Saat ini di Jakarta, bertambahnya penduduk kota artinya bertambah pula bangunan
pemukiman yang ada, mengakibatkan penggunaan sumberdaya di area tersebut, seperti
sumber daya air semakin meningkat, sehingga menurunkan jumlah sumberdaya per kapita.
Sebenarnya bukan masalah peningkatan kepadatannya, karena sumberdaya air pasti
berkurang. Poinnya adalah bagaimana mengelola sumberdaya yang ada sesuai dengan potensi
dan kepadatan penduduk kotanya (Ricards, 2007). Kepadatan kota juga berakibat pada
mobilitasnya, semakin padat suatu kota, travel density akan semakin naik, bukan karena
mobilitas individu yang semakin tinggi, namun karena penduduk yang bertambah. Jadi,
walaupun secara individu mobilitasnya semakin berkurang, secara global tetap naik karena
penduduknya terus bertambah. Artinya ruang kota akan semakin rapat, aksebilitas semakin
tinggi, koridor-koridor (jalur penghubung) kota semakin vital sehingga penanganannya harus
difokuskan pada pengembangan detail kota yang berkelanjutan dengan fokus pada efisiensi,
integrase, dan juga kendaraan massal. (Farr, et al 2007).
Integrasi koridor kota, dan pemanfaatan ruang kota untuk mengurangi mobilitas
kendaraan menjadi hal yang krusial, sejalan dengan peningkatan kepadatan kota. Koridor-
koridor kota yang sebelumnya fokus pada highway kini dapat dialihkan pada pelayanan
transportasi masal demi mendukung kebutuhan transportasi dengan jumlah demand yang
tinggi. Tentunya kenyamanan moda dan integrasinya menjadi poin utama, agar penduduk
kota bisa mengakses transportasi masal dengan nyaman mulai. Aksesnya harus dipermudah
dimulai dari keluar rumah sampai menuju pusat kota, terminal, stasiun hanya dengan berjalan
kaki. Prinsip ini secara modern dikenal dengan TOD (Transit Oriented Development),
mudahnya, penduduk kota dapat mengakses semua moda transportasi menuju pusat kota
hanya dengan berjalan kaki (ITDP 2014). Walking distance menjadi hal yang penting, karena
jauh tidaknya jarak yang ditentukan bergantung dari kenyamanan pada koridor
perjalanannya. Perencanaan TOD juga menunjang tercapainya prinsip gaya hidup modern
yang lebih sehat karena mengedepankan poin sebagai berikut yaitu: walk to walk, cycling,
get on the bus, vehicle control, logistic service, koneksi tiap bloks dan efisiensi dalam
perancangan kota (Waston, 2003).
Referensi
Statistik Transportasi DKI Jakarta. (2015). Retrieved 2016 2016, 2016, from BPS Jakarta:
jakarta.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Statistik-Transportasi-DKI-Jakarta-2015.pdf
Ellis, J. 2007. Ilustrating Density. Sustainable Urbanism: Urban Design With Nature. John
Willey & Sons, inc.
Richards, L. 2007. Water and the Density Debate. US EPA
Watson, D. 2003. Time-Saver Standards for Urban Design. Massachusetts: The McGraw-Hill
Companies.
Farr, et al. 2007. Sustainable Corridor. Sustainable Urbanism: Urban Design With Nature.
John Willey & Sons, inc. 2007
ITDP, 2014. Our Cities Ourselves: Principles for Transport in Urban Life