Anda di halaman 1dari 6

Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto dan

Kabupaten Wajo

Dalam rangka menjaga kualitas dan kredibilitas sebuah laporan keuangan, maka
kegiatan analisis ini membutuhkan Teknik atau cara tertentu yang tepat supaya kegiatan
analisis ini dapat berguna bagi para pemangku kebijakan dan pengambil keputusan. Ada
beberapa teknik analisis untuk menganalisis laporan keuangan, yaitu diantaranya analisis
varians, analisis rasio, analisis pertumbuhan, analisis regresi, dan analisis prediksi. Salah satu
teknik yang sering digunakan adalah melakukan perhitungan menggunakan analisis rasio
keuangan. Analisis rasio keuangan sendiri adalah merupakan perbandingan antara dua angka
atau lebih yang datanya diambil dari elemen laporan keuangan. Analisis rasio keuangan dapat
digunakan untuk menginterpretasikan perkembangan kinerja dari tahun ke tahun (Mahmudi,
2016). Masalah Pertama yaitu pendapatan terbesar masih dari Dana Perimbangan yang
merupakan transferan dari Pemerintah Pusat. Sedangkan kontribusi PAD terhadap APBD
sebagai potret kemandirian daerah dan efektivitas otonomi daerah masih sangat kecil dibawah
15%.

Tahun Biaya pemerolehan Realisasi PAD Persentase Nilai

PAD
2019 162.371.817.986,00 262.619.476.530,00 61.83 Tidak Efisien

2020 215.869.694.978,00 314.047.989.351,00 68.74 Tidak Efisien

2021 301.951.911.754,00 360.621.220.370,00 83.73 Tidak Efisien

Masalah kedua, dalam rasio keserasian modal pemerintah kabupaten Jeneponto untuk tahun
2019-2020 mengalami peningkatan walaupun tidak begitu signifikan. Namun di tahun 2021
justru mengalami penurunan. Hal tersebut tertera pada tabel:

Tahun Belanja Modal Total Belanja Persentase

2019 484.223.520.521 2.169.100.504.872 22%

2020 524.265.605.647 2.262.396.564.685 23%


2021 479.480.492.144 2.114.883.423.167 23%

Masalah ketiga, pada rasio pertumbuhan keuangan daerah pemerintah kabupaten


Jeneponto untuk tahun 2019-2020 mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Akan tetapi
peningkatan tersebut masih pada nilai kriteria yang sangat rendah, sebagai yang terdapat
dalam tabel:

Tahun PAD Kab. Bantuan dari Pusat dan Persentase Nilai


Jeneponto
Provinsi

2019 262.619.476.530, 1.968.478.953.458,00 13,34% Rendah Sekali


00
2020 314.047.989.351, 2.087.917.733.091,00 15,04% Rendah Sekali
00
2021 360.621.220.370, 2.470.660.190.590,00 14,60% Rendah Sekali
00
Masalah keempat, pada rasio efisiensi PAD Pemerintah Kabupaten Jeneponto untuk
Tahun 2019-2020 mengalami peningkatan. Yang berarti peningkatan tersebut menandakan
tidak efisiensinya dalam mengelola penerimaan PAD, sebagai mana tertera dalam tabel
berikut:

Tahun Total pendapatan Total Belanja Pn-p0 Persentase

2019 2.231.098.381.864 2.169.100.504.872 4.400.198.886.736 -

2020 2.401.803.549.942 2.114.883.423.167 4.516.686.973.109 3%

2021 2.571.077.097.133 2.262.396.564.685 4.833.473.661.818 7%

Dari uraian latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
kinerja keuangan Pemerintah Kabupaten Jeneponto tahun 2019-2020 yang diukur dengan
menggunakan rasio keuangan daerah. Berdasarkan hasil perhitungan Rasio Kemandirian PAD
Kabupaten Jenepoto menunjukkan bahwa kemandirian Kabupaten Jeneponto masih instruktif
yang berarti masih bergantung kepada bantuan dari pusat dan provinsi. Dalam tiga tahun
berturut-turut, PAD dan bantuan dari pusat mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2019-
2020. Bahkan PAD Kabupaten Jeneponto selama empat tahun berturut-turut mengalami
peningkatan yang cukup signifikan, yaitu pada tahun 2019 PAD yang terealisasi mencapai Rp.
262.619.476.530. Tahun 2020 PAD yang dicapai oleh Kabupaten Janeponto mencapai Rp.
314.047.989.351. Tahun berikutnya 2019 sebesar Rp. 360.621.220.370. Dan pada tahun 2020
PAD yang dicapai oleh Kabupaten Jeneponto mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu
sebesar Rp. 581.810.550.070.

Dalam menilai kinerja keuangan suatu pemerintah daerah antara lain dengan melakukan
analisis rasio keuangan dalam APBD yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Mengukur
kinerja keuangan pemerintah daerah merupakan suatu cara untuk melihat kemampuan
pemerintah daerah dalam menajalankan otonomi daerah, selain itu menganalisis kinerja
keuangan pemerintah juga dapat menjadi cerminan bagaimana pemerintah daerah tersebut
dapat mengelola keuangan daerahnya dengan mengutamakan prinsip efisien namun tetap
efektif dalam membangun daerahnya serta dijalankan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 12
Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Berikut analisis laporan keuangan dari
Kabupaten Wajo. Terdapat beberapa permasalahan yang berkaian dengan kinerja keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Wajo, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tahun PAD Pendapatan Transfer Belanja


(Dana Perimbangan)
2019 1.821.274.103.250 1.438.790.841.076 4.506.407.629.744

2020 2.066.333.418.588 1.738.443.043.620 4.633.934.340.973

2021 2.024.537.808.307 1.669.101.931.826 4.128.912.545.760

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Wajo
masih belum stabil serta tingkat kontribusinya belum mencapai 50%. Data di atas juga
menjelaskan mengenai belanja daerah Kabupaten Wajo masih dibiayai melalui dana
perimbangan dari pusat karena PAD Kabupaten Wajo masih belum mampu menutupi
belanja daerahnya. Struktur dari APBD dilihat dari penerimaan dan pengeluaran daerah
tersebut. Penerimaan daerah adalah PAD, dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain yang
sah sedangkan pengeluaran daerah adalah belanja daerah. Kinerja pemerintah daerah guna
meningkatkan pendapatan asli daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah
dapat diukur menggunakan rasio derajat desentralisasi. Pemerintah daerah dikatakan
berhasil apabila pendapatan asli daerah yang diterima semakin tinggi, maka semakin baik
pula kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut. Rasio tersebut diperoleh dengan
membandingkan jumlah PAD dengan total pendapatan daerah.
Tahun Derajat Desentralisasi Fiskal (%) Kriteria
2019 43 Baik
2020 45, 26 Baik
2021 46 Baik
Rata-rata 44, 7 Baik

Berdasarkan hasil perhitungan rasio derajat desentralisasi fiskal maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Wajo dalam mengoptimalkan pendapatan asli daerah
sudah baik namun pertumbuhannya masih belum stabil. Ketidakstabilan pertumbuhan
derajat desentralisasi fiskal di Kabupaten Wajo disebabkan pertumbuhan pendapatan asli
daerah yang masih mengalami fluktuasi sementara total pendapatan daerah terus meningkat
setiap tahunnya pada tahun anggaran bersangkutan. Dalam pengamatan di lapangan dan
didukung oleh data sekunder yang telah dianalisis, ketidakstabilan pertumbuhan pendapatan
asli daerah di Kabupaten Wajo disebabkan oleh faktor kurang optimalnya pemanfaatan
potensi yang dimiliki daerah sehingga menjadikan penerimaan pendapatan asli daerah juga
menjadi tidak maksimal. Hal ini dibuktikan dari total pendapatan asli daerah yang belum
mampu terealisasi 100%.
Rasio ketergantungan digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan tingkat
ketergantungan suatu daerah. Hasil perhitungan rasio ketergantungan akan menggambarkan
seberapa besar tingkat ketergantungan suatu daerah dengan dana transfer. Sehingga tinggi
hasil perhitungan rasio ini, maka semakin tinggi tingkat ketergantungan daerah kepada dana
transfer begitupun sebaliknya.

Tahun Ketergantungan (%) Kriteria

2019 54, 35 Sangat Tinggi

2020 52, 25 Sangat Tinggi

2021 50, 68 Sangat Tinggi

Rata-rata 52, 42 Sangat Tinggi

Berdasarkan hasil penilaian dari rasio ketergantungan Kabupaten Wajo, pada tahun
anggaran masih termasuk pada kriteria sangat tinggi. Tahun 2020 masih termasuk dalam
kategori sangat tinggi, hampir mengalami sedikit penurunan menjadi kategori tinggi. Kriteria
tersebut menunjukkan pendapatan transfer masih mendominasi total pendapatan daerah di
Kabupaten Wajo. Melalui rasio belanja modal dapat diketahui seberapa besaran belanja
daerah yang dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada tahun anggaran
bersangkutan, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengeluaran yang dilakukan
pemerintah daerah Kabupaten Wajo untuk membiayai modal perusahaan dalam menjalankan
kegiatan pengelolaan Kabupaten Wajo

Keserasian
Tahun Belanja Modal Belanja Daerah
(%)
2019 1.228.459.434.270 4.506.407.629.744 30, 28
2020 1.127.005.683.601 4.633.934.340.973 24, 32
2021 506.420.330.795 4.128.912.545.760 12, 26
Rata-rata 68, 86

Besarnya rasio belanja modal dan belanja operasi terhadap total APBD yang dapat
dikatakan ideal belum memiliki tolak ukur yang pasti. Perubahan dalam setiap kegiatan
pembangunan dan terus bertambahnya kebutuhan investasi sangat berpengaruh dalam
percepatan pertumbuhan yang telah ditargetkan. Perbandingan antara total belanja operasi
dengan total belanja daerah, serta menginformasikan mengenai porsi belanja daerah yang
dialokasikan untuk belanja operasi. Pada umumnya proporsi belanja operasi antara 60-90%,
sehingga mendominasi total belanja daerah secara keseluruhan.

Keserasian
Tahun Belanja Operasi Belanja Daerah
(%)
2019 3.276.818.579.788 4.506.407.629.744 72, 71
2020 3.576.946.715.447 4.633.934.340.973 77, 19
2021 3.429.805.611.104 4.128.912.545.760 83, 07
Rata-rata 77, 65

Tabel tersebut menunjukkan keserasian belanja daerah dengan belanja operasi daerah
Kabupaten Wajo selama tahun anggaran yang diteliti mengalami peningkatan. Keserasian
belanja daerah dan belanja operasi daerah tertinggi terjadi pada tahun 2020 dengan
persentase keserasian 83, 07%. Sementara keserasian belanja daerah dan belanja operasi
dengan persentase terendah terjadi pada tahun anggaran 2019 dengan persentase keserasian
72, 71%.

Anda mungkin juga menyukai