Anda di halaman 1dari 7

LINTAS SEJARAH KOTA BANDUNG

DAN PEMERINTAHANNYA
SEJAK TAHUN 1998, PEMERINTAH KOTA BANDUNG
MENETAPKAN TANGGAL 25 SEPTEMBER SEBAGAI "HARI
JADI KOTA BANDUNG". SEBELUMNYA TERDAPAT BEBERAPA
PANDANGAN TENTANG HARI JADI KOTA BANDUNG YANG
MENGIDENTIKKAN HARI JADI KOTA BANDUNG DENGAN
TANGGAL PEMBENTUKAN GEMEENTE BANDUNG YAITU
TANGGAL 1 APRIL 1906 , SEHINGGA BEBERAPA WAKTU
LAMANYA TANGGAL 1 APRIL DIPERINGATI SEBAGAI HARI JADI
KOTA BANDUNG.
SEMENTARA ITU, DIKALANGAN MASYARAKAT ADA
ANGGAPAN, BAHWA HARI JADI KOTA BANDUNG ADALAH
TANGGAL 25 MEI 1910. DENGAN KATA LAIN, SEBELUM TAHUN
1998 PEMAHAMAN MENGENAI HARI JADI KOTA BANDUNG
SIMPANG SIUR. KESIMPANGSIURAN ITU TERJADI AKIBAT
PROSES SEJARAH BERDIRINYA KOTA BANDUNG BELUM
DIPAHAMI SECARA JELAS. HAL ITU DAPAT DIMAKLUMI,
KARENA KOTA BANDUNG ADALAH SALAH SATU KOTA DI
INDONESIA YANG BERUSIA SANGAT TUA.
MENYADARI AKAN PENTINGNYA PELURUSAN SEJARAH,
SEJAK TAHUN 1997 PEMERINTAH KOTA BANDUNG BERUSAHA
UNTUK MENETAPKAN HARI JADI KOTA BANDUNG YANG BENAR
BERDASARKAN PEMBUKTIAN ATAU FAKTA SEJARAH.
USAHA ITU DILAKUKAN MELALUI SEMINAR PADA TANGGAL
10 MARET 1997, SARASEHAN PADA TANGGAL 22 JANUARI 1998,
DAN DITINDAKLANJUTI DENGAN BEBERAPA DISKUSI YANG
MELIBATKAN SEJUMLAH PAKAR BERBAGAI BIDANG ATAU
PROFESI, SEPERTI SEJARAWAN, PAKAR PEMERINTAHAN,
BUDAYAWAN DAN SEJUMLAH TOKOH MASYARAKAT DARI
BERBAGAI KALANGAN.
SELANJUTNYA PEMERINTAH KOTA BANDUNG MEMBENTUK
SEBUAH TIM UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN HARI JADI KOTA
BANDUNG YANG DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN
KEBENARANNYA. TIM INTI TERDIRI ATAS SEJUMLAH
SEJARAWAN DARI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS
PADJADJARAN DAN BEBERAPA PAKAR BIDANG LAINNYA.
PENELITIAN ITU MENGHASILKAN TANGGAL 25 SEPTEMBER 1810
ADALAH “HARI JADI KOTA BANDUNG".

PROSES BERDIRINYA KOTA BANDUNG


KOTA BANDUNG TIDAK BERDIRI BERSAMAAN DENGAN
PEMBENTUKAN KABUPATEN BANDUNG. KOTA ITU DIBANGUN
DENGAN TENGGANG WAKTU SANGAT JAUH SETELAH
KABUPATEN BANDUNG BERDIRI.
KABUPATEN BANDUNG DIBENTUK PADA SEKITAR
PERTENGAHAN ABAD KE-17 MASEHI, DENGAN BUPATI
PERTAMA YANG BERNAMA TUMENGGUNG WIRANGUNANGUN. IA
MEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BERIBUKOTA DI KRAPYAK
(SAAT INI DIKENAL DAYEUHKOLOT), KIRA-KIRA 11 KILOMETER
KE ARAH SELATAN DARI PUSAT KOTA BANDUNG SEKARANG.
KETIKA KABUPATEN BANDUNG DIPIMPIN OLEH BUPATI KE-6
YAITU R.A. WIRANATAKUSUMAH II (PERIODE 1794-1829) YANG
DIJULUKI "DALEM KAUM", KEKUASAAN DI NUSANTARA BERALIH
DARI KOMPENI KEPADA PEMERINTAH HINDIA BELANDA,
DENGAN GUBERNUR JENDERAL PERTAMA YANG BERNAMA
HERMAN WILLEM DAENDELS. UNTUK KELANCARAN
MENJALANKAN TUGASNYA DI PULAU JAWA, DAENDELS
MEMBANGUN JALAN RAYA POS (GROOTE POSHWEG) DARI
ANYER DI UJUNG JAWA BARAT KE PANARUKAN DI UJUNG
JAWA TIMUR (± 1000 KILOMETER). PEMBANGUNAN JALAN
RAYA ITU DILAKUKAN OLEH RAKYAT PRIBUMI DI BAWAH
PIMPINAN BUPATI DAERAH MASING-MASING.
DI DAERAH BANDUNG KHUSUSNYA DAN DAERAH
PRIANGAN UMUMNYA, JALAN RAYA POS MULAI DIBANGUN
PERTENGAHAN TAHUN 1808, DENGAN MEMPERBAIKI DAN
MEMPERLEBAR JALAN YANG TELAH ADA. DI KOTA BANDUNG
SEKARANG, JALAN RAYA ITU BERNAMA JALAN JENDRAL
SUDIRMAN – JALAN ASIA AFRIKA - JALAN A. YANI, BERLANJUT
KE SUMEDANG DAN SETERUSNYA. UNTUK KELANCARAN
PEMBANGUNAN JALAN RAYA, DAN AGAR PEJABAT
PEMERINTAH KOLONIAL MUDAH MENDATANGI KANTOR BUPATI,
DAENDELS MELALUI SURAT TANGGAL 25 MEI 1810 MEMINTA
BUPATI BANDUNG DAN BUPATI PARAKANMUNCANG UNTUK
MEMINDAHKAN IBUKOTA KABUPATEN, MASING-MASING KE
DAERAH CIKAPUNDUNG DAN ANDAWADAK ( SAAT INI DIKENAL
TANJUNGSARI) MENDEKATI JALAN RAYA POS.
RUPANYA DAENDELS TIDAK MENGETAHUI, BAHWA JAUH
SEBELUM SURAT ITU KELUAR, BUPATI BANDUNG SUDAH
MERENCANAKAN UNTUK MEMINDAHKAN IBUKOTA KABUPATEN
BANDUNG, BAHKAN TELAH MENEMUKAN TEMPAT YANG CUKUP
BAIK DAN STRATEGIS BAGI PUSAT PEMERINTAHAN.
TEMPAT YANG DIPILIH ADALAH LAHAN KOSONG BERUPA
HUTAN, TERLETAK DI TEPI BARAT SUNGAI CIKAPUNDUNG, TEPI
SELATAN JALAN RAYA POS YANG SEDANG DIBANGUN (YANG
MENJADI PUSAT KOTA BANDUNG SEKARANG). ALASAN
PEMINDAHAN IBUKOTA ITU ANTARA LAIN, KRAPYAK TIDAK
STRATEGIS SEBAGAI PUSAT PEMERINTAHAN, KARENA
TERLETAK DI SISI SELATAN DAERAH BANDUNG DAN SERING
DILANDA BANJIR BILA MUSIM HUJAN.
SEKITAR AKHIR TAHUN 1808/ AWAL TAHUN 1809, BUPATI
BESERTA SEJUMLAH RAKYATNYA PINDAH DARI KRAPYAK
MENDEKATI LAHAN BAKAL IBUKOTA BARU. MULA-MULA BUPATI
TINGGAL DI CIKALINTU (SAAT INI DIKENAL CIPAGANTI),
KEMUDIAN PINDAH KE BALUBUR HILIR, SELANJUTNYA PINDAH
LAGI KE KAMPUNG BOGOR (SAAT INI DIKENAL KEBON KAWUNG,
PADA LAHAN GEDUNG PAKUAN SEKARANG).
BUPATI MEMIMPIN SEJUMLAH RAKYATNYA, TERMASUK
PENDUDUK KAMPUNG BALUBUR HILIR, MEMBUKA HUTAN PADA
LAHAN BAKAL IBUKOTA.
TIDAK DIKETAHUI SECARA PASTI, BERAPA LAMA KOTA
BANDUNG DIBANGUN. AKAN TETAPI, KOTA ITU DIBANGUN
BUKAN ATAS PRAKARSA DAENDELS, MELAINKAN ATAS
PRAKARSA BUPATI BANDUNG, BAHKAN PEMBANGUNAN KOTA
ITU DIPIMPIN LANGSUNG OLEH BUPATI. DENGAN KATA LAIN
BUPATI R.A. WIRANATAKUSUMAH II ADALAH PENDIRI (THE
FOUNDING FATHER) KOTA BANDUNG.
KOTA BANDUNG DIRESMIKAN SEBAGAI IBUKOTA BARU
KABUPATEN BANDUNG DENGAN BESLUIT (SURAT KELULUSAN)
TANGGAL 25 SEPTEMBER 1810. HAL INI BERARTI, SELAMA
BELUM DITEMUKAN SUMBER LAIN YANG MENUNJUKAN FAKTA
LEBIH AKURAT MENGENAI BERDIRINYA KOTA BANDUNG, MAKA
TANGGAL 25 SEPTEMBER 1810 DAPAT DIPERTANGGUNG
JAWABKAN VALIDITASNYA SEBAGAI "HARI JADI KOTA
BANDUNG".
TANGGAL HARI JADI KOTA BANDUNG ITU TELAH
DISAHKAN OLEH DPRD PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM
PERATURAN DAERAH NOMOR 35 TAHUN 1998. DENGAN
DEMIKIAN, TANGGAL 1 APRIL YANG BEBERAPA TAHUN
LAMANYA BIASA DIPERINGATI SEBAGAI HARI ULANG TAHUN
KOTA BANDUNG BUKAN LAGI HARI JADI KOTA BANDUNG,
KARENA TANGGAL 1 APRIL 1906 MERUPAKAN TANGGAL
PEMBENTUKAN GEMEENTE BANDUNG.

PEMERINTAH KOTA BANDUNG


SEJAK KOTA BANDUNG BERDIRI HINGGA PERTENGAHAN
TAHUN 1864, KOTA BANDUNG HANYA BERFUNGSI SEBAGAI
IBUKOTA KABUPATEN YANG SEPENUHNYA DIPERINTAH OLEH
BUPATI R.A. WIRANATAKUSUMAH II DILANJUTKAN OLEH BUPATI
R.A. WIRANATAKUSUMAH III (PERIODE 1829-1846) DAN BUPATI
R.A. WIRANATAKUSUMAH IV (PERIODE 1846-1874).
PADA MASA PEMERINTAHAN BUPATI R.A. WIRANATA
KUSUMAH IV, TEPATNYA SEJAK TANGGAL 7 AGUSTUS 1864,
KOTA BANDUNG BERFUNGSI SEBAGAI IBUKOTA KERESIDENAN
PRIANGAN, MENGGANTIKAN KOTA CIANJUR YANG RUSAK
BERAT AKIBAT MELETUSNYA GUNUNG GEDE. DENGAN
DEMIKIAN, SEJAK ITU KOTA BANDUNG TERJADI DUALISME
PEMERINTAHAN, YAKNI BERLANGSUNGNYA PEMERINTAHAN
KABUPATEN (PEMERINTAHAN TRADISIONAL) DAN
PEMERINTAHAN KERESIDENAN (PEMERINTAHAN KOLONIAL).
HAL INI BERLANGSUNG SAMPAI DENGAN KOTA BANDUNG
MENJADI KOTA BERPEMERINTAHAN OTONOM YANG DISEBUT
GEMEENTE (SEJAK 1 APRIL 1906).
GEMEENTE BANDUNG DIBENTUK PADA WAKTU
KABUPATEN BANDUNG DIPERINTAH OLEH BUPATI KE-10 YAITU
R.A.A. MARTANEGARA MENGGANTIKAN BUPATI R.A.
KUSUMADILAGA DENGAN BERDIRINYA PEMERINTAHAN
GEMEENTE, MAKA DI KOTA BANDUNG BERLANGSUNG TIGA
BENTUK PEMERINTAHAN YAITU KABUPATEN, KERESIDENAN,
DAN GEMEENTE. DALAM HAL INI, PEMERINTAHAN GEMEENTE
SEBAGAI PEMERINTAHAN KOTA YANG BERSIFAT OTONOM,
LEBIH DOMINAN DARIPADA KEDUA PEMERINTAHAN LAIN DI
KOTA BANDUNG. PENGELOLAAN KOTA SEPENUHNYA MENJADI
TUGAS DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH GEMEENTE. NAMUN
DALAM PRAKTEKNYA, BUPATI TETAP TURUT BERPERAN DALAM
KAPASITAS SEBAGAI ANGGOTA DEWAN KOTA (GEMEENTE
ROAD).
SEJAK TANGGAL 1 OKTOBER 1926, SEBUTAN GEMEENTE
DIUBAH MENJADI STADSGEMEENTE, YANG BERLANGSUNG
HINGGA AKHIR PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA. PADA MASA
PENDUDUKAN JEPANG (PERIODE MARET 1942 - 14 AGUSTUS
1945), PEMERINTAH KOTA BANDUNG DISEBUT BANDUNG SHI.
PADA MASA KEMERDEKAAN, SEBUTAN PEMERINTAH KOTA
BANDUNG BERUBAH-UBAH SEBAGAI BERIKUT :
 HAMINTE BANDUNG :
DARI 11 MARET 1946 - 24 APRIL 1948 (MASA NEGARA
PASUNDAN DIBAWAH RIS).
 KOTA BESAR BANDUNG :
SEJAK 15 AGUSTUS 1945.
 KOTAPRAJA BANDUNG :
BERDASARKAN UNDANG - UNDANG NO. 1 TAHUN 1957
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.
 KOTAMADYA BANDUNG :
BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NO. 1 TAHUN 1957
DAN SURAT EDARAN WALIKOTA KEPALA DAERAH
BANDUNG NO. 637 TANGGAL 19 MARET 1966.
 KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BANDUNG :
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO 5 TAHUN 1974
TENTANG POKOK – POKOK PEMERINTAHAN DI DAERAH.
DAN
 PEMERINTAH KOTA BANDUNG :
SEJAK TAHUN 1999 SAMPAI SEKARANG

WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA BANDUNG


DARI MASA KE MASA
NO NAMA MASA JABATAN
1 E.A. MAURENBRECHER (exofficio) 1906 - 1907
2 R.E. KRIJBOOM (exofficio) 1907 - 1908
3 J.A. VAN DE ENT (exofficio) 1909 - 1910
4 J.J. VERWIJK (exofficio) 1910 - 1912
C.C.B. VAN VLENIER DAN
5 1912 - 1913
VAN BIJVELD (exofficio)
6 B. COOPS 1913 - 1920
7 S.A. REITSMA 1920 - 1921
8 B. COOPS 1921 - 1928
9 Ir. J.E.A. VAN WOLSOGEN KUHR Mr.JM 1928 - 1934
10 WESSELINK 1934 - 1936
11 N. BEETS 1936 - 1942
12 R.A. ATMADINATA 1942 – 1945
13 R. SYAMRURIZAL 1945 - 1946
14 Ir. OEKAR BRATAKUSUMAH 1946 – 1949
15 R. ENOCH 1949 – 1956
16 R. PRIATNA KUSUMAH 1959 - 1966
17 R. DIDI JUKARDI 1966 - 1968
18 R. HIDAYAT SOEKARMA DIDJAYA 1968 - 1971
19 R. OTJE DJUNDJUNAN 1971 - 1976
20 H. UTJU DJUNAEDI 1976 - 1978
21 R. HUSEN WANGSAATMADJA 1978 - 1983
22 H. ATENG WAHYUDI 1983 - 1988
H. ATENG WAHYUDI &
23 1988 - 1993
Drs. H. MATIN BURHAN
H. WAHYU HAMIJAYA &
24 1993 - 1998
Drs. H. MATIN BURHAN
H. AA TARMANA &
25 1998 - 2003
Drs. H.E. SOEDARSONO
H. DADA ROSADA &
26 2003 - 2008
H. JUSEP PURWASUGANDA
H. DADA ROSADA &
27 2008 - 2013
AYI VIVANANDA, SH
MOCHAMAD RIDWAL KAMIL, ST, M.UD &
28 2013 - 2018
H. ODED M. DANIAL
H. ODED M. DANIEL, S.A.P &
29 2018 - 2021
H. YANA MULYANA, S.E
30 H. YANA MULYANA, S.E 2022 – 2023

SEKIAN – TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai