Esa.
b. Bermoral, beretika, dan berdisiplin.
c. Sadar dan taat hukum.
d. Berwawasan sosial budaya.
e. Berperilaku profesional.
2. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a. Menerapkan mawas diri.
b. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat.
c. Mengembangkan pengetahuan dan teknologi baru.
3. Area Komunikasi Efektif
a. Berkomunikasi dengan klien.
b. Berkomunikasi dengan mitra kerja.
c. Berkomunikasi dengan masyarakat.
4. Area Pengelolaan Informasi
Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan.
5. Area Landasan Ilmiah Ilmu Gizi, Pangan, Biomedik, Humaniora,
Kesehatan Masyarakat
Menerapkan ilmu gizi untuk melakukan analisis situasi pangan dan
gizi, perencanaan kebutuhan zat gizi dan bahan makanan yang dapat
mempengaruhi status gizi, fisiologi dan patologi, sistem organ, dalam
rangka identifikasi masalah gizi masyarakat, dengan menggunakan
pendekatan sosial ekonomi dan kultural serta ilmu humaniora dalam
pendayagunaan potensi masyarakat secara optimal untuk intervensi
masalah gizi.
6. Area Keterampilan Gizi Masyarakat, Penyelenggaraan Makanan (food
service) dan Clinical Nutrition
a. Melaksanakan asuhan gizi individu, kelompok dan masyarakat.
b. Mampu mengelola sistem penyelenggaraan makanan (food service).
c. Melaksanakan asuhan gizi klinik (clinical nutrition).
7. Area Pengelolaan Masalah Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Mampu mengelola masalah gizi.
b. Melaksanakan pemantauan/surveilans gizi.
- 16 -

c. Mampu memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat


dalam upaya meningkatkan derajat gizi dan kesehatan.
d. Mampu mengelola sumber daya local dan bisnis gizi
(nutripreneurship).
e. Mampu mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan
kesehatan spesifik yang merupakan prioritas daerah masing-
masing di Indonesia.

C. PENJABARAN KOMPETENSI
Penjabaran Kompetensi Nutrisionis untuk masing-masing area kompetensi
diuraikan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang Luhur
Kompetensi Inti
Mampu melaksanakan pelayanan gizi yang profesional sesuai dengan
nilai dan prinsip Ketuhanan, moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan
sosial budaya.
Lulusan Nutrisionis mampu
a. Berketuhanan Yang Maha Esa
1) Bersikap dan berperilaku sebagai insan yang berketuhanan
dalam program gizi masyarakat, penyelenggaraan makanan, dan
gizi klinik.
2) Bersikap dan berperilaku bahwa dalam melakukan pemberian
asuhan gizi dan kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan
upaya maksimal.
b. Bermoral, beretika, dan berdisiplin
1) Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral
yang luhur dalam penyelenggaraan makanan, program gizi
masyarakat, dan asuhan gizi.
2) Bersikap sesuai dengan Kode Etik Nutrisionis.
3) Mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada
penyelenggaraan makanan, program gizi masyarakat, dan
asuhan gizi.
4) Bersikap disiplin dalam menjalankan penyelenggaraan
makanan, program gizi masyarakat, dan asuhan gizi.
c. Sadar dan taat hukum
1) Mengidentifikasikan masalah hukum dalam penyelenggaraan
makanan, program gizi masyarakat, dan clinical nutrition.
- 17 -

2) Memberikan saran cara pemecahan dalam penyelenggaraan


makanan, program gizi masyarakat, dan clinical nutrition.
3) Menyadari tanggung jawab Nutrisionis secara hukum dan
ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan makanan,
program gizi masyarakat, dan clinical nutrition.
4) Taat terhadap perundang-undangan dan aturan yang berlaku
dalam penyelenggaraan makanan, program gizi masyarakat, dan
clinical nutrition.
5) Membantu penegakan hukum serta keadilan dalam
penyelenggaraan makanan, program gizi masyarakat, dan
clinical nutrition.
d. Berwawasan sosial budaya
1) Mengenali sosial, budaya, ekonomi masyarakat yang dilayani.
2) Pemberdayaan potensi masyarakat untuk pencapaian hasil
maksimal dalam penyelenggaraan makanan, program gizi
masyarakat, dan clinical nutrition.
3) Menghargai perbedaan agama, ekonomi, sosial, dan budaya
dalam menjalankan penyelenggaraan makanan, program gizi
masyarakat dan clinical nutrition.
e. Berperilaku profesional
1) Memiliki karakter spesifik sebagai Nutrisionis.
2) Bersikap dan berbudaya melayani.
3) Mengutamakan kepentingan dan keselamatan klien.
4) Membangun kerja sama tim sesama Nutrisionis maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya.
5) Mendukung dan berupaya dalam menyukseskan
penyelenggaraan makanan, program gizi masyarakat, dan
clinical nutrition.

2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri


Kompetensi Inti
Mampu melakukan pelayanan gizi dengan menyadari keterbatasan,
mengatasi masalah personal, mengembangkan diri, mengikuti
penyegaran dan peningkatan pengetahuan secara berkesinambungan
serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi demi keselamatan
klien.
- 18 -

Lulusan Nutrisionis mampu


a. Mawas diri dan pengembangan diri
1) Mengenali dan mengatasi masalah asupan makanan, status gizi,
serta pengaruh lingkungan dan perilaku terkait gizi.
2) Tanggap terhadap kebutuhan dan pengembangan kapasitas dan
potensi Nutrisionis.
3) Memahami dan menyadari perlunya kolaborasi dengan profesi
kesehatan lain.
4) Menyadari keterbatasan kemampuan diri dan merujuk kepada
profesi kesehatan lain sesuai dengan bidang keahliannya.
5) Senantiasa terbuka terhadap umpan balik dari pihak lain
sebagai masukan untuk pengembangan diri.
b. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat
1) Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kinerja profesional sebagai
Nutrisionis.
2) Berperan aktif dalam upaya pengembangan profesi Nutrisionis.
c. Mengembangkan pengetahuan dan teknologi baru
1) Mengembangkan pendekatan mutakhir dalam bidang program
gizi masyarakat, penyelenggaraan makanan, dan clinical
nutrition, melalui penelitian, literasi ilmiah dan publikasi.
2) Mengembangkan teknologi tepat guna dalam bidang program gizi
masyarakat, penyelenggaraan makanan, dan clinical nutrition
dengan mengoptimalkan potensi masyarakat.

3. Komunikasi Efektif
Kompetensi Inti
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal
dengan klien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega,
dan profesi lain.
Lulusan Nutrisionis mampu
a. Berkomunikasi dengan klien
1) Berkomunikasi secara verbal dan nonverbal.
2) Mengembangkan empati dalam membina komunikasi dengan
klien.
3) Menggunakan bahasa yang benar, santun, dan mudah
dimengerti oleh klien.
- 19 -

4) Mendorong klien untuk mengemukakan secara terbuka masalah


gizi sebagai bahan untuk mengatasi permasalahan secara
holistik dan komprehensif.
5) Merumuskan dan menyampaikan informasi penting dan
strategis yang harus diketahui klien terkait status dan masalah
gizinya, termasuk melaksanakan informed consent dan
konseling.
6) Memiliki kepekaan kultur, sosial, budaya dalam membina
komunikasi dan hubungan dengan klien.
b. Berkomunikasi dengan mitra kerja
1) Mengembangkan komunikasi untuk membangun kerja sama tim
dengan sesama Nutrisionis.
2) Mengembangkan komunikasi untuk membangun kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain.
3) Melakukan konsultasi dan rujukan kepada tenaga ahli terkait
melalui surat rujukan dengan informasi yang tepat dan jelas.
4) Memberikan informasi yang relevan dan akuntabel kepada pihak
yang memerlukan sesuai dengan kewenangannya.
5) Menyusun dan mempresentasikan publikasi atau karya ilmiah
di forum lokal, nasional, dan internasional.
c. Berkomunikasi dengan masyarakat
1) Menggali informasi dan data dari masyarakat untuk identifikasi
masalah asupan makanan, status gizi, serta pengaruh
lingkungan dan perilaku terkait gizi.
2) Melakukan advokasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi
masalah gizi masyarakat.
3) Merumuskan dan mengembangkan bahan publikasi/
penyuluhan gizi masyarakat sesuai kebutuhan/situasi masalah
gizi di lingkungan tersebut.
4) Menyusun dan mempublikasikan tulisan ilmiah popular di
berbagai media lokal, nasional dan internasional.
- 20 -

4. Pengelolaan Informasi
Kompetensi Inti
Mampu memanfaatkan teknologi informasi program gizi masyarakat,
penyelenggaraan makanan, dan clinical nutrition.
Lulusan Nutrisionis mampu
a. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
1) Menggunakan teknologi untuk mengakses informasi dan data
dari berbagai sumber untuk meningkatkan program gizi
masyarakat, penyelenggaraan makanan, dan clinical nutrition.
2) Memanfaatkan teknologi untuk mengolah data yang diperlukan
untuk menunjang validitas dan reabilitas dalam bidang program
gizi masyarakat, penyelenggaraan makanan (food service), dan
clinical nutrition.
3) Memanfaatkan teknologi informasi komunikasi untuk diseminasi
informasi dalam bidang program gizi masyarakat,
penyelenggaraan makanan (food service), dan clinical nutrition.
4) Menggunakan teknologi informasi sebagai sumber literasi untuk
mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan sebagai
Nutrisionis dalam bidang program gizi masyarakat,
penyelenggaraan makanan (food service), dan clinical nutrition.

5. Landasan Ilmiah Ilmu Gizi, Pangan, Biomedik, Humaniora, dan


Kesehatan Masyarakat
Kompetensi Inti
Mampu memformulasikan masalah gizi berdasarkan ilmu gizi, pangan,
biomedik, humaniora, dan kesehatan masyarakat.
Lulusan Nutrisionis mampu
a. Menerapkan ilmu gizi untuk melakukan analisis situasi pangan dan
gizi, perencanaan kebutuhan zat gizi dan bahan makanan yang
dapat mempengaruhi status gizi, fisiologi dan patologi, sistem organ,
dalam rangka identifikasi masalah gizi masyarakat, dengan
menggunakan pendekatan sosial ekonomi dan kultural serta ilmu
humaniora dalam pendayagunaan potensi masyarakat secara
optimal untuk intervensi masalah gizi
- 21 -

1) Menerapkan ilmu gizi untuk:


a) Menilai asupan pangan individu, kelompok, dan masyarakat
secara kualitatif dan kuantitatif.
b) Mengidentifikasi status gizi dan masalah gizi individu,
kelompok, dan masyarakat.
c) Menghitung kebutuhan zat gizi dan bahan makanan sesuai
kelompok usia, jenis kelamin, aktivitas, status gizi dan
status kesehatan.
d) Merencanakan dan melakukan intervensi sesuai masalah
gizi.
2) Menerapkan Ilmu Biomedik untuk:
a) Identifikasi masalah gizi yang dipengaruhi oleh patofisiologi,
metabolisme dan gangguan kesehatan.
b) Merencanakan intervensi gizi sesuai masalah gizi terkait
patofisiologi, metabolisme dan gangguan kesehatan.
c) Menyesuaikan kebutuhan gizi dan bahan pangan dengan
kondisi patofisiologi, metabolisme dan gangguan kesehatan.
3) Menerapkan ilmu Humaniora untuk:
a) Memahami keberagaman agama, sosial, ekonomi, kultural
dalam melaksanakan program gizi masyarakat,
penyelenggaraan makanan, dan clinical nutrition.
b) Menggali dan menggunakan potensi masyarakat yang dapat
menunjang program gizi masyarakat.
c) Penyelenggaraan makanan, dan clinical nutrition yang
berkualitas.
4) Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat untuk:
a) Identifikasi besaran masalah gizi masyarakat.
b) Mengembangkan program dan kegiatan masyarakat
menggunakan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif pada masalah gizi.
c) Meningkatkan peran serta masyarakat pada program gizi
masyarakat, penyelenggaraan makanan, dan clinical nutrition
dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan status
gizi masyarakat.
- 22 -

6. Keterampilan Gizi Masyarakat, Penyelenggaraan Makanan (food service),


dan Clinical Nutrition
Kompetensi Inti
Mampu melakukan prosedur pelayanan gizi masyarakat yang berkaitan
dengan masalah pangan, status gizi, dan kesehatan.
Lulusan Nutrisionis mampu
a. Melaksanakan asuhan gizi individu, kelompok dan masyarakat
1) Mampu melakukan kegiatan asuhan gizi individu, kelompok dan
masyarakat
a) Kegiatan skrining gizi.
b) Asesmen gizi dan analisis masalah gizi individu, kelompok
dan masyarakat.
c) Penetapan masalah gizi dan faktor penyebab pada individu,
kelompok dan masyarakat.
d) Pemberian intervensi gizi kepada seluruh masyarakat
berdasarkan masalah gizi sesuai siklus kehidupan.
e) Edukasi dan pelatihan gizi.
f) Promosi gizi dan kesehatan.
g) Surveilans.
h) Monitoring dan evaluasi.
i) Pencatatan dan pelaporan.
j) Penelitian berbasis masyarakat.
2) Mengelola sistem penyelenggaraan
makanan (food service)
institusi
a) Menyusun standar dan pedoman penyelenggaraan makanan
(food service) institusi.
b) Merencanakan menu.
c) Mengelola pengadaan bahan makanan.
d) Mengawasi produksi, distribusi, dan pelayanan makanan.
e) Memodifikasi dan pengembangan resep, produk gizi dan
formula makanan.
f) Higiene dan sanitasi makanan dan minuman.
g) Keselamatan kerja.
h) Mengelola sarana fisik atau peralatan.
i) Mengawasi mutu makanan dan keamanan pangan.
j) Memasarkan produk makanan.
k) Memperbaiki mutu pelayanan gizi dan kepuasan klien.
- 23 -

l) Mengelola sumber daya manusia, biaya, sarana fisik dan


materi secara terpadu.
m) Mengevaluasi penyelenggaraan makanan.
n) Mendokumentasikan kegiatan penyelenggaraan makanan.
3) Melakukan kegiatan clinical nutrition pada klien tanpa
komplikasi dan klien dengan maksimal 2 (dua) komplikasi
penyakit
a) Pengkajian gizi.
b) Penetapan diagnosis gizi.
c) Perencanaan intervensi gizi.
d) Pemberian intervensi gizi.
e) Konseling gizi.
f) Monitoring dan evaluasi gizi hasil intervensi dan konseling.

7. Pengelolaan Masalah Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat


Kompetensi Inti
Mampu mengelola masalah gizi dan pemberdayaan masyarakat.
Lulusan Nutrisionis mampu
a. Mengelola masalah gizi
1) Merencanakan program kerja meliputi kegiatan dan kebutuhan
sumber daya manusia (SDM, sarana prasarana, alat, dana),
monitoring dan evaluasi di fasyankes dan institusi lainnya.
2) Mengorganisasikan program kerja.
b. Melaksanakan pemantauan/surveilans gizi
1) Melakukan pengumpulan data sesuai indikator masalah gizi.
2) Melakukan pengolahan dan analisis data sesuai indikator
masalah gizi.
3) Penetapan kecenderungan dan besaran masalah sesuai
indikator masalah gizi dan kesehatan.
4) Penyebaran informasi masalah gizi dan kesehatan kelompok dan
masyarakat untuk tindakan efektif.
c. Memberdayakan dan kolaborasi dengan masyarakat dalam upaya
meningkatkan derajat gizi dan kesehatan
1) Mendayagunakan potensi masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran gizi.
2) Memobilisasi kader gizi untuk menggerakkan program gizi
masyarakat.
- 24 -

3) Menggalang potensi masyarakat untuk identifikasi dini masalah


gizi masyarakat.
4) Menggerakkan masyarakat untuk mendukung pengentasan
masalah gizi.
5) Membangun jejaring koordinasi dengan profesi dan sektor lain
dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi
masalah gizi dan kesehatan.
d. Mengelola sumber daya lokal dan bisnis gizi (nutripreneurship)
1) Mengelola sumber daya manusia, keuangan, sarana dan
prasarana secara efektif dan efisien.
2) Menerapkan manajemen pelayanan gizi dan kesehatan institusi.
e. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan
kesehatan spesifik yang merupakan prioritas daerah masing-masing
di Indonesia
1) Menganalisis pengaruh pilihan kebijakan yang berdampak pada
program kesehatan masyarakat dari aspek fiskal, administrasi,
hukum, etika, sosial dan politik.
- 25 -

BAB IV
DAFTAR POKOK BAHASAN, MASALAH, DAN KETERAMPILAN

A. DAFTAR POKOK BAHASAN


Institusi Pendidikan Gizi yang menghasilkan Nutrisionis saat ini
melaksanakan kurikulum berbasis kompetensi, yang artinya adalah
menerjemahkan standar kompetensi profesi ke dalam bentuk bahan ajar
pendidikan atau tema pendidikan dan pembelajaran. Penyelenggaraan
pendidikan menggunakan kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh
lembaga yang berwenang dan dikembangkan sesuai dengan falsafah dan
misi lembaga pendidikan gizi. Daftar pokok bahasan ini disusun oleh
Organisasi Profesi dan asosiasi institusi pendidikan tenaga gizi.
Daftar pokok bahasan memuat pokok bahasan dalam proses
pembelajaran untuk mencapai 7 (tujuh) area kompetensi. Materi akan
diuraikan lebih lanjut sesuai bidang ilmu terkait dan dipetakan sesuai
dengan struktur kurikulum masing-masing yaitu:
1. Area Kompetensi 1: Profesionalitas yang Luhur
a. Agama sebagai nilai moral yang menentukan sikap dan perilaku
manusia.
b. Aspek agama dalam praktik asuhan gizi pada kelompok dan
masyarakat.
c. Pluralisme keberagaman sebagai nilai sosial di masyarakat dan
toleransi.
d. Konsep masyarakat mengenai sehat dan sakit.
e. Aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat terkait dengan pelayanan
kesehatan.
f. Hak, kewajiban dan tanggung jawab manusia terkait bidang
kesehatan.
g. Prinsip-prinsip dan logika dan taat hukum dalam pelayanan
kesehatan.
h. Alternatif penyelesaian masalah sengketa hukum dalam pelayanan
kesehatan.
i. Permasalahan etik medikolegal dalam pelayanan kesehatan dan
pemecahannya.
j. Hak dan kewajiban Nutrisionis.
- 26 -

k. Profesionalisme tenaga gizi (pengenalan terhadap karakter


profesionalisme, kerja sama dalam Tim, hubungan interprofesional
tenaga gizi (Nutrisionis dan dietisien) dengan tenaga kesehatan lain).
l. Penyelenggaraan praktik tenaga gizi di Indonesia termasuk
kedisiplinan profesi.
m. Nutrisionis sebagai bagian dari masyarakat umum dan masyarakat
profesi.
n. Pancasila dan kewarganegaraan dalam konteks sistem pelayanan
kesehatan.
2. Area Kompetensi 2: Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a. Prinsip pembelajaran orang dewasa
1) Belajar mandiri.
2) Berpikir kritis.
3) Umpan balik konstruktif.
4) Refleksi diri.
b. Dasar-dasar keterampilan belajar sepanjang hayat
1) Pengenalan gaya belajar.
2) Pencarian literatur.
3) Penelusuran sumber daya untuk belajar dan berpikir kritis.
4) Mendengar aktif.
5) Membaca efektif.
6) Konsentrasi dan memori.
7) Manajemen waktu.
8) Membuat catatan kuliah.
9) Persiapan ujian.
c. Problem based learning.
d. Problem solving.
e. Penelitian bidang gizi dan pangan
1) Konsep dasar penulisan proposal dan hasil penelitian.
2) Konsep dasar pengukuran yang efektif.
3) Konsep dasar desain penelitian.
4) Konsep dasar uji hipotesis dan statistik.
5) Telaah kritis.
6) Prinsip-prinsip presentasi ilmiah.
3. Area Kompetensi 3: Komunikasi Efektif
a. Menggunakan bahasa yang baik, benar, dan mudah dimengerti.
b. Prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan
- 27 -

1) Metode komunikasi lisan dan tertulis yang efektif.


2) Metode untuk memberikan situasi yang nyaman dan kondusif
dalam berkomunikasi efektif.
3) Metode untuk mendorong pasien agar memberikan informasi
dengan terbuka dan sukarela.
4) Metode melakukan anamnesis dengan sistematis.
5) Metode untuk mengidentifikasi tujuan pasien berkonsultasi.
6) Metode yang digunakan untuk memberikan edukasi dan konseling
gizi.
7) Melingkupi biopsikososio-kultural-spiritual.
c. Berbagai Elemen komunikasi efektif
1) Komunikasi intrapersonal, interpersonal, dan komunikasi masa.
2) Gaya dalam berkomunikasi.
3) Bahasa tubuh, kontak mata, cara berbicara, tempo berbicara, tone
suara, kata-kata yang digunakan dan dihindari.
4) Keterampilan dalam mendengarkan aktif.
5) Teknik fasilitasi dalam kondisi dan situasi sulit, misalnya pasien
komplain, pasien marah, sedih, takut, atau kondisi khusus.
6) Teknik negosiasi, persuasi, dan motivasi.
d. Komunikasi lintas budaya dan keberagaman
Merupakan perilaku yang tidak merendahkan atau menyalahkan
pasien/keluarga/kelompok/masyarakat, bersikap sabar, dan sensitif
terhadap kebiasaan, pantangan dan budaya, melingkupi
biopsikososio-kultural-spiritual.
4. Area Kompetensi 4: Pengelolaan Informasi (mengakses dan mengelola
teknologi informasi bidang gizi masyarakat).
a. Teknik keterampilan dasar pengelolaan (akses) teknologi informasi.
b. Metode riset dan aplikasi statistik untuk menilai kesahihan informasi
ilmiah.
c. Teknik pengisian rekam medik terkait asesmen/kajian gizi sampai
dengan monitoring evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan
asuhan gizi dengan memanfaatkan teknologi informasi.
d. Teknik diseminasi informasi dalam bidang gizi, baik lisan maupun
tulisan dengan menggunakan media yang sesuai.
- 28 -

5. Area Kompetensi 5: Landasan Ilmiah Ilmu Gizi, Pangan, Biomedik,


Humaniora, dan Kesehatan Masyarakat.
Mengintegrasikan, menerapkan, mengkomunikasikan prinsip-prinsip
praktis ilmu pangan, gizi, sosial, kesehatan manajemen dan ilmu dasar
untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal individu,
kelompok dan masyarakat.
6. Area Kompetensi 6: Keterampilan Gizi Masyarakat, Penyelenggaraan
Makanan (food service), dan Clinical Nutrition.
a. Pelayanan Gizi Masyarakat
1) Penapisan (skrining) status gizi (individu, kelompok dan
masyarakat).
2) Promosi gizi dan kesehatan bagi individu, kelompok dan
masyarakat.
3) Pencegahan dan deteksi dini masalah gizi pada individu,
kelompok dan masyarakat.
4) Kolaborasi dengan masyarakat dalam meningkatkan derajat
kesehatan dan status gizi.
5) Pengelolaan berbagai sumber daya masyarakat secara efektif dan
efisien dan berkesinambungan dalam penyelesaian gizi di
masyarakat.
6) Penilaian status gizi.
7) Pengakses dan analisis data.
8) Pengkajian di bidang gizi.
9) Pelaku pengkajian yang tepat dan khusus sesuai dengan masalah
pasien.
10) Pelaku penetapan diagnosis gizi dari hasil pengkajian.
11) Intervensi gizi sesuai dengan masalah.
12) Edukasi dan penyuluhan gizi kelompok dan masyarakat.
13) Membangun jejaring dan kemitraan, advokasi dalam
pemberdayaan masyarakat.
14) Pencegahan penyakit terkait gizi.
15) Pelaku tindakan rehabilitasi.
16) Proteksi yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
17) Monitoring dan evaluasi kegiatan dan program gizi.
18) Pendidikan dan pelatihan bidang gizi.
19) Koordinasi lintas sektor dan lintas program.
- 29 -

b. Pelayanan sistem penyelenggaraan makanan (food service)


1) Perencanaan menu.
2) Pengadaan dan penyimpanan bahan makanan.
3) Produksi makanan (persiapan dan pengolahan makanan).
4) Distribusi, transportasi, dan penyajian makanan.
5) Modifikasi dan pengembangan resep makanan.
6) Pengelolaan anggaran dan biaya makan.
7) Higiene dan sanitasi makanan dan minuman.
8) Kesehatan dan keselamatan kerja.
9) Pengawasan mutu makanan/pangan dan HACCP.
10) Pengawasan mutu pelayanan makanan dan kepuasan klien.
11) Kewirausahaan dalam bidang gizi.
12) Pengelolaan sumber daya dan sarana prasarana serta peralatan.
13) Evaluasi penyelenggaraan makanan.
14) Perbaikan mutu pelayanan gizi dan kepuasan klien.
c. Asuhan Clinical Nutrition
1) Pengukuran Antropometri.
2) Penentuan Status Gizi.
3) Pembacaan Hasil Laboratorium dan Prosedur Medis.
4) Penilaian Fisik Klinis.
5) Riwayat Makanan dan atau Status Gizi.
7. Area Kompetensi 7: Pengelolaan Masalah Gizi dan Pemberdayaan
Masyarakat
a. Mengelola dan menetapkan masalah gizi.
b. Melakukan penanganan masalah gizi dan kesehatan individu,
kelompok dan masyarakat.
c. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat, tenaga
profesi lintas program dan lintas sektor terkait.
d. Mengelola sumber daya lokal.
e. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan
spesifik yang merupakan prioritas daerah masing-masing di
Indonesia.
- 30 -

B. DAFTAR MASALAH
Nutrisionis dalam menjalankan praktik asuhan gizinya dimulai dari
hasil skrining gizi pasien di rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit atau
Puskesmas yang dilakukan oleh perawat dengan hasil berisiko malnutrisi
dan atau kondisi khusus. Masalah juga dapat diperoleh dari keluhan
pasien terkait status gizinya kelebihan gizi atau kurang gizi atau terkait
penyakit yang diderita sehingga disadari harus mengatur asupan makanan
secara kualitatif dan kuantitatif. Nutrisionis akan melakukan
asesmen/kajian kemudian menentukan masalah gizinya, menentukan
intervensinya dalam rangka penyelesaian penyebab masalah serta
monitoring dan evaluasi untuk melihat keberhasilan dari intervensi.
Dalam melakukan kegiatan asuhan gizi yang dimulai dari tahap
kegiatan pengkajian sampai dengan monitoring dan evaluasi gizi,
Nutrisionis harus memperhatikan kondisi klien secara keseluruhan dan
komprehensif serta menjunjung tinggi profesionalisme serta etika profesi di
atas kepentingan pribadi. Pada saat pendidikan calon Nutrisionis perlu
dikenalkan dengan berbagai masalah gizi berdasarkan pengkajian
antropometri, biokimia, klinis/fisik, riwayat makan dan riwayat personal
yang dibandingkan dengan standar seharusnya, serta dilatih cara
menanganinya.
Setiap institusi pelayanan kesehatan serta tenaga kesehatan lain
harus menyadari bahwa masalah gizi dapat ditemukan di masyarakat, di
puskesmas, di rumah sakit melalui skrining gizi maupun di praktik pribadi.
Klien datang sendiri dan harus dilakukan pengkajian lebih lanjut oleh
Nutrisionis berdasarkan rujukan maupun mandiri dan penanganannya
dapat berkolaborasi dengan tenaga medis/dokter puskesmas setempat.
Daftar Masalah ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi
institusi pendidikan gizi dalam menyiapkan sumber daya serta acuan
seorang Nutrisionis yang kompeten dalam penanganan permasalahan gizi
klien.
Daftar masalah terdiri atas 2 bagian sebagai berikut:
1. Bagian I memuat daftar masalah gizi masyarakat, penyelenggaraan
makanan (food service), dan clinical nutrition yang berisi daftar masalah,
tanda dan gejala. Daftar masalah gizi masyarakat dan clinical nutrition
menggunakan pendekatan domain dalam diagnosis gizi (asupan, klinis,
dan perilaku/lingkungan). Sedangkan Daftar Masalah Penyelenggaraan
Makanan (food service) menggunakan pendekatan tahapan dalam
- 31 -

sistem penyelenggaraan makanan. Daftar masalah ini banyak dijumpai


pada saat klien bertemu dengan Nutrisionis.
2. Bagian II berisikan daftar masalah yang sering dijumpai oleh
Nutrisionis terkait dengan profesinya, misalnya masalah etika profesi,
disiplin, hukum, tidak percaya diri, aspek medikolegal, dan ada profesi
dengan kompetensi serupa tapi tidak sama.

Tabel 4.1
Daftar Masalah Gizi Masyarakat

Gizi Masyarakat

No. Lingkup Daftar Masalah

1 Asupan a. Kurang asupan energi dan protein


b. Kelebihan asupan energi dan protein
c. Kurang asupan Fe
d. Kurang asupan Vitamin A
e. Kurang asupan iodium

2 Klinis a. Berat Bayi Lahir Rendah


b. Gizi Buruk pada balita
c. Gizi Kurang pada balita
d. Gizi Lebih pada balita
e. Obesitas
f. Stunting pada balita
g. Remaja Anemia
h. Ibu Hamil Anemia
i. Ibu Hamil Kurang Energi Kronis
j. Kurang vitamin A
k. Penderita gondok
l. Anemia pada lansia
m. Gizi Kurang pada lansia

3 Perilaku/lingkungan a. Partisipasi masyarakat terhadap


kegiatan penimbangan di posyandu
b. Jumlah yang naik berat badannya di
posyandu
c. Jumlah anak yang 2 kali ditimbang
berturut–turut tidak naik berat badannya
- 32 -

Gizi Masyarakat

No. Lingkup Daftar Masalah

d. Cakupan distribusi Tablet Tambah Darah


rendah
e. Cakupan distribusi Kapsul Vitamin A

f. Cakupan ASI Eksklusif rendah

g. Kualitas dan kuantitas Makanan


Pendamping ASI (MP ASI) rendah
h. Penerapan Gizi Seimbang rendah

i. Pola Makan kurang sesuai aturan

j. Pola Asuh kurang tepat

k. Penerapan Higiene dan sanitasi dalam


pengolahan makanan rendah
l. Jajanan Anak Sekolah tidak aman
m.Budaya/kepercayaan makan
n. Penerapan gizi bencana
o. Penerapan gizi olahraga untuk kebugaran
p. Penerapan gizi olahraga untuk prestasi

Tabel 4.2
Daftar Masalah Penyelenggaraan Makanan (Food Service)

No. Lingkup Masalah

1 Menu a. Variasi menu masih kurang.


b. Rasa makanan kurang.
c. Penampilan kurang menarik.
d. Besar porsi kurang sesuai.
e. Penggunaan bahan makanan kurang
bervariasi

2 Pengadaan bahan a. Bahan makanan tidak sesuai spesifikasi


makanan b. Bahan makanan tidak sesuai kebutuhan

3 Penyimpanan bahan a. Ruangan penyimpanan tidak memadai


makanan b. Sistem penyimpanan mengindahkan
FEFO dan FIFO
c. Tidak melakukan pemantauan kondisi
lingkungan penyimpanan
- 33 -

No. Lingkup Masalah

4 Persiapan bahan a. Sarana dan prasarana tidak memenuhi


makanan syarat, misal luas ruangan, ventilasi, dan
peralatan masak.
b. Tidak memenuhi standar K3, APD, APAR.

5 Pengolahan makanan a. Tidak sesuai standar pengolahan


b. Tenaga pengolah makanan tidak
kompeten
c. Tidak ada pengawasan dalam pengolahan

6 Distribusi, transportasi a. Distribusi makanan tidak tepat waktu


dan penyajian makanan b. Alat distribusi dan transportasi makanan
tidak sesuai standar
c. Penyajian tidak menarik dan tidak sesuai
kaidah
d. Sisa makanan banyak
e. Rendahnya kepuasan konsumen terkait
budaya masyarakat dan kreativitas menu

7 Biaya makan a. Biaya makan tidak sesuai standar


b. Menu tidak sesuai standar harga
c. Standar harga tidak dapat memenuhi gizi

8 Higiene, sanitasi a. Petugas tidak menggunakan APD


makanan dan b. Tidak tersedia sarana untuk higiene dan
keselamatan kerja sanitasi
c. Tidak dilakukan pengawasan higiene dan
sanitasi

9 Keamanan dan akses a. Konsumsi makanan yang tidak aman


makanan b. Ketersediaan makanan, air terbatas
c. Akses terbatas terhadap suplai makanan
- 34 -

Tabel 4.3
Daftar Masalah Gizi Klinik
No. Lingkup Daftar Masalah
1 Klinis a. Kurus, sangat kurus
b. Pendek
c. Edema
d. Cengeng, rewel
e. Wajah apatis
f. Rambut kemerahan seperti rambut jagung
g. Kulit paha berkeriput (baggy pant)
h. Wajah seperti orang tua
i. Pucat pada wajah, mata, telapak tangan
j. Iga gambang
k. Kulit bersisik
l. Bercak bitot
m. Mata kering
n. Badan gemuk/obes
o. Pembesaran kelenjar gondok
2 Fisik a. Kuku rapuh
b. Rambut mudah rontok
c. 5L (letih, lesu, lemah, lelah, lalai)
d. Rabun senja
e. Mulut kering
f. Asi tidak keluar
g. Bayi sulit menetek
h. Bayi bingung puting
3 Riwayat Makan dan a. Makan kurang dari biasanya
Gizi b. Makan lebih banyak dari biasanya

c. Ketersediaan pangan rumah tangga kurang

d. Makan kurang karena konsumsi alkohol


dan obat-obatan berlebih
e. Nafsu makan berkurang

f. Variasi makanan dalam keluarga kurang


g. Kebiasaan makan
asin/manis/asam/pedas/gurih
- 35 -

h. Melakukan diet yang salah seperti


membatasi makanan tertentu
i. Menggunakan bahan makanan tambahan
berlebih
j. Pemberian MPASI tidak tepat dan terlalu
dini/lambat
k. Penyapihan terlalu cepat (dibawah 2 tahun)
atau terlambat
l. Kolostrom tidak diberikan
m. Inisiasi Menyusu Dini tidak dilakukan

n. Tidak ASI eksklusif

o. Kepatuhan minum tablet tambah darah

4 Riwayat klien a. Riwayat personal:


1) Umur, gender, etnis, bahasa
2) Pendidikan
3) Pekerjaan
4) Kebiasaan merokok (Pola Hidup Bersih
dan Sehat)
5) Jumlah anggota keluarga
b. Riwayat kesehatan klien/keluarga
1) Penyakit keluarga
2) Penyakit yang menular/tidak menular
yang pernah dialami
3) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
c. Riwayat sosial:
1) Faktor ekonomi
2) Kondisi tempat tinggal/rumah:
lingkungan kumuh atau teratur dan
bersih
3) Kondisi geografis/lingkungan rumah:
contoh ingin makanan bervariasi tapi
sulit mencari bahan makanan lain
- 36 -

Tabel 4.4
Daftar Masalah Nutrisionis Terkait Profesinya

No. Lingkup Masalah

1 Etika profesi a. Mengiklankan/mempromosikan diri dan


Institusi kesehatan yang tidak sesuai
dengan ketentuan Organisasi Profesi.
b. Tidak dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan dan tenaga non kesehatan lain
atau profesi kesehatan lain.
c. Berperilaku tidak sesuai kode etik ahli gizi.
d. Menjalankan pekerjaan tidak menunjukkan
sikap moral yang baik, jujur tulus dan adil,
mementingkan diri sendiri serta
dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
e. Dalam melaksanakan prinsip kemitraan
dengan sesama profesi dan para profesional
bidang kesehatan tidak menghormati dan
menghargai.
f. Tidak menghargai keanekaragaman
budaya, kepercayaan dan agama serta
pendapat/temuan/pandangan original
orang lain yang tidak bertentangan dengan
perkembangan IPTEK terkini.
g. Tidak peka terhadap status gizi masyarakat
baik pencegahan terjadinya masalah gizi
maupun peningkatan status gizi.
h. Mempromosikan produk makanan tertentu
dengan tidak mengindahkan peraturan
perundang-undangan yang dapat
menyesatkan masyarakat atau
menyebabkan salah interpretasi.
i. Memperlakukan teman seprofesi dengan
tidak baik.
- 37 -

No. Lingkup Masalah

j. Tidak menyebarluaskan ilmu pengetahuan


dan keterampilan terbaru kepada teman
seprofesi.
k. Tidak aktif mengikuti perkembangan ilmu
teknologi terkini dan mutakhir serta tidak
peka terhadap perubahan lingkungan.
l. Tidak mengindahkan /memelihara
kesehatan dan keadaan gizinya.
m. Tidak menjaga nama baik profesi.
n. Tidak membuat dan menyimpan
dokumentasi asuhan gizi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
o. Meminta imbal jasa yang tidak wajar.
p. Tidak memperhatikan keselamatan diri
sendiri dalam melakukan tugas profesinya.
q. Melakukan kolusi dengan perusahaan/
rekanan makanan.

2 Disiplin a. Melakukan praktik gizi yang tidak sesuai


dengan kompetensi dan kewenangannya.
b. Tidak mempunyai surat tanda registrasi
(STR) dan surat izin praktik (SIP).
c. Tidak mengindahkan Prosedur Operasional
Standar atau Standar Pelayanan Minimal
dalam melaksanakan tugas.
d. Menjalankan pekerjaan tidak sesuai dengan
prinsip keilmuan, informasi terkini dan
memuji diri sendiri.
e. Mengabaikan informasi yang salah dan
praktik yang tidak etis berkaitan dengan
gizi, pangan termasuk makanan dan terapi
gizi/diet yang berdampak kepada
perlindungan masyarakat.
f. Melanggar ketentuan institusi tempat
bekerja (hospital by laws, peraturan).
- 38 -

No. Lingkup Masalah

3 Hukum a. Menyampaikan/menyebarkan informasi


tentang rahasia pasien.
b. Melakukan perbuatan yang melanggar
hukum dan memaksa orang lain untuk
melawan hukum.
c. Melakukan tindakan yang tidak seharusnya
kepada pasien, misalnya pelecehan seksual,
etika dan tata krama, dan lain-lain.

4 Tidak percaya diri Kurang kemampuan dalam melakukan tugas


termasuk kemampuannya menghadapi
lingkungan.

5 Aspek medikolegal Mengabaikan penegakan hukum dan tidak


mendahulukan kepentingan masyarakat luas
dan bangsa.

6 Profesi serupa yang Kurang menyadari tentang lingkup kerja


tidak sama standar profesi gizi.

C. DAFTAR KETERAMPILAN
Pelatihan diperlukan bagi tenaga gizi untuk memperoleh
pengetahuan, sikap, dan keterampilan gizi sejak awal hingga akhir secara
berkesinambungan agar memenuhi ketentuan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugas sebagai lulusan, tenaga gizi harus menguasai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dibidang gizi masyarakat,
penyelenggaraan makanan (food service), dan gizi klinik agar mampu
melakukan penanganan masalah gizi dan kesehatan di masyarakat.
Kemampuan gizi di dalam standar kompetensi ini dapat ditingkatkan
melalui pendidikan formal di Pendidikan Tinggi dan pelatihan
berkelanjutan dalam rangka menyerap perkembangan ilmu dan teknologi
yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi atau lembaga lain yang telah
terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Daftar keterampilan Nutrisionis ini disusun dengan tujuan untuk
menjadi acuan bagi institusi Pendidikan Tinggi tenaga gizi dalam
menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan kemampuan minimal
yang harus dikuasai oleh lulusan. Daftar keterampilan gizi dikelompokkan
atas 3 bagian yaitu keterampilan gizi masyarakat, penyelenggaraan
- 39 -

makanan (food service), dan clinical nutrition. Pada setiap keterampilan


ditetapkan tingkat kemampuan yang harus dicapai di akhir pendidikan
seorang tenaga gizi dengan menggunakan piramid miller (knows, knows
how, shows, does).

Gambar 4.1
Tingkat Kemampuan Lulusan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat kemampuan 1 (knows): Mengetahui dan menjelaskan


Lulusan tenaga gizi mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk
aspek biomedik dan psikososial sehingga dapat menjelaskan kepada klien,
sesama tenaga gizi, serta profesi lain tentang pelayanan gizi. Keterampilan
ini dapat dicapai melalui perkuliahan, diskusi, penugasan, dan belajar
mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.

Tingkat kemampuan 2 (knows how): Pernah melihat atau didemonstrasikan


Lulusan tenaga gizi menguasai teoritis dari keterampilan ini dengan
penekanan clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan
untuk melihat dan mengamati kemampuan dalam bentuk demonstrasi
atau pelaksanaan langsung pada individu maupun masyarakat. Pengujian
kompetensi dengan menggunakan ujian tulis atau penyelesaian kasus
secara tetulis dan atau lisan.

Tingkat kemampuan 3 (shows): Terampil melakukan atau terampil


menerapkan di bawah supervisi
Lulusan tenaga gizi menguasai pengetahuan teori dan
praktik/keterampilan ini termasuk latar belakang biomedik dan dampak
psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan
- 40 -

mengamati keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau


pelaksanaan langsung pada individu dan masyarakat, serta berlatih
keterampilan tersebut dapat dipraktikan. Pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured Clinical
Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment of Technical Skills
(OSATS).

Tingkat kemampuan 4 (does): Terampil melakukan secara mandiri


Lulusan Nutrisionis dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut
dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara
melakukan, kompilasi, dan pengendalian komplikasi. Selain pernah
melakukannya, pengujian tingkat 4 dengan menggunakan Work Based
Assessment misalnya mini-CEX, portofolio, logbook, dsb.

Tabel 4.5
Matriks tingkat Kompetensi Nutrisionis, Metode Pembelajaran dan
Metode Penilaian untuk Setiap Tingkat Kemampuan
Kriteria Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Mampu
melaksanakan
Tingkat
secara mandiri
Kompetensi
Mampu melakukan di bawah supervisi
Nutrisionis
Memahami clinical reasoning dan problem solving
Mengetahui teori keterampilan
Melakukan pada
klien
Metode
Praktik lapangan di bawah supervisi
pembelajaran
Observasi langsung dan demonstrasi
Perkuliahan, diskusi, penugasan, belajar mandiri
Objective
Structured
Clinical Workbased
Penyelesaian
Examination Assessment
kasus secara
(OSCE) atau misalnya:
tertulis dan
Metode penilaian Ujian tulis Objective mini-CEX,
lisan (oral
Structured portofolio, logbook,
test)
Assessment of dan sebagainya
Technical Skills
(OSATS).
- 41 -

Tingkat Keterampilan :
1. Mampu memahami untuk diri sendiri
2. Mampu memahami dan menjelaskan
3. Mampu memahami, menjelaskan, dan melaksanakan dibawah supervisi
4. Mampu memahami, menjelaskan, dan melaksanakan secara mandiri

Daftar kompetensi yang terkait dengan keterampilan Nutrisionis terdiri dari


keterampilan bidang gizi masyarakat (Tabel 4.6), keterampilan bidang food
service (Tabel 4.7), dan keterampilan bidang gizi klinik (Tabel 4.8).

Tabel 4.6
Daftar Keterampilan Nutrisionis Bidang Gizi Masyarakat
Tingkat
Gizi Masyarakat Kemampuan
1 2 3 4
1. Skrining Gizi
a. Pemeriksaan Kelompok masyarakat yang 4
mempunyai risiko masalah gizi.
b. Pemeriksaan Kelompok masyarakat yang 4
mempunyai risiko masalah kesehatan
c. Pemeriksaan kondisi masalah gizi dan kesehatan. 4
d. Evaluasi hasil skrining masalah gizi 4
2. Asesmen gizi dan pengkajian masalah gizi individu,
kelompok, dan masyarakat
a. Pengumpulan dan penilaian data antropometri 4
b. Pengumpulan data dan penilaian data hasil 3
pemeriksaan biokimia terkait masalah gizi
c. Pengumpulan dan penilaian data fisik/klinis 3
terkait masalah gizi
d. Pengumpulan dan penilaian data riwayat gizi dan 4
makanan
e. Pengumpulan dan penilaian data riwayat personal 4
f. Identifikasi kemungkinan masalah gizi, penyebab 4
masalah, tanda dan gejala masalah gizi
- 42 -

Tingkat
Gizi Masyarakat Kemampuan
1 2 3 4
g. Mengumpulkan informasi masalah gizi (data 4
primer dan atau data sekunder terkait ukuran
antropometri gizi, konsumsi pangan, dan sosial
budaya)
h. Mengumpulkan informasi tentang ketersediaan 3
program atau pelayanan gizi dan kesehatan di
wilayah sasaran
i. Mengumpulkan informasi ketersediaan SDM 3
(tokoh masyarakat, lembaga pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat) dan sarana (air bersih,
bahan pangan, pasar, dll) di wilayah sasaran
sesuai masalah gizi.
3. Penetapan masalah gizi dan faktor penyebab pada
Individu
a. Penentuan masalah gizi 4
b. Penentuan penyebab masalah 4
c. Penentuan tanda dan gejala masalah 4
d. Penulisan kalimat diagnosis gizi (Problem, Etiologi, 4
Symptom)
4. Pemberian Intervensi Gizi pada kelompok dan
masyarakat
a. Penetapan tujuan terukur 4
b. Penetapan rencana intervensi :
Penetapan target intervensi 3
Penetapan waktu penyelesaian masalah 3
c. Implementasi intervensi gizi pada kelompok dan
masyarakat :
1) Pemberian makanan dan zat gizi: makanan 4
tambahan pada kelompok bermasalah gizi
misalnya balita, ibu hamil dan lansia,
Penyediaan tambahan zat bioaktif misalnya
preparat Fe, kapsul vitamin A, kapsul yodium.
2) Koordinasi dan kolaborasi termasuk Pengiriman 3
rujukan gizi apabila dibutuhkan
- 43 -

Tingkat
Gizi Masyarakat Kemampuan
1 2 3 4
5. Konseling Gizi
a. Menyusun rencana dan persiapan konseling 4
Melaksanakan konseling 4
Mengevaluasi hasil konseling dan tindak lanjut 4
6. Edukasi Gizi
a. Edukasi Gizi Individu:
1) Menyusun rencana dan persiapan edukasi gizi 4
pada individu
2) Melaksanakan edukasi gizi pada individu 4
3) Mengevaluasi hasil edukasi dan tindak lanjut 4

b. Edukasi Gizi pada Kelompok:


1) Menyusun rencana dan persiapan edukasi gizi 4
pada kelompok
2) Melaksanakan edukasi gizi pada kelompok 4
3) Mengevaluasi hasil edukasi dan tindak lanjut 4
c. Edukasi Gizi pada Masyarakat:
1) Menyusun rencana dan persiapan edukasi gizi 4
pada masyarakat.
2) Melaksanakan edukasi gizi pada masyarakat 4
3) Mengevaluasi hasil edukasi dan tindak lanjut 4
7. Pelatihan Gizi
a. Pelatihan gizi pada kelompok:
1) Menyusun rencana dan persiapan pelatihan gizi 4
pada kelompok
2) Melaksanakan pelatihan gizi pada kelompok 4
3) Mengevaluasi hasil pelatihan dan tindak lanjut 4
b. Pelatihan gizi pada masyarakat:
1) Menyusun rencana dan persiapan pelatihan gizi 4
pada masyarakat
2) Melaksanakan pelatihan gizi pada masyarakat 4
4
3) Mengevaluasi hasil pelatihan dan tindak lanjut
- 44 -

Tingkat
Gizi Masyarakat Kemampuan
1 2 3 4
8. Materi dan Metode Promosi gizi dan kesehatan
a. Penetapan materi promosi gizi dan kesehatan 4
sesuai dengan masalah gizi
b. Penetapan kelompok sasaran promosi gizi dan 4
kesehatan
c. Penetapan bahan dan cara dalam promosi gizi dan 4
kesehatan.
d. Penetapan penilaian keberhasilan promosi gizi dan 3
kesehatan.
e. Evaluasi keberhasilan indikator promosi gizi dan 3
kesehatan.
f. Penyebarluasan informasi gizi dan kesehatan. 4
9. Surveillans
a. Pengumpulan data sesuai dengan indikator 4
masalah gizi.
b. Pengolahan dan analisis data sesuai indikator 4
masalah gizi.
c. Penetapan kecenderungan dan besaran masalah 3
sesuai indikator masalah gizi dan kesehatan.
d. Melakukan penyebaran informasi masalah gizi dan 3
kesehatan kelompok dan masyarakat untuk
tindakan efektif.
10. Penelitian berbasis masyarakat
a. Pengumpulan data indikator gizi masyarakat. 4
b. Identifikasi masalah gizi di masyarakat 4
c. Pengolahan dan analisis data gizi masyarakat. 4
d. Penetapan informasi dan penentuan prioritas 3
masalah gizi masyarakat.
e. Penyusunan rekomendasi hasil penelitian gizi 3
berbasis masyarakat.
11. Monitoring gizi
a. Penilaian pemahaman dan penerimaan terhadap 3
intervensi gizi pada individu, kelompok, dan
masyarakat
- 45 -

Tingkat
Gizi Masyarakat Kemampuan
1 2 3 4
b. Penilaian kesesuaian intervensi gizi 3
c. Evaluasi pelaksanaan kegiatan gizi 3
12. Evaluasi gizi
a. Penetapan hasil perbandingan data monitoring 3
dengan tujuan intervensi
b. Evaluasi dampak intervensi pada individu, 3
kelompok, dan masyarakat
c. Pengelolaan dampak intervensi gizi 3
13. Pendokumentasian (Pencatatan dan Pelaporan)
a. Pencatatan melalui cetak dan elektronik. 4
b. Pencatatan dan pelaporan pada lembar asuhan 4
gizi
c. Pelaporan hasil intervensi program. 4
14. Pendidikan Tinggi Bidang Kesehatan dan Gizi
a. Pengkajian hasil belajar 4
b. Strategi pembelajaran 4
c. Pengembangan dan penilaian hasil belajar 4
d. Pengembangan dan pemilihan sumber belajar 4
15. Pola konsumsi pangan
a. Menilai pola konsumsi pangan individu, kelompok, 4
dan masyarakat
b. Mengevaluasi pola konsumsi pangan individu, 4
kelompok, dan masyarakat
16. Penelitian Gizi
a. Penelitian Ilmiah Gizi 3
b. Penelitian Terapan Gizi 3
- 46 -

Tabel 4.7
Daftar Keterampilan Nutrisionis Bidang Penyelenggaraan Makanan
(Food Service)
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
1. Penyusunan Standar Bahan Makanan
a. Menetapkan standar gizi/kecukupan gizi 4
b. Menetapkan standar pemberian makanan 4
2. Perencanaan Menu
a. Penggunaan standar makanan 4
b. Penentuan frekuensi penggunaan bahan 4
makanan
c. Penyusunan rancangan menu 4
d. Penyusunan master menu 4
e. Penyusunan pedoman menu 4

3. Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan dan


Minuman
a. Menyusun jenis bahan makanan 4
b. Menghitung kebutuhan bahan makanan 4
4. Perencanaan kebutuhan anggaran belanja bahan makanan
a. Mengumpulkan data macam dan jumlah klien 4
b. Menetapkan macam dan jumlah klien 4
c. Mengumpulkan harga bahan makanan 4
d. Membuat pedoman berat bersih bahan 4
makanan yang dikonversikan ke dalam berat
kotor
e. Menghitung indeks harga makanan 4
5. Pengadaan Bahan Makanan
a. Penyusunan spesifikasi bahan makanan 4
b. Survei harga pasar bahan makanan 4
c. Identifikasi macam, jumlah konsumen yang 4
akan dilayani
d. Identifikasi periode kebutuhan bahan 4
makanan
- 47 -

Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
e. Perhitungan kebutuhan bahan makanan 4
(periodik/harian)
f. Penyusunan pesanan bahan makanan 4
(periodik/harian)
g. Pemesanan bahan makanan 4
h. Pemantauan penerimaan bahan makanan 4
6. Penerimaan Bahan Makanan
a. Mempersiapkan ruang penerimaan sesuai 3
dengan standar (timbangan yang terkalibrasi,
lokasi mudah dijangkau, area loadingdock,
tersedia zinc untuk pencucian, pisau dan
talenan sesuai dengan jenis bahan makanan)
b. Identifikasi macam, jumlah dan spesifikasi 4
bahan makanan yang diterima
c. Pemantauan kesesuaian macam, jumlah dan 4
spesifikasi bahan makanan
d. Melakukan uji mutu bahan makanan yang 4
diterima (suhu, uji biokimia, uji organoleptik)
e. Evaluasi kendaraan transportasi 4
vendor/rekanan
f. Evaluasi kinerja vendor/rekanan 4
g. Memastikan mutu bahan makanan yang 4
diterima sesuai dengan standar
7. Penyimpanan Bahan Makanan
a. Menerapkan standar ruang penyimpanan 4
bahan makanan basah dan bahan makanan
kering
b. Melakukan penyimpanan dengan sistem FIFO 4
dan FEFO
c. Melakukan penyimpanan sesuai dengan jenis 4
bahan makanan dan standar syarat-syarat
penyimpanan
- 48 -

Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
d. Melakukan pemantauan mutu ruang 4
penyimpanan bahan makanan basah dan
bahan makanan kering (suhu, kelembaban,
lantai, dinding)
e. Pencatatan dan pelaporan penyimpanan 4
bahan makanan (kering/basah)
8. Persiapan Bahan Makanan
a. Menyusun standar persiapan bahan makanan 4
sesuai dengan syarat-syarat keamanan pangan
(untuk mencegah kontaminasi silang antara
bahan makanan/alergen dengan
menggunakan peralatan persiapan yang
dibedakan)
b. Memantau pencucian bahan makanan (sayur 4
dan buah) sesuai dengan standar keamanan
pangan
c. Memantau persiapan (pemotongan) bahan 4
makanan sesuai standar
d. Memantau kesesuaian standar porsi dan 4
standar bumbu
9. Pengolahan/Produksi Makanan
a. Memantau macam dan jumlah konsumen yang 4
akan dilayani makanannya
b. Memantau penerapan menu yang akan 4
dimasak
c. Memantau ketersediaan dan kondisi alat yang 4
akan digunakan
d. Pengecekan ketersediaan bahan makanan 4
sesuai dengan menu dan jumlah konsumen
e. Mengelola jumlah dan macam tenaga 4
f. Pemantau jumlah makanan yang akan diolah 4
g. Pengawasan penggunaan bahan makanan 4
h. Pengawasan standar-standar (porsi, bumbu, 4
resep)
- 49 -

Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
i. Pengawasan produksi/pengolahan makanan 4
sesuai menu
j. Pengawasan kesesuaian penggunaan alat 4
masak dengan metode pemasakan
k. Pengawasan metode/cara pengolahan yang 4
digunakan
l. Pemantauan penggunaan waktu dalam 4
pengolahan
m. Penilaian kualitas/mutu makanan/ 4
organoleptik (uji cita rasa, suhu pemasakan,
tingkat kematangan, dan standar penyajian)
n. Penilaian produktivitas tenaga kerja 3
pengolahan misal ketepatan waktu masak.
o. Pencatatan dan laporan produksi makanan 4
10. Distribusi, Transportasi dan Penyajian Makanan
a. Memantau macam dan jumlah makanan 4
sesuai menu dan dengan klien
b. Memantau macam, jumlah dan kondisi alat 4
yang akan digunakan
c. Menetapkan sistem pendistribusian makanan 4
d. Pengawasan penerapan standar porsi 4
e. Pengawasan kesesuaian makanan dengan 4
permintaan
f. Pengawasan suhu makanan, dan suhu troli 4
berpemanas makanan
g. Pengawasan waktu pendistribusian dan 4
penyajian makanan
h. Pengawasan penyajian makanan sesuai 4
dengan standar sanitasi makanan
i. Penilaian sisa makanan 4
j. Pencatatan dan pelaporan distribusi, 4
transportasi dan penyajian makanan
k. 4
Penilaian terhadap kepuasan pelayanan gizi
- 50 -

Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
11. Pengembangan/modifikasi resep
a. Identifikasi hidangan yang di modifikasi 4
b. Pengumpulan resep-resep akan digunakan 4
sebagai acuan untuk modifikasi
c. Analisis resep yang akan dimodifikasi 4
d. Penetapan tujuan modifikasi sesuai 4
kebutuhan
e. Penetapan cara modifikasi yang digunakan 4
f. Analisis komposisi bahan makanan yang 4
digunakan dalam modifikasi resep
g. Uji cita rasa resep yang dimodifikasi 4
h. Analisis komposisi zat gizi hasil modifikasi 4
i. Penetapan panelis uji organoleptik 4
j. Uji organoleptik hasil modifikasi 4
k. Pengembangan standar resep 4
l. Penetapan standar resep 4
m. Pengembangan standar bumbu 4
n. Penetapan standar bumbu 4
o. Penetapan dan dokumentasikan resep yang 4
sudah dimodifikasi
12. Pengelolaan Biaya Makan
a. Identifikasi menu yang akan disajikan 4
b. Identifikasi harga bahan makanan 4
c. Identifikasi macam jumlah, dan pendapatan 4
pegawai
d. Identifikasi penggunaan overhead dalam PM 3
e. Penetapan margin/keuntungan 4
f. Identifikasi macam, jumlah dan daya beli klien 4
g. Identifikasi peraturan keuangan terkait 4
dengan PM
h. Penetapan periode kebutuhan anggaran 4
i. Perhitungan biaya bahan makanan 4
j. Pengawasan dan pengendalian penggunaan 4
biaya untuk bahan makanan
- 51 -

Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
k. Evaluasi biaya bahan makanan 4
l. Perhitungan biaya tenaga kerja 4
m. Pengawasan/pengendalian penggunaan biaya 4
untuk tenaga kerja
n. Perhitungan biaya overhead 4
o. Pengawasan/pengendalian penggunaan biaya 4
untuk overhead
p. Evaluasi biaya overhead 4
q. Penetapan harga makanan (harga jual 4
makanan) berdasarkan proporsi biaya bahan
makanan, tenaga kerja, overhead dan
keuntungan yang ditetapkan
r. Penyusunan anggaran sesuai dengan periode 4
yang ditentukan
s. Usulan kebutuhan anggaran 4
t. Pengawasan penggunaan anggaran 4
u. Evaluasi anggaran 4
v. Pencatatan realisasi anggaran 4
w. Penyusunan laporan penggunaan/realisasi 4
anggaran
13. Sarana fisik/peralatan
a. Mengidentifikasi data untuk pembuatan 4
desain/layout ruang penyelenggaraan
makanan
b. Penetapan bentuk penyelenggaraan makanan 4
c. Perancangan desain/layout sesuai kapasitas 3
institusi dan syarat keamanan pangan
d. Pengawasan pelaksanaan pembangunan ruang 3
penyelenggaraan makanan dan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja
e. Identifikasi jenis, jumlah dan macam peralatan 3
dapur
f. Perancangan tata letak peralatan dapur 3
- 52 -

Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
g. Identifikasi jenis, jumlah dan macam peralatan 3
masak
h. Merencanakan jenis, jumlah dan macan 3
peralatan dapur dan alat rumah tangga
(tissue, wraping, dll)
14. Higiene dan sanitasi makanan dan minuman
a. Identifikasi kebutuhan/perlengkapan alat 3
pelindung diri pegawai
b. Identifikasi bahan penunjang untuk hygiene 3
pegawai
c. Identifikasi keadaan/kondisi lingkungan 3
produksi makanan
d. Identifikasi alat dan bahan kebersihan 3
produksi makanan
e. Identifikasi risiko bahaya pada makanan dan 3
minuman
f. Pengawasan mutu bahan makanan yang 3
digunakan
g. Pengawasan suhu dan kelembaban 4
penyimpanan bahan makanan
h. Pengawasan terjadinya risiko bahaya pada 3
makanan dan minuman
i. Pengawasan penerapan higiene penjamah 3
makanan
j. Pengawasan pemeriksaan kesehatan pegawai 3
secara periodik
k. Penilaian pemeliharaan alat pelindung diri 3
l. Pengawasan kebersihan ruang produksi 3
penyelenggaraan makanan
m. Pengawasan tempat pengolahan makanan 3
n. Pengawasan penanganan kebersihan dan 3
kerapian alat setelah digunakan
o. Pengawasan kebersihan dan kondisi alat 3
transportasi makanan
- 53 -

Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
p. Pengawasan wadah penyimpanan makanan 3
masak
q. Pengawasan waktu tunggu penyimpanan 3
makanan
r. Pengawasan pembuangan sampah 3
s. Pengawasan pencucian dan pemeliharaan alat 3
masak dan alat masak
15. Keselamatan Kerja
a. Pengadaan bahan/alat keselamatan kerja 3
b. Identifikasi perilaku pegawai dalam menjaga 3
keselamatan kerja
c. Identifikasi kondisi lingkungan kerja yang 3
berisiko terjadinya bahaya
d. Edukasi tentang keselamatan kerja 4
e. Pengawasan kebiasaan kerja pegawai 4
f. Penilaian kemampuan kerja pegawai 3
g. Pendistribusian volume kerja pegawai sesuai 4
jam kerja
h. Pengawasan penggunaan alat pelindung kerja 4
(safety shoes)
i. Mampu mengoperasionalkan APAR 4
j. Pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja 4
k. Pelaksanaan tindak lanjut penanggulangan 3
kecelakaan kerja
16. Keamanan Pangan
a. Pengelolaan keamanan dan sanitasi makanan 3
b. Penerapan sistem HACCP dalam manajemen 3
dan sistem pelayanan/penyelenggaraan
makanan
c. Survei keamanan dan sanitasi peralatan dan 3
lingkungan
d. 4
Pengawasan higiene personal (pakaian,
perhiasan, make-up)
- 54 -

Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
17. Pengawasan Mutu Makanan/HACCP
a. Identifikasi hidangan/makanan yang 3
diproduksi
b. Penyusunan alur proses produksi 3
c. Penetapan hazard pada proses produksi 4
d. Penetapan titik kritis yang harus dikontrol 4
pada proses
e. Pengendalian titik kritis proses produksi 4
f. Penyusunan worksheet pengawasan produk 4
makanan
18. Pemasaran produk makanan
a. Identifikasi macam produk yang akan di jual 3
b. Identifikasi tempat penjualan produk 3
c. Identifikasi sasaran pemasaran produk 3
d. Identifikasi kewajaran harga produk 3
e. Penyusunan strategi pemasaran 3
f. Pelaksanaan pemasaran 4
g. Pengembangan perangkat pemasaran 4
h. Evaluasi hasil pemasaran 4
19. Evaluasi Penyelenggaraan Makanan
a. Penyusunan indikator keberhasilan 4
penyelenggaraan makanan
b. Analisa penyelenggaraan makanan 3
c. Pembuatan kuesioner terhadap kepuasan 4
makanan yang disajikan
d. Analisa data terhadap kepuasan klien 4
e. Pendokumentasian terhadap penyelenggaraan 4
makanan
f. Laporan pencapaian keberhasilan 3
penyelenggaraan makanan
20. Perbaikan mutu pelayanan gizi dan kepuasan
klien dalam pelayanan & praktik kegizian
a. Pengelolaan program mutu dan kepuasan 4
klien
- 55 -

Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
b. Penyusunan indikator mutu gizi dan kepuasan 4
klien
c. Survei kepuasan konsumen 4
21. Pengelolaan SDM, keuangan, sarana fisik dan materi secara
terpadu
a. Koordinasi semua fungsi dalam produksi 3
makanan
b. Penyusunan analisa beban kerja (ABK) 3
pegawai penyelenggaraan makanan
c. Menghitung analisa biaya makanan dan biaya 3
overhead
d. Menyusun rencana pengembangan SDM 3
e. Mengelola SDM dalam penyelenggaraan 3
makanan (food service)
22. Pendidikan Tinggi Bidang Kesehatan dan Gizi
a. Pengkajian hasil belajar 4
b. Strategi pembelajaran 4
c. Pengembangan dan penilaian hasil belajar 4
d. Pengembangan dan pemilihan sumber belajar 4
23. Praktik Profesional Nutrisionis
a. Merancang, melaksanakan dan mengevaluasi 3
Advokasi
b. Membangun Kemitraan bidang gizi dan 4
kesehatan
24. Sistem Ketahanan Pangan
a. Perencanaan Makanan pada Kondisi Darurat 4
Bencana
25. Penelitian Gizi
a. Penelitian Ilmiah Gizi 4
b. Penelitian Terapan Gizi 4
- 56 -

Tabel 4.8
Daftar Keterampilan Nutrisionis Bidang Gizi Klinik

No. Jenis/Uraian Keterampilan Tingkat Keterampilan


1 2 3 4
Gizi Klinik
1. Pengukuran Antropometri
a. Menggunakan Antropometri Kit 4
b. Mengukur Berat Badan 4
c. Mengukur Tinggi Badan dan estimasi ukuran 4
tinggi badan
d. Mengukur Lingkar Lengan Atas (LiLA) 4
e. Mengukur Panjang Badan 4
f. Mengukur Lingkar Kepala 4
g. Mengukur Lingkar Dada 4
h. Mengukur Lingkar Perut 4
i. Mengukur Lingkar Pinggang dan Pinggul 4
j. Mengukur Tebal Lemak Bawah Kulit 4
k. Menilai Koreksi BB Obesitas 4
l. Mengukur komposisi tubuh (Fat Free Mass, 4
Lean Body Mass, Total Water Content)
2. Penentuan Status Gizi
a. Penentuan IMT 4
b. Penggunaan IMT/U 4
c. Penggunaan tabel WHO 4
d. Penggunaan indeks BB/U 4
e. Penggunaan indeks PB/U 4
f. Penggunaan indeks TB/U 4
g. Penggunaan indeks BB/TB 4
h. Penggunaan tabel LiLA 4
i. Penghitungan rasio Lingkar Pinggang/Lingkar 4
pinggul
j. Penentuan tebal lipatan bawah kulit (TLBK) 3
3. Pembacaan Hasil Lab dan Interpretasi hasil Lab
a. Albumin 3
b. Transferin 3
- 57 -

No. Jenis/Uraian Keterampilan Tingkat Keterampilan


1 2 3 4
c. Prealbumin 3
d. Gula Darah 4
e. Elektrolit 3
f. Status hidrasi 4
g. Hemoglobin 4
h. Kolesterol 3
i. Defisiensi Vitamin B 12 3
j. Tes Hiperlipidemia 4
k. Ureum 3
l. Kreatinin 3
m. SGOT 3
n. SGPT 3
p. TSH 2
q. FT4 2
r. Retinol serum 2
s. HBA1C 2
4. Penilaian Fisik Klinis
a. Tanda fisik: tensi darah, suhu tubuh, nadi 4
b. Kemampuan motorik 2
c. Postur tubuh (contoh: tampak kurus, gemuk) 4
d. Warna, kelembaban, tekstur dan turgor kulit 3

e. Warna dan bentuk kuku 3

f. Warna, kuantitas dan distribusi rambut 3

g. Bentuk dan simetris kepala 1


h. Gigi 3

i. Gusi 3

j. Kekuatan sistem muskoskeletal (genggam 3


tangan)
k. Kehilangan masa lemak dan otot 3
5. Riwayat Makanan dan atau Zat Gizi
a. Penggunaan metode food recall 4
b. Penggunaan metode food frequency 4
- 58 -

No. Jenis/Uraian Keterampilan Tingkat Keterampilan


1 2 3 4
c. Penggunaan metode food weighing 4
d. Penggunaan metode food inventory 3
e. Penggunaan metode food waste 4
f. Penggunaan metode food record 4

g. Penggunaan TKPI 4
h. Melakukan food analisis secara manual 4
i. Melakukan food analisis menggunakan software 4
j. Menggunakan bahan makanan penukar 4
k. Survei keragaman bahan makanan 3
l. Survei keragaman makanan 3
m. Food labeling 4
n. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi 4
p. Menghitung kebutuhan gizi 4
q. Dietary History 4
r. Aktivitas fisik/olah raga 3

6. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Energi dan Zat


Gizi
a. Menganalisis Komposisi dan Kecukupan 4
Asupan Gizi
b. Mengidentifikasi Pola makan 4
c. Modifikasi diet yang sedang dijalani 4
d. Mengidentifikasi Lingkungan makan 4
e. Menyusun Diet dan modifikasinya 4
7. Pengetahuan, Keyakinan dan Perilaku
a. Pemahaman tentang makanan 4
b. Fenomena berkaitan dengan gizi dan makanan 4
dalam contoh: karbohidrat berkonotasi negatif
c. Motivasi klien yang mempengaruhi aktivitas 3
dan kegiatannya
d. Pemahaman makanan dari sisi religi dan 4
budaya
- 59 -

No. Jenis/Uraian Keterampilan Tingkat Keterampilan


1 2 3 4
8. Mengkaji Akses terhadap Makanan
a. Mengkaji akses pangan yang aman 4
b. Mengkaji akses pangan yang bergizi 4
c. Mengkaji suplai pangan dari segi jumlah dan 3
keragaman di suatu tempat
9. Mengumpulkan data riwayat klien
a. Riwayat Personal
1) Data umum, misalnya usia, jenis kelamin, 4
ras, etnik, physical disability/mobility
issues.
2) Penggunaan Bahasa, kemampuan 4
membaca, pendidikan, aturan dalam
keluarga misalnya terkait dengan kebiasaan
makan, jadwal acara keluarga yang rutin,
dan lainnya.
3) Pada kasus anak: pola asuh, cara 4
mempersiapkan dan praktik pemberian
makanan, kesukaan makan anak.
b. Riwayat medis pasien/klien/keluarga
1) Identifikasi gambaran kondisi medis terkini 4
2) Identifikasi out come pengobatan dengan 4
tujuan intervensi gizi terkait kondisi medis
3) Identifikasi persepsi klien terhadap 4
pengobatan yang pernah dijalani, misalnya
pasien hipertensi yang telah mengonsumsi
obat anti hipertensi
c. Riwayat sosial dan ekonomi
1) Status bekerja 4
2) Penghasilan sebagai keamanan dalam 4
kehidupan sosial
3) Adanya program bantuan pemerintah, 4
jaminan sosial
- 60 -

No. Jenis/Uraian Keterampilan Tingkat Keterampilan


1 2 3 4
4) Kondisi rumah: teman hidup, wilayah 4
(kota/desa), anggota keluarga, interaksi
tempat tinggal (panti/penjara), terlantar
5) Dukungan sosial dan ketersediaan fasilitas 4
layanan kesehatan
6) Dukungan mempersiapkan makanan: pasar 4
atau penjual makanan, kebiasaan makan di
luar rumah, fasilitas mengolah makanan
7) Faktor lainnya: agama, budaya, merokok, 4
penggunaan alkohol, dukungan kelompok
dan home nutrition support therapy
10. Menentukan diagnosis gizi berdasarkan data
asesmen
a. Mendiagnosis masalah nutrisi berdasarkan 4
evaluasi data asesmen dan mengidentifikasi
konsep-konsep pendukung (etiologi, tanda dan
gejala)
b. Memprioritaskan masalah gizi/diagnosis 4
berdasarkan tingkat keparahan, keamanan,
kebutuhan dan preferensi pasien/klien,
pertimbangan etika, kemungkinan
intervensi/rencana perawatan gizi akan
mempengaruhi masalah, memberhentikan/
transisi dari kebutuhan perawatan, dan
pasien/klien/advokasi persepsi penting
c. Mendokumentasikan diagnosis gizi dengan 4
menggunakan terminologi standar dan
pernyataan tertulis yang jelas dan ringkas:
Masalah [P], Etiologi [E], dan Tanda dan Gejala
[S] [Pernyataan PES]
d. Evaluasi ulang dan perbaiki diagnosis gizi 4
ketika data asesmen tambahan tersedia
- 61 -

No. Jenis/Uraian Keterampilan Tingkat Keterampilan


1 2 3 4
11. Intervensi Gizi
a. Menyusun tujuan intervensi 4
b. Menetapkan dan memberikan intervensi
pemberian makan dan snack
1) a) Pada kasus hipertensi 4
b) Pada kasus diabetes mellitus
c) Pada kasus dislipidemia
d) Pada kasus ibu hamil KEK
e) Pada kasus anemia
f) Pada kasus infeksi tanpa penyulit
g) Pada kasus anak gizi buruk
h) Pada kasus anak gizi kurus
i) Pada kasus anak stunting
2) a) Pada kasus penyakit ginjal akut dan 3
kronik
b) Pada kasus penyakit kanker
c) Pada kasus bedah
d) Pada kasus infeksi dengan penyulit
e) Obesitas
f) Pada atlet/olahragawan
c. Menetapkan dan memberikan intervensi 3
pemberian makan enteral
1) Pada kasus perawatan intensif
2) Pada kasus luka bakar
3) Pada kasus bedah
d. Menetapkan dan memberikan intervensi 3
konseling gizi
e. Menetapkan dan memberikan edukasi gizi 4
f. Menetapkan dan melakukan koordinasi asuhan 4
gizi (dengan dietisien, tenaga lain dalam tim
pelayanan kesehatan)
- 62 -

No. Jenis/Uraian Keterampilan Tingkat Keterampilan


1 2 3 4
12. Monitoring gizi
a. Perencanaan indikator dan outcome asuhan gizi 4
terkait diagnosis gizi dan intervensi gizi
b. Pengukuran respon klien terhadap intervensi 4
gizi
13. Evaluasi gizi
a. Analisis perbandingan data monitoring 4
b. Evaluasi hasil intervensi (outcome positif dan 3
negatif)
c. Penetapan keputusan untuk tindak lanjut: 3
discharge atau Pengkajian gizi ulang
14. Pendokumentasian
a. Penulisan di lembar asuhan gizi pada awal 4
pengkajian
b. Penulisan di lembar pencatatan terintegrasi 4
pada rekam medis pasien
c. Pencatatan hasil rangkuman asuhan gizi 4
d. Penulisan rencana asuhan bersama (care plan) 4
pada rekam medis pasien pada kasus
sederhana dan komplikasi 1-2 penyakit

15. Penelitian Gizi


a. Penelitian Ilmiah Gizi 3
b. Penelitian Terapan Gizi 3
- 63 -

BAB V
PENUTUP

Standar Kompetensi Nutrisionis ini dapat menjadi acuan dan landasan


bagi Nutrisionis dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam
memberikan pelayanan gizi yang terstandar di semua fasilitas pelayanan
kesehatan. Selain hal tersebut di atas, standar ini dapat digunakan sebagai
acuan dalam merancang dan melaksanakan program pendidikan gizi di
Indonesia. Agar penyelenggaraan pelayanan dan pendidikan gizi di Indonesia
dapat berjalan sesuai standar maka diperlukan adanya persamaan persepsi
dan pemahaman terhadap standar kompetensi ini.
Untuk pemanfaatan Standar Kompetensi Nutrisionis ini diperlukan
adanya dukungan kebijakan dari berbagai pihak dalam sosialisasi,
implementasi, monitoring dan evaluasi pada setiap fasilitas pelayanan
kesehatan serta institusi penyelenggara pendidikan gizi.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

TERAWAN AGUS PUTRANTO


BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.603, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Praktik.
Pekerjaan. Tenaga Gizi. Penyelenggaraan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 26 TAHUN 2013
TENTANG
PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK TENAGA GIZI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa tenaga gizi sebagai salah satu dari jenis tenaga
kesehatan, berwenang untuk menyelenggarakan
pekerjaan dan praktik pelayanan gizi sesuai dengan
bidang keahlian yang dimiliki;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Dan Praktik Tenaga Gizi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
2

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/
Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/
Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
603);
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG


PENYELENGGARAAN PEKERJAAN DAN PRAKTIK TENAGA
GIZI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di
bidang gizi sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
3

2. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan,


makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan,
pengolahan, analisis, simpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi
gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan
optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
4. Surat Tanda Registrasi Tenaga Gizi yang selanjutnya disebut STRTGz
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Tenaga
Gizi yang telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Surat Izin Praktik Tenaga Gizi yang selanjutnya disingkat SIPTGz
adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
praktik pelayanan gizi secara mandiri.
6. Surat Izin Kerja Tenaga Gizi yang selanjutnya disebut SIKTGz adalah
bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan pekerjaan
pelayanan gizi di fasilitas pelayanan kesehatan.
7. Standar Profesi Tenaga Gizi adalah batasan kemampuan minimal
yang harus dimiliki/dikuasai oleh tenaga gizi untuk dapat
melaksanakan pekerjaan dan praktik pelayanan gizi secara
profesional yang diatur oleh organisasi profesi.
8. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
9. Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia yang selanjutnya disingkat MTKI
adalah lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan.
10. Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi yang selanjutnya disingkat MTKP
adalah lembaga yang membantu pelaksanaan tugas MTKI.
11. Organisasi Profesi adalah Persatuan Ahli Gizi Indonesia.
Pasal 2
Dalam Peraturan Menteri ini diatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
penyelenggaraan Pelayanan Gizi yang harus dilaksanakan oleh Tenaga
Gizi dalam melaksanakan pekerjaan dan praktik Pelayanan Gizi.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
4

BAB II
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Kualifikasi Tenaga Gizi
Pasal 3
Berdasarkan pendidikannya, Tenaga Gizi dikualifikasikan sebagai berikut:
a. Tenaga Gizi lulusan Diploma Tiga Gizi sebagai Ahli Madya Gizi;
b. Tenaga Gizi lulusan Diploma Empat Gizi sebagai Sarjana Terapan Gizi;
c. Tenaga Gizi lulusan Sarjana sebagai Sarjana Gizi; dan
d. Tenaga Gizi lulusan pendidikan profesi sebagai Registered Dietisien.
Pasal 4
(1) Tenaga Gizi Ahli Madya Gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan merupakan Tenaga Gizi
Technical Registered Dietisien.
(2) Tenaga Gizi Sarjana Terapan Gizi, dan Sarjana Gizi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dan huruf c yang telah lulus uji
kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan merupakan Tenaga Gizi Nutrisionis Registered.
(3) Tenaga Gizi Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dan huruf c yang telah mengikuti
pendidikan profesi dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan merupakan
Tenaga Gizi Registered Dietisien.
Bagian Kedua
Sertifikat Kompetensi dan
STRTGz Pasal 5
(1) Tenaga Gizi untuk dapat melakukan pekerjaan dan praktiknya harus
memiliki STRTGz.
(2) Untuk dapat memperoleh STRTGz sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Tenaga Gizi harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai
peraturan perundang-undangan.
(3) STRTGz sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh MTKI
dengan masa berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4) STRTGz sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
5

(5) Contoh STRTGz sebagaimana tercantum dalam Formulir I terlampir


yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
STRTGz yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Bagian Ketiga
SIPTGz dan SIKTGz
Pasal 7
(1) Tenaga Gizi dapat menjalankan praktik Pelayanan Gizi secara
mandiri atau bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(2) Tenaga Gizi yang menjalankan praktik Pelayanan Gizi secara mandiri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus merupakan Tenaga Gizi
Registered Dietisien.
(3) Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien dan Nutrisionis Registered
hanya dapat bekerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(4) Dalam hal tidak terdapat Tenaga Gizi Registered Dietisien, maka
Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien dan Nutrisionis Registered
dapat melakukan Pelayanan Gizi secara mandiri atau berkoordinasi
dengan tenaga kesehatan lain yang ada di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tempat Tenaga Gizi yang bersangkutan bekerja.
Pasal 8
(1) Setiap Tenaga Gizi Registered Dietisien yang melakukan praktik
Pelayanan Gizi secara mandiri dan bekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan wajib memiliki SIPTGz.
(2) Setiap Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien dan Nutrisionis
Registered yang melakukan pekerjaan Pelayanan Gizi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan wajib memiliki SIKTGz.
Pasal 9
(1) SIPTGz atau SIKTGz diberikan kepada Tenaga Gizi yang telah
memiliki STRTGz.
(2) SIPTGz atau SIKTGz sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota.
(3) SIPTGz atau SIKTGz sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku
untuk 1 (satu) tempat.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
6

Pasal 10
(1) Untuk memperoleh SIPTGz atau SIKTGz, Tenaga Gizi harus
mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota dengan melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisir;
b. fotokopi STRTGz;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin
Praktik;
d. surat pernyataan memiliki tempat kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atau tempat praktik Pelayanan Gizi secara mandiri;
e. pas foto terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar
berlatar belakang merah;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
atau pejabat yang ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
(2) Apabila SIPTGz atau SIKTGz dikeluarkan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
(3) Contoh surat permohonan memperoleh SIPTGz atau SIKTGz
sebagaimana tercantum dalam Formulir II terlampir yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Contoh SIPTGz atau SIKTGz sebagaimana tercantum dalam Formulir
III dan Formulir IV terlampir yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 11
(1) Tenaga Gizi warga negara asing dapat mengajukan permohonan
memperoleh SIKTGz setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1);
b. melakukan evaluasi dan memiliki surat izin kerja dan izin tinggal
serta persyaratan lainnya sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan; dan
c. memiliki kemampuan berbahasa Indonesia.
(2) Tenaga Gizi warga negara Indonesia lulusan luar negeri dapat
mengajukan permohonan memperoleh SIPTGz atau SIKTGz setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1); dan

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
7

b. melakukan evaluasi sesuai ketentuan peraturan perundang-


undangan.
Pasal 12
(1) SIPTGz dan SIKTGz berlaku sepanjang STRTGz masih berlaku dan
dapat diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
(2) Tenaga Gizi yang akan memperbaharui SIPTGz atau SIKTGz harus
mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
dan ayat (2).
Pasal 13
(1) Tenaga Gizi hanya dapat melakukan pekerjaan dan/atau praktik
paling banyak di 2 (dua) tempat kerja/praktik.
(2) Permohonan SIPTGz atau SIKTGz kedua dapat dilakukan dengan
menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki SIPTGz atau
SIKTGz pertama.
BAB III
PELAKSANAAN PELAYANAN TENAGA GIZI
Pasal 14
(1) Tenaga Gizi yang memiliki SIKTGz dapat melakukan Pelayanan Gizi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa:
a. puskesmas;
b. klinik;
c. rumah sakit; dan
d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
(2) Tenaga Gizi yang memiliki SIPTGz dapat melakukan praktik
Pelayanan Gizi secara mandiri.
Pasal 15
(1) Tenaga Gizi yang akan memberikan Pelayanan Gizi secara mandiri
harus memiliki peralatan sesuai dengan kebutuhan pelayanan
konseling gizi dan Pelayanan Gizi di berbagai fasilitas.
(2) Peralatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Daftar Peralatan terlampir yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 16
Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mengijinkan Tenaga
Gizi yang tidak memiliki SIPTGz atau SIKTGz untuk melakukan
Pelayanan Gizi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tersebut.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
8

Pasal 17
Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a. memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi, dan dietetik;
b. pengkajian gizi, diagnosis gizi, dan intervensi gizi meliputi
perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi
serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro,
pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi
pelayanan gizi;
c. pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi;
dan
d. melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau
kelompok orang dalam jumlah besar.
Pasal 18
(1) Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien dalam melaksanakan
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, hanya
terbatas pada:
a. pemberian Pelayanan Gizi untuk orang sehat dan dalam kondisi
tertentu yaitu ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, dewasa, dan
lanjut usia; dan
b. pemberian Pelayanan Gizi untuk orang sakit tanpa komplikasi.
(2) Dalam melaksanakan Pelayanan Gizi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien berada dalam
bimbingan Tenaga Gizi Registered Dietisien.
(3) Tenaga Gizi Nutrisionis Registered dalam melaksanakan kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 sesuai dengan standar
profesi.
(4) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Tenaga
Gizi Registered Dietisien dalam melaksanakan Pelayanan Gizi juga
memiliki kewenangan yang meliputi:
a. menerima klien/pasien secara langsung atau menerima preskripsi
diet dari dokter;
b. memberi masukan kepada dokter yang merujuk bila preskripsi
diet tidak sesuai dengan kondisi klien/pasien; dan/atau
c. merujuk pasien dengan kasus sulit/critical ill dalam hal
preskripsi diet ke dokter spesialis yang berkompeten.
Pasal 19
(1) Dalam melaksanakan Pelayanan Gizi, Tenaga Gizi wajib melakukan
pencatatatan.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
9

(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disimpan


selama 5 (lima) tahun.
Pasal 20
Dalam melaksanakan Pelayanan Gizi, Tenaga Gizi mempunyai hak:
a. memperoleh perlindungan hukum selama menjalankan pekerjaannya
sesuai standar profesi Tenaga Gizi;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien/klien atau
keluarganya;
c. melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kompetensi;
d. menerima imbalan jasa profesi; dan
e. memperoleh jaminan perlindungan terhadap risiko kerja yang
berkaitan dengan tugasnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 21
(1) Dalam melaksanakan Pelayanan Gizi, Tenaga Gizi mempunyai
kewajiban:
a. menghormati hak pasien/klien;
b. memberikan informasi tentang masalah gizi pasien/klien dan
pelayanan yang dibutuhkan dalam lingkup tindakan Pelayanan
Gizi;
c. merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat
ditangani;
d. menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
e. mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan standar
operasional prosedur.
(2) Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan
dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
(3) Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi harus membantu
program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
BAB IV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 22
(1) Menteri, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, MTKI, dan MTKP melakukan pembinaan dan

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
10

pengawasan terhadap pekerjaan dan praktik Tenaga Gizi dengan


mengikutsertakan Organisasi Profesi.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diarahkan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan oleh
Tenaga Gizi.
Pasal 23
(1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melaporkan Tenaga
Gizi yang bekerja dan berhenti bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dengan tembusan kepada Organisasi Profesi.
(2) Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota wajib melaporkan Tenaga
Gizi yang bekerja di daerahnya setiap 1 (satu) tahun kepada kepala
dinas kesehatan provinsi.
Pasal 24
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (1) Menteri, pemerintah daerah provinsi atau
kepala dinas kesehatan provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat
memberikan tindakan administratif kepada Tenaga Gizi yang
melakukan pelanggaran pekerjaan dan praktik Pelayanan Gizi dalam
Peraturan Menteri ini.
(2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan berupa:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis; dan/atau
c. pencabutan SIPTGz dan/atau SIKTGz.
Pasal 25
(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dapat merekomendasikan pencabutan STRTGz
kepada MTKI terhadap Tenaga Gizi yang melakukan pekerjaan dan
praktik pelayanan gizi tanpa memiliki SIPTGz atau SIKTGz.
(2) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dapat mengenakan sanksi teguran lisan, teguran
tertulis sampai dengan pencabutan izin Fasilitas Pelayanan
Kesehatan kepada pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
mempekerjakan Tenaga Gizi yang tidak memiliki SIPTGz atau
SIKTGz.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
11

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
(1) Tenaga Gizi lulusan Diploma Tiga, Diploma Empat, Sarjana Gizi yang
telah menjalankan pekerjaan Pelayanan Gizi baik pekerjaan
Pelayanan Gizi secara mandiri ataupun bekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atau fasilitas Pelayanan Gizi lain paling singkat selama 5
(lima) tahun sebelum Peraturan Menteri ini dikeluarkan diberikan
sertifikat Registered Dietisien.
(2) Sertifikat Registered Dietisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh Organisasi Profesi.
(3) Tenaga Gizi yang telah menjalankan pekerjaan Pelayanan Gizi baik
pekerjaan Pelayanan Gizi secara mandiri ataupun bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan atau fasilitas Pelayanan Gizi lain sebelum
ditetapkan peraturan ini, harus memiliki STRTGz sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Tenaga Gizi yang telah menjalankan pekerjaan Pelayanan Gizi baik
pekerjaan Pelayanan Gizi secara mandiri ataupun bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sebelum ditetapkan Peraturan Menteri ini,
dinyatakan telah memiliki SIPTGz atau SIKTGz berdasarkan
Peraturan Menteri ini.
(5) Tenaga Gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus telah
memiliki SIPTGz atau SIKTGz berdasarkan Peraturan Menteri ini
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini
diundangkan.
Pasal 27
Standar Profesi Gizi yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini dan
belum ditetapkan yang baru oleh Organisasi Profesi.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 29
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
12

Agar setiap orang mematuhinya, memerintahkan pengundangan peraturan


ini dengan penempatannya dalam Berita negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 25 Maret 2013
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NAFSIAH MBOI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 April 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

www.djpp.kemenkumham.go.id
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
STANDAR ANTROPOMETRI ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk menciptakan sumber daya manusia yang


berkualitas perlu didukung dengan pertumbuhan anak
secara optimal;
b. bahwa untuk mencapai pertumbuhan yang optimal pada
setiap anak, diperlukan pemantauan dan penilaian
status gizi dan tren pertumbuhan anak sesuai standar;
c. bahwa standar ukuran pertumbuhan anak sebagaimana
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak perlu
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
program perbaikan gizi masyarakat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Standar Antropometri Anak;

Mengingat : 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
-2-

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang


Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5606);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
ANTROPOMETRI ANAK.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Antropometri adalah suatu metode yang digunakan
untuk menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh
manusia.
-3-

2. Standar Antropometri Anak adalah kumpulan data


tentang ukuran, proporsi, komposisi tubuh sebagai
rujukan untuk menilai status gizi dan tren pertumbuhan
anak.
3. Anak adalah anak dengan usia 0 (nol) bulan sampai
dengan 18 (delapan belas) tahun.

Pasal 2
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat
badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat)
indeks, meliputi:
a. Berat Badan menurut Umur (BB/U);
b. Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U);
c. Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB); dan
d. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).

Pasal 3
Standar Antropometri Anak wajib digunakan sebagai acuan
bagi tenaga kesehatan, pengelola program, dan para
pemangku kepentingan terkait untuk penilaian:
a. status gizi anak; dan
b. tren pertumbuhan anak.

Pasal 4
(1) Penilaian status gizi anak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf a dilakukan dengan membandingkan hasil
pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan
dengan Standar Antropometri Anak yang menggunakan:
a. indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak
usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan;
b. indeks Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut
Umur (PB/U atau TB/U) anak usia 0 (nol) sampai
dengan 60 (enam puluh) bulan;
c. indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau
Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia 0 (nol)
sampai dengan 60 (enam puluh) bulan;
-4-

d. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak


usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan;
dan
e. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak
usia lebih dari 5 (lima) tahun sampai dengan 18
(delapan belas) tahun.
(2) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak usia 0
(nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a digunakan untuk
menentukan kategori:
a. berat badan sangat kurang (severely underweight);
b. berat badan kurang (underweight);
c. berat badan normal; dan
d. risiko berat badan lebih.
(3) Indeks Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Umur
(PB/U atau TB/U) anak usia 0 (nol) sampai dengan 60
(enam puluh) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b digunakan untuk menentukan kategori:
a. sangat pendek (severely stunted);
b. pendek (stunted);
c. normal; dan
d. tinggi.
(4) Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi
Badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia 0 (nol) sampai
dengan 60 (enam puluh) bulan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c digunakan untuk menentukan
kategori:
a. gizi buruk (severely wasted);
b. gizi kurang (wasted);
c. gizi baik (normal);
d. berisiko gizi lebih (possible risk of overweight);
e. gizi lebih (overweight); dan
f. obesitas (obese).
(5) Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak usia 0
(nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d digunakan untuk
menentukan kategori:
-5-

a. gizi buruk (severely wasted);


b. gizi kurang (wasted);
c. gizi baik (normal)
d. berisiko gizi lebih (possible risk of overweight);
e. gizi lebih (overweight); dan
f. obesitas (obese).
(6) Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) anak usia 5
(lima) tahun sampai dengan 18 (delapan belas) tahun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e digunakan
untuk menentukan kategori:
a. gizi buruk (severely thinness);
b. gizi kurang (thinness);
c. gizi baik (normal);
d. gizi lebih (overweight); dan
e. obesitas (obese).
(7) Penilaian status gizi anak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan,
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, dan
institusi pendidikan, melalui skrining dan survei.

Pasal 5
Dalam hal hasil penilaian status gizi anak ditemukan
permasalahan gizi anak, wajib dilakukan tata laksana sesuai
kebutuhan.

Pasal 6
(1) Penilaian tren pertumbuhan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dilakukan dengan:
a. membandingkan pertambahan berat badan dan
panjang badan atau tinggi badan dengan standar
kenaikan berat badan dan pertambahan panjang
badan atau tinggi badan; dan
b. menilai kenaikan indeks massa tubuh yang terjadi di
antara periode puncak adipositas (peak adiposity)
dan kenaikan massa lemak tubuh (adiposity
rebound).
-6-

(2) Penilaian tren pertumbuhan anak dengan


membandingkan pertambahan berat badan dan panjang
badan atau tinggi badan dengan standar kenaikan berat
badan dan pertambahan panjang badan atau tinggi
badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
menggunakan:
a. grafik Berat Badan menurut Umur (BB/U) dan grafik
Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Umur
(PB/U atau TB/U); dan
b. tabel kenaikan berat badan (weight increment) dan
pertambahan panjang badan atau tinggi badan
(length/height increment)
(3) Penilaian tren pertumbuhan anak dengan menilai
kenaikan indeks massa tubuh dini yang terjadi di antara
periode puncak adipositas (peak adiposity) dan kenaikan
massa lemak tubuh (adiposity rebound) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b menggunakan grafik
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
berdasarkan hasil skrining yang menggunakan grafik
Berat Badan menurut Umur (BB/U).
(4) Tabel kenaikan berat badan (weight increment) dan
pertambahan panjang badan atau tinggi badan
(length/height increment) sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b digunakan untuk menentukan kategori
anak usia 0 (nol) sampai dengan 24 (dua puluh empat)
bulan yang mengalami risiko gagal tumbuh (at risk of
failure to thrive) atau weight faltering, dan perlambatan
pertumbuhan linear yang merupakan risiko terjadinya
perawakan pendek (stunted).
(5) Penilaian tren pertumbuhan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan, upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, dan institusi pendidikan.

Pasal 7
(1) Penilaian tren pertumbuhan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b merupakan bagian dari
-7-

upaya deteksi dini risiko gagal tumbuh, kenaikan massa


lemak tubuh dini, dan perawakan pendek.
(2) Jika ditemukan risiko gagal tumbuh, kenaikan massa
lemak tubuh dini, dan perawakan pendek, wajib segera
dilakukan tata laksana sesuai kebutuhan.

Pasal 8
Pengukuran Antropometri Anak wajib menggunakan alat dan
teknik pengukuran sesuai standar.

Pasal 9
Standar Antropometri Anak, tata cara penilaian status gizi
anak, dan tata cara penilaian tren pertumbuhan anak
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 10
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan Standar
Antropometri Anak dilakukan oleh menteri kesehatan,
kepala dinas kesehatan daerah provinsi, dan kepala
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, sesuai dengan
tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditujukan untuk peningkatan pemantauan
dan penilaian status gizi dan tren pertumbuhan anak
sesuai Standar Antropometri Anak.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. bimbingan teknis;
c. peningkatan kapasitas sumber daya; dan/atau
d. monitoring dan evaluasi.

Pasal 11
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
-8-

Pasal 12
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Januari 2020

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

TERAWAN AGUS PUTRANTO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Januari 2020

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 7


-9-

LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
STANDAR ANTROPOMETRI ANAK

STANDAR ANTROPOMETRI ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Standar Antropometri Anak di Indonesia mengacu pada WHO Child
Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference
2007 untuk anak 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.
Standar tersebut memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat
dicapai apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Penelitian menunjukkan
bahwa anak-anak dari negara manapun akan tumbuh sama bila gizi,
kesehatan dan pola asuh yang benar terpenuhi. Melalui berbagai telaahan
dan diskusi pakar, Indonesia memutuskan untuk mengadopsi standar ini
menjadi standar yang resmi untuk digunakan sebagai standar
antropometri penilaian status gizi anak melalui Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Standar ini memiliki banyak
manfaat, diantaranya:
1. sebagai rujukan bagi petugas kesehatan untuk mengidentifikasi
anak-anak yang berisiko gagal tumbuh tanpa menunggu sampai
anak menderita masalah gizi.
2. sebagai dasar untuk mendukung kebijakan kesehatan dan dukungan
publik terkait dengan pencegahan gangguan pertumbuhan melalui
promosi program air susu ibu, makanan pendamping air susu ibu,
dan penerapan perilaku hidup sehat.
- 10 -

Namun demikian dalam penerapan Keputusan Menteri Kesehatan


Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak, ditemukan beberapa permasalahan antara
lain tidak sesuai dengan WHO Child Growth Standards dan menimbulkan
banyak dilema khususnya bagi para petugas terkait yang menggunakan
Keputusan Menteri tersebut.
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, 2013, dan 2018
menunjukkan ketidaksesuaian istilah malnutrisi dalam bahasa Indonesia
dengan klasifikasi malnutrisi menurut WHO 2006. Berat badan menurut
umur seharusnya diklasifikasikan sebagai berat badan kurang atau
sangat kurang. Berat badan menurut panjang/tinggi badan seharusnya
diklasifikasikan sebagai gizi kurang dan gizi buruk sebagaimana mengacu
pada tata laksana Moderate Acute Malnutrition (MAM) dan tata laksana
Severe Acute Malnutrition (SAM) yang diterbitkan oleh WHO. Saat ini
istilah wasted atau severely wasted dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan secara kurang tepat sebagai kurus atau sangat kurus. Oleh
sebab itu kategori penentuan status gizi perlu dikembalikan pada istilah
yang tepat guna kepentingan tata laksana lebih spesifik, yaitu gizi kurang
untuk wasted dan gizi buruk untuk severely wasted.
Demikian pula untuk kategori gemuk berdasarkan indeks berat
badan (BB) menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) di atas Z
Score+2 SD, menurut WHO klasifikasinya adalah overweight. Overweight
tidak selalu gemuk karena gizi lebih akibat massa otot yang berlebih pun
dapat diklasifikasikan sebagai overweight. Oleh sebab itu, istilah yang
lebih tepat adalah gizi lebih. Sedangkan untuk istilah sangat gemuk yang
digunakan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak, lebih tepat menggunakan istilah obesitas.
Seorang anak dengan berat badan kurang belum tentu mengalami
gizi kurang atau gizi buruk jika mengalami pendek (stunted) atau sangat
pendek (severely stunted) maka status gizinya dapat cukup bahkan gizi
lebih, sehingga penentuan status gizi perlu melihat seluruh indeks yang
ada.
Oleh sebab itu, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak, yang menetapkan klasifikasi status gizi perlu direvisi
serta ditambahkan penjelasan tentang penilaian status gizi dan tren
- 11 -

pertumbuhan serta pentingnya deteksi dini risiko gagal tumbuh (at risk
failure to thrive) dan kenaikan massa lemak tubuh dini (early adiposity
rebound) dan tata laksana segera.

B. Tujuan
Penyusunan Standar Antropometri Anak bertujuan untuk
menetapkan acuan dalam penilaian status gizi dan tren pertumbuhan
Anak Indonesia.
- 12 -

BAB II
PENILAIAN STATUS GIZI ANAK

Standar Antropometri Anak digunakan untuk menilai atau menentukan


status gizi anak. Penilaian status gizi Anak dilakukan dengan membandingkan
hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan dengan Standar
Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian status gizi berdasarkan Indeks
Antropometri sesuai dengan kategori status gizi pada WHO Child Growth
Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference 2007 untuk
anak 5-18 tahun.
Umur yang digunakan pada standar ini merupakan umur yang dihitung
dalam bulan penuh, sebagai contoh bila umur anak 2 bulan 29 hari maka
dihitung sebagai umur 2 bulan. Indeks Panjang Badan (PB) digunakan pada
anak umur 0-24 bulan yang diukur dengan posisi terlentang. Bila anak umur
0-24 bulan diukur dengan posisi berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi
dengan menambahkan 0,7 cm. Sementara untuk indeks Tinggi Badan (TB)
digunakan pada anak umur di atas 24 bulan yang diukur dengan posisi
berdiri. Bila anak umur di atas 24 bulan diukur dengan posisi terlentang,
maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.

A. Indeks Standar Antropometri Anak


Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan
dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:
1. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan
dengan umur anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan
berat badan kurang (underweight) atau sangat kurang (severely
underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
anak gemuk atau sangat gemuk. Penting diketahui bahwa seorang
anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami masalah
pertumbuhan, sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB
atau BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi.
2. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut
Umur (PB/U atau TB/U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau
tinggi badan anak berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat
mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted) atau sangat
- 13 -

pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang dalam


waktu lama atau sering sakit.
Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga dapat
diidentifikasi. Anak-anak dengan tinggi badan di atas normal (tinggi
sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan endokrin, namun hal ini
jarang terjadi di Indonesia.
3. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan
anak sesuai terhadap pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks
ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi anak gizi kurang
(wasted), gizi buruk (severely wasted) serta anak yang memiliki risiko
gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya
disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja
terjadi (akut) maupun yang telah lama terjadi (kronis).
4. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi
kurang, gizi baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik
IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil
yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan
anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U
>+1SD berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk
mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas.

Interpretasi dengan menggunakan indeks IMT/U untuk identifikasi masalah


gizi lebih, kategori berisiko gizi lebih (possible risk of overweight) digunakan
dalam penilaian tingkat individu.
Kategori tersebut tidak termasuk dalam klasifikasi untuk hasil survei
dan cakupan program.
- 14 -

B. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak


Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas
(Z-Score)
Berat badan sangat <-3 SD
kurang (severely
Berat Badan
underweight)
menurut Umur
Berat badan kurang - 3 SD sd <- 2 SD
(BB/U) anak usia 0
(underweight)
- 60 bulan
Berat badan normal -2 SD sd +1 SD
Risiko Berat badan lebih1 > +1 SD
Panjang Badan Sangat pendek (severely <-3 SD
atau Tinggi Badan stunted)
menurut Umur Pendek (stunted) - 3 SD sd <- 2 SD
(PB/U atau TB/U) Normal -2 SD sd +3 SD
anak usia 0 - 60 Tinggi2 > +3 SD
bulan
Gizi buruk (severely <-3 SD
wasted)
Berat Badan
Gizi kurang (wasted) - 3 SD sd <- 2 SD
menurut Panjang
Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Badan atau Tinggi
Berisiko gizi lebih > + 1 SD sd + 2 SD
Badan (BB/PB atau
(possible risk of
BB/TB) anak usia
overweight)
0 - 60 bulan
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd + 3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Gizi buruk (severely <-3 SD
wasted)3
Indeks Massa Gizi kurang (wasted)3 - 3 SD sd <- 2 SD
Tubuh menurut Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
Umur (IMT/U) Berisiko gizi lebih > + 1 SD sd + 2 SD
anak usia (possible risk of
0 - 60 bulan overweight)
Gizi lebih (overweight) > + 2 SD sd +3 SD
Obesitas (obese) > + 3 SD
Indeks Massa Gizi buruk (severely <-3 SD
Tubuh menurut thinness)
- 15 -

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas


(Z-Score)
Umur (IMT/U) Gizi kurang (thinness) - 3 SD sd <- 2 SD
anak usia 5 - 18 Gizi baik (normal) -2 SD sd +1 SD
tahun Gizi lebih (overweight) + 1 SD sd +2 SD
Obesitas (obese) > + 2 SD
Keterangan:
1 Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah
pertumbuhan, perlu dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U
2 Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak
menjadi masalah kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin
seperti tumor yang memproduksi hormon pertumbuhan. Rujuk ke
dokter spesialis anak jika diduga mengalami gangguan endokrin
(misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya sedangkan tinggi
orang tua normal).
3 Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi
kurang, kriteria diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman
Tatalaksana Anak Gizi Buruk menggunakan Indeks Berat Badan
menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB).

C. Tabel Standar Antropometri dan Grafik Pertumbuhan Anak


Penentuan status gizi anak merujuk pada tabel Standar Antropometri
Anak dan grafik pertumbuhan anak, namun grafik lebih menggambarkan
kecenderungan pertumbuhan anak. Baik tabel maupun grafik
menggunakan ambang batas yang sama.
Untuk menentukan status gizi anak, baik menggunakan tabel
maupun grafik perlu memperhatikan keempat indeks standar
antropometri secara bersamaan sehingga dapat menentukan masalah
pertumbuhan, untuk dilakukan tindakan pencegahan dan tata laksana
lebih lanjut.
Tabel Standar Antropometri dan Grafik Pertumbuhan Anak (GPA)
terdiri atas indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan
menurut Tinggi Badan BB/TB), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan
Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U), sebagai berikut:
- 16 -

1. Tabel Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak


a. Tabel Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Umur
0-60 bulan
Tabel 1. Standar Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Anak Laki-Laki Umur 0-60 Bulan
Berat Badan (Kg)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 2.1 2.5 2.9 3.3 3.9 4.4 5.0
1 2.9 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6
2 3.8 4.3 4.9 5.6 6.3 7.1 8.0
3 4.4 5.0 5.7 6.4 7.2 8.0 9.0
4 4.9 5.6 6.2 7.0 7.8 8.7 9.7
5 5.3 6.0 6.7 7.5 8.4 9.3 10.4
6 5.7 6.4 7.1 7.9 8.8 9.8 10.9
7 5.9 6.7 7.4 8.3 9.2 10.3 11.4
8 6.2 6.9 7.7 8.6 9.6 10.7 11.9
9 6.4 7.1 8.0 8.9 9.9 11.0 12.3
10 6.6 7.4 8.2 9.2 10.2 11.4 12.7
11 6.8 7.6 8.4 9.4 10.5 11.7 13.0
12 6.9 7.7 8.6 9.6 10.8 12.0 13.3
13 7.1 7.9 8.8 9.9 11.0 12.3 13.7
14 7.2 8.1 9.0 10.1 11.3 12.6 14.0
15 7.4 8.3 9.2 10.3 11.5 12.8 14.3
16 7.5 8.4 9.4 10.5 11.7 13.1 14.6
17 7.7 8.6 9.6 10.7 12.0 13.4 14.9
18 7.8 8.8 9.8 10.9 12.2 13.7 15.3
19 8.0 8.9 10.0 11.1 12.5 13.9 15.6
20 8.1 9.1 10.1 11.3 12.7 14.2 15.9
21 8.2 9.2 10.3 11.5 12.9 14.5 16.2
22 8.4 9.4 10.5 11.8 13.2 14.7 16.5
23 8.5 9.5 10.7 12.0 13.4 15.0 16.8
24 8.6 9.7 10.8 12.2 13.6 15.3 17.1
25 8.8 9.8 11.0 12.4 13.9 15.5 17.5
26 8.9 10.0 11.2 12.5 14.1 15.8 17.8
27 9.0 10.1 11.3 12.7 14.3 16.1 18.1
- 17 -

Berat Badan (Kg)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
28 9.1 10.2 11.5 12.9 14.5 16.3 18.4
29 9.2 10.4 11.7 13.1 14.8 16.6 18.7
30 9.4 10.5 11.8 13.3 15.0 16.9 19.0
31 9.5 10.7 12.0 13.5 15.2 17.1 19.3
32 9.6 10.8 12.1 13.7 15.4 17.4 19.6
33 9.7 10.9 12.3 13.8 15.6 17.6 19.9
34 9.8 11.0 12.4 14.0 15.8 17.8 20.2
35 9.9 11.2 12.6 14.2 16.0 18.1 20.4
36 10.0 11.3 12.7 14.3 16.2 18.3 20.7
37 10.1 11.4 12.9 14.5 16.4 18.6 21.0
38 10.2 11.5 13.0 14.7 16.6 18.8 21.3
39 10.3 11.6 13.1 14.8 16.8 19.0 21.6
40 10.4 11.8 13.3 15.0 17.0 19.3 21.9
41 10.5 11.9 13.4 15.2 17.2 19.5 22.1
42 10.6 12.0 13.6 15.3 17.4 19.7 22.4
43 10.7 12.1 13.7 15.5 17.6 20.0 22.7
44 10.8 12.2 13.8 15.7 17.8 20.2 23.0
45 10.9 12.4 14.0 15.8 18.0 20.5 23.3
46 11.0 12.5 14.1 16.0 18.2 20.7 23.6
47 11.1 12.6 14.3 16.2 18.4 20.9 23.9
48 11.2 12.7 14.4 16.3 18.6 21.2 24.2
49 11.3 12.8 14.5 16.5 18.8 21.4 24.5
50 11.4 12.9 14.7 16.7 19.0 21.7 24.8
51 11.5 13.1 14.8 16.8 19.2 21.9 25.1
52 11.6 13.2 15.0 17.0 19.4 22.2 25.4
53 11.7 13.3 15.1 17.2 19.6 22.4 25.7
54 11.8 13.4 15.2 17.3 19.8 22.7 26.0
55 11.9 13.5 15.4 17.5 20.0 22.9 26.3
56 12.0 13.6 15.5 17.7 20.2 23.2 26.6
57 12.1 13.7 15.6 17.8 20.4 23.4 26.9
58 12.2 13.8 15.8 18.0 20.6 23.7 27.2
59 12.3 14.0 15.9 18.2 20.8 23.9 27.6
60 12.4 14.1 16.0 18.3 21.0 24.2 27.9
- 18 -

Tabel 2. Standar Panjang Badan menurut Umur (PB/U)


Anak Laki-Laki Umur 0 - 24 Bulan
Panjang Badan (cm)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 44.2 46.1 48.0 49.9 51.8 53.7 55.6
1 48.9 50.8 52.8 54.7 56.7 58.6 60.6
2 52.4 54.4 56.4 58.4 60.4 62.4 64.4
3 55.3 57.3 59.4 61.4 63.5 65.5 67.6
4 57.6 59.7 61.8 63.9 66.0 68.0 70.1
5 59.6 61.7 63.8 65.9 68.0 70.1 72.2
6 61.2 63.3 65.5 67.6 69.8 71.9 74.0
7 62.7 64.8 67.0 69.2 71.3 73.5 75.7
8 64.0 66.2 68.4 70.6 72.8 75.0 77.2
9 65.2 67.5 69.7 72.0 74.2 76.5 78.7
10 66.4 68.7 71.0 73.3 75.6 77.9 80.1
11 67.6 69.9 72.2 74.5 76.9 79.2 81.5
12 68.6 71.0 73.4 75.7 78.1 80.5 82.9
13 69.6 72.1 74.5 76.9 79.3 81.8 84.2
14 70.6 73.1 75.6 78.0 80.5 83.0 85.5
15 71.6 74.1 76.6 79.1 81.7 84.2 86.7
16 72.5 75.0 77.6 80.2 82.8 85.4 88.0
17 73.3 76.0 78.6 81.2 83.9 86.5 89.2
18 74.2 76.9 79.6 82.3 85.0 87.7 90.4
19 75.0 77.7 80.5 83.2 86.0 88.8 91.5
20 75.8 78.6 81.4 84.2 87.0 89.8 92.6
21 76.5 79.4 82.3 85.1 88.0 90.9 93.8
22 77.2 80.2 83.1 86.0 89.0 91.9 94.9
23 78.0 81.0 83.9 86.9 89.9 92.9 95.9
24 * 78.7 81.7 84.8 87.8 90.9 93.9 97.0
Keterangan: * Pengukuran panjang badan dilakukan dalam keadaan anak
telentang
- 19 -

Tabel 3. Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)


Anak Laki-Laki Umur 24-60 Bulan
Panjang Badan (cm)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
24 * 78.0 81.0 84.1 87.1 90.2 93.2 96.3
25 78.6 81.7 84.9 88.0 91.1 94.2 97.3
26 79.3 82.5 85.6 88.8 92.0 95.2 98.3
27 79.9 83.1 86.4 89.6 92.9 96.1 99.3
28 80.5 83.8 87.1 90.4 93.7 97.0 100.3
29 81.1 84.5 87.8 91.2 94.5 97.9 101.2
30 81.7 85.1 88.5 91.9 95.3 98.7 102.1
31 82.3 85.7 89.2 92.7 96.1 99.6 103.0
32 82.8 86.4 89.9 93.4 96.9 100.4 103.9
33 83.4 86.9 90.5 94.1 97.6 101.2 104.8
34 83.9 87.5 91.1 94.8 98.4 102.0 105.6
35 84.4 88.1 91.8 95.4 99.1 102.7 106.4
36 85.0 88.7 92.4 96.1 99.8 103.5 107.2
37 85.5 89.2 93.0 96.7 100.5 104.2 108.0
38 86.0 89.8 93.6 97.4 101.2 105.0 108.8
39 86.5 90.3 94.2 98.0 101.8 105.7 109.5
40 87.0 90.9 94.7 98.6 102.5 106.4 110.3
41 87.5 91.4 95.3 99.2 103.2 107.1 111.0
42 88.0 91.9 95.9 99.9 103.8 107.8 111.7
43 88.4 92.4 96.4 100.4 104.5 108.5 112.5
44 88.9 93.0 97.0 101.0 105.1 109.1 113.2
45 89.4 93.5 97.5 101.6 105.7 109.8 113.9
46 89.8 94.0 98.1 102.2 106.3 110.4 114.6
47 90.3 94.4 98.6 102.8 106.9 111.1 115.2
48 90.7 94.9 99.1 103.3 107.5 111.7 115.9
49 91.2 95.4 99.7 103.9 108.1 112.4 116.6
50 91.6 95.9 100.2 104.4 108.7 113.0 117.3
51 92.1 96.4 100.7 105.0 109.3 113.6 117.9
52 92.5 96.9 101.2 105.6 109.9 114.2 118.6
53 93.0 97.4 101.7 106.1 110.5 114.9 119.2
54 93.4 97.8 102.3 106.7 111.1 115.5 119.9
- 20 -

Panjang Badan (cm)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
55 93.9 98.3 102.8 107.2 111.7 116.1 120.6
56 94.3 98.8 103.3 107.8 112.3 116.7 121.2
57 94.7 99.3 103.8 108.3 112.8 117.4 121.9
58 95.2 99.7 104.3 108.9 113.4 118.0 122.6
59 95.6 100.2 104.8 109.4 114.0 118.6 123.2
60 96.1 100.7 105.3 110.0 114.6 119.2 123.9
Keterangan: * Pengukuran TB dilakukan dalam keadaan anak berdiri

Tabel 4. Standar Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB)


Anak Laki-Laki Umur 0-24 Bulan
Panjang Berat Badan (Kg)
Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
45.0 1.9 2.0 2.2 2.4 2.7 3.0 3.3
45.5 1.9 2.1 2.3 2.5 2.8 3.1 3.4
46.0 2.0 2.2 2.4 2.6 2.9 3.1 3.5
46.5 2.1 2.3 2.5 2.7 3.0 3.2 3.6
47.0 2.1 2.3 2.5 2.8 3.0 3.3 3.7
47.5 2.2 2.4 2.6 2.9 3.1 3.4 3.8
48.0 2.3 2.5 2.7 2.9 3.2 3.6 3.9
48.5 2.3 2.6 2.8 3.0 3.3 3.7 4.0
49.0 2.4 2.6 2.9 3.1 3.4 3.8 4.2
49.5 2.5 2.7 3.0 3.2 3.5 3.9 4.3
50.0 2.6 2.8 3.0 3.3 3.6 4.0 4.4
50.5 2.7 2.9 3.1 3.4 3.8 4.1 4.5
51.0 2.7 3.0 3.2 3.5 3.9 4.2 4.7
51.5 2.8 3.1 3.3 3.6 4.0 4.4 4.8
52.0 2.9 3.2 3.5 3.8 4.1 4.5 5.0
52.5 3.0 3.3 3.6 3.9 4.2 4.6 5.1
53.0 3.1 3.4 3.7 4.0 4.4 4.8 5.3
53.5 3.2 3.5 3.8 4.1 4.5 4.9 5.4
54.0 3.3 3.6 3.9 4.3 4.7 5.1 5.6
54.5 3.4 3.7 4.0 4.4 4.8 5.3 5.8
- 21 -

Panjang Berat Badan (Kg)


Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
55.0 3.6 3.8 4.2 4.5 5.0 5.4 6.0
55.5 3.7 4.0 4.3 4.7 5.1 5.6 6.1
56.0 3.8 4.1 4.4 4.8 5.3 5.8 6.3
56.5 3.9 4.2 4.6 5.0 5.4 5.9 6.5
57.0 4.0 4.3 4.7 5.1 5.6 6.1 6.7
57.5 4.1 4.5 4.9 5.3 5.7 6.3 6.9
58.0 4.3 4.6 5.0 5.4 5.9 6.4 7.1
58.5 4.4 4.7 5.1 5.6 6.1 6.6 7.2
59.0 4.5 4.8 5.3 5.7 6.2 6.8 7.4
59.5 4.6 5.0 5.4 5.9 6.4 7.0 7.6
60.0 4.7 5.1 5.5 6.0 6.5 7.1 7.8
60.5 4.8 5.2 5.6 6.1 6.7 7.3 8.0
61.0 4.9 5.3 5.8 6.3 6.8 7.4 8.1
61.5 5.0 5.4 5.9 6.4 7.0 7.6 8.3
62.0 5.1 5.6 6.0 6.5 7.1 7.7 8.5
62.5 5.2 5.7 6.1 6.7 7.2 7.9 8.6
63.0 5.3 5.8 6.2 6.8 7.4 8.0 8.8
63.5 5.4 5.9 6.4 6.9 7.5 8.2 8.9
64.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.6 8.3 9.1
64.5 5.6 6.1 6.6 7.1 7.8 8.5 9.3
65.0 5.7 6.2 6.7 7.3 7.9 8.6 9.4
65.5 5.8 6.3 6.8 7.4 8.0 8.7 9.6
66.0 5.9 6.4 6.9 7.5 8.2 8.9 9.7
66.5 6.0 6.5 7.0 7.6 8.3 9.0 9.9
67.0 6.1 6.6 7.1 7.7 8.4 9.2 10.0
67.5 6.2 6.7 7.2 7.9 8.5 9.3 10.2
68.0 6.3 6.8 7.3 8.0 8.7 9.4 10.3
68.5 6.4 6.9 7.5 8.1 8.8 9.6 10.5
69.0 6.5 7.0 7.6 8.2 8.9 9.7 10.6
69.5 6.6 7.1 7.7 8.3 9.0 9.8 10.8
70.0 6.6 7.2 7.8 8.4 9.2 10.0 10.9
70.5 6.7 7.3 7.9 8.5 9.3 10.1 11.1
71.0 6.8 7.4 8.0 8.6 9.4 10.2 11.2
- 22 -

Panjang Berat Badan (Kg)


Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
71.5 6.9 7.5 8.1 8.8 9.5 10.4 11.3
72.0 7.0 7.6 8.2 8.9 9.6 10.5 11.5
72.5 7.1 7.6 8.3 9.0 9.8 10.6 11.6
73.0 7.2 7.7 8.4 9.1 9.9 10.8 11.8
73.5 7.2 7.8 8.5 9.2 10.0 10.9 11.9
74.0 7.3 7.9 8.6 9.3 10.1 11.0 12.1
74.5 7.4 8.0 8.7 9.4 10.2 11.2 12.2
75.0 7.5 8.1 8.8 9.5 10.3 11.3 12.3
75.5 7.6 8.2 8.8 9.6 10.4 11.4 12.5
76.0 7.6 8.3 8.9 9.7 10.6 11.5 12.6
76.5 7.7 8.3 9.0 9.8 10.7 11.6 12.7
77.0 7.8 8.4 9.1 9.9 10.8 11.7 12.8
77.5 7.9 8.5 9.2 10.0 10.9 11.9 13.0
78.0 7.9 8.6 9.3 10.1 11.0 12.0 13.1
78.5 8.0 8.7 9.4 10.2 11.1 12.1 13.2
79.0 8.1 8.7 9.5 10.3 11.2 12.2 13.3
79.5 8.2 8.8 9.5 10.4 11.3 12.3 13.4
80.0 8.2 8.9 9.6 10.4 11.4 12.4 13.6
80.5 8.3 9.0 9.7 10.5 11.5 12.5 13.7
81.0 8.4 9.1 9.8 10.6 11.6 12.6 13.8
81.5 8.5 9.1 9.9 10.7 11.7 12.7 13.9
82.0 8.5 9.2 10.0 10.8 11.8 12.8 14.0
82.5 8.6 9.3 10.1 10.9 11.9 13.0 14.2
83.0 8.7 9.4 10.2 11.0 12.0 13.1 14.3
83.5 8.8 9.5 10.3 11.2 12.1 13.2 14.4
84.0 8.9 9.6 10.4 11.3 12.2 13.3 14.6
84.5 9.0 9.7 10.5 11.4 12.4 13.5 14.7
85.0 9.1 9.8 10.6 11.5 12.5 13.6 14.9
85.5 9.2 9.9 10.7 11.6 12.6 13.7 15.0
86.0 9.3 10.0 10.8 11.7 12.8 13.9 15.2
86.5 9.4 10.1 11.0 11.9 12.9 14.0 15.3
87.0 9.5 10.2 11.1 12.0 13.0 14.2 15.5
87.5 9.6 10.4 11.2 12.1 13.2 14.3 15.6
- 23 -

Panjang Berat Badan (Kg)


Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
88.0 9.7 10.5 11.3 12.2 13.3 14.5 15.8
88.5 9.8 10.6 11.4 12.4 13.4 14.6 15.9
89.0 9.9 10.7 11.5 12.5 13.5 14.7 16.1
89.5 10.0 10.8 11.6 12.6 13.7 14.9 16.2
90.0 10.1 10.9 11.8 12.7 13.8 15.0 16.4
90.5 10.2 11.0 11.9 12.8 13.9 15.1 16.5
91.0 10.3 11.1 12.0 13.0 14.1 15.3 16.7
91.5 10.4 11.2 12.1 13.1 14.2 15.4 16.8
92.0 10.5 11.3 12.2 13.2 14.3 15.6 17.0
92.5 10.6 11.4 12.3 13.3 14.4 15.7 17.1
93.0 10.7 11.5 12.4 13.4 14.6 15.8 17.3
93.5 10.7 11.6 12.5 13.5 14.7 16.0 17.4
94.0 10.8 11.7 12.6 13.7 14.8 16.1 17.6
94.5 10.9 11.8 12.7 13.8 14.9 16.3 17.7
95.0 11.0 11.9 12.8 13.9 15.1 16.4 17.9
95.5 11.1 12.0 12.9 14.0 15.2 16.5 18.0
96.0 11.2 12.1 13.1 14.1 15.3 16.7 18.2
96.5 11.3 12.2 13.2 14.3 15.5 16.8 18.4
97.0 11.4 12.3 13.3 14.4 15.6 17.0 18.5
97.5 11.5 12.4 13.4 14.5 15.7 17.1 18.7
98.0 11.6 12.5 13.5 14.6 15.9 17.3 18.9
98.5 11.7 12.6 13.6 14.8 16.0 17.5 19.1
99.0 11.8 12.7 13.7 14.9 16.2 17.6 19.2
99.5 11.9 12.8 13.9 15.0 16.3 17.8 19.4
100.0 12.0 12.9 14.0 15.2 16.5 18.0 19.6
100.5 12.1 13.0 14.1 15.3 16.6 18.1 19.8
101.0 12.2 13.2 14.2 15.4 16.8 18.3 20.0
101.5 12.3 13.3 14.4 15.6 16.9 18.5 20.2
102.0 12.4 13.4 14.5 15.7 17.1 18.7 20.4
102.5 12.5 13.5 14.6 15.9 17.3 18.8 20.6
103.0 12.6 13.6 14.8 16.0 17.4 19.0 20.8
103.5 12.7 13.7 14.9 16.2 17.6 19.2 21.0
104.0 12.8 13.9 15.0 16.3 17.8 19.4 21.2
- 24 -

Panjang Berat Badan (Kg)


Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
104.5 12.9 14.0 15.2 16.5 17.9 19.6 21.5
105.0 13.0 14.1 15.3 16.6 18.1 19.8 21.7
105.5 13.2 14.2 15.4 16.8 18.3 20.0 21.9
106.0 13.3 14.4 15.6 16.9 18.5 20.2 22.1
106.5 13.4 14.5 15.7 17.1 18.6 20.4 22.4
107.0 13.5 14.6 15.9 17.3 18.8 20.6 22.6
107.5 13.6 14.7 16.0 17.4 19.0 20.8 22.8
108.0 13.7 14.9 16.2 17.6 19.2 21.0 23.1
108.5 13.8 15.0 16.3 17.8 19.4 21.2 23.3
109.0 14.0 15.1 16.5 17.9 19.6 21.4 23.6
109.5 14.1 15.3 16.6 18.1 19.8 21.7 23.8
110.0 14.2 15.4 16.8 18.3 20.0 21.9 24.1

Tabel 5. Standar Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Anak Laki-Laki Umur 24-60 Bulan
Tinggi Badan Berat Badan (Kg)
(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
65.0 5.9 6.3 6.9 7.4 8.1 8.8 9.6
65.5 6.0 6.4 7.0 7.6 8.2 8.9 9.8
66.0 6.1 6.5 7.1 7.7 8.3 9.1 9.9
66.5 6.1 6.6 7.2 7.8 8.5 9.2 10.1
67.0 6.2 6.7 7.3 7.9 8.6 9.4 10.2
67.5 6.3 6.8 7.4 8.0 8.7 9.5 10.4
68.0 6.4 6.9 7.5 8.1 8.8 9.6 10.5
68.5 6.5 7.0 7.6 8.2 9.0 9.8 10.7
69.0 6.6 7.1 7.7 8.4 9.1 9.9 10.8
69.5 6.7 7.2 7.8 8.5 9.2 10.0 11.0
70.0 6.8 7.3 7.9 8.6 9.3 10.2 11.1
70.5 6.9 7.4 8.0 8.7 9.5 10.3 11.3
71.0 6.9 7.5 8.1 8.8 9.6 10.4 11.4
71.5 7.0 7.6 8.2 8.9 9.7 10.6 11.6
72.0 7.1 7.7 8.3 9.0 9.8 10.7 11.7
- 25 -

Tinggi Badan Berat Badan (Kg)


(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
72.5 7.2 7.8 8.4 9.1 9.9 10.8 11.8
73.0 7.3 7.9 8.5 9.2 10.0 11.0 12.0
73.5 7.4 7.9 8.6 9.3 10.2 11.1 12.1
74.0 7.4 8.0 8.7 9.4 10.3 11.2 12.2
74.5 7.5 8.1 8.8 9.5 10.4 11.3 12.4
75.0 7.6 8.2 8.9 9.6 10.5 11.4 12.5
75.5 7.7 8.3 9.0 9.7 10.6 11.6 12.6
76.0 7.7 8.4 9.1 9.8 10.7 11.7 12.8
76.5 7.8 8.5 9.2 9.9 10.8 11.8 12.9
77.0 7.9 8.5 9.2 10.0 10.9 11.9 13.0
77.5 8.0 8.6 9.3 10.1 11.0 12.0 13.1
78.0 8.0 8.7 9.4 10.2 11.1 12.1 13.3
78.5 8.1 8.8 9.5 10.3 11.2 12.2 13.4
79.0 8.2 8.8 9.6 10.4 11.3 12.3 13.5
79.5 8.3 8.9 9.7 10.5 11.4 12.4 13.6
80.0 8.3 9.0 9.7 10.6 11.5 12.6 13.7
80.5 8.4 9.1 9.8 10.7 11.6 12.7 13.8
81.0 8.5 9.2 9.9 10.8 11.7 12.8 14.0
81.5 8.6 9.3 10.0 10.9 11.8 12.9 14.1
82.0 8.7 9.3 10.1 11.0 11.9 13.0 14.2
82.5 8.7 9.4 10.2 11.1 12.1 13.1 14.4
83.0 8.8 9.5 10.3 11.2 12.2 13.3 14.5
83.5 8.9 9.6 10.4 11.3 12.3 13.4 14.6
84.0 9.0 9.7 10.5 11.4 12.4 13.5 14.8
84.5 9.1 9.9 10.7 11.5 12.5 13.7 14.9
85.0 9.2 10.0 10.8 11.7 12.7 13.8 15.1
85.5 9.3 10.1 10.9 11.8 12.8 13.9 15.2
86.0 9.4 10.2 11.0 11.9 12.9 14.1 15.4
86.5 9.5 10.3 11.1 12.0 13.1 14.2 15.5
87.0 9.6 10.4 11.2 12.2 13.2 14.4 15.7
87.5 9.7 10.5 11.3 12.3 13.3 14.5 15.8
88.0 9.8 10.6 11.5 12.4 13.5 14.7 16.0
88.5 9.9 10.7 11.6 12.5 13.6 14.8 16.1
- 26 -

Tinggi Badan Berat Badan (Kg)


(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
89.0 10.0 10.8 11.7 12.6 13.7 14.9 16.3
89.5 10.1 10.9 11.8 12.8 13.9 15.1 16.4
90.0 10.2 11.0 11.9 12.9 14.0 15.2 16.6
90.5 10.3 11.1 12.0 13.0 14.1 15.3 16.7
91.0 10.4 11.2 12.1 13.1 14.2 15.5 16.9
91.5 10.5 11.3 12.2 13.2 14.4 15.6 17.0
92.0 10.6 11.4 12.3 13.4 14.5 15.8 17.2
92.5 10.7 11.5 12.4 13.5 14.6 15.9 17.3
93.0 10.8 11.6 12.6 13.6 14.7 16.0 17.5
93.5 10.9 11.7 12.7 13.7 14.9 16.2 17.6
94.0 11.0 11.8 12.8 13.8 15.0 16.3 17.8
94.5 11.1 11.9 12.9 13.9 15.1 16.5 17.9
95.0 11.1 12.0 13.0 14.1 15.3 16.6 18.1
95.5 11.2 12.1 13.1 14.2 15.4 16.7 18.3
96.0 11.3 12.2 13.2 14.3 15.5 16.9 18.4
96.5 11.4 12.3 13.3 14.4 15.7 17.0 18.6
97.0 11.5 12.4 13.4 14.6 15.8 17.2 18.8
97.5 11.6 12.5 13.6 14.7 15.9 17.4 18.9
98.0 11.7 12.6 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1
98.5 11.8 12.8 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3
99.0 11.9 12.9 13.9 15.1 16.4 17.9 19.5
99.5 12.0 13.0 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7
100.0 12.1 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.9
100.5 12.2 13.2 14.3 15.5 16.9 18.4 20.1
101.0 12.3 13.3 14.4 15.6 17.0 18.5 20.3
101.5 12.4 13.4 14.5 15.8 17.2 18.7 20.5
102.0 12.5 13.6 14.7 15.9 17.3 18.9 20.7
102.5 12.6 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1 20.9
103.0 12.8 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3 21.1
103.5 12.9 13.9 15.1 16.4 17.8 19.5 21.3
104.0 13.0 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7 21.6
104.5 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.9 21.8
105.0 13.2 14.3 15.5 16.8 18.4 20.1 22.0
- 27 -

Tinggi Badan Berat Badan (Kg)


(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
105.5 13.3 14.4 15.6 17.0 18.5 20.3 22.2
106.0 13.4 14.5 15.8 17.2 18.7 20.5 22.5
106.5 13.5 14.7 15.9 17.3 18.9 20.7 22.7
107.0 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1 20.9 22.9
107.5 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3 21.1 23.2
108.0 13.9 15.1 16.4 17.8 19.5 21.3 23.4
108.5 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7 21.5 23.7
109.0 14.1 15.3 16.7 18.2 19.8 21.8 23.9
109.5 14.3 15.5 16.8 18.3 20.0 22.0 24.2
110.0 14.4 15.6 17.0 18.5 20.2 22.2 24.4
110.5 14.5 15.8 17.1 18.7 20.4 22.4 24.7
111.0 14.6 15.9 17.3 18.9 20.7 22.7 25.0
111.5 14.8 16.0 17.5 19.1 20.9 22.9 25.2
112.0 14.9 16.2 17.6 19.2 21.1 23.1 25.5
112.5 15.0 16.3 17.8 19.4 21.3 23.4 25.8
113.0 15.2 16.5 18.0 19.6 21.5 23.6 26.0
113.5 15.3 16.6 18.1 19.8 21.7 23.9 26.3
114.0 15.4 16.8 18.3 20.0 21.9 24.1 26.6
114.5 15.6 16.9 18.5 20.2 22.1 24.4 26.9
115.0 15.7 17.1 18.6 20.4 22.4 24.6 27.2
115.5 15.8 17.2 18.8 20.6 22.6 24.9 27.5
116.0 16.0 17.4 19.0 20.8 22.8 25.1 27.8
116.5 16.1 17.5 19.2 21.0 23.0 25.4 28.0
117.0 16.2 17.7 19.3 21.2 23.3 25.6 28.3
117.5 16.4 17.9 19.5 21.4 23.5 25.9 28.6
118.0 16.5 18.0 19.7 21.6 23.7 26.1 28.9
118.5 16.7 18.2 19.9 21.8 23.9 26.4 29.2
119.0 16.8 18.3 20.0 22.0 24.1 26.6 29.5
119.5 16.9 18.5 20.2 22.2 24.4 26.9 29.8
120.0 17.1 18.6 20.4 22.4 24.6 27.2 30.1
- 28 -

Tabel 6. Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)


Anak Laki-Laki Umur 0-24 Bulan
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 10.2 11.1 12.2 13.4 14.8 16.3 18.1
1 11.3 12.4 13.6 14.9 16.3 17.8 19.4
2 12.5 13.7 15.0 16.3 17.8 19.4 21.1
3 13.1 14.3 15.5 16.9 18.4 20.0 21.8
4 13.4 14.5 15.8 17.2 18.7 20.3 22.1
5 13.5 14.7 15.9 17.3 18.8 20.5 22.3
6 13.6 14.7 16.0 17.3 18.8 20.5 22.3
7 13.7 14.8 16.0 17.3 18.8 20.5 22.3
8 13.6 14.7 15.9 17.3 18.7 20.4 22.2
9 13.6 14.7 15.8 17.2 18.6 20.3 22.1
10 13.5 14.6 15.7 17.0 18.5 20.1 22.0
11 13.4 14.5 15.6 16.9 18.4 20.0 21.8
12 13.4 14.4 15.5 16.8 18.2 19.8 21.6
13 13.3 14.3 15.4 16.7 18.1 19.7 21.5
14 13.2 14.2 15.3 16.6 18.0 19.5 21.3
15 13.1 14.1 15.2 16.4 17.8 19.4 21.2
16 13.1 14.0 15.1 16.3 17.7 19.3 21.0
17 13.0 13.9 15.0 16.2 17.6 19.1 20.9
18 12.9 13.9 14.9 16.1 17.5 19.0 20.8
19 12.9 13.8 14.9 16.1 17.4 18.9 20.7
20 12.8 13.7 14.8 16.0 17.3 18.8 20.6
21 12.8 13.7 14.7 15.9 17.2 18.7 20.5
22 12.7 13.6 14.7 15.8 17.2 18.7 20.4
23 12.7 13.6 14.6 15.8 17.1 18.6 20.3
24 * 12.7 13.6 14.6 15.7 17.0 18.5 20.3
Keterangan: * Pengukuran PB dilakukan dalam keadaaan anak telentang
- 29 -

Tabel 7. Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)


Anak Laki-Laki Umur 24-60 Bulan
Umur (bulan) Indeks Massa Tubuh (IMT)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
24 * 12.9 13.8 14.8 16.0 17.3 18.9 20.6
25 12.8 13.8 14.8 16.0 17.3 18.8 20.5
26 12.8 13.7 14.8 15.9 17.3 18.8 20.5
27 12.7 13.7 14.7 15.9 17.2 18.7 20.4
28 12.7 13.6 14.7 15.9 17.2 18.7 20.4
29 12.7 13.6 14.7 15.8 17.1 18.6 20.3
30 12.6 13.6 14.6 15.8 17.1 18.6 20.2
31 12.6 13.5 14.6 15.8 17.1 18.5 20.2
32 12.5 13.5 14.6 15.7 17.0 18.5 20.1
33 12.5 13.5 14.5 15.7 17.0 18.5 20.1
34 12.5 13.4 14.5 15.7 17.0 18.4 20.0
35 12.4 13.4 14.5 15.6 16.9 18.4 20.0
36 12.4 13.4 14.4 15.6 16.9 18.4 20.0
37 12.4 13.3 14.4 15.6 16.9 18.3 19.9
38 12.3 13.3 14.4 15.5 16.8 18.3 19.9
39 12.3 13.3 14.3 15.5 16.8 18.3 19.9
40 12.3 13.2 14.3 15.5 16.8 18.2 19.9
41 12.2 13.2 14.3 15.5 16.8 18.2 19.9
42 12.2 13.2 14.3 15.4 16.8 18.2 19.8
43 12.2 13.2 14.2 15.4 16.7 18.2 19.8
44 12.2 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.8
45 12.2 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.8
46 12.1 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.8
47 12.1 13.1 14.2 15.3 16.7 18.2 19.9
48 12.1 13.1 14.1 15.3 16.7 18.2 19.9
49 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.2 19.9
50 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.2 19.9
51 12.1 13.0 14.1 15.3 16.6 18.2 19.9
52 12.0 13.0 14.1 15.3 16.6 18.2 19.9
53 12.0 13.0 14.1 15.3 16.6 18.2 20.0
54 12.0 13.0 14.0 15.3 16.6 18.2 20.0
- 30 -

Umur (bulan) Indeks Massa Tubuh (IMT)


-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
55 12.0 13.0 14.0 15.2 16.6 18.2 20.0
56 12.0 12.9 14.0 15.2 16.6 18.2 20.1
57 12.0 12.9 14.0 15.2 16.6 18.2 20.1
58 12.0 12.9 14.0 15.2 16.6 18.3 20.2
59 12.0 12.9 14.0 15.2 16.6 18.3 20.2
60 12.0 12.9 14.0 15.2 16.6 18.3 20.3
Keterangan: * Pengukuran TB dilakukan dalam keadaan anak berdiri

Tabel 8. Standar Berat Badan menurut Umur (BB/U)


Anak Perempuan Umur 0-60 Bulan
Berat Badan (Kg)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 2.0 2.4 2.8 3.2 3.7 4.2 4.8
1 2.7 3.2 3.6 4.2 4.8 5.5 6.2
2 3.4 3.9 4.5 5.1 5.8 6.6 7.5
3 4.0 4.5 5.2 5.8 6.6 7.5 8.5
4 4.4 5.0 5.7 6.4 7.3 8.2 9.3
5 4.8 5.4 6.1 6.9 7.8 8.8 10.0
6 5.1 5.7 6.5 7.3 8.2 9.3 10.6
7 5.3 6.0 6.8 7.6 8.6 9.8 11.1
8 5.6 6.3 7.0 7.9 9.0 10.2 11.6
9 5.8 6.5 7.3 8.2 9.3 10.5 12.0
10 5.9 6.7 7.5 8.5 9.6 10.9 12.4
11 6.1 6.9 7.7 8.7 9.9 11.2 12.8
12 6.3 7.0 7.9 8.9 10.1 11.5 13.1
13 6.4 7.2 8.1 9.2 10.4 11.8 13.5
14 6.6 7.4 8.3 9.4 10.6 12.1 13.8
15 6.7 7.6 8.5 9.6 10.9 12.4 14.1
16 6.9 7.7 8.7 9.8 11.1 12.6 14.5
17 7.0 7.9 8.9 10.0 11.4 12.9 14.8
18 7.2 8.1 9.1 10.2 11.6 13.2 15.1
19 7.3 8.2 9.2 10.4 11.8 13.5 15.4
- 31 -

Berat Badan (Kg)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
20 7.5 8.4 9.4 10.6 12.1 13.7 15.7
21 7.6 8.6 9.6 10.9 12.3 14.0 16.0
22 7.8 8.7 9.8 11.1 12.5 14.3 16.4
23 7.9 8.9 10.0 11.3 12.8 14.6 16.7
24 8.1 9.0 10.2 11.5 13.0 14.8 17.0
25 8.2 9.2 10.3 11.7 13.3 15.1 17.3
26 8.4 9.4 10.5 11.9 13.5 15.4 17.7
27 8.5 9.5 10.7 12.1 13.7 15.7 18.0
28 8.6 9.7 10.9 12.3 14.0 16.0 18.3
29 8.8 9.8 11.1 12.5 14.2 16.2 18.7
30 8.9 10.0 11.2 12.7 14.4 16.5 19.0
31 9.0 10.1 11.4 12.9 14.7 16.8 19.3
32 9.1 10.3 11.6 13.1 14.9 17.1 19.6
33 9.3 10.4 11.7 13.3 15.1 17.3 20.0
34 9.4 10.5 11.9 13.5 15.4 17.6 20.3
35 9.5 10.7 12.0 13.7 15.6 17.9 20.6
36 9.6 10.8 12.2 13.9 15.8 18.1 20.9
37 9.7 10.9 12.4 14.0 16.0 18.4 21.3
38 9.8 11.1 12.5 14.2 16.3 18.7 21.6
39 9.9 11.2 12.7 14.4 16.5 19.0 22.0
40 10.1 11.3 12.8 14.6 16.7 19.2 22.3
41 10.2 11.5 13.0 14.8 16.9 19.5 22.7
42 10.3 11.6 13.1 15.0 17.2 19.8 23.0
43 10.4 11.7 13.3 15.2 17.4 20.1 23.4
44 10.5 11.8 13.4 15.3 17.6 20.4 23.7
45 10.6 12.0 13.6 15.5 17.8 20.7 24.1
46 10.7 12.1 13.7 15.7 18.1 20.9 24.5
47 10.8 12.2 13.9 15.9 18.3 21.2 24.8
48 10.9 12.3 14.0 16.1 18.5 21.5 25.2
49 11.0 12.4 14.2 16.3 18.8 21.8 25.5
50 11.1 12.6 14.3 16.4 19.0 22.1 25.9
51 11.2 12.7 14.5 16.6 19.2 22.4 26.3
52 11.3 12.8 14.6 16.8 19.4 22.6 26.6
- 32 -

Berat Badan (Kg)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
53 11.4 12.9 14.8 17.0 19.7 22.9 27.0
54 11.5 13.0 14.9 17.2 19.9 23.2 27.4
55 11.6 13.2 15.1 17.3 20.1 23.5 27.7
56 11.7 13.3 15.2 17.5 20.3 23.8 28.1
57 11.8 13.4 15.3 17.7 20.6 24.1 28.5
58 11.9 13.5 15.5 17.9 20.8 24.4 28.8
59 12.0 13.6 15.6 18.0 21.0 24.6 29.2
60 12.1 13.7 15.8 18.2 21.2 24.9 29.5

Tabel 9. Standar Panjang Badan menurut Umur (PB/U)


Anak Perempuan Umur 0-24 Bulan
Panjang Badan (cm)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 43.6 45.4 47.3 49.1 51.0 52.9 54.7
1 47.8 49.8 51.7 53.7 55.6 57.6 59.5
2 51.0 53.0 55.0 57.1 59.1 61.1 63.2
3 53.5 55.6 57.7 59.8 61.9 64.0 66.1
4 55.6 57.8 59.9 62.1 64.3 66.4 68.6
5 57.4 59.6 61.8 64.0 66.2 68.5 70.7
6 58.9 61.2 63.5 65.7 68.0 70.3 72.5
7 60.3 62.7 65.0 67.3 69.6 71.9 74.2
8 61.7 64.0 66.4 68.7 71.1 73.5 75.8
9 62.9 65.3 67.7 70.1 72.6 75.0 77.4
10 64.1 66.5 69.0 71.5 73.9 76.4 78.9
11 65.2 67.7 70.3 72.8 75.3 77.8 80.3
12 66.3 68.9 71.4 74.0 76.6 79.2 81.7
13 67.3 70.0 72.6 75.2 77.8 80.5 83.1
14 68.3 71.0 73.7 76.4 79.1 81.7 84.4
15 69.3 72.0 74.8 77.5 80.2 83.0 85.7
16 70.2 73.0 75.8 78.6 81.4 84.2 87.0
17 71.1 74.0 76.8 79.7 82.5 85.4 88.2
18 72.0 74.9 77.8 80.7 83.6 86.5 89.4
- 33 -

Panjang Badan (cm)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
19 72.8 75.8 78.8 81.7 84.7 87.6 90.6
20 73.7 76.7 79.7 82.7 85.7 88.7 91.7
21 74.5 77.5 80.6 83.7 86.7 89.8 92.9
22 75.2 78.4 81.5 84.6 87.7 90.8 94.0
23 76.0 79.2 82.3 85.5 88.7 91.9 95.0
24 * 76.7 80.0 83.2 86.4 89.6 92.9 96.1
Keterangan: * Pengukuran PB dilakukan dalam keadaan anak telentang

Tabel 10. Standar Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)


Anak perempuan Umur 24-60 Bulan
Tinggi Badan (cm)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
24 * 76.0 79.3 82.5 85.7 88.9 92.2 95.4
25 76.8 80.0 83.3 86.6 89.9 93.1 96.4
26 77.5 80.8 84.1 87.4 90.8 94.1 97.4
27 78.1 81.5 84.9 88.3 91.7 95.0 98.4
28 78.8 82.2 85.7 89.1 92.5 96.0 99.4
29 79.5 82.9 86.4 89.9 93.4 96.9 100.3
30 80.1 83.6 87.1 90.7 94.2 97.7 101.3
31 80.7 84.3 87.9 91.4 95.0 98.6 102.2
32 81.3 84.9 88.6 92.2 95.8 99.4 103.1
33 81.9 85.6 89.3 92.9 96.6 100.3 103.9
34 82.5 86.2 89.9 93.6 97.4 101.1 104.8
35 83.1 86.8 90.6 94.4 98.1 101.9 105.6
36 83.6 87.4 91.2 95.1 98.9 102.7 106.5
37 84.2 88.0 91.9 95.7 99.6 103.4 107.3
38 84.7 88.6 92.5 96.4 100.3 104.2 108.1
39 85.3 89.2 93.1 97.1 101.0 105.0 108.9
40 85.8 89.8 93.8 97.7 101.7 105.7 109.7
41 86.3 90.4 94.4 98.4 102.4 106.4 110.5
42 86.8 90.9 95.0 99.0 103.1 107.2 111.2
43 87.4 91.5 95.6 99.7 103.8 107.9 112.0
- 34 -

Tinggi Badan (cm)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
44 87.9 92.0 96.2 100.3 104.5 108.6 112.7
45 88.4 92.5 96.7 100.9 105.1 109.3 113.5
46 88.9 93.1 97.3 101.5 105.8 110.0 114.2
47 89.3 93.6 97.9 102.1 106.4 110.7 114.9
48 89.8 94.1 98.4 102.7 107.0 111.3 115.7
49 90.3 94.6 99.0 103.3 107.7 112.0 116.4
50 90.7 95.1 99.5 103.9 108.3 112.7 117.1
51 91.2 95.6 100.1 104.5 108.9 113.3 117.7
52 91.7 96.1 100.6 105.0 109.5 114.0 118.4
53 92.1 96.6 101.1 105.6 110.1 114.6 119.1
54 92.6 97.1 101.6 106.2 110.7 115.2 119.8
55 93.0 97.6 102.2 106.7 111.3 115.9 120.4
56 93.4 98.1 102.7 107.3 111.9 116.5 121.1
57 93.9 98.5 103.2 107.8 112.5 117.1 121.8
58 94.3 99.0 103.7 108.4 113.0 117.7 122.4
59 94.7 99.5 104.2 108.9 113.6 118.3 123.1
60 95.2 99.9 104.7 109.4 114.2 118.9 123.7
Keterangan: * Pengukuran TB dilakukan dalam keadaan anak berdiri

Tabel 11. Standar Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB)


Anak Perempuan Umur 0-24 Bulan
Panjang Berat Badan (Kg)
Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
45.0 1.9 2.1 2.3 2.5 2.7 3.0 3.3
45.5 2.0 2.1 2.3 2.5 2.8 3.1 3.4
46.0 2.0 2.2 2.4 2.6 2.9 3.2 3.5
46.5 2.1 2.3 2.5 2.7 3.0 3.3 3.6
47.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.1 3.4 3.7
47.5 2.2 2.4 2.6 2.9 3.2 3.5 3.8
48.0 2.3 2.5 2.7 3.0 3.3 3.6 4.0
48.5 2.4 2.6 2.8 3.1 3.4 3.7 4.1
49.0 2.4 2.6 2.9 3.2 3.5 3.8 4.2
- 35 -

Panjang Berat Badan (Kg)


Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
49.5 2.5 2.7 3.0 3.3 3.6 3.9 4.3
50.0 2.6 2.8 3.1 3.4 3.7 4.0 4.5
50.5 2.7 2.9 3.2 3.5 3.8 4.2 4.6
51.0 2.8 3.0 3.3 3.6 3.9 4.3 4.8
51.5 2.8 3.1 3.4 3.7 4.0 4.4 4.9
52.0 2.9 3.2 3.5 3.8 4.2 4.6 5.1
52.5 3.0 3.3 3.6 3.9 4.3 4.7 5.2
53.0 3.1 3.4 3.7 4.0 4.4 4.9 5.4
53.5 3.2 3.5 3.8 4.2 4.6 5.0 5.5
54.0 3.3 3.6 3.9 4.3 4.7 5.2 5.7
54.5 3.4 3.7 4.0 4.4 4.8 5.3 5.9
55.0 3.5 3.8 4.2 4.5 5.0 5.5 6.1
55.5 3.6 3.9 4.3 4.7 5.1 5.7 6.3
56.0 3.7 4.0 4.4 4.8 5.3 5.8 6.4
56.5 3.8 4.1 4.5 5.0 5.4 6.0 6.6
57.0 3.9 4.3 4.6 5.1 5.6 6.1 6.8
57.5 4.0 4.4 4.8 5.2 5.7 6.3 7.0
58.0 4.1 4.5 4.9 5.4 5.9 6.5 7.1
58.5 4.2 4.6 5.0 5.5 6.0 6.6 7.3
59.0 4.3 4.7 5.1 5.6 6.2 6.8 7.5
59.5 4.4 4.8 5.3 5.7 6.3 6.9 7.7
60.0 4.5 4.9 5.4 5.9 6.4 7.1 7.8
60.5 4.6 5.0 5.5 6.0 6.6 7.3 8.0
61.0 4.7 5.1 5.6 6.1 6.7 7.4 8.2
61.5 4.8 5.2 5.7 6.3 6.9 7.6 8.4
62.0 4.9 5.3 5.8 6.4 7.0 7.7 8.5
62.5 5.0 5.4 5.9 6.5 7.1 7.8 8.7
63.0 5.1 5.5 6.0 6.6 7.3 8.0 8.8
63.5 5.2 5.6 6.2 6.7 7.4 8.1 9.0
64.0 5.3 5.7 6.3 6.9 7.5 8.3 9.1
64.5 5.4 5.8 6.4 7.0 7.6 8.4 9.3
65.0 5.5 5.9 6.5 7.1 7.8 8.6 9.5
65.5 5.5 6.0 6.6 7.2 7.9 8.7 9.6
- 36 -

Panjang Berat Badan (Kg)


Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
66.0 5.6 6.1 6.7 7.3 8.0 8.8 9.8
66.5 5.7 6.2 6.8 7.4 8.1 9.0 9.9
67.0 5.8 6.3 6.9 7.5 8.3 9.1 10.0
67.5 5.9 6.4 7.0 7.6 8.4 9.2 10.2
68.0 6.0 6.5 7.1 7.7 8.5 9.4 10.3
68.5 6.1 6.6 7.2 7.9 8.6 9.5 10.5
69.0 6.1 6.7 7.3 8.0 8.7 9.6 10.6
69.5 6.2 6.8 7.4 8.1 8.8 9.7 10.7
70.0 6.3 6.9 7.5 8.2 9.0 9.9 10.9
70.5 6.4 6.9 7.6 8.3 9.1 10.0 11.0
71.0 6.5 7.0 7.7 8.4 9.2 10.1 11.1
71.5 6.5 7.1 7.7 8.5 9.3 10.2 11.3
72.0 6.6 7.2 7.8 8.6 9.4 10.3 11.4
72.5 6.7 7.3 7.9 8.7 9.5 10.5 11.5
73.0 6.8 7.4 8.0 8.8 9.6 10.6 11.7
73.5 6.9 7.4 8.1 8.9 9.7 10.7 11.8
74.0 6.9 7.5 8.2 9.0 9.8 10.8 11.9
74.5 7.0 7.6 8.3 9.1 9.9 10.9 12.0
75.0 7.1 7.7 8.4 9.1 10.0 11.0 12.2
75.5 7.1 7.8 8.5 9.2 10.1 11.1 12.3
76.0 7.2 7.8 8.5 9.3 10.2 11.2 12.4
76.5 7.3 7.9 8.6 9.4 10.3 11.4 12.5
77.0 7.4 8.0 8.7 9.5 10.4 11.5 12.6
77.5 7.4 8.1 8.8 9.6 10.5 11.6 12.8
78.0 7.5 8.2 8.9 9.7 10.6 11.7 12.9
78.5 7.6 8.2 9.0 9.8 10.7 11.8 13.0
79.0 7.7 8.3 9.1 9.9 10.8 11.9 13.1
79.5 7.7 8.4 9.1 10.0 10.9 12.0 13.3
80.0 7.8 8.5 9.2 10.1 11.0 12.1 13.4
80.5 7.9 8.6 9.3 10.2 11.2 12.3 13.5
81.0 8.0 8.7 9.4 10.3 11.3 12.4 13.7
81.5 8.1 8.8 9.5 10.4 11.4 12.5 13.8
82.0 8.1 8.8 9.6 10.5 11.5 12.6 13.9
- 37 -

Panjang Berat Badan (Kg)


Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
82.5 8.2 8.9 9.7 10.6 11.6 12.8 14.1
83.0 8.3 9.0 9.8 10.7 11.8 12.9 14.2
83.5 8.4 9.1 9.9 10.9 11.9 13.1 14.4
84.0 8.5 9.2 10.1 11.0 12.0 13.2 14.5
84.5 8.6 9.3 10.2 11.1 12.1 13.3 14.7
85.0 8.7 9.4 10.3 11.2 12.3 13.5 14.9
85.5 8.8 9.5 10.4 11.3 12.4 13.6 15.0
86.0 8.9 9.7 10.5 11.5 12.6 13.8 15.2
86.5 9.0 9.8 10.6 11.6 12.7 13.9 15.4
87.0 9.1 9.9 10.7 11.7 12.8 14.1 15.5
87.5 9.2 10.0 10.9 11.8 13.0 14.2 15.7
88.0 9.3 10.1 11.0 12.0 13.1 14.4 15.9
88.5 9.4 10.2 11.1 12.1 13.2 14.5 16.0
89.0 9.5 10.3 11.2 12.2 13.4 14.7 16.2
89.5 9.6 10.4 11.3 12.3 13.5 14.8 16.4
90.0 9.7 10.5 11.4 12.5 13.7 15.0 16.5
90.5 9.8 10.6 11.5 12.6 13.8 15.1 16.7
91.0 9.9 10.7 11.7 12.7 13.9 15.3 16.9
91.5 10.0 10.8 11.8 12.8 14.1 15.5 17.0
92.0 10.1 10.9 11.9 13.0 14.2 15.6 17.2
92.5 10.1 11.0 12.0 13.1 14.3 15.8 17.4
93.0 10.2 11.1 12.1 13.2 14.5 15.9 17.5
93.5 10.3 11.2 12.2 13.3 14.6 16.1 17.7
94.0 10.4 11.3 12.3 13.5 14.7 16.2 17.9
94.5 10.5 11.4 12.4 13.6 14.9 16.4 18.0
95.0 10.6 11.5 12.6 13.7 15.0 16.5 18.2
95.5 10.7 11.6 12.7 13.8 15.2 16.7 18.4
96.0 10.8 11.7 12.8 14.0 15.3 16.8 18.6
96.5 10.9 11.8 12.9 14.1 15.4 17.0 18.7
97.0 11.0 12.0 13.0 14.2 15.6 17.1 18.9
97.5 11.1 12.1 13.1 14.4 15.7 17.3 19.1
98.0 11.2 12.2 13.3 14.5 15.9 17.5 19.3
98.5 11.3 12.3 13.4 14.6 16.0 17.6 19.5
- 38 -

Panjang Berat Badan (Kg)


Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
99.0 11.4 12.4 13.5 14.8 16.2 17.8 19.6
99.5 11.5 12.5 13.6 14.9 16.3 18.0 19.8
100.0 11.6 12.6 13.7 15.0 16.5 18.1 20.0
100.5 11.7 12.7 13.9 15.2 16.6 18.3 20.2
101.0 11.8 12.8 14.0 15.3 16.8 18.5 20.4
101.5 11.9 13.0 14.1 15.5 17.0 18.7 20.6
102.0 12.0 13.1 14.3 15.6 17.1 18.9 20.8
102.5 12.1 13.2 14.4 15.8 17.3 19.0 21.0
103.0 12.3 13.3 14.5 15.9 17.5 19.2 21.3
103.5 12.4 13.5 14.7 16.1 17.6 19.4 21.5
104.0 12.5 13.6 14.8 16.2 17.8 19.6 21.7
104.5 12.6 13.7 15.0 16.4 18.0 19.8 21.9
105.0 12.7 13.8 15.1 16.5 18.2 20.0 22.2
105.5 12.8 14.0 15.3 16.7 18.4 20.2 22.4
106.0 13.0 14.1 15.4 16.9 18.5 20.5 22.6
106.5 13.1 14.3 15.6 17.1 18.7 20.7 22.9
107.0 13.2 14.4 15.7 17.2 18.9 20.9 23.1
107.5 13.3 14.5 15.9 17.4 19.1 21.1 23.4
108.0 13.5 14.7 16.0 17.6 19.3 21.3 23.6
108.5 13.6 14.8 16.2 17.8 19.5 21.6 23.9
109.0 13.7 15.0 16.4 18.0 19.7 21.8 24.2
109.5 13.9 15.1 16.5 18.1 20.0 22.0 24.4
110.0 14.0 15.3 16.7 18.3 20.2 22.3 24.7

Tabel 12. Standar Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Anak perempuan umur 24-60 bulan
Tinggi Badan Berat Badan (Kg)
(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
65.0 5.6 6.1 6.6 7.2 7.9 8.7 9.7
65.5 5.7 6.2 6.7 7.4 8.1 8.9 9.8
66.0 5.8 6.3 6.8 7.5 8.2 9.0 10.0
66.5 5.8 6.4 6.9 7.6 8.3 9.1 10.1
- 39 -

Tinggi Badan Berat Badan (Kg)


(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
67.0 5.9 6.4 7.0 7.7 8.4 9.3 10.2
67.5 6.0 6.5 7.1 7.8 8.5 9.4 10.4
68.0 6.1 6.6 7.2 7.9 8.7 9.5 10.5
68.5 6.2 6.7 7.3 8.0 8.8 9.7 10.7
69.0 6.3 6.8 7.4 8.1 8.9 9.8 10.8
69.5 6. 6.9 7.5 8.2 9.0 9.9 10.9
70.0 6.4 7.0 7.6 8.3 9.1 10.0 11.1
70.5 6.5 7.1 7.7 8.4 9.2 10.1 11.2
71.0 6.6 7.1 7.8 8.5 9.3 10.3 11.3
71.5 6.7 7.2 7.9 8.6 9.4 10.4 11.5
72.0 6.7 7.3 8.0 8.7 9.5 10.5 11.6
72.5 6.8 7.4 8.1 8.8 9.7 10.6 11.7
73.0 6.9 7.5 8.1 8.9 9.8 10.7 11.8
73.5 7.0 7.6 8.2 9.0 9.9 10.8 12.0
74.0 7.0 7.6 8.3 9.1 10.0 11.0 12.1
74.5 7.1 7.7 8.4 9.2 10.1 11.1 12.2
75.0 7.2 7.8 8.5 9.3 10.2 11.2 12.3
75.5 7.2 7.9 8.6 9.4 10.3 11.3 12.5
76.0 7.3 8.0 8.7 9.5 10.4 11.4 12.6
76.5 7.4 8.0 8.7 9.6 10.5 11.5 12.7
77.0 7.5 8.1 8.8 9.6 10.6 11.6 12.8
77.5 7.5 8.2 8.9 9.7 10.7 11.7 12.9
78.0 7.6 8.3 9.0 9.8 10.8 11.8 13.1
78.5 7.7 8.4 9.1 9.9 10.9 12.0 13.2
79.0 7.8 8.4 9.2 10.0 11.0 12.1 13.3
79.5 7.8 8.5 9.3 10.1 11.1 12.2 13.4
80.0 7.9 8.6 9.4 10.2 11.2 12.3 13.6
80.5 8.0 8.7 9.5 10.3 11.3 12.4 13.7
81.0 8.1 8.8 9.6 10.4 11.4 12.6 13.9
81.5 8.2 8.9 9.7 10.6 11.6 12.7 14.0
82.0 8.3 9.0 9.8 10.7 11.7 12.8 14.1
82.5 8.4 9.1 9.9 10.8 11.8 13.0 14.3
83.0 8.5 9.2 10.0 10.9 11.9 13.1 14.5
- 40 -

Tinggi Badan Berat Badan (Kg)


(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
83.5 8.5 9.3 10.1 11.0 12.1 13.3 14.6
84.0 8.6 9.4 10.2 11.1 12.2 13.4 14.8
84.5 8.7 9.5 10.3 11.3 12.3 13.5 14.9
85.0 8.8 9.6 10.4 11.4 12.5 13.7 15.1
85.5 8.9 9.7 10.6 11.5 12.6 13.8 15.3
86.0 9.0 9.8 10.7 11.6 12.7 14.0 15.4
86.5 9.1 9.9 10.8 11.8 12.9 14.2 15.6
87.0 9.2 10.0 10.9 11.9 13.0 14.3 15.8
87.5 9.3 10.1 11.0 12.0 13.2 14.5 15.9
88.0 9.4 10.2 11.1 12.1 13.3 14.6 16.1
88.5 9.5 10.3 11.2 12.3 13.4 14.8 16.3
89.0 9.6 10.4 11.4 12.4 13.6 14.9 16.4
89.5 9.7 10.5 11.5 12.5 13.7 15.1 16.6
90.0 9.8 10.6 11.6 12.6 13.8 15.2 16.8
90.5 9.9 10.7 11.7 12.8 14.0 15.4 16.9
91.0 10.0 10.9 11.8 12.9 14.1 15.5 17.1
91.5 10.1 11.0 11.9 13.0 14.3 15.7 17.3
92.0 10.2 11.1 12.0 13.1 14.4 15.8 17.4
92.5 10.3 11.2 12.1 13.3 14.5 16.0 17.6
93.0 10.4 11.3 12.3 13.4 14.7 16.1 17.8
93.5 10.5 11.4 12.4 13.5 14.8 16.3 17.9
94.0 10.6 11.5 12.5 13.6 14.9 16.4 18.1
94.5 10.7 11.6 12.6 13.8 15.1 16.6 18.3
95.0 10.8 11.7 12.7 13.9 15.2 16.7 18.5
95.5 10.8 11.8 12.8 14.0 15.4 16.9 18.6
96.0 10.9 11.9 12.9 14.1 15.5 17.0 18.8
96.5 11.0 12.0 13.1 14.3 15.6 17.2 19.0
97.0 11.1 12.1 13.2 14.4 15.8 17.4 19.2
97.5 11.2 12.2 13.3 14.5 15.9 17.5 19.3
98.0 11.3 12.3 13.4 14.7 16.1 17.7 19.5
98.5 11.4 12.4 13.5 14.8 16.2 17.9 19.7
99.0 11.5 12.5 13.7 14.9 16.4 18.0 19.9
99.5 11.6 12.7 13.8 15.1 16.5 18.2 20.1
- 41 -

Tinggi Badan Berat Badan (Kg)


(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
100.0 11.7 12.8 13.9 15.2 16.7 18.4 20.3
100.5 11.9 12.9 14.1 15.4 16.9 18.6 20.5
101.0 12.0 13.0 14.2 15.5 17.0 18.7 20.7
101.5 12.1 13.1 14.3 15.7 17.2 18.9 20.9
102.0 12.2 13.3 14.5 15.8 17.4 19.1 21.1
102.5 12.3 13.4 14.6 16.0 17.5 19.3 21.4
103.0 12.4 13.5 14.7 16.1 17.7 19.5 21.6
103.5 12.5 13.6 14.9 16.3 17.9 19.7 21.8
104.0 12.6 13.8 15.0 16.4 18.1 19.9 22.0
104.5 12.8 13.9 15.2 16.6 18.2 20.1 22.3
105.0 12.9 14.0 15.3 16.8 18.4 20.3 22.5
105.5 13.0 14.2 15.5 16.9 18.6 20.5 22.7
106.0 13.1 14.3 15.6 17.1 18.8 20.8 23.0
106.5 13.3 14.5 15.8 17.3 19.0 21.0 23.2
107.0 13.4 14.6 15.9 17.5 19.2 21.2 23.5
107.5 13.5 14.7 16.1 17.7 19.4 21.4 23.7
108.0 13.7 14.9 16.3 17.8 19.6 21.7 24.0
108.5 13.8 15.0 16.4 18.0 19.8 21.9 24.3
109.0 13.9 15.2 16.6 18.2 20.0 22.1 24.5
109.5 14.1 15.4 16.8 18.4 20.3 22.4 24.8
110.0 14.2 15.5 17.0 18.6 20.5 22.6 25.1
110.5 14.4 15.7 17.1 18.8 20.7 22.9 25.4
111.0 14.5 15.8 17.3 19.0 20.9 23.1 25.7
111.5 14.7 16.0 17.5 19.2 21.2 23.4 26.0
112.0 14.8 16.2 17.7 19.4 21.4 23.6 26.2
112.5 15.0 16.3 17.9 19.6 21.6 23.9 26.5
113.0 15.1 16.5 18.0 19.8 21.8 24.2 26.8
113.5 15.3 16.7 18.2 20.0 22.1 24.4 27.1
114.0 15.4 16.8 18.4 20.2 22.3 24.7 27.4
114.5 15.6 17.0 18.6 20.5 22.6 25.0 27.8
115.0 15.7 17.2 18.8 20.7 22.8 25.2 28.1
115.5 15.9 17.3 19.0 20.9 23.0 25.5 28.4
116.0 16.0 17.5 19.2 21.1 23.3 25.8 28.7
- 42 -

Tinggi Badan Berat Badan (Kg)


(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
116.5 16.2 17.7 19.4 21.3 23.5 26.1 29.0
117.0 16.3 17.8 19.6 21.5 23.8 26.3 29.3
117.5 16.5 18.0 19.8 21.7 24.0 26.6 29.6
118.0 16.6 18.2 19.9 22.0 24.2 26.9 29.9
118.5 16.8 18.4 20.1 22.2 24.5 27.2 30.3
119.0 16.9 18.5 20.3 22.4 24.7 27.4 30.6
119.5 17.1 18.7 20.5 22.6 25.0 27.7 30.9
120.0 17.3 18.9 20.7 22.8 25.2 28.0 31.2

Tabel 13. Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)


Anak Perempuan Umur 0-24 Bulan
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
0 10.1 11.1 12.2 13.3 14.6 16.1 17.7
1 10.8 12.0 13.2 14.6 16.0 17.5 19.1
2 11.8 13.0 14.3 15.8 17.3 19.0 20.7
3 12.4 13.6 14.9 16.4 17.9 19.7 21.5
4 12.7 13.9 15.2 16.7 18.3 20.0 22.0
5 12.9 14.1 15.4 16.8 18.4 20.2 22.2
6 13.0 14.1 15.5 16.9 18.5 20.3 22.3
7 13.0 14.2 15.5 16.9 18.5 20.3 22.3
8 13.0 14.1 15.4 16.8 18.4 20.2 22.2
9 12.9 14.1 15.3 16.7 18.3 20.1 22.1
10 12.9 14.0 15.2 16.6 18.2 19.9 21.9
11 12.8 13.9 15.1 16.5 18.0 19.8 21.8
12 12.7 13.8 15.0 16.4 17.9 19.6 21.6
13 12.6 13.7 14.9 16.2 17.7 19.5 21.4
14 12.6 13.6 14.8 16.1 17.6 19.3 21.3
15 12.5 13.5 14.7 16.0 17.5 19.2 21.1
16 12.4 13.5 14.6 15.9 17.4 19.1 21.0
17 12.4 13.4 14.5 15.8 17.3 18.9 20.9
18 12.3 13.3 14.4 15.7 17.2 18.8 20.8
- 43 -

Indeks Massa Tubuh (IMT)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
19 12.3 13.3 14.4 15.7 17.1 18.8 20.7
20 12.2 13.2 14.3 15.6 17.0 18.7 20.6
21 12.2 13.2 14.3 15.5 17.0 18.6 20.5
22 12.2 13.1 14.2 15.5 16.9 18.5 20.4
23 12.2 13.1 14.2 15.4 16.9 18.5 20.4
24 * 12.1 13.1 14.2 15.4 16.8 18.4 20.3
Keterangan: * Pengukuran PB dilakukan dalam keadaan anak telentang

Tabel 14. Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)


Anak perempuan umur 24-60 bulan
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
24 * 12.4 13.3 14.4 15.7 17.1 18.7 20.6
25 12.4 13.3 14.4 15.7 17.1 18.7 20.6
26 12.3 13.3 14.4 15.6 17.0 18.7 20.6
27 12.3 13.3 14.4 15.6 17.0 18.6 20.5
28 12.3 13.3 14.3 15.6 17.0 18.6 20.5
29 12.3 13.2 14.3 15.6 17.0 18.6 20.4
30 12.3 13.2 14.3 15.5 16.9 18.5 20.4
31 12.2 13.2 14.3 15.5 16.9 18.5 20.4
32 12.2 13.2 14.3 15.5 16.9 18.5 20.4
33 12.2 13.1 14.2 15.5 16.9 18.5 20.3
34 12.2 13.1 14.2 15.4 16.8 18.5 20.3
35 12.1 13.1 14.2 15.4 16.8 18.4 20.3
36 12.1 13.1 14.2 15.4 16.8 18.4 20.3
37 12.1 13.1 14.1 15.4 16.8 18.4 20.3
38 12.1 13.0 14.1 15.4 16.8 18.4 20.3
39 12.0 13.0 14.1 15.3 16.8 18.4 20.3
40 12.0 13.0 14.1 15.3 16.8 18.4 20.3
41 12.0 13.0 14.1 15.3 16.8 18.4 20.4
42 12.0 12.9 14.0 15.3 16.8 18.4 20.4
43 11.9 12.9 14.0 15.3 16.8 18.4 20.4
- 44 -

Indeks Massa Tubuh (IMT)


Umur (bulan)
-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
44 11.9 12.9 14.0 15.3 16.8 18.5 20.4
45 11.9 12.9 14.0 15.3 16.8 18.5 20.5
46 11.9 12.9 14.0 15.3 16.8 18.5 20.5
47 11.8 12.8 14.0 15.3 16.8 18.5 20.5
48 11.8 12.8 14.0 15.3 16.8 18.5 20.6
49 11.8 12.8 13.9 15.3 16.8 18.5 20.6
50 11.8 12.8 13.9 15.3 16.8 18.6 20.7
51 11.8 12.8 13.9 15.3 16.8 18.6 20.7
52 11.7 12.8 13.9 15.2 16.8 18.6 20.7
53 11.7 12.7 13.9 15.3 16.8 18.6 20.8
54 11.7 12.7 13.9 15.3 16.8 18.7 20.8
55 11.7 12.7 13.9 15.3 16.8 18.7 20.9
56 11.7 12.7 13.9 15.3 16.8 18.7 20.9
57 11.7 12.7 13.9 15.3 16.9 18.7 21.0
58 11.7 12.7 13.9 15.3 16.9 18.8 21.0
59 11.6 12.7 13.9 15.3 16.9 18.8 21.0
60 11.6 12.7 13.9 15.3 16.9 18.8 21.1

b. Tabel Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Umur 5-


18 tahun.
Tabel 15. Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Anak Laki-Laki Umur 5-18 Tahun
Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
5 1 12.1 13.0 14.1 15.3 16.6 18.3 20.2
5 2 12.1 13.0 14.1 15.3 16.6 18.3 20.2
5 3 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.3 20.2
5 4 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.3 20.3
5 5 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.3 20.3
5 6 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.4 20.4
5 7 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.4 20.4
5 8 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.4 20.5
- 45 -

Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
5 9 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.4 20.5
5 10 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.5 20.6
5 11 12.1 13.0 14.1 15.3 16.7 18.5 20.6
6 0 12.1 13.0 14.1 15.3 16.8 18.5 20.7
6 1 12.1 13.0 14.1 15.3 16.8 18.6 20.8
6 2 12.2 13.1 14.1 15.3 16.8 18.6 20.8
6 3 12.2 13.1 14.1 15.3 16.8 18.6 20.9
6 4 12.2 13.1 14.1 15.4 16.8 18.7 21.0
6 5 12.2 13.1 14.1 15.4 16.9 18.7 21.0
6 6 12.2 13.1 14.1 15.4 16.9 18.7 21.1
6 7 12.2 13.1 14.1 15.4 16.9 18.8 21.2
6 8 12.2 13.1 14.2 15.4 16.9 18.8 21.3
6 9 12.2 13.1 14.2 15.4 17.0 18.9 21.3
6 10 12.2 13.1 14.2 15.4 17.0 18.9 21.4
6 11 12.2 13.1 14.2 15.5 17.0 19.0 21.5
7 0 12.3 13.1 14.2 15.5 17.0 19.0 21.6
7 1 12.3 13.2 14.2 15.5 17.1 19.1 21.7
7 2 12.3 13.2 14.2 15.5 17.1 19.1 21.8
7 3 12.3 13.2 14.3 15.5 17.1 19.2 21.9
7 4 12.3 13.2 14.3 15.6 17.2 19.2 22.0
7 5 12.3 13.2 14.3 15.6 17.2 19.3 22.0
7 6 12.3 13.2 14.3 15.6 17.2 19.3 22.1
7 7 12.3 13.2 14.3 15.6 17.3 19.4 22.2
7 8 12.3 13.2 14.3 15.6 17.3 19.4 22.4
7 9 12.4 13.3 14.3 15.7 17.3 19.5 22.5
7 10 12.4 13.3 14.4 15.7 17.4 19.6 22.6
7 11 12.4 13.3 14.4 15.7 17.4 19.6 22.7
8 0 12.4 13.3 14.4 15.7 17.4 19.7 22.8
8 1 12.4 13.3 14.4 15.8 17.5 19.7 22.9
8 2 12.4 13.3 14.4 15.8 17.5 19.8 23.0
8 3 12.4 13.3 14.4 15.8 17.5 19.9 23.1
8 4 12.4 13.4 14.5 15.8 17.6 19.9 23.3
8 5 12.5 13.4 14.5 15.9 17.6 20.0 23.4
- 46 -

Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
8 6 12.5 13.4 14.5 15.9 17.7 20.1 23.5
8 7 12.5 13.4 14.5 15.9 17.7 20.1 23.6
8 8 12.5 13.4 14.5 15.9 17.7 20.2 23.8
8 9 12.5 13.4 14.6 16.0 17.8 20.3 23.9
8 10 12.5 13.5 14.6 16.0 17.8 20.3 24.0
8 11 12.5 13.5 14.6 16.0 17.9 20.4 24.2
9 0 12.6 13.5 14.6 16.0 17.9 20.5 24.3
9 1 12.6 13.5 14.6 16.1 18.0 20.5 24.4
9 2 12.6 13.5 14.7 16.1 18.0 20.6 24.6
9 3 12.6 13.5 14.7 16.1 18.0 20.7 24.7
9 4 12.6 13.6 14.7 16.2 18.1 20.8 24.9
9 5 12.6 13.6 14.7 16.2 18.1 20.8 25.0
9 6 12.7 13.6 14.8 16.2 18.2 20.9 25.1
9 7 12.7 13.6 14.8 16.3 18.2 21.0 25.3
9 8 12.7 13.6 14.8 16.3 18.3 21.1 25.5
9 9 12.7 13.7 14.8 16.3 18.3 21.2 25.6
9 10 12.7 13.7 14.9 16.4 18.4 21.2 25.8
9 11 12.8 13.7 14.9 16.4 18.4 21.3 25.9
10 0 12.8 13.7 14.9 16.4 18.5 21.4 26.1
10 1 12.8 13.8 15.0 16.5 18.5 21.5 26.2
10 2 12.8 13.8 15.0 16.5 18.6 21.6 26.4
10 3 12.8 13.8 15.0 16.6 18.6 21.7 26.6
10 4 12.9 13.8 15.0 16.6 18.7 21.7 26.7
10 5 12.9 13.9 15.1 16.6 18.8 21.8 26.9
10 6 12.9 13.9 15.1 16.7 18.8 21.9 27.0
10 7 12.9 13.9 15.1 16.7 18.9 22.0 27.2
10 8 13.0 13.9 15.2 16.8 18.9 22.1 27.4
10 9 13.0 14.0 15.2 16.8 19.0 22.2 27.5
10 10 13.0 14.0 15.2 16.9 19.0 22.3 27.7
10 11 13.0 14.0 15.3 16.9 19.1 22.4 27.9
11 0 13.1 14.1 15.3 16.9 19.2 22.5 28.0
11 1 13.1 14.1 15.3 17.0 19.2 22.5 28.2
11 2 13.1 14.1 15.4 17.0 19.3 22.6 28.4
- 47 -

Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
11 3 13.1 14.1 15.4 17.1 19.3 22.7 28.5
11 4 13.2 14.2 15.5 17.1 19.4 22.8 28.7
11 5 13.2 14.2 15.5 17.2 19.5 22.9 28.8
11 6 13.2 14.2 15.5 17.2 19.5 23.0 29.0
11 7 13.2 14.3 15.6 17.3 19.6 23.1 29.2
11 8 13.3 14.3 15.6 17.3 19.7 23.2 29.3
11 9 13.3 14.3 15.7 17.4 19.7 23.3 29.5
11 10 13.3 14.4 15.7 17.4 19.8 23.4 29.6
11 11 13.4 14.4 15.7 17.5 19.9 23.5 29.8
12 0 13.4 14.5 15.8 17.5 19.9 23.6 30.0
12 1 13.4 14.5 15.8 17.6 20.0 23.7 30.1
12 2 13.5 14.5 15.9 17.6 20.1 23.8 30.3
12 3 13.5 14.6 15.9 17.7 20.2 23.9 30.4
12 4 13.5 14.6 16.0 17.8 20.2 24.0 30.6
12 5 13.6 14.6 16.0 17.8 20.3 24.1 30.7
12 6 13.6 14.7 16.1 17.9 20.4 24.2 30.9
12 7 13.6 14.7 16.1 17.9 20.4 24.3 31.0
12 8 13.7 14.8 16.2 18.0 20.5 24.4 31.1
12 9 13.7 14.8 16.2 18.0 20.6 24.5 31.3
12 10 13.7 14.8 16.3 18.1 20.7 24.6 31.4
12 11 13.8 14.9 16.3 18.2 20.8 24.7 31.6
13 0 13.8 14.9 16.4 18.2 20.8 24.8 31.7
13 1 13.8 15.0 16.4 18.3 20.9 24.9 31.8
13 2 13.9 15.0 16.5 18.4 21.0 25.0 31.9
13 3 13.9 15.1 16.5 18.4 21.1 25.1 32.1
13 4 14.0 15.1 16.6 18.5 21.1 25.2 32.2
13 5 14.0 15.2 16.6 18.6 21.2 25.2 32.3
13 6 14.0 15.2 16.7 18.6 21.3 25.3 32.4
13 7 14.1 15.2 16.7 18.7 21.4 25.4 32.6
13 8 14.1 15.3 16.8 18.7 21.5 25.5 32.7
13 9 14.1 15.3 16.8 18.8 21.5 25.6 32.8
13 10 14.2 15.4 16.9 18.9 21.6 25.7 32.9
13 11 14.2 15.4 17.0 18.9 21.7 25.8 33.0
- 48 -

Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
14 0 14.3 15.5 17.0 19.0 21.8 25.9 33.1
14 1 14.3 15.5 17.1 19.1 21.8 26.0 33.2
14 2 14.3 15.6 17.1 19.1 21.9 26.1 33.3
14 3 14.4 15.6 17.2 19.2 22.0 26.2 33.4
14 4 14.4 15.7 17.2 19.3 22.1 26.3 33.5
14 5 14.5 15.7 17.3 19.3 22.2 26.4 33.5
14 6 14.5 15.7 17.3 19.4 22.2 26.5 33.6
14 7 14.5 15.8 17.4 19.5 22.3 26.5 33.7
14 8 14.6 15.8 17.4 19.5 22.4 26.6 33.8
14 9 14.6 15.9 17.5 19.6 22.5 26.7 33.9
14 10 14.6 15.9 17.5 19.6 22.5 26.8 33.9
14 11 14.7 16.0 17.6 19.7 22.6 26.9 34.0
15 0 14.7 16.0 17.6 19.8 22.7 27.0 34.1
15 1 14.7 16.1 17.7 19.8 22.8 27.1 34.1
15 2 14.8 16.1 17.8 19.9 22.8 27.1 34.2
15 3 14.8 16.1 17.8 20.0 22.9 27.2 34.3
15 4 14.8 16.2 17.9 20.0 23.0 27.3 34.3
15 5 14.9 16.2 17.9 20.1 23.0 27.4 34.4
15 6 14.9 16.3 18.0 20.1 23.1 27.4 34.5
15 7 15.0 16.3 18.0 20.2 23.2 27.5 34.5
15 8 15.0 16.3 18.1 20.3 23.3 27.6 34.6
15 9 15.0 16.4 18.1 20.3 23.3 27.7 34.6
15 10 15.0 16.4 18.2 20.4 23.4 27.7 34.7
15 11 15.1 16.5 18.2 20.4 23.5 27.8 34.7
16 0 15.1 16.5 18.2 20.5 23.5 27.9 34.8
16 1 15.1 16.5 18.3 20.6 23.6 27.9 34.8
16 2 15.2 16.6 18.3 20.6 23.7 28.0 34.8
16 3 15.2 16.6 18.4 20.7 23.7 28.1 34.9
16 4 15.2 16.7 18.4 20.7 23.8 28.1 34.9
16 5 15.3 16.7 18.5 20.8 23.8 28.2 35.0
16 6 15.3 16.7 18.5 20.8 23.9 28.3 35.0
16 7 15.3 16.8 18.6 20.9 24.0 28.3 35.0
16 8 15.3 16.8 18.6 20.9 24.0 28.4 35.1
- 49 -

Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
16 9 15.4 16.8 18.7 21.0 24.1 28.5 35.1
16 10 15.4 16.9 18.7 21.0 24.2 28.5 35.1
16 11 15.4 16.9 18.7 21.1 24.2 28.6 35.2
17 0 15.4 16.9 18.8 21.1 24.3 28.6 35.2
17 1 15.5 17.0 18.8 21.2 24.3 28.7 35.2
17 2 15.5 17.0 18.9 21.2 24.4 28.7 35.2
17 3 15.5 17.0 18.9 21.3 24.4 28.8 35.3
17 4 15.5 17.1 18.9 21.3 24.5 28.9 35.3
17 5 15.6 17.1 19.0 21.4 24.5 28.9 35.3
17 6 15.6 17.1 19.0 21.4 24.6 29.0 35.3
17 7 15.6 17.1 19.1 21.5 24.7 29.0 35.4
17 8 15.6 17.2 19.1 21.5 24.7 29.1 35.4
17 9 15.6 17.2 19.1 21.6 24.8 29.1 35.4
17 10 15.7 17.2 19.2 21.6 24.8 29.2 35.4
17 11 15.7 17.3 19.2 21.7 24.9 29.2 35.4
18 0 15.7 17.3 19.2 21.7 24.9 29.2 35.4
18 1 15.7 17.3 19.3 21.8 25.0 29.3 35.4
18 2 15.7 17.3 19.3 21.8 25.0 29.3 35.5
18 3 15.7 17.4 19.3 21.8 25.1 29.4 35.5
18 4 15.8 17.4 19.4 21.9 25.1 29.4 35.5
18 5 15.8 17.4 19.4 21.9 25.1 29.5 35.5
18 6 15.8 17.4 19.4 22.0 25.2 29.5 35.5
18 7 15.8 17.5 19.5 22.0 25.2 29.5 35.5
18 8 15.8 17.5 19.5 22.0 25.3 29.6 35.5
18 9 15.8 17.5 19.5 22.1 25.3 29.6 35.5
18 10 15.8 17.5 19.6 22.1 25.4 29.6 35.5
18 11 15.8 17.5 19.6 22.2 25.4 29.7 35.5
19 0 15.9 17.6 19.6 22.2 25.4 29.7 35.5
- 50 -

Tabel 16. Standar Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)


Anak perempuan umur 5-18 tahun
Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
5 1 11.8 12.7 13.9 15.2 16.9 18.9 21.3
5 2 11.8 12.7 13.9 15.2 16.9 18.9 21.4
5 3 11.8 12.7 13.9 15.2 16.9 18.9 21.5
5 4 11.8 12.7 13.9 15.2 16.9 18.9 21.5
5 5 11.7 12.7 13.9 15.2 16.9 19.0 21.6
5 6 11.7 12.7 13.9 15.2 16.9 19.0 21.7
5 7 11.7 12.7 13.9 15.2 16.9 19.0 21.7
5 8 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.1 21.8
5 9 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.1 21.9
5 10 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.1 22.0
5 11 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.2 22.1
6 0 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.2 22.1
6 1 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.3 22.2
6 2 11.7 12.7 13.9 15.3 17.0 19.3 22.3
6 3 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 19.3 22.4
6 4 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 19.4 22.5
6 5 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 19.4 22.6
6 6 11.7 12.7 13.9 15.3 17.1 19.5 22.7
6 7 11.7 12.7 13.9 15.3 17.2 19.5 22.8
6 8 11.7 12.7 13.9 15.3 17.2 19.6 22.9
6 9 11.7 12.7 13.9 15.4 17.2 19.6 23.0
6 10 11.7 12.7 13.9 15.4 17.2 19.7 23.1
6 11 11.7 12.7 13.9 15.4 17.3 19.7 23.2
7 0 11.8 12.7 13.9 15.4 17.3 19.8 23.3
7 1 11.8 12.7 13.9 15.4 17.3 19.8 23.4
7 2 11.8 12.8 14.0 15.4 17.4 19.9 23.5
7 3 11.8 12.8 14.0 15.5 17.4 20.0 23.6
7 4 11.8 12.8 14.0 15.5 17.4 20.0 23.7
7 5 11.8 12.8 14.0 15.5 17.5 20.1 23.9
7 6 11.8 12.8 14.0 15.5 17.5 20.1 24.0
7 7 11.8 12.8 14.0 15.5 17.5 20.2 24.1
- 51 -

Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
7 8 11.8 12.8 14.0 15.6 17.6 20.3 24.2
7 9 11.8 12.8 14.1 15.6 17.6 20.3 24.4
7 10 11.9 12.9 14.1 15.6 17.6 20.4 24.5
7 11 11.9 12.9 14.1 15.7 17.7 20.5 24.6
8 0 11.9 12.9 14.1 15.7 17.7 20.6 24.8
8 1 11.9 12.9 14.1 15.7 17.8 20.6 24.9
8 2 11.9 12.9 14.2 15.7 17.8 20.7 25.1
8 3 11.9 12.9 14.2 15.8 17.9 20.8 25.2
8 4 11.9 13.0 14.2 15.8 17.9 20.9 25.3
8 5 12.0 13.0 14.2 15.8 18.0 20.9 25.5
8 6 12.0 13.0 14.3 15.9 18.0 21.0 25.6
8 7 12.0 13.0 14.3 15.9 18.1 21.1 25.8
8 8 12.0 13.0 14.3 15.9 18.1 21.2 25.9
8 9 12.0 13.1 14.3 16.0 18.2 21.3 26.1
8 10 12.1 13.1 14.4 16.0 18.2 21.3 26.2
8 11 12.1 13.1 14.4 16.1 18.3 21.4 26.4
9 0 12.1 13.1 14.4 16.1 18.3 21.5 26.5
9 1 12.1 13.2 14.5 16.1 18.4 21.6 26.7
9 2 12.1 13.2 14.5 16.2 18.4 21.7 26.8
9 3 12.2 13.2 14.5 16.2 18.5 21.8 27.0
9 4 12.2 13.2 14.6 16.3 18.6 21.9 27.2
9 5 12.2 13.3 14.6 16.3 18.6 21.9 27.3
9 6 12.2 13.3 14.6 16.3 18.7 22.0 27.5
9 7 12.3 13.3 14.7 16.4 18.7 22.1 27.6
9 8 12.3 13.4 14.7 16.4 18.8 22.2 27.8
9 9 12.3 13.4 14.7 16.5 18.8 22.3 27.9
9 10 12.3 13.4 14.8 16.5 18.9 22.4 28.1
9 11 12.4 13.4 14.8 16.6 19.0 22.5 28.2
10 0 12.4 13.5 14.8 16.6 19.0 22.6 28.4
10 1 12.4 13.5 14.9 16.7 19.1 22.7 28.5
10 2 12.4 13.5 14.9 16.7 19.2 22.8 28.7
10 3 12.5 13.6 15.0 16.8 19.2 22.8 28.8
10 4 12.5 13.6 15.0 16.8 19.3 22.9 29.0
- 52 -

Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
10 5 12.5 13.6 15.0 16.9 19.4 23.0 29.1
10 6 12.5 13.7 15.1 16.9 19.4 23.1 29.3
10 7 12.6 13.7 15.1 17.0 19.5 23.2 29.4
10 8 12.6 13.7 15.2 17.0 19.6 23.3 29.6
10 9 12.6 13.8 15.2 17.1 19.6 23.4 29.7
10 10 12.7 13.8 15.3 17.1 19.7 23.5 29.9
10 11 12.7 13.8 15.3 17.2 19.8 23.6 30.0
11 0 12.7 13.9 15.3 17.2 19.9 23.7 30.2
11 1 12.8 13.9 15.4 17.3 19.9 23.8 30.3
11 2 12.8 14.0 15.4 17.4 20.0 23.9 30.5
11 3 12.8 14.0 15.5 17.4 20.1 24.0 30.6
11 4 12.9 14.0 15.5 17.5 20.2 24.1 30.8
11 5 12.9 14.1 15.6 17.5 20.2 24.2 30.9
11 6 12.9 14.1 15.6 17.6 20.3 24.3 31.1
11 7 13.0 14.2 15.7 17.7 20.4 24.4 31.2
11 8 13.0 14.2 15.7 17.7 20.5 24.5 31.4
11 9 13.0 14.3 15.8 17.8 20.6 24.7 31.5
11 10 13.1 14.3 15.8 17.9 20.6 24.8 31.6
11 11 13.1 14.3 15.9 17.9 20.7 24.9 31.8
12 0 13.2 14.4 16.0 18.0 20.8 25.0 31.9
12 1 13.2 14.4 16.0 18.1 20.9 25.1 32.0
12 2 13.2 14.5 16.1 18.1 21.0 25.2 32.2
12 3 13.3 14.5 16.1 18.2 21.1 25.3 32.3
12 4 13.3 14.6 16.2 18.3 21.1 25.4 32.4
12 5 13.3 14.6 16.2 18.3 21.2 25.5 32.6
12 6 13.4 14.7 16.3 18.4 21.3 25.6 32.7
12 7 13.4 14.7 16.3 18.5 21.4 25.7 32.8
12 8 13.5 14.8 16.4 18.5 21.5 25.8 33.0
12 9 13.5 14.8 16.4 18.6 21.6 25.9 33.1
12 10 13.5 14.8 16.5 18.7 21.6 26.0 33.2
12 11 13.6 14.9 16.6 18.7 21.7 26.1 33.3
13 0 13.6 14.9 16.6 18.8 21.8 26.2 33.4
13 1 13.6 15.0 16.7 18.9 21.9 26.3 33.6
- 53 -

Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
13 2 13.7 15.0 16.7 18.9 22.0 26.4 33.7
13 3 13.7 15.1 16.8 19.0 22.0 26.5 33.8
13 4 13.8 15.1 16.8 19.1 22.1 26.6 33.9
13 5 13.8 15.2 16.9 19.1 22.2 26.7 34.0
13 6 13.8 15.2 16.9 19.2 22.3 26.8 34.1
13 7 13.9 15.2 17.0 19.3 22.4 26.9 34.2
13 8 13.9 15.3 17.0 19.3 22.4 27.0 34.3
13 9 13.9 15.3 17.1 19.4 22.5 27.1 34.4
13 10 14.0 15.4 17.1 19.4 22.6 27.1 34.5
13 11 14.0 15.4 17.2 19.5 22.7 27.2 34.6
14 0 14.0 15.4 17.2 19.6 22.7 27.3 34.7
14 1 14.1 15.5 17.3 19.6 22.8 27.4 34.7
14 2 14.1 15.5 17.3 19.7 22.9 27.5 34.8
14 3 14.1 15.6 17.4 19.7 22.9 27.6 34.9
14 4 14.1 15.6 17.4 19.8 23.0 27.7 35.0
14 5 14.2 15.6 17.5 19.9 23.1 27.7 35.1
14 6 14.2 15.7 17.5 19.9 23.1 27.8 35.1
14 7 14.2 15.7 17.6 20.0 23.2 27.9 35.2
14 8 14.3 15.7 17.6 20.0 23.3 28.0 35.3
14 9 14.3 15.8 17.6 20.1 23.3 28.0 35.4
14 10 14.3 15.8 17.7 20.1 23.4 28.1 35.4
14 11 14.3 15.8 17.7 20.2 23.5 28.2 35.5
15 0 14.4 15.9 17.8 20.2 23.5 28.2 35.5
15 1 14.4 15.9 17.8 20.3 23.6 28.3 35.6
15 2 14.4 15.9 17.8 20.3 23.6 28.4 35.7
15 3 14.4 16.0 17.9 20.4 23.7 28.4 35.7
15 4 14.5 16.0 17.9 20.4 23.7 28.5 35.8
15 5 14.5 16.0 17.9 20.4 23.8 28.5 35.8
15 6 14.5 16.0 18.0 20.5 23.8 28.6 35.8
15 7 14.5 16.1 18.0 20.5 23.9 28.6 35.9
15 8 14.5 16.1 18.0 20.6 23.9 28.7 35.9
15 9 14.5 16.1 18.1 20.6 24.0 28.7 36.0
15 10 14.6 16.1 18.1 20.6 24.0 28.8 36.0
- 54 -

Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
15 11 14.6 16.2 18.1 20.7 24.1 28.8 36.0
16 0 14.6 16.2 18.2 20.7 24.1 28.9 36.1
16 1 14.6 16.2 18.2 20.7 24.1 28.9 36.1
16 2 14.6 16.2 18.2 20.8 24.2 29.0 36.1
16 3 14.6 16.2 18.2 20.8 24.2 29.0 36.1
16 4 14.6 16.2 18.3 20.8 24.3 29.0 36.2
16 5 14.6 16.3 18.3 20.9 24.3 29.1 36.2
16 6 14.7 16.3 18.3 20.9 24.3 29.1 36.2
16 7 14.7 16.3 18.3 20.9 24.4 29.1 36.2
16 8 14.7 16.3 18.3 20.9 24.4 29.2 36.2
16 9 14.7 16.3 18.4 21.0 24.4 29.2 36.3
16 10 14.7 16.3 18.4 21.0 24.4 29.2 36.3
16 11 14.7 16.3 18.4 21.0 24.5 29.3 36.3
17 0 14.7 16.4 18.4 21.0 24.5 29.3 36.3
17 1 14.7 16.4 18.4 21.1 24.5 29.3 36.3
17 2 14.7 16.4 18.4 21.1 24.6 29.3 36.3
17 3 14.7 16.4 18.5 21.1 24.6 29.4 36.3
17 4 14.7 16.4 18.5 21.1 24.6 29.4 36.3
17 5 14.7 16.4 18.5 21.1 24.6 29.4 36.3
17 6 14.7 16.4 18.5 21.2 24.6 29.4 36.3
17 7 14.7 16.4 18.5 21.2 24.7 29.4 36.3
17 8 14.7 16.4 18.5 21.2 24.7 29.5 36.3
17 9 14.7 16.4 18.5 21.2 24.7 29.5 36.3
17 10 14.7 16.4 18.5 21.2 24.7 29.5 36.3
17 11 14.7 16.4 18.6 21.2 24.8 29.5 36.3
18 0 14.7 16.4 18.6 21.3 24.8 29.5 36.3
18 1 14.7 16.5 18.6 21.3 24.8 29.5 36.3
18 2 14.7 16.5 18.6 21.3 24.8 29.6 36.3
18 3 14.7 16.5 18.6 21.3 24.8 29.6 36.3
18 4 14.7 16.5 18.6 21.3 24.8 29.6 36.3
18 5 14.7 16.5 18.6 21.3 24.9 29.6 36.2
18 6 14.7 16.5 18.6 21.3 24.9 29.6 36.2
18 7 14.7 16.5 18.6 21.4 24.9 29.6 36.2
- 55 -

Umur Indeks Massa Tubuh (IMT)


Tahun Bulan -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
18 8 14.7 16.5 18.6 21.4 24.9 29.6 36.2
18 9 14.7 16.5 18.7 21.4 24.9 29.6 36.2
18 10 14.7 16.5 18.7 21.4 24.9 29.6 36.2
18 11 14.7 16.5 18.7 21.4 25.0 29.7 36.2
19 0 14.7 16.5 18.7 21.4 25.0 29.7 36.2

2. Grafik Pertumbuhan Anak


a. Grafik Anak Umur 0-60 bulan

Grafik 1. Berat Badan menurut Umur Anak Laki-laki 0-24 Bulan


- 56 -

Grafik 2. Berat Badan menurut Umur Anak Laki-laki 24-60 Bulan

Grafik 3. Panjang Badan menurut Umur Anak Laki-laki 0-24 Bulan


- 57 -

Grafik 4. Tinggi Badan menurut Umur Anak Laki-laki 24-60 Bulan

Grafik 5. Berat Badan menurut Panjang Badan Anak Laki-laki 0-24 Bulan
- 58 -

Grafik 6. Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak Laki-laki 24-60 Bulan

Grafik 7. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Laki-laki 0-24 Bulan
- 59 -

Grafik 8. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Laki-laki 24-60 Bulan

Grafik 9. Berat Badan menurut Umur Anak Perempuan 0-24 Bulan


- 60 -

Grafik 10. Berat Badan menurut Umur Anak Perempuan 24-60 Bulan

Grafik 11. Panjang Badan menurut Umur Anak Perempuan 0-24 Bulan
- 61 -

Grafik 12. Tinggi Badan menurut Umur Anak Perempuan 24-60 Bulan

Grafik 13. Berat Badan menurut Panjang Badan Anak Perempuan 0-24 Bulan
- 62 -

Grafik 14. Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak Perempuan 24-60 Bulan

Grafik 15. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Perempuan 0-24 Bulan
- 63 -

Grafik 16. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Perempuan 24-60 Bulan

b. Grafik Anak Umur 5-18 tahun

Grafik 17. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Laki-laki 5-18 Tahun
- 64 -

Grafik 18. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Perempuan 5-18 Tahun
- 65 -

BAB III
PENILAIAN TREN PERTUMBUHAN ANAK

Tumbuh normal adalah pertumbuhan yang sesuai grafik pertumbuhan.


Tumbuh normal merupakan gambaran kondisi status gizi dan status
kesehatan yang optimal. Jika pertumbuhan berat badan dapat dipertahankan
normal, maka panjang/tinggi badan dan lingkar kepala juga akan normal.
Pertumbuhan bersifat simultan namun kecepatannya berbeda. Pada saat
pertumbuhan berat badan mengalami weight faltering, saat itu juga
panjang/tinggi badan dan lingkar kepala mengalami deselerasi.
Penilaian pertumbuhan anak harus dilakukan secara berkala. Banyak
masalah fisik maupun psikososial yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
anak. Pertumbuhan yang terganggu dapat merupakan tanda awal adanya
masalah gizi dan kesehatan.
Alat utama untuk mengevaluasi pertumbuhan adalah grafik pertumbuhan
Berat Badan menurut Umur (BB/U), tabel kenaikan berat badan (weight
increment), grafik Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U),
tabel pertambahan panjang badan atau tinggi badan (length/height increment),
dan grafik Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) dengan
mempertimbangkan umur, jenis kelamin, dan hasil pengukuran berat badan
dan panjang/tinggi badan yang dilakukan secara akurat.
Penilaian tren pertumbuhan anak dilakukan dengan:
1. Membandingkan Pertambahan Berat Badan dengan Standar Kenaikan
Berat Badan
Penilaian tren pertumbuhan anak dengan membandingkan pertambahan
berat badan dengan standar kenaikan berat badan dilakukan dengan
menggunakan grafik Berat Badan menurut Umur (BB/U) dan tabel
kenaikan berat badan (weight increment), sebagai berikut:
a. Penilaian Pertambahan Berat Badan Menggunakan Grafik BB/U
Tren pertumbuhan anak mengindikasikan apakah seorang anak
tumbuh normal atau mempunyai masalah, mempunyai risiko
pertumbuhan yang harus dinilai ulang. Anak yang tumbuh normal,
mengikuti kecenderungan yang umumnya sejajar dengan garis
median dan garis-garis Z-score. Sebagian besar anak akan tumbuh
mengikuti salah satu “jalur” pertumbuhan, pada atau diantara garis
Z score dan sejajar terhadap median, jalur pertumbuhan mungkin
saja dibawah atau diatas angka median.
- 66 -

Pada waktu mengintepretasikan grafik pertumbuhan perlu


diperhatikan situasi yang mungkin menunjukan ada masalah atau
risiko, yaitu:
1) garis pertumbuhan anak memotong salah satu garis Z-score
2) garis pertumbuhan anak meningkat atau menurun secara tajam
3) garis pertumbuhan terus mendatar, misalnya: tidak ada
kenaikan berat badan
b. Penilaian Kenaikan Berat Badan Menggunakan Tabel Kenaikan Berat
Badan (Weight Increment)
Penilaian pertumbuhan merupakan suatu proses berkelanjutan yang
dinamis dan bukan hanya potret satu titik. Artinya pertambahan
berat badan harus selalu dinilai dari waktu ke waktu. Gagal tumbuh
atau Failure To Thrive (FTT) atau weight faltering adalah suatu istilah
yang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan yang tidak
adekuat atau ketidakmampuan untuk mempertahankan
pertumbuhan, biasanya pada masa kanak-kanak awal gagal tumbuh
merupakan tanda awal kekurangan gizi, harus dicari penyebabnya
dan ditatalaksana segera dan bukan suatu diagnosis.
Risiko gagal tumbuh dapat dideteksi melalui penilaian tren
pertumbuhan menggunakan garis pertumbuhan serta pertambahan
berat badan dari waktu ke waktu (weight velocity) dan tabel kenaikan
berat badan (weight increment).
Berikut tabel kenaikan berat badan yang terdiri dari perubahan berat
badan dalam interval tiga, interval empat atau interval enam bulan
dibandingkan data populasi dengan usia yang sama.

Tabel 17. Penambahan Berat Badan Anak laki-laki dan perempuan


Usia 0-24 Bulan, Interval 3 Bulan
Anak laki-laki Anak perempuan
Interval
(g) (g)
2083 0-3 bulan 1784
1733 1-4 bulan 1542
1284 2-5 bulan 1197
940 3-6 bulan 913
707 4-7 bulan 694
550 5-8 bulan 528
- 67 -

Anak laki-laki Anak perempuan


Interval
(g) (g)
436 6-9 bulan 400
346 7-10 bulan 301
271 8-11 bulan 230
210 9-12 bulan 181
159 10-13 bulan 147
119 11-14 bulan 122
88 12-15 bulan 102
65 13-16 bulan 88
49 14-17 bulan 78
38 15-18 bulan 70
32 16-19 bulan 62
28 17-20 bulan 53
26 18-21 bulan 43
24 19-22 bulan 32
19 20-23 bulan 20
10 21-24 bulan 8

Tabel 18. Penambahan Berat Badan Anak laki-laki dan perempuan


Usia 0-24 Bulan, Interval 4 Bulan
Anak laki-laki Anak perempuan
Interval
(g) (g)
2603 0-4 bulan 2291
2138 1-5 bulan 1924
1554 2-6 bulan 1484
1181 3-7 bulan 1152
933 4-8 bulan 890
744 5-9 bulan 689
602 6-10 bulan 541
486 7-11 bulan 435
401 8-12 bulan 360
334 9-13 bulan 303
280 10-14 bulan 264
- 68 -

Anak laki-laki Anak perempuan


Interval
(g) (g)
231 11-15 bulan 235
199 12-16 bulan 216
183 13-17 bulan 206
175 14-18 bulan 199
171 15-19 bulan 194
167 16-20 bulan 188
163 17-21 bulan 180
159 18-22 bulan 171
157 19-23 bulan 162
157 20-24 bulan 152

Tabel 19. Penambahan Berat Badan Anak laki-laki dan perempuan


Usia 0-24 Bulan, Interval 6 Bulan
Anak laki-laki Anak perempuan
Interval
(g) (g)
3387 0-6 bulan 3049
2759 1-7 bulan 2498
2096 2-8 bulan 1985
1636 3-9 bulan 1563
1321 4-10 bulan 1240
1080 5-11 bulan 999
909 6-12 bulan 824
778 7-13 bulan 702
676 8-14 bulan 619
599 9-15 bulan 565
547 10-16 bulan 532
515 11-17 bulan 513
493 12-18 bulan 501
479 13-19 bulan 492
470 14-20 bulan 484
465 15-21 bulan 474
460 16-22 bulan 461
- 69 -

Anak laki-laki Anak perempuan


Interval
(g) (g)
455 17-23 bulan 444
451 18-24 bulan 425

Catatan :
Untuk anak usia 0-60 bulan jika pada pemantauan pertumbuhan terjadi
peningkatan berat badan diatas grafik normal maka perlu dirujuk ke Puskesmas
untuk memastikan kemungkinan adanya kenaikan massa lemak tubuh (early
adiposity rebound).

2. Membandingkan Pertambahan Panjang Badan atau Tinggi Badan dengan


Standar Pertambahan Panjang Badan atau Tinggi Badan
Penilaian tren pertumbuhan anak dengan membandingkan pertambahan
panjang badan atau tinggi badan dengan standar pertambahan panjang
badan atau tinggi badan dilakukan dengan menggunakan grafik
Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U) dan tabel
pertambahan panjang badan atau tinggi badan (length/height increment),
sebagai berikut:
a. Penilaian Pertambahan Panjang/Tinggi Badan Menggunakan Grafik
PB/U atau TB/U
Tren pertumbuhan anak mengindikasikan apakah seorang anak
tumbuh normal atau mempunyai risiko pertumbuhan yang harus
dinilai ulang. Anak dikatakan tumbuh normal bila grafik
panjang/tinggi badan sejajar dengan garis median.
b. Penilaian Pertambahan Panjang Badan atau Tinggi Badan
Menggunakan Tabel Pertambahan panjang Badan atau Tinggi Badan
(length/height increment)
Penilaian pertumbuhan merupakan suatu proses berkelanjutan yang
dinamis dan bukan hanya potret satu titik. Artinya pertambahan
panjang badan atau tinggi badan harus selalu dinilai dari waktu ke
waktu sehingga dapat diidentifikasi segera adanya perlambatan
pertumbuhan sebelum terjadi stunting. Perlambatan pertumbuhan,
yang merupakan risiko terjadinya perawakan pendek dapat dideteksi
melalui penilaian tren pertumbuhan menggunakan garis
- 70 -

pertumbuhan dan tabel pertambahan panjang badan atau tinggi


badan (length/height increment). Tabel 20 sampai Tabel 23
mencantumkan pertambahan panjang badan atau tinggi badan
dengan interval dua, tiga, empat atau enam bulan sesuai jenis
kelamin dan usia.

Tabel 20. Penambahan Tinggi Badan Anak Laki-laki dan Perempuan


Usia 0-24 Bulan, Interval 2 Bulan
Anak laki-laki Anak perempuan
Interval
(cm) (cm)
6.6 0-2 bulan 6.1
5.4 1-3 bulan 4.8
4.0 2-4 bulan 3.7
3.0 3-5 bulan 2.8
2.3 4-6 bulan 2.2
1.8 5-7 bulan 1.8
1.6 6-8 bulan 1.6
1.5 7-9 bulan 1.5
1.4 8-10 bulan 1.4
1.3 9-11 bulan 1.3
1.2 10-12 bulan 1.3
1.1 11-13 bulan 1.2
1.0 12-14 bulan 1.1
0.9 13-15 bulan 1.0
0.8 14-16 bulan 0.9
0.8 15-17 bulan 0.9
0.7 16-18 bulan 0.8
0.7 17-19 bulan 0.7
0.6 18-20 bulan 0.7
0.5 19-21 bulan 0.6
0.5 20-22 bulan 0.6
0.4 21-23 bulan 0.5
0.4 22-24 bulan 0.5
- 71 -

Tabel 21. Penambahan Tinggi Badan Anak laki-laki dan perempuan


Usia 0-24 Bulan, Interval 3 Bulan
Anak laki-laki Anak perempuan
Interval
(cm) (cm)
9.3 0-3 bulan 8.6
7.5 1-4 bulan 6.9
5.7 2-5 bulan 5.4
4.4 3-6 bulan 4.2
3.6 4-7 bulan 3.5
3.1 5-8 bulan 3.1
2.8 6-9 bulan 2.9
2.6 7-10 bulan 2.7
2.4 8-11 bulan 2.6
2.3 9-12 bulan 2.4
2.2 10-13 bulan 2.3
2.1 11-14 bulan 2.2
2.0 12-15 bulan 2.0
1.8 13-16 bulan 1.9
1.7 14-17 bulan 1.9
1.6 15-18 bulan 1.8
1.5 16-19 bulan 1.7
1.5 17-20 bulan 1.6
1.4 18-21 bulan 1.5
1.4 19-22 bulan 1.5
1.3 20-23 bulan 1.4
1.2 21-24 bulan 1.3

Tabel 22. Penambahan Tinggi Badan Anak laki-laki dan perempuan


Usia 0-24 Bulan, Interval 4 Bulan
Anak laki-laki Anak perempuan
Interval
(cm) (cm)
11.6 0-4 bulan 10.7
9.2 1-5 bulan 8.6
7.2 2-6 bulan 6.8
- 72 -

Anak laki-laki Anak perempuan


Interval
(cm) (cm)
5.8 3-7 bulan 5.7
4.8 4-8 bulan 4.9
4.3 5-9 bulan 4.4
4.0 6-10 bulan 4.1
3.7 7-11 bulan 3.9
3.5 8-12 bulan 3.7
3.4 9-13 bulan 3.5
3.2 10-14 bulan 3.4
3.1 11-15 bulan 3.2
2.9 12-16 bulan 3.1
2.8 13-17 bulan 3.0
2.7 14-18 bulan 2.9
2.6 15-19 bulan 2.8
2.5 16-20 bulan 2.7
2.4 17-21 bulan 2.6
2.3 18-22 bulan 2.5
2.2 19-23 bulan 2.4
2.1 20-24 bulan 2.3

Tabel 23. Penambahan Tinggi Badan Anak laki-laki dan perempuan


Usia 0-24 Bulan, Interval 6 Bulan
Anak laki-laki Anak perempuan
Interval
(cm) (cm)
14.9 0-6 bulan 13.9
12.1 1-7 bulan 11.5
9.8 2-8 bulan 9.6
8.2 3-9 bulan 8.3
7.2 4-10 bulan 7.4
6.5 5-11 bulan 6.8
6.1 6-12 bulan 6.4
5.8 7-13 bulan 6.1
5.6 8-14 bulan 5.8
5.4 9-15 bulan 5.6
- 73 -

Anak laki-laki Anak perempuan


Interval
(cm) (cm)
5.2 10-16 bulan 5.3
5.0 11-17 bulan 5.2
4.8 12-18 bulan 5.0
4.6 13-97 bulan 4.8
4.5 14-20 bulan 4.6
4.3 15-21 bulan 4.5
4.2 16-22 bulan 4.3
4.1 17-23 bulan 4.2
4.0 18-24 bulan 4.0

3. Menilai Kenaikan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)


IMT tidak selalu meningkat dengan bertambahnya umur seperti yang
terjadi pada berat badan dan tinggi badan. Pada grafik IMT/U terlihat
bahwa IMT bayi naik secara tajam, karena terjadi peningkatan berat
badan secara cepat relatif terhadap panjang badan pada 6 bulan pertama
kehidupan. Kemudian IMT menurun setelah bayi berumur 6 bulan dan
tetap stabil pada umur 2 sampai 5 tahun.
Penilaian kenaikan indeks massa tubuh dini yang terjadi di antara periode
puncak adipositas (peak adiposity) dan kenaikan massa lemak tubuh
(adiposity rebound) menggunakan grafik Indeks Massa Tubuh menurut
Umur (IMT/U) berdasarkan hasil skrining yang menggunakan grafik Berat
Badan menurut Umur (BB/U).
Penentuan risiko gizi lebih merupakan upaya deteksi dini yang dilakukan
untuk mengidentifikasi kelompok sasaran dalam rangka pencegahan
kejadian gizi lebih dan obesitas pada anak serta untuk menghindari atau
mengurangi dampak Penyakit Tidak Menular (Non Communicable
Diseases) lebih lanjut yang timbul di kemudian hari. Sulitnya tatalaksana
obesitas menyebabkan pencegahan menjadi prioritas utama.
- 74 -

BAB IV
DETEKSI DINI DAN TATA LAKSANA

Dalam rangka pencegahan masalah gizi pada anak, harus dilakukan


deteksi dini di masyarakat melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) antara lain posyandu, poskesdes, dan institusi
pendidikan. Jika ditemukan risiko gagal tumbuh (at risk failure to thrive),
kenaikan massa lemak tubuh dini (early adiposity rebound) dan risiko
perawakan pendek (short stature) maka wajib segera dilakukan tata laksana
sesuai kebutuhan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten. Deteksi dini melalui UKBM misalnya posyandu, dimulai dari
pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan indeks Berat Badan menurut
Umur (BB/U). Hasil penimbangan berat badan di Posyandu, harus diplot pada
grafik BB/U dalam Buku KIA atau KMS, bila ditemukan:
1. Anak dengan kriteria nilai Zscore BB/U di bawah minus dua standar
deviasi atau di atas satu standar deviasi (<-2 SD atau >+1 SD) maka perlu
dikonfirmasi oleh petugas kesehatan yang berkompeten untuk dilakukan:
a. penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U,
BB/PB dan atau BB/TB, IMT/U
b. penilaian tren IMT/U pada anak dengan BB/U >+1 SD (anak >7-8
bulan)
2. Anak dengan kriteria nilai Z-score BB/U di antara minus dua standar
deviasi sampai dengan kurang dari sama dengan satu standar deviasi ( -2
≤ BB/U ≤ +1) termasuk anak yang normal, namun perlu dilihat tren
pertumbuhannya.
a. Bila tren mengikuti garis pertumbuhan (Naik), maka anak dapat
kembali ke Posyandu untuk dipantau pertumbuhannya pada bulan
berikutnya.
b. Bila anak tidak ditimbang bulan sebelumnya atau tren tidak
mengikuti garis pertumbuhan (Tidak Naik), maka anak perlu di
dikonfirmasi oleh petugas kesehatan yang berkompeten untuk
dilakukan:
1) penilaian kenaikan berat badan dibandingkan dengan standar
weight increment (khusus untuk anak 0-24 bulan)
2) penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau
TB/U, BB/PB dan atau BB/TB, IMT/U
- 75 -

Jika di Posyandu terdapat sumber daya untuk melakukan pengukuran


panjang badan atau tinggi badan, maka hasil pengukuran harus diplot pada
grafik PB/U atau TB/U.
3. Anak dengan kriteria PB/U atau TB/U berada di antara minus dua
standar deviasi sampai dengan 3 standar deviasi ( >+3 SD atau > -2
SD) termasuk anak dengan kategori tinggi badan normal, namun perlu
dilihat tren pertumbuhannya.
a. Bila tren mengikuti garis pertumbuhan (Naik), maka anak dapat
kembali ke Posyandu untuk dipantau pertumbuhannya pada bulan
berikutnya.
b. Bila anak tidak diukur bulan sebelumnya atau tren tidak mengikuti
garis pertumbuhan (Tidak Naik), maka anak perlu di dikonfirmasi
oleh petugas kesehatan yang berkompeten untuk dilakukan:
1) penilaian kenaikan panjang atau tinggi badan dibandingkan
dengan standar length/height increment (khusus untuk anak 0-
24 bulan)
2) penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau
TB/U, BB/PB dan atau BB/TB, IMT/U
4. Anak dengan kriteria nilai Zscore PB/U atau TB/U dibawah minus dua
standar deviasi atau diatas tiga standar deviasi (<-2 SD atau >+3 SD)
perlu dikonfirmasi oleh petugas kesehatan yang berkompeten untuk
dilalukan penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau
TB/U, BB/PB dan atau BB/TB, IMT/U.
Penilaian status gizi perlu melihat seluruh indeks antropometri agar dapat
diketahui masalah yang sesungguhnya untuk tata laksana segera.
1. Anak 0-24 bulan dengan kenaikan berat badan kurang dari standar
weight increment berisiko mengalami gagal tumbuh. Anak ini wajib
ditindaklanjuti dengan evaluasi lengkap melalui Proses Asuhan Gizi dan
dilakukan pemeriksaan untuk kemungkinan adanya penyakit penyerta
atau dirujuk.
2. Anak dengan BB/PB atau BB/TB di bawah minus dua atau di bawah
minus tiga standar deviasi termasuk gizi kurang atau gizi buruk sehingga
wajib mendapatkan intervensi berupa pencegahan dan tatalaksana gizi
buruk pada balita atau dirujuk.
3. Anak dengan IMT/U lebih dari satu standar deviasi (>+1 SD) atau anak
usia lebih dari 7-8 bulan dengan tren IMT meningkat berisiko mengalami
kenaikan lemak tubuh dini (early adiposity rebound). Anak ini wajib
- 76 -

ditindaklanjuti dengan intervensi pencegahan dan tatalaksana gizi lebih


pada balita atau dirujuk.
4. Anak 0-24 bulan dengan kenaikan panjang badan kurang dari standar
length increment berisiko mengalami perlambatan pertumbuhan linear.
Anak ini wajib ditindaklanjuti dengan evaluasi lengkap melalui Proses
Asuhan Gizi dan dilakukan pemeriksaan untuk kemungkinan adanya
penyakit penyerta atau dirujuk.
5. Anak dengan PB/U atau TB/U dibawah minus dua standar deviasi (<-
2SD) adalah anak dengan perawakan pendek (short stature). Anak ini
wajib ditindaklanjuti dengan tatalaksana stunting dan dirujuk. Pada anak
dengan PB/U atau TB/U terletak di atas tiga standar deviasi (> +3 SD),
artinya anak berperawakan tinggi dan perlu dirujuk ke fasyankes yang
lebih tinggi untuk deteksi dini penyebabnya sehingga dapat ditatalaksana
segera (misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya sedangkan
tinggi orang tua normal).
- 77 -
- 78 -

BAB V
PENUTUP

Standar Antropometri Anak digunakan untuk menetapkan acuan dalam


penilaian status gizi dan tren pertumbuhan Anak Indonesia, sebagai rujukan
untuk mengidentifikasi anak-anak yang berisiko gagal tumbuh tanpa
menunggu sampai anak menderita masalah gizi, serta sebagai dasar untuk
mendukung kebijakan kesehatan dan dukungan publik terkait dengan
pencegahan gangguan pertumbuhan.
Dengan ditetapkannya Standar Antropometri Anak, diharapkan dapat
memberikan acuan pelaksanaan dan pedoman bagi seluruh pemangku
kepentingan di pusat dan daerah, serta pengguna pada berbagai tingkat
fasilitas pelayanan kesehatan utamanya dalam rangka upaya perbaikan gizi
masyarakat.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

TERAWAN AGUS PUTRANTO


PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2019
TENTANG
ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN
UNTUK MASYARAKAT INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang


sehat diperlukan asupan gizi yang cukup sesuai dengan
angka kecukupan gizi yang dianjurkan;
b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 34 Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu, dan Gizi Pangan, Menteri Kesehatan menetapkan
angka kecukupan gizi yang ditinjau secara berkala;
c. bahwa angka kecukupan gizi sebagaimana telah
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia sudah tidak sesuai
dengan kebutuhan fisiologis masyarakat Indonesia dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
perlu diganti;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat
Indonesia;
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5360);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
4. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014
tentang Upaya Perbaikan Gizi (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 967);
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG ANGKA
KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN UNTUK MASYARAKAT
INDONESIA.
-3-

Pasal 1
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat
Indonesia yang selanjutnya disingkat AKG adalah suatu nilai
yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang
harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan
karakteristik tertentu yang meliputi umur, jenis kelamin,
tingkat aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis, untuk hidup
sehat.

Pasal 2
AKG digunakan pada tingkat konsumsi yang meliputi
kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, air,
vitamin, dan mineral.

Pasal 3
(1) Untuk melakukan evaluasi, perencanaan konsumsi dan
ketersediaan pangan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan penduduk rata-rata secara makro nasional
dan berbagai kebutuhan lainnya, dalam AKG ditetapkan
estimasi rata-rata angka kecukupan energi dan rata-rata
angka kecukupan protein bagi masyarakat Indonesia.
(2) Rata-rata angka kecukupan energi bagi masyarakat
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar
2100 (dua ribu seratus) kilo kalori per orang per hari
pada tingkat konsumsi.
(3) Rata-rata angka kecukupan protein bagi masyarakat
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar
57 (lima puluh tujuh) gram per orang per hari pada
tingkat konsumsi.

Pasal 4
Tabel AKG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
-4-

Pasal 5
AKG digunakan sebagai acuan bagi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan untuk:
a. menghitung kecukupan gizi penduduk di daerah;
b. menyusun pedoman konsumsi pangan;
c. menilai konsumsi pangan pada penduduk dengan
karakteristik tertentu;
d. menghitung kebutuhan pangan bergizi pada
penyelenggaraan makanan institusi;
e. menghitung kebutuhan pangan bergizi pada situasi
darurat;
f. menetapkan Acuan Label Gizi (ALG);
g. mengembangkan indeks mutu konsumsi pangan;
h. mengembangkan produk pangan olahan;
i. menentukan garis kemiskinan;
j. menentukan besaran biaya minimal untuk pangan
bergizi dalam program jaminan sosial pangan;
k. menentukan upah minimum; dan
l. kebutuhan lainnya.

Pasal 6
(1) Penggunaan AKG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
harus memperhatikan prinsip dan tata cara penggunaan
AKG.
(2) penggunaan AKG sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Penggunaan AKG
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 7
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1438),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
-5-

Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Agustus 2019

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Agustus 2019

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 956


(kg) (cm)

Bayi /Anak
0 – 5 bulan1 6 60 550 9 31 0.5 4.4 59 0 700
6 – 11 bulan 9 72 800 15 35 0.5 4.4 105 11 900
13 – 15 tahun 48 156 2050 65 70 1.1 11 300 29 2100
16 – 18 tahun 52 159 2100 65 70 1.1 11 300 29 2150
19 – 29 tahun 55 159 2250 60 65 1.1 12 360 32 2350
16 – 18 tahun 700 15 15 55 1.2 1.3 16 5.0 1.3 400 4.0 30 550 90
19 – 29 tahun 650 15 15 65 1.2 1.3 16 5.0 1.3 400 4.0 30 550 90
30 – 49 tahun 650 15 15 65 1.2 1.3 16 5.0 1.3 400 4.0 30 550 90
50 – 64 tahun 650 15 15 65 1.2 1.3 16 5.0 1.7 400 4.0 30 550 90
Trimester 3 +300 +0 +0 +0 +0.3 +0.3 +4 +1 +0.6 +200 +0.5 +0 +25 +10
10 – 12 tahun 1200 1250 160 8 120 8 22 1.9 1.8 28 3900 1300 1900 700
13 – 15 tahun 1200 1250 225 11 150 11 30 2.2 2.5 36 4800 1500 2300 795
16 – 18 tahun 1200 1250 270 11 150 11 36 2.3 4.0 41 5300 1700 2500 890
19 – 29 tahun 1000 700 360 9 150 11 30 2.3 4.0 36 4700 1500 2250 900
Hamil (+an)
Trimester 1 +200 +0 +0 +0 +70 +2 +5 +0.2 +0 +5 +0 +0 +0 +100
Trimester 2 +200 +0 +0 +9 +70 +4 +5 +0.2 +0 +5 +0 +0 +0 +100
Trimester 3 +200 +0 +0 +9 +70 +4 +5 +0.2 +0 +5 +0 +0 +0 +100
ttd

NILA FARID MOELOEK


- 15 -

LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2019
TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI
YANG DIANJURKAN UNTUK
MASYARAKAT INDONESIA

PEDOMAN PENGGUNAAN ANGKA KECUKUPAN GIZI

I. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan bahwa setiap kegiatan pembangunan harus dilandasi
dengan wawasan kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia
dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai
dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Upaya untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan harus dilaksanakan secara merata
dalam rangka membentuk sumber daya manusia Indonesia yang
berkualitas dan berdaya saing. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa kesehatan meliputi sehat
secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif. Salah satu bagian dari peningkatan derajat
kesehatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah adalah melalui
upaya perbaikan gizi.
Upaya perbaikan gizi sangat erat kaitannya dengan pemenuhan
kualitas dan kuantitas konsumsi pangan masyarakat. Acuan untuk
merencanakan dan menilai pemenuhan konsumsi gizi seseorang disebut
kebutuhan gizi (nutrient requirement), sedangkan acuan untuk
merencanakan dan menilai konsumsi pangan kelompok orang atau
masyarakat di suatu daerah/wilayah disebut kecukupan gizi (nutrient
allowances atau Recommended Dietary Allowances/RDA).
Di Indonesia, recommended dietary allowances disebut juga dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG). AKG pertama kali ditetapkan pada tahun
1968, selanjutnya diperbaharui melalui Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi (WNPG). AKG yang pertama terdiri dari energi, protein, 5 vitamin dan
2 mineral. AKG tahun 2018 mencakup energi, semua zat gizi makro
- 16 -

(protein, lemak dan karbohidrat serta air), 14 vitamin, dan 14 mineral


termasuk elektrolit.
Pada dasarnya penggunaan AKG dapat dibagi menjadi dua kategori
besar yaitu untuk penilaian asupan zat gizi dari konsumsi pangan dan
untuk perencanaan konsumsi pangan (Gambar1).

Kecukupan Gizi Asupan Gizi*

Penilaian asupan gizi Perencanaan konsumsi pangan

Daerah/ Wilayah Daerah/ Wilayah


Kelompok Kelompok

Gambar 1.
Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Penilaian Asupan Gizi dan Perencanaan Konsumsi
Sumber : Institue of Medicine, 2005

Sejak ditetapkannya AKG dan pembaharuannya secara berkala


hingga kini, berbagai kebijakan dan program telah menggunakan AKG,
antara lain perencanaan penyediaan pangan, penggunaan AKG untuk
penetapan garis kemiskinan, penggunaan AKG untuk penetapan upah
minimum, penggunaan AKG untuk penetapan skor Pola Pangan Harapan
(PPH), penggunaan AKG untuk penetapan panduan gizi seimbang, dan
penggunaan AKG untuk Penetapan Acuan Label Gizi (ALG).

II. Tujuan
AKG digunakan sebagai acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan pemangku kepentingan untuk :
a. menghitung kecukupan gizi penduduk di daerah
b. menyusun pedoman konsumsi pangan
- 17 -

c. menilai konsumsi pangan pada penduduk dengan karakteristik


tertentu
d. menghitung kebutuhan pangan bergizi pada penyelenggaraan
makanan institusi
e. menghitung kebutuhan pangan bergizi pada situasi darurat
f. menetapkan Acuan Label Gizi
g. mengembangkan indeks mutu konsumsi pangan
h. mengembangkan produk pangan olahan
i. menentukan garis kemiskinan
j. menentukan biaya minimal untuk pangan bergizi dalam program
jaminan sosial pangan
k. menentukan upah minimum
l. kebutuhan lainnya

III. Prinsip dan Tata Cara Penggunaan Angka Kecukupan Gizi


A. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Menghitung Kecukupan
Gizi Penduduk di Daerah
Prinsip dan tata cara penentuan rata-rata AKG dari penduduk di
suatu daerah:
1. Menghitung persentase (%) penduduk menurut jenis kelamin
dan umur sesuai dengan pengelompokan umur pada tabel AKG.
2. Mengalikan nilai AKG pada tiap kelompok umur dan jenis
kelamin, dengan persentase penduduk (%) di suatu daerah pada
kelompok umur dan jenis kelamin yang sesuai.
3. Hasil dari perkalian tersebut kemudian dijumlahkan kebawah
untuk setiap zat gizi, kemudian dibagi 100.
4. Maka didapatkan rerata AKG (misal AKE dan AKP) penduduk di
daerah tersebut.

B. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Menyusun Pedoman


Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan penduduk Indonesia diarahkan untuk
mengacu pada Pedoman Umum Gizi Seimbang. Prinsip dan tata cara
penggunaan AKG untuk menyusun pedoman konsumsi pangan:
1. Menggunakan AKG per kelompok umur sesuai pengelompokan
umur pada pedoman gizi seimbang.
2. Menerjemahkan jumlah energi dan zat gizi menggunakan Tabel
- 18 -

Komposisi Pangan Indonesia (TKPI) menjadi kuantitas pangan


dalam satuan gram pangan untuk setiap kelompok pangan
(makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan air).
3. Menerjemahkan kuantitas gram masing-masing kelompok
pangan menjadi satuan porsi atau ukuran Ukuran Rumah
Tangga (URT).
4. Prinsip ini bisa dilakukan untuk setiap kelompok umur, dengan
pembagian porsi sebagaimana contoh menu “isi piringku” pada
Pedoman Umum Gizi Seimbang.

C. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Menilai Konsumsi Pangan


pada Penduduk dengan Karakteristik Tertentu
Konsumsi pangan suatu penduduk menunjukkan tingkat
asupan energi, protein, vitamin, dan mineral yang dapat digunakan
sebagai indikator untuk menentukan tingkat gizi masyarakat dan
juga keberhasilan pemerintah dalam pembangunan pangan,
pertanian, kesehatan, dan sosial ekonomi secara terintegrasi.
Prinsip dan tata cara penggunaan AKG untuk penilaian
konsumsi pangan pada penduduk dengan karakteristik tertentu:
1. Menetapkan kelompok penduduk yang akan dilakukan
penilaiannya misalnya bedasarkan umur, jenis kelamin atau
status fisiologis tertentu.
2. Menghitung kandungan energi dan zat gizi dari pangan yang
dikonsumsi menggunakan TKPI.
3. Menghitung rata-rata asupan energi dan zat gizi pada kelompok
tersebut.
4. Nilai rata rata asupan tersebut dibandingkan dengan AKG pada
kelompok umur dan jenis kelamin yang sesuai dan dinyatakan
dalam persentase (%), untuk mengetahui tingkat asupan gizi.

D. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Menghitung Kebutuhan


Pangan Bergizi pada Penyelenggaraan Makanan Insitusi
Pedoman penggunaan AKG untuk menghitung kebutuhan
pangan bergizi pada penyelenggaraan makanan insitusi diperuntukan
pada institusi sekolah, tempat kerja, asrama, pesantren, panti, pusat
pemasyarakatan, dan pelayanan haji. Gizi institusi adalah
kecukupan gizi didasarkan pada hitungan dengan memperhatikan,
- 19 -

antara lain angka kecukupan gizi, aktivitas tubuh, umur, penyakit,


dan jenis kelamin. Penyelenggaraan makanan institusi dapat berupa
pemberian makanan untuk memenuhi kebutuhan sehari atau untuk
memenuhi sebagian dari kebutuhan gizi harian seperti sarapan,
makan siang, makan malam, atau kudapan.
Pedoman ini dapat digunakan untuk penilaian asupan gizi,
pengadaan makanan, perencanaan makan, pengaturan tingkat gizi
karakteristik dan kelompok sasaran.
Prinsip dan tata cara penggunaan AKG untuk menghitung
kebutuhan pangan bergizi pada penyelenggaraan makanan insitusi
sebagai berikut:
1. Menetapkan kelompok sasaran sesuai pengelompokan umur dan
jenis kelamin dalam tabel AKG.
2. Menggunakan AKG pada kelompok tersebut untuk
merencanakan kebutuhan konsumsi pangan.
3. Menerjemahkan hasil perhitungan kebutuhan gizi menjadi
kuantitas (gram) dan porsi makanan (prioritas pada energi,
protein, karbohidrat, lemak, vitamin A, vitamin C, zat besi dan
zink) sesuai kelompok pangan berdasarkan gizi seimbang dalam
kualitas dan kuantitas.
4. Menghitung kebutuhan jumlah makanan untuk seluruh sasaran
di institusi tersebut (termasuk penambahan 10%).
Penyelenggaraan makanan pada institusi khusus seperti militer
dan kepolisian perlu memperhatikan kecukupan gizi yang didasarkan
kepada hitungan lebih spesifik dengan memperhatikan AKG, aktivitas
tubuh, usia, suhu lingkungan, penyakit, jenis kelamin, dan sifat
penugasan. Pedoman ini dapat digunakan untuk penilaian asupan
gizi kelompok, pengadaan makanan dan perencanaan makan,
pengaturan tingkat gizi ransum militer, serta untuk distribusi, dan
pengembangan materi pendidikan gizi untuk personil militer dan
kepolisian.
Prinsip dan tata cara penggunaan AKG untuk menghitung
kebutuhan pangan bergizi pada penyelenggaraan makanan insitusi
khusus tersebut, sebagai berikut:
1. Perhitungan kebutuhan menggunakan rerata AKG pada
kelompok berdasarkan kelompok umur 19-29 tahun, 30-49
tahun, dan 50-64 tahun dengan menjumlahkan kebutuhan jenis
- 20 -

laki-laki dan perempuan yang dirata-ratakan.


2. Menyesuaikan AKG pada angka 1 dengan memperhatikan faktor
tingkat aktivitas fisik, suhu lingkungan, jenis kelamin, stres, dan
sifat penugasan yang dihadapi prajurit.
3. Mengonversi kebutuhan gizi pada angka 2 menjadi jumlah dan
komposisi anjuran konsumsi makanan dan minuman mengikuti
prinsip gizi seimbang.
Contoh Kebutuhan zat gizi untuk militer awak pesawat terbang:
a. Kebutuhan karbohidrat sebesar 60-65% dari energi,
diberikan sebelum terbang sebesar 60-65% dari energi,
dalam kondisi terbang sebesar 60-65% dari energi, sesudah
terbang ± 55% dari energi.
b. Kebutuhan protein diperlukan sebanyak 65% hewani, 35%
nabati, sebelum terbang sebesar 10-15% dari energi,
kondisi dalam terbang sebesar 10-15% dari energi, sesudah
terbang ± 13% dari energi.
c. Kebutuhan lemak berkisar 20-25% dari energi. sebelum
terbang sebanyak sebesar 20-25% dari energi, kondisi
dalam terbang sebesar 20-25% dari energi, kondisi sesudah
terbang ± 32% dari energi.
d. Kebutuhan vitamin dan mineral, dan air disesuaikan
dengan kebutuhan zat gizi makro dengan memperhatikan
kondisi fisiologis dan lingkungan kerja/penugasan.

E. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Menghitung Kebutuhan


Pangan Bergizi Pada Situasi Darurat
Upaya penanganan gizi dalam situasi bencana merupakan
rangkaian kegiatan yang dimulai sejak sebelum terjadinya bencana
(pra bencana), pada saat tanggap darurat bencana, dan pasca
bencana. Tahap awal pemberian makanan bertujuan agar pengungsi
tidak lapar serta dapat mempertahankan dan memperbaiki status
gizi, serta menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai
permasalahan yang ditemukan.
Dalam koordinasi penanganan bencana melalui pendekatan
kluster, gizi merupakan salah satu subkluster yang berada dibawah
kluster kesehatan dan mempunyai tugas dan fungsi terkait
penyelenggaraan makanan yang bertujuan untuk menyediakan
- 21 -

makanan yang sesuai baik jumlah dan kebutuhan gizi, berkualitas


baik (higienis, aman, layak), pelayanan yang memadai serta dapat
didistribusikan dalam waktu yang cepat dan tepat. Penyusunan
menu dalam penyelenggaraan makanan harus memenuhi syarat gizi
seimbang dan sesuai AKG, serta mempertimbangkan jenis makanan
yang biasa dikonsumsi masyarakat di wilayah bencana.
Prinsip dan tata cara penggunaan angka kecukupan gizi untuk
menghitung kebutuhan pangan bergizi pada situasi darurat sebagai
berikut:
1. Menggunakan Angka Kecukupan Energi (AKE) rata-rata orang
dewasa untuk perencanaan kebutuhan makanan.
2. AKE bagi ibu hamil adalah AKE rata-rata orang dewasa dengan
penambahan 300 kkal/orang/hari.
3. AKE bagi ibu menyusui adalah AKE rata-rata orang dewasa
dengan penambahan 500 kkal/orang/hari.
4. AKE bagi lanjut usia dianggap sama dengan AKE rata-rata orang
dewasa, dengan memperhatikan tekstur makanan yang dibuat
lebih lunak.
5. AKE bagi bayi yaitu 700-750 kkal/orang/hari, dan untuk balita
1200 kkal/orang/hari.
6. Menentukan jumlah dan jenis komposisi pangan untuk
memenuhi kebutuhan AKE tersebut dengan mempertimbangkan
keanekaragaman jenis bahan makanan mencakup makanan
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah serta
minuman.
7. Makanan bagi bayi dan anak mengacu pada Praktik Pemberian
Makanan Bayi dan Anak (PMBA) yaitu makanan 4 bintang
(karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah)
dan tekstur yang disesuaikan berdasarkan kelompok umur bayi
dan balita tersebut.
8. Perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan 10%
untuk hal tak terduga dan kerusakan.

F. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Menetapkan Acuan Label


Gizi
Acuan Label Gizi (ALG) digunakan sebagai pedoman dalam
pencantuman Informasi Nilai Gizi (ING) pada label produk pangan
- 22 -

olahan. Penentuan ALG mempertimbangkan faktor-faktor spesifik


seperti pengklasifikasian berdasarkan kelompok umur tertentu,
kondisi fisiologis khusus atau segmen konsumen tertentu tanpa
mempertimbangkan jenis kelamin, ukuran tubuh, dan/atau aktivitas
tubuh, namun memperhatikan proporsi penduduk dan jenis kelamin
untuk setiap kelompok umur yang ada.
Penggunaan kelompok umur yang lebih sederhana memudahkan
masyarakat dalam memahami ING yang tercantum dalam label
produk pangan olahan, memudahkan produsen pangan olahan
dalam memberikan keterangan zat gizi produk, serta memudahkan
institusi yang berwenang dalam melakukan pengawasan kesesuaian
kandungan gizi produk pangan dengan kebutuhan gizi masyarakat.
Bagi konsumen, ING merupakan media untuk mengestimasi
kontribusi zat gizi dari suatu produk terhadap asupan zat gizi untuk
hidup sehat, serta sebagai cara untuk membandingkan kandungan
gizi antar produk pangan sehingga dapat menggunakannya sebagai
salah satu dasar pertimbangan dalam memilih produk pangan yang
akan dibeli, terutama yang berkenaan dengan kandungan zat gizi di
dalamnya.
Penyusunan ALG mencakup penentuan kelompok umur dan
cakupan jenis zat gizi, serta perhitungan nilai ALG untuk setiap jenis
zat gizi pada setiap kelompok umur. Proses penyusunan ALG
dilakukan berdasarkan kajian terhadap data-data sekunder
termasuk ketentuan negara lain dan institusi internasional terkait.
1. Penentuan Kelompok Umur
Kelompok umur dalam ALG ditentukan berdasarkan kajian
fisiologis pertumbuhan dan perkembangan manusia mulai dari
bayi sampai lanjut usia. Pengelompokan umur berdasarkan
AKG dinilai terlalu rinci untuk digunakan dalam penetapan ALG
produk pangan olahan. Produk pangan olahan ada yang
dikhususkan untuk kelompok umur tertentu seperti susu
formula bayi untuk bayi sampai usia 6 bulan, formula lanjutan
untuk bayi usia 6 bulan ke atas, makanan pendamping air susu
ibu untuk bayi usia 6 bulan ke atas, dan formula pertumbuhan
untuk anak usia 1-3 tahun. Akan tetapi, sebagian besar produk
pangan tidak dikhususkan untuk kelompok umur tertentu atau
dapat dikonsumsi oleh sebagian besar kelompok umur. Oleh
- 23 -

karena itu kelompok umur pada ALG merupakan


penyederhanaan kelompok umur pada AKG. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makaan mengenai ALG yang
ditetapkan di Indonesia pada tahun 2007 membedakan
kelompok umur menjadi 6 yaitu bayi 0-6 bulan, anak 7-23
bulan, anak 2-5 tahun, umum, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makaan
mengenai ALG yang ditetapkan tahun 2016, pengelompokan
umur mengalami perubahan yaitu menjadi 0–6 bulan, 7–11
bulan, 1–3 tahun, umum, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Pengelompokan umur pada ALG sebaiknya didasarkan pada
tahapan pertumbuhan dan perkembangan manusia serta
kebutuhan terhadap asupan zat gizi melalui makanan tertentu
atau makanan umum. Oleh karena itu, untuk ALG saat ini
diusulkan pengelompokan umur 0-5 bulan, 6-11 bulan, 1-3
tahun, umum, ibu hamil, dan ibu menyusui. Pada umur 0-5
bulan bayi hanya mengonsumsi ASI atau susu formula bayi, dan
pada usia 6-11 bulan bayi mulai mengonsumsi makanan
pendamping ASI atau susu formula lanjutan. Pada usia 1-3
tahun anak mulai mengonsumsi makanan keluarga atau
formula pertumbuhan. Ibu hamil dan ibu menyusui perlu
mendapatkan tambahan asupan zat gizi masing seiring dengan
perkembangan bayi dan produksi ASI.
2. Penentuan Cakupan Jenis Zat Gizi
Jenis zat gizi yang dicakup pada ALG meliputi semua zat
gizi makro (karbohidrat, lemak dan protein) dan zat gizi mikro
(vitamin dan mineral) serta zat gizi lain yang diketahui
mempunyai fungsi penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan manusia mulai dari bayi sampai lanjut usia.
Disamping itu, energi tentu saja juga perlu dicakup dalam ALG.
Telah diketahui juga terdapat karbohidrat kompleks yang tidak
dapat dicerna (disebut serat pangan) mempunyai fungsi penting
dalam tubuh. Oleh karena itu, karbohidrat total dan serat
pangan perlu dicakup dalam ALG.
Asam lemak linoleat dan asam lemak linolenat merupakan
asam lemak esensial artinya asam lemak yang diperlukan oleh
tubuh tetapi tidak dapat disintesa oleh tubuh dan harus
- 24 -

dipenuhi dari konsumsi pangan. Berdasarkan hal di atas, asam


lemak linoleat dan asam lemak linolenat juga dicakup dalam
ALG. Dalam ALG, ada 13 vitamin yang dapat dicantumkan
sesuai kebutuhan. Apabila terdapat klaim kesehatan atau klaim
kandungan zat gizi vitamin tertentu atau fortifikasi, kandungan
vitamin ini harus dicantumkan dalam ALG. Vitamin tertentu
yang sangat diperlukan dalam produk pangan khusus untuk
usia tertentu, misalnya asam folat untuk makanan ibu hamil
dan makanan bayi, juga harus dicantumkan dalam ALG.
Tidak semua jenis mineral harus dicantumkan dalam ALG,
tergantung jenis produk pangan dan peruntukannya. Namun,
untuk produk pangan olahan, berdasarkan peraturan menteri
kesehatan mengenai pencantuman informasi kandungan gula,
garam, dan lemak serta pesan kesehatan untuk pangan olahan
dan pangan siap saji, natrium perlu dicantumkan dalam semua
pangan olahan, mengingat mineral ini banyak ditambahkan
dalam pangan olahan baik sebagai bahan penyusun pangan
(komposisi), penambah cita rasa maupun sebagai bahan
tambahan pangan dan peranannya dalam kejadian hipertensi,
yang diketahui cukup tinggi di Indonesia. Untuk mineral yang
lain, apabila ada klaim kandungan zat gizi terkait mineral
tertentu atau dipersyaratkan dalam suatu pangan olahan
tertentu, maka kandungan mineral tersebut harus dicantumkan.
Terdapat zat gizi lain yang diketahui mempunyai fungsi
penting dalam tubuh manusia yaitu L-karnitin, myo-inositol,
dan kolin khususnya untuk bayi. Jenis zat gizi dan energi yang
dicakup dalam ALG berjumlah 37 jenis.
Penentuan nilai ALG juga mempertimbangkan Upper Level
of Intake (UL), yaitu tingkat tertinggi asupan suatu zat gizi dari
berbagai sumber pangan yang tidak menyebabkan efek yang
buruk terhadap kesehatan.
3. Perhitungan Nilai Acuan Label Gizi
Perhitungan nilai ALG dilakukan dengan menggunakan
nilai AKG dan data proporsi penduduk hasil SUPAS (Survei
Penduduk Antar Sensus) tahun terakhir. ALG untuk setiap
kelompok umur dihitung berdasarkan nilai AKG dengan
memasukkan proporsi penduduk menurut kelompok umur:
- 25 -

a. Untuk kelompok umur 0-5 bulan, 6-11 bulan, dan 1-3


tahun:
Nilai ALG zat gizi per kelompok umur = (proporsi penduduk
laki-laki x nilai AKG untuk laki-laki) + (proporsi penduduk
perempuan x nilai AKG untuk perempuan).
b. Untuk kelompok umum (umur 4-80 tahun):
Nilai AKG rata-rata per kelompok umur (X i) = (proporsi
penduduk laki-laki x nilai AKG untuk laki-laki) + (proporsi
penduduk perempuan x nilai AKG untuk perempuan)
Nilai ALG kelompok umum = Ʃ(proporsi penduduk
kelompok umur (i) x nilai AKG rata-rata per kelompok umur
(Xi)).
Pemerintah mempunyai kepentingan untuk menetapkan
kebijakan tentang ALG yang berguna sebagai acuan dalam
program perbaikan gizi masyarakat maupun pemanfaatan bagi
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ALG
perlu disosialisasikan kepada industri pangan dan masyarakat.

G. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Mengembangkan Indeks


Mutu Konsumsi Pangan
Penilaian dan perencanaan konsumsi pangan menggunakan
tabel AKG dan TKPI secara langsung sangat kompleks dan hanya
dapat dilakukan oleh seseorang yang memiliki kompetensi di bidang
gizi tertentu. Oleh karena itu perlu dikembangkan berbagai cara
sederhana untuk menilai dan merencanakan konsumsi pangan.
Berbagai cara telah dikembangkan dalam penilaian mutu konsumsi
pangan secara sederhana dengan berbagai istilah seperti indeks
makan sehat (healthy eating index), indeks gizi seimbang (balance diet
index), indeks keragaman konsumsi pangan (food diversity index),
dan skor pola pangan harapan (desirable dietary patern score). Di
Indonesia telah dikembangkan melalui berbagai penelitian tentang
indeks makan sehat dan indeks gizi seimbang, serta skor pola
pangan harapan.
Pada prinsipnya indeks makan sehat relatif serupa dengan
indeks gizi seimbang dan indeks keragaman konsumsi pangan, yaitu
nilai yang diperoleh dari pemberian skor terbobot terhadap jumlah
konsumsi pangan dari setiap kelompok pangan. Pengelompokan
- 26 -

pangan pada indeks ini didasarkan pada pengelompokan pangan di


dalam pedoman gizi pada umumnya yaitu makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan/atau minuman terutama
susu.
Prinsip dan tata cara penggunaan AKG untuk mengembangkan
indeks mutu konsumsi pangan (indeks makan sehat/gizi
seimbang/keragaman konsumsi pangan) sebagai berikut:
1. Menetapkan target sasaran yang akan dinilai mutu gizi
konsumsi pangannya. Misalnya remaja perempuan, laki-laki
dewasa, dan lain-lain.
2. Menilai jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh sasaran
(pola konsumsi pangan).
3. Mengelompokkan dan menghitung jumlah pangan yang
dikonsumsi ke dalam 5 atau 6 kelompok pangan yaitu makanan
pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah, dan/atau
minuman terutama susu.
4. Menghitung kebutuhan konsumsi pangan untuk setiap
kelompok pangan menggunakan AKG dan Tabel TKPI dengan
prinsip gizi seimbang.
5. Membandingkan hasil perhitungan pada angka 3 (konsumsi)
terhadap perhitungan angka 4 (kebutuhan) sehingga diketahui
pemenuhan (persentase) kebutuhan pangan untuk setiap
kelompok pangan.
6. Pemberian skor indeks makan sehat/gizi seimbang/keragaman
konsumsi pangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Memberikan skor dengan nilai kontinyu. Skor berkisar
antara 0–100. Semakin tinggi skor, semakin tinggi mutu gizi
konsumsi pangan.
b. Memberikan skor dengan nilai katagori. Skor berkisar
antara 0-10 atau 0-12 tergantung jumlah kelompok pangan.
Semakin tinggi skor, semakin tinggi mutu gizi konsumsi
pangan.
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) adalah suatu nilai yang
menunjukkan mutu gizi dari keragaman konsumsi pangan (9
kelompok pangan) berdasarkan kontribusi asupan energi terhadap
AKE. Skor PPH berkisar antara 0–100. Semakin tinggi skor PPH,
menunjukkan mutu gizi konsumsi pangan yang semakin baik.
- 27 -

Prinsip dan tata cara penggunaan AKE untuk skor PPH:


1. Mengelompokkan pangan yang dikonsumsi ke dalam 9 kelompok
pangan yaitu serealia, umbi-umbian, kacang-kacangan, pangan
hewani, sayur dan buah, minyak dan lemak, biji berminyak,
gula, lainnya. Masing-masing kelompok pangan memiliki bobot
yang berbeda, berkisar antara 0–5.
2. Menghitung asupan energi dari masing-masing kelompok
pangan dalam satuan kkal/kapita/hari.
3. Menghitung persentase (kontribusi) asupan energi dari setiap
kelompok pangan terhadap AKE (2100 kkal). Nilai kontribusi
yang digunakan tidak melebihi maksimum skor dari masing-
masing kelompok pangan.
4. Mengalikan kontribusi energi dengan bobot untuk setiap
kelompok pangan.
5. Menjumlahkan nilai keseluruhan dari 9 kelompok pangan
tersebut, sehingga diperoleh skor PPH, yang tidak lebih dari 100.

H. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Mengembangkan Produk


Pangan Olahan
Pengembangan produk pangan olahan adalah proses
menciptakan atau memodifikasi produk menjadi makanan baru.
Proses ini merupakan serangkaian tahapan yang kompleks
membutuhkan pengetahuan, ingredient/bahan, mutu, keamanan,
teknik proses, kemasan, peraturan/regulasi, kebutuhan dan
kesukaan konsumen. Jenis produk pangan olahan sesuai kategori
pangan.
Tujuan pengembangan produk pangan olahan adalah untuk
meningkatkan mutu produk sesuai permintaan konsumen dan
regulasi, dalam rangka meningkatkan daya saing, keuntungan dan
perbaikan gizi dan kesehatan masyarakat.
Prinsip dan tata cara penggunaan AKG untuk Mengembangkan
Produk Pangan Olahan:
1. Penetapan target konsumen. Produk pangan olahan yang akan
dikembangkan ditujukan untuk siapa (misalnya untuk umum,
bayi, batita, ibu hamil, atau ibu menyusui) dan permasalahan
gizinya.
- 28 -

2. Penetapan bahan pangan dan komposisi yang akan digunakan,


dengan memenuhi persyaratan keamanan pangan.
3. Penetapan zat gizi yang diunggulkan pada produk pangan
olahan dan persyaratan pelabelan pangan olahan yang
dikembangkan, misalnya terkait dengan permasalahan gizi atau
terkait dengan peningkatan mutu gizi dari produk pangan
olahan yang akan dikembangkan.
4. Penggunaan AKG untuk kelompok sasaran produk pangan
olahan yang sesuai.
5. Pemilihan bahan pangan atau senyawa zat gizi dengan
mempertimbangkan tujuan, ketersediaan teknologi, interaksi
antar zat gizi, bioavailabilitas dan nilai sensorik/organoleptik
produk yang akan dihasilkan.

I. Penggunaan AKG untuk Menentukan Garis Kemiskinan


Garis Kemiskinan adalah nilai batas minimum pendapatan
seseorang untuk memenuhi standar hidup minimum di suatu negara
atau daerah, yang dinyatakan dalam nilai uang per kapita per bulan.
Ada banyak teori tentang penetapan garis kemiskinan. Di Indonesia,
garis kemiskinan resmi yang digunakan pemerintah adalah Garis
Kemiskinan Badan Pusat Statistik atau Garis Kemiskinan BPS. Pada
semester pertama tahun 2018, Garis Kemiskinan (GK) BPS bagi
penduduk Indonesia adalah sebesar Rp 401.220/kapita/bulan. Nilai
ini mencakup pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan hidup
minimum yang terdiri dari (1) Belanja Pangan minimum (BP); dan (2)
Belanja Selain Pangan minimum (BSP).
Penetapan GK BPS menggunakan AKE penduduk sebagai dasar
dalam penetapan BP. Dengan asumsi bila pangan yang dikonsumsi
memenuhi keragaman makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan
minuman maka pemenuhan kecukupan energi dari susunan pangan
tersebut juga akan memenuhi kebutuhan zat gizi lainnya. Prinsip
penggunaan AKE dalam hal ini adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan populasi rujukan
Populasi rujukan adalah populasi dimana prevalensi penduduk
miskin berada berdasarkan desil atau kuintil pendapatan atau
pengeluaran penduduk. Seringkali nilai pendapatan penduduk
diestimasi dari nilai pengeluaran, seperti dalam data SUSENAS
- 29 -

BPS. Bila temuan sebelumnya bahwa prevalensi kemiskinan


berkisar antara 10-15% maka populasi rujukan berada pada
kuintil pertama.
2. Menghitung harga asupan energi oleh populasi rujukan perhari
(Rp/kkal/kapita/hari), dengan cara membagi nilai rupiah
pengeluaran untuk pangan perhari dengan total asupan energi
penduduk pada populasi rujukan, misalnya diperoleh
Rp H/kkal/kapita/hari. BPS menggunakan data pengeluaran
konsumsi pangan dan konsumsi energi dari SUSENAS sesuai
tahun pada saat perhitungan.
3. Menghitung nilai Belanja Pangan (BP) untuk memenuhi AKE.
Berdasarkan hasil WNPG XI tahun 2018 direkomendasikan
bahwa AKE adalah 2.100 kkal/kapita/hari. Maka BP adalah Rp
H/kkal x 2.100 Kalori x 30 hari. Andaikan nilai H adalah Rp
5.0/kkal/kapita/hari maka BP = Rp 315.000/kapita/bulan. Bila
suatu keluarga terdiri dari lima orang maka BP pada keluarga
tersebut adalah Rp 1.575.000/keluarga/bulan
4. Dengan rumus tertentu dihitung nilai Belanja Selain Pangan
(BSP), berdasarkan prinsip pemenuhan kebutuhan dasar
minimum selain pangan. Nilai BP bagi penduduk miskin harus
lebih besar dari nilai BSP (Rp/kapita/bulan).
5. Setelah diperoleh nilai BP dan nilai BSP dalam satuan
Rp/kapita/bulan, maka GK dihitung dengan menjumlahkan BP
dan BSP, yaitu GK = BP + BSP. Inilah garis kemiskinan
berdasarkan BPS.

J. Penggunaan AKG untuk Menentukan Besaran Biaya Minimal untuk


Pangan Bergizi Dalam Program Jaminan Sosial Pangan
Bantuan sosial pangan merupakan salah satu bagian dari
bantuan sosial untuk penduduk, yang berupa pemberian bantuan
pangan. Secara umum, bantuan sosial bertujuan untuk pengentasan
kemiskinan dan penurunan ketimpangan bagi rumah tangga miskin
dan rentan. Bantuan sosial pangan dapat diberikan untuk memenuhi
kebutuhan gizi harian secara penuh atau sebagian, tergantung pada
tingkat kekurangan gizi yang dialami kelompok sasaran.
Jaminan sosial pangan di Indonesia berupa Rastra secara
bertahap akan diganti menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)
- 30 -

yang diberikan dalam bentuk uang elektronik. Penerima manfaat


dapat membeli bahan pangan dengan uang elektronik di warung-
warung atau toko-toko yang ditunjuk oleh pemerintah.
Saat ini telah diperkenalkan konsep Cost of the Diet (CotD) yang
dapat dimanfaatkan untuk menghitung kombinasi pangan lokal
dalam jumlah yang memenuhi rata-rata kebutuhan energi, protein,
lemak dan zat gizi mikro pada satu atau lebih individu dengan harga
terendah yang dapat dijangkau. Metode ini memungkinkan untuk
memprakirakan harga dan daya beli bahan pangan lokal untuk
memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya, sehingga dapat
dipergunakan untuk menghitung bantuan tunai minimum yang
harus diberikan agar penerima manfaat dapat memenuhi kebutuhan
energi dan zat gizi lainnya.
Prinsip dan tata cara penggunaan AKG dalam menentukan biaya
minimal untuk pangan bergizi dalam program jaminan sosial pangan
dengan metode Cost of the Diet sebagai berikut:
1. Menentukan spesifikasi kebutuhan energi dan zat gizi
a. Menentukan profil anggota keluarga penerima manfaat
menurut jumlah dan jenis kelamin, umur, dan status
fisiologis.
b. Menentukan angka kecukupan energi anggota keluarga
tersebut berdasarkan AKG.
c. Menentukan nilai minimum dan maksimum % energi dari
lemak.
d. Menentukan angka kecukupan protein dan zat gizi mikro
(misalnya zat besi) anggota keluarga tersebut berdasarkan
AKG.
2. Menentukan konsumsi pangan
a. Melakukan survei pasar untuk mengetahui jenis-jenis
pangan lokal yang tersedia.
b. Menghitung kandungan energi dan zat gizi pangan lokal
tersebut berdasarkan TKPI.
c. Menghitung harga pangan lokal per 100 gram.
d. Mengukur pola konsumsi pangan penduduk, termasuk
ukuran porsi.
3. Menentukan jenis-jenis pangan yang memenuhi kebutuhan
energi dan zat gizi dengan prinsip gizi seimbang dengan biaya
- 31 -

terendah, berdasarkan analisis dengan menggunakan perangkat


lunak Cost of the Diet.
4. Membandingkan biaya terendah yang didapatkan untuk
memenuhi kebutuhan gizi dengan nilai belanja pangan untuk
menentukan daya beli. Nilai belanja pangan dapat diperoleh dari
data SUSENAS pada masing-masing kabupaten/kota/provinsi
pada tahun berjalan.
5. Menentukan nilai bantuan sosial pangan berdasarkan selisih
antara nilai belanja pangan dan biaya terendah makanan bergizi
seimbang

K. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Menentukan Upah


Minimum
Upah adalah imbalan yang diberikan suatu lembaga atau
seseorang kepada orang yang bekerja bagi lembaga atau yang
memberikan upah. Upah merupakan salah satu hal penting dalam
hubungan industrial yang menyangkut pemenuhan hak pekerja.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
melindungi hak setiap pekerja memperoleh penghasilan untuk
penghidupan yang layak, sehingga pemerintah menetapkan Upah
Minimum (UM) yang didasarkan pada kebutuhan hidup layak di
setiap daerah. Upah minimum mempertimbangkan lebih rinci
tentang kualitas komoditas dalam komponen Biaya Pangan (BP) dan
Biaya Selain Pangan (BSP), yang sedikit berbeda dengan komponen
komoditas di dalam Garis Kemiskinan (GK). Misalnya BSP dalam
upah minimum juga mempertimbangkan biaya rekreasi dan akses
informasi. Oleh karena itu nilai upah seringkali lebih tinggi dari garis
kemiskinan di wilayah yang sama.
Upah minimum bisa terdiri atas upah minimum berdasarkan
wilayah atau regional (kota/kabupaten atau provinsi) yang disingkat
UMR, dan upah minimum berdasarkan sektor di setiap wilayah.
Serupa dengan penetapan BP dalam GK, penetapan BP dalam upah
minimum didasarkan pada kecukupan gizi, terutama kecukupan
energi pekerja, dengan komoditas pangan yang beragam memenuhi
prinsip gizi seimbang. Selain itu berdasarkan Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, upah minimum dapat juga
ditetapkan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan
- 32 -

ekonomi setempat.
Prinsipnya penggunaan AKG untuk menentukan upah minimum
sebagai berikut:
1. Menetapkan paket minimum kebutuhan pangan dan kebutuhan
non pangan bagi seorang pekerja. Paket minimum kebutuhan
pangan dan non pangan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Komponen Kebutuhan Hidup
Layak.
2. Penetapan paket kebutuhan pangan tersebut didasarkan pada
kecukupan gizi pekerja. Untuk pekerja lajang, AKG diperoleh
dengan menghitung rata-rata kecukupan gizi dari kelompok
umur 19-55 tahun baik pria maupun wanita.
3. Penetapan harga setiap komoditas (kualitas sedang) dari paket
kebutuhan tersebut dengan cara melakukan survei pasar rakyat
yang representatif atau dengan menggunakan harga dasar pada
tahun tertentu kemudian dikoreksi dengan laju inflasi.
4. Nilai Upah Minimum (UM) di wilayah masing-masing adalah
penjumlahan nilai Belanja Kebutuhan Pangan (BP) dan nilai
Belanja Kebutuhan Selain Pangan (BSP) atau UM = BP + BSP

L. Potensi Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Kebutuhan


Lainnya
Kegunaan lain AKG diantaranya untuk:
1. Penelitian gizi di masyarakat yang bukan pendekatan individual,
khususnya untuk desain studi korelasional dan ekologikal
(contoh: konsumsi pangan kaitannya dengan peningkatan risiko
penyakit di suatu wilayah).
2. Pengembangan program-program (software) komputer untuk
analisis makanan secara umum.
3. Penetapan kebijakan pemerintah lainnya.

IV. Penutup
1. Pedoman ini bersifat umum, hal-hal yang belum tercantum dalam
pedoman ini dapat dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- 33 -

2. Mengingat bahwa menerjemahkan AKG menjadi komposisi pangan


yang beragam memenuhi prinsip gizi seimbang memerlukan
keterampilan khusus dari ahli gizi, maka diperlukan konsultasi,
bimbingan, atau pelatihan bagi pemangku kepentingan yang
memerlukannya.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK


PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 29 TAHUN 2019
TENTANG
PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BAGI ANAK AKIBAT PENYAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,


tumbuh, dan berkembang secara optimal;
b. bahwa anak dengan kekurangan asupan gizi dan/atau
penyakit dapat menimbulkan masalah gizi yang
menghambat pertumbuhan dan perkembangan sehingga
diperlukan upaya penanggulangan masalah gizi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penanggulangan
Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063);
2. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);
-2-

3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 945);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BAGI ANAK AKIBAT
PENYAKIT.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,
termasuk Anak yang masih dalam kandungan.
2. Bayi Sangat Prematur adalah bayi yang lahir sebelum
usia kehamilan mencapai genap 32 minggu.
3. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1500 gram.
4. Gagal Tumbuh adalah suatu keadaan terjadinya
keterlambatan pertumbuhan fisik pada bayi dan Anak
usia bawah dua tahun yang ditandai dengan kenaikan
berat badan di bawah persentil 5 dari standar tabel
kenaikan berat badan.
5. Gizi Kurang adalah keadaan gizi balita yang ditandai
dengan kondisi kurus, berat badan menurut panjang
badan atau tinggi badan kurang dari -2 sampai dengan -3
standar deviasi, dan/atau lingkar lengan 11,5-12,5 cm
pada Anak usia 6-59 bulan.
-3-

6. Gizi Buruk adalah keadaan gizi balita yang ditandai


dengan kondisi sangat kurus, disertai atau tidak edema
pada kedua punggung kaki, berat badan menurut
panjang badan atau berat badan dibanding tinggi badan
kurang dari -3 standar deviasi dan/atau lingkar lengan
atas kurang dari 11,5 cm pada Anak usia 6-59 bulan.
7. Alergi Protein Susu Sapi adalah suatu reaksi yang tidak
diinginkan yang diperantarai secara imunologis terhadap
protein susu sapi.
8. Kelainan Metabolisme Bawaan adalah kelainan gen
tunggal yang menyebabkan defisiensi atau disfungsi
protein yang berfungsi sebagai enzim atau protein
transpor yang diperlukan sebagai katalisator
metabolisme.
9. Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus yang
selanjutnya disingkat PKMK adalah pangan olahan yang
diproses atau diformulasi secara khusus untuk
manajemen medis yang dapat sekaligus sebagai
manajemen diet bagi Anak dengan penyakit tertentu.
10. Surveilans Gizi adalah kegiatan pengamatan yang
sistematis dan terus menerus terhadap masalah gizi
masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
sebagai dasar bagi pengambil keputusan untuk
perumusan kebijakan, perencanaan program, penentuan
tindakan dan pelaksanaan intervensi serta evaluasi
terhadap pengelolaan program gizi.
11. Pemeriksaan Antropometri adalah penimbangan berat
badan, pengukuran panjang atau tinggi badan, dan
pengukuran lingkar lengan atas, untuk menilai status gizi
Anak.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
-4-

BAB II
PENYELENGGARAAN

Pasal 2
(1) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bertanggung
jawab terhadap penyelenggaraan penanggulangan
masalah gizi bagi Anak akibat penyakit secara terpadu
dan berkesinambungan.
(2) Penanggulangan masalah gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diprioritaskan terhadap penyakit yang
memerlukan upaya khusus untuk penyelamatan hidup
dan mempunyai dampak terbesar pada angka kejadian
stunting.
(3) Penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. berisiko Gagal Tumbuh;
b. Gizi Kurang atau Gizi Buruk;
c. Bayi Sangat Prematur;
d. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah;
e. Alergi Protein Susu Sapi; dan
f. Kelainan Metabolisme Bawaan.

Pasal 3
(1) Penyelenggaraan penanggulangan masalah gizi bagi Anak
akibat penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3) dilakukan melalui:
a. Surveilans Gizi; dan
b. penemuan dan penanganan kasus.
(2) Dalam hal penemuan dan penanganan kasus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
memerlukan upaya khusus, dilakukan pemberian PKMK.

Pasal 4
(1) Surveilans Gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a dilaksanakan melalui:
a. pengumpulan data;
b. pengolahan dan analisis data; dan
c. diseminasi informasi.
-5-

(2) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


diperoleh melalui kegiatan:
a. pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
balita;
b. pemantauan status gizi;
c. pelaporan hasil penemuan kasus;
d. survei; dan/atau
e. kegiatan lainnya.
(3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh dari
Posyandu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, masyarakat,
dan/atau sumber data lainnya.
(4) Berdasarkan hasil pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan balita dan pemantauan status gizi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b
diperoleh data:
a. bayi dan Anak usia bawah 2 (dua) tahun risiko
Gagal Tumbuh;
b. balita Gizi Kurang atau Gizi Buruk;
c. Bayi Sangat Prematur;
d. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah;
e. balita dengan status perkembangan meragukan;
f. balita dengan status perkembangan menyimpang.
(5) Berdasarkan pelaporan hasil penemuan kasus dan survei
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d
diperoleh data:
a. bayi dan Anak usia bawah 2 (dua) tahun risiko
Gagal Tumbuh dan balita Gizi Kurang atau Gizi
Buruk;
b. Bayi Sangat Prematur dan Bayi Berat Lahir Sangat
Rendah;
c. bayi dan Anak Alergi Protein Susu Sapi; dan
d. bayi dan Anak dengan Kelainan Metabolisme
Bawaan.
(6) Pelaksanaan teknis Surveilans Gizi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
-6-

Pasal 5
Berdasarkan hasil pelaksanaan teknis Surveilans Gizi,
dilakukan intervensi untuk mengatasi masalah gizi bagi Anak
akibat penyakit.

Pasal 6
(1) Penemuan kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b dilakukan secara aktif dan pasif.
(2) Penemuan kasus secara aktif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui pelacakan kasus ke
masyarakat oleh tenaga kesehatan puskesmas.
(3) Penemuan kasus secara pasif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. pemeriksaan pasien rujukan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan dari posyandu ke
puskesmas untuk dilakukan konfirmasi; atau
b. pemeriksaan pasien yang datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
(4) Pemeriksaan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi Pemeriksaan Antropometri dan pemeriksaan
klinis.
(5) Pemeriksaan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dijadikan dasar untuk penegakan diagnosis oleh dokter
atau dokter spesialis Anak.

Pasal 7
Penanganan kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b dilakukan di puskesmas dan rumah sakit.

Pasal 8
(1) Penanganan kasus di puskesmas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 dilakukan terhadap kasus:
a. berisiko Gagal Tumbuh;
b. Gizi Kurang; dan
c. Gizi Buruk.
(2) Kasus sebagamaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditentukan penyebabnya oleh dokter di puskemas.
-7-

(3) Penanganan kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan oleh tim tenaga kesehatan yang masing-
masing memiliki kompetensi di bidang medis, gizi,
kebidanan dan keperawatan.
(4) Dalam hal kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dapat ditangani di puskesmas, pasien harus
dirujuk ke rumah sakit untuk ditangani oleh dokter
spesialis Anak.

Pasal 9
(1) Penanganan kasus di rumah sakit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan melalui diagnosis
penyebab dan tata laksana masalah gizi yang sesuai.
(2) Penanganan kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
kedokteran.

Pasal 10
Pemberian PKMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) merupakan bagian dari tata laksana dalam penanganan
kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

Pasal 11
(1) PKMK hanya diberikan sesuai dengan resep dokter
spesialis Anak berdasarkan indikasi medis.
(2) Penggunaan PKMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus di bawah pengawasan dokter spesialis Anak.

Pasal 12
(1) PKMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 meliputi:
a. PKMK untuk Gagal Tumbuh, Gizi Kurang dan Gizi
Buruk berupa oral nutrition supplement dengan
kandungan energi lebih besar dari 0,9 kkal/mL.
b. PKMK untuk Bayi Sangat Prematur dan Bayi Berat
Lahir Sangat Rendah berupa:
-8-

1. formula prematur dengan ketentuan


kandungan energi minimal 24 kkal/30 ml;
dan/atau
2. pelengkap gizi air susu ibu (human milk
fortifier).
c. PKMK untuk Alergi Protein Susu Sapi berupa
formula berbasis susu sapi dengan protein
terhidrolisat ekstensif atau asam amino bebas.
d. PKMK untuk Kelainan Metabolisme Bawaan berupa
formula dengan komposisi makronutrien dan
mikronutrien yang sesuai dengan Kelainan
Metabolisme Bawaan yang diderita.
(2) PKMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
diberikan kepada pasien secara parenteral.

Pasal 13
PKMK wajib memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi
dan memiliki izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 14
Penyediaan PKMK dapat dilakukan melalui pengadaan
program pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB III
KOORDINASI, JEJARING, DAN KEMITRAAN

Pasal 15
(1) Dalam rangka penyelenggaraan penanggulangan
masalah gizi bagi Anak akibat penyakit, Menteri dapat
membangun dan mengembangkan koordinasi, jejaring,
dan kemitraan antara instansi pemerintah, pemerintah
daerah, dan pemangku kepentingan.
(2) Koordinasi, jejaring, dan kemitraan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
-9-

a. advokasi;
b. penemuan kasus;
c. penanggulangan masalah gizi;
d. meningkatkan kemampuan sumber daya manusia,
kajian, penelitian, serta kerjasama antar wilayah,
dan pihak ke tiga;
e. peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi;
f. integrasi penanggulangan masalah gizi; dan/atau
g. sistem rujukan.

BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pasal 16
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan
pencatatan setiap kejadian masalah gizi bagi Anak
akibat penyakit.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilaporkan kepada Menteri melalui dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota dan dinas kesehatan daerah
provinsi secara berjenjang dengan tembusan kepada
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan secara berkala setiap 1 (satu) bulan sekali.

BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 17
(1) Menteri, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan,
kepala dinas kesehatan daerah provinsi, dan kepala
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan Menteri ini sesuai dengan tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat melibatkan organisasi terkait.
-10-

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diselenggarakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. bimbingan teknis; dan/atau
c. monitoring dan evaluasi.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-11-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Agustus 2019

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NILA FARID MOELOEK

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Agustus 2019

DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

WIDODO EKATJAHJANA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2019 NOMOR 914


BERITA NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.1559, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Pelayanan. Gizi.
Rumah Sakit. Pedoman.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 78 TAHUN 2013
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pelayanan gizi merupakan salah satu faktor


penting dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya;
b. bahwa saat ini terjadi kecenderungan peningkatan
kasus penyakit terkait gizi (nutrition-related disease)
khususnya pada kelompok rentan yang memerlukan
penatalaksanaan secara khusus melalui pelayanan
gizi terutama di rumah sakit;
c. bahwa pelayanan gizi dilakukan untuk
mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan
status gizi melalui pendekatan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No. 1559
2

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)


sebagaimana telah diubah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintaan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5291);
7. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 24);
8. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang
Sistem Kesehatan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 193);
9. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Perbaikan Gizi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 100);

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No. 1559
3

10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/


SK/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/
SK/X/2008 tentang Pedoman Teknis Pembagian
Urusan Pemerintahan Bidang Kesehatan antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/
Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tatalaksana
Kementerian Kesehatan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35
Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 741);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik
Tenaga Gizi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 477);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT.
Pasal 1
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 2
Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 agar digunakan sebagai acuan bagi pimpinan rumah sakit dan
tenaga kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan gizi di rumah
sakit.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No. 1559
4

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Desember 2013
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

NAFSIAH MBOI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA, REPUBLIK INDONESIA

AMIR SYAMSUDIN

www.djpp.kemenkumham.go.id
LEMBARAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.188, 2017 KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan.
Kebijakan Strategis.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 83 TAHUN 2017
TENTANG
KEBIJAKAN STRATEGIS PANGAN DAN GIZI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pembangunan pangan dan gizi dilaksanakan


dalam satu kesatuan untuk meningkatkan ketahanan
pangan dan gizi yang berkelanjutan guna mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya
saing;
b. bahwa untuk memberikan daya ungkit dan dorongan
kuat yang efektif dan efisien di bidang pangan dan gizi,
dilaksanakan koordinasi lintas sektor Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan para pemangku kepentingan
melalui berbagai kebijakan, program, dan kegiatan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Presiden tentang Kebijakan Strategis Pangan
dan Gizi;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik

www.peraturan.go.id
2017, No.188
-2-

Indonesia Nomor 5360);


3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 60, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5680);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN STRATEGIS
PANGAN DAN GIZI.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi yang selanjutnya
disingkat KSPG adalah kebijakan strategis dalam
pembangunan pangan dan gizi guna mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya
saing.
2. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi yang selanjutnya
disingkat RAN-PG adalah rencana aksi tingkat nasional
berisi program serta kegiatan di bidang pangan dan gizi
guna mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing.
3. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi yang selanjutnya
disingkat RAD-PG adalah rencana aksi tingkat provinsi
dan kabupaten/kota berisi program serta kegiatan di
bidang pangan dan gizi guna mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
4. Pemangku Kepentingan adalah orang perseorangan,
masyarakat, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha,
media massa, lembaga swadaya masyarakat, dan mitra
pembangunan, yang terkait dengan pembangunan
pangan dan gizi.

www.peraturan.go.id
-3- 2017, No.188

Pasal 2
Peraturan Presiden ini dimaksudkan sebagai acuan bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemangku
Kepentingan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
yang berkelanjutan guna mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan berdaya saing.

Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Presiden ini meliputi:
a. kebijakan strategis;
b. rencana aksi pangan dan gizi;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
d. pendanaan.

BAB II
KEBIJAKAN STRATEGIS

Pasal 4
KSPG terdiri atas kebijakan strategis di bidang:
a. ketersediaan pangan;
b. keterjangkauan pangan;
c. pemanfaatan pangan;
d. perbaikan gizi masyarakat; dan
e. penguatan kelembagaan pangan dan gizi.

Pasal 5
Kebijakan di bidang ketersediaan pangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, meliputi:
a. peningkatan produksi pangan dalam negeri;
b. penguatan cadangan pangan nasional;
c. penguatan perdagangan pangan; dan
d. penyediaan pangan berbasis pada potensi sumber daya
lokal.

Pasal 6
Kebijakan di bidang keterjangkauan pangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, meliputi:

www.peraturan.go.id
2017, No.188
-4-

a. efisiensi pemasaran pangan;


b. penguatan sistem logistik pangan;
c. stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok dan pangan
lainnya;
d. pemberdayaan masyarakat di bidang pangan dan gizi;
e. penanganan kerawanan pangan dan gizi; dan
f. penyediaan bantuan pangan bagi masyarakat miskin dan
masyarakat yang mengalami rawan pangan dan gizi.

Pasal 7
Kebijakan di bidang pemanfaatan pangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, meliputi:
a. pengembangan pola konsumsi pangan beragam, bergizi
seimbang, dan aman;
b. pengembangan jejaring dan informasi pangan dan gizi;
dan
c. peningkatan pengawasan keamananan pangan.

Pasal 8
Kebijakan di bidang perbaikan gizi masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, meliputi:
a. perbaikan pola konsumsi pangan perseorangan dan
masyarakat yang beragam, bergizi seimbang, dan aman;
b. perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu;
c. penguatan pelaksanaan dan pengawasan regulasi dan
standar gizi;
d. penetapan persyaratan khusus mengenai komposisi
pangan untuk meningkatkan kandungan gizi pangan
olahan tertentu yang diperdagangkan;
e. perbaikan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita,
remaja, dan kelompok rawan gizi lainnya;
f. penguatan sistem surveilan pangan dan gizi; dan
g. penguatan program gizi lintas sektor melalui program
sensitif gizi.

www.peraturan.go.id
-5- 2017, No.188

Pasal 9
Kebijakan di bidang penguatan kelembagaan pangan dan gizi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, meliputi:
a. penguatan kelembagaan pangan dan gizi tingkat nasional
yang telah ada;
b. penguatan peran kelembagaan pangan dan gizi daerah
provinsi dan kabupaten/kota yang telah ada;
c. penguatan fungsi Dewan Ketahanan Pangan, dan Dewan
Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
telah ada; dan
d. pengembangan kemitraan antar berbagai Pemangku
Kepentingan dalam pembangunan pangan dan gizi
berkelanjutan.

Pasal 10
Pelaksanaan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 9 bertujuan untuk mewujudkan:
a. peningkatan ketersediaan energi, protein, vitamin, dan
mineral;
b. peningkatan konsumsi energi, protein, vitamin, dan
mineral sampai batas ideal;
c. peningkatan skor pola pangan harapan;
d. perbaikan status gizi pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi,
balita, remaja, dan kelompok rawan gizi lainnya; dan
e. pencegahan peningkatan prevalensi obesitas terutama
pada penduduk usia lebih dari 18 (delapan belas) tahun.

Pasal 11
(1) KSPG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disusun
oleh Dewan Ketahanan Pangan dan ditetapkan untuk
jangka waktu setiap 5 (lima) tahun.
(2) KSPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
pertama kalinya ditetapkan dalam Peraturan Presiden ini
untuk jangka waktu tahun 2017-2019.

www.peraturan.go.id
2017, No.188
-6-

BAB III
RENCANA AKSI PANGAN DAN GIZI

Pasal 12
(1) Rencana aksi pangan dan gizi disusun dengan mengacu
pada KSPG.
(2) Rencana aksi pangan dan gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas RAN-PG dan RAD-PG.
(3) Rencana aksi pangan dan gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka waktu setiap 5
(lima) tahun dan untuk pertama kalinya ditetapkan
untuk jangka waktu tahun 2017-2019.
(4) RAN-PG sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun
oleh kementerian/lembaga terkait dan dikoordinasikan
penyusunannya oleh menteri/kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional.
(5) RAN-PG sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijabarkan
ke dalam 5 (lima) pilar meliputi:
a. perbaikan gizi masyarakat;
b. peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam;
c. mutu dan keamanan pangan;
d. perilaku hidup bersih dan sehat; dan
e. koordinasi pembangunan pangan dan gizi.

Pasal 13
(1) Pilar perbaikan gizi masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (5) huruf a, meliputi:
a. promosi dan pendidikan gizi masyarakat;
b. pemberian suplementasi gizi;
c. pelayanan kesehatan dan masalah gizi;
d. pemberdayaan masyarakat di bidang pangan dan
gizi;
e. jaminan sosial yang mendukung perbaikan pangan
dan gizi; dan
f. pendidikan anak usia dini.

www.peraturan.go.id
-7- 2017, No.188

(2) Pilar peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) huruf b,
meliputi:
a. produksi pangan dalam negeri;
b. penyediaan pangan berbasis sumber daya lokal;
c. distribusi pangan;
d. konsumsi kalori, karbohidrat, protein, vitamin, dan
mineral; dan
e. peningkatan akses pangan bagi masyarakat miskin
dan masyarakat yang mengalami rawan pangan dan
gizi.
(3) Pilar mutu dan keamanan pangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) huruf c, meliputi:
a. pengawasan regulasi dan standar gizi;
b. pengawasan keamanan pangan segar;
c. pengawasan keamanan pangan olahan;
d. pengawasan pangan sarana air minum dan tempat-
tempat umum; dan
e. promosi keamanan pangan.
(4) Pilar perilaku hidup bersih dan sehat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) huruf d, meliputi:
a. pencegahan dan pengendalian penyakit menular;
b. pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular;
c. penyediaan air bersih dan sanitasi;
d. penerapan kawasan tanpa rokok; dan
e. penerapan perilaku sehat.
(5) Pilar koordinasi pembangunan pangan dan gizi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) huruf e,
meliputi:
a. perencanaan pangan dan gizi;
b. penguatan peranan lintas sektor;
c. penguatan pencatatan sipil dalam perbaikan gizi;
d. pelibatan pemangku kepentingan;
e. pemantauan dan evaluasi; dan
f. penyusunan dan penyampaian laporan.

www.peraturan.go.id
2017, No.188
-8-

Pasal 14
RAN-PG ditetapkan oleh menteri/kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional.

Pasal 15
Pelaksanaan RAN-PG dilakukan oleh kementerian/lembaga
sesuai dengan kewenangan masing-masing dan
dikoordinasikan oleh menteri/kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional.

Pasal 16
(1) RAD-PG terdiri atas RAD-PG provinsi dan RAD-PG
kabupaten/kota.
(2) RAD-PG provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun dengan mengacu pada RAN-PG sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14.
(3) RAD-PG kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun dengan mengacu pada RAD-PG provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) RAD-PG provinsi atau RAD-PG kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
ditetapkan oleh gubernur atau bupati/walikota sesuai
dengan kebutuhan serta kewenangan masing-masing.
(5) RAD-PG kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) disampaikan oleh bupati/walikota kepada
gubernur.
(6) RAD-PG provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
disampaikan oleh gubernur kepada menteri/kepala
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perencanaan pembangunan nasional.

Pasal 17
Dalam pelaksanaan RAN-PG dan RAD-PG, kementerian/
lembaga, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota dapat bekerja sama dengan Pemangku

www.peraturan.go.id
-9- 2017, No.188

Kepentingan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.

BAB IV
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

Pasal 18
(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertanian selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan
Pangan melakukan evaluasi pelaksanaan KSPG.
(2) Evaluasi pelaksanaan KSPG sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan paling sedikit 5 (lima) tahun sekali
atau pada akhir periode KSPG.

Pasal 19
(1) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAN-PG
dilakukan oleh kementerian/lembaga sesuai kewenangan
masing-masing.
(2) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD-PG provinsi
dan kabupaten/kota dilakukan oleh
kementerian/lembaga, Gubernur, Bupati dan/atau
Walikota sesuai kewenangan masing-masing.
(3) Menteri/kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan
nasional mengoordinasikan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan RAN-PG dan RAD-PG provinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2).
(4) Pedoman pemantauan dan evaluasi RAN-PG dan RAD-PG
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri/kepala
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perencanaan pembangunan nasional.

Pasal 20
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertanian selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan

www.peraturan.go.id
2017, No.188
-10-

Pangan menyampaikan laporan hasil evaluasi pelaksanaan


KSPG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) kepada
Presiden.

Pasal 21
(1) Bupati dan Walikota menyampaikan laporan pelaksanaan
RAD-PG kabupaten/kota kepada Gubernur, sekali dalam
1 (satu) tahun dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(2) Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan RAD-PG
provinsi kepada menteri/kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional sekali dalam 1
(satu) tahun dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(3) Menteri/kepala lembaga terkait menyampaikan laporan
pelaksanaan RAN-PG kepada menteri/kepala lembaga
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional sekali dalam 1
(satu) tahun dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(4) Menteri/kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
di bidang perencanaan pembangunan nasional
menyampaikan laporan mengenai pelaksaan RAN-PG dan
RAD-PG kepada Presiden sekali dalam 1 (satu) tahun dan
sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Pasal 22
(1) KSPG dapat dilakukan peninjauan kembali berdasarkan:
a. hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (1); dan/atau
b. perubahan kebijakan perencanaan pembangunan
jangka menengah nasional.
(2) Peninjauan kembali KSPG sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pertanian selaku Ketua
Harian Dewan Ketahanan Pangan.
(3) Hasil peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menjadi bahan pertimbangan perubahan KSPG
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.

www.peraturan.go.id
-11- 2017, No.188

Pasal 23
(1) RAN-PG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dapat
dilakukan peninjauan kembali berdasarkan:
a. hasil pemantauan dan evaluasi RAN-PG; dan/atau
b. perubahan KSPG.
(2) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh menteri/kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan di bidang perencanaan
pembangunan nasional.
(3) Hasil peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menjadi bahan pertimbangan perubahan RAN-
PG.

Pasal 24
(1) RAD-PG provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
dapat dilakukan peninjauan kembali berdasarkan:
a. hasil pemantauan dan evaluasi RAD-PG provinsi;
b. perubahan KSPG; dan/atau
c. perubahan RAN-PG.
(2) RAD-PG kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 dapat dilakukan peninjauan kembali
berdasarkan:
a. hasil pemantauan dan evaluasi RAD-PG
kabupaten/kota;
b. perubahan KSPG;
c. perubahan RAN-PG; dan/atau
d. perubahan RAD-PG provinsi.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) dilakukan oleh:
a. gubernur untuk RAD-PG provinsi; dan
b. bupati/walikota untuk RAD-PG kabupaten/kota.
(4) Hasil peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) menjadi bahan pertimbangan bagi:
a. gubernur untuk melakukan perubahan RAD-PG
provinsi; dan
b. bupati/walikota untuk melakukan perubahan RAD-
PG kabupaten/kota.

www.peraturan.go.id
2017, No.188
-12-

BAB V
PENDANAAN

Pasal 25
Pelaksanaan KSPG dibebankan kepada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, serta sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.

www.peraturan.go.id
-13- 2017, No.188

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Agustus 2017

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Agustus 2017

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

www.peraturan.go.id
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN
2014

TENTANG PEDOMAN GIZI

SEIMBANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas sumber


daya manusia, perlu dilakukan upaya perbaikan gizi masyarakat
melalui penerapan gizi seimbang;
b. bahwa penerapan gizi seimbang di masyarakat belum optimal, masih
dijumpai berbagai masalah terkait dengan perilaku makan, perilaku
hidup bersih dan sehat, serta penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan gizi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf
a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Pedoman Gizi Seimbang;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintaan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

3. Undang- Undang ...


-2-
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5360);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5291);
7. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 100);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
35 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 741);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2013
tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula,
Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan Untuk
Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 617);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi Bagi Bangsa Indonesia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
1438);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2013
tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1559);

MEMUTUSKAN ...
-3-
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN


GIZI SEIMBANG.

Pasal 1
Pedoman Gizi Seimbang bertujuan untuk memberikan panduan konsumsi
makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip konsumsi
anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau
berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan
normal.

Pasal 2
Pedoman Gizi Seimbang sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan Peraturan Menteri ini.

Pasal 3
Pedoman Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digunakan
sebagai acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/kota, tenaga kesehatan, dan pihak lain yang terkait dalam
penyelenggaraan gizi seimbang.

Pasal 4
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Gizi
Seimbang.
(2) Penyelenggaraan Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan melibatkan masyarakat.

Pasal 5
(1) Pendanaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Gizi Seimbang
dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau sumber lain yang
sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penyelenggaraan Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa kegiatan, antara lain:
a. sosialisasi;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. penyuluhan;
d. konseling; dan
e. demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang.
Pasal ...
-4-
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Juli 2014

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd
NAFSIAH MBOI

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Agustus 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI


MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd
AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPBULIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1110


-5-
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 41 TAHUN 2014
TENTANG
PEDOMAN GIZI SEIMBANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat
kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini
dipengaruhi oleh keadaan gizi.
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan
normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta
seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau
sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja
meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar
tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau
penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu
ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik
dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan
meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah,
hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab
utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di
Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.
Sebagian besar penyakit tidak menular terkait-gizi di atas berasosiasi
dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh
kelebihan gizi. Data Riskesdas 2007, 2010, 2013 memperlihatkan
kecenderungan prevalensi obese (IMT > 27) semua kelompok umur. Anak
balita 12,2%, 14% dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007, 2010)
naik dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas
2007, 2010) naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 laki-
laki obese 19,7% dan perempuan 32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes, 2010,
2013]. Kelebihan gizi ini timbul akibat kelebihan asupan makanan dan
-6-
minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula dan garam; tetapi
kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan
serealia utuh, serta kurang melakukan aktivitas fisik.
Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi
seimbang. Hasil penelitian Riskesdas 2010 menyatakan gambaran
sebagai berikut. Pertama, masih banyak penduduk yang tidak cukup
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Berdasarkan Riskesdas 2013,
93,5% penduduk usia di atas 10 tahun mengonsumsi sayuran dan buah-
buahan masih di bawah anjuran. Kedua, kualitas protein yang
dikonsumsi rata-rata perorang perhari masih rendah karena sebagian
besar berasal dari protein nabati seperti serealia dan kacang-kacangan.
Ketiga, konsumsi makanan dan minuman berkadar gula tinggi, garam
tinggi dan lemak tinggi, baik pada masyarakat perkotaan maupun
perdesaan, masih cukup tinggi. Keempat, asupan air pada remaja masih
rendah. Kelima, cakupan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI
Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih rendah (61,5%).
Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih
memiliki masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus
(wasting) anak balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%.
Sedangkan kecenderungan prevalensi anak balita pendek (stunting)
sebesar 36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight)
berturut-turut 18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah
sampai remaja berdasarkan Riskesdas 2010 sebesar 28,5%.
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu
sejak janin sampai anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap
perkembangan fisik, tetapi juga terhadap perkembangan kognitif yang
pada gilirannya berpengaruh terhadap kecerdasan dan ketangkasan
berpikir serta terhadap produktivitas kerja. Kekurangan gizi pada masa
ini juga dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit kronis pada usia
dewasa, yaitu kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
hipertensi, stroke dan diabetes.
Pencegahan timbulnya masalah gizi tersebut, memerlukan kegiatan
sosialisasi pedoman Gizi Seimbang yang bisa dijadikan sebagai panduan
makan, beraktivitas fisik, hidup bersih dan memantau berat badan secara
teratur untuk mempertahankan berat badan normal.
Dalam upaya mengoptimalkan penyampaian pesan Gizi Seimbang
kepada masyarakat, diperlukan komunikasi, informasi dan edukasi yang
tepat dan berbasis masyarakat. Pendidikan dan penyuluhan gizi dengan
menggunakan slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang dimulai 1952, telah
berhasil menanamkan pengertian tentang pentingnya gizi dan kemudian
merubah perilaku konsumsi masyarakat. Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna
-7-
yang diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo Soedarmo
yang terinspirasi dari Basic Four Amerika Serikat yang mulai
diperkenalkan pada era 1940an adalah menu makanan yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, serta minum
susu untuk menyempurnakan menu tersebut. Namun slogan tersebut
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan
gizi dewasa ini sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang
sesuai dengan kondisi saat ini. Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet
hasil kesepakatan konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992
diyakini akan mampu mengatasi beban ganda masalah gizi, baik
kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia prinsip tersebut dikenal
dengan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan mendasar antara slogan 4
Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah: Konsumsi
makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
(porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur.
Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu
anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan memantau
berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal.
Perubahan perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan
sosialisasi, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada masyarakat
serta kegiatan konseling, demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang.
Keberhasilan kegiatan tersebut sangat ditentukan oleh peran Pemerintah
baik tingkat Pusat maupun Daerah dan peran serta Masyarakat secara
aktif. Keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor tenaga, sarana, sumber
daya, metode, media dan berkelanjutan.
Agar kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan,
konseling, demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang dapat
dilaksanakan dengan optimal perlu adanya kejelasan tugas dan tanggung
jawab petugas dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Selain itu perlu
ditekankan pentingnya peran aktif pemangku kepentingan kesehatan
yang lain dalam melaksanakan kegiatan untuk merubah sikap dan
praktik kesehatan dan gizi masyarakat, termasuk peran instansi lain
seperti Pendidikan dan Kebudayaan, Agama, BKKBN, Pertanian, Dalam
Negeri, Perindustrian, Perdagangan, Kelautan dan Perikanan, Sektor
Swasta dan Masyarakat.
-8-
B. Pengertian
1. Gizi Seimbang
Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur
dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk
mencegah masalah gizi.
2. Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan/atau pembuatan makanan dan minuman.
3. Keanekaragaman pangan
Keanekaragaman pangan adalah anekaragam kelompok pangan yang
terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan
dan air serta beranekaragam dalam setiap kelompok pangan.
4. Makanan beragam
Berbagai makanan yang dikonsumsi beragam baik antar kelompok
pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah) maupun dalam
setiap kelompok pangan.
Masing-masing contoh jenis pangan dari berbagai kelompok pangan
adalah sebagai berikut :
a. Makanan pokok antara lain: Beras, kentang, singkong, ubi jalar,
jagung, talas, sagu, sukun. Berikut ini tabel Kelompok Makanan
Pokok sebagai Sumber Karbohidrat beserta padanan porsinya :

Tabel Kelompok Makanan Pokok sebagai Sumber Karbohidrat

Kandungan zat gizi per porsi nasi kurang lebih seberat 100 gram,
yang setara dengan ¾ gelas adalah: 175 Kalori, 4 gram Protein
dan 40 gram Karbohidrat.
-9-
Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu)
porsi nasi:
Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
Nama Pangan
(URT) Gram
Bihun ½ Gelas 50
Biskuit 4 Buah Besar 40
Havermut 5 ½ Sendok 45
Jagung Segar Besar 3 Buah 125
Kentang Sedang 210
Kentang Hitam 2 Buah Sedang 125
Maizena 12 Biji 50
Makaroni 10 Sendok Makan 50
Mie Basah ½ Gelas 200
Mie Kering 2 Gelas 50
Nasi Beras Giling 1 Gelas 100
putih ¾ Gelas
Nasi Beras Giling 100
Merah ¾ Gelas
Nasi Beras Giling 100
¾ Gelas
Hitam
100
Nasi Beras ½ Giling
¾ Gelas 100
Nasi Ketan Putih
¾ Gelas 70
Roti Putih
3 Iris 70
Roti Warna Coklat
3 Iris 120
Singkong
1 ½ Potong 150
Sukun
3 Potong Sedang 125
Talas
½ Biji Sedang 100
Tape Beras Ketan
5 Sendok Makan 100
Tape Singkong
1 Potong Sedang 50
Tepung Tapioca
8 Sendok Makan 50
Tepung Beras
8 Sendok Makan 50
Tepung Hunkwe
10 Sendok Makan 50
Tepung Sagu
8 Sendok Makan 50
Tepung Singkong
5 Sendok Makan 50
Tepung Terigu
5 Sendok Makan 135
Ubi Jalar Kuning
1 Biji Sedang 30
Kerupuk
3 Biji Sedang
Udang/Ikan
-10-
b. Lauk pauk sumber protein antara lain: Ikan, telur, unggas,
daging, susu dan kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu
dan tempe). Berikut ini tabel Kelompok Lauk Pauk Sebagai
Sumber Protein Nabati dan Tabel Kelompok Lauk Pauk Sumber
Protein Hewani beserta padanan porsinya :

Tabel Kelompok Lauk Pauk sebagai Sumber Protein Nabati

Kandungan zat gizi satu (1) porsi Tempe sebanyak 2 potong


sedang atau 50 gram adalah 80 Kalori, 6 gram Protein, 3 gram
lemak dan 8 gram karbohidrat.

Daftar pangan sumber protein nabati sebagai penukar 1 porsi


tempe adalah:

Ukuran Rumah Tangga Berat dalam


Bahan Makanan
(URT) Gram
Kacang Hijau 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Kedelai 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Merah 2 ½ Sendok Makan 25
Kacang Mete 1 ½ Sendok Makan 15
Kacang Tanah 2 Sendok Makan 20
Kupas
Kacang Toto 2 Sendok Makan 20
Keju Kacang Tanah 1 Sendok Makan 15
Kembang Tahu 1 Lembar 20
Oncom 2 Potong Besar 50
Petai Segar 1 Papan/Biji Besar 20
Tahu 2 Potong Sedang 100
Sari Kedelai 2 ½ Gelas 185
-11-
Tabel Kelompok Lauk Pauk Sumber Protein Hewani

1) Kandungan zat gizi satu (1) porsi terdiri dari satu (1) potong
sedang Ikan segar seberat 40 gram adalah 50 Kalori, 7 gram
Protein dan 2 gram lemak.
a) Daftar lauk pauk sumber Protein hewani sebagai
penukar 1 porsi Ikan segar adalah:

Ukuran
Bahan Berat dalam
RumahTangga
makanan gram
(URT)
Daging sapi 1 potong sedang 35
Daging ayam 1 potong sedang 40
Hati Sapi 1 potong sedang 50
Ikan Asin 1 potong kecil 15
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20
Telur Ayam 1 butir 55
Udang Basah 5 ekor sedang 35

b) Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai


penukar 1 porsi Ikan segar:

Ukuran Rumah
Bahan Berat dalam
Tangga
makanan gram
(URT)
Susu sapi 1 gelas 200
Susu kerbau ½ gelas 100
Susu kambing ¾ gelas 185
Tepung sari 3 sendok makan 20
kedele
Tepung susu 4 sendok makan 20
whole
4 sendok makan 20
Tepung susu
krim
-12-
2) Menurut kandungan Lemak, Kelompok Lauk Pauk dibagi
menjadi 3 golongan :

a) Golongan A : Rendah Lemak


Daftar pangan sumber protein hewani dengan 1 (satu)
satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 2
gram Lemak dan 50 Kalori:

Ukuran Rumah
Bahan Berat dalam
Tangga
Makanan gram
(URT)
Babat 1 potong sedang 40
Cumi-cumi 1 ekor kecil 45
Daging asap 1 lembar 20
Daging ayam 1 potong sedang 40
Daging kerbau 1 potong sedang 35
Dendeng sapi 1 potong sedang 15
Gabus kering 1 ekor kecil 10
Hati sapi 1 potong sedang 50
Ikan asin 1 potong sedang 15
kering Ikan 1/3 ekor besar 35
kakap Ikan 1/3 ekor sedang 30
kembung Ikan 1/3 ekor sedang 40
lele 1/3 ekor sedang 45
Ikan mas 1/3 ekor sedang 30
Ikan mujair 1 ekor kecil 35
Ikan peda ½ ekor sedang 25
Ikan pindang 1 potong sedang 40
Ikan segar 1 sendok makan 20
Ikan teri kering 1 potong sedang 20
Ikan cakalang
asin ½ gelas 90
Kerang 1 potong sedang 35
Ikan lemuru 2 ½ butir 65
Putih telur
ayam 2 sendok makan 10
Rebon kering 2 sendok makan 45
Rebon basah 1 ekor 20
Selar kering 1 potong sedang 20
Sepat kering 1/3 gelas 20
Teri nasi 5 ekor sedang 35
Udang segar
-13-
b) Golongan B: Lemak sedang
Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu)
satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 5
gram lemak dan 75 Kalori:

Bahan Ukuran Rumah Berat dalam


Makanan Tangga (URT) gram
Bakso 10 biji sedang 170
Daging kambing 1 potong sedang 40
Daging sapi 1 potong sedang 35
Ginjal sapi 1 potong besar 45
Hati ayam 1 buah sedang 30
Hati sapi 1 potong sedang 50
Otak 1 potong besar 65
Telur ayam 1 butir 55
Telur bebek 1 butir 50
asin
Telur puyuh 5 butir 55
Usus sapi 1 potong besar 50

c) Golongan C: Tinggi Lemak


Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu)
satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 13
gram Lemak dan 150 Kalori:

Bahan Ukuran Rumah Berat dalam


Makanan Tangga (URT) gram
Bebek 1 potong sedang 45
Belut 3 ekor 45
Kornet daging 3 sendok makan 45
sapi
Ayam dengan 1 potong sedang 40
kulit
1 potong sedang 50
Daging babi
1 ½ potong kecil 40
Ham
½ potong 35
Sardencis
½ potong 50
Sosis
4 butir 45
Kuning telur
ayam
1 butir 55
Telur bebek
-14-
c. Sayuran adalah sayuran hijau dan sayuran berwarna lainnya.
Berikut ini tabel Kelompok Pangan Sayuran beserta padanan
porsinya :

Tabel Kelompok Pangan Sayuran

Berdasarkan kandungan zat gizinya kelompok sayuran dibagi


menjadi 3 golongan, yaitu:
1) Golongan A, kandungan kalorinya sangat rendah:

Gambas Jamur kuping Tomat sayur Oyong


Ketimun Labu air Selada air
Selada Lobak Daun bawang

2) Golongan B, kandungan zat gizi per porsi (100 gram)


adalah: 25 Kal, 5 gram karbohidrat, dan1 gram protein.
Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas
sayuran setelah dimasak dan ditiriskan.

Jenis sayuran termasuk golongan ini:

Bayam Bit Labu waluh Genjer


Kapri muda Kol Daun talas Jagung
muda
Brokoli Daun kecipir Pepaya muda Sawi
Kembang kol Buncis Labu Siam Rebung
Kemangi Daun kacang Pare Taoge
panjang
Kangkung Terong Kacang Wortel
panjang

3) Golongan C, kandungan zt gizi per porsi (100 gram) adalah


: 50 Kal, 10 gram karbohidrat, dan 3 gram protein.
Satu (1) porsi sayuran adalah kurang lebih 1 (satu) gelas
sayuran setelah dimasak dan ditiriskan.
-15-
Jenis sayuran termasuk golongan ini:

Bayam Mangkokan Nangka muda Daun


merah papaya
Daun katuk Kacang kapri Mlinjo Taoge
kedelai
Daun Daun talas Kluwih Daun
melinjo singkong

d. Buah-buahan adalah buah yang berwarna. Berikut tabel


Kelompok Buah-buahan beserta padanan porsinya :

Tabel Kelompok Buah-Buahan

Kandungan zat gizi perporsi buah (setara dengan 1 buah Pisang


Ambon ukuran sedang) atau 50 gram, mengandung 50 Kalori
dan 10 gram Karbohidrat.

Daftar buah-buahan sebagai penukar 1 (satu) porsi buah:

Ukuran Rumah Berat dalam


Nama Buah
Tangga (URT) gram*)
Alpokat ½ buah besar 50
Anggur 20 buah sedang 165
Apel merah 1 buah kecil 85
Apel malang 1 buah sedang 75
Belimbing 1 buah besar 125-140
Blewah 1 potong sedang 70
Duku 10-16 buah sedang 80
Durian 2 biji besar 35
Jambu air 2 buah sedang 100
Jambu biji 1 buah besar 100
Jambu bol 1 buah kecil 90
Jeruk bali 1 potong 105
Jeruk garut 1 buah sedang 115
Jeruk manis 2 buah sedang 100
Jeruk nipis 1 ¼ gelas 135
Kedondong 2 buah 100/120
sedang/besar
Kesemek ½ buah 65
Kurma 3 buah 15
Leci 10 buah 75
Mangga ¾ buah besar 90
Manggis 2 buah sedang 80
-16-
Ukuran Rumah Berat dalam
Nama Buah
Tangga (URT) gram*)
Markisa ¾ buah sedang 35
Melon 1 potong 90
Nangka masak 3 biji sedang 50
Nenas ¼ buah sedang 85
Pear ½ buah sedang 85
Pepaya 1 potong besar 100-190
Pisang ambon 1 buah sedang 50
Pisang kepok 1 buah 45
Pisang mas 2 buah 40
Pisang raja 2 buah kecil 40
Rambutan 8 buah 75
Sawo 1 buah sedang 50
Salak 2 buah sedang 65
Semangka 2 potong sedang 180
Sirsak ½ gelas 60
Srikaya 2 buah besar 50
Strawberry 4 buah besar 215

*) Berat tanpa kulit dan biji (berat bersih)


-17-
BAB II
PRINSIP GIZI SEIMBANG

A. Empat Pilar Gizi Seimbang


Pedoman Gizi Seimbang yang telah diimplementasikan di Indonesia
sejak tahun 1955 merupakan realisasi dari rekomendasi Konferensi
Pangan Sedunia di Roma tahun 1992. Pedoman tersebut menggantikan
slogan “4 Sehat 5 Sempurna” yang telah diperkenalkan sejak tahun 1952
namun sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dalam bidang gizi serta masalah dan tantangan
yang dihadapi. Diyakini dengan mengimplementasikan Pedoman Gizi
Seimbang secara benar, semua masalah gizi dapat diatasi.

Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang
keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara
teratur.

Empat Pilar tersebut adalah:


1. Mengonsumsi anekaragam pangan
Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua
jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan
dan mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI)
untuk bayi baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi
merupakan sumber utama kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral;
sayuran dan buah-buahan pada umumnya kaya akan vitamin,
-18-
mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan protein; ikan merupakan
sumber utama protein tetapi sedikit kalori. Khusus untuk bayi
berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal yang sempurna.
Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi kebutuhan untuk
tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai dengan
kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.

Apakah mengonsumsi makanan beragam tanpa memperhatikan


jumlah dan proporsinya sudah benar? Tentu tidak benar.

Yang dimaksudkan beranekaragam dalam prinsip ini selain


keanekaragaman jenis pangan juga termasuk proporsi makanan yang
seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan
secara teratur. Anjuran pola makan dalam beberapa dekade terakhir
telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai
dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan
mengonsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan
dengan anjuran sebelumnya. Demikian pula jumlah makanan yang
mengandung gula, garam dan lemak yang dapat meningkatkan resiko
beberapa penyakit tidak menular, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-
akhir ini minum air dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan
dalam komponen gizi seimbang oleh karena pentingnya air dalam
proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi.

2. Membiasakan perilaku hidup bersih


Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-
anak. Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan mengalami
penurunan nafsu makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang
masuk ke tubuh berkurang. Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh
membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk memenuhi
peningkatan metabolisme pada orang yang menderita infeksi
terutama apabila disertai panas. Pada orang yang menderita penyakit
diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan secara
langsung akan memperburuk kondisinya. Demikian pula sebaliknya,
seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko
terkena penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan
tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah
masuk dan berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa
hubungan kurang gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal
balik.
-19-
Budaya perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang
dari keterpaparan terhadap sumber infeksi. Contoh: 1) selalu
mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum
makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan
dan minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan
menghindarkan terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman
penyakit antara lain kuman penyakit typus dan disentri; 2) menutup
makanan yang disajikan akan menghindarkan makanan dihinggapi
lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai
kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin,
agar tidak menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu
menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.

3. Melakukan aktivitas fisik


Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk
menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi
utamanya sumber energi dalam tubuh.

Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga


memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk
metabolisme zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam
menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam
tubuh.

4. Memantau Berat Badan (BB) secara teratur untuk mempertahankan


berat badan normal
Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan
bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah
tercapainya berat badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai
untuk tinggi badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks
Masa Tubuh (IMT). Oleh karena itu, pemantauan BB normal
merupakan hal yang harus menjadi bagian dari ‘Pola Hidup’ dengan
‘Gizi Seimbang’, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB dari BB
normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan penanganannya.

Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah


perkembangan berat badan sesuai dengan pertambahan umur.
Pemantauannya dilakukan dengan menggunakan KMS.
-20-
Yang dimaksud dengan berat badan normal adalah : a. untuk
orang dewasa jika IMT 18,5-25,0; b. bagi anak Balita dengan
menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau. Kita dapat
melihat dalam Tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu Menuju
Sehat sebagai berikut :

Tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu Menuju Sehat (KMS)
a. Grafik indeks masa tubuh (IMT) orang dewasa
-21-

Cara Menentukan IMT

Menggunakan Grafik Indeks Masa Tubuh Orang Dewasa


Umur di Atas 18 Tahun

Misalkan :
Seseorang umur 20 tahun dengan berat badan 63 kg dan tinggi
160 cm

Buatlah 2 garis lurus sebagai berikut :


(1) Tariklah garis lurus dari sumbu Berat Badan pada titik 63 ke
kanan sejajar dengan sumbu Tinggi Badan
(2) Tariklah garis lurus dari sumbu Tinggi Badan pada titik 160
tegal lurus sejajar dengan sumbu Berat Badan

Kedua garis tersebut berpotongan pada titik sekitar angka 25.


Angka 25 ini menunjukkan besar IMT orang tersebut.

Untuk mengetahui nilai IMT, dapat dihitung dengan rumus


berikut :

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan


FAO/WHO. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang
dimodifikasi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian
di beberapa negara berkembang. Batas ambang IMT untuk
Indonesia adalah sebagai berikut :

Kategori IMT
Kekurangan berat badan
Sangat Kurus < 17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan
Kurus 17 - < 18,5
tingkat ringan
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan
> 25,0-27,0
(Overweight) tingkat ringan
Kelebihan berat badan
Obese > 27,0
tingkat berat
-22-
Jika seseorang termasuk kategori :

(1) IMT<17,0 keadaan orang tersebut disebut sangat kurus


dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau
Kekurangan Energi Kronis (KEK) berat.
(2) IMT 17,0<18,5 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.

Perhatian
Seseorang yang termasuk kategori kekurangan berat
badan tingkat ringan (KEK ringan) sudah perlu mendapat
perhatian untuk segera menaikkan berat badannya.

(3) IMT 18,5-25,0 keadaan orang tersebut termasuk kategori


normal.
(4) IMT > 25,0-27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk
(Overwight) dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
(5) IMT > 27,0 keadaan orang tersebut disebut obese dengan
kelebihan berat badan tingkat berat.

Perhatian
Seseorang dengan IMT di atas 25,0 harus berhati-hati
agar berat badan tidak naik. Dianjurkan untuk segera
menurunkan berat badan dalam batas normal.
-23-
b. Grafik pertumbuhan dan perkembangan balita
-24-
-25-
-26-
-27-
B. Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok
1. Gizi Seimbang untuk ibu hamil
Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Hal ini disebabkan
karena selain untuk ibu zat gizi dibutuhkan bagi janin. Janin
tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi oleh ibu dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam
tubuh ibu. Selama hamil seorang ibu harus menambah jumlah dan
jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan
pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayi
serta untuk memproduksi ASI

Oleh karena itu Gizi Seimbang untuk ibu hamil harus memenuhi
kebutuhan gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan janin. Prinsip pertama Gizi Seimbang yaitu
mengonsumsi anekaragam pangan secara seimbang jumlah dan
proporsinya tetap diterapkan.

Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi


yang dibutuhkan, seperti sel lemak ibu sebagai sumber kalori; zat
besi dari simpanan di dalam tubuh ibu sebagai sumber zat besi
janin/bayi, maka janin atau bayi akan mengambil persediaan yang
ada didalam tubuh ibu. Demikian juga beberapa zat gizi tertentu
tidak disimpan di dalam tubuh seperti vitamin C dan vitamin B yang
banyak terdapat di dalam sayuran dan buah-buahan. Sehubungan
hal tersebut, ibu harus mempunyai status gizi yang baik sebelum
hamil dan mengonsumsi anekaragam pangan, baik proporsi maupun
jumlahnya.

Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu yang saat hamil


mempunyai status gizi kurang, misalnya kurus dan menderita
Anemia. Hal ini dapat disebabkan karena asupan makanannya
selama kehamilan tidak mencukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri
dan bayinya. Selain itu kondisi ini dapat diperburuk oleh beban kerja
ibu hamil yang biasanya sama atau lebih berat dibandingkan dengan
saat sebelum hamil. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat gizi yang
dibutuhkan, sehingga mengganggu pertumbuhan dan
perkembangannya.

2. Gizi Seimbang untuk ibu menyusui


Gizi Seimbang untuk ibu menyusui harus memenuhi kebutuhan
bagi dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan bayi dan
anak. Dengan demikian maka kebutuhan zat gizi ibu menyusui lebih
banyak dari kebutuhan zat gizi ibu yang tidak menyusui. Konsumsi
-28-
pangannya tetap harus beranekaragam dan seimbang dalam jumlah
dan proporsinya. Selama menyusui, ibu harus menambah jumlah
dan jenis makanan yang dikonsumsi yaitu untuk mencukupi
kebutuhan ibu sendiri dan kebutuhan untuk memproduksi ASI. Bila
makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang
dibutuhkan, misalnya sel lemak sebagai sumber energi dan zat besi
sebagai zat untuk pembentukkan sel darah merah, maka kebutuhan
zat-zat tersebut dalam produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan
bayi akan diambil dari persediaan yang ada didalam tubuh ibu.

Berbeda dengan sel lemak dan zat besi kebutuhan bayi akan
vitamin B dan vitamin C yang dipenuhi melalui produksi ASI tidak
dapat diambil dari persediaan yang ada dalam tubuh ibu, melainkan
harus dipenuhi dari konsumsi pangan ibu setiap hari.

3. Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan


Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan cukup hanya dari ASI.
ASI merupakan makanan yang terbaik untuk bayi karena dapat
memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan,
sesuai dengan perkembangan sistem pencernaannya, murah dan
bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh ASI Eksklusif
yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja.

4. Gizi Seimbang untuk bayi dan anak usia 6-24 bulan


Pada bayi dan anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap
berbagai zat gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi
hanya dari ASI saja. Pada usia ini anak berada pada periode
pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap
infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat
gizi harus terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak
dan keadaan infeksi. Agar mencapai Gizi Seimbang maka perlu
ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), sementara ASI
tetap diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi
mulai diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk
lumat, makanan lembik dan selanjutnya beralih ke makanan
keluarga saat bayi mulai berusia 1 tahun.

Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan


secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera
makan anak selanjutnya. Sehingga pengenalan makanan yang
beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara
bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24 bulan semakin
ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk
pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok
-29-
sebagai sumber energi. Demikian pula jumlahnya ditambahkan
secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam
proporsi yang juga seimbang.

5. Gizi Seimbang untuk anak usia 2-5 tahun


Kebutuhan zat gizi anak pada usia 2-5 tahun meningkat karena
masih berada pada masa pertumbuhan cepat dan aktivitasnya
semakin meningkat. Demikian juga anak sudah mempunyai pilihan
terhadap makanan yang disukai termasuk makanan jajanan. Oleh
karena itu jumlah dan variasi makanan harus mendapatkan
perhatian secara khusus dari ibu atau pengasuh anak, terutama
dalam memenangkan pilihan anak agar memilih makanan yang
bergizi seimbang. Disamping itu anak pada usia ini sering keluar
rumah sehingga mudah terkena penyakit infeksi dan kecacingan,
sehingga perilaku hidup bersih perlu dibiasakan untuk
mencegahnya.

6. Gizi Seimbang untuk anak usia 6-9 tahun


Anak pada kelompok usia ini merupakan anak yang sudah
memasuki masa sekolah dan banyak bermain diluar, sehingga
pengaruh kawan, tawaran makanan jajanan, aktivitas yang tinggi dan
keterpaparan terhadap sumber penyakit infeksi menjadi tinggi.
Sebagian anak usia 6-9 tahun sudah mulai memasuki masa
pertumbuhan cepat pra-pubertas, sehingga kebutuhan terhadap zat
gizi mulai meningkat secara bermakna. Oleh karena itu, pemberian
makanan bergizi seimbang untuk anak pada kelompok usia ini harus
mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut.

7. Gizi Seimbang untuk remaja usia 10-19 tahun (Pra-pubertas dan


Pubertas)
Kelompok ini adalah kelompok usia peralihan dari anak-anak
menjadi remaja muda sampai dewasa. Kondisi penting yang
berpengaruh terhadap kebutuhan zat gizi kelompok ini adalah
pertumbuhan cepat memasuki usia pubertas, kebiasaan jajan,
menstruasi dan perhatian terhadap penampilan fisik citra tubuh
(body image) pada remaja puteri. Dengan demikian perhitungan
terhadap kebutuhan zat gizi pada kelompok ini harus memperhatikan
kondisi-kondisi tersebut. Khusus pada remaja puteri, perhatian
harus lebih ditekankan terhadap persiapan mereka sebelum
menikah.
-30-
8. Gizi Seimbang untuk dewasa
Perilaku konsumsi pangan bergizi seimbang dapat terganggu
oleh pola kegiatan kelompok usia dewasa saat ini. Misalnya waktu
kerja yang ketat, waktu di rumah yang singkat, ibu bekerja diluar
rumah, peningkatan risiko terpapar polusi dan makanan tidak aman,
ketersediaan berbagai makanan siap saji dan siap olah, dan ketidak-
tahuan tentang gizi, yang menyebabkan kelompok usia ini
cenderung beraktivitas ringan atau santai (sedentary life), yang salah
satu akibatnya adalah konsumsi pangan yang tidak seimbang dan
tidak higienis. Oleh karena itu, perhatian terhadap perilaku Gizi
Seimbang perlu ditingkatkan untuk mencapai pola hidup sehat, aktif
dan produktif.

9. Gizi Seimbang untuk usia lanjut


Pada usia lanjut, khususnya usia di atas 60 tahun, terjadi
berbagai perubahan dalam tubuh yaitu mulai menurunnya fungsi
berbagai organ dan jaringan tubuh. Perubahan tersebut meliputi
antara lain organ pengindra termasuk fungsi penciuman sehingga
dapat menurunkan nafsu makan; melemahnya sistem organ
pencernaan sehingga saluran pencernaan menjadi lebih sensitif
terhadap makanan tertentu dan mengalami sembelit; gangguan pada
gigi sehingga mengganggu fungsi mengunyah; melemahnya kerja
otot jantung; pada wanita memasuki masa menopause dengan
berbagai akibatnya; dan lain-lain.
Hal tersebut menyebabkan kelompok usia lanjut lebih rentan
terhadap gangguan gizi dan berbagai penyakit, termasuk terlalu
gemuk, terlalu kurus, penyakit hipertensi, penyakit jantung, diabetes
mellitus, osteoporosis, osteoartritis dll. Oleh karena itu kebutuhan zat
gizi dan pola konsumsi pangan pada kelompok usia lanjut agak
berbeda dibanding kelompok dewasa; Misalnya membatasi konsumsi
gula, garam dan minyak, serta tinggi purin. Sebaliknya lebih banyak
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang cukup.
-31-
BAB III
PESAN GIZI SEIMBANG

A. Pesan Umum
Pesan umum ini berlaku untuk usia dewasa dari berbagai lapisan
masyarakat dalam kondisi sehat, dan untuk mempertahankan hidup
sehat.

1. Syukuri dan nikmati anekaragam makanan


Kualitas atau mutu gizi dan kelengkapan zat gizi dipengaruhi
oleh keragaman jenis pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam
jenis pangan yang dikonsumsi semakin mudah untuk memenuhi
kebutuhan gizi. Bahkan semakin beragam pangan yang dikonsumsi
semakin mudah tubuh memperoleh berbagai zat lainnya yang
bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu konsumsi anekaragam
pangan merupakan salah satu anjuran penting dalam mewujudkan
gizi seimbang.

Selain memperhatikan keanekaragaman makanan dan minuman


juga perlu memperhatikan dari aspek keamanan pangan yang berarti
makanan dan minuman itu harus bebas dari cemaran biologis, kimia
dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan masyarakat.

Cara menerapkan pesan ini adalah dengan mengonsumsi lima


kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan. Kelima
kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk-pauk,
sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu
jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah-buahan) setiap kali makan akan lebih baik.
-32-
Setiap orang diharapkan selalu bersyukur dan menikmati
makanan yang dikonsumsinya. Bersyukur dapat diwujudkan berupa
berdoa sebelum makan. Nikmatnya makan ditentukan oleh
kesesuaian kombinasi anekaragam dan bumbu, cara pengolahan,
penyajian makanan dan suasana makan. Cara makan yang baik
adalah makan yang tidak tergesa-gesa. Dengan bersyukur dan
menikmati makan anekaragam makanan akan mendukung
terwujudnya cara makan yang baik, tidak tergesa-gesa. Dengan
demikian makanan dapat dikunyah, dicerna dan diserap oleh tubuh
lebih baik.

2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan


Secara umum sayuran dan buah-buahan merupakan sumber
berbagai vitamin, mineral, dan serat pangan. Sebagian vitamin,
mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah-buahan berperan
sebagai antioksidan atau penangkal senyawa jahat dalam tubuh.
Berbeda dengan sayuran, buah-buahan juga menyediakan
karbohidrat terutama berupa fruktosa dan glukosa. Sayur tertentu
juga menyediakan karbohidrat, seperti wortel dan kentang sayur.
Sementara buah tertentu juga menyediakan lemak tidak jenuh
seperti buah alpokat dan buah merah. Oleh karena itu konsumsi
sayuran dan buah-buahan merupakan salah satu bagian penting
dalam mewujudkan Gizi Seimbang.

Berbagai kajian menunjukkan bahwa konsumsi sayuran dan


buah-buahan yang cukup turut berperan dalam menjaga kenormalan
tekanan darah, kadar gula dan kolesterol darah. Konsumsi sayur dan
buah yang cukup juga menurunkan risiko sulit buang air besar
(BAB/sembelit) dan kegemukan. Hal ini menunjukkan bahwa
konsumsi sayuran dan buah-buahan yang cukup turut berperan
dalam pencegahan penyakit tidak menular kronik. Konsumsi sayuran
dan buah-buahan yang cukup merupakan salah satu indikator
sederhana gizi seimbang.
-33-
Semakin matang buah yang mengandung karbohidrat semakin
tinggi kandungan fruktosa dan glukosanya, yang dicirikan oleh rasa
yang semakin manis. Dalam budaya makan masyarakat perkotaaan
Indonesia saat ini, semakin dikenal minuman jus bergula. Dalam
segelas jus buah bergula mengandung 150-300 Kalori yang sekitar
separohnya dari gula yang ditambahkan. Selain itu beberapa jenis
buah juga meningkatkan risiko kembung dan asam urat. Oleh karena
itu konsumsi buah yang terlalu matang dan minuman jus bergula
perlu dibatasi agar turut mengendalikan kadar gula darah.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan


konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah
400 g perorang perhari, yang terdiri dari 250 g sayur (setara dengan
2
½ porsi atau 2 ½ gelas sayur setelah dimasak dan ditiriskan) dan 150
g buah, (setara dengan 3 buah pisang ambon ukuran sedang atau 1
½ potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah jeruk ukuran sedang).
Bagi orang Indonesia dianjurkan konsumsi sayuran dan buah-
buahan 300-400 g perorang perhari bagi anak balita dan anak usia
sekolah, dan 400-600 g perorang perhari bagi remaja dan orang
dewasa. Sekitar dua-pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran
dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur.

3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein tinggi


Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan
pangan sumber protein nabati. Kelompok pangan lauk pauk sumber
protein hewani meliputi daging ruminansia (daging sapi, daging
kambing, daging rusa dll), daging unggas (daging ayam, daging bebek
dll), ikan termasuk seafood, telur dan susu serta hasil olahnya.
Kelompok Pangan lauk pauk sumber protein nabati meliputi kacang-
kacangan dan hasil olahnya seperti kedele, tahu, tempe, kacang
hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang hitam, kacang tolo dan
lain-lain.

Meskipun kedua kelompok pangan tersebut (pangan sumber


protein hewani dan pangan sumber protein nabati) sama-sama
menyediakan protein, tetapi masing-masing kelompok pangan
-34-
tersebut mempunyai keunggulan dan kekurangan. Pangan hewani
mempunyai asam amino yang lebih lengkap dan mempunyai mutu
zat gizi yaitu protein, vitamin dan mineral lebih baik, karena
kandungan zat-zat gizi tersebut lebih banyak dan mudah diserap
tubuh. Tetapi pangan hewani mengandung tinggi kolesterol (kecuali
ikan) dan lemak. Lemak dari daging dan unggas lebih banyak
mengandung lemak jenuh. Kolesterol dan lemak jenuh diperlukan
tubuh terutama pada anak-anak tetapi perlu dibatasai asupannya
pada orang dewasa.

Pangan protein nabati mempunyai keunggulan mengandung


proporsi lemak tidak jenuh yang lebih banyak dibanding pangan
hewani. Juga mengandung isoflavon, yaitu kandungan fitokimia yang
turut berfungsi mirip hormon estrogen (hormon kewanitaan) dan
antioksidan serta anti-kolesterol. Konsumsi kedele dan tempe telah
terbukti dapat menurunkan kolesterol dan meningkatkan sensitifitas
insulin dan produksi insulin. Sehingga dapat mengendalikan kadar
kolesterol dan gula darah. Namun kualitas protein dan mineral yang
dikandung pangan protein nabati lebih rendah dibanding pangan
protein hewani.

Oleh karena itu dalam mewujudkan Gizi Seimbang kedua


kelompok pangan ini (hewani dan nabati) perlu dikonsumsi bersama
kelompok pangan lainnya setiap hari, agar jumlah dan kualitas zat
gizi yang dikonsumsi lebih baik dan sempurna. Kebutuhan pangan
hewani 2-4 porsi, setara dengan 70-140 g (2-4 potong) daging sapi
ukuran sedang; atau 80-160 g (2-4 potong) daging ayam ukuran
sedang; atau 80-160 g (2-4 potong) ikan ukuran sedang sehari.
Kebutuhan pangan protein nabati 2-4 porsi sehari, setara dengan 100-
200 g (4-8 potong) tempe ukuran sedang; atau 200-400 g (4-8 potong)
tahu ukuran sedang. Porsi yang dianjurkan tersebut tergantung
kelompok umur dan kondisi fisiologis (hamil, menyusui, lansia, anak,
remaja, dewasa). Susu sebagai bagian dari pangan hewani yang
dikonsumsi berupa minuman dianjurkan terutama bagi ibu hamil, ibu
menyusui serta anak-anak setelah usia satu tahun. Mereka yang
mengalami diare atau intoleransi laktosa karena minum susu tidak
dianjurkan minum susu hewani. Konsumsi telur, susu kedele dan ikan
merupakan salah satu alternatif solusinya.
-35-
4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok
Makanan pokok adalah pangan mengandung karbohidrat yang
sering dikonsumsi atau telah menjadi bagian dari budaya makan
berbagai etnik di Indonesia sejak lama. Contoh pangan karbohidrat
adalah beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut,
sagu dan produk olahannya. Indonesia kaya akan beragam pangan
sumber karbohidrat tersebut.

Disamping mengandung karbohidrat, dalam makanan pokok


biasanya juga terkandung antara lain vitamin B1 (tiamin), B2
(riboflavin) dan beberapa mineral. Mineral dari makanan pokok ini
biasanya mempunyai mutu biologis atau penyerapan oleh tubuh
yang rendah. Serealia utuh seperti jagung, beras merah, beras hitam,
atau biji-bijian yang tidak disosoh dalam penggilingannya
mengandung serat yang tinggi. Serat ini penting untuk melancarkan
buang air besar dan pengendalian kolesterol darah. Selain itu serealia
tersebut juga memilki karbohidrat yang lambat diubah menjadi gula
darah sehingga turut mencegah gula darah tinggi. Beberapa jenis umbi-
umbian juga mengandung zat non-gizi yang bermanfaat untuk
kesehatan seperti ubi jalar ungu dan ubi jalar kuning yang
mengandung antosianin dan lain-lain.

Selain makanan pokok yang diproduksi di indonesia, ada juga


makanan pokok yang tersedia di Indonesia melalui impor seperti
terigu. Pemerintah Indonesia telah mewajibkan pengayaan mineral
dan vitamin (zat besi, zink, asam folat, tiamin dan riboflavin) pada
semua terigu yang dipasarkan di Indonesia sebagai bagian dari
strategi perbaikan gizi terutama penanggulangan anemia gizi.

Cara mewujudkan pola konsumsi makanan pokok yang beragam


adalah dengan mengonsumsi lebih dari satu jenis makanan pokok
dalam sehari atau sekali makan. Salah satu cara mengangkat citra
pangan karbohidrat lokal adalah dengan mencampur makanan
karbohidrat lokal dengan terigu, seperti pengembangan produk boga
yang beragam misalnya, roti atau mie campuran tepung singkong
dengan tepung terigu, pembuatan roti gulung pisang, singkong
goreng keju dan lain-lain
-36-
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin dan berlemak

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang


Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta
Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji
menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 g (4 sendok
makan), natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) dan
lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orang per
hari akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan
serangan jantung. Informasi kandungan gula, garam dan lemak serta
pesan kesehatan yang tercantum pada label pangan dan makanan
siap saji harus diketahui dan mudah dibaca dengan jelas oleh
konsumen.

Masyarakat perlu diberi pendidikan membaca label pangan,


mengetahui pangan rendah gula, garam dan lemak, serta memasak
dengan mengurangi garam dan gula. Di lain pihak para pengusaha
pangan olahan diwajibkan mencantumkan informasi nilai gizi pada
label pangan agar masyarakat dapat memilih makanan sehat sesuai
kebutuhan setiap anggota keluarganya. Label dan iklan pangan
harus mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999.
Khusus untuk anak usia 6-24 bulan konsumsi lemak tidak perlu
dibatasi.

a. Konsumsi gula
Gula yang dikonsumsi melampaui kebutuhan akan
berdampak pada peningkatan berat badan, bahkan jika
dilakukan dalam jangka waktu lama secara langsung akan
meningkatkan kadar gula darah dan berdampak pada terjadinya
diabetes type-2, bahkan secara tidak langsung berkontribusi
pada penyakit seperti osteoporosis, penyakit jantung dan
kanker.

Gula yang dikenal masyarakat tidak hanya terdapat pada


gula tebu, gula aren dan gula jagung yang dikonsumsi dari
makanan dan minuman. Perlu diingat bahwa kandungan gula
terdapat juga dalam makanan lain yang mengandung
-37-
karbohidrat sederhana (tepung, roti, kecap), buah manis, jus,
minuman bersoda dan sebagainya.

Fruktosa adalah gula sederhana yang terdapat di dalam


madu, berbagai buah, gula meja (sukrosa dan high fructose corn
syrup/HFCS). Fruktosa belum memperoleh perhatian yang
cukup dibandingkan dengan glukosa padahal terbukti
mempunyai hubungan yang erat dengan intoleransi glukosa.
Jadi pendapat selama ini bahwa fruktosa lebih aman dari
glukosa adalah tidak benar.

Daftar pangan penukar gula dan porsi ukuran rumah


tangga (URT).

Tabel Kelompok Pangan Manis

Jenis pangan ini hampir seluruhnya terdiri dari karbohidrat


sederhana.
Kandungan gizi satu (1) porsi gula tebu (pasir) dengan ukuran
satu (1) sendok makan atau 10 gram adalah : 37 Kalori dan 9
gram Karbohidrat.

Daftar pangan penukar satu (1) porsi gula:

Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam gram


Tangga (URT)
Gula aren 1 sendok makan 10
Gula kelapa 1 sendok makan 10
Selai/jam 1 sendok makan 15
Madu 1 sendok makan 15
Sirup 1 sendok makan 15
-38-
Beberapa cara membatasi konsumsi gula:
1) Batasi konsumsi makanan dan minuman yang manis.
2) Kurangi penggunaan gula, baik pada berbagai minuman
(teh, kopi, susu, jus dan minuman lain bergula) maupun
pada berbagai makanan, jajanan dan saat membubuhkan
pada masakan. Jika ingin memberi rasa pada minuman,
dapat ditambahkan potongan buah atau daun seperti jeruk
nipis, daun mint
3) Ganti makanan penutup/dessert yang manis dengan buah
yang mempunyai rasa kurang manis dan/atau sayur-
sayuran segar.
4) Manfaatkan informasi pada label kemasan dalam memilih
makanan yang kurang manis atau rendah kalori.

b. Konsumsi garam
Rasa asin yang berasal dari makanan adalah karena
kandungan garam (NaCl) yang ada dalam makanan tersebut.
Konsumsi natrium yang berlebihan akan mempengaruhi
kesehatan terutama meningkatkan tekanan darah. Daftar
makanan tinggi natrium adalah sebagai berikut:

Daftar Makanan Tinggi Natrium

1) Bahan Penyedap

Ukuran
Kandungan
Nama Makanan Rumah
Natrium
Tangga (URT)
Garam Meja 1 Sendok Teh 2000 mg
Acar Bawang Merah 1 Sendok Teh 1620 mg
Acar bawang Putih 1 Sendok Teh 1850 mg
MSG (Vetsin) 1 Sendok Teh 492 mg
Kecap 1 Sendok Teh 343 mg
Meat Tenderizer (Pelunak 1 Sendok Teh 1750 mg
Daging)
-39-
2) Makanan Siap Saji

Berat dalam Kandungan


Nama Makanan
Gram Natrium
Chicken Breast Sandwich 210 1340 mg
Double Beef Whopper and 374 1535 mg
Cheese
Ham and Cheese 230 1534 mg
Hot dog 100 830 mg
Roasted Beef 247 1288 mg
Super Hot Dog with 196 1605 mg
Cheese

Karena itu dianjurkan mengonsumsi garam sekedarnya


dengan cara menyajikan makanan rendah natrium:
1) Gunakan garam beriodium untuk konsumsi.
2) Jika membeli pangan kemasan dalam kaleng, seperti
sayuran, kacang-kacangan atau ikan, agar membaca label
informasi nilai gizi dan pilih yang rendah natrium.
3) Jika tidak tersedia pangan kemasan dalam kaleng yang
rendah natrium, pangan dalam kemasan tersebut perlu
ditiriskan bila mengandung cairan bergaram.
4) Bila mengonsumsi makanan instan yang bumbunya
terpisah, dianjurkan mengurangi penggunaan bumbu yang
bergaram.
5) Cobalah menggunakan bumbu tambahan lain seperti tomat,
bawang, cabe, jahe atau lainnya untuk meningkatkan rasa.

Disamping menggunakan garam (NaCl) juga dapat


menggunakan garam yang mengandung Kalium karena
mengonsumsi lebih banyak pangan sumber Kalium dapat
membantu menurunkan tekanan darah. Pangan sumber Kalium
adalah kismis, kentang, pisang, kacang (beans) dan yoghurt.

c. Konsumsi lemak
Lemak yang terdapat didalam makanan, berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A,
D, E dan K serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak
dan minyak dalam hidangan sehari-hari dianjurkan tidak lebih
dari 25% kebutuhan energi, jika mengonsumsi lemak secara
berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya konsumsi
makanan lain. Hal ini disebabkan karena lemak berada didalam
-40-
sistem pencernaan relatif lebih lama dibandingkan dengan
protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa
kenyang yang lebih lama.

Berdasarkan hasil Riskesdas Tahun 2010, secara nasional,


rata-rata konsumsi lemak di Indonesia telah sesuai dengan yang
dianjurkan yaitu 47 gram/kapita/hari atau 25 persen dari total
konsumsi energi. Karakteristiknya adalah lebih besar pada
kelompok penduduk usia 2-18 tahun, tinggal di perkotaan dan
pada kelompok perempuan.

Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi


menjadi 2 (dua) kelompok yaitu kelompok lemak tak jenuh dan
kelompok lemak jenuh. Makanan yang mengandung lemak tak
jenuh, umumnya berasal dari pangan nabati, kecuali minyak
kelapa. Sedangkan makanan yang mengandung asam lemak
jenuh, umumnya berasal dari pangan hewani.

Dalam memproduksi hormon, tubuh membutuhkan


kolesterol yang merupakan substansi yang terdapat dalam
tubuh. Tubuh membuat kolesterol dari zat gizi yang dikonsumsi
dari makanan yang mengandung lemak jenuh, seperti kuning
telur, lemak daging dan keju.

Kadar kolesterol darah yang melebihi ambang normal (160-


200 mg/dl) dapat mengakibatkan penyakit jantung bahkan
serangan jantung. Hal ini dapat dicegah jika penduduk
menerapkan pola konsumsi makanan rendah lemak. Daftar
pangan sumber lemak dan porsi ukuran rumah tangga (URT)
sebagai berikut :

Tabel Kelompok Pangan Minyak Sumber Lemak


(Jenis pangan ini hampir seluruhnya terdiri dari
lemak)

Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi menjadi 2


kelompok yaitu lemak tak jenuh dan lemak jenuh :

1) Lemak Tak Jenuh


Satu satuan penukar mengandung 50 Kkal dan 5 gram
lemak
-41-
Daftar pangan penukar satu (1) porsi minyak :
Ukuran Rumah Berat dalam
Bahan Makanan
Tangga (URT) gram

Alpokat ½ buah besar 60


Margarin jagung ¼ sendok teh 5
Mayonaise 2 sendok makan 25
Minyak biji kapas 1 sendok teh 5
Minyak matahari 1 sendok teh 5
Minyak jagung 1 sendok teh 5
Minyak kedelai 1 sendok teh 5
Minyak kacang tanah 1 sendok teh 5
Minyak safflower 1 sendok teh 5
Minyak zaitun 1 sendok teh 5

2) Lemak Jenuh
Satu satuan penukar mengandung 50 Kkal dan 5 gram
lemak

Daftar pangan penukar yang mengandung asam lemak 5


gram dan 50 Kalori:
Ukuran Rumah Berat dalam
Bahan Makanan
Tangga (URT) gram

Mentega 1sendok makan 15


Santan (peras) 1/3 gelas 40
Kelapa 1potong kecil 15
Keju krim 1 potong kecil 15
Minyak kelapa 1 sendok teh 5
Minyak sawit 1 sendok teh 5

Daftar Pustaka :
a) FKUI, Daftar Bahanan Makan Penukar Balai Penerbit
FKUI Jakarta 1997
b) Almatsier, Editor, Penuntun Diet Instalasi Gizi RS Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia PT.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2007
-42-

Risiko timbulnya penyakit jantung pada kelompok


penduduk ini semakin meningkat jika disertai dengan
kebiasaan merokok, menderita tekanan darah tinggi,
diabetes dan obesitas.

d. Biasakan Sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan
antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian
kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif.

Masyarakat Indonesia masih banyak yang belum


membiasakan sarapan. Padahal dengan tidak sarapan akan
berdampak buruk terhadap proses belajar di sekolah bagi anak
sekolah, menurunkan aktifitas fisik, menyebabkan kegemukan
pada remaja, orang dewasa, dan meningkatkan risiko jajan yang
tidak sehat.

Sebaliknya, sarapan membekali tubuh dengan zat gizi yang


diperlukan untuk berpikir, bekerja, dan melakukan aktivitas
fisik secara optimal setelah bangun pagi. Bagi anak sekolah,
sarapan yang cukup terbukti dapat meningkatkan konsentrasi
belajar dan stamina. Bagi remaja dan orang dewasa sarapan
yang cukup terbukti dapat mencegah kegemukan. Membiasakan
sarapan juga berarti membiasakan disiplin bangun pagi dan
beraktifitas pagi dan tercegah dari makan berlebihan dikala
makan kudapan atau makan siang.

Karena itu sarapan merupakan salah satu perilaku penting


dalam mewujudkan gizi seimbang. Pekan Sarapan Nasional
(PESAN) yang diperingati setiap tanggal 14-20 Februari
diharapkan dapat dijadikan sebagai momentum berkala setiap
tahun untuk selalu mengingatkan dan mendorong masyarakat
agar melakukan sarapan yang sehat sebagai bagian dari upaya
mewujudkan Gizi Seimbang.

Sarapan sehat setiap pagi dapat diwujudkan dengan bangun


pagi, mempersiapkan dan mengonsumsi makanan dan minuman
pagi sebelum melakukan aktifitas harian. Sarapan yang baik
terdiri dari pangan karbohidrat, pangan lauk-pauk, sayuran atau
buah-buahan dan minuman. Bagi orang yang tidak biasa makan
kudapan pagi dan kudapan siang, porsi makanan saat sarapan
sekitar sepertiga dari total makanan sehari. Bagi orang yang
-43-
biasa makan kudapan pagi dan makanan kudapan siang, jumlah
porsi makanan sarapan sebaiknya seperempat dari makanan
harian.

e. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman


Air merupakan salah satu zat gizi makro esensial,
yang berarti bahwa air dibutuhkan tubuh dalam jumlah
yang banyak untuk hidup sehat, dan tubuh tidak dapat
memproduksi air untuk memenuhi kebutuhan ini.
Sekitar dua-pertiga dari berat tubuh kita adalah air.

Air diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan


yang optimal sehingga keseimbangan air perlu dipertahankan
dengan mengatur jumlah masukan air dan keluaran air yang
seimbang. Persentase kadar air dalam tubuh anak lebih tinggi
dibanding dalam tubuh orang dewasa. Sehingga anak
memerlukan lebih banyak air untuk setiap kilogram berat
badannya dibandingkan dewasa. Berbagai faktor dapat
memengaruhi kebutuhan air seperti tahap pertumbuhan, laju
metabolisme, aktivitas fisik, laju pernafasan, suhu tubuh dan
lingkungan, kelembaban udara, jumlah dan jenis padatan yang
dikeluarkan ginjal, dan pola konsumsi pangan.

Bagi tubuh, air berfungsi sebagai pengatur proses biokimia,


pengatur suhu, pelarut, pembentuk atau komponen sel dan
organ, media tranportasi zat gizi dan pembuangan sisa
metabolisme, pelumas sendi dan bantalan organ. Proses
biokimiawi dalam tubuh memerlukan air yang cukup. Gangguan
terhadap keseimbangan air di dalam tubuh dapat meningkatkan
risiko berbagai gangguan atau penyakit, antara lain: sulit ke
belakang (konstipasi), infeksi saluran kemih, batu saluran
kemih, gangguan ginjal akut dan obesitas.

Sekitar 78% berat otak adalah air. Berbagai penelitian


membuktikan bahwa kurang air tubuh pada anak sekolah
menimbulkan rasa lelah (fatigue), menurunkan atensi atau
konsentrasi belajar. Minum yang cukup atau hidrasi tidak hanya
mengoptimalkan atensi atau konsentrasi belajar anak tetapi juga
mengoptimalkan memori anak dalam belajar.

Pemenuhan kebutuhan air tubuh dilakukan melalui


konsumsi makanan dan minuman. Sebagian besar (dua-pertiga)
air yg dibutuhkan tubuh dilakukan melalui minuman yaitu
sekitar dua liter atau delapan gelas sehari bagi remaja dan
dewasa yang melakukan kegiatan ringan pada kondisi
-44-
temperatur harian di kantor/rumah tropis. Pekerja yang
berkeringat, olahragawan, ibu hamil dan ibu menyusui
memerlukan tambahan kebutuhan air selain dua liter
kebutuhan dasar air. Air yang dibutuhkan tubuh selain
jumlahnya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan juga harus
aman yang berarti bebas dari kuman penyakit dan bahan-bahan
berbahaya.

f. Biasakan membaca label pada kemasan pangan


Label adalah keterangan tentang isi, jenis, komposisi zat
gizi, tanggal kadaluarsa dan keterangan penting lain yang
dicantumkan pada kemasan.

Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang


dikemas sangat membantu konsumen untuk mengetahui bahan-
bahan yang terkandung dalam makanan tersebut. Selain itu
dapat memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi pada
konsumen yang berisiko tinggi karena punya penyakit tertentu.
Oleh karena itu dianjurkan untuk membaca label pangan yang
dikemas terutama keterangan tentang informasi kandungan zat
gizi dan tanggal kadaluarsa sebelum membeli atau
mengonsumsi makanan tersebut.

g. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir


Pentingnya mencuci tangan secara
baik dan benar memakai sabun dengan air
bersih mengalir adalah agar kebersihan
terjaga secara keseluruhan serta mencegah
kuman dan bakteri berpindah dari tangan
ke makanan yang akan dikonsumsi dan
juga agar tubuh tidak terkena kuman.
Perilaku hidup bersih harus dilakukan atas
dasar kesadaran oleh setiap anggota
keluarga agar terhindar dari penyakit,
karena 45% penyakit diare bisa dicegah
dengan mencuci tangan.

Tanggal 15 Oktober adalah Hari Cuci


Tangan Sedunia Pakai Sabun yang dicanangkan oleh PBB
sebagai salah satu cara menurunkan angka kematian anak usia
di bawah lima tahun serta mencegah penyebaran penyakit.
Penggunaan sabun khusus cuci tangan baik berbentuk batang
maupun cair sangat disarankan untuk kebersihan tangan yang
maksimal.
-45-
Saat yang diharuskan untuk mencuci tangan dengan air bersih
mengalir dan pakai sabun, adalah:
1) Sebelum dan sesudah makan
2) Sebelum dan sesudah memegang makanan
3) Sesudah buang air besar dan menceboki bayi/anak
4) Sebelum memberikan air susu ibu
5) Sesudah memegang binatang
6) Sesudah berkebun

Lima (5) langkah cara mencuci tangan pakai sabun yang baik
dan benar:
1) Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih mengalir
2) Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela jari-jari
3) Bersihkan bagian bawah kuku-kuku
4) Bilas dengan air bersih mengalir
5) Keringkan tangan dengan handuk/tissu atau keringkan
dengan udara/dianginkan

Manfaat melakukan 5 langkah mencuci tangan yaitu


membersihkan dan membunuh kuman yang menempel secara
cepat dan efektif karena semua bagian tangan akan dicuci
menggunakan sabun.

h. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat


badan normal
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang
meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran
energi. Aktivitas fisik dikategorikan cukup apabila seseorang
melakukan latihan fisik atau olah raga selama 30 menit setiap
hari atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. Beberapa aktivitas
fisik yang dapat dilakukan antara lain aktivitas fisik sehari-hari
seperti berjalan kaki, berkebun, menyapu, mencuci, mengepel,
naik turun tangga dan lain-lain.

Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang


dilakukan secara terstruktur dan terencana, dengan tujuan
untuk meningkatkan kesegaran jasmani. Beberapa latihan fisik
yang dapat dilakukan seperti berlari, joging, bermain bola,
berenang, senam, bersepeda dan lain-lain. Contoh-contoh
latihan fisik dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
-46-
Tabel Contoh-Contoh Latihan Fisik
1) Contoh Peningkatan Latihan Fisik pada Orang Sehat

MINGGU FREKUENSI DURASI INTENSITAS


PROGRAM
Ke Per minggu (menit) (% max DN*)
Tahap Pemula 1 3 12 50-60
2 3 14 60
3 3 16 65
4 3 18 65-75
5 3 20 65-75
Tahap
6-9 3-4 21 75-85
Pengembangan
10-13 3-4 24 75-85
14-16 3-4 24 75-85
17-19 4-5 28 75-85
20-23 4-5 30 75-85
24-27 4-5 30 75-90
Tahap
>28 3 30-35 75-90
Pemeliharaan
*) DN : Denyut Nadi

2) Contoh Program Jalan Kaki Bagi Laki-Laki Dewasa Sehat

FREKUENSI
MINGGU JARAK (km) DURASI (menit)
Per minggu
1 0.8 14:00 3-4
2 1.6 22:00 3-4
3 1.6 21:00 3-4
4 2.4 26:00 3-4
5 2.4 24:00 4-5
6 3.2 32:00 4-5
7 3.2 31:00 4-5
8 4.0 38:00 4-5
9 3.2&4.0 27:30&33:30 3&2
10 4.0&4.8 33:15&40:00 3&2
11 4.0&4.8 33:00&40:00 3&2
12 4.8 40:00 5
-47-
3) Contoh Program Jalan Kaki bagi Perempuan Dewasa Sehat

FREKUENSI
MINGGU JARAK (km) DURASI (menit)
Per minggu
1 0.8 15:00 3-4
2 1.6 23:00 3-4
3 1.6 22:00 3-4
4 2.4 27:00 3-4
5 2.4 25:00 4-5
6 3.2 33:00 4-5
7 3.2 32:00 4-5
8 4.0 39:00 4-5
9 3.2&4.0 28:30&34:30 3&2
10 4.0&4.8 34:15&41:00 3&2
11 4.0&4.8 34:00&41:00 3&2
12 4.8 41:00 5

Daftar Pustaka :
Peningkatan Kebugaran Jasmani di Tempat Kerja, Direktorat
Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, Ditjen Bina Gizi dan KIA
Kemenkes RI Tahun 2012

Berdasarkan Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi


Makanan dan Aktivitas Fisik Kementerian Kesehatan Tahun
2012, lebih baik jika melakukan olah raga yaitu latihan fisik
yang dilakukan berkesinambungan dengan mengikuti aturan
tertentu dan bertujuan juga untuk meningkatkan prestasi. Jenis
olahraga dapat dipilih sesuai hobinya. Beberapa aktivitas olah
raga yang dapat dilakukan seperti sepak bola, bulu tangkis, bola
basket, tenis meja, voli, futsal dan lain-lain. Untuk
meningkatkan kesehatan dan kebugaran dikembangkan juga
olah raga rekreasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat
sehingga menimbulkan kegembiraan.
-48-
Olahraga rekreasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan
kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang
sesuai kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat perlu
didorong untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran dan
kegembiraan. Berikut beberapa contoh budaya tradisional yang
dapat dijadikan sebagai aktivitas fisik: Tari Poco-Poco dari
Papua, Tari Bambu dari Maluku, Tari Jaipong dari Jawa Barat,
Tari Saman dari Aceh, Tari Kecak dari Bali, dll

Aktivitas fisik yang teratur akan meningkatkan


kesempatan hidup sehat lebih panjang. Dasar sederhana adalah
mempertahankan berat badan normal, seimbang kalori yang
dimakan dan kalori yang digunakan (dibakar). Karena itu pola
konsumsi makanan yang sehat disertai aktivitas fisik dalam
lingkungan bebas polusi termasuk yang ada asap rokok akan
membantu mengontrol berat badan, sehingga badan akan
menjadi lebih sehat.

Penelitian telah membuktikan adanya manfaat aktivitas


fisik terhadap kesehatan pada berbagai kelompok (pria,
perempuan, anak, remaja, dewasa, usia lanjut, orang dengan
gangguan fisik - disabilities, ibu hamil dan ibu menyusui),
seperti: 1) mencegah kematian dini; 2) mencegah penyakit tidak
menular a.l. penyakit jantung koroner, stroke, kanker, diabetes
type 2, osteoporosis dan depresi; 3) menurunkan risiko penyakit
seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol darah tinggi; 4)
meningkatkan kebugaran fisik dan kekuatan otot; 5)
meningkatkan kapasitas fungsional (kemampuan melakukan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari); 6) mengoptimalkan
kesehatan mental dan fungsi kognitif; 7) mencegah trauma dan
serangan jantung mendadak.

Dalam rangka mendukung penerapan pola konsumsi


makanan beragam, bergizi seimbang dan aman serta aktivitas
fisik yang cukup dan teratur perlu didukung dengan: 1)
pemantapan hukum dan peraturan perundangan, 2) pendekatan
kemitraan dan multi sektor termasuk penguatan mekanisme
Jejaring Kerja Nasional Pengendalian penyakit tidak menular, 3)
peningkatan dan pengembangan sumber daya untuk
implementasi kegiatan.
-49-
1) Aktivitas fisik dapat mencegah kematian dini
Meningkatnya kematian karena penyakit tidak menular
di Indonesia berdasarkan Riskesdas Tahun 2010 sebesar
59,5% telah menyadarkan para pengambil kebijakan untuk
segera menetapkan kebijakan dalam rangka mencegah
kematian dini penduduk. Bukti ilmiah sangat kuat
menunjukkan bahwa aktivitas fisik menurunkan risiko
kematian dini (meninggal lebih cepat daripada umur rata-
rata untuk kelompok penduduk spesifik), dari penyebab
kematian utama, seperti penyakit jantung dan kanker.

Efek ini adalah luar biasa melalui 2 kesimpulan:


Pertama, orang yang melakukan aktivitas fisik aktif selama 7
jam dalam 1 minggu mempunyai risiko 40% lebih rendah
mengalami kematian dini dibandingkan mereka yang
melakukan aktivitas fisik kurang dari 30 menit seminggu.
Kedua, tidak perlu melakukan aktivitas dalam jumlah yang
sangat banyak atau sangat intensif dan berlebihan untuk
menurunkan risiko kematian dini. Penelitian menunjukkan
banyak sekali penurunan risiko jika orang melakukan
sedikitnya 2,5 jam (150 menit) senam aerobik yang sedang
secara intensif (moderate-intensity aerobic physical activity)
setiap minggu.

2) Pentingnya memantau berat badan


Berat badan bayi baru lahir minimal harus mencapai
2.500 g agar bayi tumbuh kembang sehat dan cerdas.
Pemantauan berat bayi dan anak dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Anak
dinyatakan sehat jika berat badannya naik setiap bulan
yaitu grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhan atau
kenaikan berat badan sama dengan kenaikan berat badan
minimum atau lebih yang masih berada di dalam pita hijau
KMS. (lihat Tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu
Menuju Sehat (KMS))
-50-
Mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencegah berbagai penyakit tidak menular.
Berat badan normal ditentukan berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT).

Penentuan nilai IMT, menggunakan rumus sebagai


berikut :
BB (kg)
IMT =
TB2 (m)

Keterangan :
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk


ketentuan WHO yang membedakan batas ambang normal
untuk laki-laki dan perempuan. Di Indonesia, berdasarkan
hasil penelitian dan pengalaman klinis tidak dibedakan
menurut jenis kelamin, dan batas ambang normal yang
digunakan adalah 18.5 - 25.0, bila IMT > 25,0 – 27,0
dikategorikan kegemukan (over weight). Seseorang
dikategorikan menderita obesitas jika IMT-nya > 27.0. (lihat
Tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu Menuju Sehat
(KMS))

Cara mempertahankan berat badan normal adalah


menerapkan pola konsumsi pangan dengan prinsip Gizi
Seimbang secara utuh.

B. Pesan Khusus

1. Pesan Gizi Seimbang untuk ibu hamil :


a. Biasakan mengonsumsi anekaragam pangan yang lebih banyak
Ibu Hamil perlu mengonsumsi aneka ragam pangan yang
lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi, protein dan zat
gizi mikro (vitamin dan mineral) karena digunakan untuk
pemeliharaan, pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan serta cadangan selama masa menyusui. Zat gizi
mikro penting yang diperlukan selama hamil adalah zat besi,
asam folat, kalsium, iodium dan zink.
-51-
Kebutuhan protein selama kehamilan meningkat.
Peningkatan kebutuhan ini untuk pertumbuhan janin dan untuk
mempertahankan kesehatan ibu. Sangat dianjurkan untuk
mengonsumsi pangan sumber protein hewani seperti ikan, susu
dan telur.

Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat karena


digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru. Selain itu
zat besi merupakan unsur penting dalam pembentukan
hemoglobin pada sel darah merah. Kekurangan hemoglobin
disebut anemia atau disebut penyakit kurang darah dapat
membahayakan kesehatan ibu dan bayi seperti Berat Bayi Lahir
Rendah kurang dari 2500 g (BBLR), perdarahan dan peningkatan
risiko kematian.

Ikan, daging, hati dan tempe adalah jenis pangan yang baik
untuk ibu hamil karena kandungan zat besinya tinggi. Ibu hamil
juga disarankan untuk mengonsumsi satu tablet tambah darah
perhari selama kehamilan dan dilanjutkan selama masa nifas.

Kebutuhan asam folat selama kehamilan juga meningkat


karena digunakan untuk pembentukan sel dan sistem saraf
termasuk sel darah merah. Sayuran hijau seperti bayam dan
kacang-kacangan banyak mengandung asam folat yang sangat
diperlukan pada masa kehamilan.

Buah berwarna merupakan sumber vitamin yang baik bagi


tubuh dan buah yang berserat karena dapat melancarkan buang
air besar sehingga mengurangi resiko sembelit (susah buang air
besar).

Kebutuhan kalsium meningkat pada saat hamil karena


digunakan untuk mengganti cadangan kalsium ibu guna
pembentukan jaringan baru pada janin. Apabila konsumsi
kalsium tidak mencukupi maka akan berakibat meningkatkan
risiko ibu mengalami komplikasi yang disebut keracunan
kehamilan (pre eklampsia). Selain itu ibu akan mengalami
pengeroposan tulang dan gigi. Perhatian khusus agar diberikan
pada ibu hamil usia remaja oleh karena masih dalam periode
pertumbuhan yang memerlukan kalsium lebih banyak. Sumber
kalsium yang baik adalah sayuran hijau, kacang–kacangan dan
ikan teri serta susu.
-52-
Iodium merupakan bagian hormon tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3) yang berfungsi untuk mengatur pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Iodium berperan dalam sintesis protein,
absorsi karbohidrat dan saluran cerna serta sintesis kolesterol
darah.

Zat iodium memegang peranan yang sangat besar bagi ibu


dan janin. Kekurangan iodium akan berakibat terhambatnya
perkembangan otak dan sistem saraf terutama menurunkan IQ
dan meningkatkan risiko kematian bayi. Disamping itu
kekurangn iodium dapat menyebabkan pertumbuhan fisik anak
yang dilahirkan terganggu (kretin). Dampak pada perkembangan
otak dan system syaraf ini biasanya menetap. Sumber iodium
yang baik adalah makanan laut seperti ikan, udang, kerang,
rumput laut. Setiap memasak diharuskan menggunakan garam
beriodium.

Mengatasi “Hiperemesis Gravidarum” (rasa mual dan


muntah berlebihan) dapat dilakukan dengan menganjurkan
makan dalam porsi kecil tetapi sering, makan secara tidak
berlebihan dan hindari makanan berlemak serta makanan
berbumbu tajam (merangsang).

b. Batasi mengonsumsi makanan yang mengandung garam tinggi


Pembatasan konsumsi garam dapat mencegah hipertensi
selama kehamilan. Selama ibu hamil diusahakan agar tidak
menderita hipertensi. Hal ini disebabkan karena hipertensi
selama kehamilan akan meningkatkan risiko kematian janin,
terlepasnya plasenta, serta gangguan pertumbuhan.

c. Minumlah air putih yang lebih banyak


Air merupakan cairan yang paling baik untuk hidrasi tubuh
secara optimal. Air berfungsi membantu pencernaan, membuang
racun, sebagai penyusun sel dan darah, mengatur keseimbangan
asam basa tubuh, dan mengatur suhu tubuh.

Kebutuhan air selama kehamilan meningkat agar dapat


mendukung sirkulasi janin, produksi cairan amnion dan
meningkatnya volume darah. Ibu hamil memerlukan asupan air
minum sekitar 2-3 liter perhari (8 – 12 gelas sehari).
-53-
d. Batasi minum kopi

Kafein bila dikonsumsi oleh ibu hamil akan mempunyai efek


diuretic dan stimulans. Oleh karenanya bila ibu hamil minum
kopi sebagai sumber utama kafein yang tidak terkontrol, akan
mengalami peningkatan buang air kecil (BAK) yang akan
berakibat dehidrasi, tekanan darah meningkat dan detak jantung
juga akan meningkat. Pangan sumber kafein lainnya adalah
coklat, teh dan minuman suplemen energi. Satu botol minuman
suplemen energi mengandung kafein setara dengan 1-2 cangkir
kopi. Disamping mengandung kafein, kopi juga mengandung
inhibitor (zat yang mengganggu penyerapan zat besi) Konsumsi
kafein pada ibu hamil juga akan berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan janin, karena metabolisme janin belum
sempurna.

Menurut British Medical Journal (2008) konsumsi kafein bagi


ibu hamil tidak melebihi 100 mg/hari atau1-2 cangkir kopi/hari.
Oleh karenanya dianjurkan kepada ibu hamil, selama kehamilan
ibu harus bijak dalam mengonsumsi kopi sebagai sumber utama
kafein, batasi dalam batas aman yaitu paling banyak 2 cangkir
kopi/hari atau hindari sama sekali.

2. Pesan Gizi Seimbang untuk ibu menyusui:


a. Biasakan mengonsumsi anekaragam pangan yang lebih banyak
Ibu menyusui perlu mengonsumsi aneka ragam pangan
yang lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energi, protein
dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) karena digunakan untuk
pemeliharaan kesehatan ibu dan produksi ASI. Protein
diperlukan juga untuk sintesis hormon prolaktin (untuk
memproduksi ASI) dan hormon oksitosin (untuk mengeluarkan
ASI). Zat gizi mikro yang diperlukan selama menyusui adalah zat
besi, asam folat, vitamin A, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niasin),
B6 (piridoksin), vitamin C, vitamin D, iodium, zink dan
selenium. Defisiensi zat gizi tersebut pada ibu menyebabkan
turunnya kualitas ASI.

Kebutuhan protein selama menyusui meningkat.


Peningkatan kebutuhan ini untuk mempertahankan kesehatan
ibu. Sangat dianjurkan untuk mengonsumsi pangan sumber
protein hewani seperti ikan, susu dan telur.
-54-
Kebutuhan zat besi selama menyusui meningkat karena
digunakan untuk pembentukan sel dan jaringan baru. Selain itu
zat besi merupakan unsur penting dalam pembentukan
hemoglobin pada sel darah merah. Kekurangan hemoglobin
disebut anemia dapat membahayakan kesehatan ibu dan
peningkatan risiko kematian. Ibu menyusui yang menderita
anemia sebagai akibat lanjut dari kekurangan zat besi selama
masa kehamilan, juga disarankan untuk mengonsumsi tablet
tambah darah dengan konsultasi kepada ahli gizi dan/atau
dokter.

Kebutuhan asam folat meningkat karena digunakan untuk


pembentukan sel dan sistem saraf termasuk sel darah merah.
Sayuran hijau seperti bayam dan kacang-kacangan banyak
mengandung asam folat yang sangat diperlukan pada masa
menyusui. Untuk meningkatkan produksi ASI ibu dianjurkan
untuk banyak mengonsumsi daun katuk dan daun torbangun
(sayuran yang banyak terdapat di daerah Sumatra Utara/Batak).

Kebutuhan kalsium meningkat pada saat menyusui karena


digunakan untuk meningkatkan produksi ASI yang mengandung
kalsium tinggi. Apabila konsumsi kalsium tidak mencukupi maka
ibu akan mengalami pengeroposan tulang dan gigi karena
cadangan kalsium dalam tubuh ibu digunakan untuk produksi
ASI.

Sumber kalsium yang baik adalah susu, yogurt, keju, ikan


teri, kacang-kacangan, tahu dan sayuran hijau. Penyerapan
kalsium pada makanan akan lebih bagus apabila ibu
membiasakan diri berjemur dibawah sinar matahari pada pagi
hari.

Vitamin C dibutuhkan oleh ibu menyusui, untuk membantu


penyerapan zat besi yang berasal dari pangan nabati, sedangkan
vitamin D dibutuhkan untuk membantu penyerapan kalsium.

b. Minumlah air putih yang lebih banyak


Air merupakan cairan yang paling baik untuk hidrasi tubuh
secara optimal. Air berfungsi membantu pencernaan, membuang
racun, sebagai penyusun sel dan darah, mengatur keseimbangan
asam basa tubuh, dan mengatur suhu tubuh. Jumlah air yang
dikonsumsi ibu menyusui perhari adalah sekitar 850-1.000 ml
lebih banyak dari ibu yang tidak menyusui atau sebanyak 3.000
ml atau 12-13 gelas air. Jumlah tersebut adalah untuk dapat
memproduksi ASI sekitar 600-850 ml perhari.
-55-
c. Batasi minum kopi
Kafein yang terdapat dalam kopi yang dikonsumsi ibu akan
masuk ke dalam ASI sehingga akan berpengaruh tidak baik
terhadap bayi, misalnya bayi sulit tidur dan gangguan
metabolisme zat besi pada ibu menyusui. Hal ini disebabkan
karena metabolisme bayi belum siap untuk mencerna kafein.
Konsumsi kafein pada ibu menyusui juga berhubungan dengan
rendahnya pasokan ASI. Prinsip utama yang dianjurkan terkait
dengan konsumsi kafein atau kopi bagi ibu menyusui adalah 1)
bila ibu tidak biasa minum kopi sebaiknya tidak minum kopi
ketika periode menyusui; 2) bila ibu biasa minum kopi
dianjurkan agar mengurangi atau menghindari minum kopi
ketika periode menyusui

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli di


Harvard University, konsumsi kafein untuk ibu menyusui tidak
lebih dari 300 mg/hari atau sebanyak 3 cangkir kopi/hari. Hasil
penelitian yang dilakukan di Mayo Clinics Rechester Minnoseta
USA menunjukkan bahwa apabila konsumsi kafein melebihi 300
mg/hari maka kandungan zat besi dalam ASI-nya 30% lebih
rendah daripada ibu menyusui yang tidak minum kafein. Oleh
karena itu untuk kesehatan ibu dan bayi sebaiknya ibu menyusui
menghindari minum kopi.

3. Pesan Gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan


a. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
tentang Pemberian Air Susu disebutkan bahwa Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) adalah proses menyusu dimulai secepatnya dengan
cara segera setelah lahir bayi ditengkurapkan di dada ibu
sehingga kulit ibu melekat pada kulit bayi minimal 1 jam atau
sampai menyusu awal selesai.

Manfaat IMD yaitu sebagai berikut :


1) Dapat melatih keterampilan bayi untuk menyusu dan
langkah awal membentuk ikatan batin antara ibu dan bayi.
2) Dapat mengurangi stres pada bayi dan ibu.
3) Meningkatkan daya tahan tubuh berkat bayi mendapat
antibodi dari kolostrum
4) Dapat mengurangi risiko hipotermi dan hipoglikemi pada
bayi
5) Dapat mengurangi risiko perdarahan pasca persalinan
-56-

b. Berikan ASI Eksklusif sampai umur 6 bulan


Pemberian ASI Eksklusif berarti bayi selama 6 bulan hanya
diberi ASI saja. Kebutuhan energi dan zat gizi lainnya untuk bayi
dapat dipenuhi dari ASI. Disamping itu pemberian ASI Ekslusif
sampai dengan 6 bulan mengurangi tingkat kematian bayi yang
disebabkan berbagai penyakit (diare dan radang paru) dan
mempercepat pemulihan bila sakit serta membantu menjalankan
kelahiran. Pemberian ASI Eksklusif adalah hak bayi yang sangat
terkait dengan komitmen ibu dan dukungan keluarga dan
lingkungan sekitar.

4. Pesan Gizi seimbang untuk anak usia 6-24 bulan


a. Lanjutkan pemberian ASI sampai umur 2 tahun.
Pemberian ASI dilanjutkan hingga usia 2 tahun, oleh karena
ASI masih mengandung zat-zat gizi yang penting walaupun
jumlahnya tidak memenuhi kebutuhan. Disamping itu akan
meningkatkan hubungan emosional antara ibu dan bayi serta
meningkatkan sistem kekebalan yang baik bagi bayi hingga ia
dewasa. Pemberian ASI bisa dilakukan dengan beberapa cara.
Pertama adalah dengan menyusu langsung pada payudara ibu.
Ini adalah cara yang paling baik karena dapat membantu
meningkatkan dan menjaga produksi ASI. Pada proses menyusui
secara langsung, kulit bayi dan ibu bersentuhan, mata bayi
menatap mata ibu sehingga dapat terjalin hubungan batin yang
kuat. Kedua adalah dengan memberikan ASI perah jika ibu
bekerja atau terpaksa meninggalkan bayi, ASI tetap dapat
diberikan kepada bayi, dengan cara memberikan ASI perah.

Cara memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah


1) Cara memerah ASI :
a) Sebelum memerah ASI terlebih dahulu disiapkan
wadah untuk ASI perah dengan cara:
(1) pilih cangkir, gelas atau kendi bermulut lebar,
(2) cuci cangkir tersebut dengan sabun dan air,
(3) tuangkan air mendidih ke dalam cangkir
tersebut, dan biarkan beberapa menit. Air
mendidih akan membunuh sebahagian besar
bakteri,
(4) bila telah siap memerah ASI, tuangkan air dari
cangkir tersebut
-57-
b) Letakan jari dan ibu jari di tiap sisi areola dan tekan
ke dalam ke arah dinding dada
c) Tekan di belakang puting dan areola di antara ibu jari
dan telunjuk
d) Tekan dari samping untuk mengosongkan semua
bagian

2) Cara menyimpan ASI perah :

a) ASI perah dapat bertahan di suhu ruang selama 6-8


jam
b) ASI perah dapat disimpan di lemari pendingin selama 3-
8 hari, jika diperlukan penyimapanan jangka panjang
dapat dimasukkan ke dalam freezer untuk disimpan
selama 3-6 bulan
c) Letakan ASI perah di bahagian dalam freezer atau
lemari pendingin, bukan di dekat pintu agar tidak
mengalami perubahan dan variasi suhu
d) Bila di rumah tidak memiliki lemari pendingin atau
freezer, maka ASI perah bisa disimpan di dalam
termos yang berisi es untuk jangka waktu 24 jam.

3) Cara Memberikan ASI perah


Cara yang paling baik memberikan ASI perah adalah
dengan menggunakan cangkir, sendok atau pipet.
Pemberian ASI perah dengan menggunakan botol dan dot
tidak dianjurkan karena kurang terjamin kebersihannya;
dan juga bayi akan bingung puting sehingga bayi tidak mau
menyusu pada payudara ibu.

Hal yang perlu diperhatikan sebelum memberikan ASI perah


adalah :
1) ASI perah dingin dihangatkan dengan cara merendam
wadah ASI perah kedalam baskom berisi air hangat.
2) ASI perah beku perlu dicairkan di lemari pendingin
dahulu sebelum dihangatkan
3) Jangan merebus ASI perah atau menghangatkan ASI
menggunakan air mendidih.
4) Jangan membekukan kembali ASI perah yang sudah
mencair
5) Tidak ada alasan untuk membuang ASI kecuali bayi
menolak.
-58-
b. Berikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan
Selain ASI diteruskan harus memberikan makanan lain
sebagai pendamping ASI yang diberikan pada bayi dan anak
mulai usia 6-24 bulan. MP-ASI yang tepat dan baik merupakan
makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi terutama zat gizi
mikro sehingga bayi dan anak dapat tumbuh kembang dengan
optimal. MP-ASI diberikan secara bertahap sesuai dengan usia
anak, mulai dari MP-ASI bentuk lumat, lembik sampai anak
menjadi terbiasa dengan makanan keluarga.

MP-ASI disiapkan keluarga dengan memperhatikan


keanekaragaman pangan. Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
mikro dari MP-ASI keluarga agar tidak terjadi gagal tumbuh,
perlu ditambahkan zat gizi mikro dalam bentuk bubuk tabur gizi.

Berdasarkan komposisi bahan makanan MP-ASI


dikelompokkan menjadi dua yaitu :

(1) MP-ASI lengkap yang terdiri dari makanan pokok, lauk


hewani, lauk nabati, sayur dan buah
(2) MP-ASI sederhana yang terdiri dari makanan pokok, lauk
hewani atau nabati dengan sayur atau buah.

MP-ASI yang baik apabila :


(1) Padat energi, protein dan zat gizi mikro (antara lain Fe, Zinc,
Kalsium, Vit. A, Vit. C dan Folat) yang tidak dapat dipenuhi
dengan ASI saja untuk anak mulai 6 bulan
(2) Tidak berbumbu tajam,
(3) Tidak menggunakan gula dan garam tambahan, penyedap
rasa, pewarna dan pengawet.
(4) Mudah ditelan dan disukai anak
(5) Diupayakan menggunakan bahan pangan lokal dengan
harga terjangkau

Berikut ini merupakan Tabel Pemberian Makanan


Pendamping ASI (MP-ASI) dan Tabel Resep Makanan Pendamping
ASI Lokal :

Tabel Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)


1) Apa itu MP-ASI?
a) MP-ASI adalah makanan atau minuman yang
mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak
usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain
dari ASI
-59-
b) MP-ASI berupa makanan padat atau cair yang
diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan
kemampuan pencernaan bayi atau anak.
2) Kapan bayi mendapat MP-ASI?
Mulai usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan.

3) Mengapa bayi dan anak harus mendapat MP-ASI?


a) Pada usia 6-12 bulan, ASI hanya menyediakan ½ atau
lebih kebutuhan gizi bayi, dan pada usia 12-24 bulan
ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya sehingga
MP-ASI harus segera diberikan mulai bayi berusia 6
bulan.
b) MP-ASI harus mengandung zat gizi mikro yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat
dipenuhi oleh ASI saja.

4) Apa saja tanda-tanda bayi sudah siap menerima MP-ASI?


a) Jika bayi didudukkan kepalanya sudah tegak
b) Bayi mulai meraih makanan dan memasukkannya ke
dalam mulut
c) Jika diberikan makanan lumat bayi tidak
mengeluarkan makanan dengan lidahnya

5) Alasan yang kurang tepat sehingga bayi mulai diberikan MP-


ASI, karena:
a) Ibu/pengasuh melihat tanda bayi merasa lapar, seperti
memasukan tangan ke dalam mulut merupakan
perkembangan normal dan ini bukan tanda bayi lapar
b) Ibu/pengasuh percaya bahwa bayi sudah berkurang
minum ASI, sehingga ibu mulai memberi MP-ASI
c) Ibu/pengasuh merasa kenaikan berat badan bayi tidak
sesuai yang diharapkan
d) Pengaruh orang lain, seperti tetangga, ibunya, petugas
kesehatan dan bahkan iklan makanan bayi
6) Apa saja macam dan bentuk MP-ASI?
a) Macam MP-ASI :
(1) MP-ASI dari bahan makanan lokal yang dibuat
sendiri
(2) MP-ASI pabrikan yang difortifikasi dalam bentuk
bungkusan, kaleng atau botol
-60-
b) Bentuk MP-ASI :
(1) Makanan lumat yaitu sayuran, daging/ikan/telur,
tahu/tempe dan buah yang dilumatkan/disaring,
seperti tomat saring, pisang lumat halus, pepaya
lumat, air jeruk manis, bubur susu dan bubur ASI
(2) Makanan lembik atau dicincang yang mudah
ditelan anak, seperti bubur nasi campur, nasi tim
halus, bubur kacang hijau
(3) Makanan keluarga seperti nasi dengan lauk pauk,
sayur dan buah
7) Bagaimana pola pemberian ASI dan MP-ASI untuk bayi dan
anak?

Umur ASI Makanan Makanan Makanan


(bulan) Lumat Lembik Keluarga
0-6
6-9
9-12
12-24

8) Berapa frekuensi dan jumlah MP-ASI yang diberikan?

Umur Frekuensi Jumlah setiap kali


makan
6-9 bulan 2-3 x makanan 2-3 sendok makan
lumat + penuh setiap kali
1-2 x makanan makan dan
selingan + tingkatkan secara
ASI perlahan sampai
setengah 1/2 dari
cangkir mangkuk
ukuran 250 ml tiap
kali makan
9-12 bulan 3-4 x makanan ½ mangkuk ukuran
lembik + 250 ml
1-2 x makanan
selingan + ASI
12-24 bulan 3-4 x makanan ¾ Mangkuk ukuran
keluarga + 1-2x 250 ml
makanan selingan
+ ASI
-61-
9) Apa yang perlu diperhatikan bila anak mulai makan MP-
ASI?
(a) MP-ASI yang diberikan pertama sebaiknya adalah
makanan lumat berbahan dasar makanan pokok
tertutama beras/tepung beras, karena beras bebas
gluten yang dapat menyebabkan alergi
(b) Bila bayi sudah mulai makan MP-ASI, bayi memerlukan
waktu untuk membiasakan diri pada rasa maupun
bentuk makanan baru tersebut.
(c) Perkenalkan aneka jenis buah sayur lauk sumber
protein dalam MP-ASI, bertahap sambil mengamati
reaksi bayi terhadap makanan yang diperkenalkan.
(d) Ketika anak bertambah besar, jumlah yang diberikan
juga bertambah. Pada usia 12 bulan, anak dapat
menghabiskan 1 mangkuk kecil penuh makanan yang
bervariasi setiap kali makan.
(e) Berikan makanan selingan terjadwal dengan porsi kecil
seperti roti atau biskuit yang dioles dengan
mentega/selai kacang/mesyes, buah dan kue kering.
(f) Beri anak makan 3x sehari dan 2x makanan selingan
diantaranya secara terjadwal
(g) Makanan selingan yang tidak baik adalah yang banyak
mengandung gula tetapi kurang zat gizi lainnya seperti
minuman bersoda, jus buah yang manis, permen, es
lilin dan kue-kue yang terlalu manis.
10) Apa yang terjadi bila bayi terlalu awal atau terlambat
mendapat MP-ASI?
(a) Memberi MP-ASI terlalu awal/dini pada usia < 6 bulan
akan :
(1) menggantikan asupan ASI, membuat sulit
memenuhi kebutuhan zat gizinya
(2) makanan mengandung zat gizi rendah bila
berbentuk cair, seperti sup dan bubur encer
(3) meningkatkan risiko kesakitan :
i. kurangnya faktor perlindungan
ii. MP-ASI tidak sebersih ASI
iii. tidak mudah dicerna seperti ASI
iv. meningkatkan risiko alergi
(4) meningkatkan risiko kehamilan ibu bila frekuensi
pemberian ASI kurang
-62-
(b) Memberi MP-ASI terlambat pada usia > 6 bulan akan
mengakibatkan:
(1) kebutuhan gizi anak tidak dapat terpenuhi
(2) pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat
(3) risiko kekurangan gizi seperti anemia karena
kekurangan zat besi.
11) Bagaimana cara pemberian MP-ASI?
Seorang anak perlu belajar bagaimana cara makan,
mencoba rasa dan tekstur makanan baru. Anak perlu
belajar mengunyah makanan, memindah-mindahkan
makanan dalam mulut dan menelannya dengan cara :
(a) Memberi perhatian disertai senyum dan kasih sayang
(b) Tatap mata anak dan ucapkan kata-kata yang
mendorong anak untuk makan
(c) Beri makan anak dengan sabar dan tidak tergesa-gesa
(d) Tunggu bila anak sedang berhenti makan dan suapi lagi
setelah beberapa saat, jangan dipaksa
(e) Cobakan berbagai bahan makanan, rasa dan tekstur
agar anak suka makan
(f) Beri makanan yang dipotong kecil, sehingga anak dapat
belajar memegang dan makan sendiri.

Tabel Resep Makanan Pendamping ASI Lokal

1) Makanan Lumat

(a) Bubur Sumsum Kacang Hijau (MP-ASI Sederhana)

Bahan :
15 gr (1,5 sdm) tepung beras
10 gr (1 sdm) kacang hijau, rebus, haluskan
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
20 gr daun bayam, iris halus

Cara membuat :
(1) Rebus kacang hijau dan daun bayam, saring
dengan saringan atau blender halus, sisihkan.
(2) Campurkan sedikit air hangat dengan tepung
beras hingga larut,
(3) Tambahkan hasil saringan nomor 1, aduk rata.

Nilai gizi :
-63-
Energi : 152,7 kkal Fe : 1,5 mg
Protein : 3,3 gr Vitamin A : 104,0 µg
Lemak : 7,8 gr Vitamin C : 7,3 mg
KH : 18,9 gr Zink : 0,6 mg

(b) Bubur Beras Merah (MP-ASI Lengkap)

Bahan :
15 gr beras merah/ 30 gr nasi beras merah
10 gr (1 sdm datar) ikan, haluskan
10 gr (1 sdm) kacang tolo, haluskan
20 gr daun bayam, iris tipis
1 sdt minyak kelapa
50 gr (1 buah sedang) jeruk manis, ambil airnya,
sisihkan

Cara membuat :
(1) Masak beras merah hingga matang
(2) Masukkan ikan, kacang tolo, aduk hingga matang
(3) Sesaat sebelum matang, masukkan daun bayam,
minyak kelapa, aduk hingga matang
(4) Angkat, hidangkan dengan perasan air jeruk

Nilai gizi :
Energi : 150 kkal Fe : 1,2 mg
Protein : 4,9 gr Vitamin A : 110,8 µg
Lemak : 6,0 gr Vitamin C : 33,1 mg
KH : 20,7 gr Zink : 0,6 mg

(c) Bubur Tepung Jagung (MP-ASI

Lengkap) Bahan :
15 gr (1 1/2 sdm) tepung jagung
10 gr (1 sdm) ikan, haluskan
5 gr (1 sdt) tempe, haluskan
25 gr pisang kepok, potong
kecil 20 gr daun kangkung, iris
tipis 1 sdt minyak kelapa
Air matang secukupnya
-64-
Cara membuat :
(1) Ikan, tempe, pisang, rebus hingga matang.
(2) Sesaat akan matang, masukkan daun kangkung,
angkat lalu saring
(3) Cairkan tepung jagung dengan sedikit air, lalu
masak dengan air dan tambahkan minyak.
(4) Setelah matang dan kental, masukkan hasil
saringan no 2, aduk hingga rata, siap
dihidangkan.

Nilai gizi :
Energi : 150 kkal Fe : 1,1 mg
Protein : 4,6 gr Vitamin A : 93,3 µg
Lemak : 6,3 gr Vitamin C : 7,8 mg
KH : 20,6 gr Zink : 0,5 mg

(d) Bubur Singkong Saus Jeruk (MP-ASI Lengkap)

Bahan :
30 gr singkong putih, rebus dan haluskan
10 gr (1 sdm datar) daging ikan, cincang halus
10 gr (1 sdm datar) tahu, haluskan
20 gr daun bayam, potong halus
1 1/2 sdt minyak kelapa
100 cc (1/2 gelas belimbing) kaldu asli
50 gr jeruk manis, ambil sarinya, sisihkan

Cara membuat kaldu :


(1) Bahan yang bisa digunakan tulang ayam/ceker
ayam/kepala dan tulang ikan/potongan wortel,
daun bawang, seledri, bawang bombay/kulit
udang
(2) Tambahkan air secukupnya, didihkan
(3) Setelah mendidih, api dikecilkan dan biarkan +1-
2 jam.

Cara membuat bubur :


(1) Rebus air kaldu, masukkan singkong putih,
daging ikan, tahu dan minyak kelapa, aduk-aduk
hingga setengah matang.
(2) Masukkan daun bayam, aduk hingga matang.
Jika airnya mengental dapat ditambahkan air
matang.
(3) Angkat, lalu saring halus atau diblender. Sebelum
disajikan tambahkan saus jeruk
-65-
Nilai gizi :
Energi : 155,9 kkal Fe : 1,6 mg
Protein : 4,6 gr Vitamin A : 112,4 µg
Lemak : 8,2 gr Vitamin C : 42,1 mg
KH : 17,9 gr Zink : 0,3 mg

(e) Bubur Kentang Saus Pepaya (MP-ASI Lengkap)

Bahan :
40 gr kentang, rebus dan haluskan
10 gr (1 sdm datar) ikan segar cincang halus
5 gr (1 sdt) kacang merah, rebus dan haluskan
20 gr labu siam
75 cc (1/3 gelas belimbing)
santan Air secukupnya
30 gr pepaya, haluskan, sisihkan

Cara membuat :
(1) Campur kentang, ikan segar, kacang merah
dengan sedikit air, didihkan sambil diaduk.
(2) Masukkan santan sedikit demi sedikit, aduk
terus
(3) Sesaat akan matang tambahkan labu siam,
aduk
(4) Setelah matang, angkat. Dapat disaring dengan
saringan atau di blender
(5) Hidangkan dengan saos pepaya

Nilai gizi :
Energi : 155,9 kkal Fe : 1,6 mg
Protein : 4,6 gr Vitamin A : 112,4 µg
Lemak : 8,2 gr Vitamin C : 42,1 mg
KH : 17,9 gr Zink : 0,3 mg

2) Makanan Lembik

(a) Nasi Tim Kangkung Saos Pepaya (MP-ASI Lengkap)

Bahan :
50 gr nasi aron
10 gr ikan haluskan
20 gr tempe haluskan
15 gr kangkung
10 gr tomat
1 sdt minyak kelapa
-66-
75 cc (1/3
gelas belimbing) kaldu
50 gr pepaya, haluskan

Cara membuat :
(1) Masukkan nasi aron, ikan, tempe, minyak
kelapa ke dalam mangkok tim
(2) Tambahkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Masukkan kangkung dan tomat, tim hingga
matang
(4) Angkat, sajikan dengan saos pepaya

Nilai gizi :
Energi : 187,5 kkal Fe : 1,0 mg
Protein : 7,9 gr Vitamin A : 124,7 µg
Lemak : 7,2 gr Vitamin C : 36,7 mg
KH : 24,0 gr Zink : 0,7 mg

(b) Tim Jagung Muda Saos Melon (MP-ASI

Lengkap) Bahan :
50 gr pupil jagung muda, tumbuk kasar
20 gr ikan, haluskan
25 gr tahu, haluskan
15 gr daun kangkung
10 gr tomat, buang kulitnya
1 sdt minyak kelapa
75 cc (1/3 gelas belimbing) kaldu
50 gr melon, ambil sarinya

Cara membuat :
(1) Letakkan jagung muda, ikan, tahu dalam wadah
tim
(2) Masukkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Tambahkan kangkung, tomat, minyak kelapa,
tim hingga matang
(4) Angkat, sajikan dengan saos melon

Nilai gizi :
Energi : 165,1 kkal Fe : 2,3 mg
Protein : 8,4 gr Vitamin A : 82,8 µg
Lemak : 7,7 gr Vitamin C : 11,6 mg
KH : 18,5 gr Zink : 0,6 mg
-67-
(c) Tim Menado Pisang (MP-ASI Lengkap)

Bahan :
25 gr jagung muda, tumbuk kasar
25 gr labu kuning, potong dadu
25 gr pisang ambon, potong tipis
20 gr ikan segar, cincang
25 gr tahu, potong-potong
15 gr daun kangkung, iris tipis
10 gr tomat, buang kulit
1 sdt minyak kelapa
75 cc (1/3 gelas belimbing) kaldu

Cara membuat :
(1) Letakkan jagung muda, labu kuning, ikan segar,
tahu pada mangkok tim
(2) Tambahkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Masukkan pisang ambon, daun kangkung,
tomat, minyak kelapa, tim hingga matang
(4) Angkat, siap dihidangkan

Nilai gizi :
Energi : 151,7 kkal Fe : 2,1 mg
Protein : 7,8 gr Vitamin A : 165,3 µg
Lemak : 7,6 gr Vitamin C : 11,9 mg
KH : 16,2 gr Zink : 0,6 mg

(d) Nasi Tim Beras Merah (MP-ASI Sederhana)

Bahan :
20 gr beras merah, masak dengan air hingga lunak
20 gr ikan segar, cincang
15 gr wortel, parut
10 gr tomat, buang kulitnya
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
Dapat ditambahkan daun bawang, seledri, bawang
bombay

Cara membuat :
(1) Letakkan nasi merah, ikan segar pada wadah
tim
(2) Tambahkan santan, tim hingga matang
-68-
(3) Tambahkan wortel dan tomat, tim hingga
matang
(4) Siap dihidangkan

Nilai gizi :
Energi : 176,8 kkal Fe : 1,3 mg
Protein : 6,1 gr Vitamin A : 250,4 µg
Lemak : 8,6 gr Vitamin C : 3,7 mg
KH : 19,7 gr Zink : 0,8 mg

(e) Nasi Tim Tempe (MP-ASI Sederhana)

Bahan :
50 gr nasi aron
15 gr tempe, iris tipis
20 gr labu siam, iris tipis
10 gr tomat, buang kulitnya
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
Dapat ditambahkan daun bawang, seledri, bawang
bombay

Cara membuat :
(1) Letakkan nasi aron, tempe pada wadah tim
(2) Tambahkan santan encer dan bumbu, tim
hingga matang
(3) Tambahkan labu siam dan tomat, tim hingga
matang
(4) Angkat, siap dihidangkan

Nilai gizi :
Energi : 189,6 kkal Fe : 1,1 mg
Protein : 5,1 gr Vitamin A : 14,6 µg
Lemak : 8,9 gr Vitamin C : 3,9 mg
KH : 21,6 gr Zink : 0,8 mg

Daftar Pustaka :
(1) Modul Pelatihan Konseling PMBA, Kemenkes
dan UNICEF Tahun 2012
(2) Pedoman Pemberian MP-ASI Berbasis Pangan
Lokal, Direktorat Bina Gizi, Ditjen Bina Gizi dan
KIA Tahun 2013
-69-
5. Pesan Gizi Seimbang untuk anak usia 2 – 5 Tahun
a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama
keluarga
Dalam upaya memenuhi kebutuhan zat gizi selama sehari
dianjurkan agar anak makan secara teratur 3 kali sehari dimulai
dengan sarapan atau makan pagi, makan siang dan makan
malam. Selain makan utama 3 kali sehari anak usia ini juga
dianjurkan untuk mengonsumsi makanan selingan sehat. Untuk
menghindarkan/mengurangi anak-anak mengonsumsi makanan
yang tidak sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar selalu makan
bersama keluarga. Sarapan setiap hari penting terutama bagi
anak-anak karena mereka sedang tumbuh dan mengalami
perkembangan otak yang sangat tergantung pada asupan
makanan secara teratur.

b. Perbanyak mengonsumsi makanan kaya protein seperti ikan,


telur, susu, tempe, dan tahu
Pertumbuhan anak membutuhkan pangan sumber protein
dan sumber lemak kaya Omega 3, DHA, EPA yang banyak
terkandung dalam ikan. Anak-anak dianjurkan banyak
mengonsumsi ikan dan telur karena kedua jenis pangan tersebut
mempunyai kualitas protein yang baik. Tempe dan tahu
merupakan sumber protein nabati yang kualitasnya baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak.

Jika memberikan susu kepada anak, tidak perlu


menambahkan gula pada saat menyiapkannya. Pemberian susu
dengan kadar gula yang tinggi akan membuat selera anak
terpaku pada kadar kemanisan yang tinggi. Pola makan yang
terbiasa manis akan membahayakan kesehatannya di masa yang
akan datang. Seperti disampaikan dalam pesan umum nomor 5
tentang batasi konsumsi pangan yang manis.

c. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.


Sayuran dan buah-buahan adalah pangan sumber vitamin,
mineral dan serat. Vitamin dan mineral merupakan senyawa
bioaktif yang tergolong sebagai antioksidan, yang mempunyai
fungsi antara lain untuk mencegah kerusakan sel. Serat
berfungsi untuk memperlancar pencernaan dan dapat mencegah
dan menghambat perkembangan sel kanker usus besar.
-70-

d. Batasi mengonsumsi makanan selingan yang terlalu manis, asin


dan berlemak.
Pangan manis, asin dan berlemak dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit kronis tidak menular seperti tekanan
darah tinggi, hiperkolesterol, hiperglikemia, diabetes mellitus, dan
penyakit jantung. Sesuai dalam pesan umum nomor 5 tentang
batasi konsumsi pangan yang manis.

e. Minumlah air putih sesuai kebutuhan.


Sangat dianjurkan agar anak-anak tidak membiasakan
minum minuman manis atau bersoda, karena jenis minuman
tersebut kandungan gulanya tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan
cairan sehari hari dianjurkan agar anak-anak minum air
sebanyak 1200-1500 ml air/hari, sesuai dengan Permenkes
Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.

f. Biasakan bermain bersama dan melakukan aktivitas fisik setiap


hari
Perkembangan teknologi mainan dan kemudahan akses
anak pada permainan dengan teknologi canggih (electronic game)
tanpa aktivitas fisik, dapat menimbulkan kegemukan dan
gangguan perkembangan mental serta psikomotorik anak.

Permainan tradisional dan bermain bersama teman penting


untuk anak-anak karena dapat melatih dan menstimulasi
kemampuan sosial dan mental anak. Selain itu, permainan
tradisional dan bermain bersama dan melakukan aktivitas fisik
dalam bentuk permainan dapat mengusir rasa bosan pada anak
dan merangsang perkembangan kreativitasnya. Hal ini akan
mendukung tumbuh kembang dan kecerdasan anak.

6. Pesan Gizi Seimbang untuk anak usia 6-9 tahun


a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama
keluarga
Kebutuhan zat gizi anak usia 6-9 tahun dipenuhi dengan
makan utama 3 kali sehari (sarapan atau makan pagi, makan
siang dan makan malam) dan disertai makanan selingan sehat.
Untuk menghindarkan/mengurangi anak-anak mengonsumsi
makanan yang tidak sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar
selalu makan bersama keluarga. Sarapan setiap hari penting
terutama bagi anak-anak oleh karena mereka sedang tumbuh
-71-
dan mengalami perkembangan otak yang sangat tergantung pada
asupan makanan secara teratur.

Dalam satu hari kebutuhan tubuh untuk energi, protein,


vitamin, mineral dan juga serat disediakan dari makanan yang
dikonsumsi. Dalam sistem pencernaan tubuh, makanan yang
dibutuhkan tidak bisa sekaligus disediakan tetapi dibagi dalam 3
tahap yaitu tahap makan pagi, tahap makan siang dan tahap
makan malam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40%
anak sekolah tidak makan pagi. Akibatnya jumlah energi yang
diperlukan untuk belajar menjadi berkurang dan prestasi belajar
kurang optimal. Pada tubuh seseorang yang normal, setelah tidur
8-10 jam dan tidak melakukan kegiatan makan dan minum
(puasa) kadar gula darah berada pada kisaran yang normal yaitu
80 g/dl. Apabila tidak melakukan kegiatan makan terutama
makanan yang mengandung karbohidrat kadar gula darah akan
menurun karena gula dipakai sebagai sumber energi.

Oleh karena itu makan pagi sangat penting untuk


menambah gula darah sebagai sumber energi. Pada anak sekolah
makan pagi atau sarapan sangat dianjurkan sehingga pada saat
menerima pelajaran (1-2 jam setelah makan) gula darah naik dan
dapat dipakai sebagai sumber energi otak. Otak mendapat energi
terutama dari glukosa. Pada proses belajar otak merupakan
organ yang sangat penting untuk menerima informasi, mengolah
informasi, menyimpan informasi dan mengeluarkan informasi.

Dalam melakukan makan pagi atau sarapan sebaiknya


dipenuhi kebutuhan zat gizi bukan hanya karbohidrat saja tetapi
juga protein, vitamin dan mineral. Porsi kecil disediakan untuk
makan pagi karena jumlah yang disediaakan cukup 20-25 % dari
kebutuhan sehari. Dengan membiasakan diri melakukan makan
pagi atau sarapan, dapat dihindari makan yang tidak terkontrol
yang akan meningkatkan berat badan. Makan pagi dengan cukup
serat akan membantu menurunkan kandungan kolesterol darah
sehingga dapat terhindar dari penyakit jantung akibat timbunan
lemak yang teroksidasi dalam pembuluh darah.

Sarapan pada anak sekolah sebaiknya dilakukan pada jam


06.00 atau sebelum jam 07.00 yaitu sebelum terjadi hipoglikemia
atau kadar gula darah sangat rendah. Menu yang disediakan
sangat bervariasi selain sumber karbohidrat yang berupa nasi,
mie, roti, umbi juga sumber protein seperti telur, tempe, olahan
daging atau ikan, sayuran dan buah. Persiapan makanan untuk
-72-
makan pagi atau sarapan yang waktunya sangat singkat perlu
dipikirkan dan dipertimbangkan menu yang cocok, dan cukup
efektif dipergunakan sebagai menu makan pagi dan telah
memenuhi kebutuhan zat gizi.

b. Biasakan mengonsumsi ikan dan sumber protein lainnya


Ikan merupakan sumber protein hewani, sedangkan tempe
dan tahu merupakan sumber protein nabati. Protein merupakan
zat gizi yang berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan sel
atau jaringan yang sudah terbentuk, dan untuk mengganti sel
yang sudah rusak, oleh karena itu protein sangat diperlukan
dalam masa pertumbuhan. Selain itu juga protein berperan
sebagai sumber energi. Konsumsi protein yang baik adalah yang
dapat memenuhi kebutuhan asam amino esensial yaitu asam
amino yang tidak dapat disintesa didalam tubuh dan harus
diperoleh dari makanan.

Protein hewani memiliki kualitas yang lebih baik dibanding


protein nabati karena komposisi asam amino lebih komplit dan
asam amino esensial juga lebih banyak. Berbagai sumber protein
hewani dan nabati mempunyai kandungan protein yang berbeda
jumlahnya dan komposisi asam amino yang berbeda pula. Oleh
karena itu mengonsumsi protein juga dilakukan bervariasi.
Dianjurkan konsumsi protein hewani sekitar 30% dan nabati
70%.

Ikan selain sebagai sumber protein juga sumber asam


lemak tidak jenuh dan sumber zat gizi mikro. Konsumsi ikan
dianjurkan lebih banyak dari pada konsumsi daging.

Sumber protein nabati dari kacang-kacangan ataupun hasil


olahnya seperti tahu dan tempe banyak dikonsumsi masyarakat.
Kandungan protein pada tempe tidak kalah dengan daging.
Tempe selain sebagai sumber protein juga sebagai sumber
vitamin asam folat dan B12 serta sebagai sumber antioksidan.
Tempe, kacang-kacangan dan tahu tidak mengandung kolesterol.
Konsumsi tempe sekitar 100g (4 potong sedang) per hari cukup
untuk mempertahankan tubuh tetap sehat dan kolesterol
terkontrol dengan baik.

Daging dan unggas (misalnya ayam, bebek, burung puyuh,


burung dara) merupakan sumber protein hewani. Daging dan
unggas selain sebagai sumber protein juga sumber zat besi yang
berkualitas sehingga sangat bagus bagi anak dalam masa
pertumbuhan. Namun ada hal yang harus diperhatikan bahwa
-73-
daging juga mengandung kolesterol dalam jumlah yang relatif
tinggi, yang bisa memberikan efek tidak baik bagi kesehatan.

Susu dan hasil olahannya (yogurt, keju dll) merupakan


minuman atau makanan dengan kandungan zat gizi yang cukup
lengkap yang setara dengan telur.

Kosumsi ikan, telur dan susu bagi kelompok anak usia 6-9
tahun sangat membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan
serta peningkatan daya ingat dan kognitif di sekolah.

c. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan cukup buah-buahan


Masyarakat Indonesia masih sangat kekurangan
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Jumlah konsumsi
sayuran rata-rata penduduk Indonesia baru 63,3% dari jumlah
konsumsi yang dianjurkan, dan pada buah-buahan baru 62,1%
dari jumlah konsumsi yang dianjurkan. Padahal sayuran di
Indonesia banyak sekali macam dan jumlahnya. Sayuran hijau
maupun berwarna selain sebagai sumber vitamin, mineral juga
sebagai sumber serat dan senyawa bioaktif yang tergolong sebagai
antioksidan. Buah selain sebagai sumber vitamin, mineral, serat
juga antioksidan terutama buah yang berwarna hitam, ungu,
merah.

Anjuran konsumsi sayuran lebih banyak daripada buah


karena buah juga mengandung gula, ada yang sangat tinggi
sehingga rasa buah sangat manis dan juga ada yang jumlahnya
cukup. Konsumsi buah yang sangat manis dan rendah serat agar
dibatasi. Hal ini karena buah yang sangat manis mengandung
fruktosa dan glukosa yang tinggi. Asupan fruktosa dan glukosa
yang sangat tinggi berisiko meningkatkan kadar gula darah.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa konsumsi vitamin


C dan vitamin E yang banyak terdapat dalam sayuran dan buah-
buahan sangat bagus untuk melindungi jantung agar terhindar
dari penyakit jantung koroner. Banyak keuntungan apabila
konsusmsi sayuran dan buah-buahan bagi kesehatan tubuh.

Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan sebaiknya


bervariasi sehingga diperoleh beragam sumber vitamin ataupun
mineral serta serat. Kalau ingin hidup lebih sehat lipat gandakan
konsumsi sayur dan buah. Konsumsi sayur dan buah bisa dalam
bentuk segar ataupun yang sudah diolah. Konsumsi sayuran
hijau tidak hanya direbus ataupun dimasak tetapi bisa juga
dalam bentuk lalapan (mentah) dan dalam bentuk minuman
yaitu
-74-
dengan ekstraksi sayuran dan ditambah dengan air tanpa gula
dan tanpa garam. Klorofil atau zat hijau daun yang terekstrak
merupakan sumber antioksidan yang cukup bagus. Sayuran
berwarna seperti bayam merah, kobis ungu, terong ungu, wortel,
tomat juga merupakan sumber antioksidan yang sangat potensial
dalam melawan oksidasi yang menurunkan kondisi kesehatan
tubuh.

d. Biasakan membawa bekal makanan dan air putih dari rumah


Apabila jam sekolah sampai sore atau setelah sekolah ada
kegiatan yang berlangsung sampai sore, maka makan siang tidak
dapat dilakukan di rumah. Makan siang disekolah harus
memenuhi syarat dari segi jumlah dan keragaman makanan.
Oleh karena itu bekal untuk makan siang sangat diperlukan.
Dengan membawa bekal dari rumah, anak tidak perlu makan
jajanan yang kadang kualitasnya tidak bisa dijamin. Disamping
itu perlu membawa air putih karena minum air putih dalam
jumlah yang cukup sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan.

Bekal yang dibawa anak sekolah tidak hanya penting untuk


pemenuhan zat gizi tetapi juga diperlukan sebagai alat
pendidikan gizi terutama bagi orang tua anak-anak tersebut.
Guru secara berkala melakukan penilaian terhadap unsur gizi
seimbang yang disiapkan orangtua untuk bekal anak sekolah dan
ditindaklanjuti dengan komunikasi terhadap orang tua.

e. Batasi mengonsumsi makanan cepat saji, jajanan dan makanan


selingan yang manis, asin dan berlemak.
Mengonsumsi makanan cepat saji dan jajanan saat ini
sudah menjadi kebiasaan terutama oleh masyarakat perkotaan.
Sebagian besar makanan cepat saji adalah makanan yang tinggi
gula, garam dan lemak yang tidak baik bagi kesehatan. Oleh
karena itu mengonsumsi makanan cepat saji dan makanan
jajanan harus sangat dibatasi.

Pangan manis, asin dan berlemak banyak berhubungan


dengan penyakit kronis tidak menular seperti diabetes mellitus,
tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

f. Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari


setelah makan pagi dan sebelum tidur

Setelah makan ada sisa makanan yang tertinggal di sela-


sela gigi. Sisa makanan tersebut akan dimetabolisme oleh
bakteri dan menghasilkan metabolit berupa asam, yang dapat
-75-
menyebabkan terjadinya pengeroposan gigi. Membiasakan
untuk membersihkan gigi setelah makan adalah upaya yang
baik untuk menghindari pengeroposan atau kerusakan gigi.
Demikian juga sebelum tidur, gigi juga harus dibersihkan dari
sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi. Saat tidur,
bakteri akan tumbuh dengan pesat apabila disela-sela gigi ada
sisa makanan dan ini dapat mengakibatkan kerusakan gigi.

g. Hindari merokok
Merokok sebenarnya merupakan kebiasaan dan bukan
merupakan kebutuhan, seperti halnya makan atau minum. Oleh
karena itu kebiasaan merokok dapat dihindari kalau ada upaya
sejak dini. Merokok juga bisa membahayakan orang lain
(perokok pasif). Banyak penelitian menunjukkan bahwa merokok
berakibat tidak baik bagi kesehatan misalnya kesehatan paru-
paru dan kesehatan reproduksi. Pada saat merokok sebenarnya
paru-paru terpapar dengan hasil pembakaran tembakau yang
bersifat racun. Racun hasil pembakaran rokok akan dibawa oleh
darah dan akan menyebabkan gangguan fungsi pada alat
reproduksi.

7. Pesan Gizi Seimbang untuk remaja usia 10-19 tahun (Pra-Pubertas


dan Pubertas)
Secara umum anak usia 10-19 tahun telah memasuki masa
remaja yang mempunyai karakteristik motorik dan kognitif yang lebih
dewasa dibanding usia sebelumnya. Anak remaja laki–laki pada
umumnya menyukai aktivitas fisik yang berat dan berkeringat. Dari
sisi pertumbuhan linier (tinggi badan) pada awal remaja terjadi
pertumbuhan pesat tahap kedua. Hal ini berdampak pada
pentingnya kebutuhan energi, protein, lemak, air, kalsium,
magnesium, vitamin D dan vitamin A yang penting bagi
pertumbuhan.

Pesan Gizi Seimbang untuk remaja sama dengan pesan-pesan


untuk anak usia 6-9 tahun, yang membedakan adalah porsinya yang
lebih banyak. Sedangkan untuk remaja putri dan calon pengantin
diberikan pesan khusus sebagai berikut :

a. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan


Remaja putri dan calon pengantin perlu mengonsumsi
aneka ragam makanan untuk memenuhi kebutuhan energi,
protein dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral) karena
digunakan untuk pertumbuhan yang cepat, peningkatan volume
darah dan peningkatan haemoglobin. Zat gizi mikro penting yang
diperlukan pada remaja putri adalah zat besi dan asam folat.
-76-
Kebutuhan zat besi bagi remaja putri dan calon pengantin
diperlukan untuk membentuk haemoglobin yang mengalami
peningkatan dan mencegah anemia yang disebabkan karena
kehilangan zat besi selama menstruasi.

Asam folat digunakan untuk pembentukan sel dan sistem


saraf termasuk sel darah merah. Asam folat berperan penting
pada pembentukan DNA dan metabolisme asam amino dalam
tubuh. Kekurangan asam folat dapat mengakibatkan anemia
karena terjadinya gangguan pada pembentukan DNA yang
mengakibatkan gangguan pembelahan sel darah merah sehingga
jumlah sel darah merah menjadi kurang. Asam folat bersama-
sama dengan vitamin B6 dan B12 dapat membantu mencegah
penyakit jantung. Seperti halnya zat besi, asam folat banyak
terdapat pada sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Konsumsi asam folat pada orang dewasa disarankan sebanyak
1000 gr/hari.

Remaja putri (di atas 16 tahun) yang menikah sebaiknya


menunda kehamilan. Bila hamil perlu mengonsumsi pangan kaya
asam folat dan zat besi secara cukup, minimal 4 bulan sebelum
kehamilan agar terhindar dari anemia dan risiko bayi lahir
dengan cacat pada sistem saraf (otak) atau cacat tabung saraf
(Neural Tube Deffect).

b. Banyak makan sayuran hijau dan buah-buahan berwarna


Sayuran hijau seperti bayam, kangkung, brokoli dan sayur
kacang (buncis, kacang panjang dll) banyak mengandung
karotenoid dan asam folat yang sangat diperlukan pada masa
kehamilan.

Buah-buahan berwarna seperti pepaya, jeruk, mangga dll


merupakan sumber vitamin yang baik bagi tubuh. Buah-buahan
juga banyak mengandung serat dapat melancarkan buang air
besar (BAB) sehingga mengurangi risiko sembelit.

Buah berwarna, baik berwarna kuning, merah, merah


jingga, orange, biru, ungu, dan lainnya, pada umumnya banyak
mengandung vitamin, khususnya vitamin A, dan antioksidan.
Vitamin diperlukan tubuh untuk membantu proses-proses
metabolisme di dalam tubuh, sedangkan antioksidan diperlukan
untuk merusak senyawa-senyawa hasil oksidasi, radikal bebas,
yang berpengaruh tidak baik bagi kesehatan.
-77-
8. Pesan Gizi Seimbang untuk dewasa
Pesan gizi seimbang untuk dewasa sama dengan pesan umum
(lihat pesan umum gizi seimbang).

9. Pesan Gizi Seimbang untuk usia lanjut


a. Biasakan mengonsumsi makanan sumber kalsium seperti ikan
dan susu
Kepadatan tulang usia lanjut mulai berkurang sehingga
berisiko mengalami pengeroposan tulang/osteoporosis. Selain itu
sistim gigi geligi tidak sempurna dan rapuh sehingga untuk
mencegah kondisi yang lebih parah dianjurkan untuk
mengkonsumsi pangan sumber kalsium dan vitamin D terutama
dari ikan dan susu. Selain itu juga dianjurkan untuk terpapar
sinar matahari pagi.

b. Biasakan banyak mengonsumsi makanan berserat


Serat pangan sangat diperlukan oleh usia lanjut agar tidak
mengalami sembelit sehingga buang air besar menjadi lancar.
Serat pangan akan menghambat penyerapan gula dan kolesterol
sehingga membantu meningkatkan kesehatan usia lanjut. Usia
lanjut dianjurkan untuk mengonsumsi sumber karbohidrat yang
masih banyak mengandung serat (whole grains) dan
mengonsumsi sayuran serta buah-buahan yang banyak
mengandung serat pangan. (lihat tabel kelompok pangan sayuran
dan tabel kelompok buah-buahan)

Disamping dapat mengurangi risiko sembelit, banyak


makan sayur dan buah-buahan juga dapat menjaga kenormalan
tekanan darah, kenormalan kadar gula darah dan kolesterol
darah.

Vitamin yang banyak terkandung dalam sayuran dan buah-


buahan juga berperan sebagai zat anti oksidan yang dapat
menangkal senyawa jahat dalam tubuh, sehingga dapat
mengurangi risiko infeksi dan kanker.

c. Minumlah air putih sesuai kebutuhan


Sistem hidrasi pada usia lanjut sudah menurun sehingga
kurang sensitif terhadap kekurangan maupun kelebihan cairan.
Akibat dehidrasi pada usia lanjut adalah demensia, mudah lupa,
kandungan Natrium darah menjadi naik sehingga berisiko terjadi
hipertensi. Sebaliknya bila kelebihan cairan akan meningkatkan
beban jantung dan ginjal. Oleh karena itu kelompok usia lanjut
perlu air minum yang cukup (1500-1600ml/hari setara 6 gelas).
-78-
d. Tetap melakukan aktivitas fisik
Sel-sel otot pada usia muda mempunyai kelenturan yang
optimal dan mulai menurun pada usia lanjut. Kontraksi dan
relaksasi otot menjadi berkurang akibatnya usia lanjut sering
mengalami kekakuan otot. Oleh karena itu sangat dianjurkan
untuk melakukan aktivitas fisik yang ringan seperti berjalan-
jalan, bersepeda, berkebun dan melakukan olah raga ringan
seperti yoga, senam usia lanjut yang berfungsi membantu
kelenturan otot dan relaksasi otot. Aktivitas fisik yang dilakukan
usia lanjut akan menambah kesehatan jantung dan kebugaran
tubuh.

e. Batasi konsumsi gula, garam dan lemak


Banyak mengonsumsi makanan berkadar gula, garam,
lemak bagi kelompok usia lanjut meningkatkan risiko terhadap
timbulnya hipertensi, hiperkolesterol, hiperglikemia dan penyakit
stroke, penyakit jantung koroner, penyakit kencing manis
(diabetes melitus) dan kanker. Usia lanjut berisiko mengalami
gout (asam urat tinggi) oleh karena itu, konsumsi pangan dengan
tinggi purin seperti jeroan dan melinjo agar dibatasi.
Natrium merupakan elektrolit dalam tubuh yang
mempunyai peran penting dalam menjaga keseimbangan
elektrolit tubuh. Namun apabila jumlah natrium dalam tubuh
meningkat akan mengakibatkan kondisi yang disebut
hipernatremia. Pada kondisi tersebut akan terjadi ketidak-
seimbangan elektrolit di dalam dan di luar sel yang akan
mengakibatkan oedema. Oleh karena itu kelompok usia lanjut
harus berusaha mempertahankan kondisi natrium darah tetap
normal dengan cara mengonsumsi air sesuai dengan kebutuhan
dan mengonsumsi makanan yang rendah natrium dan tinggi
kalium. Kadar natrium yang tinggi akan memicu terjadinya
hipertensi. Berikut ini Tabel Daftar Makanan Tinggi Natrium :
-79-

Tabel Daftar Makanan Tinggi Natrium

1) Bahan Penyedap
Ukuran Rumah Kandungan
Nama Makanan
Tangga (URT) Natrium
Garam Meja 1 Sendok Teh 2000 mg
Acar Bawang Merah 1 Sendok Teh 1620 mg
Acar bawang Putih 1 Sendok Teh 1850 mg
MSG (Vetsin) 1 Sendok Teh 492 mg
Kecap 1 Sendok Teh 343 mg
Meat Tenderizer 1 Sendok Teh 1750 mg
(Pelunak Daging)

2) Makanan Siap Saji

Kandungan
Nama Makanan Berat dalam Gram
Natrium
Chicken Breast 210 1340 mg
Sandwich
Double Beef Whopper 374 1535 mg
and Cheese
Ham and Cheese 230 1534 mg
Hot dog 100 830 mg
Roasted Beef 247 1288 mg
Super Hot Dog with 196 1605 mg
Cheese
-80-
BAB IV

SLOGAN DAN VISUAL

A. Slogan
Slogan adalah susunan beberapa kata menjadi suatu frasa yang
singkat mempunyai makna, mudah diungkapkan dan dipahami. Slogan
gizi adalah slogan yang mengandung makna tujuan jangka panjang atau
visi perbaikan atau pembangunan gizi.

Dahulu Indonesia telah memiliki Slogan Gizi yang disebut 4 Sehat 5


Sempurna. Susunan empat kata ini telah teruji selama puluhan tahun
mudah diungkap, mudah dipahami dan mempunyai makna mengonsumsi
empat kelompok makanan setiap hari dapat memenuhi kebutuhan gizi
tubuh sehingga turut mewujudkan hidup sehat. Bila dilengkapi dengan
kelompok pangan yang kelima maka pemenuhan kebutuhan gizi dan
derajat kesehatan yang dicapai semakin sempurna. Slogan ini sesuai
perkembangan IPTEK dan permasalahan gizi pada masanya dimana
pedoman gizi hanya berdasarkan prinsip keragaman dari lima kelompok
pangan.

Perkembangan Iptek gizi menunjukkan bahwa dengan mengonsumsi


lima kelompok pangan tersebut dalam 4 sehat 5 Sempurna, belum
memadai untuk mencapai hidup sehat dan cerdas. Diperlukan pula air
sebagai zat gizi yang jumlahnya jauh lebih banyak dari kebutuhan pangan
sehari-hari. Juga diperlukan kebersihan diri dan keamanan pangan agar
terhindar dari kemungkinan penyakit yang menular melalui makanan.
Makan saja tanpa disertai dengan aktifitas fisik akan menimbulkan
kegemukan dan jauh dari kebugaran. Oleh karena itu penyempurnaan
pedoman gizi dari 4 Sehat 5 Sempurna menjadi Gizi Seimbang perlu
disertai dengan pengembangan Slogan Gizi yang baru.

Dengan mempertimbangkan visi pembanguanan gizi jangka panjang


adalah untuk mewujudkan generasi atau bangsa yang sehat, cerdas dan
unggul atau mampu bersaing; serta masukan dari berbagai pihak melalui
lomba dan uji coba hasil lomba slogan Gizi, maka slogan Gizi Seimbang
yang baru adalah, “GIZI SEIMBANG BANGSA SEHAT BERPRESTASI”.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, kata berprestasi berarti


mempunyai atau meraih suatu hal atau capaian. Itu artinya Gizi
Seimbang menjadi syarat mutlak atau hal penting untuk mewujudkan
generasi atau bangsa yang sehat, cerdas, berprestasi, unggul bersaing
sehingga menjadi perhatian dan disegani bangsa-bangsa lain dalam
persahabatan global.
-81-
B. Visual
Visual adalah bentuk atau gambar, yang bila dimanca negara disebut
panduan pangan (Food Guide), ada yang berbentuk piramida, bentuk
Pagoda, bentuk Gasing dan lain sebagainya sesuai nilai-nilai yang
berkembang dimasing-masing negara. Visual Gizi Seimbang adalah
bentuk gizi seimbang yang menggambarkan semua prinsip Gizi Seimbang
yaitu beragam pangan, kebersihan dan keamanan pangan, aktifitas fisik
dan pemantaun berat badan bagi masyarakat di suatu wilayah atau
bangsa.

Ada dua visual Gizi Seimbang, yaitu 1) Tumpeng Gizi Seimbang dan 2)
Piring Makanku, Sajian Sekali Makan. Tumpeng Gizi Seimbang
dimaksudkan sebagai gambaran dan penjelasan sederhana tentang
panduan porsi (ukuran) makanan dan minum serta aktifitas fisik sehari-
hari, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta
memantau berat badan. Tumpeng Gizi Seimbang yang baru ini
merupakan penyempurnaan dari tumpeng Gizi Seimbang yang
sebelumnya, setelah mendapat masukan dari berbagai pihak termasuk
ujicoba lapangan kepada petugas kesehatan dan non kesehatan ditingkat
kecamatan dan para kader dan peserta posyandu.
-82-
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ada empat lapis berurutan dari
bawah ke atas, dan semakin ke atas semakin kecil. Empat lapis artinya
Gizi Seimbang didasarkan pada prinsip 4 pilar yaitu konsumsi
beranekaragam pangan, aktifitas fisik, kebersihan diri, dan pemantaun
berat badan untuk mempertahankan berat badan normal. Semakin ke
atas ukuran tumpeng semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas
yaitu gula, garam dan lemak dibutuhkan sedikit sekali atau perlu
dibatasi. Pada setiap kelompok pangan dituliskan berapa jumlah porsi
setiap kelompok pangan yang dianjurkan. Misalnya pada kelompok
sayuran tertulis 3-4 porsi sehari, artinya sayuran dianjurkan dikonsumsi
oleh remaja atau dewasa sejumlah 3-4 mangkuk sehari. Satu mangkuk
sayuran beratnya sekitar 75 gram, sehingga perlu makan sayur sekitar
300 gram sehari. Sebelah kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti
dengan visual segelas air putih dan tulisan 8 gelas. Ini artinya dalam
sehari setiap orang remaja atau dewasa dianjurkan untuk minum air
putih sekitar 8 gelas sehari.

Selain makanan dan minuman dalam visual TGS ini juga ada pesan
cuci tangan sebelum dan sesudah makan yang divisualkan oleh gambar
cuci tangan menggunakan air mengalir; juga berbagai siluet aktifitas fisik
(termasuk olahraga), dan kegiatan menimbang berat badan. Kegiatan
fisik dianjurkan untuk dilakukan paling tidak tiga kali seminggu dan
memantau berat badan setiap bulan.
-83-
PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN, dimaksudkan sebagai
panduan yang menunjukkan sajian makanan dan minuman pada setiap
kali makan (misal sarapan, makan siang dan makan malam). Visual Piring
Makanku ini menggambarkan anjuran makan sehat dimana separoh
(50%) dari total jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan
buah, dan separoh (50%) lagi adalah makanan pokok dan lauk-pauk.
Piring Makanku juga menganjurkan makan bahwa porsi sayuran harus
lebih banyak dari porsi buah, dan porsi makanan pokok lebih banyak dari
porsi lauk-pauk. Piring makanku juga menganjurkan perlu minum setiap
kali makan, bisa sebelum, ketika atau setelah makan. Meskipun gambar
gelas hanya satu buah dalam visual ini, tidak berarti bahwa minum dalam
satu kali makan hanya satu gelas, bisa saja disesuaikan dengan
kebutuhan, misalnya segelas sebelum makan dan segelas lagi setelah
makan.

Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak bersih dan aman
termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu sejalan dengan
prinsip gizi seimbang makan dalam visual Piring Makanku juga
dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Karena
Piring Makanku adalah panduan setiap kali makan, maka tidak
diperlukan anjuran aktivitas fisik dan pemantauan berat badan. Kedua
hal ini cukup divisualkan pada gambar Tumpeng Gizi Seimbang.
-84-
BAB V

STRATEGI DAN IMPLEMENTASI KOMUNIKASI, INFORMASI DAN


EDUKASI GIZI SEIMBANG

A. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Gizi Seimbang

1. Sasaran
Tujuan dari kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
adalah untuk merubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan. Agar penyampaian pesan dapat terlaksana dengan
berhasil guna dan berdaya guna (efisien dan efektif) maka tahap
awal dari kegiatan tersebut adalah menentukan siapa sasaran yang
akan dituju. Prinsip dalam menentukan sasaran KIE Gizi Seimbang
adalah “Sasaran bukan hanya sebagai objek saja tetapi juga sebagai
subjek”. Dalam kaitan dengan tujuan KIE Gizi Seimbang untuk
merubah perilaku seluruh lapisan masyarakat, maka sasaran dari
KIE Gizi Seimbang adalah :
a. Sasaran utama :
1) Masyarakat dari berbagai kelompok usia
2) Masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi
3) Masyarakat dari berbagai lapisan pendidikan
b. Sasaran antara :
1) Penentu kebijakan
2) Pengelola Program
3) Lembaga Swadaya Masyarakat
4) Kader
5) Organisasi Profesi
6) Media Massa
7) Dunia Usaha
8) Mitra Pembangunan Internasional
9) Lembaga pendidikan:
(a) Sekolah : TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi
(b) Madrasah : RA, MI, MTs., MA, PTAI
(c) Pondok Pesantren
10) Lembaga sosial dankeagamaan
11) Kelompok Komunitas
-85-
2. Metode
Setelah sasaran ditentukan, tahap selanjutnya adalah
menentukan metode yang tepat agar proses penyampaian pesan
dapat berjalan dengan baik dan benar. Metode yang dipilih adalah
metode yang dapat mengembangkan prinsip “komunikasi
partisipatif/komunikasi dua arah” yang dilaksanakan baik secara
formal maupun informal. Jenis metode yang perlu dilaksanakan
dalam KIE Gizi Seimbang adalah :
a. Penyampaian secara langsung yaitu :
1) Social marketing/pemasaran sosial seperti kampanye,
penyuluhan, pencanangan, siaran melalui media,
penyebaran melalui media cetak, penyebar luasan melalui
media sosial misalnya facebook, twitter dan Internet
2) Melalui lomba
3) Sayembara
4) Pengangkatan seorang duta Gizi Seimbang sebagai panutan
untuk memotivasi perubahan perilaku

b. Penyampaian secara tidak langsung seperti :


1) Pelatihan dan pendidikan secara berjenjang
2) Semiloka/lokakarya/sarahsehan
3) Pembentukan kelompok diskusi terarah (Focus Group
Discussion)

3. Media dan Alat


Agar metode yang dipilih dapat berjalan efektif dan efisien, perlu
didukung dengan media dan alat yang tepat. Berbagai media dan alat
yang tersedia di masyarakat dapat digunakan secara optimal. Media
yang dapat dapat digunakan dalam kegiatan KIE Gizi Seimbang
adalah :
a. Media elektronik seperti radio, televisi, bioskop, telepon dan video
b. Media cetak seperti koran, majalah, brosur, leaflet, booklet,
kalender, lembar balik dan buku saku
c. Media online seperti web, facebook, twitter dan youtube
d. Media audio seperti lagu, jingle dan yel-yel.

4. Lingkup Materi
Sesuai dengan tujuan KIE untuk mengubah perilaku maka
lingkup materi sebagai pesan yang akan disampaikan harus jelas,
mudah dipahami, mudah dimengerti dan mudah dipraktekkan.
Dalam kaitan dengan pendidikan Gizi Seimbang yang bertujuan agar
masyarakat berperilaku Gizi Seimbang, materi yang akan
disampaikan meliputi :
-86-
a. Pengertian dan prinsip Gizi Seimbang
b. Pesan Gizi Seimbang baik yang bersifat umum maupun khusus
c. Slogan dan visual Gizi Seimbang
d. Anjuran jumlah porsi dan Contoh-contoh menu sehat dan bergizi

Tabel Anjuran Jumlah Porsi Menurut Kecukupan Energi untuk


Berbagai Kelompok Umur

1) Untuk Kelompok Ibu Hamil dan Menyusui

Ibu Hamil Ibu Menyusui


Bahan Makanan
2500 kkal 2500 kkal
Nasi 6p 6p
Sayuran 4p 4p
Buah 4p 4p
Tempe 4p 4p
Daging 3p 3p
Susu 1p 1p
Minyak 6p 6p
Gula 2p 2p

2) Untuk Kelompok Umur 1-3 tahun dan 4-6 tahun

Anak Usia
Anak Usia 1-3 tahun
Bahan Makanan 4-6 tahun
1125 kkal
1600 kkal
Nasi 3p 4p
Sayuran 1,5p 2p
Buah 3p 3p
Tempe 1p 2p
Daging 1p 2p
ASI Dilanjutkan hingga
2 tahun
Susu 1p 1p
Minyak 3p 4p
Gula 2p 2p
-87-
3) Untuk Kelompok Umur 7-9 Tahun dan Anak Usia Sekolah 10-12
tahun

Anak Usia 7-9 Anak Usia 10-12 tahun


Bahan
tahun Laki-laki Perempuan
Makanan
1850 kkal 2100 kkal 2000 kkal
Nasi 4½p 5p 4p
Sayuran 3p 3p 3p
Buah 3p 4p 4p
Tempe 3p 3p 3p
Daging 2p 2½p 2p
Susu 1p 1p 1p
Minyak 5p 5p 5p
Gula 2p 2p 2p

4) Untuk Kelompok Umur 13-15 tahun

Anak Remaja 13-15 Anak Remaja 13-15


Bahan tahun tahun
Makanan Laki-laki Perempuan
2475 kkal 2125 kkal
Nasi 6½p 4½p
Sayuran 3p 3p
Buah 4p 4p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Susu 1p 1p
Minyak 6p 5p
Gula 2p 2p

5) Untuk Kelompok Umur 16-18 tahun

Anak Remaja 16-18 Anak Remaja 16-18


Bahan
tahun Laki-laki tahun Perempuan
Makanan
2675 kkal 2125 kkal
Nasi 8p 5p
Sayuran 3p 3p
Buah 4p 4p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Minyak 6p 5p
Gula 2p 2p
-88-
6) Untuk Kelompok Umur 19-29 tahun

Dewasa Laki-laki Dewasa Perempuan


Bahan
19-29 tahun 19-29 tahun
Makanan
2725 kkal 2250 kkal
Nasi 8p 5p
Sayuran 3p 3p
Buah 5p 5p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Minyak 7p 5p
Gula 2p 2p

7) Untuk Kelompok Umur 30-49 tahun

Dewasa Laki-laki Dewasa Perempuan


Bahan
30-49 tahun 30-49 tahun
Makanan
2625 kkal 2125 kkal
Nasi 7½p 4½p
Sayuran 3p 3p
Buah 5p 5p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Minyak 6p 6p
Gula 2p 2p

8) Untuk Kelompok Umur 50-64 tahun

Dewasa Laki-laki Dewasa Perempuan


Bahan
50-64 tahun 50-64 tahun
Makanan
2325 kkal 1900 kkal
Nasi 6½p 4½p
Sayuran 4p 4p
Buah 5p 5p
Tempe 3p 3p
Daging 3p 3p
Susu 1p 1p
Minyak 6p 4p
Gula 1p 2p
-89-
9) Untuk Kelompok Umur >65 tahun

Dewasa Laki-laki Dewasa Perempuan


Bahan
>65 tahun >65 tahun
makanan
1900 kkal 1550 kkal
Nasi 5p 3½p
Sayuran 4p 4p
Buah 4p 4p
Tempe 3p 3p
Ikan Segar 3p 3p
Susu 1p 1p
rendah
lemak
Minyak 4p 4p
Gula 2p 2p

Keterangan:
1. Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal
2. Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal
3. Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal
4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal
5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal
6. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal
7. Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal
8. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal
9. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal
10. Gula = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal

*) sdm : sendok makan


**) sdt : sendok teh
p : porsi

B. Strategi dan Implementasi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Gizi


Seimbang
Keberhasilan penyampaian pesan Gizi Seimbang kepada masyarakat
sangat dipengaruhi oleh Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang
diterapkan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam penyampaian
pesan Gizi Seimbang agar berdampak pada perubahan perilaku hidup
masyarakat kearah perilaku Gizi Seimbang yaitu Perilaku makan dan
hidup sehat diperlukan strategi dan implementasi KIE yang tepat dan
berbasis masyarakat.
-90-
1. Strategi
Strategi KIE yang diterapkan dalam penyampaian pesan Gizi
Seimbang kepada masyarakat berdasarkan sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai untuk masing-masing sasaran adalah:

a. Mengembangkan pesan Gizi Seimbang spesifik lokal yang mudah


dipahami dan dimengerti serta mudah diingat oleh masyarakat
berbasis data dengan cara:
1) Mengembangkan pesan Gizi Seimbang sesuai dengan
budaya dan menggunakan bahasa setempat,
2) Memperkenalkan menu makanan sehat
3) Memodifikasi menu lokal yang belum memenuhi kaidah gizi
seimbang menjadi gizi seimbang.

b. Pemberdayaan masyarakat agar berperan serta secara aktif


dalam kegiatan penyuluhan gizi melalui:
1) Diseminasi informasi, orientasi atau pelatihan terhadap tokoh-
tokoh lokal seperti Tokoh Agama-Tokoh Masyarakat, PKK,
guru, penyuluh pertanian, wartawan, kader dll untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta
ketrampilannya dalam penyuluhan Gizi Seimbang
2) Menjalin kemitraan dengan tokoh tokoh lokal, organisasi
masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat dalam setiap
kegiatan KIE Gizi Seimbang sesuai dengan potensi masing
masing
3) Pemanfaatan forum komunikasi di masyarakat untuk
membentuk Kelompok Diskusi Terarah/Focus Group
Discusion (FGD) dalam upaya meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan ketrampilananalisis terhadap masalah gizi
dan pemecahannya serta penyampaian pesan pesan Gizi
Seimbang.

c. Melalui pendekatan formal dan informal yang berkesinambungan


yaitu:
1) Diseminasi Informasi dan pelatihan kepada petugas
penyuluhan gizi dari berbagai instansi terkait antara lain
Kementerian Kesehatan, Pertanian, Pendidikan &
Kebudayaan, Agama; Tokoh Agama-Tokoh Masyarakat,
Ormas dan LSM.
2) Pemanfaatan kegiatan sosial yang tumbuh dan berkembang
di masyarakat misalnya upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM), arisan, pengajian dan lain-lain.
3) Pemanfaatan berbagai saluran komunikasi yang tepat
sesuai dengan ketersediaan dan kebutuhan lokal untuk
-91-
kegiatan advokasi dan sosialisasi kegiatan KIE Gizi
Seimbang
4) Komunikasi massal (mass communication)

d. Dilaksanakan secara lintas sektor dan lintas program melalui


Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi (KIS) yaitu :
1) Pendidikan dan penyuluhan gizi seimbang dilaksanakan
secara terkoordinasi dengan berbagai institusi pemerintah
melalui suatu teamwork diberbagai tingkatan
2) Koordinasi seyogyanya dilakukan oleh pemerintah daerah
setempat
3) Kegiatan pendidikan dan penyuluhan gizi seimbang
dilaksanakan secara terintegrasi dan sinkron dengan
kegiatan dari program sektor yang terkait.

2. Implementasi
Kegiatan KIE dalam penyampaian pesan Gizi Seimbang
dilaksanakan dengan menggunakan metode yang tepat dan cepat
melalui:
a. Pengembangan KIE - Gizi Seimbang sesuai karakteristik dan
budaya lokal
Kegiatan yang dianjurkan adalah:
1) Menciptakan pesan pesan Gizi Seimbang sesuai prioritas
dengan menggunakan bahasa daerah setempat
2) Memperkenalkan menu makanan sehat dan memodifikasi
menu yang belum memenuhi kaidah gizi seimbang. Contoh:
a) Modifikasi menu: Soto yang menggunakan santan
diganti soto dengan menggunakan perasan air jeruk.
b) Memperkenalkan/mempopulerkan menu sehat: gado-
gado, bubur manado, kapurung, karedok, binte
biluhuta dll.
b. Pemberdayaan dan peningkatan Partisipasi Masyarakat melalui:
1) Pelatihan dan pendidikan bagi pelatih (Training of the
trainer/ToT) :
a) Jenjang ToT :
(1) Pusat : untuk melatih calon konselor Gizi
Seimbang dan pelatih tim propinsi.
(2) Propinsi : untuk melatih calon pelatih tim
kabupaten/kota.
-92-
b) Peserta ToT :
(1) Petugas lintas sektor terkait
(2) Organisasi profesi dan kemasyarakatan.

2) Pelatihan dan pendidikan bagi penyuluh dan kader Gizi


Seimbang :
a) Lokasi pelatihan di kabupaten/kota
b) Peserta pelatihan berasal dari berbagai kelompok
masyarakat di tingkat desa dan kecamatan seperti :
petugas dari berbagai instansi pemerintah, wartawan,
penyuluh lapangan, Tokoh Agama-Tokoh Masyarakat,
guru, dosen, tim PKK, LSM, profesi, kepala KUA,
penghulu.
c) Tujuan pelatihan adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan peserta
dalam melatih penyuluh dan kader tentang KIE
penyampaian pesan Gizi Seimbang
d) Tema dan Materi pelatihan agar disesuaikan dengan
kebutuhan dan prioritas masalah gizi yang dihadapi
setempat/lokal
e) Metode pelatihan bersifat “partisipasi aktif” yang berarti
para peserta dilibatkan secara aktif dalam semua
proses pelatihan.

3) Semiloka/lokakarya/sarasehan.
a) Tujuan kegiatan semiloka/lokakarya/sarasehan adalah
untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi
penentu kebijakan, Tokoh Agama-Tokoh Masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat & profesi dll dalam penyampaian pesan
Gizi Seimbang kepada masyarakat.
b) Tema, proses dan target hasil yang hendak dicapai
dalam semiloka/loka karya/sarasehan agar
disesuaikan dengan keadaan dan masalah setempat
serta kebutuhan yang mendesak
-93-
4) Pembentukan “Focus Group Discussion (FGD)”/Kelompok
Diskusi Terarah di berbagai tingkatan mulai dari Desa
sampai Kecamatan
a) Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan masyarakat agar
mampu menganalisis masalah gizi setempat dan
pemecahannya serta penyampaian pesan Gizi
Seimbang
b) Metode yang digunakan adalah “Partisipasi aktif” yang
berarti seluruh peserta diajak aktif berpartisipasi dalam
diskusi, penyampaian pengalaman dan pendapatnya
c) Peserta diskusi adalah anggota masyarakat yang
diharapkan dapat menyampaikan pesan Gizi Seimbang
kepada masyarakat dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat kearah “Pola Konsumsi Gizi Seimbang”
d) Tema yang dipilih dalam setiap diskusi adalah sesuai
dengan prioritas pesan Gizi Seimbang dan masalah gizi
yang dihadapi setempat
e) Jumlah peserta setiap diskusi sekitar 10 orang
f) Diskusi dapat dilaksanakan setiap 3 bulan sekali atau
disesuaikan dengan kebutuhan dengan lama diskusi 1
jam.
g) Penanggung jawab/fasilitator FGD adalah Tenaga Gizi
Puskesmas.

c. Pemantapan kegiatan melalui pendekatan formal dan informal


yang berkesinambungan dan diintegrasikan ke dalam instansi
terkait.
d. Mengangkat “Bunda dan Duta Gizi Seimbang (DGS)”
1) Tujuan dari pengangkatan DGS adalah untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang gizi seimbang melalui
keteladanan tokoh sebagai panutan.
2) Tokoh yang ditunjuk/diangkat sebagai DGS adalah anggota
masyarakat yang dikenal luas oleh masyarakat, berdedikasi
tinggi, berprestasi dalam bidang profesinya, dan
perilakunya dapat dijadikan panutan.
3) Penunjukkan/pengangkatan dilakukan oleh Kepala Daerah
setempat atas saran Organisasi Profesi terkait pangan dan
gizi dan pejabat terkait.
-94-
3. Pemantauan dan Evaluasi
Untuk mengetahui permasalahan, kesulitan dan hambatan serta
keberhasilan dari operasionalisasi kegiatan KIE-Gizi Seimbang perlu
dilakukan pemantauan dan evaluasi secara seksama.
a. Pemantauan
1) Tujuan dari pemantauan adalah untuk mengetahui
perkembangan, permasalahan, kesulitan dan hambatan
dalam pelaksanaan kegiatan KIE-Gizi Seimbang.
2) Pemantauan dilakukan melalui metode:
a) Pencatatan & Pelaporan dengan menggunakan formulir
isian
b) Pertemuan
Secara berkala minimal dua kali sebulan para petugas
mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan hasil
pemantauan dan evaluasi
c) Kunjungan lapangan
Pemantauan dapat dilakukan dengan mengadakan
kunjungan lapangan bila dianggap perlu untuk
mengetahui proses pelaksanaan kegiatan

b. Evaluasi
1) Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan dan
permasalahan dalam kegiatan penyampaian pesan Gizi
Seimbang
2) Ruang lingkup yang dievaluasi meliputi:
a) Masukan seperti biaya operasional, sarana, tenaga dan
metode KIE, apakah telah sesuai dengan rencana dan
apa permasalahannya
b) Proses untuk mengetahui perkembangan dan
permasalahan dalam pelaksanaan yang meliputi
kegiatan:
(1) Perencanaan
(2) Pengorganisasian dan koordinasi
(3) Pelaksanaan kegiatan
(4) Pemantauan dan evaluasi
c) Luaran untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang Gizi Seimbang.
d) Dampak, untuk mengetahui tingkat keberhasilan KIE
dalam perubahan perilaku “Gizi Seimbang”.
-95-
4. Bimbingan Teknis
Agar pelaksanaan sosialisasi dan penerapan PGS dapat berjalan
lancar sesuai dengan rencana dan tujuan yang akan dicapai perlu
dilakukan bimbingan teknis secara berjenjang mulai dari tingkat
pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai kecamatan.
a. Tujuan bimbingan teknis adalah untuk :
1) Memberikan bimbingan kepada para petugas/pelaksana
dalam sosialisasi dan penerapan Gizi Seimbang
2) Memberikan koreksi dan pemecahan masalah, hambatan
dan penyimpangan dalam sosialisasi dan penerapan Gizi
Seimbang
b. Bimbingan teknis dilakukan oleh para pejabat terkait yang
kompeten secara berjenjang dan atau oleh para pakar yang
ditunjuk.
c. Bimbingan teknis dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah disusun oleh penanggungjawab penerapan Gizi Seimbang.

5. Pemberian Penghargaan
Dalam rangka memotivasi dan meningkatkan partisipasi
petugas dan pejabat pemerintah serta organisasi non pemerintah
yang melaksanakan penerapan Gizi Seimbang dengan baik dan
menunjukkan prestasi luar biasa dapat diberikan penghargaan.
Bentuk penghargaan dapat berupa piagam dan atau materi.
Penghargaan diberikan oleh Menteri Kesehatan atau pejabat yang
ditunjuk sesuai ketentuan yang berlaku.
-96-
BAB VI
PENUTUP

Penerbitan PGS ini akan diikuti dengan penerbitan pedoman teknis


lainnya seperti PGS untuk Sekolah (TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi),
PGS untuk Madrasah (RA, MI, MTs., MA, PTAI), PGS untuk Pondok Pesantren,
dan PGS untuk berbagai kelompok umur.

Dalam melaksanakan pendidikan gizi seimbang kepada masyarakat,


petugas dituntut kreatif dengan penuh inisiatif untuk mengembangkan pesan
pesan yang tertuang dalam buku pedoman, untuk disesuaikan dengan
masalah, situasi dan kondisi lokal (setempat).

Dengan diberlakukannya PGS ini, semua Pesan, Slogan dan Visual Gizi
Seimbang yang lama sudah tidak digunakan lagi dan petugas hendaknya tidak
menggunakan lagi dalam melaksanakan pendidikan gizi.

Harapan dimasa mendatang kegiatan penyuluhan gizi akan bergaung di


seluruh wilayah tanah air “Kapan saja, dimana saja dan oleh siapa saja”,
sehingga penerapan perilaku Gizi Seimbang oleh setiap anak bangsa di
seluruh lapisan masyarakat dalam mewujudkan Bangsa Sehat Berprestasi
dapat terlaksana dengan baik.

MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,

ttd

NAFSIAH MBOI

Anda mungkin juga menyukai