Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS ISU MANAJEMEN ASN DAN SMART ASN DI UNIT KERJA

PESERTA PELATIHAN DASAR CPNS TAHUN 2022

Angkatan : 23
Nama : Agung Wahyudi, A.Md.P.
NIP : 199812092022031004
Instansi : Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum
Jabatan : Pengendali Ekosistem Hutan Terampil
Nama Mentor : Parsaoran Samosir
Jabatan Mentor : Kepala SPTN Wilayah I Lanjak, BBTNBKDS

A. Deskripsi Isu
1. Isu Ke-1 : Kajian Etnozoologi dan Praktik Perburuan secara Tradisional
Masyarakat Dayak di Desa Penyangga SPTN Wilayah I Lanjak Tahun 2022
Etnozoologi adalah cabang dari ilmu etnobiologi yang perkembangannya
lebih lambat. Etnozoologi adalah studi tentang budaya masyarakat masa lampau
dan masa sekarang dengan hewan-hewan dilingkungan hidupnya (Anderson et
al., 2011). Etnozoologi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan
masyarakat lokal tentang sumberdaya hewan meliputi identifikasi, pemanfaatan,
pengelolaan dan perkembangbiakannya (budidaya/domestikasi). Etnozoologi
mengkaji hubungan yang ada pada masa lampau dan hingga masa kini antara
masyarakat dengan hewan yang ada di sekitarnya.
Masyarakat yang hidup dan tinggal di dalam dan sekitar kawasan TNBK
adalah masyarakat Dayak. Berdasarkan Laporan Identifikasi Karakteristik Lokasi
Potensi Zona Tradisional Resort Sebabai dan Resort Sadap pada tahun 2021
diperoleh data mengenai satwa yang diburu oleh masyarakat Desa Menua
Sadap dan Desa Pulau Manak adalah babi, ikan, kancil, rusa dan tupai,
sementara untuk Desa Mensiau dan Desa Labian Ira’ang adalah babi, rusa, dan
kijang. Perburuan secara tradisional yang dilakukan di desa penyangga
memerlukan kontrol yang berkala agar kelestarian tetap terjaga.
Dampak dari belum adanya kajian etnozoologi dan praktik perburuan secara
tradisional masyarakat Dayak di desa penyangga Taman Nasional Betung
Kerihun apabila tidak diselesaikan adalah dapat menyulitkan petugas dalam
mengidentifikasi bentuk gangguan terhadap keanekaragaman satwa-satwa di
TNBK. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Pasal 35 ayat (1) huruf f
dijelaskan bahwa Taman Nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
pemanfaatan secara tradisional untuk masyarakat setempat, dan Pasal 35 Ayat 2
menyatakan bahwa Pemanfaatan tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya
tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi.
Kajian etnozoologi dan perburuan tradisional juga merupakan bentuk pelibatan
masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi. Hal itu menjadi tugas unit
kerja Taman Nasional sebagai pelaksana kebijakan publik.
Kajian etnozoologi dan praktik perburuan secara tradisional masyarakat
Dayak di desa penyangga Taman Nasional Betung Kerihun dilaksanakan oleh
pengelola sesuai dengan kompetensi bidang tugasnya (Smart ASN) sebagai
bentuk pelayanan kepada publik. Pemanfaatan sumber daya berkelanjutan telah
dimasukkan dalam Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Nasional
Betung Kerihun 2016-2025 yang diawali dengan identifikasi, pemetaan,
pengelolaan, dan pemanfaatan secara lestari untuk memenuhi kebutuhan dan
mewujudkan kesejahteraan masyarakat (Manajemen ASN).

2. Isu Ke-2 : Data dan Informasi Satwa dilindungi di Desa Penyangga SPTN
Wilayah I Lanjak TNBK
Taman Nasional merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi. Meskipun taman nasional memiliki fungsi utama untuk konservasi atau
pengawetan alam, di berbagai negara memiliki fungsi yang berbeda-beda pula.
Taman Nasional di Indonesia salah satunya diatur dalam Undang-Undang Nomor
5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati.
Dalam konteks Pengelolaan Taman Nasional berupa hutan dan kegiatan
pemanfaatan sumber daya hutan lainnya diatur menurut perundang-undangan
dan tidak terlepas aspek yang melibatkan para pelaku masyarakat lokal di dalam
kawasan Taman Nasional. Saat ini pengelolaan Taman Nasional sudah
menempatkan masyarakat bukan lagi sebagai objek tetapi sebagai subjek
pengelolaan, oleh karena itu seyogyanya pengelolaan kawasan itu di laksanakan
selaras dengan masyarakat desa penyangga.
Belakangan ini Sebagian masyarakat belum mengetahui potensi satwa yang
ada di dalam kawasan Taman Nasional Betung Kerihun khususnya di wilayah
SPTN I Lanjak. Berdasarkan Laporan Identifikasi Karakteristik Lokasi Potensi
Zona Tradisional Resort Sebabai pada tahun 2021 diperoleh data mengenai
satwa yang diburu oleh masyarakat Desa Menua Sadap dan Desa Pulau Manak
adalah babi, ikan, kancil, rusa, tupai dan kijang. Salah satu diantaranya masuk
kedalam kategori dilindungi, Oleh karena itu dibutuhkan sebuah sarana yang
dapat mensosialisasikan jenis jenis satwa di lindungi yang berada di dalam
kawasan kepada masyarakat desa penyangga.
Dampak yang terjadi apabila isu ini tidak diselesaikan akan berdampak
kerusakan ekosistem hutan, salah satunya adalah dapat mengakibatkan
gangguan terhadap keanekaragaman satwa-satwa terutama satwa prioritas yang
ada di dalam kawasan. Mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK) Nomor 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
Liar Dilindungi. Sebagai upaya melestarikan ekosistem hutan agar tetap lestari.
Isu diatas menunjukan adanya kekurangan TNBK dari segi Manajemen ASN
karena pegawai TNBK belum optimal dalam melakukan pengawasan maupun
pelayanan publik dalam hal penyadartahuan masyarakat mengenai satwa-satwa
yang dilindungi. Selain itu peran masyarakat selaras dengan Undang Undang
Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya yang merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta
masyarakat. Di era digital sekarang penyebaran informasi sangatlah mudah dan
cepat, khususnya berkaitan dengan pengaduan maupun informasi ke pihak
TNBK. Isu diatas menunjukan kurangnya TNBK dari segi Smart ASN.

3. Isu Ke-3 : Pengembangan dan Pengelolaan Kebun Etnobotani Masyarakat


Dusun Sadap
Dilansir dari ksdae.menlhk.go.id, kebun etnobotani merupakan kebun koleksi
tumbuh-tumbuhan yang berisi berbagai macam jenis dan banyak dimanfaatkan
oleh masyarakat Dusun Sadap yang mayoritas dihuni suku Dayak Iban. Kebun
etnobotani ini merupakan inovasi yang dilakukan Bidang Pengelolaan Taman
Nasional (BPTN) Wilayah I Mataso bersama dengan masyarakat Dusun Sadap.
Namun kebun etnobotani tersebut masih memiliki kekurangan, diantaranya
adalah belum ada labelisasi nama tumbuhan, manfaat, dan kegunaannya serta
masih banyak yang belum diidentifikasi sehingga menyulitkan masyarakat dan
pengunjung dalam memperoleh informasi.
Dampak apabila isu ini tidak segera ditangani adalah akan rusaknya kebun
etnobotani yang telah dirintis sejak lama serta pengunjung yang tidak
memperoleh pelayanan informasi dengan baik. Oleh karena itu kebun etnobotani
tersebut patut dijaga dan dirawat keberadaannya sehingga bisa memberikan
edukasi dan informasi bagi pengunjung (Smart ASN). Selain itu, diperlukan juga
SDM yang memiliki kompetensi untuk mengelola kebun etnobotani tersebut
(Manajemen ASN).

B. Penetapan Core Isu


Berdasarkan isu-isu di atas dilakukan penapisan isu menggunakan Teknik Analisis
APKL. Hasil penapisan APKL digambarkan pada table berikut :

No. Isu A P K L Total Prioritas


Kajian Etnozoologi dan Praktik
Perburuan secara Tradisional
1 Masyarakat Dayak di Desa 4 5 4 3 16 2
Penyangga SPTN Wilayah I
Lanjak Tahun 2022
Data dan Informasi Satwa
2 dilindungi di Desa Penyangga 4 5 5 4 18 1
SPTN Wilayah I Lanjak TNBK
Pengembangan dan Pengelolaan
3 Kebun Etnobotani Masyarakat 4 2 2 4 12 3
Dusun Sadap

Keterangan:
Aktual (A): Benar-benar hangat terjadi dan sedang dibicarakan
Nilai 5 : Baru dan sedang hangta dibicarakan, 3 bulan lalu hingga saat ini
4 : Tidak baru tetapi masih hangta dibicarakan, 4 – 6 bulan terakhir
3 : Tidak baru tetapi masih sering dibicarakan, 7 – 9 bulan terakhir
2 : Tidak baru dan jarang dibicarakan 10 – 12 bulan terakhir
1 : Diperbincangkan satu kali dalam kurun waktu lebih dari 12 bulan terakhir

Problematik (P): Kompleksitas isu


Nilai 5 : Masalah menyangkut pengelola, SDA, Masyarakat, ekonomi dan budaya
4 : Masalah menyangkut pengelola, SDA, Masyarakat dan ekonomi
3 : Masalah menyangkut pengelola, SDA dan Masyarakat
2 : Masalah menyangkut pengelola dan SDA
1 : Masalah menyangkut pengelola
Kekhalayakan (K): Keterkaitan isu dengan hajat hidup orang banyak
Nilai 5 : Lingkup Nasional
4 : Lingkup Balai
3 : Lingkup SPTN Wilayah
2 : Lingkup Masyarakat
1 : Lingkup Individu

Kelayakan (L): Pemecahan isu dapat dilakukan dengan waktu yang tersedia
Nilai 5 : Sangat layak, isu dapat diselesaikan dalam waktu <1 bulan
4 : Layak, isu dapat diselesaikan dalam waktu <3 bulan
3 : Cukup layak, isu dapat diselesaikan dalam waktu <6 bulan
2 : Kurang layak, isu dapat diselesaikan dalam waktu <1 tahun
1 : Tidak layak, isu dapat diselesaikan dalam waktu >1 tahun

Berdasarkan Analisis APKL di atas, maka isu yang dipilih adalah “Data dan Informasi
Satwa dilindungi di Desa Penyangga SPTN Wilayah I Lanjak TNBK” Dengan rumusan
isu : “Kurangnya Sosialisasi dan Publikasi Informasi Satwa Dilindungi kepada
Masyarakat di dalam dan sekitar Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun Wilayah
SPTN I Lanjak”

C. Penentuan Penyebab Isu Terpilih


Metode yang digunakan untuk menganalisis isu yang dipilih adalah fishbone
diagram. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat secara lebih mudah.
Hasil analisis dapat dilihat pada fishbone diagram berikut :
Gambar 1. Fishbone Diagram

D. Gagasan Kreatif/Pemecahan Isu

Berdasarkan hasil analisis core issue diatas, maka gagasan kreatif yang kiranya
dapat menjadi upaya penyelesaian adalah “Optimalisasi Sistem Informasi Satwa
dilindungi di SPTN Wilayah I Lanjak dalam rangka Penyadartahuan Masyarakat Desa
Penyangga” Gagasan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga ekosistem fauna di Kawasan TNBK
mengenai satwa-satwa yang dilindungi melalui pemberian informasi yang merupakan salah
satu perwujudan aspek Manajemen ASN dimana diperlukan peran serta antar TNBK
dengan masyarakat yang terlibat dalam rangka kegiatan pemberian pemahaman ini. Dalam
hal ini pemberian informasi kepada masyarakat dilakukan secara partisipatif, transparan,
responsive, aksesibel, dan akuntabel merupakan salah satu perwujudan bagian dari Smart
ASN.
Oleh karena itu, gagasan tersebut dilaksanakan dalam bentuk kegiatan-kegiatan, antara
lain :

No Kegiatan Tahapan Kegiatan


Output / Hasil
1. 2. 3. 4.
1 Membuat infografis Melakukan konsultasi Catatan Konsultasi
mengenai satwa dilindungi dengan atasan
sebagai bahan sosialisai Pembuatan Draft Draft
kepada masyarakat sebagai Leaflet Infografis
bentuk upaya menjaga menggunakan aplikasi
kelestarian ekosistem di Menyampaikan Draft Draft infografis yang
Kawasan Taman Nasional. infografis ke Mentor disetujui Mentor
Pencetakan Infografis dalam bentuk
Leaflet
2 Membuat materi sosialisai Konsultasi materi ke Catatan Konsultasi
berupa slide mengenai atasan
satwa dilindungi khususnya Mengumpulkan bahan Rangkaian beberapa
orangutan di Kawasan materi PPT materi
Taman Nasional. Pembuatan materi Materi PPT
PPT
3 Melakukan sosialisasi dan Konsultasi ke senior Catatan Konsultasi
publikasi kepada masyarakat dan atasan
Desa Penyangga terhadap Sosialisasi SPT, Dokumentasi,
pentingnya menjaga dan Absensi
mengelola sumberdaya alam Pembuatan laporan Laporan hasil
di Kawasan Taman sosialisasi
Nasional.

4 Membuat Buku Saku tentang Konsultasi kepada Catatan konsultasi


Satwa dilindungi yang ada di atasan
Kawasan Taman Nasional Mengumpulkan Kumpulan data
Betung Kerihun literatur dan bahan
Menyampaikan Draft Draft buku saku
buku saku ke mentor

Anda mungkin juga menyukai