Anda di halaman 1dari 5

Khutbah I gaib, adalah makhluk Allah ‫ﷻ‬.

Kehendak Allah bersifat


‫هّٰلِل‬
‫ض َولَ هُ ال َح ْم ُد فِي‬ ِ ْ‫ت َو َم ا فِي اَْألر‬ ِ ‫الح ْم ُد ِ الّ ِذي لَ هُ َم ا فِي الس َما َوا‬ َ mutlak, siapa pun dan apa pun tiada yang sanggup
‫ض َو َم ا يَ ْخ ُر ُج ِم ْنهَ ا َو َم ا‬ ِ ْ‫اآلخ َرة ْال َح ِكي ُم ْال َخبِي ُر يَ ْعلَ ُم َم ا يَلِ ُج فِي اَأْلر‬ ِ menghalangi atau memaksa-Nya. Meski demikian, tidak ada

َ‫ َأ ْش هَ ُد َأ ْن الَ ِإلٰ ه‬.ُ‫نز ُل ِمنَ ال َّس َما ِء َو َما يَ ْع ُر ُج فِيهَا َوهُ َو ال ّر ِحي ُم ال َغفُوْ ر‬ ِ َ‫ي‬
satu pun keberadaan di semesta raya ini tercipta secara
main-main atau sia-sia. Artinya, di balik setiap makhluk
ُ‫ َوَأ ْش هَ ُد َأ َّن َس يِّدَنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُه‬، ُ‫ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَ ه‬
ٰ Allah yang tak terhitung jumlahnya itu ada makna dan
‫ص ِّل َو َس لِّ ْم َعلَى َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اَللّهُ َّم‬.‫َّش ا ِد‬ َ ‫ال َّدا ِعي بِقَوْ لِ ِه َوفِ ْعلِ ِه ِإلَى الر‬
kebijaksanaan, terlepas kita mengetahuinya atau tidak.
‫ان ِإلَى‬ ٍ ‫ب َو َعلَى التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِِإحْ َس‬ ِ ‫ص َوا‬ َّ ‫َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه الهَا ِد ْينَ لِل‬ Di antara ciptaan sejagat itu manusia adalah makhluk
َّ‫ق تُقَاتِه َوالَتَ ُموْ تُ َّن ِإال‬ َّ ‫ اِتَّقُوْ اهللاَ َح‬، َ‫ فَيَاَأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ ن‬،‫ َأ َّما بَ ْع ُد‬.‫ب‬
ِ ‫يَوْ ِم ْال َمآ‬ paling bagus secara bentuk. Allah ‫ﷻ‬ menganugerahinya
‫ هُ َو الَّ ِذيْ َج َع َل‬:‫ فَقَ ْد قَ ا َل هللاُ تَ َع ال َى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‬، َ‫َوَأ ْنـتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬ akal sehat sehingga memiliki kemampuan untuk berpikir,
ِّ ‫از َل لِتَ ْعلَ ُم وْ ا َع َد َد‬
َ‫الس نِ ْين‬ ِ َ‫ض يَاۤ ًء َّو ْالقَ َم َر نُ وْ رًا َّوقَ َّد َر ٗه َمن‬ ِ ‫س‬ َ ‫الش ْم‬ َّ mempertimbangkan, serta membedakan benar-salah dan
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَّ ْعلَ ُموْ ن‬ِ ‫ص ُل ااْل ٰ ٰي‬
ِّ َ‫قۗ يُف‬ َ ِ‫ق هّٰللا ُ ٰذل‬
ِّ ‫ك اِاَّل بِ ْال َح‬ َ ‫َو ْال ِح َس‬
َ َ‫ابۗ َما خَ ل‬ baik-buruk. Kemampuan ini selain merupakan
keistimewaan, juga sekaligus menjadi beban: manusia
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, bertanggung jawab atas karunia akalnya itu sebagai sarana
Allah sudah menetapkan bahwa parameter pokok penghambaan penuh kepada Allah ‫ﷻ‬, serta memberi
kemuliaan seseorang adalah ketakwaannya. Inna kemaslahatan kepada alam dan sesama manusia. Akal itu
akramakum ‘indallâhi atqâkum (QS al-Hujurat: 13). Karena kemudian Allah lengkapi dengan anugerah lain berupa
itu khatib dalam kesempatan ini mengingatkan diri sendiri wahyu yang turun melalui para rasul-Nya.
dan kepada jamaah sekalian agar meningkatkan kualitas
ketakwaan kita kepada Allah ‫ﷻ‬, dengan menjalankan Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
segenap perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Apa sesungguhnya hubungan manusia dan alam semesta?
Keduanya memang berasal dari satu muasal, yakni Allah
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, ‫ﷻ‬. Namun, sebagai makhluk yang menerima mandat
Sebagai umat Islam kita wajib meyakini bahwa segala sebagai khalifah di muka bumi, manusia mempunyai
keberadaan di alam semesta ini, baik tampak maupun yang kedudukan spesial untuk menjadikan alam semesta sebagai
hal yang bermanfaat untuk dirinya, juga sebagai perantara ‘Azza wa Jalla, merenungi makhluk Allah merupakan jalan
mendekatkan diri kepada Allah ‫ﷻ‬. Dalam konteks ini, alam ma’rifatullah (mengenal Allah). Bekalnya adalah akal,
tak ubahnya ayat, tanda yang menghantarkan kesadaran disempurnakan dengan petunjuk wahyu, dan dibantu oleh

kita kepada kekuasaan dan keagungan Allah ‫ﷻ‬. pancaindra manusia. Meski mustahil kita bisa menadaburi

Pada hakikatnya, semua yang Allah ciptakan di dunia ini, semua ciptaan dan hikmah di baliknya, ikhtiar demikian

baik fisik maupun non-fisik tak lebih dari sekadar tanda. sanggup mengokohkan iman dan mendekatkan manusia

Kita biasa menyebutnya ayat kauniyah, “ayat realitas” yang pada derajat muttaqin (orang bertakwa).

biasa dibedakan dengan ayat qauliyah yang berupa teks di


dalam kitab suci. Sebagaimana air mendidih di atas Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

kompor, yang membuat kita secara refleks berpikir tentang Rabu yang lalu, terjadi gerhana bulan, fenomena gerhana,

kepastian adanya energi panas api di bawahnya, begitu juga baik gerhana bulan ataupun matahari sejatinya adalah

seharusnya kita dalam merespons berbagai fenomena di bagian dari tanda kekuasaan Allah. Seperti halnya

alam semesta ini dengan segala kerumitan dan fenomena-fenomena alam lain, ia menyiratkan tentang

kedahsyatannya. Ia semestinya secara otomatis mengajak keteraturan yang menakjubkan.

kita untuk berpikir tentang hadirnya Sang Pengendali atau Seluruh benda raksasa itu mengapung dalam sistem tata

Sang Penguasa jagat raya (rabbul ‘âlamîn). Dengan kata lain, surya yang tertib, bergerak sesuai orbit masing-masing,

semesta makhluk ini hanyalah ayat (tanda) adanya Dzat berputar pada poros masing-masing, dan semua

Yang Mahaada, sumber dari seluruh keberadaan. menimbulkan berbagai peristiwa alam lain yang

Hal ini selaras dengan pesan ayat dalam Al-Qur’an: bermanfaat bagi manusia di bumi: perubahan siang-malam,

‫اق َوفِي َأ ْنفُ ِس ِه ْم‬


ِ َ‫َسنُ ِري ِه ْم آيَاتِنَا ِفي اآلف‬
pergantian musim, dan lain sebagainya. Mengagumi
fenomena alam,—seperti gerhana, supermoon, hujan
Artinya : “Kami (Allah) akan memperlihatkan kepada mereka
meteor, pergerakan komet, atau semacamnya—di luar
tanda–tanda (ayat) Kami di segenap ufuk dan pada diri
angkasa maupun di bumi, sebenarnya tak terlalu sulit.
mereka sendiri….” (QS Fushshilat: 53).
Kejadian-kejadian itu bersifat makro, juga di luar kendali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali
manusia. Manusia dengan segenap kelemahannya hanya
menegaskan dalam karyanya al-Hikmah fî Makhlûqâtillah
sanggup menyaksikan, atau paling jauh mengobservasi Virus memang bukan organisme seluler (karena tidak
alias mengamati. memiliki bagian-bagian sel) tapi ia tetap memiliki
susunannya sendiri: kepala, kapsid (selubung luar), asam
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, nukleat, leher, dan ekor. Di dalamnya masih terdapat
Mudah mengagumi peristiwa-peristiwa besar merupakan subunit protein, serta molekul DNA atau RNA.
hal yang patut disyukuri. Namun, kekaguman model begini
juga kadang menyimpan ironi tersendiri. Sebab, seolah Ma’asyiral Muslim hafidhakumullah,
manusia sedang membuat kategori “peristiwa besar dan Tanpa menunggu fenomena luar angkasa, atau bencana
peristiwa kecil” dengan ukuran yang terlalu sederhana. Jika alam, seyogianya kita sudah bisa menghayati keagungan
konsisten dengan pandangan bahwa seluruh kejadian Allah lewat kejadian-kejadian di dekat kita dan dalam
adalah ayat Allah, maka sudah sepatutnya seluruh keseharian kita. Termasuk fenomena munculnya Covid-19,
fenomena adalah “peristiwa besar”. Bukankah kebesaran penyakit akibat novel coronavirus atau biasa kita kenal
Allah sebetulnya mudah sekali kita jumpai di sekeliling kita? dengan sebutan virus Corona yang melanda masyarakat
Siapakah manusia di dunia ini yang sanggup menciptakan dunia saat ini. Kehebatan makhluk tak tampak ini bukan
telur lalu menghasilkan kehidupan dengan seluruh saja dari struktur biologisnya melainkan juga pada dampak
kompleksitas jaringan di dalamnya? Adakah ilmuwan di sistemik yang ditimbulkannya, yang meliputi sektor
dunia ini yang sanggup mengoperasi jantung nyamuk? ekonomi, politik, budaya, bahkan agama. Bukankah Allah
Manusia memang punya kecenderungan melupakan hal-hal memerintahkan kita, tidak hanya mengamati langit tapi juga
di sekelilingnya “yang remeh” justru karena “yang remeh” segala apa yang ada di bumi?
itu terlalu sering berada di dekatnya. Ia menjadi peristiwa ‫ض‬ ِ ‫قُ ِل ا ْنظُرُوْ ا َما َذا فِى السَّمٰ ٰو‬
ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
yang tak lagi langka, lalu tenggelam dalam dari daftar Artinya, “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Perhatikanlah apa
sesuatu yang menakjubkan. Jika binatang yang kasat mata saja yang ada di langit dan di bumi!’” (QS Yunus: 101).
saja demikian mengherankan, apalagi kehidupan Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
mikrobiologis seperti virus yang tak bisa dideteksi mata Saat terjadi fenomena alam, seperti gerhana, hujan yang
telanjang. lebat, tanah longsor dan lain sebagainya selain
menganjurkan pemeluknya untuk memperbanyak
‫‪berdzikir, beristighfar, shalat, dan mengingat Allah, syariat‬‬ ‫‪Khutbah II‬‬
‫‪Islam‬‬ ‫‪juga‬‬ ‫‪menekankan‬‬ ‫‪pentingnya‬‬ ‫‪bersedekaha,‬‬ ‫ص طَفَى‪َ ،‬و َعلَى‬ ‫صلِّ ْي َوُأ َس لِّ ُم َعلَى َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ْال ُم ْ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َو َكفَى‪َ ،‬وُأ َ‬
‫‪membantu mereka yanag tertimpa musibah. Setelah kita‬‬ ‫آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأ ْه ِل ْال َوفَ ا‪َ .‬أ ْش هَ ُد َأ ْن اَّل ِإل هَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَ هُ‪،‬‬
‫‪menyadari kebesaran, keagungan, dan kekuasaan Allah‬‬
‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُهُ َأ َّما بَ ْع ُد‪ ،‬فَيَ ا َأيُّهَ ا ْال ُم ْس لِ ُموْ نَ ‪،‬‬
‫‪yang begitu sempurna, manusia diajak untuk merendahkan‬‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم َوا ْعلَ ُم وْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بِ َأ ْم ٍر‬ ‫ُأوْ ِ‬
‫‪hati lalu berempati kepada sesama.‬‬
‫‪Seruan untuk bersedekah sangat relevan diterapkan pada‬‬ ‫ال‪ِ :‬إ َّن هَّللا َ‬ ‫الس اَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه ْال َك ِري ِْم فَقَ َ‬ ‫الص اَل ِة َو َّ‬ ‫َع ِظي ٍْم‪َ ،‬أ َم َر ُك ْم بِ َّ‬
‫;‪masa-masa sulit musim pandemi seperti sekarang ini‬‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َس لِّ ُموا‬ ‫ُصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬ ‫َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬
‫ٰ‬
‫‪ketika‬‬ ‫‪banyak‬‬ ‫‪orang‬‬ ‫‪yang‬‬ ‫‪mengalami‬‬ ‫‪penurunan‬‬ ‫صلَّيْتَ‬‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫تَ ْسلِي ًما‪ ،‬اَللّهُ َّم َ‬
‫‪penghasilan,‬‬ ‫‪bangkrut,‬‬ ‫‪atau‬‬ ‫‪kehilangan‬‬ ‫‪pekerjaan.‬‬ ‫ار ْك َعلَى َس يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬ ‫َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫‪Solidaritas kita kepada mereka yang membutuhkan kian‬‬ ‫آل َس يِّ ِدنَا‬ ‫ار ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬ ‫َو َعلَى ِ‬
‫‪memperkuat bahwa kita tak hanya istiqamah membangun‬‬ ‫ِإ ْب َرا ِه ْي َم‪ِ ،‬ف ْي ْال َع الَ ِم ْينَ ِإنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اَ ٰللّهُ َّم ا ْغفِ رْ لِ ْل ُم ْس لِ ِم ْينَ‬
‫ت اَأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬ ‫وال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت ْ‬ ‫َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫‪kedekatan dengan Allah tapi juga menjalin hubungan sosial‬‬
‫ت‪ ،‬اللهم ا ْدفَ ْع‬
‫‪secara baik dengan orang lain sebagai hamba Allah yang‬‬
‫الس يُوْ فَ‬ ‫َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْالغَاَل َء َو ْال َوبَ ا َء َو ْالفَحْ َش ا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َو ُّ‬
‫‪sama-sama hidup di semesta alam raya ini.‬‬
‫الش دَاِئ َد َو ْال ِم َحنَ ‪َ ،‬م ا ظَهَ َر ِم ْنهَ ا َو َم ا بَطَنَ ‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا‬ ‫ْال ُم ْختَلِفَ ةَ َو َّ‬
‫اس تَ ْغفِرُوْ هُ‪ِ ،‬إنَّهُ هُ َو ْال َغفُ وْ ُر‬
‫َأقُ وْ ُل قَ وْ لِ ْي هٰ َذا َوَأ ْس تَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‪ ،‬فَ ْ‬ ‫َان ْال ُم ْس لِ ِم ْينَ عَا َّمةً‪ِ ،‬إنَّكَ َعلَى ُك لِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْيرٌ‪َ .‬ربّنَ ا‬ ‫اص ةً َو ِم ْن ب ُْل د ِ‬ ‫خَ َّ‬
‫ال َّر ِح ْي ُم‬ ‫اخ ْذ نَا ِإ ْن ن َِس ْينَا َأوْ َأ ْخطَْأنَا َربّنَا َوالَ تَحْ ِملْ َعلَ ْينَا ِإصْ رًا َك َم ا َح َم ْلتَ هُ‬ ‫الَتَُؤ ِ‬
‫ف َعنّ ا‬ ‫َعلَى الّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِنَ ا َربّنَ ا َوالَ تُ َح ّم ْلنَ ا َم االَ طَاقَ ةَ لَنَ ا بِ ِه َوا ْع ُ‬
‫ص رْ نَا َعلَى ْالقَ وْ ِم ْال َك افِ ِر ْينَ ‪َ .‬ربَنَ ا‬ ‫َوا ْغفِرْ لَنَا َوارْ َح ْمنَ ا َأ ْنتَ َموْ الَنَ ا فَا ْن ُ‬
‫ار‪ .‬والحم د هلل‬ ‫اب النّ ِ‬ ‫َءاتِنَا فِي ال ّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اَْأل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ‬
‫رب العالمين‪.‬‬
‫ان َوِإ ْيتَا ِء ِذي ْالقُ رْ بَى ويَ ْنهَى ع َِن‬ ‫إن هللاَ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َس ِ‬ ‫ِعبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬
‫الفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪ .‬فَ اذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم‬
‫يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai