Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

TUGAS POLISI DAN PEMOLISIAN MASYARAKAT MULTIKUKTURAL

DOSEN: Prof. Dr. CHRYSNANDA D.L, M.Si.

HENDRA WIJAYA MANURUNG

NIM: 2022082212

PROGRAM PASCA SARJANA S2 ANGKATAN XII

STIK-PTIK T.A.

2022
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri lebih dari 300 kelompok etnik
atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di Tanah Air menurut
sensus BPS tahun 2010. Sebagai negara yang memiliki masyakat majemuk yang
memiliki begitu banyak suku bangsa dan kebudayaan, agama, faktor mayoritas dan
minoritas , kesenjangan sosial, dan kepentingan politik menyebabkan Indonesia
berpotensi untuk isu-isu diisintgrasi bangsa.

Selama Indonesia merdeka potensi diistegrasi bangsa ini telah banyak


menimbulkan konflik sosial yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Perang suku maupun konflik kelompok seperti peristiwa sambas, peristiwa
kerusuhan ambon dan banyak lagi peristiwa-peristiwa lainnya menyebabkan
Indonesia banyak mengalami kerugian korban jiwa maupun material yang
menghambat pembangunan masyarakat Indonesia. Mengganti corak masyarakat
Indonesia yang mejemuk menjadi masyarakat yang multikuktural adalah salah satu
jawaban yang dapat dilakukan untuk meminimalisir isu isu disintegrasi bangsa.

Konsep multikulturalsme adalah suatu konsep yang mengagungkan


perbedaan masyarakat baik secara individual ataupun kebudayaan. Dengan konsep
ini diharapkan Indonesia yang bercorak majemuk menjadi bercorak multkulturalisme
yang memiliki kebudayaan umum seperti mozaik, yang memiliki budaya-budaya kecil
didalam kebudayaan umum seperti mozaik yaitu budaya yang mengagungkan
kebudayan perbedaan tersebut.

Kepolisian Negara Republlik Indonesia adalah salah satu lembaga negara


yang mempunyai tugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Menegakkan hukum. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat. Sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kapolisian Negara Republik Indonesia.b c. Dengan masyarakat yang
multikulturalisme, polisi Indonesia juga harus menyesuaikan diri dan mendukung
terhadap perubahan corak menjadi corak multikulturalisme dalam pelaksanaan
tugasnya. Dengan konsep dan strategi yang bener, polisi Indonesia dapat menjadi
salah satu factor penting keberhasilan dalam mewujudkan masyarakat yang
multikultural.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi pokok permasalahan
adalah sebagai berikut:
1. Apakah perbedaal masyarakat majemuk dan multikultural?
2. Bagaimana membangun Indonesia yang multikultural?
3. Bagaimana tugas polisi dalam pemolisian masyarakat yang multikultral?

1.3. Tujuan Penulisan

Menambah pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang tugas polisi dan


pemolisian masyarakat multikultural

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan adalah agar menambah pengetahuan mahasiswa tentang
tugas polisi dan pemolisian masyakat multikultural, sehingga dalam bertugas nanti
sebagai anggota kepolisian Indonesia dapat mnerapkan pengetahuan tersebut dalam
tugas sehingga dapat mengarahkan personil kepolisian maupun dalam pengambilan
keputusan terkait pemeliharaan tugas polisi yaitu harkamtibmas, penegakan hukum
dan linyomyan.
II. PEMBAHASAN
2.1. Perbedaan Masyarakat Majemuk Dan Multikulturalisme
Konsep multikulturalisme adalah konsep adalah konsep yang termasuk asing,
bagi kalangan masiswa sendiri kadang-kadang membingunkan dimana letak
perbedaannya. Untuk itu, perlu memahami perbedaan masyarakat multukulturalisme
dan pluralsme (masyarakat majemuk) sebagai berikut:

2.1.1 Pengertian masyarakat majemuk


asal muasal dari konsep masyarakat majemuk (plural society) yang dikenal
dalam ilmu-ilmu sosial sebenarnya mengacu pada tulisan Furnivall (1948a), yang
mengidentifikasi masyarakat jajahan Hindia Belanda sebagai sebuah masyarakat
majemuk.

Masyarakat majemuk adalah adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas kumpulan
orang-orang atau kelompok-kelompok, yang berbaur tetapi tidak
menjadi satu. Masing-masing kelompok mempunyai agama,
kebudayaan dan bahasa, serta cita-cita dan cara-cara hidup
mereka masing-masing.

Contoh dari masyarakat majemuk yang otoriter dan militeristik ini kita temukan pada
akhir abad ke-20 yang sekarang sudah runtuh, yaitu Soviet Russia, Yugoslavia, Afrika
Selatan, dan Indonesia di zaman Orde Baru.

2.1.2 Multikulturalisme
Konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep
keanekaragaman secara sukubangsa atau kebudayaan sukubangsa yang menjadi ciri
masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman
kebudayaan dalam kesederajatan. Ulasan mengenai multikulturalisme akan harus,
mau tidak mau, akan juga mengulas berbagai permasalahan yang mendukung
ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakkan hukum, kesempatan
kerja dan berusaha, HAM, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-
prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu produktivitas.
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan
perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun
secara kebudayaan (Fay 1996, Jary dan Jary 1991, Watson 2000
dalam suparlan,2005:9 ).

Contoh masyarakat majemuk yang demokratis adalah Amerika Serikat, yang dikenal
sebagai masyarakat yang multikultural atau bercorak budaya banyak, dan sebagian
negara-negara Eropa Barat

Konsep multikulturalisme menekankan keanekaragaman kebudayaan dalam


kesederajatan. Ulasan mengenai multikulturalisme akan harus, mau tidak mau, akan
juga mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan
demokrasi, keadilan dan penegakkan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, HAM,
hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan
tingkat serta mutu produktivitas.

Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga


masyarakat bangsa seperti Indonesia) dilihat sebagai mempunyai sebuah
kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti
sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-
masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih
besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mosaik tersebut (Reed, ed.
1997). Model multikulturalisme ini sebenarnya telah digunakan sebagai acuan oleh
para pendiri bangsa Indonesia dalam mendesain apa yang dinamakan sebagai
kebudayaan bangsa, sebagaimana yang terungkap dalam penjelasan Pasal 32 UUD
1945, yang berbunyi: “kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak
kebudayaan di daerah”.

2.2. Upaya membangun Indonesia yang multikiltural .


upaya membangun Indonesia yang multikultural hanya mungkin dapat terwujud
bila:
a. Konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami pentingnya bagi bangsa
Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional
maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya;
b. Kesamaan pemahaman diantara para ahli mengenai makna multikulturalisme
dan bangunan konsep-konsep yang mendukungnya, dan
c. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini.
(suparlan, 2005:287)

Upaya-upaya lain tersebut diatas dalam poin c dilakukan secara bertahap sebagai
berikut:

a. mengaktifkan model multikulturalisme untuk meninggalkan masyarakat


majemuk dan bertahap memasuki masyarakat multikultural Indonesia.
b. mengisi struktur-struktur atau pranata-pranata dan organisasi-organisasi sosial
yang tercakup dalam masyarakat Indonesia. Isi dari struktur-struktur atau
pranata-pranata sosial tersebut mencakup reformasi dan pembenahan dalam
kebudayaankebudayaan yang ada, dalam nilai-nilai budaya dan etos, etika,
serta pembenahan dalam hukum dan penegakkan hukum bagi keadilan.
c. Mengikutsertakan pemerintah pusat dan daerah untuk mendukung rencana
reformasi dari masyarakat majemuk memasuki masyarakat multikulturalisme.
d. Mengupayakan agar mltikulturalisme sebaiknya termasuk dalam kurikulum
sekolah, dan pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai pelajaran ekstra-
kurikuler atau menjadi bagian dari kurikulum sekolah (khususnya untuk daerah-
daerah bekas konflik berdarah antar-sukubangsa, seperti di Poso, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah dan berbagai tempat lainnya).

2.3. Tugas Polisi Dalam Pemolisian Masyarakat Multikultural

Perubahan corak dari masyarakat yang majemuk menjadi masyarakat yang


multikultural memerlukan tehnik dan taktik yang berbeda juga dalam hal
pemeliharaan keamanan, penegakan hukum dan perlindungan, pengayoman
dalam masyarakat.
Menurut Degeneste dan Sulivan (1997): the following key element of any
police action plan for addressing multikultural issues in the community they serve
:

• Develop and maintain langguange skills.


• Develop an understanding of cultural issues and cultivate cultural skill.
• Be open and accessible to all group in the community, offering services in
unbiased manner that respects diversity.
• Foster a sense of trust and rapport with the community; participate in and
engage the community.
• Monitor demographic and social trends (particularly those with conflict
potensial)
• Strive to prevent or mitigate intergroup conflict.
• Demonstrate intercultural respect by example, and embrace diversity in the
workplace.

III. Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan
Masyarakat multikultural adalah konsep yang lebih dari baik dari
masyarakat majemuk. Dengan masyarakat yang yang multikultural akan
dapat meminimalisir permasalahan disintegrasi bangsa dan permasalahan
keamanan sehingga tugas polisi akan lebih mudah dalam menciptakan
keamanan dan ketertiban.

3.2 Saran
Perlu percepatan realisasi perubahan masyarakat yang majemuk
menjadi masyarakat multikultural dengan melibatkan para stakeholder
untuk menciptakan bangsa Indonesia yang lebih maju dalam berbangsa
dan bernegara.
DAFTAR PUSTAKA

Degeneste H.I dan Sulivan J.P (1997). Policing a multikultural community. Fresh
Perspective. Diakses dari http://academia.com

Suparlan, Parsudi. (2005). Suku Bangsa Dan Hubungan Antar Suku-Bangsa. Cetakan
ke-2. Jakarta. Yayasan Pembangunan Kajian Ilmu Kepolisian.

Anda mungkin juga menyukai