Ni Wayan Yati Agustian Dewi, Francisca Shanti Kusumaningsih, Ni Luh Putu Yunianti
Suntari
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Email: agustiandewi97@yahoo.com
ABSTRAK
Anak-anak prasekolah mudah menderita penyakit terkait kebersihan. Penyakit ini bisa dicegah dengan
membentuk kebiasaan mencuci tangan dengan sabun. Anak-anak perlu diberikan pendidikan kesehatan cuci
tangan dengan media puzzle dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan perilaku
mencuci tangan anak dengan sabun antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan setelah
pendidikan kesehatan melalui media puzzle. Penelitian ini adalah eksperimen Quasy yang dilakukan di dua
tempat, PAUD Widya Kusuma sebagai kelompok perlakuan dan PAUD Bina Mekar sebagai kelompok kontrol.
Sampel dari penelitian ini adalah 24 dari setiap kelompok. Teknik pengambilan sampel adalah Probability
Sampling dengan Cluster / Area Sampling. Penelitian ini dilakukan lebih dari enam kali intervensi pada 11 April
hingga 2 Mei 2015. Pada kedua kelompok dilakukan pre-test dan post test dengan pedoman lembar observasi.
Hasil pretest adalah 24 dari masing-masing kelompok berada dalam kategori kurang perilaku mencuci tangan
dengan sabun. Setelah intervensi, hasil post test adalah 24 anak-anak dari kelompok kontrol berada dalam
kategori kurang tetapi tidak untuk kelompok perlakuan, 24 anak-anak berada dalam kategori perilaku mencuci
tangan yang cukup baik dengan sabun. Nilai hasil Uji Mann-Whitney adalah p = 0,000, p <0,05 berarti bahwa
ada perbedaan perilaku mencuci tangan dengan sabun antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan setelah
intervensi.
Kata kunci: mencuci tangan dengan sabun, pendidikan kesehatan dengan media puzzle anak prasekolah
ABSTRACT
Preschool children are easy to suffer disease related hygiene. This disease can be prevented by forming the habit
of handwashing with soap. Children need to be given handwashing health education with puzzle media in this
study. This study aims to analyze the differences of handwashing children behaviour with soap between the
control group and the treatment group given after health education through puzzle media. This study was a
Quasy experimental which be performed in two places, PAUD Widya Kusuma as a treatment group and PAUD
Bina Mekar as a control group. Samples from this study were 24 of each group. Sampling technique was
Probability Sampling with Cluster/Area Sampling. This study was conducted over six times intervention on April
11 to May 2, 2015. In both groups performed pre-test and post test with guidelines observation sheet. The pretest
result was 24 of each group are in less category of handwashing behaviour with soap. After intervention, the
post test result was 24 children from control group were in less category but not for treatment group, 24
children were in rather good category of handwashing behaviour with soap. Mann-Whitney Test results value
was p = 0.000, p < 0.05 means that there was difference in the handwashing behaviour with soap between
control and treatment groups after intervention.
Keywords : handwashing with soap, health education with puzzle media preschool children
dari 27% populasi penduduk dunia berhubungan dengan hygiene (Potter &
(Hansroling, 2014). Laju pertumbuhan Perry, 2006).
penduduk di Indonesia mencapai 1,49% Hasil Riset Kesehatan Dasar
atau 4,5 juta jiwa per tahun yang (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
berimplikasi pada peningkatan jumlah bahwa ISPA dan diare masih ditemukan
anak usia prasekolah di Indonesia dengan presentase tinggi pada anak usia
(Departemen Kesehatan RI, 2010). Data lima hingga enam tahun yaitu 43% dan
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 16%. Bali adalah provinsi yang menduduki
menunjukkan bahwa jumlah penduduk peringkat keenam kejadian diare di
Indonesia tahun 2010 adalah 234.181.400 Indonesia (Kemenkes RI, 2011).
jiwa, dimana 8.269.856 jiwa adalah anak Berdasarkan data Dinas Kesehatan
usia prasekolah. Di Bali, anak usia Provinsi Bali tahun 2012 diperoleh kasus
prasekolah tahun 2010 berjumlah 113.051 penyakit yang paling tinggi adalah diare
jiwa (BPS, 2010). dan menyerang anak usia prasekolah yaitu
Anak usia lima sampai enam tahun 7.975 anak. Gianyar berada di peringkat
digolongkan sebagai anak usia prasekolah. pertama kejadian ISPA dengan jumlah
Pada masa ini dikatakan sebagai masa 83.207 jiwa dan angka kejadian diare di
emas (golden age) perkembangan. Seorang Gianyar juga besar yaitu 10.758 jiwa
individu pada masa ini akan mengalami (Dinkes, 2013).
tumbuh kembang yang sangat pesat baik Penyakit pada dasarnya ditimbulkan
dari segi fisik motorik, emosi, kognitif, oleh empat faktor, yaitu lingkungan (30%),
maupun psikososial, juga perkembangan perilaku (40%), genetic (20%), akses pada
anak berlangsung secara holistik atau tempat pelayanan kesehatan (10%)
menyeluruh (Martuti, 2008). (Bararah, 2011). Berdasarkan data tersebut
Anak usia lima sampai enam tahun perilaku adalah penyebab terbesar
memiliki rentang usia yang sangat timbulnya suatu penyakit, sehingga
berharga dibandingkan usia-usia penting untuk meningkatkan perilaku
selanjutnya karena perkembangan kesehatan anak. Salah satu program
kecerdasan yang sangat pesat. Usia penting yang berkaitan dengan
prasekolah ini merupakan fase kehidupan menurunkan kasus penyakit menular
yang unik, dan berada pada masa proses adalah dengan cuci tangan pakai sabun.
perubahan berupa pertumbuhan, Anak usia lima hingga enam tahun sudah
perkembangan, pematangan dan mulai dapat diajarkan untuk menggunakan
penyempurnaan, baik pada aspek jasmani aturan-aturan untuk memahami penyebab,
maupun rohaninya yang berlangsung seperti sebelum makan agar anak tidak
seumur hidup, bertahap, dan sakit perut, anak dapat diajarkan perilaku
berkesinambungan (Mulyasa, 2012). cuci tangan pakai sabun (Potter & Perry,
Masa prasekolah adalah masa yang 2006).
paling penting dalam proses pembentukan Cuci tangan pakai sabun terbukti
dan pengembangan kepribadian baik dalam merupakan hal yang paling mudah untuk
aspek fisik, psikis, spiritual, maupun etika- mencegah penyakit dan merupakan strategi
moral, sehingga menjadi orang yang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
bertanggung jawab untuk diri sendiri (STBM) yang tertuang dalam surat
maupun sosial masyarakat (Zain, 2010). keputusan Menteri kesehatan RI No.
Anak mulai mengkoordinasikan otot-otot 852/SK/Menkes/IX/2008. Perilaku cuci
untuk berlari, berguling, maupun tangan pakai sabun (CTPS) khususnya
melompat. Pada fase ini rasa ingin tahu setelah kontak dengan feses ketika ke
dan minat anak bereksplorasi terhadap jamban dan membantu anak ke jamban,
lingkungan semakin meningkat sehingga dapat menurunkan insiden diare hingga 42-
anak rentan menderita penyakit yang
47% dan menurunkan transmisi ISPA Penelitian yang dilakukan oleh Paino
hingga lebih dari 30% (Lyer, 2005). (2014) di Kelompok B PAUD Al-Falah
Pengetahuan merupakan salah satu Ibmangga Kecamatan Tabongo Kabupaten
faktor yang mempengaruhi perilaku cuci Gorontalo dengan judul “Meningkatkan
tangan anak (Potter & Perry, 2006). Perilaku Kooperatif melalui Teknik
Pengetahuan yang dimiliki akan Bermain Puzzle pada anak kelompok B
mempengaruhi sikap dan tindakan perilaku PAUD Al-Falah Kecamatan Tabongo
cuci tangan anak. Anak akan mampu Kabupaten Gorontalo”. Penelitian ini
mengadopsi tindakan cuci tangan yang menggunakan metode penelitian tindakan
benar sehingga diaplikasikan dalam kelas (PTK) dengan jumlah sample 20
kehidupan sehari-hari dan terjadi orang. Berdasarkan penelitian tersebut
perubahan perilaku kesehatan pada anak. didapatkan hasil bahwa bermain puzzle
Hal ini disebabkan karena adanya interaksi terbukti dapat meningkatkan perilaku
antara rangsangan dengan individu yang kooperatif pada anak kelompok B PAUD
saling mempengaruhi satu sama lainnya Al-Falah Kecamatan Tabongo Kabupaten
(Walgito dalam Sunaryo, 2004). Gorontalo.
Pengetahuan mengenai cuci tangan Penelitian yang dilakukan Afida
disampaikan melalui pendidikan (2014) di Kelompok Bermain Buah Hati
kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Kita Jember pada tahun 2013 berjudul
Zain (2010) berjudul “Pengaruh “Hubungan antara Permainan Puzzle
Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan dengan Kemampuan Kognitif Anak Usia
terhadap Perilaku Mencuci Tangan pada Dini di Kelompok Bermain Buah Hati Kita
Anak Usia Sekolah di SD Negeri Sinoman Jember Tahun 2013”. Penelitian ini
Pati”. Populasi dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif
siswa kelas IV-VI sebanyak 57 orang kuantitatif, dengan jumlah objek penelitian
berdasarkan teknik total sampling. 30 anak. Berdasarkan penelitian tersebut
Penelitian ini merupakan penelitian jenis didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan
Eksperimen Semu dengan desain Non yang signifikan antara permainan puzzle
Equivalent Control Group Design yang dengan kemampuan kognitif anak usia dini
mendapatkan hasil yang signifikan bahwa di Kelompok Bermain Buah Hati Kita
ada pengaruh pendidikan kesehatan Jember. Penelitian lain yang dilakukan
mencuci tangan terhadap perilaku mencuci oleh Fitriyani, Ta’suah, dan Adiarti (2014)
tangan pada anak usia sekolah. berjudul “Penggunaan Media Puzzle Tiga
Untuk mempermudah penyampaian Dimensi Untuk Meningkatkan Kecerdasan
informasi tersebut, diperlukan media Visual Spasial Anak Usia 5-6 Tahun (Studi
sebagai alat bantu penyampaiannya Deskriptif Kuantitatif di TK PGRI 25
(Fitriani, 2011). Peran media dalam Karangrejo Semarang)” mendapatkan hasil
pembelajaran khususnya dalam pendidikan bahwa penggunaan media puzzle tiga
anak usia prasekolah semakin penting dimensi memberikan peningkatan terhadap
mengingat pemikiran anak didasari oleh kecerdasan visual spasial anak usia 5-6
apa yang mereka lihat, dengar, ataupun tahun.
alami (Wong, 2009). Salah satu media Penelitian yang dilakukan oleh
pembelajaran yang bisa dipakai adalah Juhaeti (2012) berjudul “Meningkatkan
puzzle. Puzzle merupakan media yang Kemampuan Mengingat dan Membaca
berbentuk potongan-potongan gambar Anak Usia Dini Melalui Bermain Puzzle”
yang digunakan untuk menyalurkan pesan mendapatkan hasil bahwa penggunaan
pembelajaran, sehingga dapat menstimulus puzzle mampu meningkatkan daya ingat
perhatian, minat, pikiran dan perasaan dan membaca anak usia dini. Berdasarkan
anak selama proses pembelajaran hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
(Santyasa, 2007). bahwa dengan penggunaan media puzzle
media puzzle sebanyak 6 kali dalam tiga kesehatan diperoleh dengan mengisi
minggu. Prosedur pelaksanaan yaitu anak- lembar observasi perilaku cuci tangan
anak dijelaskan terlebih dahulu mengenai pakai sabun anak prasekolah. Hasil
tujuan dan prosedur, kemudian pengukuran tingkat perilaku cuci tangan
memperkenalkan media kepada anak, yaitu pakai sabun anak pada kelompok kontrol
puzzle yang bergambar cuci tangan yang (PAUD Bina Mekar) sebelum diberikan
benar. Anak-anak dibagikan puzzle dan pendidikan kesehatan dengan media
meminta anak untuk memasang kepingan- puzzle, seluruh anak berada pada kategori
kepingan puzzle. Setelah puzzle terpasang, perilaku cuci tangan kurang baik, yaitu
meminta anak untuk mempraktikkan yang dengan jumlah 24 anak (100%). Begitu
ada pada gambar puzzle tersebut. Anak- pula pada kelompok perlakuan (PAUD
anak kemudian diberikan pengetahuan Widya Kusuma) dari 24 anak, seluruh anak
tentang manfaat cuci tangan dan waktu (100%) berada pada kategori perilaku cuci
yang tepat untuk cuci tangan. Seluruh anak tangan yang kurang baik.
diajak melakukan simulasi cuci tangan Terjadi perbedaan perilaku cuci
pakai sabun yang benar. Setelah data tangan pakai sabun anak antara kelompok
terkumpulkan, maka data di deskripsikan kontrol dan perlakuan setelah diberikan
dan diberikan skor sesuai kategori perilaku pendidikan kesehatan dengan media
cuci tangan menggunakan tiga kategori, puzzle. Perbedaan itu terlihat dimana,
yaitu; kategori kurang baik (skor 1-3), setelah diberikan pendidikan kesehatan
kategori cukup baik (skor 4-7), dan dengan media puzzle pada kelompok
kategori baik (8-12). Selanjutnya data perlakuan, seluruh anak yang berjumlah 24
tersebut ditabulasikan, data dimasukkan anak di kelompok tersebut berada pada
dalam tabel frekuensi dan kategori perilaku cuci tangan yang cukup
diinterpretasikan. Untuk menganalisis baik. Sedangkan pada kelompok kontrol
perbedaan perilaku cuci tangan pakai anak-anak tidak mendapatkan pendidikan
sabun anak antara kelompok kontrol dan kesehatan dengan media puzzle dan
kelompok perlakuan setelah diberikan mendapatkan hasil bahwa seluruh anak (24
pendidikan kesehatan dengan media puzzle anak) masih tetap berada pada kategori
maka digunakan uji statistic Mann- perilaku cuci tangan yang kurang baik.
Whitney Test dengan tingkat signifikansi p Uji statistik perbedaan perilaku
≤ 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. cuci tangan pakai sabun pada kelompok
kontrol dan perlakuan setelah diberikan
HASIL PENELITIAN pendidikan kesehatan dengan media puzzle
Penelitian terhadap perilaku cuci tangan digunakan Mann Whitney Test. Hasil uji
pakai sabun anak usia prasekolah (5-6 tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
tahun) sebelum diberikan pendidikan
Tabel 1.
Perbedaan perilaku cuci tangan pakai sabun pada kelompok kontrol dan perlakuan setelah
Perilaku cuci tangan Mann-Whitney U Z Asymp. Sig. (2-tailed)
pakai sabun ,000 -6,856 ,000
diberikan pendidikan kesehatan dengan media puzzle (n= 24)
pendidikan kesehatan dengan media masih tetap berada pada kategori perilaku
puzzle. Sedangkan pada kelompok kontrol cuci tangan kurang baik.
tidak mengalami perubahan perilaku dan
media puzzle, semua responden yaitu 24
PEMBAHASAN anak mengalami peningkatan perilaku cuci
Sebelum diberikan pendidikan tangan pakai sabun prasekolah. Sedangkan
kesehatan dengan media puzzle seluruh pada kelompok kontrol tidak terjadi
anak prasekolah yang berusia lima sampai peningkatan perilaku cuci tangan pakai
dengan enam tahun di PAUD Widya sabun, dimana 24 responden tetap berada
Kusuma berada pada kategori perilaku dalam kategori kurang baik.
kurang baik untuk melakukan cuci tangan Pada uji Mann-Whitney U
pakai sabun. Begitu pula di PAUD Bina didapatkan Asymp. Sig. (2-tailed) dari
Mekar seluruh anak berada pada kategori perilaku cuci tangan pakai sabun anak
perilaku kurang baik dalam melakukan prasekolah yaitu p=0,000 yang
cuci tangan pakai sabun. Seluruh anak menunjukkan p lebih kecil dari 0,05 yang
yang berada pada kategori perilaku cuci berarti bahwa terdapat perbedaan perilaku
tangan yang kurang baik kemungkinan cuci tangan pakai sabun antara kelompok
karena kurangnya pengetahuan yang kontrol dan perlakuan setelah diberikan
dimiliki anak mengenai cuci tangan yang pendidikan kesehatan dengan media
benar. Pihak PAUD seperti guru-guru telah puzzle. Menurut Fitriani tahun 2011, pada
mengingatkan anak untuk mencuci tangan anak usia prasekolah perilaku kesehatan
dengan menggunakan sabun, dan juga dapat dibentuk melalui cara menumbuhkan
telah menyediakan sarana sabun untuk pengertian, kebiasaan, dan penggunaan
mendukung cuci tangan pakai sabun anak. model sehingga dapat dibentuk perilaku
Namun upaya yang dilakukan oleh pihak kesehatan sesuai dengan harapan.
PAUD tersebut masih sangat kurang, Pembentukan perilaku melalui pembiasaan
dimana dapat terlihat bahwa tidak adanya dan pengembangan kemampuan dasar
upaya khusus seperti pemberian merupakan fokus pengembangan pada
pendidikan kesehatan kepada anak-anak. anak usia tersebut. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan mengenai mencuci merupakan salah satu cara menumbuhkan
tangan yang benar akan menstimulus anak pengertian kepada anak untuk mengubah
untuk mau dan mampu melakukan perilaku. Pentingnya pendidikan kesehatan
perubahan perilaku cuci tangan pakai tersebut dibuktikan dalam penelitian yang
sabun yang benar. Oleh karena pendidikan dilakukan oleh Susilaningsih (2013) yang
kesehatan yang kurang menyebabkan berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan
anak-anak tidak mendapatkan pengetahuan Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa
yang lengkap mengenai pentingnya cuci Sekolah Dasar”. Penelitian tersebut
tangan dengan menggunakan sabun dilakukan di SD 1 Gonilan dengan 36
sehingga tidak adanya antusias anak untuk responden yang mendapatkan hasil bahwa
mencuci tangan dengan menggunakan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap
sabun. perilaku cuci tangan anak melalui
Setelah diberikan perlakuan berupa pendidikan kesehatan.
pendidikan kesehatan dengan media puzzle Dalam mengajarkan anak usia
selama enam kali dalam tiga minggu prasekolah untuk mencuci tangan
kemudian dilakukan pengisian lembar diperlukan media yang tepat sehingga
observasi dan memperoleh hasil terjadinya dapat mengubah perilaku (Fitriani, 2011).
peningkatan perilaku pada kelompok Salah satu media yang bisa digunakan
perlakuan tersebut (PAUD Widya adalah media puzzle untuk meningkatkan
Kusuma). Pada kelompok perlakuan yang minat anak sehingga pesan tersampaikan.
diberikan pendidikan kesehatan dengan Hal ini didukung juga oleh penelitian yang