Anda di halaman 1dari 11

Minggu, 24 Maret 2013

PEMBESARAN IKAN NILA MERAH

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya beberapa negara diluar negeri seperti eropa, jepang, dan Taiwan telah
mengubah kebiasaan dalam mengkonsumsi ikan laut. Salah satunya perubahan dari mengkonsumsi
ikan kakap beralih ke ikan nila. Biasanya mereka mengkonsumsi ikan nila dalam bentuk fillet yang
berasal dari negara di Asia Pasifik. Salah satu pengekspor fillet ikan nila dari Asia Pasifik adalah
Indonesia. Karena tingginya permintaan pasar terhadap ikan nila tersebut, maka beberapa petani
ikan air tawar mulai mengganti komoditas di kolam atau kerambanya menjadi ikan nila (kurniawan,
2010).
Ikan nila merupakan komoditas air tawar yang cukup banyak di budidayakan saat ini, baik
kegiatan pembenihan maupun pembesaran yang di karenakan keunggulan ikan nila dibandingkan
dengan beberapa ikan air tawar lainnya yaitu, seperti pertumbuhannya yang cepat, mudah untuk
dikembangbiakkan, mudah dalam pemeliharaan dan adaptasi yang tinggi terhadap perubahan
lingkungan (masturi, 2008)
Di provinsi Kalimantan barat khususnya di Pontianak prmintaan ikan nila kosumsi sangat
tinggi. karena banyak masyarakat yang suka mengkonsumsi ikan nila selain rasanya yang enak dan
gurih ikan nila juga memiliki harga yang dapat di jangkau untuk setiap lapisan masyarakat karena
menurut Trubus, 2011 harga jual ikan nila di tingkat petani mencapai Rp 16.000 – Rp 17.000, dan
menurut kurniawan, 2010 harga jual untuk pedagang eceran mulai dari Rp 25.000 – Rp 30.000 .
Hal tersebut menjadi alasan banyaknya usaha restoran maupun rumah makan yang menyediakan
menu dari bahan ikan nila yang kemudian di olah menjadi beragam menu masakan. Sehingga,
perlunya ketersediaan ikan nila konsumsi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan produksi setiap
harinya.
Maka untuk memenuhi kebutuhan produksi tersebut, berkaitan langsung dengan kegiatan
budidaya ikan nila yaitu pembesaran. Yang mana kegiatan pembesaran lebih di fokuskan pada
tingkat kelangsungan hidup dan (FCR) yang bertujuan supaya kegiatan pembesaran lebih terkontrol
pertumbuhannya dan menghasilkan panen yang maksimal. dari hal tersebut maka penulis tertarik
untuk mempelajari tentang bagaimana cara membudidayakan ikan nila merah khususnya kegiatan
pembesaran dengan memperhatikan tingkat kelangsungan hidup dan (FCR).
1.2 Pembatasan Masalah
Batasan masalah yang diambil dalam Kerja Praktek Akhir (KPA) adalah tentang teknik
pembesaran Ikan Nila Merah yang meliputi:
1. Aktifitas / kegiatan pembesaran Ikan Nila Merah mulai dari tahapan persiapan hingga proses
pemeliharaan selama 2 bulan.
2. Mengevaluasi tingkat keberhasilan pembesaran Ikan Nila Merah dengan melihat Pertumbuhan,
survifa rate (SR) , dan food convertion rete FCR
1.3 Tujuan
Tujuan kegiatan Kerja praktek Akhir adalah untuk mengusai dan mengdikripsikan tiknik
pembesaran Ikan Nila Merah yang dilaksanakan dilaksanakan di Balai Besar Budidaya Air Tawar
(BBBAT) Sukabumi Jawa Barat.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam kegiatan Kerja Praktek Akhir bagi mahasiswa adalah:
1. Mengusai dan dapat mengdiskripsikan teknik pembesaran Ikan Nila Merah
2. Dapat mengevaluasi faktor – faktor keberhasilan dalam budidaya Ikan Nila Merah dengan melihat
nilai Pertumbuhan, SR, dan FCR.

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Klasifikasi dan Morfologi


Ikan nila diambil dari nama latinnya yaitu nilotica. Ikan nila juga biasa dikenal dengan nama nile
atau tilapia, Karena berasal dari sungai Nil tepatnya di benua
afrika. maka menurut Astuti (2010), ikan nila merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Chordata,
Sub-filum : Vertebrata,
Kelas : Pisces,
Sub-kelas : Acanthoptherigii,
Ordo : Perciformes,
Family : Cichlidae,
Genus : Oreochromis,
Spesies : Oreochromis niloticus
Ikan nila termasuk pada golongan Sarotherodon niloticus atau kelompok ikan tilapia yang
mengerami telur dan larvanya didalam mulut induk betina.sehingga nama ilmiah yang tepat untuk
ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. (Khairuman, 2003).
Berdasarkan morfologinya bentuk tubuh ikan nila memanjang dan ramping. Sisik ikan nila
relatif berukuran besar. Nila mempunyai lima buah sirip yang berada dipunggung, dada, perut, anus,
dan ekor. Sirip punggunya memanjang dari bagian atas tutup ingsang hingga bagian atas
sirip ekor, terdapat juga sepasang sisrip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip
anusnya hanya satu buah dan berbentuk agak panjang, sedangkan sirip ekornya berbentuk
bulat dan hanya berjumlah satu buah. Selain itu nila juga memiliki sisik yang menutupi seluruh
tubuhnya (kurniawan, 2010). Adapun Ciri induk nila jantan dan betina dapat dilihat pada tebel
dibawah ini.

Induk nila jantan Induk nila betina


- tubuh membulat - Tubuh memanjang
- warna cerah - warna agak kusam
- sirip berwarna kemerahan - perut agak gendut
- gerakan lincah - gerakan lambat
- satu buah lubang kelamin yang - memiliki dua lubang kelamin bentuknya
memanjang membulat yang berfungsi sebagai lubang
- jika dipijit lubang kelaminnya, keluar telur dan lubang ekskresi
cairan putih bening

Sumber : kurniawan, 2010


Sedangkan menurut (Iskandar, 2003), nila merah memiliki bentuk tubuh yang pipih, warnanya
merah-kemerahan atau kuning-kekuningan. Sisiknya berbentuk stenoid berukuran besar dan kasar,
gurat sisinya terputus di bagian tengah badan. Sirip punggung dan perutnya mempunyai jari-jari
lemah dan keras yang tajamseperti duri. Pada badan dan sirip ekor ditemukan garis lurus
sedangkan garis berbentuk memanjang ditemukan pada sirip punggung dan sirip anus.

2.2 Habitat
Salah satu kelebihan ikan nila adalah sangat adatif terhadap perubahan lingkungan. Budidaya
ikan nila sering dijumpai di perairan payau, kolam air deras, sungai mengalir, danau alami, waduk
buatan, dan sawah (Sunaryo, 2010)
Sedangkan menurut khairuman (2003) ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap
lingkungan hidupnya sehingga dapat dipelihara di dataran tinggi yang berair tawar dan dataran
rendah yang berair payau. Habitat hidup ikan nila cukup berfariasi dari sungai, waduk, danau, rawa,
sawah, kolam hingga tambak.

2.3 Kebiasaan Makan


salah satu kelebihan ikan nila dibandingkan dengan jenis ikan konsumsi lainnya adalah
kebiasaan makan segala omnivora. Makanannya biasa berupa tumbuhan, daging, serangga, ikan
jenis lain, maupun plankton (Khairuman, 2003).
Pada masa larva, cadangan makanannya berupa kuning telur. Setelah cadangan makanan habis
benih ikan nila mulai memakan zooplankton yang tersedia di alam. Setelah berumur lebih dari satu
minggu, anakan ikan nila juga akan memakan lumut atau alga yang ada dilingkungannya. Pada ikan
dewasa, tumbuhan yang ada di perairan merupakan salah satu makanannya (kurniawan, 2010).
Selain itu, jika ikan nila di pelihara secara intensif maka perlu penambahn pakan buatan berupa
pelet untuk memacu pertumbuhan agar optimal. Untuk menentukan kebutuhan pakan, maka setiap
dua minggu sekali sebaiknya mengambil sampel untuk ditimbang. Hal ini dilakukan agar mengetahui
berat biomassa ikan dan menentukan jumlah pakan harian (kurniawan, 2010)

2.4 Pertumbuhan dan Perkembangbiakan


Pada habitat aslinya ikan nila dapat memijah sepanjang tahun, dalam satu siklus hidup nila
meliputi stadium telur, larva, benih, dewasa, dan induk. Daur hidup ikan nila dari telur sehingga
menjadi induk berlangsung selama 5-6 bulan. Setiap tahun ikan nila dapat berpijah antara 6-7 kali.
Ikan nila yang memasuki stadium dewasa adalah ikan yang memiliki berat badan mencapai 250
g/ekor. Dan menurut Sunaryo, 2010 menjelaskan bahwa Lamanya waktu dari stadium benih
menjadi ikan dewasa berlangsung selama 4-5 bulan. Sedangkan ikan nila yang berumur 1,5 – 2
tahun dengan berat badan lebih dari 500g/ekor disebut indukan. Seekor ikan nila betina yang
memiliki berat badan 600 g dapat menghasilkan larva sebanyak 1.200 – 1.500 ekor setiap kali
pemijahan. Batas maksimal ikan nilah dipijahkan sebanyak 6 kali, karena jika lebih dari 6 kali akan
terjadi penurunan kualitas telur (rukmana, 1997).

2.5 Teknik Pembesaran Ikan Nila Merah


2.5.1 persiapan kolam pembesaran
Hal pertama yang dilakukan pada kegiatan pembesaran adalah persiapan wadah
pemeliharaan, wadah pemeliharaan dapat berupa tanah atau dinding tembok yang dasarnya tanah.
Luas kolam yang digunakan 300 – 500 m2 dengan ketinggian 1 m dan kedalaman air 70 cm.
Kolam sebaiknya di aliri air dengan debit air 5 liter/detik. Kemudian pinggiran kolam dibuat
pematang yang kuat, bila perlu menggunakan plastik atau papan kayu di sekeliling kolam.
Tujuannya untuk meminimalisir kebocoran dan masuknya hama. Kemudian pembuatan
kemalir. Kemalir adalah parit kecil yang dibuat pada tengah kolam dengan bentuk diagonal
dari saluran masuknya air ke saluran pembuangan. Yang bertujuan agar memudahkan saat
melakukan kegiatan pemanenan (Trubus, 2011).
Sedangkan menurut SNI 7550 : 2009 (21 Maret 2013), adapun syarat tanah yang baik
untuk digunakan yaitu tanah sebaiknya tidak porous, dengan kriteria tekstur 50 – 60 % liat,
kemudian maksimal 10 % pasir dan sisanya lempung. Selanjutnya kontruksi dapat berupa tanah
atau tembok dengan derajat keasaman minimal 5,5 dan volume wadah yang dapat memberikan
pertumbuhan optimal dengan kedalaman air minimal 0,8 m.
Selanjutnya dilanjutkan pengelolaan dasar kolam, menurut Sunaryo, 2010 ada beberapa
kegiatan dalam pengelolaan dasar kolam yaitu:
1. mengeringkan kolam selama satu minggu untuk mencegah terhindar dari hama, penyakit dan
jamur.
2. Mencangkul lahan dengan cara membalik lumpur untuk membantu mematikan hama di seluruh
bagian, khususnya dasar kolam yang berlumpur.
3. Kemudian memeriksa derajat keasaman (pH) tanah. Tambahkan kapur sebanyak 100 gram per
m2 untuk menetralkan derajat keasaman tanah.
4. Melakukan pemupukan lahan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Pupuk yang diberikan
berupa pupuk kandang dari kotoran sapi, ayam, atau puyuh dengan dosis 250 gram/m2.
5. Memperbaiki pematang atau tanggul sambil menditeksi jika terjadi kebocoran. Dan
membetulkan kemalir setelah pembalikan tanah.
6. Menambahkan air hingga ketinggian 70 – 100 cm, lalu membiarkannya selama satu minggu yang
bertujuan agar pakan alami sudah tersedia.

2.5.2 Seleksi Benih


Setelah melakukan pengisian air pada kolam pemeliharaan yang telah dibiarkan selama 5-7
hari, maka tahap selanjutnya adalah menyeleksi benih yang akan dipelihara sebelum dilakukannya
penebaran. Seleksi benih bertujuan agar pertumbuhan seragam, sehingga efisien dalam pemberian
pakan. Menurut Iskandar (2003), untuk menjamin benih nila yang dipelihara benar-benar sehat,
maka sebelum di tebar dapat disinfektan dan dilakukan seleksi. Nila yang sehat biasannya ditandai
dengan warna tubuh yang cerah, bergerak lincah, dan tidak selalu berada di permukaan.
Sedangkan menurut Djarijah (1994), untuk memperoleh benih nila merah yang baik harus
dilakukan seleksi kualitas. Secara morfologinya kualitas benih nila merah dapat dilihat dari warna,
postur tubuh (ukuran ideal), bentuk badan, gerak renang dan keadaan fisik tubuh. Warna benih nila
adalah kemerah-merahan atau kekuning-kuningan, memiliki berat yang seragam, kisaran berat yang
masih dianggap baik adalah 25 – 30 gram/ekor, Benih yang terlalu kecil atau besar dipisahkan,
kondisi fisik benih harus baik tidak cacat, memiliki daging yang padat dan gemuk serta umur benih
tidak lebih dari 4 bulan sejak menetas.

2.5.3 Penebaran Benih


Menurut Kurniawan (2010), populasi ideal ikan nila pada kolam tanah air diam sebanyak 10
ekor/m2. Ukuran optimum benih yang digunakan dalam pembesaran sekitar 8 – 13 cm. Cara
penebaran benih ikan nila sama dengan penebaran benih pada kolam deras dan keramba jaring
apung, untuk menghindari agar benih tidak setres maka penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi
hari sekitar 06.00 – 07.30.
Sedangkan menurut Khairuman (2003), Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari
saat suhu udara rendah. Tujuannya untuk menghindari terjadinya stres pada benih. Ukuran benih
yang akan ditebar harus seragam dan kondisinya sehat. Padat tebar benih tergantung dari ukuran
benih yang ditebar atau berdasarkan pada target panen yang akan dicapai. Jika target panen 500 –
600 gram/ekor (ukuran tebar 15 – 20 gram/ekor), maka padat tebarnya adalah 4 – 8 ekor/m2.
Menurut Trubus (2011), mengatakan bahwa dalam proses penebaran benih maka perlu
dilakukannya proses aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses penyesuain atau adaptasi terhadap
lingkungan sekitar. Proses ini dianggap penting, karena suhu pada wadah penampungan benih
sementara dengan kolam pembesaran berbeda sehingga dapat menyebabkan kematian pada benih.
Maka dari itu benih yang akan baru ditebar memerlukan penyesuaian.
2.5.4 Pemberian pakan
Menurut Iskandar (2003), Pada awal penebaran, selama 2 – 3 hari, ikan tidak di perlu diberi
pakan karena hasil dari pemupukan akan menghasilkan pakan alami sehingga benih dapat
mengkonsumsi pakan alami yang tersedia. Pada hari ke- 4 ikan baru diberi pakan tambahan berupa
pelet dengan kandungan protein sebanyak 20 – 30 % dengan ukuran pelet disesuaikan dengan
pertumbuhan ikan.
Menurut Kurniawan (2010) Dosis pemberian pakan per hari pada bulan pertama sebesar 5
% dari biomassa. Setelah itu, pada bulan kedua dosisnya 4 % dari biomassa. Pada bulan
selanjutnya dikurangi menjadi 3 % dari biomassa per hari. Pemberian pakan dibagi menjadi tiga
interfal waktu, yaitu pagi, siang, dan sore hari. Nilai efisiensi pakan (FCR) pemeliharaan di air tawar
sebesar 0,8 – 1,2.
Sedangkan menurut Iskandar (2003), menyatakan bahwa pada awal pemeliharaan pakan
diberikan dalam jumlah 4 – 5 % dari berat badannya. Pakan dalam jumlah persentase itu diberikan
hingga nila mencapai ukuran berat 50 gram. Kemudian persentase diturunkan, yaitu 3 % per hari
dari berat badannya hingga nila mencapai ukuran 200 gram. Kemudian persentase diturunkan, yaitu
2 % / hari dari berat badannya hingga nila mencapai berat 500 gram.

2.5.5 Kualitas air


Menurut khairuman, 2003 kualitas air untuk budidaya ikan nila harus memenuhi beberapa
persyaratan, karena air yang kurang baik akan menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Ada
beberapa parameter kualitas air yaitu parameter kimia dan fisika, parameter kimia meliputi seperti
kandungan oksigen, karbondioksida, pH, dan zat beracun. Sedangkan parameter fisika meliputi
suhu, kekeruhan dan warna air. Adapun table parameter kualitas air di bawah ini :

NO Parameter Satuan Kisaran


1. Oksigen mg / liter Minimal 4
2. Karbondioksida mg / liter Kurang dari 5
3. Derajat keasaman (pH) Kisaran 1-14. normal, 7
4. Kecerahan cm Baik 25 – 40

Sedangkan menurut kurniawan, 2010 parameter kualitas air untuk ikan nila adalah sebagai
berikut :
NO Parameter Satuan Kisaran
1. Suhu oC Optimum 25 – 30
2. Oksigen terlarus ppm Optimum 3 – 5
3. Derajat keasaman Optimum 7
4. Salinitas ppm < 25
5. Kecerahan cm Optimum 25 – 40
6. alkalinitas mg/liter Kisaran 50 – 300
7. Ammonia mg/liter < 0,1

SNI 7550 : 2009 (21 Maret 2013), parameter kualitas air untuk ikan nila merah adalah
sebagai berikut:
NO Parameter Satuan Kisaran
1. Suhu oC Optimum 25 – 30
2. Oksigen terlarut mg/liter Optimum 3 – 5
3. Derajat keasaman - Optimum 7
4. Kecerahan cm Optimum 25 – 40
5. Ammonia mg/liter < 0,1

2.5.6 Pertumbuhan
Pertumbuhan ikan nila pada tambak biasanya lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
ikan nila pada kolam air tawar dengan pemberian pakan yang sama. Nilai efisiensi pakan (FCR)
pemeliharaan di air tawar sebesar 0,8 – 1,2. Sementara pemeliharaan di tambak air payau memiliki
nilai (FCR) sebesar 0,5 – 1 . hal tersebut sudah banyak di buktikan oleh petani. Salah satunya
adalah pembudidaya di pantai Glagah, pada awalnya benih yang ditebar sebanyak 1000 ekor
dengan ukuran benih 3 – 5 cm. Setelah pemeliharaan selama 4 bulan dan menghabiskan pakan 100
kg, bobot panen satu ekor ikan nila rata – rata 500 gram. Sedangkan pada kolam air tawar untuk
mencapai berat rata – rata 500 gram / ekor dibutuhkan waktu hingga 6 bulan (Kurniawan, 2010).

2.5.7 Hama dan penyakit


Dalam budidaya ikan nila, terdapat beberapa hambatan untuk mencapai jumlah panen yang
diinginkan. Salah satunya adanya serangan hama dan penyakit. Upaya untuk menanggulangi hama
dan penyakit yang menyerang ikan nila yakni harus mengetahui terlebih dahulu atau mengenali hama
dan penyakit serta gejalanya. Kemudian, melakukan penanggulangan yang tepat sasaran. Adapun
hama dan penyakit saat pembesaran ikan nila merah
1. Hama
Hama yang menyerang ikan nila pada dasarnya hampir sama dengan hama yang menyerang
benih, yaitu burung cangak, ular dan regul. Selain itu predator ini juga dapat menjadi vektor
(pembawa penyakit), baik parasit maupun bakteri
Karena itu, sistem biosekuriti perlu diterapkan pada budidaya ikan nila. caranya menanan
pagar hidup di pematang, seperti pohon talas, pohon kleresede, serai, daun pandan, dan pagar
bambu untuk menghindari hama masuk ke lokasi budidaya ( Masturi, 2008) .
2. Penyakit
Menurut astuti (2010), penyakit yang sering menyerang saat pembesaran yaitu parasit,
bakteri, dan jamur. Hal tersebut akan dijelaskan gejala dan cara pencegahan serta
penanggulangannya.
1. Parasit Trichodinella sp., Trichodina., Gyrodactylus sp., Transversotrema laruei, dan
Glossatella piscicola
a. Gejala
Ciri – ciri gejala umum ikan terserang infeksi adalah wajah terlihat pucat, nafsu makan menurun,
gelisah, gerakan lamban, sering menggosok – gosokkan badan ke benda di sekitarnya (gatal),
sering meloncat – loncat, frekuensi pernapasan meningkat, iritasi sel epitel kulit, produksi lendir
berlebih, dan sirip rontok.
b. Pencegahan dan penanggulangan
- pertahankan suhu air lebih dari 29o C selama 2 minggu atau lebih.
- jaga stamina dan tingkatkan ketahanan tubuh ikan
- jaga kualitas air dengan menambah frekuensi pergantian air.
- rendam ikan dengan acriflavin 10 – 15 ppm selama 15 menit dan Cooper sulphat 0,0001
mg/L selama 24 jam. Ulangi setiap dua hari.
- rendam ikan dengan hidrogen peroksida (3 %) 17,5 ml/L selama 10 menit. Ulangi setiap dua
hari.
- rendam ikan dengan potassiumpermanganat (PK) 2 – 5 mg/L selama 24 jam.

2. Bakteri Aeromonas hydrophila dan pseudomonas sp.


a. Gejala
Warna tubuh terlihat kusam atau gelap, nafsu makan menurun, mengumpul mendekati saluran
pembuangan, kulit kasat, perdarahan di pangkal sirip, ekor dan anus. Bahkan, sering dijumpai
ikan mati lemas, baik dipermukaan maupun dasar kolam.
b. Pencegahan dan penanggulangan
- lakukan manajemen kesehatan ikan terpadu meliputi inang, lingkungan, dan patogen agar
seimbang.
- rendam ikan dengan ROXINE R Aquatic dosis 1 – 2 gram/100 liter air selama 1 – 5 hari.
Selain itu berikan ENRO FISH melalui pakan dengan dosis 2 gram/100 gram pakan. Berikan
dua kali sehari selama 35 hari. Ikan nila boleh di konsumsi setelah 14 hari pengobatan terakhir
agar obat telah terekskresi dan tidak meninggalkan residu di daging ikan.

3. Jamur Saprolegnia sp. Dan Achlya sp.


a. Gejala
Terlihat adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka di
bagian eksternal ikan.
b. Pencegahan dan penanggulangan
- tingkatkan frekuensi penggantian air kolam.
- jaga stamina dan tingkatkan ketahanan tubuh ikan menggunakan vitamin C.
- rendam ikan di dalam larutan PK (1 gram/100 liter air) selama 90 menit
- rendam ikan dengan larutan garam dapur 1000 ppm selama 15 – 30 menit.

2.5.8 Pemanenan
Menurut Khairuman (2003), pemanenan di kolam dilakukan dengan cara mengeringkan air
hingga tersisa di kemalirnya saja, kemudian ikan digiring dan dikumpulkan ke arah pintu
pengeluaran. Setelah itu, ikan ditangkap dengan seser. Untuk mempertahankan mutu dan kesegaran
ikan, diusahakan hasil panen dalam keadaan segar dan prima, untuk itu pemanenan harus dilakukan
secara hati-hati dan hasil panen di tampung dalam hapa yang ditempatkan di air yang jernih dan
mengalir.
Sedangkan Menurut Iskandar (2003) mengatakan bahwa pemanenan ikan nila merah
biasanya dilakukan setelah 5 bulan pemeliharaan atau lebih. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada
pagi hari karena suhu yang rendah dan ikan yang akan dipanen tidak mudah stres. Langkah pertama
yang dilakukan yaitu dengan cara menutup saluran air masuk dan membuka saluran air keluar.
Dengan demikian air kolam akan surut kemudian ikan akan berkumpul pada kemalir yang dibuat
pada tengah kolam. Sehingga ikan akan mudah untuk diambil atau dipanen. Perlu diperhatikan pada
pembuangan air, sebaiknya dilakukan secara perlahan agar ikan tidak mudah stres. Untuk
memudahkan dan mempercepat pemanena sebaiknya menggunakan alat tangkap yaitu jaring atau
scoop net agar mendapatkan ikan dengan kondisi yang baik.

3 METODE PELAKSAAN

3.1 Waktu dan Tempat PKL

3.2 Objek KPA


Objek Kerja Praktek Akhir ini adalah kegiatan pembesaran ikan Nila Merah mulai dari
tahapan persiapan hingga masa pemliharaan selama 2 bulan.
3.3 Metode Pengambilan Data
Metode pelaksanaan yang digunakan dalam KPA ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif
merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai
dengan apa adanya ( Best, 1982). Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama,
yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti secara
tepat. Pengumpulan data dalam kegaitan KPA ini menggunakan metode observasi partisifatif
(pengamatan terlibat), wawancara, dan dukumen.
3.4 Jenis Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis yakni data primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak
pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data
ini digunakan untuk mendukung infomasi primer yang diperoleh baik dari dokumen, maupun dari
observasi langsung ke lapangan (Umar, 1999). Dalam praktek kerja lapang ini data sekunder diperoleh
dari laporan-laporan pustaka yang menunjang, serta data yang diperoleh dari lembaga pemerintah,
pihak swasta yang berhubungan maupun masyarakat yang terkait dengan usaha pembesaran ikan
nila merah.
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: 1) gambaran umum lokasi; 2) stuktur organisasi
dan peran fungsi BBI Kalan Usin. Instrumen pengambilan data, dapat dilihat pada Lampiran XXX.
3.4.2 Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber informan pertama yaitu individu atau
perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Data primer ini berupa catatan
hasil wawancara, hasil observasi ke lapangan secara langsung dalam bentuk catatan tentang situasi
dan kejadian dan data-data mengenai informan (Umar, 1999).
Data primer yang dikumpulkan merupakan data proses pembesaran ikan Nila Merah yang
meliputi:
1 ) Alat, bahan, dan cara persiapan wadah;
2) Benih (asal, ukuran, berat, panjang, umur, padat tebar, cara tebar, keseragaman dan
Kesehatan benih;
3) Manajemen pakan;
4) Parameter kualitas air; dan
5) Data pertumbuhan.
Instrumen pengambilan data dapat dilihat pada Lampiran XXX.
3.5 Pengolahan dan analisis data
Pengolahan data sekunder
Data sekunder diolah dengan cara mengelompokkan, mendiskripsikan ataupun
menerangkan data – data yang diperoleh dari berbagai sumber dilaporan. Data tersebut meliputi
1) Gambaran umum lokasi
2) Stuktur organisasi dan peran fungsi BBBAP Sukabumi jawa barat
3.5.2 Pengolahan data primer
1) Alat bahan dan cara persiapan wadah
Data persiapan wadah baik alat dan bahan maupun cara kerja pembuatan wadah diolah
dengan cara mendiskripsikan setiap proses kegiatan yang dilakukan. Data-data dalam bentuk
angka ataupun keterangan lainnya, untuk tujuan kemudahan analisis dapat dikelompokan dan
disajikan dalam bentuk tabel.
2) Benih
Data benih yang diapat diolah dan disajikan dalam bentuk diskripsi dan tabulasi sebagai
berikut.
Tabel 3.1. Data benih

3) Manajemen pakan
Data manajemen pakan yang dikumpulkan meliputi jenis pakan, cara pemberian pakan, jumlah
pakan harian, waktu pemberian pakan, serta nilai konversi pakan ikan selama masa pemeliharaan.
Untuk menghitung nilai konversi pakan menggunakan rumus yang dikemukakan (Mudjiman,
1985). Data manajemen pakan dan nilai konversi pakan disajikan dalam bentuk tabel.

4) Parameter kualitas air


Data parameter kualitas air yang diamati dan diukur meliputi kecerahan, kekeruhan, pH,
Oksigen Terlarut, dan Suhu. Data harian dan pengukuran secara periodik parameter kualitas air
disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.
5) Data pertumbuhan
Data pertumbuhan diambil setiap 10 hari sekali. Data hasil sampling diolah untuk mengetahui
laju pertumbuhan harian, pertumbuhan mutlak dan relatif ikan selama masa pengamatan. Data
petumbuhan tersebut dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan Effendi (1985).
A. Pertubuhan harian
B. Pertumbuhan Mutlak dan Relaif
Data hasil olahan disajikan dalam bentuk tabel dan gerafik.

3.5.3 Analisis data


Analis data yang digunakan adalah analisis kualitatif adalah proses kegiatan yang meliputi
mencatat, mengorganisasikan, mengelompokkan dan mensintesiskan data selanjutnya memaknai
setiap katagori data, menarik dan menemukan pola, hubungan-hubungan dan memaparkan temuan-
temuan dalam bentuk diskripsi naratif, bagan, flow chart, matriks maupun gambar-gambar yang bisa
dimengerti dan pahami oleh orang lain (Fuadi, 2013).

Anda mungkin juga menyukai