TENTANG
MEMUTUSKAN ...
-3-
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Pedoman Gizi Seimbang bertujuan untuk memberikan panduan konsumsi
makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip konsumsi
anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau
berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan
normal.
Pasal 2
Pedoman Gizi Seimbang sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
Pedoman Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digunakan
sebagai acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/kota, tenaga kesehatan, dan pihak lain yang terkait dalam
penyelenggaraan gizi seimbang.
Pasal 4
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Gizi
Seimbang.
(2) Penyelenggaraan Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan melibatkan masyarakat.
Pasal 5
(1) Pendanaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Gizi Seimbang
dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau sumber lain yang
sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penyelenggaraan Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa kegiatan, antara lain:
a. sosialisasi;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. penyuluhan;
d. konseling; dan
e. demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang.
Pasal ...
-4-
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Juli 2014
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Agustus 2014
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat
kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini
dipengaruhi oleh keadaan gizi.
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan
normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta
seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau
sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja
meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar
tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau
penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu
ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik
dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan
meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah,
hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab
utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di
Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.
Sebagian besar penyakit tidak menular terkait-gizi di atas berasosiasi
dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh
kelebihan gizi. Data Riskesdas 2007, 2010, 2013 memperlihatkan
kecenderungan prevalensi obese (IMT > 27) semua kelompok umur. Anak
balita 12,2%, 14% dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007, 2010)
naik dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas
2007, 2010) naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 laki-
laki obese 19,7% dan perempuan 32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes, 2010,
2013]. Kelebihan gizi ini timbul akibat kelebihan asupan makanan dan
-6-
minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula dan garam; tetapi
kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan
serealia utuh, serta kurang melakukan aktivitas fisik.
Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi
seimbang. Hasil penelitian Riskesdas 2010 menyatakan gambaran
sebagai berikut. Pertama, masih banyak penduduk yang tidak cukup
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Berdasarkan Riskesdas 2013,
93,5% penduduk usia di atas 10 tahun mengonsumsi sayuran dan buah-
buahan masih di bawah anjuran. Kedua, kualitas protein yang
dikonsumsi rata-rata perorang perhari masih rendah karena sebagian
besar berasal dari protein nabati seperti serealia dan kacang-kacangan.
Ketiga, konsumsi makanan dan minuman berkadar gula tinggi, garam
tinggi dan lemak tinggi, baik pada masyarakat perkotaan maupun
perdesaan, masih cukup tinggi. Keempat, asupan air pada remaja masih
rendah. Kelima, cakupan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI
Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih rendah (61,5%).
Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih
memiliki masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus
(wasting) anak balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%.
Sedangkan kecenderungan prevalensi anak balita pendek (stunting)
sebesar 36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight)
berturut-turut 18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah
sampai remaja berdasarkan Riskesdas 2010 sebesar 28,5%.
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu
sejak janin sampai anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap
perkembangan fisik, tetapi juga terhadap perkembangan kognitif yang
pada gilirannya berpengaruh terhadap kecerdasan dan ketangkasan
berpikir serta terhadap produktivitas kerja. Kekurangan gizi pada masa
ini juga dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit kronis pada usia
dewasa, yaitu kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
hipertensi, stroke dan diabetes.
Pencegahan timbulnya masalah gizi tersebut, memerlukan kegiatan
sosialisasi pedoman Gizi Seimbang yang bisa dijadikan sebagai panduan
makan, beraktivitas fisik, hidup bersih dan memantau berat badan secara
teratur untuk mempertahankan berat badan normal.
Dalam upaya mengoptimalkan penyampaian pesan Gizi Seimbang
kepada masyarakat, diperlukan komunikasi, informasi dan edukasi yang
tepat dan berbasis masyarakat. Pendidikan dan penyuluhan gizi dengan
menggunakan slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang dimulai 1952, telah
berhasil menanamkan pengertian tentang pentingnya gizi dan kemudian
merubah perilaku konsumsi masyarakat. Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna
-7-
yang diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo Soedarmo
yang terinspirasi dari Basic Four Amerika Serikat yang mulai
diperkenalkan pada era 1940an adalah menu makanan yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, serta minum
susu untuk menyempurnakan menu tersebut. Namun slogan tersebut
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan
gizi dewasa ini sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang
sesuai dengan kondisi saat ini. Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet
hasil kesepakatan konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992
diyakini akan mampu mengatasi beban ganda masalah gizi, baik
kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia prinsip tersebut dikenal
dengan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan mendasar antara slogan 4
Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah: Konsumsi
makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
(porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur.
Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu
anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan memantau
berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal.
Perubahan perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan
sosialisasi, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada masyarakat
serta kegiatan konseling, demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang.
Keberhasilan kegiatan tersebut sangat ditentukan oleh peran Pemerintah
baik tingkat Pusat maupun Daerah dan peran serta Masyarakat secara
aktif. Keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor tenaga, sarana, sumber
daya, metode, media dan berkelanjutan.
Agar kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan,
konseling, demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang dapat
dilaksanakan dengan optimal perlu adanya kejelasan tugas dan tanggung
jawab petugas dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Selain itu perlu
ditekankan pentingnya peran aktif pemangku kepentingan kesehatan
yang lain dalam melaksanakan kegiatan untuk merubah sikap dan
praktik kesehatan dan gizi masyarakat, termasuk peran instansi lain
seperti Pendidikan dan Kebudayaan, Agama, BKKBN, Pertanian, Dalam
Negeri, Perindustrian, Perdagangan, Kelautan dan Perikanan, Sektor
Swasta dan Masyarakat.
-8-
B. Pengertian
1. Gizi Seimbang
Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur
dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk
mencegah masalah gizi.
2. Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan/atau pembuatan makanan dan minuman.
3. Keanekaragaman pangan
Keanekaragaman pangan adalah anekaragam kelompok pangan yang
terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan
dan air serta beranekaragam dalam setiap kelompok pangan.
4. Makanan beragam
Berbagai makanan yang dikonsumsi beragam baik antar kelompok
pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah) maupun dalam
setiap kelompok pangan.
Masing-masing contoh jenis pangan dari berbagai kelompok pangan
adalah sebagai berikut :
a. Makanan pokok antara lain: Beras, kentang, singkong, ubi jalar,
jagung, talas, sagu, sukun. Berikut ini tabel Kelompok Makanan
Pokok sebagai Sumber Karbohidrat beserta padanan porsinya :
Kandungan zat gizi per porsi nasi kurang lebih seberat 100 gram,
yang setara dengan ¾ gelas adalah: 175 Kalori, 4 gram Protein
dan 40 gram Karbohidrat.
-9-
Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu)
porsi nasi:
Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
Nama Pangan
(URT) Gram
Bihun ½ Gelas 50
Biskuit 4 Buah Besar 40
Havermut 5 ½ Sendok 45
Jagung Segar Besar 3 Buah 125
Kentang Sedang 210
Kentang Hitam 2 Buah Sedang 125
Maizena 12 Biji 50
Makaroni 10 Sendok Makan 50
Mie Basah ½ Gelas 200
Mie Kering 2 Gelas 50
Nasi Beras Giling 1 Gelas 100
putih ¾ Gelas
Nasi Beras Giling 100
Merah ¾ Gelas
Nasi Beras Giling 100
¾ Gelas
Hitam
100
Nasi Beras ½ Giling
¾ Gelas 100
Nasi Ketan Putih
¾ Gelas 70
Roti Putih
3 Iris 70
Roti Warna Coklat
3 Iris 120
Singkong
1 ½ Potong 150
Sukun
3 Potong Sedang 125
Talas
½ Biji Sedang 100
Tape Beras Ketan
5 Sendok Makan 100
Tape Singkong
1 Potong Sedang 50
Tepung Tapioca
8 Sendok Makan 50
Tepung Beras
8 Sendok Makan 50
Tepung Hunkwe
10 Sendok Makan 50
Tepung Sagu
8 Sendok Makan 50
Tepung Singkong
5 Sendok Makan 50
Tepung Terigu
5 Sendok Makan 135
Ubi Jalar Kuning
1 Biji Sedang 30
Kerupuk
3 Biji Sedang
Udang/Ikan
-10-
b. Lauk pauk sumber protein antara lain: Ikan, telur, unggas,
daging, susu dan kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu
dan tempe). Berikut ini tabel Kelompok Lauk Pauk Sebagai
Sumber Protein Nabati dan Tabel Kelompok Lauk Pauk Sumber
Protein Hewani beserta padanan porsinya :
1) Kandungan zat gizi satu (1) porsi terdiri dari satu (1) potong
sedang Ikan segar seberat 40 gram adalah 50 Kalori, 7 gram
Protein dan 2 gram lemak.
a) Daftar lauk pauk sumber Protein hewani sebagai
penukar 1 porsi Ikan segar adalah:
Ukuran
Bahan Berat dalam
RumahTangga
makanan gram
(URT)
Daging sapi 1 potong sedang 35
Daging ayam 1 potong sedang 40
Hati Sapi 1 potong sedang 50
Ikan Asin 1 potong kecil 15
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20
Telur Ayam 1 butir 55
Udang Basah 5 ekor sedang 35
Ukuran Rumah
Bahan Berat dalam
Tangga
makanan gram
(URT)
Susu sapi 1 gelas 200
Susu kerbau ½ gelas 100
Susu kambing ¾ gelas 185
Tepung sari 3 sendok makan 20
kedele
Tepung susu 4 sendok makan 20
whole
4 sendok makan 20
Tepung susu
krim
-12-
2) Menurut kandungan Lemak, Kelompok Lauk Pauk dibagi
menjadi 3 golongan :
Ukuran Rumah
Bahan Berat dalam
Tangga
Makanan gram
(URT)
Babat 1 potong sedang 40
Cumi-cumi 1 ekor kecil 45
Daging asap 1 lembar 20
Daging ayam 1 potong sedang 40
Daging kerbau 1 potong sedang 35
Dendeng sapi 1 potong sedang 15
Gabus kering 1 ekor kecil 10
Hati sapi 1 potong sedang 50
Ikan asin 1 potong sedang 15
kering Ikan 1/3 ekor besar 35
kakap Ikan 1/3 ekor sedang 30
kembung Ikan 1/3 ekor sedang 40
lele 1/3 ekor sedang 45
Ikan mas 1/3 ekor sedang 30
Ikan mujair 1 ekor kecil 35
Ikan peda ½ ekor sedang 25
Ikan pindang 1 potong sedang 40
Ikan segar 1 sendok makan 20
Ikan teri kering 1 potong sedang 20
Ikan cakalang
asin ½ gelas 90
Kerang 1 potong sedang 35
Ikan lemuru 2 ½ butir 65
Putih telur
ayam 2 sendok makan 10
Rebon kering 2 sendok makan 45
Rebon basah 1 ekor 20
Selar kering 1 potong sedang 20
Sepat kering 1/3 gelas 20
Teri nasi 5 ekor sedang 35
Udang segar
-13-
b) Golongan B: Lemak sedang
Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu)
satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 5
gram lemak dan 75 Kalori:
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang
keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara
teratur.
Tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu Menuju Sehat (KMS)
a. Grafik indeks masa tubuh (IMT) orang dewasa
-21-
Misalkan :
Seseorang umur 20 tahun dengan berat badan 63 kg dan tinggi
160 cm
Kategori IMT
Kekurangan berat badan
Sangat Kurus < 17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan
Kurus 17 - < 18,5
tingkat ringan
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan
> 25,0-27,0
(Overweight) tingkat ringan
Kelebihan berat badan
Obese > 27,0
tingkat berat
-22-
Jika seseorang termasuk kategori :
Perhatian
Seseorang yang termasuk kategori kekurangan berat
badan tingkat ringan (KEK ringan) sudah perlu mendapat
perhatian untuk segera menaikkan berat badannya.
Perhatian
Seseorang dengan IMT di atas 25,0 harus berhati-hati
agar berat badan tidak naik. Dianjurkan untuk segera
menurunkan berat badan dalam batas normal.
-23-
b. Grafik pertumbuhan dan perkembangan balita
-24-
-25-
-26-
-27-
B. Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok
1. Gizi Seimbang untuk ibu hamil
Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Hal ini disebabkan
karena selain untuk ibu zat gizi dibutuhkan bagi janin. Janin
tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi oleh ibu dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam
tubuh ibu. Selama hamil seorang ibu harus menambah jumlah dan
jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan
pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayi
serta untuk memproduksi ASI
Oleh karena itu Gizi Seimbang untuk ibu hamil harus memenuhi
kebutuhan gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan janin. Prinsip pertama Gizi Seimbang yaitu
mengonsumsi anekaragam pangan secara seimbang jumlah dan
proporsinya tetap diterapkan.
Berbeda dengan sel lemak dan zat besi kebutuhan bayi akan
vitamin B dan vitamin C yang dipenuhi melalui produksi ASI tidak
dapat diambil dari persediaan yang ada dalam tubuh ibu, melainkan
harus dipenuhi dari konsumsi pangan ibu setiap hari.
A. Pesan Umum
Pesan umum ini berlaku untuk usia dewasa dari berbagai lapisan
masyarakat dalam kondisi sehat, dan untuk mempertahankan hidup
sehat.
a. Konsumsi gula
Gula yang dikonsumsi melampaui kebutuhan akan
berdampak pada peningkatan berat badan, bahkan jika
dilakukan dalam jangka waktu lama secara langsung akan
meningkatkan kadar gula darah dan berdampak pada terjadinya
diabetes type-2, bahkan secara tidak langsung berkontribusi
pada penyakit seperti osteoporosis, penyakit jantung dan
kanker.
b. Konsumsi garam
Rasa asin yang berasal dari makanan adalah karena
kandungan garam (NaCl) yang ada dalam makanan tersebut.
Konsumsi natrium yang berlebihan akan mempengaruhi
kesehatan terutama meningkatkan tekanan darah. Daftar
makanan tinggi natrium adalah sebagai berikut:
1) Bahan Penyedap
Ukuran
Kandungan
Nama Makanan Rumah
Natrium
Tangga (URT)
Garam Meja 1 Sendok Teh 2000 mg
Acar Bawang Merah 1 Sendok Teh 1620 mg
Acar bawang Putih 1 Sendok Teh 1850 mg
MSG (Vetsin) 1 Sendok Teh 492 mg
Kecap 1 Sendok Teh 343 mg
Meat Tenderizer (Pelunak 1 Sendok Teh 1750 mg
Daging)
-39-
2) Makanan Siap Saji
c. Konsumsi lemak
Lemak yang terdapat didalam makanan, berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A,
D, E dan K serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak
dan minyak dalam hidangan sehari-hari dianjurkan tidak lebih
dari 25% kebutuhan energi, jika mengonsumsi lemak secara
berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya konsumsi
makanan lain. Hal ini disebabkan karena lemak berada didalam
-40-
sistem pencernaan relatif lebih lama dibandingkan dengan
protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa
kenyang yang lebih lama.
2) Lemak Jenuh
Satu satuan penukar mengandung 50 Kkal dan 5 gram
lemak
Daftar Pustaka :
a) FKUI, Daftar Bahanan Makan Penukar Balai Penerbit
FKUI Jakarta 1997
b) Almatsier, Editor, Penuntun Diet Instalasi Gizi RS Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia PT.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2007
-42-
d. Biasakan Sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan
antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian
kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif.
Lima (5) langkah cara mencuci tangan pakai sabun yang baik
dan benar:
1) Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih mengalir
2) Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela jari-jari
3) Bersihkan bagian bawah kuku-kuku
4) Bilas dengan air bersih mengalir
5) Keringkan tangan dengan handuk/tissu atau keringkan
dengan udara/dianginkan
FREKUENSI
MINGGU JARAK (km) DURASI (menit)
Per minggu
1 0.8 14:00 3-4
2 1.6 22:00 3-4
3 1.6 21:00 3-4
4 2.4 26:00 3-4
5 2.4 24:00 4-5
6 3.2 32:00 4-5
7 3.2 31:00 4-5
8 4.0 38:00 4-5
9 3.2&4.0 27:30&33:30 3&2
10 4.0&4.8 33:15&40:00 3&2
11 4.0&4.8 33:00&40:00 3&2
12 4.8 40:00 5
-47-
3) Contoh Program Jalan Kaki bagi Perempuan Dewasa Sehat
FREKUENSI
MINGGU JARAK (km) DURASI (menit)
Per minggu
1 0.8 15:00 3-4
2 1.6 23:00 3-4
3 1.6 22:00 3-4
4 2.4 27:00 3-4
5 2.4 25:00 4-5
6 3.2 33:00 4-5
7 3.2 32:00 4-5
8 4.0 39:00 4-5
9 3.2&4.0 28:30&34:30 3&2
10 4.0&4.8 34:15&41:00 3&2
11 4.0&4.8 34:00&41:00 3&2
12 4.8 41:00 5
Daftar Pustaka :
Peningkatan Kebugaran Jasmani di Tempat Kerja, Direktorat
Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, Ditjen Bina Gizi dan KIA
Kemenkes RI Tahun 2012
Keterangan :
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
B. Pesan Khusus
Ikan, daging, hati dan tempe adalah jenis pangan yang baik
untuk ibu hamil karena kandungan zat besinya tinggi. Ibu hamil
juga disarankan untuk mengonsumsi satu tablet tambah darah
perhari selama kehamilan dan dilanjutkan selama masa nifas.
1) Makanan Lumat
Bahan :
15 gr (1,5 sdm) tepung beras
10 gr (1 sdm) kacang hijau, rebus, haluskan
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
20 gr daun bayam, iris halus
Cara membuat :
(1) Rebus kacang hijau dan daun bayam, saring
dengan saringan atau blender halus, sisihkan.
(2) Campurkan sedikit air hangat dengan tepung
beras hingga larut,
(3) Tambahkan hasil saringan nomor 1, aduk rata.
Nilai gizi :
-63-
Energi : 152,7 kkal Fe : 1,5 mg
Protein : 3,3 gr Vitamin A : 104,0 µg
Lemak : 7,8 gr Vitamin C : 7,3 mg
KH : 18,9 gr Zink : 0,6 mg
Bahan :
15 gr beras merah/ 30 gr nasi beras merah
10 gr (1 sdm datar) ikan, haluskan
10 gr (1 sdm) kacang tolo, haluskan
20 gr daun bayam, iris tipis
1 sdt minyak kelapa
50 gr (1 buah sedang) jeruk manis, ambil airnya,
sisihkan
Cara membuat :
(1) Masak beras merah hingga matang
(2) Masukkan ikan, kacang tolo, aduk hingga matang
(3) Sesaat sebelum matang, masukkan daun bayam,
minyak kelapa, aduk hingga matang
(4) Angkat, hidangkan dengan perasan air jeruk
Nilai gizi :
Energi : 150 kkal Fe : 1,2 mg
Protein : 4,9 gr Vitamin A : 110,8 µg
Lemak : 6,0 gr Vitamin C : 33,1 mg
KH : 20,7 gr Zink : 0,6 mg
Lengkap) Bahan :
15 gr (1 1/2 sdm) tepung jagung
10 gr (1 sdm) ikan, haluskan
5 gr (1 sdt) tempe, haluskan
25 gr pisang kepok, potong
kecil 20 gr daun kangkung, iris
tipis 1 sdt minyak kelapa
Air matang secukupnya
-64-
Cara membuat :
(1) Ikan, tempe, pisang, rebus hingga matang.
(2) Sesaat akan matang, masukkan daun kangkung,
angkat lalu saring
(3) Cairkan tepung jagung dengan sedikit air, lalu
masak dengan air dan tambahkan minyak.
(4) Setelah matang dan kental, masukkan hasil
saringan no 2, aduk hingga rata, siap
dihidangkan.
Nilai gizi :
Energi : 150 kkal Fe : 1,1 mg
Protein : 4,6 gr Vitamin A : 93,3 µg
Lemak : 6,3 gr Vitamin C : 7,8 mg
KH : 20,6 gr Zink : 0,5 mg
Bahan :
30 gr singkong putih, rebus dan haluskan
10 gr (1 sdm datar) daging ikan, cincang halus
10 gr (1 sdm datar) tahu, haluskan
20 gr daun bayam, potong halus
1 1/2 sdt minyak kelapa
100 cc (1/2 gelas belimbing) kaldu asli
50 gr jeruk manis, ambil sarinya, sisihkan
Bahan :
40 gr kentang, rebus dan haluskan
10 gr (1 sdm datar) ikan segar cincang halus
5 gr (1 sdt) kacang merah, rebus dan haluskan
20 gr labu siam
75 cc (1/3 gelas belimbing)
santan Air secukupnya
30 gr pepaya, haluskan, sisihkan
Cara membuat :
(1) Campur kentang, ikan segar, kacang merah
dengan sedikit air, didihkan sambil diaduk.
(2) Masukkan santan sedikit demi sedikit, aduk
terus
(3) Sesaat akan matang tambahkan labu siam,
aduk
(4) Setelah matang, angkat. Dapat disaring dengan
saringan atau di blender
(5) Hidangkan dengan saos pepaya
Nilai gizi :
Energi : 155,9 kkal Fe : 1,6 mg
Protein : 4,6 gr Vitamin A : 112,4 µg
Lemak : 8,2 gr Vitamin C : 42,1 mg
KH : 17,9 gr Zink : 0,3 mg
2) Makanan Lembik
Bahan :
50 gr nasi aron
10 gr ikan haluskan
20 gr tempe haluskan
15 gr kangkung
10 gr tomat
1 sdt minyak kelapa
-66-
75 cc (1/3
gelas belimbing) kaldu
50 gr pepaya, haluskan
Cara membuat :
(1) Masukkan nasi aron, ikan, tempe, minyak
kelapa ke dalam mangkok tim
(2) Tambahkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Masukkan kangkung dan tomat, tim hingga
matang
(4) Angkat, sajikan dengan saos pepaya
Nilai gizi :
Energi : 187,5 kkal Fe : 1,0 mg
Protein : 7,9 gr Vitamin A : 124,7 µg
Lemak : 7,2 gr Vitamin C : 36,7 mg
KH : 24,0 gr Zink : 0,7 mg
Lengkap) Bahan :
50 gr pupil jagung muda, tumbuk kasar
20 gr ikan, haluskan
25 gr tahu, haluskan
15 gr daun kangkung
10 gr tomat, buang kulitnya
1 sdt minyak kelapa
75 cc (1/3 gelas belimbing) kaldu
50 gr melon, ambil sarinya
Cara membuat :
(1) Letakkan jagung muda, ikan, tahu dalam wadah
tim
(2) Masukkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Tambahkan kangkung, tomat, minyak kelapa,
tim hingga matang
(4) Angkat, sajikan dengan saos melon
Nilai gizi :
Energi : 165,1 kkal Fe : 2,3 mg
Protein : 8,4 gr Vitamin A : 82,8 µg
Lemak : 7,7 gr Vitamin C : 11,6 mg
KH : 18,5 gr Zink : 0,6 mg
-67-
(c) Tim Menado Pisang (MP-ASI Lengkap)
Bahan :
25 gr jagung muda, tumbuk kasar
25 gr labu kuning, potong dadu
25 gr pisang ambon, potong tipis
20 gr ikan segar, cincang
25 gr tahu, potong-potong
15 gr daun kangkung, iris tipis
10 gr tomat, buang kulit
1 sdt minyak kelapa
75 cc (1/3 gelas belimbing) kaldu
Cara membuat :
(1) Letakkan jagung muda, labu kuning, ikan segar,
tahu pada mangkok tim
(2) Tambahkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Masukkan pisang ambon, daun kangkung,
tomat, minyak kelapa, tim hingga matang
(4) Angkat, siap dihidangkan
Nilai gizi :
Energi : 151,7 kkal Fe : 2,1 mg
Protein : 7,8 gr Vitamin A : 165,3 µg
Lemak : 7,6 gr Vitamin C : 11,9 mg
KH : 16,2 gr Zink : 0,6 mg
Bahan :
20 gr beras merah, masak dengan air hingga lunak
20 gr ikan segar, cincang
15 gr wortel, parut
10 gr tomat, buang kulitnya
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
Dapat ditambahkan daun bawang, seledri, bawang
bombay
Cara membuat :
(1) Letakkan nasi merah, ikan segar pada wadah
tim
(2) Tambahkan santan, tim hingga matang
-68-
(3) Tambahkan wortel dan tomat, tim hingga
matang
(4) Siap dihidangkan
Nilai gizi :
Energi : 176,8 kkal Fe : 1,3 mg
Protein : 6,1 gr Vitamin A : 250,4 µg
Lemak : 8,6 gr Vitamin C : 3,7 mg
KH : 19,7 gr Zink : 0,8 mg
Bahan :
50 gr nasi aron
15 gr tempe, iris tipis
20 gr labu siam, iris tipis
10 gr tomat, buang kulitnya
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
Dapat ditambahkan daun bawang, seledri, bawang
bombay
Cara membuat :
(1) Letakkan nasi aron, tempe pada wadah tim
(2) Tambahkan santan encer dan bumbu, tim
hingga matang
(3) Tambahkan labu siam dan tomat, tim hingga
matang
(4) Angkat, siap dihidangkan
Nilai gizi :
Energi : 189,6 kkal Fe : 1,1 mg
Protein : 5,1 gr Vitamin A : 14,6 µg
Lemak : 8,9 gr Vitamin C : 3,9 mg
KH : 21,6 gr Zink : 0,8 mg
Daftar Pustaka :
(1) Modul Pelatihan Konseling PMBA, Kemenkes
dan UNICEF Tahun 2012
(2) Pedoman Pemberian MP-ASI Berbasis Pangan
Lokal, Direktorat Bina Gizi, Ditjen Bina Gizi dan
KIA Tahun 2013
-69-
5. Pesan Gizi Seimbang untuk anak usia 2 – 5 Tahun
a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama
keluarga
Dalam upaya memenuhi kebutuhan zat gizi selama sehari
dianjurkan agar anak makan secara teratur 3 kali sehari dimulai
dengan sarapan atau makan pagi, makan siang dan makan
malam. Selain makan utama 3 kali sehari anak usia ini juga
dianjurkan untuk mengonsumsi makanan selingan sehat. Untuk
menghindarkan/mengurangi anak-anak mengonsumsi makanan
yang tidak sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar selalu makan
bersama keluarga. Sarapan setiap hari penting terutama bagi
anak-anak karena mereka sedang tumbuh dan mengalami
perkembangan otak yang sangat tergantung pada asupan
makanan secara teratur.
Kosumsi ikan, telur dan susu bagi kelompok anak usia 6-9
tahun sangat membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan
serta peningkatan daya ingat dan kognitif di sekolah.
g. Hindari merokok
Merokok sebenarnya merupakan kebiasaan dan bukan
merupakan kebutuhan, seperti halnya makan atau minum. Oleh
karena itu kebiasaan merokok dapat dihindari kalau ada upaya
sejak dini. Merokok juga bisa membahayakan orang lain
(perokok pasif). Banyak penelitian menunjukkan bahwa merokok
berakibat tidak baik bagi kesehatan misalnya kesehatan paru-
paru dan kesehatan reproduksi. Pada saat merokok sebenarnya
paru-paru terpapar dengan hasil pembakaran tembakau yang
bersifat racun. Racun hasil pembakaran rokok akan dibawa oleh
darah dan akan menyebabkan gangguan fungsi pada alat
reproduksi.
1) Bahan Penyedap
Ukuran Rumah Kandungan
Nama Makanan
Tangga (URT) Natrium
Garam Meja 1 Sendok Teh 2000 mg
Acar Bawang Merah 1 Sendok Teh 1620 mg
Acar bawang Putih 1 Sendok Teh 1850 mg
MSG (Vetsin) 1 Sendok Teh 492 mg
Kecap 1 Sendok Teh 343 mg
Meat Tenderizer 1 Sendok Teh 1750 mg
(Pelunak Daging)
Kandungan
Nama Makanan Berat dalam Gram
Natrium
Chicken Breast 210 1340 mg
Sandwich
Double Beef Whopper 374 1535 mg
and Cheese
Ham and Cheese 230 1534 mg
Hot dog 100 830 mg
Roasted Beef 247 1288 mg
Super Hot Dog with 196 1605 mg
Cheese
-80-
BAB IV
A. Slogan
Slogan adalah susunan beberapa kata menjadi suatu frasa yang
singkat mempunyai makna, mudah diungkapkan dan dipahami. Slogan
gizi adalah slogan yang mengandung makna tujuan jangka panjang atau
visi perbaikan atau pembangunan gizi.
Ada dua visual Gizi Seimbang, yaitu 1) Tumpeng Gizi Seimbang dan 2)
Piring Makanku, Sajian Sekali Makan. Tumpeng Gizi Seimbang
dimaksudkan sebagai gambaran dan penjelasan sederhana tentang
panduan porsi (ukuran) makanan dan minum serta aktifitas fisik sehari-
hari, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta
memantau berat badan. Tumpeng Gizi Seimbang yang baru ini
merupakan penyempurnaan dari tumpeng Gizi Seimbang yang
sebelumnya, setelah mendapat masukan dari berbagai pihak termasuk
ujicoba lapangan kepada petugas kesehatan dan non kesehatan ditingkat
kecamatan dan para kader dan peserta posyandu.
-82-
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ada empat lapis berurutan dari
bawah ke atas, dan semakin ke atas semakin kecil. Empat lapis artinya
Gizi Seimbang didasarkan pada prinsip 4 pilar yaitu konsumsi
beranekaragam pangan, aktifitas fisik, kebersihan diri, dan pemantaun
berat badan untuk mempertahankan berat badan normal. Semakin ke
atas ukuran tumpeng semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas
yaitu gula, garam dan lemak dibutuhkan sedikit sekali atau perlu
dibatasi. Pada setiap kelompok pangan dituliskan berapa jumlah porsi
setiap kelompok pangan yang dianjurkan. Misalnya pada kelompok
sayuran tertulis 3-4 porsi sehari, artinya sayuran dianjurkan dikonsumsi
oleh remaja atau dewasa sejumlah 3-4 mangkuk sehari. Satu mangkuk
sayuran beratnya sekitar 75 gram, sehingga perlu makan sayur sekitar
300 gram sehari. Sebelah kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti
dengan visual segelas air putih dan tulisan 8 gelas. Ini artinya dalam
sehari setiap orang remaja atau dewasa dianjurkan untuk minum air
putih sekitar 8 gelas sehari.
Selain makanan dan minuman dalam visual TGS ini juga ada pesan
cuci tangan sebelum dan sesudah makan yang divisualkan oleh gambar
cuci tangan menggunakan air mengalir; juga berbagai siluet aktifitas fisik
(termasuk olahraga), dan kegiatan menimbang berat badan. Kegiatan
fisik dianjurkan untuk dilakukan paling tidak tiga kali seminggu dan
memantau berat badan setiap bulan.
-83-
PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN, dimaksudkan sebagai
panduan yang menunjukkan sajian makanan dan minuman pada setiap
kali makan (misal sarapan, makan siang dan makan malam). Visual Piring
Makanku ini menggambarkan anjuran makan sehat dimana separoh
(50%) dari total jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan
buah, dan separoh (50%) lagi adalah makanan pokok dan lauk-pauk.
Piring Makanku juga menganjurkan makan bahwa porsi sayuran harus
lebih banyak dari porsi buah, dan porsi makanan pokok lebih banyak dari
porsi lauk-pauk. Piring makanku juga menganjurkan perlu minum setiap
kali makan, bisa sebelum, ketika atau setelah makan. Meskipun gambar
gelas hanya satu buah dalam visual ini, tidak berarti bahwa minum dalam
satu kali makan hanya satu gelas, bisa saja disesuaikan dengan
kebutuhan, misalnya segelas sebelum makan dan segelas lagi setelah
makan.
Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak bersih dan aman
termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu sejalan dengan
prinsip gizi seimbang makan dalam visual Piring Makanku juga
dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Karena
Piring Makanku adalah panduan setiap kali makan, maka tidak
diperlukan anjuran aktivitas fisik dan pemantauan berat badan. Kedua
hal ini cukup divisualkan pada gambar Tumpeng Gizi Seimbang.
-84-
BAB V
1. Sasaran
Tujuan dari kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
adalah untuk merubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan. Agar penyampaian pesan dapat terlaksana dengan
berhasil guna dan berdaya guna (efisien dan efektif) maka tahap
awal dari kegiatan tersebut adalah menentukan siapa sasaran yang
akan dituju. Prinsip dalam menentukan sasaran KIE Gizi Seimbang
adalah “Sasaran bukan hanya sebagai objek saja tetapi juga sebagai
subjek”. Dalam kaitan dengan tujuan KIE Gizi Seimbang untuk
merubah perilaku seluruh lapisan masyarakat, maka sasaran dari
KIE Gizi Seimbang adalah :
a. Sasaran utama :
1) Masyarakat dari berbagai kelompok usia
2) Masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi
3) Masyarakat dari berbagai lapisan pendidikan
b. Sasaran antara :
1) Penentu kebijakan
2) Pengelola Program
3) Lembaga Swadaya Masyarakat
4) Kader
5) Organisasi Profesi
6) Media Massa
7) Dunia Usaha
8) Mitra Pembangunan Internasional
9) Lembaga pendidikan:
(a) Sekolah : TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi
(b) Madrasah : RA, MI, MTs., MA, PTAI
(c) Pondok Pesantren
10) Lembaga sosial dankeagamaan
11) Kelompok Komunitas
-85-
2. Metode
Setelah sasaran ditentukan, tahap selanjutnya adalah
menentukan metode yang tepat agar proses penyampaian pesan
dapat berjalan dengan baik dan benar. Metode yang dipilih adalah
metode yang dapat mengembangkan prinsip “komunikasi
partisipatif/komunikasi dua arah” yang dilaksanakan baik secara
formal maupun informal. Jenis metode yang perlu dilaksanakan
dalam KIE Gizi Seimbang adalah :
a. Penyampaian secara langsung yaitu :
1) Social marketing/pemasaran sosial seperti kampanye,
penyuluhan, pencanangan, siaran melalui media,
penyebaran melalui media cetak, penyebar luasan melalui
media sosial misalnya facebook, twitter dan Internet
2) Melalui lomba
3) Sayembara
4) Pengangkatan seorang duta Gizi Seimbang sebagai panutan
untuk memotivasi perubahan perilaku
4. Lingkup Materi
Sesuai dengan tujuan KIE untuk mengubah perilaku maka
lingkup materi sebagai pesan yang akan disampaikan harus jelas,
mudah dipahami, mudah dimengerti dan mudah dipraktekkan.
Dalam kaitan dengan pendidikan Gizi Seimbang yang bertujuan agar
masyarakat berperilaku Gizi Seimbang, materi yang akan
disampaikan meliputi :
-86-
a. Pengertian dan prinsip Gizi Seimbang
b. Pesan Gizi Seimbang baik yang bersifat umum maupun khusus
c. Slogan dan visual Gizi Seimbang
d. Anjuran jumlah porsi dan Contoh-contoh menu sehat dan bergizi
Anak Usia
Anak Usia 1-3 tahun
Bahan Makanan 4-6 tahun
1125 kkal
1600 kkal
Nasi 3p 4p
Sayuran 1,5p 2p
Buah 3p 3p
Tempe 1p 2p
Daging 1p 2p
ASI Dilanjutkan hingga
2 tahun
Susu 1p 1p
Minyak 3p 4p
Gula 2p 2p
-87-
3) Untuk Kelompok Umur 7-9 Tahun dan Anak Usia Sekolah 10-12
tahun
Keterangan:
1. Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal
2. Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal
3. Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal
4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal
5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal
6. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal
7. Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal
8. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal
9. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal
10. Gula = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal
2. Implementasi
Kegiatan KIE dalam penyampaian pesan Gizi Seimbang
dilaksanakan dengan menggunakan metode yang tepat dan cepat
melalui:
a. Pengembangan KIE - Gizi Seimbang sesuai karakteristik dan
budaya lokal
Kegiatan yang dianjurkan adalah:
1) Menciptakan pesan pesan Gizi Seimbang sesuai prioritas
dengan menggunakan bahasa daerah setempat
2) Memperkenalkan menu makanan sehat dan memodifikasi
menu yang belum memenuhi kaidah gizi seimbang. Contoh:
a) Modifikasi menu: Soto yang menggunakan santan
diganti soto dengan menggunakan perasan air jeruk.
b) Memperkenalkan/mempopulerkan menu sehat: gado-
gado, bubur manado, kapurung, karedok, binte
biluhuta dll.
b. Pemberdayaan dan peningkatan Partisipasi Masyarakat melalui:
1) Pelatihan dan pendidikan bagi pelatih (Training of the
trainer/ToT) :
a) Jenjang ToT :
(1) Pusat : untuk melatih calon konselor Gizi
Seimbang dan pelatih tim propinsi.
(2) Propinsi : untuk melatih calon pelatih tim
kabupaten/kota.
-92-
b) Peserta ToT :
(1) Petugas lintas sektor terkait
(2) Organisasi profesi dan kemasyarakatan.
3) Semiloka/lokakarya/sarasehan.
a) Tujuan kegiatan semiloka/lokakarya/sarasehan adalah
untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi
penentu kebijakan, Tokoh Agama-Tokoh Masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat & profesi dll dalam penyampaian pesan
Gizi Seimbang kepada masyarakat.
b) Tema, proses dan target hasil yang hendak dicapai
dalam semiloka/loka karya/sarasehan agar
disesuaikan dengan keadaan dan masalah setempat
serta kebutuhan yang mendesak
-93-
4) Pembentukan “Focus Group Discussion (FGD)”/Kelompok
Diskusi Terarah di berbagai tingkatan mulai dari Desa
sampai Kecamatan
a) Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan masyarakat agar
mampu menganalisis masalah gizi setempat dan
pemecahannya serta penyampaian pesan Gizi
Seimbang
b) Metode yang digunakan adalah “Partisipasi aktif” yang
berarti seluruh peserta diajak aktif berpartisipasi dalam
diskusi, penyampaian pengalaman dan pendapatnya
c) Peserta diskusi adalah anggota masyarakat yang
diharapkan dapat menyampaikan pesan Gizi Seimbang
kepada masyarakat dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat kearah “Pola Konsumsi Gizi Seimbang”
d) Tema yang dipilih dalam setiap diskusi adalah sesuai
dengan prioritas pesan Gizi Seimbang dan masalah gizi
yang dihadapi setempat
e) Jumlah peserta setiap diskusi sekitar 10 orang
f) Diskusi dapat dilaksanakan setiap 3 bulan sekali atau
disesuaikan dengan kebutuhan dengan lama diskusi 1
jam.
g) Penanggung jawab/fasilitator FGD adalah Tenaga Gizi
Puskesmas.
b. Evaluasi
1) Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan dan
permasalahan dalam kegiatan penyampaian pesan Gizi
Seimbang
2) Ruang lingkup yang dievaluasi meliputi:
a) Masukan seperti biaya operasional, sarana, tenaga dan
metode KIE, apakah telah sesuai dengan rencana dan
apa permasalahannya
b) Proses untuk mengetahui perkembangan dan
permasalahan dalam pelaksanaan yang meliputi
kegiatan:
(1) Perencanaan
(2) Pengorganisasian dan koordinasi
(3) Pelaksanaan kegiatan
(4) Pemantauan dan evaluasi
c) Luaran untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang Gizi Seimbang.
d) Dampak, untuk mengetahui tingkat keberhasilan KIE
dalam perubahan perilaku “Gizi Seimbang”.
-95-
4. Bimbingan Teknis
Agar pelaksanaan sosialisasi dan penerapan PGS dapat berjalan
lancar sesuai dengan rencana dan tujuan yang akan dicapai perlu
dilakukan bimbingan teknis secara berjenjang mulai dari tingkat
pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai kecamatan.
a. Tujuan bimbingan teknis adalah untuk :
1) Memberikan bimbingan kepada para petugas/pelaksana
dalam sosialisasi dan penerapan Gizi Seimbang
2) Memberikan koreksi dan pemecahan masalah, hambatan
dan penyimpangan dalam sosialisasi dan penerapan Gizi
Seimbang
b. Bimbingan teknis dilakukan oleh para pejabat terkait yang
kompeten secara berjenjang dan atau oleh para pakar yang
ditunjuk.
c. Bimbingan teknis dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah disusun oleh penanggungjawab penerapan Gizi Seimbang.
5. Pemberian Penghargaan
Dalam rangka memotivasi dan meningkatkan partisipasi
petugas dan pejabat pemerintah serta organisasi non pemerintah
yang melaksanakan penerapan Gizi Seimbang dengan baik dan
menunjukkan prestasi luar biasa dapat diberikan penghargaan.
Bentuk penghargaan dapat berupa piagam dan atau materi.
Penghargaan diberikan oleh Menteri Kesehatan atau pejabat yang
ditunjuk sesuai ketentuan yang berlaku.
-96-
BAB VI
PENUTUP
Dengan diberlakukannya PGS ini, semua Pesan, Slogan dan Visual Gizi
Seimbang yang lama sudah tidak digunakan lagi dan petugas hendaknya tidak
menggunakan lagi dalam melaksanakan pendidikan gizi.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
-97-
-98-
-99-
-100-
-101-
-102-
-103-
-104-
-105-
-106-
-107-
-108-
-109-
-110-
-111-
-112-
-113-
-114-
-115-
-116-
-117-
-118-
-119-
-120-
-121-
-122-
-123-
-124-
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
PROFESI NUTRISIONIS.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Juni 2020
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR HK.01.07/MENKES/342/2020
TENTANG
STANDAR PROFESI NUTRISIONIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejarah menunjukkan bahwa peran Indonesia dalam pengembangan
Ilmu Gizi di dunia sudah sejak lama yaitu dimulai sejak ditemukannya
vitamin B1 oleh Eijkman, seorang dokter Belanda pada tahun 1898 yang
ditugaskan di Jawa. Riset dalam bidang gizi yang dilakukan oleh Eijkman
pada tahun 1898 membuktikan bahwa terjadinya beberapa penyakit
dapat disebabkan karena tidak adanya suatu zat tertentu dalam pangan.
Hal itu ditunjukkan dengan ditemukannya penyakit beri-beri pada anak
ayam yang diberi beras yang sudah digiling. Kemudian, riset oleh
Voorthuis pada tahun 1915, menekankan pentingnya sanitasi untuk
memastikan kesehatan yang optimal di antara buruh dan mencegah beri-
beri dengan distribusi bekatul (rice bran). Menurut penelitian Barker di
Inggris tahun 1980-an, diketahui bahwa prevalensi penyakit jantung lebih
banyak pada golongan masyarakat miskin. Teori Barker menyatakan
bahwa ada korelasi antara kekurangan gizi pada janin dan anak di bawah
dua tahun dengan risiko kegemukan, diabetes dan lain-lain penyakit non
infeksi pada usia dewasa.
Istilah “gizi” sebagai terjemahan dari kata dalam bahasa Inggris
“nutrition” di Indonesia sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Echols dan
Shadily dalam kamus Inggris-Indonesia dari Cornell University yang
pertama diterbitkan pada tahun 1960. Selanjutnya, Poorwo Soedarmo
memilih kata “gizi” dan menjadi istilah yang lazim dan resmi sebagai
terjemahan dari istilah “nutrition”, baik dalam tulisan ilmiah maupun
dokumen pemerintah seperti dalam buku Repelita. Perkembangan ilmu
gizi dalam dekade terakhir sangat pesat, sehingga dikatakan sebagai era
Nutrigenomik. Di lain pihak masalah gizi merupakan akibat dari interaksi
-5-
C. MANFAAT
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai acuan dalam menyusun kurikulum sehingga terjadi kesesuaian
antara proses pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat. Dengan
demikian meskipun kurikulum antara perguruan tinggi memiliki
perbedaan, tetapi Nutrisionis yang dihasilkan dari berbagai program
studi diharapkan memiliki kesetaraan dalam penguasaan kompetensi.
2. Bagi Pemerintah/Pengguna
a. Sebagai acuan bagi institusi yang berwenang untuk menyusun
pengaturan kewenangan profesi Nutrisionis, dengan memperhatikan
kompetensi.
b. Sebagai acuan dalam perencanaan pelatihan, karena dapat
diketahui kompetensi apa yang telah dikuasai seorang Nutrisionis
dan kompetensi apa yang perlu ditambah, sesuai dengan kebutuhan
spesifik di tempat kerja.
3. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui secara jelas kompetensi yang akan
dikuasai oleh Nutrisionis.
4. Bagi Nutrisionis
a. Pedoman dalam pelaksanaan praktik Nutrisionis;
b. Alat ukur kemampuan diri.
-9-
D. DAFTAR ISTILAH
1. Gizi Masyarakat adalah bagian dari ilmu gizi dan makanan untuk
membantu individu dan kelompok masyarakat dalam mengembangkan
makanan sehat untuk peningkatan status gizi dan kesehatan serta
pencegahan penyakit.
2. Asesmen/Kajian Gizi adalah proses pengumpulan analisis dan
interpretasi data untuk menetapkan status risiko masalah gizi pada
individu maupun masyarakat.
3. Asuhan Gizi adalah proses pelayanan gizi yang bertujuan untuk
memecahkan masalah gizi, meliputi kegiatan pengkajian, diagnosa gizi,
intervensi gizi melalui pemenuhan kebutuhan zat gizi klien (individu,
kelompok, dan masyarakat) secara optimal, baik berupa pemberian
makanan maupun konseling gizi, penyuluhan edukasi gizi serta
monitoring dan evaluasi.
4. Clinical Nutrition adalah asuhan gizi dan dietetika pasien pada penyakit
tertentu sebagai bagian dari pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
5. Diagnosis Gizi adalah identifikasi dan pemberian label masalah gizi baik
pada individu maupun masyarakat berdasarkan faktor yang
mempengaruhi dan diidentifikasi berdasarkan tanda–tanda, gejala
adanya masalah gizi baik dilihat dari asupan makanan, biokimia terkait
gizi, fisik–klinis, dan lingkungan–perilaku yang dapat diatasi oleh
profesi gizi.
6. Diet adalah pengaturan pola dan konsumsi makanan-minuman yang
dilarang, dibatasi jumlahnya, dimodifikasi atau diperbolehkan dengan
jumlah tertentu dengan tujuan terapi penyakit yang diderita,
kesehatan, atau penurunan berat badan.
- 10 -
BAB II
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI NUTRISIONIS
Area Kompetensi
Area Kompetensi
Kompetensi Inti
Kompetensi Inti
Komponen kompetensi
Kemampuan yang
Komponen Kompetensi
diharapkan pada akhir
Daftar-daftar:
Daftar Pokok bahasan
Daftar Masalah
DD
Daftar Keterampilan
Untuk pencapaian kompetensi
Gambar 2.1
Skematis Susunan Standar Kompetensi Nutrisionis
BAB III
STANDAR KOMPETENSI NUTRISIONIS
A. AREA KOMPETENSI
Kompetensi dibangun dengan fondasi yang terdiri atas profesionalitas
yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif,
dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah
ilmu gizi, gizi masyarakat, dan pengelolaan masalah kesehatan di
masyarakat (Gambar 3.1). Oleh karena itu area kompetensi disusun
dengan urutan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang Luhur,
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri,
3. Komunikasi Efektif,
4. Pengelolaan Informasi,
5. Landasan Ilmiah Ilmu Gizi, Pangan, Biomedik, Humaniora, dan
Kesehatan Masyarakat,
6. Keterampilan Gizi Masyarakat, Penyelenggaraan Makanan (Food Service)
dan Clinical Nutrition, dan
7. Pengelolaan Masalah Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat.
Gambar 3.1
Fondasi dan Pilar Kompetensi Nutrisionis
- 15 -
B. KOMPONEN KOMPETENSI
Komponen Kompetensi Nutrisionis untuk masing-masing area kompetensi
adalah sebagai berikut:
1. Area Profesionalitas yang Luhur
a. Berketuhanan Yang Maha Esa.
b. Bermoral, beretika, dan berdisiplin.
c. Sadar dan taat hukum.
d. Berwawasan sosial budaya.
e. Berperilaku profesional.
2. Area Mawas Diri dan Pengembangan Diri
a. Menerapkan mawas diri.
b. Mempraktikkan belajar sepanjang hayat.
c. Mengembangkan pengetahuan dan teknologi baru.
3. Area Komunikasi Efektif
a. Berkomunikasi dengan klien.
b. Berkomunikasi dengan mitra kerja.
c. Berkomunikasi dengan masyarakat.
4. Area Pengelolaan Informasi
Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan.
5. Area Landasan Ilmiah Ilmu Gizi, Pangan, Biomedik, Humaniora,
Kesehatan Masyarakat
Menerapkan ilmu gizi untuk melakukan analisis situasi pangan dan
gizi, perencanaan kebutuhan zat gizi dan bahan makanan yang dapat
mempengaruhi status gizi, fisiologi dan patologi, sistem organ, dalam
rangka identifikasi masalah gizi masyarakat, dengan menggunakan
pendekatan sosial ekonomi dan kultural serta ilmu humaniora dalam
pendayagunaan potensi masyarakat secara optimal untuk intervensi
masalah gizi.
6. Area Keterampilan Gizi Masyarakat, Penyelenggaraan Makanan (food
service) dan Clinical Nutrition
a. Melaksanakan asuhan gizi individu, kelompok dan masyarakat.
b. Mampu mengelola sistem penyelenggaraan makanan (food service).
c. Melaksanakan asuhan gizi klinik (clinical nutrition).
7. Area Pengelolaan Masalah Gizi dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Mampu mengelola masalah gizi.
b. Melaksanakan pemantauan/surveilans gizi.
- 16 -
C. PENJABARAN KOMPETENSI
Penjabaran Kompetensi Nutrisionis untuk masing-masing area kompetensi
diuraikan sebagai berikut:
1. Profesionalitas yang Luhur
Kompetensi Inti
Mampu melaksanakan pelayanan gizi yang profesional sesuai dengan
nilai dan prinsip Ketuhanan, moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan
sosial budaya.
Lulusan Nutrisionis mampu
a. Berketuhanan Yang Maha Esa
1) Bersikap dan berperilaku sebagai insan yang berketuhanan
dalam program gizi masyarakat, penyelenggaraan makanan, dan
gizi klinik.
2) Bersikap dan berperilaku bahwa dalam melakukan pemberian
asuhan gizi dan kegiatan penyelenggaraan makanan merupakan
upaya maksimal.
b. Bermoral, beretika, dan berdisiplin
1) Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral
yang luhur dalam penyelenggaraan makanan, program gizi
masyarakat, dan asuhan gizi.
2) Bersikap sesuai dengan Kode Etik Nutrisionis.
3) Mengambil keputusan terhadap dilema etik yang terjadi pada
penyelenggaraan makanan, program gizi masyarakat, dan
asuhan gizi.
4) Bersikap disiplin dalam menjalankan penyelenggaraan
makanan, program gizi masyarakat, dan asuhan gizi.
c. Sadar dan taat hukum
1) Mengidentifikasikan masalah hukum dalam penyelenggaraan
makanan, program gizi masyarakat, dan clinical nutrition.
- 17 -
3. Komunikasi Efektif
Kompetensi Inti
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal
dengan klien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega,
dan profesi lain.
Lulusan Nutrisionis mampu
a. Berkomunikasi dengan klien
1) Berkomunikasi secara verbal dan nonverbal.
2) Mengembangkan empati dalam membina komunikasi dengan
klien.
3) Menggunakan bahasa yang benar, santun, dan mudah
dimengerti oleh klien.
- 19 -
4. Pengelolaan Informasi
Kompetensi Inti
Mampu memanfaatkan teknologi informasi program gizi masyarakat,
penyelenggaraan makanan, dan clinical nutrition.
Lulusan Nutrisionis mampu
a. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
1) Menggunakan teknologi untuk mengakses informasi dan data
dari berbagai sumber untuk meningkatkan program gizi
masyarakat, penyelenggaraan makanan, dan clinical nutrition.
2) Memanfaatkan teknologi untuk mengolah data yang diperlukan
untuk menunjang validitas dan reabilitas dalam bidang program
gizi masyarakat, penyelenggaraan makanan (food service), dan
clinical nutrition.
3) Memanfaatkan teknologi informasi komunikasi untuk diseminasi
informasi dalam bidang program gizi masyarakat,
penyelenggaraan makanan (food service), dan clinical nutrition.
4) Menggunakan teknologi informasi sebagai sumber literasi untuk
mempertahankan dan meningkatkan pengetahuan sebagai
Nutrisionis dalam bidang program gizi masyarakat,
penyelenggaraan makanan (food service), dan clinical nutrition.
BAB IV
DAFTAR POKOK BAHASAN, MASALAH, DAN KETERAMPILAN
B. DAFTAR MASALAH
Nutrisionis dalam menjalankan praktik asuhan gizinya dimulai dari
hasil skrining gizi pasien di rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit atau
Puskesmas yang dilakukan oleh perawat dengan hasil berisiko malnutrisi
dan atau kondisi khusus. Masalah juga dapat diperoleh dari keluhan
pasien terkait status gizinya kelebihan gizi atau kurang gizi atau terkait
penyakit yang diderita sehingga disadari harus mengatur asupan makanan
secara kualitatif dan kuantitatif. Nutrisionis akan melakukan
asesmen/kajian kemudian menentukan masalah gizinya, menentukan
intervensinya dalam rangka penyelesaian penyebab masalah serta
monitoring dan evaluasi untuk melihat keberhasilan dari intervensi.
Dalam melakukan kegiatan asuhan gizi yang dimulai dari tahap
kegiatan pengkajian sampai dengan monitoring dan evaluasi gizi,
Nutrisionis harus memperhatikan kondisi klien secara keseluruhan dan
komprehensif serta menjunjung tinggi profesionalisme serta etika profesi di
atas kepentingan pribadi. Pada saat pendidikan calon Nutrisionis perlu
dikenalkan dengan berbagai masalah gizi berdasarkan pengkajian
antropometri, biokimia, klinis/fisik, riwayat makan dan riwayat personal
yang dibandingkan dengan standar seharusnya, serta dilatih cara
menanganinya.
Setiap institusi pelayanan kesehatan serta tenaga kesehatan lain
harus menyadari bahwa masalah gizi dapat ditemukan di masyarakat, di
puskesmas, di rumah sakit melalui skrining gizi maupun di praktik pribadi.
Klien datang sendiri dan harus dilakukan pengkajian lebih lanjut oleh
Nutrisionis berdasarkan rujukan maupun mandiri dan penanganannya
dapat berkolaborasi dengan tenaga medis/dokter puskesmas setempat.
Daftar Masalah ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi
institusi pendidikan gizi dalam menyiapkan sumber daya serta acuan
seorang Nutrisionis yang kompeten dalam penanganan permasalahan gizi
klien.
Daftar masalah terdiri atas 2 bagian sebagai berikut:
1. Bagian I memuat daftar masalah gizi masyarakat, penyelenggaraan
makanan (food service), dan clinical nutrition yang berisi daftar masalah,
tanda dan gejala. Daftar masalah gizi masyarakat dan clinical nutrition
menggunakan pendekatan domain dalam diagnosis gizi (asupan, klinis,
dan perilaku/lingkungan). Sedangkan Daftar Masalah Penyelenggaraan
Makanan (food service) menggunakan pendekatan tahapan dalam
- 31 -
Tabel 4.1
Daftar Masalah Gizi Masyarakat
Gizi Masyarakat
Gizi Masyarakat
Tabel 4.2
Daftar Masalah Penyelenggaraan Makanan (Food Service)
Tabel 4.3
Daftar Masalah Gizi Klinik
No. Lingkup Daftar Masalah
1 Klinis a. Kurus, sangat kurus
b. Pendek
c. Edema
d. Cengeng, rewel
e. Wajah apatis
f. Rambut kemerahan seperti rambut jagung
g. Kulit paha berkeriput (baggy pant)
h. Wajah seperti orang tua
i. Pucat pada wajah, mata, telapak tangan
j. Iga gambang
k. Kulit bersisik
l. Bercak bitot
m. Mata kering
n. Badan gemuk/obes
o. Pembesaran kelenjar gondok
2 Fisik a. Kuku rapuh
b. Rambut mudah rontok
c. 5L (letih, lesu, lemah, lelah, lalai)
d. Rabun senja
e. Mulut kering
f. Asi tidak keluar
g. Bayi sulit menetek
h. Bayi bingung puting
3 Riwayat Makan dan a. Makan kurang dari biasanya
Gizi b. Makan lebih banyak dari biasanya
Tabel 4.4
Daftar Masalah Nutrisionis Terkait Profesinya
C. DAFTAR KETERAMPILAN
Pelatihan diperlukan bagi tenaga gizi untuk memperoleh
pengetahuan, sikap, dan keterampilan gizi sejak awal hingga akhir secara
berkesinambungan agar memenuhi ketentuan yang berlaku. Dalam
melaksanakan tugas sebagai lulusan, tenaga gizi harus menguasai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dibidang gizi masyarakat,
penyelenggaraan makanan (food service), dan gizi klinik agar mampu
melakukan penanganan masalah gizi dan kesehatan di masyarakat.
Kemampuan gizi di dalam standar kompetensi ini dapat ditingkatkan
melalui pendidikan formal di Pendidikan Tinggi dan pelatihan
berkelanjutan dalam rangka menyerap perkembangan ilmu dan teknologi
yang diselenggarakan oleh Organisasi Profesi atau lembaga lain yang telah
terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Daftar keterampilan Nutrisionis ini disusun dengan tujuan untuk
menjadi acuan bagi institusi Pendidikan Tinggi tenaga gizi dalam
menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan kemampuan minimal
yang harus dikuasai oleh lulusan. Daftar keterampilan gizi dikelompokkan
atas 3 bagian yaitu keterampilan gizi masyarakat, penyelenggaraan
- 39 -
Gambar 4.1
Tingkat Kemampuan Lulusan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 4.5
Matriks tingkat Kompetensi Nutrisionis, Metode Pembelajaran dan
Metode Penilaian untuk Setiap Tingkat Kemampuan
Kriteria Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Mampu
melaksanakan
Tingkat
secara mandiri
Kompetensi
Mampu melakukan di bawah supervisi
Nutrisionis
Memahami clinical reasoning dan problem solving
Mengetahui teori keterampilan
Melakukan pada
klien
Metode
Praktik lapangan di bawah supervisi
pembelajaran
Observasi langsung dan demonstrasi
Perkuliahan, diskusi, penugasan, belajar mandiri
Objective
Structured
Clinical Workbased
Penyelesaian
Examination Assessment
kasus secara
(OSCE) atau misalnya:
tertulis dan
Metode penilaian Ujian tulis Objective mini-CEX,
lisan (oral
Structured portofolio, logbook,
test)
Assessment of dan sebagainya
Technical Skills
(OSATS).
- 41 -
Tingkat Keterampilan :
1. Mampu memahami untuk diri sendiri
2. Mampu memahami dan menjelaskan
3. Mampu memahami, menjelaskan, dan melaksanakan dibawah supervisi
4. Mampu memahami, menjelaskan, dan melaksanakan secara mandiri
Tabel 4.6
Daftar Keterampilan Nutrisionis Bidang Gizi Masyarakat
Tingkat
Gizi Masyarakat Kemampuan
1 2 3 4
1. Skrining Gizi
a. Pemeriksaan Kelompok masyarakat yang 4
mempunyai risiko masalah gizi.
b. Pemeriksaan Kelompok masyarakat yang 4
mempunyai risiko masalah kesehatan
c. Pemeriksaan kondisi masalah gizi dan kesehatan. 4
d. Evaluasi hasil skrining masalah gizi 4
2. Asesmen gizi dan pengkajian masalah gizi individu,
kelompok, dan masyarakat
a. Pengumpulan dan penilaian data antropometri 4
b. Pengumpulan data dan penilaian data hasil 3
pemeriksaan biokimia terkait masalah gizi
c. Pengumpulan dan penilaian data fisik/klinis 3
terkait masalah gizi
d. Pengumpulan dan penilaian data riwayat gizi dan 4
makanan
e. Pengumpulan dan penilaian data riwayat personal 4
f. Identifikasi kemungkinan masalah gizi, penyebab 4
masalah, tanda dan gejala masalah gizi
- 42 -
Tingkat
Gizi Masyarakat Kemampuan
1 2 3 4
g. Mengumpulkan informasi masalah gizi (data 4
primer dan atau data sekunder terkait ukuran
antropometri gizi, konsumsi pangan, dan sosial
budaya)
h. Mengumpulkan informasi tentang ketersediaan 3
program atau pelayanan gizi dan kesehatan di
wilayah sasaran
i. Mengumpulkan informasi ketersediaan SDM 3
(tokoh masyarakat, lembaga pemerintah, lembaga
swadaya masyarakat) dan sarana (air bersih,
bahan pangan, pasar, dll) di wilayah sasaran
sesuai masalah gizi.
3. Penetapan masalah gizi dan faktor penyebab pada
Individu
a. Penentuan masalah gizi 4
b. Penentuan penyebab masalah 4
c. Penentuan tanda dan gejala masalah 4
d. Penulisan kalimat diagnosis gizi (Problem, Etiologi, 4
Symptom)
4. Pemberian Intervensi Gizi pada kelompok dan
masyarakat
a. Penetapan tujuan terukur 4
b. Penetapan rencana intervensi :
Penetapan target intervensi 3
Penetapan waktu penyelesaian masalah 3
c. Implementasi intervensi gizi pada kelompok dan
masyarakat :
1) Pemberian makanan dan zat gizi: makanan 4
tambahan pada kelompok bermasalah gizi
misalnya balita, ibu hamil dan lansia,
Penyediaan tambahan zat bioaktif misalnya
preparat Fe, kapsul vitamin A, kapsul yodium.
2) Koordinasi dan kolaborasi termasuk Pengiriman 3
rujukan gizi apabila dibutuhkan
- 43 -
Tingkat
Gizi Masyarakat Kemampuan
1 2 3 4
5. Konseling Gizi
a. Menyusun rencana dan persiapan konseling 4
Melaksanakan konseling 4
Mengevaluasi hasil konseling dan tindak lanjut 4
6. Edukasi Gizi
a. Edukasi Gizi Individu:
1) Menyusun rencana dan persiapan edukasi gizi 4
pada individu
2) Melaksanakan edukasi gizi pada individu 4
3) Mengevaluasi hasil edukasi dan tindak lanjut 4
Tingkat
Gizi Masyarakat Kemampuan
1 2 3 4
8. Materi dan Metode Promosi gizi dan kesehatan
a. Penetapan materi promosi gizi dan kesehatan 4
sesuai dengan masalah gizi
b. Penetapan kelompok sasaran promosi gizi dan 4
kesehatan
c. Penetapan bahan dan cara dalam promosi gizi dan 4
kesehatan.
d. Penetapan penilaian keberhasilan promosi gizi dan 3
kesehatan.
e. Evaluasi keberhasilan indikator promosi gizi dan 3
kesehatan.
f. Penyebarluasan informasi gizi dan kesehatan. 4
9. Surveillans
a. Pengumpulan data sesuai dengan indikator 4
masalah gizi.
b. Pengolahan dan analisis data sesuai indikator 4
masalah gizi.
c. Penetapan kecenderungan dan besaran masalah 3
sesuai indikator masalah gizi dan kesehatan.
d. Melakukan penyebaran informasi masalah gizi dan 3
kesehatan kelompok dan masyarakat untuk
tindakan efektif.
10. Penelitian berbasis masyarakat
a. Pengumpulan data indikator gizi masyarakat. 4
b. Identifikasi masalah gizi di masyarakat 4
c. Pengolahan dan analisis data gizi masyarakat. 4
d. Penetapan informasi dan penentuan prioritas 3
masalah gizi masyarakat.
e. Penyusunan rekomendasi hasil penelitian gizi 3
berbasis masyarakat.
11. Monitoring gizi
a. Penilaian pemahaman dan penerimaan terhadap 3
intervensi gizi pada individu, kelompok, dan
masyarakat
- 45 -
Tingkat
Gizi Masyarakat Kemampuan
1 2 3 4
b. Penilaian kesesuaian intervensi gizi 3
c. Evaluasi pelaksanaan kegiatan gizi 3
12. Evaluasi gizi
a. Penetapan hasil perbandingan data monitoring 3
dengan tujuan intervensi
b. Evaluasi dampak intervensi pada individu, 3
kelompok, dan masyarakat
c. Pengelolaan dampak intervensi gizi 3
13. Pendokumentasian (Pencatatan dan Pelaporan)
a. Pencatatan melalui cetak dan elektronik. 4
b. Pencatatan dan pelaporan pada lembar asuhan 4
gizi
c. Pelaporan hasil intervensi program. 4
14. Pendidikan Tinggi Bidang Kesehatan dan Gizi
a. Pengkajian hasil belajar 4
b. Strategi pembelajaran 4
c. Pengembangan dan penilaian hasil belajar 4
d. Pengembangan dan pemilihan sumber belajar 4
15. Pola konsumsi pangan
a. Menilai pola konsumsi pangan individu, kelompok, 4
dan masyarakat
b. Mengevaluasi pola konsumsi pangan individu, 4
kelompok, dan masyarakat
16. Penelitian Gizi
a. Penelitian Ilmiah Gizi 3
b. Penelitian Terapan Gizi 3
- 46 -
Tabel 4.7
Daftar Keterampilan Nutrisionis Bidang Penyelenggaraan Makanan
(Food Service)
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
1. Penyusunan Standar Bahan Makanan
a. Menetapkan standar gizi/kecukupan gizi 4
b. Menetapkan standar pemberian makanan 4
2. Perencanaan Menu
a. Penggunaan standar makanan 4
b. Penentuan frekuensi penggunaan bahan 4
makanan
c. Penyusunan rancangan menu 4
d. Penyusunan master menu 4
e. Penyusunan pedoman menu 4
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
e. Perhitungan kebutuhan bahan makanan 4
(periodik/harian)
f. Penyusunan pesanan bahan makanan 4
(periodik/harian)
g. Pemesanan bahan makanan 4
h. Pemantauan penerimaan bahan makanan 4
6. Penerimaan Bahan Makanan
a. Mempersiapkan ruang penerimaan sesuai 3
dengan standar (timbangan yang terkalibrasi,
lokasi mudah dijangkau, area loadingdock,
tersedia zinc untuk pencucian, pisau dan
talenan sesuai dengan jenis bahan makanan)
b. Identifikasi macam, jumlah dan spesifikasi 4
bahan makanan yang diterima
c. Pemantauan kesesuaian macam, jumlah dan 4
spesifikasi bahan makanan
d. Melakukan uji mutu bahan makanan yang 4
diterima (suhu, uji biokimia, uji organoleptik)
e. Evaluasi kendaraan transportasi 4
vendor/rekanan
f. Evaluasi kinerja vendor/rekanan 4
g. Memastikan mutu bahan makanan yang 4
diterima sesuai dengan standar
7. Penyimpanan Bahan Makanan
a. Menerapkan standar ruang penyimpanan 4
bahan makanan basah dan bahan makanan
kering
b. Melakukan penyimpanan dengan sistem FIFO 4
dan FEFO
c. Melakukan penyimpanan sesuai dengan jenis 4
bahan makanan dan standar syarat-syarat
penyimpanan
- 48 -
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
d. Melakukan pemantauan mutu ruang 4
penyimpanan bahan makanan basah dan
bahan makanan kering (suhu, kelembaban,
lantai, dinding)
e. Pencatatan dan pelaporan penyimpanan 4
bahan makanan (kering/basah)
8. Persiapan Bahan Makanan
a. Menyusun standar persiapan bahan makanan 4
sesuai dengan syarat-syarat keamanan pangan
(untuk mencegah kontaminasi silang antara
bahan makanan/alergen dengan
menggunakan peralatan persiapan yang
dibedakan)
b. Memantau pencucian bahan makanan (sayur 4
dan buah) sesuai dengan standar keamanan
pangan
c. Memantau persiapan (pemotongan) bahan 4
makanan sesuai standar
d. Memantau kesesuaian standar porsi dan 4
standar bumbu
9. Pengolahan/Produksi Makanan
a. Memantau macam dan jumlah konsumen yang 4
akan dilayani makanannya
b. Memantau penerapan menu yang akan 4
dimasak
c. Memantau ketersediaan dan kondisi alat yang 4
akan digunakan
d. Pengecekan ketersediaan bahan makanan 4
sesuai dengan menu dan jumlah konsumen
e. Mengelola jumlah dan macam tenaga 4
f. Pemantau jumlah makanan yang akan diolah 4
g. Pengawasan penggunaan bahan makanan 4
h. Pengawasan standar-standar (porsi, bumbu, 4
resep)
- 49 -
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
i. Pengawasan produksi/pengolahan makanan 4
sesuai menu
j. Pengawasan kesesuaian penggunaan alat 4
masak dengan metode pemasakan
k. Pengawasan metode/cara pengolahan yang 4
digunakan
l. Pemantauan penggunaan waktu dalam 4
pengolahan
m. Penilaian kualitas/mutu makanan/ 4
organoleptik (uji cita rasa, suhu pemasakan,
tingkat kematangan, dan standar penyajian)
n. Penilaian produktivitas tenaga kerja 3
pengolahan misal ketepatan waktu masak.
o. Pencatatan dan laporan produksi makanan 4
10. Distribusi, Transportasi dan Penyajian Makanan
a. Memantau macam dan jumlah makanan 4
sesuai menu dan dengan klien
b. Memantau macam, jumlah dan kondisi alat 4
yang akan digunakan
c. Menetapkan sistem pendistribusian makanan 4
d. Pengawasan penerapan standar porsi 4
e. Pengawasan kesesuaian makanan dengan 4
permintaan
f. Pengawasan suhu makanan, dan suhu troli 4
berpemanas makanan
g. Pengawasan waktu pendistribusian dan 4
penyajian makanan
h. Pengawasan penyajian makanan sesuai 4
dengan standar sanitasi makanan
i. Penilaian sisa makanan 4
j. Pencatatan dan pelaporan distribusi, 4
transportasi dan penyajian makanan
k. 4
Penilaian terhadap kepuasan pelayanan gizi
- 50 -
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
11. Pengembangan/modifikasi resep
a. Identifikasi hidangan yang di modifikasi 4
b. Pengumpulan resep-resep akan digunakan 4
sebagai acuan untuk modifikasi
c. Analisis resep yang akan dimodifikasi 4
d. Penetapan tujuan modifikasi sesuai 4
kebutuhan
e. Penetapan cara modifikasi yang digunakan 4
f. Analisis komposisi bahan makanan yang 4
digunakan dalam modifikasi resep
g. Uji cita rasa resep yang dimodifikasi 4
h. Analisis komposisi zat gizi hasil modifikasi 4
i. Penetapan panelis uji organoleptik 4
j. Uji organoleptik hasil modifikasi 4
k. Pengembangan standar resep 4
l. Penetapan standar resep 4
m. Pengembangan standar bumbu 4
n. Penetapan standar bumbu 4
o. Penetapan dan dokumentasikan resep yang 4
sudah dimodifikasi
12. Pengelolaan Biaya Makan
a. Identifikasi menu yang akan disajikan 4
b. Identifikasi harga bahan makanan 4
c. Identifikasi macam jumlah, dan pendapatan 4
pegawai
d. Identifikasi penggunaan overhead dalam PM 3
e. Penetapan margin/keuntungan 4
f. Identifikasi macam, jumlah dan daya beli klien 4
g. Identifikasi peraturan keuangan terkait 4
dengan PM
h. Penetapan periode kebutuhan anggaran 4
i. Perhitungan biaya bahan makanan 4
j. Pengawasan dan pengendalian penggunaan 4
biaya untuk bahan makanan
- 51 -
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
k. Evaluasi biaya bahan makanan 4
l. Perhitungan biaya tenaga kerja 4
m. Pengawasan/pengendalian penggunaan biaya 4
untuk tenaga kerja
n. Perhitungan biaya overhead 4
o. Pengawasan/pengendalian penggunaan biaya 4
untuk overhead
p. Evaluasi biaya overhead 4
q. Penetapan harga makanan (harga jual 4
makanan) berdasarkan proporsi biaya bahan
makanan, tenaga kerja, overhead dan
keuntungan yang ditetapkan
r. Penyusunan anggaran sesuai dengan periode 4
yang ditentukan
s. Usulan kebutuhan anggaran 4
t. Pengawasan penggunaan anggaran 4
u. Evaluasi anggaran 4
v. Pencatatan realisasi anggaran 4
w. Penyusunan laporan penggunaan/realisasi 4
anggaran
13. Sarana fisik/peralatan
a. Mengidentifikasi data untuk pembuatan 4
desain/layout ruang penyelenggaraan
makanan
b. Penetapan bentuk penyelenggaraan makanan 4
c. Perancangan desain/layout sesuai kapasitas 3
institusi dan syarat keamanan pangan
d. Pengawasan pelaksanaan pembangunan ruang 3
penyelenggaraan makanan dan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja
e. Identifikasi jenis, jumlah dan macam peralatan 3
dapur
f. Perancangan tata letak peralatan dapur 3
- 52 -
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
g. Identifikasi jenis, jumlah dan macam peralatan 3
masak
h. Merencanakan jenis, jumlah dan macan 3
peralatan dapur dan alat rumah tangga
(tissue, wraping, dll)
14. Higiene dan sanitasi makanan dan minuman
a. Identifikasi kebutuhan/perlengkapan alat 3
pelindung diri pegawai
b. Identifikasi bahan penunjang untuk hygiene 3
pegawai
c. Identifikasi keadaan/kondisi lingkungan 3
produksi makanan
d. Identifikasi alat dan bahan kebersihan 3
produksi makanan
e. Identifikasi risiko bahaya pada makanan dan 3
minuman
f. Pengawasan mutu bahan makanan yang 3
digunakan
g. Pengawasan suhu dan kelembaban 4
penyimpanan bahan makanan
h. Pengawasan terjadinya risiko bahaya pada 3
makanan dan minuman
i. Pengawasan penerapan higiene penjamah 3
makanan
j. Pengawasan pemeriksaan kesehatan pegawai 3
secara periodik
k. Penilaian pemeliharaan alat pelindung diri 3
l. Pengawasan kebersihan ruang produksi 3
penyelenggaraan makanan
m. Pengawasan tempat pengolahan makanan 3
n. Pengawasan penanganan kebersihan dan 3
kerapian alat setelah digunakan
o. Pengawasan kebersihan dan kondisi alat 3
transportasi makanan
- 53 -
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
p. Pengawasan wadah penyimpanan makanan 3
masak
q. Pengawasan waktu tunggu penyimpanan 3
makanan
r. Pengawasan pembuangan sampah 3
s. Pengawasan pencucian dan pemeliharaan alat 3
masak dan alat masak
15. Keselamatan Kerja
a. Pengadaan bahan/alat keselamatan kerja 3
b. Identifikasi perilaku pegawai dalam menjaga 3
keselamatan kerja
c. Identifikasi kondisi lingkungan kerja yang 3
berisiko terjadinya bahaya
d. Edukasi tentang keselamatan kerja 4
e. Pengawasan kebiasaan kerja pegawai 4
f. Penilaian kemampuan kerja pegawai 3
g. Pendistribusian volume kerja pegawai sesuai 4
jam kerja
h. Pengawasan penggunaan alat pelindung kerja 4
(safety shoes)
i. Mampu mengoperasionalkan APAR 4
j. Pencatatan dan pelaporan kecelakaan kerja 4
k. Pelaksanaan tindak lanjut penanggulangan 3
kecelakaan kerja
16. Keamanan Pangan
a. Pengelolaan keamanan dan sanitasi makanan 3
b. Penerapan sistem HACCP dalam manajemen 3
dan sistem pelayanan/penyelenggaraan
makanan
c. Survei keamanan dan sanitasi peralatan dan 3
lingkungan
d. 4
Pengawasan higiene personal (pakaian,
perhiasan, make-up)
- 54 -
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
17. Pengawasan Mutu Makanan/HACCP
a. Identifikasi hidangan/makanan yang 3
diproduksi
b. Penyusunan alur proses produksi 3
c. Penetapan hazard pada proses produksi 4
d. Penetapan titik kritis yang harus dikontrol 4
pada proses
e. Pengendalian titik kritis proses produksi 4
f. Penyusunan worksheet pengawasan produk 4
makanan
18. Pemasaran produk makanan
a. Identifikasi macam produk yang akan di jual 3
b. Identifikasi tempat penjualan produk 3
c. Identifikasi sasaran pemasaran produk 3
d. Identifikasi kewajaran harga produk 3
e. Penyusunan strategi pemasaran 3
f. Pelaksanaan pemasaran 4
g. Pengembangan perangkat pemasaran 4
h. Evaluasi hasil pemasaran 4
19. Evaluasi Penyelenggaraan Makanan
a. Penyusunan indikator keberhasilan 4
penyelenggaraan makanan
b. Analisa penyelenggaraan makanan 3
c. Pembuatan kuesioner terhadap kepuasan 4
makanan yang disajikan
d. Analisa data terhadap kepuasan klien 4
e. Pendokumentasian terhadap penyelenggaraan 4
makanan
f. Laporan pencapaian keberhasilan 3
penyelenggaraan makanan
20. Perbaikan mutu pelayanan gizi dan kepuasan
klien dalam pelayanan & praktik kegizian
a. Pengelolaan program mutu dan kepuasan 4
klien
- 55 -
Tingkat Kemampuan
Gizi Institusi
1 2 3 4
b. Penyusunan indikator mutu gizi dan kepuasan 4
klien
c. Survei kepuasan konsumen 4
21. Pengelolaan SDM, keuangan, sarana fisik dan materi secara
terpadu
a. Koordinasi semua fungsi dalam produksi 3
makanan
b. Penyusunan analisa beban kerja (ABK) 3
pegawai penyelenggaraan makanan
c. Menghitung analisa biaya makanan dan biaya 3
overhead
d. Menyusun rencana pengembangan SDM 3
e. Mengelola SDM dalam penyelenggaraan 3
makanan (food service)
22. Pendidikan Tinggi Bidang Kesehatan dan Gizi
a. Pengkajian hasil belajar 4
b. Strategi pembelajaran 4
c. Pengembangan dan penilaian hasil belajar 4
d. Pengembangan dan pemilihan sumber belajar 4
23. Praktik Profesional Nutrisionis
a. Merancang, melaksanakan dan mengevaluasi 3
Advokasi
b. Membangun Kemitraan bidang gizi dan 4
kesehatan
24. Sistem Ketahanan Pangan
a. Perencanaan Makanan pada Kondisi Darurat 4
Bencana
25. Penelitian Gizi
a. Penelitian Ilmiah Gizi 4
b. Penelitian Terapan Gizi 4
- 56 -
Tabel 4.8
Daftar Keterampilan Nutrisionis Bidang Gizi Klinik
i. Gusi 3
g. Penggunaan TKPI 4
h. Melakukan food analisis secara manual 4
i. Melakukan food analisis menggunakan software 4
j. Menggunakan bahan makanan penukar 4
k. Survei keragaman bahan makanan 3
l. Survei keragaman makanan 3
m. Food labeling 4
n. Penggunaan Angka Kecukupan Gizi 4
p. Menghitung kebutuhan gizi 4
q. Dietary History 4
r. Aktivitas fisik/olah raga 3
BAB V
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Menimbang : a. bahwa tenaga gizi sebagai salah satu dari jenis tenaga
kesehatan, berwenang untuk menyelenggarakan
pekerjaan dan praktik pelayanan gizi sesuai dengan
bidang keahlian yang dimiliki;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 23 ayat (5) Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Penyelenggaraan
Pekerjaan Dan Praktik Tenaga Gizi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
2
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
3
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
4
BAB II
PERIZINAN
Bagian Kesatu
Kualifikasi Tenaga Gizi
Pasal 3
Berdasarkan pendidikannya, Tenaga Gizi dikualifikasikan sebagai berikut:
a. Tenaga Gizi lulusan Diploma Tiga Gizi sebagai Ahli Madya Gizi;
b. Tenaga Gizi lulusan Diploma Empat Gizi sebagai Sarjana Terapan Gizi;
c. Tenaga Gizi lulusan Sarjana sebagai Sarjana Gizi; dan
d. Tenaga Gizi lulusan pendidikan profesi sebagai Registered Dietisien.
Pasal 4
(1) Tenaga Gizi Ahli Madya Gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan merupakan Tenaga Gizi
Technical Registered Dietisien.
(2) Tenaga Gizi Sarjana Terapan Gizi, dan Sarjana Gizi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dan huruf c yang telah lulus uji
kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan merupakan Tenaga Gizi Nutrisionis Registered.
(3) Tenaga Gizi Sarjana Terapan Gizi atau Sarjana Gizi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dan huruf c yang telah mengikuti
pendidikan profesi dan telah lulus uji kompetensi serta teregistrasi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan merupakan
Tenaga Gizi Registered Dietisien.
Bagian Kedua
Sertifikat Kompetensi dan
STRTGz Pasal 5
(1) Tenaga Gizi untuk dapat melakukan pekerjaan dan praktiknya harus
memiliki STRTGz.
(2) Untuk dapat memperoleh STRTGz sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Tenaga Gizi harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai
peraturan perundang-undangan.
(3) STRTGz sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh MTKI
dengan masa berlaku selama 5 (lima) tahun.
(4) STRTGz sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
5
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
6
Pasal 10
(1) Untuk memperoleh SIPTGz atau SIKTGz, Tenaga Gizi harus
mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota dengan melampirkan:
a. fotokopi ijazah yang dilegalisir;
b. fotokopi STRTGz;
c. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki Surat Izin
Praktik;
d. surat pernyataan memiliki tempat kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atau tempat praktik Pelayanan Gizi secara mandiri;
e. pas foto terbaru ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar
berlatar belakang merah;
f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
atau pejabat yang ditunjuk; dan
g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.
(2) Apabila SIPTGz atau SIKTGz dikeluarkan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f tidak diperlukan.
(3) Contoh surat permohonan memperoleh SIPTGz atau SIKTGz
sebagaimana tercantum dalam Formulir II terlampir yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Contoh SIPTGz atau SIKTGz sebagaimana tercantum dalam Formulir
III dan Formulir IV terlampir yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 11
(1) Tenaga Gizi warga negara asing dapat mengajukan permohonan
memperoleh SIKTGz setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1);
b. melakukan evaluasi dan memiliki surat izin kerja dan izin tinggal
serta persyaratan lainnya sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan; dan
c. memiliki kemampuan berbahasa Indonesia.
(2) Tenaga Gizi warga negara Indonesia lulusan luar negeri dapat
mengajukan permohonan memperoleh SIPTGz atau SIKTGz setelah:
a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1); dan
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
7
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
8
Pasal 17
Tenaga Gizi dalam melaksanakan Pelayanan Gizi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, mempunyai kewenangan sebagai berikut:
a. memberikan pelayanan konseling, edukasi gizi, dan dietetik;
b. pengkajian gizi, diagnosis gizi, dan intervensi gizi meliputi
perencanaan, preskripsi diet, implementasi, konseling dan edukasi
serta fortifikasi dan suplementasi zat gizi mikro dan makro,
pemantauan dan evaluasi gizi, merujuk kasus gizi, dan dokumentasi
pelayanan gizi;
c. pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan pelayanan gizi;
dan
d. melaksanakan penyelenggaraan makanan untuk orang banyak atau
kelompok orang dalam jumlah besar.
Pasal 18
(1) Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien dalam melaksanakan
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, hanya
terbatas pada:
a. pemberian Pelayanan Gizi untuk orang sehat dan dalam kondisi
tertentu yaitu ibu hamil, ibu menyusui, bayi, anak, dewasa, dan
lanjut usia; dan
b. pemberian Pelayanan Gizi untuk orang sakit tanpa komplikasi.
(2) Dalam melaksanakan Pelayanan Gizi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Tenaga Gizi Technical Registered Dietisien berada dalam
bimbingan Tenaga Gizi Registered Dietisien.
(3) Tenaga Gizi Nutrisionis Registered dalam melaksanakan kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 sesuai dengan standar
profesi.
(4) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Tenaga
Gizi Registered Dietisien dalam melaksanakan Pelayanan Gizi juga
memiliki kewenangan yang meliputi:
a. menerima klien/pasien secara langsung atau menerima preskripsi
diet dari dokter;
b. memberi masukan kepada dokter yang merujuk bila preskripsi
diet tidak sesuai dengan kondisi klien/pasien; dan/atau
c. merujuk pasien dengan kasus sulit/critical ill dalam hal
preskripsi diet ke dokter spesialis yang berkompeten.
Pasal 19
(1) Dalam melaksanakan Pelayanan Gizi, Tenaga Gizi wajib melakukan
pencatatatan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
9
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
10
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
11
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
(1) Tenaga Gizi lulusan Diploma Tiga, Diploma Empat, Sarjana Gizi yang
telah menjalankan pekerjaan Pelayanan Gizi baik pekerjaan
Pelayanan Gizi secara mandiri ataupun bekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan atau fasilitas Pelayanan Gizi lain paling singkat selama 5
(lima) tahun sebelum Peraturan Menteri ini dikeluarkan diberikan
sertifikat Registered Dietisien.
(2) Sertifikat Registered Dietisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikeluarkan oleh Organisasi Profesi.
(3) Tenaga Gizi yang telah menjalankan pekerjaan Pelayanan Gizi baik
pekerjaan Pelayanan Gizi secara mandiri ataupun bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan atau fasilitas Pelayanan Gizi lain sebelum
ditetapkan peraturan ini, harus memiliki STRTGz sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Tenaga Gizi yang telah menjalankan pekerjaan Pelayanan Gizi baik
pekerjaan Pelayanan Gizi secara mandiri ataupun bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan sebelum ditetapkan Peraturan Menteri ini,
dinyatakan telah memiliki SIPTGz atau SIKTGz berdasarkan
Peraturan Menteri ini.
(5) Tenaga Gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus telah
memiliki SIPTGz atau SIKTGz berdasarkan Peraturan Menteri ini
paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini
diundangkan.
Pasal 27
Standar Profesi Gizi yang ditetapkan oleh Organisasi Profesi masih tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini dan
belum ditetapkan yang baru oleh Organisasi Profesi.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Gizi,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 29
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No.603
12
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 15 April 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
www.djpp.kemenkumham.go.id
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
STANDAR ANTROPOMETRI ANAK
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
ANTROPOMETRI ANAK.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Antropometri adalah suatu metode yang digunakan
untuk menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh
manusia.
-3-
Pasal 2
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat
badan dan panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat)
indeks, meliputi:
a. Berat Badan menurut Umur (BB/U);
b. Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U);
c. Berat Badan menurut Panjang/Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB); dan
d. Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).
Pasal 3
Standar Antropometri Anak wajib digunakan sebagai acuan
bagi tenaga kesehatan, pengelola program, dan para
pemangku kepentingan terkait untuk penilaian:
a. status gizi anak; dan
b. tren pertumbuhan anak.
Pasal 4
(1) Penilaian status gizi anak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf a dilakukan dengan membandingkan hasil
pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan
dengan Standar Antropometri Anak yang menggunakan:
a. indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) anak
usia 0 (nol) sampai dengan 60 (enam puluh) bulan;
b. indeks Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut
Umur (PB/U atau TB/U) anak usia 0 (nol) sampai
dengan 60 (enam puluh) bulan;
c. indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau
Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB) anak usia 0 (nol)
sampai dengan 60 (enam puluh) bulan;
-4-
Pasal 5
Dalam hal hasil penilaian status gizi anak ditemukan
permasalahan gizi anak, wajib dilakukan tata laksana sesuai
kebutuhan.
Pasal 6
(1) Penilaian tren pertumbuhan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b dilakukan dengan:
a. membandingkan pertambahan berat badan dan
panjang badan atau tinggi badan dengan standar
kenaikan berat badan dan pertambahan panjang
badan atau tinggi badan; dan
b. menilai kenaikan indeks massa tubuh yang terjadi di
antara periode puncak adipositas (peak adiposity)
dan kenaikan massa lemak tubuh (adiposity
rebound).
-6-
Pasal 7
(1) Penilaian tren pertumbuhan anak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf b merupakan bagian dari
-7-
Pasal 8
Pengukuran Antropometri Anak wajib menggunakan alat dan
teknik pengukuran sesuai standar.
Pasal 9
Standar Antropometri Anak, tata cara penilaian status gizi
anak, dan tata cara penilaian tren pertumbuhan anak
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 10
(1) Pembinaan dan pengawasan terhadap penerapan Standar
Antropometri Anak dilakukan oleh menteri kesehatan,
kepala dinas kesehatan daerah provinsi, dan kepala
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, sesuai dengan
tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditujukan untuk peningkatan pemantauan
dan penilaian status gizi dan tren pertumbuhan anak
sesuai Standar Antropometri Anak.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. bimbingan teknis;
c. peningkatan kapasitas sumber daya; dan/atau
d. monitoring dan evaluasi.
Pasal 11
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
-8-
Pasal 12
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Januari 2020
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Januari 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2 TAHUN 2020
TENTANG
STANDAR ANTROPOMETRI ANAK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Standar Antropometri Anak di Indonesia mengacu pada WHO Child
Growth Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The WHO Reference
2007 untuk anak 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.
Standar tersebut memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat
dicapai apabila memenuhi syarat-syarat tertentu. Penelitian menunjukkan
bahwa anak-anak dari negara manapun akan tumbuh sama bila gizi,
kesehatan dan pola asuh yang benar terpenuhi. Melalui berbagai telaahan
dan diskusi pakar, Indonesia memutuskan untuk mengadopsi standar ini
menjadi standar yang resmi untuk digunakan sebagai standar
antropometri penilaian status gizi anak melalui Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Standar ini memiliki banyak
manfaat, diantaranya:
1. sebagai rujukan bagi petugas kesehatan untuk mengidentifikasi
anak-anak yang berisiko gagal tumbuh tanpa menunggu sampai
anak menderita masalah gizi.
2. sebagai dasar untuk mendukung kebijakan kesehatan dan dukungan
publik terkait dengan pencegahan gangguan pertumbuhan melalui
promosi program air susu ibu, makanan pendamping air susu ibu,
dan penerapan perilaku hidup sehat.
- 10 -
pertumbuhan serta pentingnya deteksi dini risiko gagal tumbuh (at risk
failure to thrive) dan kenaikan massa lemak tubuh dini (early adiposity
rebound) dan tata laksana segera.
B. Tujuan
Penyusunan Standar Antropometri Anak bertujuan untuk
menetapkan acuan dalam penilaian status gizi dan tren pertumbuhan
Anak Indonesia.
- 12 -
BAB II
PENILAIAN STATUS GIZI ANAK
Grafik 5. Berat Badan menurut Panjang Badan Anak Laki-laki 0-24 Bulan
- 58 -
Grafik 6. Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak Laki-laki 24-60 Bulan
Grafik 7. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Laki-laki 0-24 Bulan
- 59 -
Grafik 8. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Laki-laki 24-60 Bulan
Grafik 10. Berat Badan menurut Umur Anak Perempuan 24-60 Bulan
Grafik 11. Panjang Badan menurut Umur Anak Perempuan 0-24 Bulan
- 61 -
Grafik 12. Tinggi Badan menurut Umur Anak Perempuan 24-60 Bulan
Grafik 13. Berat Badan menurut Panjang Badan Anak Perempuan 0-24 Bulan
- 62 -
Grafik 14. Berat Badan menurut Tinggi Badan Anak Perempuan 24-60 Bulan
Grafik 15. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Perempuan 0-24 Bulan
- 63 -
Grafik 16. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Perempuan 24-60 Bulan
Grafik 17. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Laki-laki 5-18 Tahun
- 64 -
Grafik 18. Indeks Massa Tubuh menurut Umur Anak Perempuan 5-18 Tahun
- 65 -
BAB III
PENILAIAN TREN PERTUMBUHAN ANAK
Catatan :
Untuk anak usia 0-60 bulan jika pada pemantauan pertumbuhan terjadi
peningkatan berat badan diatas grafik normal maka perlu dirujuk ke Puskesmas
untuk memastikan kemungkinan adanya kenaikan massa lemak tubuh (early
adiposity rebound).
BAB IV
DETEKSI DINI DAN TATA LAKSANA
BAB V
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG ANGKA
KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN UNTUK MASYARAKAT
INDONESIA.
-3-
Pasal 1
Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat
Indonesia yang selanjutnya disingkat AKG adalah suatu nilai
yang menunjukkan kebutuhan rata-rata zat gizi tertentu yang
harus dipenuhi setiap hari bagi hampir semua orang dengan
karakteristik tertentu yang meliputi umur, jenis kelamin,
tingkat aktivitas fisik, dan kondisi fisiologis, untuk hidup
sehat.
Pasal 2
AKG digunakan pada tingkat konsumsi yang meliputi
kecukupan energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, air,
vitamin, dan mineral.
Pasal 3
(1) Untuk melakukan evaluasi, perencanaan konsumsi dan
ketersediaan pangan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan penduduk rata-rata secara makro nasional
dan berbagai kebutuhan lainnya, dalam AKG ditetapkan
estimasi rata-rata angka kecukupan energi dan rata-rata
angka kecukupan protein bagi masyarakat Indonesia.
(2) Rata-rata angka kecukupan energi bagi masyarakat
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar
2100 (dua ribu seratus) kilo kalori per orang per hari
pada tingkat konsumsi.
(3) Rata-rata angka kecukupan protein bagi masyarakat
Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar
57 (lima puluh tujuh) gram per orang per hari pada
tingkat konsumsi.
Pasal 4
Tabel AKG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
-4-
Pasal 5
AKG digunakan sebagai acuan bagi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan untuk:
a. menghitung kecukupan gizi penduduk di daerah;
b. menyusun pedoman konsumsi pangan;
c. menilai konsumsi pangan pada penduduk dengan
karakteristik tertentu;
d. menghitung kebutuhan pangan bergizi pada
penyelenggaraan makanan institusi;
e. menghitung kebutuhan pangan bergizi pada situasi
darurat;
f. menetapkan Acuan Label Gizi (ALG);
g. mengembangkan indeks mutu konsumsi pangan;
h. mengembangkan produk pangan olahan;
i. menentukan garis kemiskinan;
j. menentukan besaran biaya minimal untuk pangan
bergizi dalam program jaminan sosial pangan;
k. menentukan upah minimum; dan
l. kebutuhan lainnya.
Pasal 6
(1) Penggunaan AKG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
harus memperhatikan prinsip dan tata cara penggunaan
AKG.
(2) penggunaan AKG sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Penggunaan AKG
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 7
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka
Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1438),
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
-5-
Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Agustus 2019
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Agustus 2019
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
Bayi /Anak
0 – 5 bulan1 6 60 550 9 31 0.5 4.4 59 0 700
6 – 11 bulan 9 72 800 15 35 0.5 4.4 105 11 900
13 – 15 tahun 48 156 2050 65 70 1.1 11 300 29 2100
16 – 18 tahun 52 159 2100 65 70 1.1 11 300 29 2150
19 – 29 tahun 55 159 2250 60 65 1.1 12 360 32 2350
16 – 18 tahun 700 15 15 55 1.2 1.3 16 5.0 1.3 400 4.0 30 550 90
19 – 29 tahun 650 15 15 65 1.2 1.3 16 5.0 1.3 400 4.0 30 550 90
30 – 49 tahun 650 15 15 65 1.2 1.3 16 5.0 1.3 400 4.0 30 550 90
50 – 64 tahun 650 15 15 65 1.2 1.3 16 5.0 1.7 400 4.0 30 550 90
Trimester 3 +300 +0 +0 +0 +0.3 +0.3 +4 +1 +0.6 +200 +0.5 +0 +25 +10
10 – 12 tahun 1200 1250 160 8 120 8 22 1.9 1.8 28 3900 1300 1900 700
13 – 15 tahun 1200 1250 225 11 150 11 30 2.2 2.5 36 4800 1500 2300 795
16 – 18 tahun 1200 1250 270 11 150 11 36 2.3 4.0 41 5300 1700 2500 890
19 – 29 tahun 1000 700 360 9 150 11 30 2.3 4.0 36 4700 1500 2250 900
Hamil (+an)
Trimester 1 +200 +0 +0 +0 +70 +2 +5 +0.2 +0 +5 +0 +0 +0 +100
Trimester 2 +200 +0 +0 +9 +70 +4 +5 +0.2 +0 +5 +0 +0 +0 +100
Trimester 3 +200 +0 +0 +9 +70 +4 +5 +0.2 +0 +5 +0 +0 +0 +100
ttd
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2019
TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI
YANG DIANJURKAN UNTUK
MASYARAKAT INDONESIA
I. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah
mengamanatkan bahwa setiap kegiatan pembangunan harus dilandasi
dengan wawasan kesehatan. Kesehatan merupakan hak asasi manusia
dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai
dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945. Upaya untuk memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan harus dilaksanakan secara merata
dalam rangka membentuk sumber daya manusia Indonesia yang
berkualitas dan berdaya saing. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa kesehatan meliputi sehat
secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif. Salah satu bagian dari peningkatan derajat
kesehatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah adalah melalui
upaya perbaikan gizi.
Upaya perbaikan gizi sangat erat kaitannya dengan pemenuhan
kualitas dan kuantitas konsumsi pangan masyarakat. Acuan untuk
merencanakan dan menilai pemenuhan konsumsi gizi seseorang disebut
kebutuhan gizi (nutrient requirement), sedangkan acuan untuk
merencanakan dan menilai konsumsi pangan kelompok orang atau
masyarakat di suatu daerah/wilayah disebut kecukupan gizi (nutrient
allowances atau Recommended Dietary Allowances/RDA).
Di Indonesia, recommended dietary allowances disebut juga dengan
Angka Kecukupan Gizi (AKG). AKG pertama kali ditetapkan pada tahun
1968, selanjutnya diperbaharui melalui Widyakarya Nasional Pangan dan
Gizi (WNPG). AKG yang pertama terdiri dari energi, protein, 5 vitamin dan
2 mineral. AKG tahun 2018 mencakup energi, semua zat gizi makro
- 16 -
Gambar 1.
Penggunaan Angka Kecukupan Gizi untuk Penilaian Asupan Gizi dan Perencanaan Konsumsi
Sumber : Institue of Medicine, 2005
II. Tujuan
AKG digunakan sebagai acuan bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah,
dan pemangku kepentingan untuk :
a. menghitung kecukupan gizi penduduk di daerah
b. menyusun pedoman konsumsi pangan
- 17 -
ekonomi setempat.
Prinsipnya penggunaan AKG untuk menentukan upah minimum
sebagai berikut:
1. Menetapkan paket minimum kebutuhan pangan dan kebutuhan
non pangan bagi seorang pekerja. Paket minimum kebutuhan
pangan dan non pangan mengacu pada ketentuan peraturan
perundang-undangan mengenai Komponen Kebutuhan Hidup
Layak.
2. Penetapan paket kebutuhan pangan tersebut didasarkan pada
kecukupan gizi pekerja. Untuk pekerja lajang, AKG diperoleh
dengan menghitung rata-rata kecukupan gizi dari kelompok
umur 19-55 tahun baik pria maupun wanita.
3. Penetapan harga setiap komoditas (kualitas sedang) dari paket
kebutuhan tersebut dengan cara melakukan survei pasar rakyat
yang representatif atau dengan menggunakan harga dasar pada
tahun tertentu kemudian dikoreksi dengan laju inflasi.
4. Nilai Upah Minimum (UM) di wilayah masing-masing adalah
penjumlahan nilai Belanja Kebutuhan Pangan (BP) dan nilai
Belanja Kebutuhan Selain Pangan (BSP) atau UM = BP + BSP
IV. Penutup
1. Pedoman ini bersifat umum, hal-hal yang belum tercantum dalam
pedoman ini dapat dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan
serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- 33 -
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PENANGGULANGAN MASALAH GIZI BAGI ANAK AKIBAT
PENYAKIT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun,
termasuk Anak yang masih dalam kandungan.
2. Bayi Sangat Prematur adalah bayi yang lahir sebelum
usia kehamilan mencapai genap 32 minggu.
3. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1500 gram.
4. Gagal Tumbuh adalah suatu keadaan terjadinya
keterlambatan pertumbuhan fisik pada bayi dan Anak
usia bawah dua tahun yang ditandai dengan kenaikan
berat badan di bawah persentil 5 dari standar tabel
kenaikan berat badan.
5. Gizi Kurang adalah keadaan gizi balita yang ditandai
dengan kondisi kurus, berat badan menurut panjang
badan atau tinggi badan kurang dari -2 sampai dengan -3
standar deviasi, dan/atau lingkar lengan 11,5-12,5 cm
pada Anak usia 6-59 bulan.
-3-
BAB II
PENYELENGGARAAN
Pasal 2
(1) Pemerintah pusat dan pemerintah daerah bertanggung
jawab terhadap penyelenggaraan penanggulangan
masalah gizi bagi Anak akibat penyakit secara terpadu
dan berkesinambungan.
(2) Penanggulangan masalah gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diprioritaskan terhadap penyakit yang
memerlukan upaya khusus untuk penyelamatan hidup
dan mempunyai dampak terbesar pada angka kejadian
stunting.
(3) Penyakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. berisiko Gagal Tumbuh;
b. Gizi Kurang atau Gizi Buruk;
c. Bayi Sangat Prematur;
d. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah;
e. Alergi Protein Susu Sapi; dan
f. Kelainan Metabolisme Bawaan.
Pasal 3
(1) Penyelenggaraan penanggulangan masalah gizi bagi Anak
akibat penyakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (3) dilakukan melalui:
a. Surveilans Gizi; dan
b. penemuan dan penanganan kasus.
(2) Dalam hal penemuan dan penanganan kasus
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
memerlukan upaya khusus, dilakukan pemberian PKMK.
Pasal 4
(1) Surveilans Gizi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a dilaksanakan melalui:
a. pengumpulan data;
b. pengolahan dan analisis data; dan
c. diseminasi informasi.
-5-
Pasal 5
Berdasarkan hasil pelaksanaan teknis Surveilans Gizi,
dilakukan intervensi untuk mengatasi masalah gizi bagi Anak
akibat penyakit.
Pasal 6
(1) Penemuan kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b dilakukan secara aktif dan pasif.
(2) Penemuan kasus secara aktif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui pelacakan kasus ke
masyarakat oleh tenaga kesehatan puskesmas.
(3) Penemuan kasus secara pasif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. pemeriksaan pasien rujukan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan dari posyandu ke
puskesmas untuk dilakukan konfirmasi; atau
b. pemeriksaan pasien yang datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan.
(4) Pemeriksaan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi Pemeriksaan Antropometri dan pemeriksaan
klinis.
(5) Pemeriksaan pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dijadikan dasar untuk penegakan diagnosis oleh dokter
atau dokter spesialis Anak.
Pasal 7
Penanganan kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b dilakukan di puskesmas dan rumah sakit.
Pasal 8
(1) Penanganan kasus di puskesmas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 dilakukan terhadap kasus:
a. berisiko Gagal Tumbuh;
b. Gizi Kurang; dan
c. Gizi Buruk.
(2) Kasus sebagamaimana dimaksud pada ayat (1) harus
ditentukan penyebabnya oleh dokter di puskemas.
-7-
Pasal 9
(1) Penanganan kasus di rumah sakit sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan melalui diagnosis
penyebab dan tata laksana masalah gizi yang sesuai.
(2) Penanganan kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
kedokteran.
Pasal 10
Pemberian PKMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) merupakan bagian dari tata laksana dalam penanganan
kasus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
Pasal 11
(1) PKMK hanya diberikan sesuai dengan resep dokter
spesialis Anak berdasarkan indikasi medis.
(2) Penggunaan PKMK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus di bawah pengawasan dokter spesialis Anak.
Pasal 12
(1) PKMK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 meliputi:
a. PKMK untuk Gagal Tumbuh, Gizi Kurang dan Gizi
Buruk berupa oral nutrition supplement dengan
kandungan energi lebih besar dari 0,9 kkal/mL.
b. PKMK untuk Bayi Sangat Prematur dan Bayi Berat
Lahir Sangat Rendah berupa:
-8-
Pasal 13
PKMK wajib memenuhi persyaratan keamanan, mutu, dan gizi
dan memiliki izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 14
Penyediaan PKMK dapat dilakukan melalui pengadaan
program pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB III
KOORDINASI, JEJARING, DAN KEMITRAAN
Pasal 15
(1) Dalam rangka penyelenggaraan penanggulangan
masalah gizi bagi Anak akibat penyakit, Menteri dapat
membangun dan mengembangkan koordinasi, jejaring,
dan kemitraan antara instansi pemerintah, pemerintah
daerah, dan pemangku kepentingan.
(2) Koordinasi, jejaring, dan kemitraan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk:
-9-
a. advokasi;
b. penemuan kasus;
c. penanggulangan masalah gizi;
d. meningkatkan kemampuan sumber daya manusia,
kajian, penelitian, serta kerjasama antar wilayah,
dan pihak ke tiga;
e. peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi;
f. integrasi penanggulangan masalah gizi; dan/atau
g. sistem rujukan.
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 16
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan
pencatatan setiap kejadian masalah gizi bagi Anak
akibat penyakit.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilaporkan kepada Menteri melalui dinas kesehatan
daerah kabupaten/kota dan dinas kesehatan daerah
provinsi secara berjenjang dengan tembusan kepada
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan secara berkala setiap 1 (satu) bulan sekali.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 17
(1) Menteri, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan,
kepala dinas kesehatan daerah provinsi, dan kepala
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Peraturan Menteri ini sesuai dengan tugas, fungsi, dan
kewenangan masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat melibatkan organisasi terkait.
-10-
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-11-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 26 Agustus 2019
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Agustus 2019
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
WIDODO EKATJAHJANA
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No. 1559
2
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No. 1559
3
www.djpp.kemenkumham.go.id
2013, No. 1559
4
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Desember 2013
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA, REPUBLIK INDONESIA
AMIR SYAMSUDIN
www.djpp.kemenkumham.go.id
LEMBARAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
No.188, 2017 KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan.
Kebijakan Strategis.
www.peraturan.go.id
2017, No.188
-2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEBIJAKAN STRATEGIS
PANGAN DAN GIZI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Kebijakan Strategis Pangan dan Gizi yang selanjutnya
disingkat KSPG adalah kebijakan strategis dalam
pembangunan pangan dan gizi guna mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya
saing.
2. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi yang selanjutnya
disingkat RAN-PG adalah rencana aksi tingkat nasional
berisi program serta kegiatan di bidang pangan dan gizi
guna mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan berdaya saing.
3. Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi yang selanjutnya
disingkat RAD-PG adalah rencana aksi tingkat provinsi
dan kabupaten/kota berisi program serta kegiatan di
bidang pangan dan gizi guna mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
4. Pemangku Kepentingan adalah orang perseorangan,
masyarakat, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha,
media massa, lembaga swadaya masyarakat, dan mitra
pembangunan, yang terkait dengan pembangunan
pangan dan gizi.
www.peraturan.go.id
-3- 2017, No.188
Pasal 2
Peraturan Presiden ini dimaksudkan sebagai acuan bagi
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemangku
Kepentingan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
yang berkelanjutan guna mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan berdaya saing.
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Presiden ini meliputi:
a. kebijakan strategis;
b. rencana aksi pangan dan gizi;
c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan; dan
d. pendanaan.
BAB II
KEBIJAKAN STRATEGIS
Pasal 4
KSPG terdiri atas kebijakan strategis di bidang:
a. ketersediaan pangan;
b. keterjangkauan pangan;
c. pemanfaatan pangan;
d. perbaikan gizi masyarakat; dan
e. penguatan kelembagaan pangan dan gizi.
Pasal 5
Kebijakan di bidang ketersediaan pangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, meliputi:
a. peningkatan produksi pangan dalam negeri;
b. penguatan cadangan pangan nasional;
c. penguatan perdagangan pangan; dan
d. penyediaan pangan berbasis pada potensi sumber daya
lokal.
Pasal 6
Kebijakan di bidang keterjangkauan pangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, meliputi:
www.peraturan.go.id
2017, No.188
-4-
Pasal 7
Kebijakan di bidang pemanfaatan pangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, meliputi:
a. pengembangan pola konsumsi pangan beragam, bergizi
seimbang, dan aman;
b. pengembangan jejaring dan informasi pangan dan gizi;
dan
c. peningkatan pengawasan keamananan pangan.
Pasal 8
Kebijakan di bidang perbaikan gizi masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, meliputi:
a. perbaikan pola konsumsi pangan perseorangan dan
masyarakat yang beragam, bergizi seimbang, dan aman;
b. perbaikan atau pengayaan gizi pangan tertentu;
c. penguatan pelaksanaan dan pengawasan regulasi dan
standar gizi;
d. penetapan persyaratan khusus mengenai komposisi
pangan untuk meningkatkan kandungan gizi pangan
olahan tertentu yang diperdagangkan;
e. perbaikan gizi bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita,
remaja, dan kelompok rawan gizi lainnya;
f. penguatan sistem surveilan pangan dan gizi; dan
g. penguatan program gizi lintas sektor melalui program
sensitif gizi.
www.peraturan.go.id
-5- 2017, No.188
Pasal 9
Kebijakan di bidang penguatan kelembagaan pangan dan gizi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, meliputi:
a. penguatan kelembagaan pangan dan gizi tingkat nasional
yang telah ada;
b. penguatan peran kelembagaan pangan dan gizi daerah
provinsi dan kabupaten/kota yang telah ada;
c. penguatan fungsi Dewan Ketahanan Pangan, dan Dewan
Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
telah ada; dan
d. pengembangan kemitraan antar berbagai Pemangku
Kepentingan dalam pembangunan pangan dan gizi
berkelanjutan.
Pasal 10
Pelaksanaan kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 9 bertujuan untuk mewujudkan:
a. peningkatan ketersediaan energi, protein, vitamin, dan
mineral;
b. peningkatan konsumsi energi, protein, vitamin, dan
mineral sampai batas ideal;
c. peningkatan skor pola pangan harapan;
d. perbaikan status gizi pada ibu hamil, ibu menyusui, bayi,
balita, remaja, dan kelompok rawan gizi lainnya; dan
e. pencegahan peningkatan prevalensi obesitas terutama
pada penduduk usia lebih dari 18 (delapan belas) tahun.
Pasal 11
(1) KSPG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 disusun
oleh Dewan Ketahanan Pangan dan ditetapkan untuk
jangka waktu setiap 5 (lima) tahun.
(2) KSPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
pertama kalinya ditetapkan dalam Peraturan Presiden ini
untuk jangka waktu tahun 2017-2019.
www.peraturan.go.id
2017, No.188
-6-
BAB III
RENCANA AKSI PANGAN DAN GIZI
Pasal 12
(1) Rencana aksi pangan dan gizi disusun dengan mengacu
pada KSPG.
(2) Rencana aksi pangan dan gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas RAN-PG dan RAD-PG.
(3) Rencana aksi pangan dan gizi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka waktu setiap 5
(lima) tahun dan untuk pertama kalinya ditetapkan
untuk jangka waktu tahun 2017-2019.
(4) RAN-PG sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun
oleh kementerian/lembaga terkait dan dikoordinasikan
penyusunannya oleh menteri/kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional.
(5) RAN-PG sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dijabarkan
ke dalam 5 (lima) pilar meliputi:
a. perbaikan gizi masyarakat;
b. peningkatan aksesibilitas pangan yang beragam;
c. mutu dan keamanan pangan;
d. perilaku hidup bersih dan sehat; dan
e. koordinasi pembangunan pangan dan gizi.
Pasal 13
(1) Pilar perbaikan gizi masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (5) huruf a, meliputi:
a. promosi dan pendidikan gizi masyarakat;
b. pemberian suplementasi gizi;
c. pelayanan kesehatan dan masalah gizi;
d. pemberdayaan masyarakat di bidang pangan dan
gizi;
e. jaminan sosial yang mendukung perbaikan pangan
dan gizi; dan
f. pendidikan anak usia dini.
www.peraturan.go.id
-7- 2017, No.188
www.peraturan.go.id
2017, No.188
-8-
Pasal 14
RAN-PG ditetapkan oleh menteri/kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional.
Pasal 15
Pelaksanaan RAN-PG dilakukan oleh kementerian/lembaga
sesuai dengan kewenangan masing-masing dan
dikoordinasikan oleh menteri/kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional.
Pasal 16
(1) RAD-PG terdiri atas RAD-PG provinsi dan RAD-PG
kabupaten/kota.
(2) RAD-PG provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun dengan mengacu pada RAN-PG sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14.
(3) RAD-PG kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disusun dengan mengacu pada RAD-PG provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) RAD-PG provinsi atau RAD-PG kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
ditetapkan oleh gubernur atau bupati/walikota sesuai
dengan kebutuhan serta kewenangan masing-masing.
(5) RAD-PG kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) disampaikan oleh bupati/walikota kepada
gubernur.
(6) RAD-PG provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
disampaikan oleh gubernur kepada menteri/kepala
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perencanaan pembangunan nasional.
Pasal 17
Dalam pelaksanaan RAN-PG dan RAD-PG, kementerian/
lembaga, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota dapat bekerja sama dengan Pemangku
www.peraturan.go.id
-9- 2017, No.188
BAB IV
PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN
Pasal 18
(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertanian selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan
Pangan melakukan evaluasi pelaksanaan KSPG.
(2) Evaluasi pelaksanaan KSPG sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilakukan paling sedikit 5 (lima) tahun sekali
atau pada akhir periode KSPG.
Pasal 19
(1) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAN-PG
dilakukan oleh kementerian/lembaga sesuai kewenangan
masing-masing.
(2) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan RAD-PG provinsi
dan kabupaten/kota dilakukan oleh
kementerian/lembaga, Gubernur, Bupati dan/atau
Walikota sesuai kewenangan masing-masing.
(3) Menteri/kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan
nasional mengoordinasikan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan RAN-PG dan RAD-PG provinsi dan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2).
(4) Pedoman pemantauan dan evaluasi RAN-PG dan RAD-PG
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) diatur lebih lanjut dengan peraturan menteri/kepala
lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perencanaan pembangunan nasional.
Pasal 20
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertanian selaku Ketua Harian Dewan Ketahanan
www.peraturan.go.id
2017, No.188
-10-
Pasal 21
(1) Bupati dan Walikota menyampaikan laporan pelaksanaan
RAD-PG kabupaten/kota kepada Gubernur, sekali dalam
1 (satu) tahun dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(2) Gubernur menyampaikan laporan pelaksanaan RAD-PG
provinsi kepada menteri/kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional sekali dalam 1
(satu) tahun dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(3) Menteri/kepala lembaga terkait menyampaikan laporan
pelaksanaan RAN-PG kepada menteri/kepala lembaga
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional sekali dalam 1
(satu) tahun dan sewaktu-waktu apabila diperlukan.
(4) Menteri/kepala lembaga yang menyelenggarakan urusan
di bidang perencanaan pembangunan nasional
menyampaikan laporan mengenai pelaksaan RAN-PG dan
RAD-PG kepada Presiden sekali dalam 1 (satu) tahun dan
sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pasal 22
(1) KSPG dapat dilakukan peninjauan kembali berdasarkan:
a. hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (1); dan/atau
b. perubahan kebijakan perencanaan pembangunan
jangka menengah nasional.
(2) Peninjauan kembali KSPG sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pertanian selaku Ketua
Harian Dewan Ketahanan Pangan.
(3) Hasil peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menjadi bahan pertimbangan perubahan KSPG
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.
www.peraturan.go.id
-11- 2017, No.188
Pasal 23
(1) RAN-PG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dapat
dilakukan peninjauan kembali berdasarkan:
a. hasil pemantauan dan evaluasi RAN-PG; dan/atau
b. perubahan KSPG.
(2) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh menteri/kepala lembaga yang
menyelenggarakan urusan di bidang perencanaan
pembangunan nasional.
(3) Hasil peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menjadi bahan pertimbangan perubahan RAN-
PG.
Pasal 24
(1) RAD-PG provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
dapat dilakukan peninjauan kembali berdasarkan:
a. hasil pemantauan dan evaluasi RAD-PG provinsi;
b. perubahan KSPG; dan/atau
c. perubahan RAN-PG.
(2) RAD-PG kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 dapat dilakukan peninjauan kembali
berdasarkan:
a. hasil pemantauan dan evaluasi RAD-PG
kabupaten/kota;
b. perubahan KSPG;
c. perubahan RAN-PG; dan/atau
d. perubahan RAD-PG provinsi.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) dilakukan oleh:
a. gubernur untuk RAD-PG provinsi; dan
b. bupati/walikota untuk RAD-PG kabupaten/kota.
(4) Hasil peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) menjadi bahan pertimbangan bagi:
a. gubernur untuk melakukan perubahan RAD-PG
provinsi; dan
b. bupati/walikota untuk melakukan perubahan RAD-
PG kabupaten/kota.
www.peraturan.go.id
2017, No.188
-12-
BAB V
PENDANAAN
Pasal 25
Pelaksanaan KSPG dibebankan kepada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, serta sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
www.peraturan.go.id
-13- 2017, No.188
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 18 Agustus 2017
ttd
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Agustus 2017
ttd.
YASONNA H. LAOLY
www.peraturan.go.id
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN
2014
SEIMBANG
MEMUTUSKAN ...
-3-
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
Pedoman Gizi Seimbang bertujuan untuk memberikan panduan konsumsi
makanan sehari-hari dan berperilaku sehat berdasarkan prinsip konsumsi
anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik, dan memantau
berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan berat badan
normal.
Pasal 2
Pedoman Gizi Seimbang sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
Pedoman Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 digunakan
sebagai acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/kota, tenaga kesehatan, dan pihak lain yang terkait dalam
penyelenggaraan gizi seimbang.
Pasal 4
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/kota bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan Gizi
Seimbang.
(2) Penyelenggaraan Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dengan melibatkan masyarakat.
Pasal 5
(1) Pendanaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan Gizi Seimbang
dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau sumber lain yang
sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penyelenggaraan Gizi Seimbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa kegiatan, antara lain:
a. sosialisasi;
b. pendidikan dan pelatihan;
c. penyuluhan;
d. konseling; dan
e. demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang.
Pasal ...
-4-
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Juli 2014
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Agustus 2014
ttd
AMIR SYAMSUDIN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat
kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini
dipengaruhi oleh keadaan gizi.
Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizi. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan
kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi
asupan gizi sehingga akan mempengaruhi kesehatan individu dan
masyarakat. Gizi yang optimal sangat penting untuk pertumbuhan
normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak-anak, serta
seluruh kelompok umur. Gizi baik membuat berat badan normal atau
sehat, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja
meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Agar
tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau
penyakit tidak menular terkait gizi, maka pola makan masyarakat perlu
ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang. Keadaan gizi yang baik
dapat meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.
Gizi yang tidak optimal berkaitan dengan kesehatan yang buruk, dan
meningkatkan risiko penyakit infeksi, dan penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah,
hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker yang merupakan penyebab
utama kematian di Indonesia. Lebih separuh dari semua kematian di
Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.
Sebagian besar penyakit tidak menular terkait-gizi di atas berasosiasi
dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh
kelebihan gizi. Data Riskesdas 2007, 2010, 2013 memperlihatkan
kecenderungan prevalensi obese (IMT > 27) semua kelompok umur. Anak
balita 12,2%, 14% dan 11,9%; usia 6-19 tahun (Riskesdas 2007, 2010)
naik dari 5,2% menjadi 5,9%; orang dewasa dan usia lanjut (Riskesdas
2007, 2010) naik dari 21,3% menjadi 22,8%. Pada Riskesdas 2013 laki-
laki obese 19,7% dan perempuan 32,9% [Depkes, 2008; Kemenkes, 2010,
2013]. Kelebihan gizi ini timbul akibat kelebihan asupan makanan dan
-6-
minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula dan garam; tetapi
kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan
serealia utuh, serta kurang melakukan aktivitas fisik.
Konsumsi pangan masyarakat masih belum sesuai dengan pesan gizi
seimbang. Hasil penelitian Riskesdas 2010 menyatakan gambaran
sebagai berikut. Pertama, masih banyak penduduk yang tidak cukup
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan. Berdasarkan Riskesdas 2013,
93,5% penduduk usia di atas 10 tahun mengonsumsi sayuran dan buah-
buahan masih di bawah anjuran. Kedua, kualitas protein yang
dikonsumsi rata-rata perorang perhari masih rendah karena sebagian
besar berasal dari protein nabati seperti serealia dan kacang-kacangan.
Ketiga, konsumsi makanan dan minuman berkadar gula tinggi, garam
tinggi dan lemak tinggi, baik pada masyarakat perkotaan maupun
perdesaan, masih cukup tinggi. Keempat, asupan air pada remaja masih
rendah. Kelima, cakupan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI
Eksklusif) pada bayi 0-6 bulan masih rendah (61,5%).
Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih
memiliki masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus
(wasting) anak balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%.
Sedangkan kecenderungan prevalensi anak balita pendek (stunting)
sebesar 36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi gizi kurang (underweight)
berturut-turut 18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi kurus anak sekolah
sampai remaja berdasarkan Riskesdas 2010 sebesar 28,5%.
Pengaruh kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu
sejak janin sampai anak berumur dua tahun, tidak hanya terhadap
perkembangan fisik, tetapi juga terhadap perkembangan kognitif yang
pada gilirannya berpengaruh terhadap kecerdasan dan ketangkasan
berpikir serta terhadap produktivitas kerja. Kekurangan gizi pada masa
ini juga dikaitkan dengan risiko terjadinya penyakit kronis pada usia
dewasa, yaitu kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,
hipertensi, stroke dan diabetes.
Pencegahan timbulnya masalah gizi tersebut, memerlukan kegiatan
sosialisasi pedoman Gizi Seimbang yang bisa dijadikan sebagai panduan
makan, beraktivitas fisik, hidup bersih dan memantau berat badan secara
teratur untuk mempertahankan berat badan normal.
Dalam upaya mengoptimalkan penyampaian pesan Gizi Seimbang
kepada masyarakat, diperlukan komunikasi, informasi dan edukasi yang
tepat dan berbasis masyarakat. Pendidikan dan penyuluhan gizi dengan
menggunakan slogan 4 Sehat 5 Sempurna yang dimulai 1952, telah
berhasil menanamkan pengertian tentang pentingnya gizi dan kemudian
merubah perilaku konsumsi masyarakat. Prinsip 4 Sehat 5 Sempurna
-7-
yang diperkenalkan oleh Bapak Gizi Indonesia Prof. Poorwo Soedarmo
yang terinspirasi dari Basic Four Amerika Serikat yang mulai
diperkenalkan pada era 1940an adalah menu makanan yang terdiri dari
makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan, serta minum
susu untuk menyempurnakan menu tersebut. Namun slogan tersebut
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu dan permasalahan
gizi dewasa ini sehingga perlu diperbarui dengan slogan dan visual yang
sesuai dengan kondisi saat ini. Prinsip Nutrition Guide for Balanced Diet
hasil kesepakatan konferensi pangan sedunia di Roma Tahun 1992
diyakini akan mampu mengatasi beban ganda masalah gizi, baik
kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia prinsip tersebut dikenal
dengan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan mendasar antara slogan 4
Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah: Konsumsi
makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah
(porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur.
Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu
anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan memantau
berat badan secara teratur untuk mempertahankan berat badan normal.
Perubahan perilaku tersebut sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan
sosialisasi, pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada masyarakat
serta kegiatan konseling, demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang.
Keberhasilan kegiatan tersebut sangat ditentukan oleh peran Pemerintah
baik tingkat Pusat maupun Daerah dan peran serta Masyarakat secara
aktif. Keberhasilan juga dipengaruhi oleh faktor tenaga, sarana, sumber
daya, metode, media dan berkelanjutan.
Agar kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, penyuluhan,
konseling, demo percontohan dan praktik Gizi Seimbang dapat
dilaksanakan dengan optimal perlu adanya kejelasan tugas dan tanggung
jawab petugas dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Selain itu perlu
ditekankan pentingnya peran aktif pemangku kepentingan kesehatan
yang lain dalam melaksanakan kegiatan untuk merubah sikap dan
praktik kesehatan dan gizi masyarakat, termasuk peran instansi lain
seperti Pendidikan dan Kebudayaan, Agama, BKKBN, Pertanian, Dalam
Negeri, Perindustrian, Perdagangan, Kelautan dan Perikanan, Sektor
Swasta dan Masyarakat.
-8-
B. Pengertian
1. Gizi Seimbang
Susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur
dalam rangka mempertahankan berat badan normal untuk
mencegah masalah gizi.
2. Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan/atau pembuatan makanan dan minuman.
3. Keanekaragaman pangan
Keanekaragaman pangan adalah anekaragam kelompok pangan yang
terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan
dan air serta beranekaragam dalam setiap kelompok pangan.
4. Makanan beragam
Berbagai makanan yang dikonsumsi beragam baik antar kelompok
pangan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah) maupun dalam
setiap kelompok pangan.
Masing-masing contoh jenis pangan dari berbagai kelompok pangan
adalah sebagai berikut :
a. Makanan pokok antara lain: Beras, kentang, singkong, ubi jalar,
jagung, talas, sagu, sukun. Berikut ini tabel Kelompok Makanan
Pokok sebagai Sumber Karbohidrat beserta padanan porsinya :
Kandungan zat gizi per porsi nasi kurang lebih seberat 100 gram,
yang setara dengan ¾ gelas adalah: 175 Kalori, 4 gram Protein
dan 40 gram Karbohidrat.
-9-
Daftar pangan sumber karbohidrat sebagai penukar 1 (satu)
porsi nasi:
Ukuran Rumah Tangga Berat dalam
Nama Pangan
(URT) Gram
Bihun ½ Gelas 50
Biskuit 4 Buah Besar 40
Havermut 5 ½ Sendok 45
Jagung Segar Besar 3 Buah 125
Kentang Sedang 210
Kentang Hitam 2 Buah Sedang 125
Maizena 12 Biji 50
Makaroni 10 Sendok Makan 50
Mie Basah ½ Gelas 200
Mie Kering 2 Gelas 50
Nasi Beras Giling 1 Gelas 100
putih ¾ Gelas
Nasi Beras Giling 100
Merah ¾ Gelas
Nasi Beras Giling 100
¾ Gelas
Hitam
100
Nasi Beras ½ Giling
¾ Gelas 100
Nasi Ketan Putih
¾ Gelas 70
Roti Putih
3 Iris 70
Roti Warna Coklat
3 Iris 120
Singkong
1 ½ Potong 150
Sukun
3 Potong Sedang 125
Talas
½ Biji Sedang 100
Tape Beras Ketan
5 Sendok Makan 100
Tape Singkong
1 Potong Sedang 50
Tepung Tapioca
8 Sendok Makan 50
Tepung Beras
8 Sendok Makan 50
Tepung Hunkwe
10 Sendok Makan 50
Tepung Sagu
8 Sendok Makan 50
Tepung Singkong
5 Sendok Makan 50
Tepung Terigu
5 Sendok Makan 135
Ubi Jalar Kuning
1 Biji Sedang 30
Kerupuk
3 Biji Sedang
Udang/Ikan
-10-
b. Lauk pauk sumber protein antara lain: Ikan, telur, unggas,
daging, susu dan kacang-kacangan serta hasil olahannya (tahu
dan tempe). Berikut ini tabel Kelompok Lauk Pauk Sebagai
Sumber Protein Nabati dan Tabel Kelompok Lauk Pauk Sumber
Protein Hewani beserta padanan porsinya :
1) Kandungan zat gizi satu (1) porsi terdiri dari satu (1) potong
sedang Ikan segar seberat 40 gram adalah 50 Kalori, 7 gram
Protein dan 2 gram lemak.
a) Daftar lauk pauk sumber Protein hewani sebagai
penukar 1 porsi Ikan segar adalah:
Ukuran
Bahan Berat dalam
RumahTangga
makanan gram
(URT)
Daging sapi 1 potong sedang 35
Daging ayam 1 potong sedang 40
Hati Sapi 1 potong sedang 50
Ikan Asin 1 potong kecil 15
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20
Telur Ayam 1 butir 55
Udang Basah 5 ekor sedang 35
Ukuran Rumah
Bahan Berat dalam
Tangga
makanan gram
(URT)
Susu sapi 1 gelas 200
Susu kerbau ½ gelas 100
Susu kambing ¾ gelas 185
Tepung sari 3 sendok makan 20
kedele
Tepung susu 4 sendok makan 20
whole
4 sendok makan 20
Tepung susu
krim
-12-
2) Menurut kandungan Lemak, Kelompok Lauk Pauk dibagi
menjadi 3 golongan :
Ukuran Rumah
Bahan Berat dalam
Tangga
Makanan gram
(URT)
Babat 1 potong sedang 40
Cumi-cumi 1 ekor kecil 45
Daging asap 1 lembar 20
Daging ayam 1 potong sedang 40
Daging kerbau 1 potong sedang 35
Dendeng sapi 1 potong sedang 15
Gabus kering 1 ekor kecil 10
Hati sapi 1 potong sedang 50
Ikan asin 1 potong sedang 15
kering Ikan 1/3 ekor besar 35
kakap Ikan 1/3 ekor sedang 30
kembung Ikan 1/3 ekor sedang 40
lele 1/3 ekor sedang 45
Ikan mas 1/3 ekor sedang 30
Ikan mujair 1 ekor kecil 35
Ikan peda ½ ekor sedang 25
Ikan pindang 1 potong sedang 40
Ikan segar 1 sendok makan 20
Ikan teri kering 1 potong sedang 20
Ikan cakalang
asin ½ gelas 90
Kerang 1 potong sedang 35
Ikan lemuru 2 ½ butir 65
Putih telur
ayam 2 sendok makan 10
Rebon kering 2 sendok makan 45
Rebon basah 1 ekor 20
Selar kering 1 potong sedang 20
Sepat kering 1/3 gelas 20
Teri nasi 5 ekor sedang 35
Udang segar
-13-
b) Golongan B: Lemak sedang
Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu)
satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 5
gram lemak dan 75 Kalori:
Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya
merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang
keluar dan zat gizi yang masuk dengan memantau berat badan secara
teratur.
Tabel Indeks Masa Tubuh (IMT) dan Kartu Menuju Sehat (KMS)
a. Grafik indeks masa tubuh (IMT) orang dewasa
-21-
Misalkan :
Seseorang umur 20 tahun dengan berat badan 63 kg dan tinggi
160 cm
Kategori IMT
Kekurangan berat badan
Sangat Kurus < 17,0
tingkat berat
Kekurangan berat badan
Kurus 17 - < 18,5
tingkat ringan
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan
> 25,0-27,0
(Overweight) tingkat ringan
Kelebihan berat badan
Obese > 27,0
tingkat berat
-22-
Jika seseorang termasuk kategori :
Perhatian
Seseorang yang termasuk kategori kekurangan berat
badan tingkat ringan (KEK ringan) sudah perlu mendapat
perhatian untuk segera menaikkan berat badannya.
Perhatian
Seseorang dengan IMT di atas 25,0 harus berhati-hati
agar berat badan tidak naik. Dianjurkan untuk segera
menurunkan berat badan dalam batas normal.
-23-
b. Grafik pertumbuhan dan perkembangan balita
-24-
-25-
-26-
-27-
B. Gizi Seimbang untuk Berbagai Kelompok
1. Gizi Seimbang untuk ibu hamil
Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak
dibandingkan dengan keadaan tidak hamil. Hal ini disebabkan
karena selain untuk ibu zat gizi dibutuhkan bagi janin. Janin
tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang
dikonsumsi oleh ibu dan dari simpanan zat gizi yang berada di dalam
tubuh ibu. Selama hamil seorang ibu harus menambah jumlah dan
jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan
pertumbuhan bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayi
serta untuk memproduksi ASI
Oleh karena itu Gizi Seimbang untuk ibu hamil harus memenuhi
kebutuhan gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan janin. Prinsip pertama Gizi Seimbang yaitu
mengonsumsi anekaragam pangan secara seimbang jumlah dan
proporsinya tetap diterapkan.
Berbeda dengan sel lemak dan zat besi kebutuhan bayi akan
vitamin B dan vitamin C yang dipenuhi melalui produksi ASI tidak
dapat diambil dari persediaan yang ada dalam tubuh ibu, melainkan
harus dipenuhi dari konsumsi pangan ibu setiap hari.
A. Pesan Umum
Pesan umum ini berlaku untuk usia dewasa dari berbagai lapisan
masyarakat dalam kondisi sehat, dan untuk mempertahankan hidup
sehat.
a. Konsumsi gula
Gula yang dikonsumsi melampaui kebutuhan akan
berdampak pada peningkatan berat badan, bahkan jika
dilakukan dalam jangka waktu lama secara langsung akan
meningkatkan kadar gula darah dan berdampak pada terjadinya
diabetes type-2, bahkan secara tidak langsung berkontribusi
pada penyakit seperti osteoporosis, penyakit jantung dan
kanker.
b. Konsumsi garam
Rasa asin yang berasal dari makanan adalah karena
kandungan garam (NaCl) yang ada dalam makanan tersebut.
Konsumsi natrium yang berlebihan akan mempengaruhi
kesehatan terutama meningkatkan tekanan darah. Daftar
makanan tinggi natrium adalah sebagai berikut:
1) Bahan Penyedap
Ukuran
Kandungan
Nama Makanan Rumah
Natrium
Tangga (URT)
Garam Meja 1 Sendok Teh 2000 mg
Acar Bawang Merah 1 Sendok Teh 1620 mg
Acar bawang Putih 1 Sendok Teh 1850 mg
MSG (Vetsin) 1 Sendok Teh 492 mg
Kecap 1 Sendok Teh 343 mg
Meat Tenderizer (Pelunak 1 Sendok Teh 1750 mg
Daging)
-39-
2) Makanan Siap Saji
c. Konsumsi lemak
Lemak yang terdapat didalam makanan, berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A,
D, E dan K serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak
dan minyak dalam hidangan sehari-hari dianjurkan tidak lebih
dari 25% kebutuhan energi, jika mengonsumsi lemak secara
berlebihan akan mengakibatkan berkurangnya konsumsi
makanan lain. Hal ini disebabkan karena lemak berada didalam
-40-
sistem pencernaan relatif lebih lama dibandingkan dengan
protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa
kenyang yang lebih lama.
2) Lemak Jenuh
Satu satuan penukar mengandung 50 Kkal dan 5 gram
lemak
Daftar Pustaka :
a) FKUI, Daftar Bahanan Makan Penukar Balai Penerbit
FKUI Jakarta 1997
b) Almatsier, Editor, Penuntun Diet Instalasi Gizi RS Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia PT.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2007
-42-
d. Biasakan Sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan
antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian
kebutuhan gizi harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif.
Lima (5) langkah cara mencuci tangan pakai sabun yang baik
dan benar:
1) Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih mengalir
2) Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela jari-jari
3) Bersihkan bagian bawah kuku-kuku
4) Bilas dengan air bersih mengalir
5) Keringkan tangan dengan handuk/tissu atau keringkan
dengan udara/dianginkan
FREKUENSI
MINGGU JARAK (km) DURASI (menit)
Per minggu
1 0.8 14:00 3-4
2 1.6 22:00 3-4
3 1.6 21:00 3-4
4 2.4 26:00 3-4
5 2.4 24:00 4-5
6 3.2 32:00 4-5
7 3.2 31:00 4-5
8 4.0 38:00 4-5
9 3.2&4.0 27:30&33:30 3&2
10 4.0&4.8 33:15&40:00 3&2
11 4.0&4.8 33:00&40:00 3&2
12 4.8 40:00 5
-47-
3) Contoh Program Jalan Kaki bagi Perempuan Dewasa Sehat
FREKUENSI
MINGGU JARAK (km) DURASI (menit)
Per minggu
1 0.8 15:00 3-4
2 1.6 23:00 3-4
3 1.6 22:00 3-4
4 2.4 27:00 3-4
5 2.4 25:00 4-5
6 3.2 33:00 4-5
7 3.2 32:00 4-5
8 4.0 39:00 4-5
9 3.2&4.0 28:30&34:30 3&2
10 4.0&4.8 34:15&41:00 3&2
11 4.0&4.8 34:00&41:00 3&2
12 4.8 41:00 5
Daftar Pustaka :
Peningkatan Kebugaran Jasmani di Tempat Kerja, Direktorat
Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga, Ditjen Bina Gizi dan KIA
Kemenkes RI Tahun 2012
Keterangan :
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
B. Pesan Khusus
Ikan, daging, hati dan tempe adalah jenis pangan yang baik
untuk ibu hamil karena kandungan zat besinya tinggi. Ibu hamil
juga disarankan untuk mengonsumsi satu tablet tambah darah
perhari selama kehamilan dan dilanjutkan selama masa nifas.
1) Makanan Lumat
Bahan :
15 gr (1,5 sdm) tepung beras
10 gr (1 sdm) kacang hijau, rebus, haluskan
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
20 gr daun bayam, iris halus
Cara membuat :
(1) Rebus kacang hijau dan daun bayam, saring
dengan saringan atau blender halus, sisihkan.
(2) Campurkan sedikit air hangat dengan tepung
beras hingga larut,
(3) Tambahkan hasil saringan nomor 1, aduk rata.
Nilai gizi :
-63-
Energi : 152,7 kkal Fe : 1,5 mg
Protein : 3,3 gr Vitamin A : 104,0 µg
Lemak : 7,8 gr Vitamin C : 7,3 mg
KH : 18,9 gr Zink : 0,6 mg
Bahan :
15 gr beras merah/ 30 gr nasi beras merah
10 gr (1 sdm datar) ikan, haluskan
10 gr (1 sdm) kacang tolo, haluskan
20 gr daun bayam, iris tipis
1 sdt minyak kelapa
50 gr (1 buah sedang) jeruk manis, ambil airnya,
sisihkan
Cara membuat :
(1) Masak beras merah hingga matang
(2) Masukkan ikan, kacang tolo, aduk hingga matang
(3) Sesaat sebelum matang, masukkan daun bayam,
minyak kelapa, aduk hingga matang
(4) Angkat, hidangkan dengan perasan air jeruk
Nilai gizi :
Energi : 150 kkal Fe : 1,2 mg
Protein : 4,9 gr Vitamin A : 110,8 µg
Lemak : 6,0 gr Vitamin C : 33,1 mg
KH : 20,7 gr Zink : 0,6 mg
Lengkap) Bahan :
15 gr (1 1/2 sdm) tepung jagung
10 gr (1 sdm) ikan, haluskan
5 gr (1 sdt) tempe, haluskan
25 gr pisang kepok, potong
kecil 20 gr daun kangkung, iris
tipis 1 sdt minyak kelapa
Air matang secukupnya
-64-
Cara membuat :
(1) Ikan, tempe, pisang, rebus hingga matang.
(2) Sesaat akan matang, masukkan daun kangkung,
angkat lalu saring
(3) Cairkan tepung jagung dengan sedikit air, lalu
masak dengan air dan tambahkan minyak.
(4) Setelah matang dan kental, masukkan hasil
saringan no 2, aduk hingga rata, siap
dihidangkan.
Nilai gizi :
Energi : 150 kkal Fe : 1,1 mg
Protein : 4,6 gr Vitamin A : 93,3 µg
Lemak : 6,3 gr Vitamin C : 7,8 mg
KH : 20,6 gr Zink : 0,5 mg
Bahan :
30 gr singkong putih, rebus dan haluskan
10 gr (1 sdm datar) daging ikan, cincang halus
10 gr (1 sdm datar) tahu, haluskan
20 gr daun bayam, potong halus
1 1/2 sdt minyak kelapa
100 cc (1/2 gelas belimbing) kaldu asli
50 gr jeruk manis, ambil sarinya, sisihkan
Bahan :
40 gr kentang, rebus dan haluskan
10 gr (1 sdm datar) ikan segar cincang halus
5 gr (1 sdt) kacang merah, rebus dan haluskan
20 gr labu siam
75 cc (1/3 gelas belimbing)
santan Air secukupnya
30 gr pepaya, haluskan, sisihkan
Cara membuat :
(1) Campur kentang, ikan segar, kacang merah
dengan sedikit air, didihkan sambil diaduk.
(2) Masukkan santan sedikit demi sedikit, aduk
terus
(3) Sesaat akan matang tambahkan labu siam,
aduk
(4) Setelah matang, angkat. Dapat disaring dengan
saringan atau di blender
(5) Hidangkan dengan saos pepaya
Nilai gizi :
Energi : 155,9 kkal Fe : 1,6 mg
Protein : 4,6 gr Vitamin A : 112,4 µg
Lemak : 8,2 gr Vitamin C : 42,1 mg
KH : 17,9 gr Zink : 0,3 mg
2) Makanan Lembik
Bahan :
50 gr nasi aron
10 gr ikan haluskan
20 gr tempe haluskan
15 gr kangkung
10 gr tomat
1 sdt minyak kelapa
-66-
75 cc (1/3
gelas belimbing) kaldu
50 gr pepaya, haluskan
Cara membuat :
(1) Masukkan nasi aron, ikan, tempe, minyak
kelapa ke dalam mangkok tim
(2) Tambahkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Masukkan kangkung dan tomat, tim hingga
matang
(4) Angkat, sajikan dengan saos pepaya
Nilai gizi :
Energi : 187,5 kkal Fe : 1,0 mg
Protein : 7,9 gr Vitamin A : 124,7 µg
Lemak : 7,2 gr Vitamin C : 36,7 mg
KH : 24,0 gr Zink : 0,7 mg
Lengkap) Bahan :
50 gr pupil jagung muda, tumbuk kasar
20 gr ikan, haluskan
25 gr tahu, haluskan
15 gr daun kangkung
10 gr tomat, buang kulitnya
1 sdt minyak kelapa
75 cc (1/3 gelas belimbing) kaldu
50 gr melon, ambil sarinya
Cara membuat :
(1) Letakkan jagung muda, ikan, tahu dalam wadah
tim
(2) Masukkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Tambahkan kangkung, tomat, minyak kelapa,
tim hingga matang
(4) Angkat, sajikan dengan saos melon
Nilai gizi :
Energi : 165,1 kkal Fe : 2,3 mg
Protein : 8,4 gr Vitamin A : 82,8 µg
Lemak : 7,7 gr Vitamin C : 11,6 mg
KH : 18,5 gr Zink : 0,6 mg
-67-
(c) Tim Menado Pisang (MP-ASI Lengkap)
Bahan :
25 gr jagung muda, tumbuk kasar
25 gr labu kuning, potong dadu
25 gr pisang ambon, potong tipis
20 gr ikan segar, cincang
25 gr tahu, potong-potong
15 gr daun kangkung, iris tipis
10 gr tomat, buang kulit
1 sdt minyak kelapa
75 cc (1/3 gelas belimbing) kaldu
Cara membuat :
(1) Letakkan jagung muda, labu kuning, ikan segar,
tahu pada mangkok tim
(2) Tambahkan air kaldu, tim hingga matang
(3) Masukkan pisang ambon, daun kangkung,
tomat, minyak kelapa, tim hingga matang
(4) Angkat, siap dihidangkan
Nilai gizi :
Energi : 151,7 kkal Fe : 2,1 mg
Protein : 7,8 gr Vitamin A : 165,3 µg
Lemak : 7,6 gr Vitamin C : 11,9 mg
KH : 16,2 gr Zink : 0,6 mg
Bahan :
20 gr beras merah, masak dengan air hingga lunak
20 gr ikan segar, cincang
15 gr wortel, parut
10 gr tomat, buang kulitnya
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
Dapat ditambahkan daun bawang, seledri, bawang
bombay
Cara membuat :
(1) Letakkan nasi merah, ikan segar pada wadah
tim
(2) Tambahkan santan, tim hingga matang
-68-
(3) Tambahkan wortel dan tomat, tim hingga
matang
(4) Siap dihidangkan
Nilai gizi :
Energi : 176,8 kkal Fe : 1,3 mg
Protein : 6,1 gr Vitamin A : 250,4 µg
Lemak : 8,6 gr Vitamin C : 3,7 mg
KH : 19,7 gr Zink : 0,8 mg
Bahan :
50 gr nasi aron
15 gr tempe, iris tipis
20 gr labu siam, iris tipis
10 gr tomat, buang kulitnya
75 cc (1/3 gelas belimbing) santan encer
Dapat ditambahkan daun bawang, seledri, bawang
bombay
Cara membuat :
(1) Letakkan nasi aron, tempe pada wadah tim
(2) Tambahkan santan encer dan bumbu, tim
hingga matang
(3) Tambahkan labu siam dan tomat, tim hingga
matang
(4) Angkat, siap dihidangkan
Nilai gizi :
Energi : 189,6 kkal Fe : 1,1 mg
Protein : 5,1 gr Vitamin A : 14,6 µg
Lemak : 8,9 gr Vitamin C : 3,9 mg
KH : 21,6 gr Zink : 0,8 mg
Daftar Pustaka :
(1) Modul Pelatihan Konseling PMBA, Kemenkes
dan UNICEF Tahun 2012
(2) Pedoman Pemberian MP-ASI Berbasis Pangan
Lokal, Direktorat Bina Gizi, Ditjen Bina Gizi dan
KIA Tahun 2013
-69-
5. Pesan Gizi Seimbang untuk anak usia 2 – 5 Tahun
a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam) bersama
keluarga
Dalam upaya memenuhi kebutuhan zat gizi selama sehari
dianjurkan agar anak makan secara teratur 3 kali sehari dimulai
dengan sarapan atau makan pagi, makan siang dan makan
malam. Selain makan utama 3 kali sehari anak usia ini juga
dianjurkan untuk mengonsumsi makanan selingan sehat. Untuk
menghindarkan/mengurangi anak-anak mengonsumsi makanan
yang tidak sehat dan tidak bergizi dianjurkan agar selalu makan
bersama keluarga. Sarapan setiap hari penting terutama bagi
anak-anak karena mereka sedang tumbuh dan mengalami
perkembangan otak yang sangat tergantung pada asupan
makanan secara teratur.
Kosumsi ikan, telur dan susu bagi kelompok anak usia 6-9
tahun sangat membantu untuk pertumbuhan dan perkembangan
serta peningkatan daya ingat dan kognitif di sekolah.
g. Hindari merokok
Merokok sebenarnya merupakan kebiasaan dan bukan
merupakan kebutuhan, seperti halnya makan atau minum. Oleh
karena itu kebiasaan merokok dapat dihindari kalau ada upaya
sejak dini. Merokok juga bisa membahayakan orang lain
(perokok pasif). Banyak penelitian menunjukkan bahwa merokok
berakibat tidak baik bagi kesehatan misalnya kesehatan paru-
paru dan kesehatan reproduksi. Pada saat merokok sebenarnya
paru-paru terpapar dengan hasil pembakaran tembakau yang
bersifat racun. Racun hasil pembakaran rokok akan dibawa oleh
darah dan akan menyebabkan gangguan fungsi pada alat
reproduksi.
1) Bahan Penyedap
Ukuran Rumah Kandungan
Nama Makanan
Tangga (URT) Natrium
Garam Meja 1 Sendok Teh 2000 mg
Acar Bawang Merah 1 Sendok Teh 1620 mg
Acar bawang Putih 1 Sendok Teh 1850 mg
MSG (Vetsin) 1 Sendok Teh 492 mg
Kecap 1 Sendok Teh 343 mg
Meat Tenderizer 1 Sendok Teh 1750 mg
(Pelunak Daging)
Kandungan
Nama Makanan Berat dalam Gram
Natrium
Chicken Breast 210 1340 mg
Sandwich
Double Beef Whopper 374 1535 mg
and Cheese
Ham and Cheese 230 1534 mg
Hot dog 100 830 mg
Roasted Beef 247 1288 mg
Super Hot Dog with 196 1605 mg
Cheese
-80-
BAB IV
A. Slogan
Slogan adalah susunan beberapa kata menjadi suatu frasa yang
singkat mempunyai makna, mudah diungkapkan dan dipahami. Slogan
gizi adalah slogan yang mengandung makna tujuan jangka panjang atau
visi perbaikan atau pembangunan gizi.
Ada dua visual Gizi Seimbang, yaitu 1) Tumpeng Gizi Seimbang dan 2)
Piring Makanku, Sajian Sekali Makan. Tumpeng Gizi Seimbang
dimaksudkan sebagai gambaran dan penjelasan sederhana tentang
panduan porsi (ukuran) makanan dan minum serta aktifitas fisik sehari-
hari, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan serta
memantau berat badan. Tumpeng Gizi Seimbang yang baru ini
merupakan penyempurnaan dari tumpeng Gizi Seimbang yang
sebelumnya, setelah mendapat masukan dari berbagai pihak termasuk
ujicoba lapangan kepada petugas kesehatan dan non kesehatan ditingkat
kecamatan dan para kader dan peserta posyandu.
-82-
Dalam Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) ada empat lapis berurutan dari
bawah ke atas, dan semakin ke atas semakin kecil. Empat lapis artinya
Gizi Seimbang didasarkan pada prinsip 4 pilar yaitu konsumsi
beranekaragam pangan, aktifitas fisik, kebersihan diri, dan pemantaun
berat badan untuk mempertahankan berat badan normal. Semakin ke
atas ukuran tumpeng semakin kecil berarti pangan pada lapis paling atas
yaitu gula, garam dan lemak dibutuhkan sedikit sekali atau perlu
dibatasi. Pada setiap kelompok pangan dituliskan berapa jumlah porsi
setiap kelompok pangan yang dianjurkan. Misalnya pada kelompok
sayuran tertulis 3-4 porsi sehari, artinya sayuran dianjurkan dikonsumsi
oleh remaja atau dewasa sejumlah 3-4 mangkuk sehari. Satu mangkuk
sayuran beratnya sekitar 75 gram, sehingga perlu makan sayur sekitar
300 gram sehari. Sebelah kanan tumpeng ada tanda tambah (+) diikuti
dengan visual segelas air putih dan tulisan 8 gelas. Ini artinya dalam
sehari setiap orang remaja atau dewasa dianjurkan untuk minum air
putih sekitar 8 gelas sehari.
Selain makanan dan minuman dalam visual TGS ini juga ada pesan
cuci tangan sebelum dan sesudah makan yang divisualkan oleh gambar
cuci tangan menggunakan air mengalir; juga berbagai siluet aktifitas fisik
(termasuk olahraga), dan kegiatan menimbang berat badan. Kegiatan
fisik dianjurkan untuk dilakukan paling tidak tiga kali seminggu dan
memantau berat badan setiap bulan.
-83-
PIRING MAKANKU: SAJIAN SEKALI MAKAN, dimaksudkan sebagai
panduan yang menunjukkan sajian makanan dan minuman pada setiap
kali makan (misal sarapan, makan siang dan makan malam). Visual Piring
Makanku ini menggambarkan anjuran makan sehat dimana separoh
(50%) dari total jumlah makanan setiap kali makan adalah sayur dan
buah, dan separoh (50%) lagi adalah makanan pokok dan lauk-pauk.
Piring Makanku juga menganjurkan makan bahwa porsi sayuran harus
lebih banyak dari porsi buah, dan porsi makanan pokok lebih banyak dari
porsi lauk-pauk. Piring makanku juga menganjurkan perlu minum setiap
kali makan, bisa sebelum, ketika atau setelah makan. Meskipun gambar
gelas hanya satu buah dalam visual ini, tidak berarti bahwa minum dalam
satu kali makan hanya satu gelas, bisa saja disesuaikan dengan
kebutuhan, misalnya segelas sebelum makan dan segelas lagi setelah
makan.
Makan dan minum tidak ada artinya bila tidak bersih dan aman
termasuk tangan dan peralatan makan. Oleh karena itu sejalan dengan
prinsip gizi seimbang makan dalam visual Piring Makanku juga
dianjurkan untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Karena
Piring Makanku adalah panduan setiap kali makan, maka tidak
diperlukan anjuran aktivitas fisik dan pemantauan berat badan. Kedua
hal ini cukup divisualkan pada gambar Tumpeng Gizi Seimbang.
-84-
BAB V
1. Sasaran
Tujuan dari kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
adalah untuk merubah perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan. Agar penyampaian pesan dapat terlaksana dengan
berhasil guna dan berdaya guna (efisien dan efektif) maka tahap
awal dari kegiatan tersebut adalah menentukan siapa sasaran yang
akan dituju. Prinsip dalam menentukan sasaran KIE Gizi Seimbang
adalah “Sasaran bukan hanya sebagai objek saja tetapi juga sebagai
subjek”. Dalam kaitan dengan tujuan KIE Gizi Seimbang untuk
merubah perilaku seluruh lapisan masyarakat, maka sasaran dari
KIE Gizi Seimbang adalah :
a. Sasaran utama :
1) Masyarakat dari berbagai kelompok usia
2) Masyarakat dari berbagai lapisan ekonomi
3) Masyarakat dari berbagai lapisan pendidikan
b. Sasaran antara :
1) Penentu kebijakan
2) Pengelola Program
3) Lembaga Swadaya Masyarakat
4) Kader
5) Organisasi Profesi
6) Media Massa
7) Dunia Usaha
8) Mitra Pembangunan Internasional
9) Lembaga pendidikan:
(a) Sekolah : TK, SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi
(b) Madrasah : RA, MI, MTs., MA, PTAI
(c) Pondok Pesantren
10) Lembaga sosial dankeagamaan
11) Kelompok Komunitas
-85-
2. Metode
Setelah sasaran ditentukan, tahap selanjutnya adalah
menentukan metode yang tepat agar proses penyampaian pesan
dapat berjalan dengan baik dan benar. Metode yang dipilih adalah
metode yang dapat mengembangkan prinsip “komunikasi
partisipatif/komunikasi dua arah” yang dilaksanakan baik secara
formal maupun informal. Jenis metode yang perlu dilaksanakan
dalam KIE Gizi Seimbang adalah :
a. Penyampaian secara langsung yaitu :
1) Social marketing/pemasaran sosial seperti kampanye,
penyuluhan, pencanangan, siaran melalui media,
penyebaran melalui media cetak, penyebar luasan melalui
media sosial misalnya facebook, twitter dan Internet
2) Melalui lomba
3) Sayembara
4) Pengangkatan seorang duta Gizi Seimbang sebagai panutan
untuk memotivasi perubahan perilaku
4. Lingkup Materi
Sesuai dengan tujuan KIE untuk mengubah perilaku maka
lingkup materi sebagai pesan yang akan disampaikan harus jelas,
mudah dipahami, mudah dimengerti dan mudah dipraktekkan.
Dalam kaitan dengan pendidikan Gizi Seimbang yang bertujuan agar
masyarakat berperilaku Gizi Seimbang, materi yang akan
disampaikan meliputi :
-86-
a. Pengertian dan prinsip Gizi Seimbang
b. Pesan Gizi Seimbang baik yang bersifat umum maupun khusus
c. Slogan dan visual Gizi Seimbang
d. Anjuran jumlah porsi dan Contoh-contoh menu sehat dan bergizi
Anak Usia
Anak Usia 1-3 tahun
Bahan Makanan 4-6 tahun
1125 kkal
1600 kkal
Nasi 3p 4p
Sayuran 1,5p 2p
Buah 3p 3p
Tempe 1p 2p
Daging 1p 2p
ASI Dilanjutkan hingga
2 tahun
Susu 1p 1p
Minyak 3p 4p
Gula 2p 2p
-87-
3) Untuk Kelompok Umur 7-9 Tahun dan Anak Usia Sekolah 10-12
tahun
Keterangan:
1. Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal
2. Sayuran 1 porsi = 1 gelas = 100 gr = 25 kkal
3. Buah 1 porsi = 1 buah pisang ambon = 50 gr = 50 kkal
4. Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal
5. Daging 1 porsi = 1 potong sedang = 35 gr = 50 kkal
6. Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal
7. Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal
8. Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm = 20 gr = 75 kkal
9. Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal
10. Gula = 1 sdm = 20 gr = 50 kkal
2. Implementasi
Kegiatan KIE dalam penyampaian pesan Gizi Seimbang
dilaksanakan dengan menggunakan metode yang tepat dan cepat
melalui:
a. Pengembangan KIE - Gizi Seimbang sesuai karakteristik dan
budaya lokal
Kegiatan yang dianjurkan adalah:
1) Menciptakan pesan pesan Gizi Seimbang sesuai prioritas
dengan menggunakan bahasa daerah setempat
2) Memperkenalkan menu makanan sehat dan memodifikasi
menu yang belum memenuhi kaidah gizi seimbang. Contoh:
a) Modifikasi menu: Soto yang menggunakan santan
diganti soto dengan menggunakan perasan air jeruk.
b) Memperkenalkan/mempopulerkan menu sehat: gado-
gado, bubur manado, kapurung, karedok, binte
biluhuta dll.
b. Pemberdayaan dan peningkatan Partisipasi Masyarakat melalui:
1) Pelatihan dan pendidikan bagi pelatih (Training of the
trainer/ToT) :
a) Jenjang ToT :
(1) Pusat : untuk melatih calon konselor Gizi
Seimbang dan pelatih tim propinsi.
(2) Propinsi : untuk melatih calon pelatih tim
kabupaten/kota.
-92-
b) Peserta ToT :
(1) Petugas lintas sektor terkait
(2) Organisasi profesi dan kemasyarakatan.
3) Semiloka/lokakarya/sarasehan.
a) Tujuan kegiatan semiloka/lokakarya/sarasehan adalah
untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi
penentu kebijakan, Tokoh Agama-Tokoh Masyarakat,
organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat & profesi dll dalam penyampaian pesan
Gizi Seimbang kepada masyarakat.
b) Tema, proses dan target hasil yang hendak dicapai
dalam semiloka/loka karya/sarasehan agar
disesuaikan dengan keadaan dan masalah setempat
serta kebutuhan yang mendesak
-93-
4) Pembentukan “Focus Group Discussion (FGD)”/Kelompok
Diskusi Terarah di berbagai tingkatan mulai dari Desa
sampai Kecamatan
a) Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kemampuan dan keterampilan masyarakat agar
mampu menganalisis masalah gizi setempat dan
pemecahannya serta penyampaian pesan Gizi
Seimbang
b) Metode yang digunakan adalah “Partisipasi aktif” yang
berarti seluruh peserta diajak aktif berpartisipasi dalam
diskusi, penyampaian pengalaman dan pendapatnya
c) Peserta diskusi adalah anggota masyarakat yang
diharapkan dapat menyampaikan pesan Gizi Seimbang
kepada masyarakat dalam rangka perubahan perilaku
masyarakat kearah “Pola Konsumsi Gizi Seimbang”
d) Tema yang dipilih dalam setiap diskusi adalah sesuai
dengan prioritas pesan Gizi Seimbang dan masalah gizi
yang dihadapi setempat
e) Jumlah peserta setiap diskusi sekitar 10 orang
f) Diskusi dapat dilaksanakan setiap 3 bulan sekali atau
disesuaikan dengan kebutuhan dengan lama diskusi 1
jam.
g) Penanggung jawab/fasilitator FGD adalah Tenaga Gizi
Puskesmas.
b. Evaluasi
1) Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan dan
permasalahan dalam kegiatan penyampaian pesan Gizi
Seimbang
2) Ruang lingkup yang dievaluasi meliputi:
a) Masukan seperti biaya operasional, sarana, tenaga dan
metode KIE, apakah telah sesuai dengan rencana dan
apa permasalahannya
b) Proses untuk mengetahui perkembangan dan
permasalahan dalam pelaksanaan yang meliputi
kegiatan:
(1) Perencanaan
(2) Pengorganisasian dan koordinasi
(3) Pelaksanaan kegiatan
(4) Pemantauan dan evaluasi
c) Luaran untuk mengetahui tingkat pemahaman dan
pengetahuan masyarakat tentang Gizi Seimbang.
d) Dampak, untuk mengetahui tingkat keberhasilan KIE
dalam perubahan perilaku “Gizi Seimbang”.
-95-
4. Bimbingan Teknis
Agar pelaksanaan sosialisasi dan penerapan PGS dapat berjalan
lancar sesuai dengan rencana dan tujuan yang akan dicapai perlu
dilakukan bimbingan teknis secara berjenjang mulai dari tingkat
pusat, provinsi, kabupaten/kota sampai kecamatan.
a. Tujuan bimbingan teknis adalah untuk :
1) Memberikan bimbingan kepada para petugas/pelaksana
dalam sosialisasi dan penerapan Gizi Seimbang
2) Memberikan koreksi dan pemecahan masalah, hambatan
dan penyimpangan dalam sosialisasi dan penerapan Gizi
Seimbang
b. Bimbingan teknis dilakukan oleh para pejabat terkait yang
kompeten secara berjenjang dan atau oleh para pakar yang
ditunjuk.
c. Bimbingan teknis dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah disusun oleh penanggungjawab penerapan Gizi Seimbang.
5. Pemberian Penghargaan
Dalam rangka memotivasi dan meningkatkan partisipasi
petugas dan pejabat pemerintah serta organisasi non pemerintah
yang melaksanakan penerapan Gizi Seimbang dengan baik dan
menunjukkan prestasi luar biasa dapat diberikan penghargaan.
Bentuk penghargaan dapat berupa piagam dan atau materi.
Penghargaan diberikan oleh Menteri Kesehatan atau pejabat yang
ditunjuk sesuai ketentuan yang berlaku.
-96-
BAB VI
PENUTUP
Dengan diberlakukannya PGS ini, semua Pesan, Slogan dan Visual Gizi
Seimbang yang lama sudah tidak digunakan lagi dan petugas hendaknya tidak
menggunakan lagi dalam melaksanakan pendidikan gizi.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
NAFSIAH MBOI