Anda di halaman 1dari 1

AGAMA DAN ILMU PENGETAHUAN

Oleh : Binti Istiqomah

Soedjamoko Mangoendiningrat, koko adalah panggilan yang diberikan kepada Soedjamoko.


Lahir di Sawahlunto, 10 Januari 1922 saat ayahandanya dr. Saleh Mangoendiningrat bertugas
sebagai dokter disana. Ayah dan ibunya, Isnadikin sama-sama terlahir dari keluarga
bangsawan Jawa dan karenanya memiliki keistimewaan dalam hal pendidikan. Saat umurnya
5 tahun ia berangkat ke Belanda mengikuti sang ayah yang melanjutkan studi kedokterannya
dalam spesialisasi bedah disana. Saat ia duduk dibangku kelas 3 sekolah dasar, koko dan
keluarganya kembali ke Hindia, tepatnya tempat ayahnya bertugas di Manado, Sulawesi
Utara. Kemudian pada usia 14 tahun, Saleh ayah koko berkata bahwa ia akan menjamin
pendidikan yang berkualitas bagi koko, namun takkan meninggalkan warisan. Oleh sebab itu
koko tidak melanjutkan sekolah umumnya, melainkan ke sebuah Gimnasium baru di
Surabaya, sekolah khusus untuk anak-anak luar biasa atau berbakat yang menawarkan
program 6 tahun dalam bidang seni dan sains, termasuk didalamnya program empat tahun
bahasa Latin dan Yunani.

Disekolah ini, seorang guru bahasa dan sastra, Marie Fracken, yang mengajar Sejarah Seni
Eropa, mengenalkannya pada kebudayaan Eropa diluar aspek kolonialismeyang melekat
padanya. “Marie Fracken membuat saya menyadari bahwa ada Eropa lain, bahwa ada wujud
lainnya dalam peradaban manusia ketimbang hanya pengalaman tipe kolonial. Saya selalu
berterimakasih padanya untuk itu, bahkan ketika Marie Fracken ditahan pada masa
pendudukan Jepang, saya tetap berkomunikasi dengan Marie Fracken”, Kata Soedjatmoko.
Koko lulus dari sekolah lanjutan ini pada tahun 1940

Anda mungkin juga menyukai