01 - Khutbah 28-Mei-2021
01 - Khutbah 28-Mei-2021
َ َأ ْش هَ ُد َأ ْن الَ ِإلٰ ه.ُنز ُل ِمنَ ال َّس َما ِء َو َما يَ ْع ُر ُج فِيهَا َوهُ َو ال ّر ِحي ُم ال َغفُوْ ر ِ َي
satu pun keberadaan di semesta raya ini tercipta secara
main-main atau sia-sia. Artinya, di balik setiap makhluk
ُ َوَأ ْش هَ ُد َأ َّن َس يِّدَنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُه، ُِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَ ه
ٰ Allah yang tak terhitung jumlahnya itu ada makna dan
ص ِّل َو َس لِّ ْم َعلَى َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ اَللّهُ َّم.َّش ا ِد َ ال َّدا ِعي بِقَوْ لِ ِه َوفِ ْعلِ ِه ِإلَى الر
kebijaksanaan, terlepas kita mengetahuinya atau tidak.
ان ِإلَى ٍ ب َو َعلَى التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِِإحْ َس ِ ص َوا َّ َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه الهَا ِد ْينَ لِل Di antara ciptaan sejagat itu manusia adalah makhluk
َّق تُقَاتِه َوالَتَ ُموْ تُ َّن ِإال َّ اِتَّقُوْ اهللاَ َح، َ فَيَاَأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ ن، َأ َّما بَ ْع ُد.ب
ِ يَوْ ِم ْال َمآ paling bagus secara bentuk. Allah ﷻ menganugerahinya
هُ َو الَّ ِذيْ َج َع َل: فَقَ ْد قَ ا َل هللاُ تَ َع ال َى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم، ََوَأ ْنـتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن akal sehat sehingga memiliki kemampuan untuk berpikir,
ِّ از َل لِتَ ْعلَ ُم وْ ا َع َد َد
َالس نِ ْين ِ َض يَاۤ ًء َّو ْالقَ َم َر نُ وْ رًا َّوقَ َّد َر ٗه َمن ِ س َ الش ْم َّ mempertimbangkan, serta membedakan benar-salah dan
َت لِقَوْ ٍم يَّ ْعلَ ُموْ نِ ص ُل ااْل ٰ ٰي
ِّ َقۗ يُف َ ِق هّٰللا ُ ٰذل
ِّ ك اِاَّل بِ ْال َح َ َو ْال ِح َس
َ َابۗ َما خَ ل baik-buruk. Kemampuan ini selain merupakan
keistimewaan, juga sekaligus menjadi beban: manusia
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, bertanggung jawab atas karunia akalnya itu sebagai sarana
Allah sudah menetapkan bahwa parameter pokok penghambaan penuh kepada Allah ﷻ, serta memberi
kemuliaan seseorang adalah ketakwaannya. Inna kemaslahatan kepada alam dan sesama manusia. Akal itu
akramakum ‘indallâhi atqâkum (QS al-Hujurat: 13). Karena kemudian Allah lengkapi dengan anugerah lain berupa
itu khatib dalam kesempatan ini mengingatkan diri sendiri wahyu yang turun melalui para rasul-Nya.
dan kepada jamaah sekalian agar meningkatkan kualitas
ketakwaan kita kepada Allah ﷻ, dengan menjalankan Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
segenap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Apa sesungguhnya hubungan manusia dan alam semesta?
Keduanya memang berasal dari satu muasal, yakni Allah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, ﷻ. Namun, sebagai makhluk yang menerima mandat
Sebagai umat Islam kita wajib meyakini bahwa segala sebagai khalifah di muka bumi, manusia mempunyai
keberadaan di alam semesta ini, baik tampak maupun yang kedudukan spesial untuk menjadikan alam semesta sebagai
hal yang bermanfaat untuk dirinya, juga sebagai perantara ‘Azza wa Jalla, merenungi makhluk Allah merupakan jalan
mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Dalam konteks ini, alam ma’rifatullah (mengenal Allah). Bekalnya adalah akal,
tak ubahnya ayat, tanda yang menghantarkan kesadaran disempurnakan dengan petunjuk wahyu, dan dibantu oleh
kita kepada kekuasaan dan keagungan Allah ﷻ. pancaindra manusia. Meski mustahil kita bisa menadaburi
Pada hakikatnya, semua yang Allah ciptakan di dunia ini, semua ciptaan dan hikmah di baliknya, ikhtiar demikian
baik fisik maupun non-fisik tak lebih dari sekadar tanda. sanggup mengokohkan iman dan mendekatkan manusia
Kita biasa menyebutnya ayat kauniyah, “ayat realitas” yang pada derajat muttaqin (orang bertakwa).
kompor, yang membuat kita secara refleks berpikir tentang Rabu yang lalu, terjadi gerhana bulan, fenomena gerhana,
kepastian adanya energi panas api di bawahnya, begitu juga baik gerhana bulan ataupun matahari sejatinya adalah
seharusnya kita dalam merespons berbagai fenomena di bagian dari tanda kekuasaan Allah. Seperti halnya
alam semesta ini dengan segala kerumitan dan fenomena-fenomena alam lain, ia menyiratkan tentang
kita untuk berpikir tentang hadirnya Sang Pengendali atau Seluruh benda raksasa itu mengapung dalam sistem tata
Sang Penguasa jagat raya (rabbul ‘âlamîn). Dengan kata lain, surya yang tertib, bergerak sesuai orbit masing-masing,
semesta makhluk ini hanyalah ayat (tanda) adanya Dzat berputar pada poros masing-masing, dan semua
Yang Mahaada, sumber dari seluruh keberadaan. menimbulkan berbagai peristiwa alam lain yang
Hal ini selaras dengan pesan ayat dalam Al-Qur’an: bermanfaat bagi manusia di bumi: perubahan siang-malam,